35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan data yang akan diperlukan untuk dianalisa, hasil analisa akan di evaluasi dan terakhir akan dibuat rencana implementasi yang akan dilakukan.
4.1. Hasil Pengumpulan data Pengumpulan data yang didapat selama penulis melakukan penelitian awal yang akan digunakan sebagai data untuk di analisa adalah:
4.1.1. Sistem Penerangan Line 2B Assembling unit tahun 2005 Line 2B Assembling yang ada saat ini memiliki beberapa kekurangan, dimana kekurangan yang ada sekarang dapat mengganggu kinerja dari operator, adapun kondisi-kondisi yang didapat selama pengumpulan data awal antara lain :
No
1
Sistem Penerangan Sekarang Kondisi Efek Menggunakan sifat penerangan langsung, dimana cahaya langsung 100% jatuh ke bidang yang disinari.
Pada siang hari penglihatan operator menjadi silau, sehingga berpengaruh pada hasil kerja operator, misalnya dalam melihat
36 kualitas part yang akan dipasang 2
Posisi pemasangan armatur yang tidak tepat, pemasangan tidak ditentukan ditempat pekerjaan akan dilakukan.
-Timbul bayang-bayang yang berlebih -Penyebaran intensitas penerangan tidak merata
3
Lampu menggunakan armatur palung sehingga Indeks proteksi tidak diperhatikan
-Lampu mudah pecah karena terkena benturan dengan selang impact. -Life Time lampu pendek, terkena pengotoran secara langsung.
4
Pegantian lampu bukan berdasarkan jam pemakaian (Life time efektif lampu), tetapi pengantian dilakukan jika lampu rusak, atau cahaya yang dihasilkan agak redup
Intensitas penerangan yang diinginkan tidak akan maksimal, karena tercampurnya lampu-lampu yang usia pakainya masih efektif dengan usia pakai yang tidak efektif
4.1.2. Jenis pekerjaan dan waktu kerja Jenis Pekerjaan Line assembling unit adalah bagian terakhir dari pembuatan sepeda motor dimana part-part sepeda motor dirakit (lihat gambar 4.1). Adapun contoh Flow Process perakitan sepeda motor line assembling dapat dilihat pada lampiran . dilihat dari partpart yang dipasang pekerjaan perakitan termaksud jenis pekerjaan biasa, tidak memerlukan tingkat kepresisian hasil kerja yang tinggi
37
PRODUCTION Min - Max Stock
Casting
Lot Looping
Finishing
Plastic Injection
Press
Assy Engine
Machining Painting Plastic Painting Steel
Gensub
Welding Frame
Buffing
Plating Plating Rim
Continuous Prod.
Test Engine
Trigger between sections
Welding Unit
Rim Forming
Batch Prod.
TRIGGER BULKY PART
Assy Unit
BCT & SPB triggered by Unit Assy Down Scan
Final Inspection
SS HH II PP PP II NN GG
Assy Wheel
Rejection System Quality Built In Process
Gambar 4.1 AHM Production System
Waktu kerja Waktu Kerja telah diatur dalam buku perjanjian kerja bersama – PT. Astra Honda Motor (2003-2005) Pasal 21 yang dimana waktu kerja dibagi menjadi 3 shift untuk Pabrik : -Shift I : Senin sampai dengan Jum’at, jam 07.00-16.00 -Shift II : Senin sampai dengan Jum’at, jam 16.00-24.00 -Shift III : Senin sampai dengan Jum’at, jam 24.00-07.00 Untuk hari Sabtu dan Minggu adalah hari istirahat mingguan tetapi dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan yang tertunda dan mendesak.
