90
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Manajemen Strategi Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan ilmu dan seni dalam
memformulasikan,
mengimplementasikan
dan
mengevaluasikan
keputusan yang mampu dicapai oleh organisasi (David, 2002, p5). Manajemen strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: perumusan strategi, penetapan & implementasi strategi, serta evaluasi kinerja pencapaian strategi. Balanced Scorecard (BSC) didefinisikan sebagai suatu alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2007, p16).
Gambar 4.1 Konsolidasi Manajemen Strategi dengan Balanced Scorecard
91 4.1.1 Perumusan Strategi Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi ialah mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi tujuan perusahaan yang tertuang dalam pernyataan visi dan misi organisasi. Hasil identifikasi lingkungan tersebut digunakan sebagai masukan dalam menentukan strategi perusahaan dengan analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Strategi korporat yang sudah