38
4.1.3. Lokasi Pekerjaan dan data ruang Lokasi Pekerjaan Line Assembling berada di dalam ruangan, data yang terakhir yang didapat penulis dalam line assembling yang baru nanti suport untuk lampu tidak menempel pada langit-langit atap pabrik tetapi dibuat suport dengan tiang seperti yang dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Posisi Suport dan conveyor line assembling dilihat dari tampak depan Indeks Proteksi (IP) Pengotoran Armatur yang disebabkan oleh debu sangat berpengaruh terhadap umur lampu dan armatur, area assembling unit memiliki tingkat pengotoran debu pada tingkat ringan, Ada kendala tercampurnya angin dari kompresor dengan air yang bisa menyebabkan pengotoran pada lampu, selain itu lampu yang terpasang sekarang
39 rawan sekali pecah karena terkena selang dari impact yang digunakan oleh operator, untuk itu diperlukan konstruksi armatur dan lampu yang lebih aman dari kerusakan yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
Sifat penerangan Data yang didapat diawal penelitian bahwa cahaya lampu pada saat siang hari membuat mata operator menjadi silau, hal ini disebabkan cahaya penerangan di line assembling unit saat ini sifat penerangannya langsung, jadi cahaya langsung 100 % jatuh ke bidang yang disinari. Untuk line assembling unit yang baru diperlukan penerangan yang tidak membuat penglihatan operator menjadi silau karena akan berpengaruh pada hasil kerja operator, misalnya dalam melihat kualitas part yang akan dipasang.
Refleksi Posisi new line assembling unit 2B berada di tengah- tengah pabrik Posisi dinding sangat jauh dari area assembling dan atap yang tepasang sangat tinggi sekitar 12 m, lantai yang digunakan dicat dengan warna yang tidak terlalu terang.
Cara pemasanga lampu Lampu akan dipasang menempel dengan suport yang disediakan dengan tinggi suport 3 m dari lantai (lihat gambar 4.2). dimana selain lampu yang menempel pada suport juga terdapat pipa angin .
40
4.1.4. Listrik Tegangan listrik yang tersedia di PT.AHM adalah 3 fasa 220/380V yang disuplai langsung dari PLN, frekuensi listrik adalah 50 hz, Suplai listrik main panel akan disalurkan ke sub distribution panel line assembling unit. Dimana tegangan yang disalurkan 3 fasa L-N 220 V dan L-L 380 V.
4.1.5. Layout new line 2B assembling unit Untuk Desain Layout tata letak pabrik line new 2B assembling unit sudah dilakukan semenjak tahun 2002, tetapi rencananya baru akan direalisasikan pada tahun 2007. layout yang ada digambar 4.3 adalah layout revisi terakhir yang saat didapat saat ini, untuk layout line 2B assembling unit dapat dilihat area garis berwarna merah. Area yang akan menjadi objek penelitian adalah area kerja di sekitar conveyor dengan panjang total 63 m dan lebar 3 m.
41
Gambar 4.3 Layout new line assembling unit 2B
4.2 Analisa Data Sebelum melakukan penentuan intensitas penerangan, penentuan jenis lampu dan armatur yang akan digunakan, menghitung kebutuhan armatur dan lampu, pembuatan layout tata letak instalasi penerangan, dan perhitungan kebutuhan Daya, yang harus diperhatikan adalah sistem penerangan yang baru diharapkan dapat mengatasi
42 kekurangan sistem penerangan yang lama, adapun perbaikan dari kelemahan sistem penerangan yang lama adalah:
No
Sistem Penerangan Baru Kondisi yang diharapkan
Efek
1
Menggunakan sifat penerangan terutama langsung dimana cahaya langsung ke bidang kerja sekitar 60-90%.
Penglihatan opertor tidak silau sehingga hasil kerja operator menjadi lebih maksimal dalam melihat kualitas part yang akan dipasang
2
Intensitas penerangan ditentukan ditempat pekerjaan akan dilakukan, 80 cm di atas lantai
Penyebaran Intensitas Penerangan merata diseluruh area yang diterangi dan tidak menimbulkan bayang-bayang yang berlebihan
3
Menggunakan armatur yang memiliki indeks proteksi terhadap debu dan semprotan air
Life time lampu lebih lama dan tidak mudah pecah karena posisi lampu yang terlindungi dari pengotoran debu dan air serta benturan
4
Pengantian dilakukan berdasarkan jam pemakaian (contoh : setiap 15.000 jam)
Intensitas penerangan akan maksimal, dan pengantian lampu dilakukan serentak sesuai dengan waktu depresiasinya
43 4.2.1. Penentuan intensitas penerangan Untuk menentukan intensitas penerangan dapat dilihat dari sifat pekerjaannya, dari hasil pengumpulan data new line assembling unit 2B
termaksud dalam masuk
kedalam kategori Industri dengan sifat pekerjaan biasa, dilihat dalam tabel 2.1 intensitas penerangan yang baik untuk kategori diatas adalah 500 lux.
4.2.2. Penentuan Armatur dan jenis lampu yang akan digunakan Pemilihan Armatur dan jenis lampu yang akan digunakan di line assembling unit 2B dapat dilakukan dengan melihat sifat penerangan, pengunaan penerangan dan konstruksi armatur. Dari data yang dikumpulkan penulis sifat penerangn yang dibutuhkan adalah penerangan yang tidak membuat mata menjadi silau. Penerangan yang dipilih adalah penerangan terutama langsung dimana cahaya yang sampai kebidang kerja 60-90%. Dilihat dari pekerjaan yang dilakukan di line assembling unit 2B merupakan pekerjaan
perakitan
yang
dilakukan
di
dalam
pabrik
maka
penggunaan
penerangannya termaksud penerangan industri. Konstruksi armatur yang dibutuhkan untuk line assembling adalah konstruksi yang bebas dari debu dan terlindungi dari semprotan air, oleh sebab itu dibutuhkan armatur dengan Indeks proteksi (IP) minimal 54 (terlindungi dari debu dan terlindungi dari air yang datang dari segala arah). Armatur dan jenis lampu sesuai dengan kategori Sifat penerangan terutama tidak langsung, Penerangan Industri, dan indeks proteksi (IP) minimal 54, dilihat di situs
44 www.philips.com maka lampu yang dapat digunakan adalah Armatur Pacific II – TCW097 (gambar 4.4) . Adapun Tipe armatur Pacific II-TCW097 yang dikeluarkan philips dapat dilihat pada tabel 4.1
Gambar 4.4 armatur Pacific II-TCW097
Tabel 4.1 Tipe armatur Pacific II-TCW097
45 Dilihat dari tipe yang tersedia untuk pemilihan dipilih TCW097 dengan lampu TL 2X36 Watt (TCW097 2XTLD-36W), Dipilihnya Armatur TCW097 dan lampu TL 36 Watt karena mudah didapatkan dipasaran dan mempunyai Spesifikasi Flux cahaya yang cukup besar 6500 lumen, tegangan yang digunakan 220V/50hz, selain itu memiliki Indeks Proteksi (IP) 66 (perlindungan terhadap debu sekecil apapun, dan terlindungi dari semprotan air yang menyerupai gelombang laut). Diagram polaritas yang dihasilkan oleh armatur Pasific II – TCW 097 2x36W dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Diagram Polaritas armatur Pacific II-TCW097
46 4.2.3. Menghitung kebutuhan armatur dan lampu Data ruang yang akan didesain penerangannya sepanjang area conveyor dengan ukuran panjang 63 m, lebar 3 m, tinggi suport lampu 3 m, Jumlah armatur dan lampu yang diperlukan ditentukan sebagai berikut. a.
Jenis armatur dan lampu yang akan digunakan dipilih Pasific II – TCW 097 2x36W yang memiliki flux cahaya 6500 lumen per armatur.
Lamp Spesification Lamp Type Wattage Lumen Colour Temperature (Tc) Colour Rendering (CRI) Max Ambient Temperature (C)
b.
: : : : : :
TLD 36 W/865 76 W 2 x 3250 6500 80 60 C
Faktor –faktor refleksi berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruang, yaitu; warna putih dan sangat muda : 0.7 warna muda
: 0.5
warna sedang
: 0.3
warna gelap
: 0.1
Data ruang yang didapat selama penelitian : langit-langit ruang cukup tinggi dari suport (rp = 01), dinding jauh hari sumber cahaya (rw = 0.1), dan warna lantai yang agak gelap (rm = 0.1). c.
Indeks bentuk / ruang (k).
47 Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit dan bidang kerjanya 0.8 m diatas lantai, maka h = (3m-0.8m) = 2.2 m, untuk menghitung indeks bentuk dilakukan dengan rumus:
k=
p.l h x (p + l)
k=
63 x 3 2.2 x (63 + 3)
k =1.25 Jadi indeks bentuk/ruang new line assembling unit 2B adalah 1,25 d.
Efisiensi penerangan yang didapat dari tabel 2.2 dengan nilai-nilai k, rp, rw, dan rm didapat: untuk k = 1.2 : untuk k = 1.5 :
η = 0.30 η = 0.33
Efisiensi penerangan untuk k = 1.25 ditentukan dengan interpolasi :
η = 0.3 +
1.25-1.2 (0.33-0.3) 1.5-1.2
η = 0.305 Dari perhitungan Efisiensi penerangan new line assembling unit 2B adalah 0.305 e.
Intensitas penerangan yang diperlukan untuk line assembling unit 2B adalah 500 lux.
48 f.
Faktor depresiasi dengan umur lampu TL 15000 jam nyala: untuk menghitung Depresiasi lampu dapat dihitung dengan rumus:
Life time =
Life time =
Umur lampu (jam) Waktu pemakain/ tahun
15000 jam 24 jam x 365 hari
Life time = 1.71 tahun ≈ 2 tahun umur lampu didapat sekitar 2 tahun, jadi periode pengantian armatur dan lampu dilakukan setiap 2 tahun. Dilihat pada tabel 2.2 faktor depresiasi / penyusutan untuk waktu pemeliharaan 2 tahun adalah 0.8
d = 0.8 g.
Jumlah Armatur dan lampu. Dari data-data yang sudah didapat sebelumnya, didapat: E
= 500 lux
A
= 63 m x 3 m = 189 m2
d
= 0.8
фarmatur
= 6500 lumen
η
= 0.35
49 Perhitungan jumlah armatur dan diselesaikan dengan cara :
n=
ExA фarmatur x η x d
500 x 189 n= 6500 x 0.305 x 0.8 n = 59.58
≈
60 armatur
Dari perhitungan jumlah armatur didapat sekitar 60 armatur yang akan digunakan, karena dalam 1 armatur terdapat 2 lampu maka total lampu yang digunakan untuk new line assembling unit 2B adalah 120 lampu TL 36W
4.2.4. Pembuatan layout tata letak instalasi penerangan / penentuan posisi titik Cahaya Untuk penempatan posisi armatur dan lampu yang digantung pada suport harus terdistribusi merata ke area kerja operator, selain itu penempatan posisi armatur dan lampu juga harus mempertimbangkan equipment lain yang juga menempel pada suport seperti rel handerson, pipa angin, gantungan impact. Penempatan posisi lampu dan armatur yang tidak tepat bisa membuat silau (glare) dan bayang-bayang (shadows).
50 Dari data desain awal suport yang diterima selama penelitian dan jumlah armatur yang didapat dalam perhitungan sebanyak 60 unit armatur, maka dibagi menjadi 2 deret armatur (gambar 4.6) yang masing masing deret dengan 30 armatur.
Gambar 4.5 Penempatan armatur pada tiang suport
Gambar 4.6 Penempatan armatur pada tiang suport
Untuk penempatan posisi armatur dan lampu (titik cahaya) sepanjang area conveyor yang panjangnya 63 m ditempatkan 30 armatur, dengan jarak antara armatur 85 cm (gambar 4.7)
51
Armatur
Gambar 4.7 Posisi Titik Cahaya
4.2.5 Perhitungan pemakaian Daya (KWH) Perhitungan estimasi kebutuhan KWH perbulan sangat penting dilakukan dalam perancangan instalasi listrik, karena dapat dilakukan perkiraan biaya yang akan dikeluarkan perbulan. Dari data spesifikasi lampu yang didapat : Lamp Spesification Lamp Type Wattage Lumen Colour Temperature (Tc) Colour Rendering (CRI) Max Ambient Temperature (C)
: : : : : :
TLD 36 W/865 76 W 2 x 3250 6500 80 60 C
Daya yang dibutuhkan per armatur adalah 76 watt, dari perhitungan yang telah dilakukan terdapat 60 armatur, lampu yang akan dihitung jam kerjanya selama 24 jam non stop selama 30 hari/bulan, untuk menghitung KWH dapat dilakukan dengan rumus:
52
Daya Total lampu x (waktu kerja selama 1 bulan) KWH =
1000 76 W x 60 armatur x 24 jam x 30 hari
KWH =
1000
KWH = 3283.2 Dari perhitungan yang didapat new line 2B assembling unit pemakian beban listrik perbulannya 3283,2 KWH.
53 4.3
EVALUASI KINERJA Untuk mempermudah evaluasi kinerja dari hasil analisa yang telah didapat perlu
dilakukan beberapa tahap untuk mempermudah evaluasi, tahap ini yaitu pemberian nama terhadap titik cahaya, bidang kerja dan arah peyebaran cahayanya, Perhitungan intensitas cahaya dibidang kerja, pembuatan tabel intensitas cahaya diarea bidang kerja new line assembling unit 2B. 4.3.1
Pemberian nama / identifikasi
Pemberian nama atau simbol berfungsi untuk mempermudah dalam perhitungan yang akan dilakukan, untuk arah penyebaran intensitas cahaya armatur Pacific IITCW097 akan diberi nama arah penyebaran intensitas cahaya bidang X dan Y (lihat gambar 4.8).
Arah X
Arah Y
Gambar 4.8
arah penyebaran intensitas cahaya Armatur Pacific II-TCW097
54 Titik Cahaya yang berada di sepanjang area Conveyor pada deret pertama diberi nama A dan deret kedua diberi nama B, untuk armatur yang berada disetiap deret berjumlah 30 unit diberi nama 1 sampai dengan 30. Contoh penamaan titik cahaya dapat dilihat pada gambar 4.9
Arah penyebaran intensitas cahaya arah X
Arah penyebaran intensitas cahaya arah Y
Gambar 4.9
Arah penyebaran intensitas cahaya sepanjang area Conveyor dengan arah X dan Y
Bidang kerja yang akan dihitung intensitas penerangannya berada dibawah armatur dengan nama digit pertama E, digit kedua sesuai dengan posisi armatur (130) dan digit ketiga deret (A/B), contoh penamaan titik pada bidang kerja dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11
55
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Posisi titik Intenstitas Penerangan (E) yang akan dihitung pada Bidang X
Posisi titik Intenstitas Penerangan (E) yang akan dihitung pada Bidang Y
56 4.3.2 Menghitung Intensitas Penerangan Menghitung Intensitas penerangan (E) disepanjang new line assembling unit 2B dilakukan untuk membuktikan intenstitas penerangan tersebar secara merata. Langkah pertama yang diambil adalah menghitung intensitas penrangan yang jatuh pada bidang datar, Penyebaran intensitas cahaya lampu 1A pada bidang X sama dengan penyebaran cahaya lampu 1B.
Gambar 4.12 Penyebaran Intensitas Cahaya lampu 1A pada bidang X Armatur 1A memancarkan intensitas penerangan ke titik E1A, E2A, E3A. intensitas penerangan yang didapat pada titik E1A dari armatur 1A dengan r = 2.2m (gambar4.12) dapat dihitung dengan dengan rumus : E=
I r2
Cos a lux
Pada titik E1A sudut a = 0°, dalam grafik pada sudut 0° intensitas cahaya yang didapat adalah 150 cd/lumen (lihat gambar 4.13)
57
Gambar 4.13 Diagram polaritas pada sudut 0°
Bidang X (garis putus-putus) Sudut 0° = 150 cd/1000lumen
Armatur Pacific II – TCW097 menghasilkan 6500 lumen/armatur jadi:
I=
I=
E=
E=
150 cd 1000 cd
x 6500 lumen
975 cd I r2 975 (2.2)2
Cos a lux
Cos 0 lux
E = 201.45 lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E1A dari penerangan armatur 1A adalah 201.45 lux
58 Intensitas penerangan pada titik E2A dari armatur 1A dengan r = 3.06m (lihat gambar 4.12). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a =
h r 2.2 3.06
Cos a = 0.719 a
= 44.03°
Pada titik E2A sudut a = 44.03° , dalam grafik pada sudut 44.03° intensitas cahaya yang didapat adalah 145 cd/lumen (lihat gambar 4.14)
Gambar 4.14 Diagram polaritas pada sudut 44.03°
Bidang X (garis putus-putus) Sudut 44.03° = 145 cd/1000lumen
59 I=
I=
E=
E=
145 cd 1000 cd
x 6500 lumen
942.5 cd I
Cos a lux
r2 942.5 (3.06)2
Cos 44.03 lux
E = 72.4 lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E2A dari penerangan armatur 1A adalah 72.4 lux Intensitas penerangan pada titik E3A dari armatur 1A dengan r = 4.79m (lihat gambar 4.12). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a =
h r 2.2 4.79
Cos a = 0.459 a
= 62.65°
Pada titik E3A sudut a = 62.05° , dalam grafik pada sudut 62.65° intensitas cahaya yang didapat adalah 120 cd/lumen (lihat gambar 4.15)
60
Gambar 4.15 Diagram polaritas pada sudut 62.65°
Bidang X (garis putus-putus) Sudut 62.65° = 120 cd/1000lumen
120 cd
I=
1000 cd
I=
780 cd I
E=
E=
x 6500 lumen
r2 780 (4.79)2
Cos a lux
Cos 62.65 lux
E = 15.62 lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E3A dari penerangan armatur 1A adalah 15.62 lux
61 Penyebaran intensitas cahaya lampu 1A pada bidang Y sama dengan penyebaran cahaya lampu 1B.
r=2.31m
GAMBAR 4.16 Penyebaran Intensitas Cahaya lampu 1A pada bidang Y
Armatur 1A memancarkan intensitas penerangan pada bidang Y ke titik E1A, E1B,. Intensitas penerangan pada titik E1B dari armatur 1A dengan r = 2.31m (lihat gambar 4.16). dimana dengan hukum cosinus Cos a = Cos a =
h r 2.2 2.31
Cos a = 0.952 a
= 17.75°
Pada titik E1B sudut a = 17.75° , dalam grafik pada sudut 17.75° intensitas cahaya yang didapat adalah 145 cd/lumen (lihat gambar 4.17)
62
Gambar 4.17 Diagram polaritas pada sudut 17.75°
Bidang Y (garis lingkar) Sudut 17.75° = 145 cd/1000lumen
145 cd
I=
I=
1000 cd 942.5 cd I
E=
E=
x 6500 lumen
r2 942.5 (2.31)2
Cos a lux
Cos 44.03 lux
E = 169.09lux Intensitas Penerangan yang didapat pada titik E1B dari penerangan armatur 1A adalah 169,09 lux Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E1A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, dan 1B yang jatuh pada
63 bidang kerja E1A (Gambar 4.18). Total intensitas cahaya pada bidang E1A sama dengan total intensitas cahaya E1B, E30A, E30B
Gambar 4.18 Intensitas penerangan bidang E1A Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E2A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, 4A dan 2B yang jatuh pada bidang kerja E2A (Gambar 4.19). Total intensitas cahaya pada bidang E2A sama dengan total intensitas cahaya E2B, E29A,E29B.
Gambar 4.19 Intensitas penerangan bidang E2A
64 Total intensitas penerangan (E) pada bidang kerja E3A adalah penjumlahan dari intensitas penerangan yang didapat dari armatur 1A, 2A, 3A, 4A, 5A dan 3B yang jatuh pada bidang kerja E3A (Gambar 4.20) . Total intensitas cahaya pada bidang E2A sampai dengan E28A sama dengan total intensitas cahaya pada bidang E2B sampai dengan E28B:
Gambar 4.20 Intensitas penerangan bidang E3A
Intensitas Penerangan pada bidang X yang dihitung dengan cara total penjumlahan dapat dilihat pada tabel 4.2
65 Tabel 4.2 Intensitas Penerangan sepanjang bidang X Posisi titik E
Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur
Total E (lux)
E1A
E2A
E3A
E4A
E5A
E6A
E7A
E8A
E9A
E10A
E11A
E12A
Posisi Armatur (gambar 4.18) E dari armatur (lux)
1A 201.45
2A 72.4
3A 15.62
0
1B 168.09
457.56
Posisi Armatur (gambar 4.19) E dari armatur (lux)
1A 72.4
2A 201.45
3A 72.4
4A 15.62
2B 168.09
529.96
Posisi Armatur (gambar 4.20) E dari armatur (lux)
1A 15.62
2A 72.4
3A 201.45
4A 72.4
5A 15.62
3B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
2A 15.62
3A 72.4
4A 201.45
5A 72.4
6A 15.62
4B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
3A 15.62
4A 72.4
5A 201.45
6A 72.4
7A 15.62
5B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
4A 15.62
5A 72.4
6A 201.45
7A 72.4
8A 15.62
6B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
5A 15.62
6A 72.4
7A 201.45
8A 72.4
9A 15.62
7B 168.09
545.58
Posisi Armatur ( E dari armatur (lux)
6A 15.62
7A 72.4
8A 201.45
9A 72.4
10A 15.62
8B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
7A 15.62
8A 72.4
9A 201.45
10A 72.4
11A 15.62
9B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
8A 15.62
9A 72.4
10A 201.45
11A 72.4
12A 15.62
10B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
9A 15.62
10A 72.4
11A 201.45
12A 72.4
13A 15.62
11B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
10A 15.62
11A 72.4
12A 201.45
13A 72.4
14A 15.62
12B 168.09
545.58
66 Posisi titik E
Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur
Total E (lux)
E13A
E14A
E15A
E16A
E17A
E18A
E19A
E20A
E21A
E22A
E23A
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
11A 15.62
12A 72.4
13A 201.45
14A 72.4
15A 15.62
13B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
12A 15.62
13A 72.4
14A 201.45
15A 72.4
16A 15.62
14B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
13A 15.62
14A 72.4
15A 201.45
16A 72.4
17A 15.62
15B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
14A 15.62
15A 72.4
16A 201.45
17A 72.4
18A 15.62
16B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
15A 15.62
16A 72.4
17A 201.45
18A 72.4
19A 15.62
17B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
16A 15.62
17A 72.4
18A 201.45
19A 72.4
20A 15.62
18B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
17A 15.62
18A 72.4
19A 201.45
20A 72.4
21A 15.62
19B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
18A 15.62
19A 72.4
20A 201.45
21A 72.4
22A 15.62
20B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
19A 15.62
20A 72.4
21A 201.45
22A 72.4
23A 15.62
21B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
20A 15.62
21A 72.4
22A 201.45
23A 72.4
24A 15.62
22B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
21A 15.62
22A 72.4
23A 201.45
24A 72.4
25A 15.62
23B 168.09
545.58
67 Posisi titik E
Distribusi Intensitas penerangan (E) dari Armatur
Total E (lux)
E24A
E25A
E26A
E27A
E28A
E29A
E30A
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
22A 15.62
23A 72.4
24A 201.45
25A 72.4
26A 15.62
24B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
23A 15.62
24A 72.4
25A 201.45
26A 72.4
27A 15.62
25B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
24A 15.62
25A 72.4
26A 201.45
27A 72.4
28A 15.62
26B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
25A 15.62
26A 72.4
27A 201.45
28A 72.4
29A 15.62
27B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
26A 15.62
27A 72.4
28A 201.45
29A 72.4
30A 15.62
28B 168.09
545.58
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
27A 15.62
28A 72.4
29A 201.45
30A 72.4
29B 168.09
529.96
Posisi Armatur E dari armatur (lux)
28A 15.62
29A 72.4
30A 201.45
30B 168.09
457.56
Dari tabel hasil perhitungan total intensitas cahaya pada bidang kerja E1A, E1B, E30A, dan E30B adalah 457.56 lux yang berasal dari 4 unit armatur yang dapat dihitung. Untuk total intensitas cahaya pada bidang kerja E2A, E2B, E29A, dan E29B adalah 529.96 lux yang berasal dari 5 armatur yang dapat dihitung. Dan untuk bidang kerja
E3A-E28A dan E3B-E28B, intensitas penerangan totalnya adalah
545.58 lux yang berasal dari 6 armatur yang dapat dihitung. Dari Tabel perhitungan menunjukan bahwa desain penerangan telah sesuai dengan intensitas penerangan yang diinginkan untuk penerangan yang baik yaitu sekitar 500 lux .
68 4.4.
RENCANA IMPLEMENTASI
Pada tahap rencana Implementasi ini, akan dibuat pembagian beban listrik (distribution panel) , diagram pengawatan, bill of material, Rencana implementasi ini dibuat untuk mempermudah pelaksanaan tender proyek .
4.4.1. PEMBAGIAN BEBAN. Pembuatan pembagian beban ini sangat penting karena beban listrik harus terbagi secara imbang, Suplai listrik dari Main Distribution Panel ke Sub Distribution Panel (SDP) new line assembling dengan tegangan 3 Fasa 220/380V 10A. kemudian dibagi menjadi tiga group dengan pengaman MCB 1 Fasa 10 A. tiap tiap group dibagi menjadi 5 sub group dengan pengaman masing-masing dengan MCB 1 Fasa 2 A dan tiap- tiap subgroup berfungsi untuk mengontrol 4 titik armatur. Pembagian ini dapat dilihat pada gambar 4.21
69
Gambar 4.21 pembagian beban
70 4.4.2. DIAGRAM PENGAWATAN Diagram pengawatan berguna untuk menunjukan pengawatan pada suatu instalasi. Diagram pengawatan ini berguna untuk mengetahui posisi pemasangan instalsi listrik yang akan dipasang, dalam desain instalasi listrk harus dipertimbangkan keandalan, ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan dan ekonomis. Desain diagram pengawatan untuk new line assembling unit 2B dapat dilihat pada gambar 4.22
Gambar 4.22 Diagram pengawatan
4.4.3. BILL OF MATERIAL Material yang akan digunakan untuk suatu proyek perlu didata, agar perhitungan nilai estimasi suatu proyek dapat dihitung dengan tepat.Material-material yang akan digunakan untuk new line assembling unit 2B dapat dilihat pada tabel 4.3
71 Tabel 4.3 Bill Of Material BILL OF MATERIAL No 1 2 3 4 5 6 7 8
Material Armatur Pacific II - TCW097 Lampu TL 36 W MCB 2A 1 Fasa MCB 4A 1 Fasa MCB 10A 1 Fasa MCB 10A 3 Fasa Kabel NYY Panel
Qty 60 unit 120 pcs 15 pcs 3 pcs 3 pcs 1 pcs 200 m 1 set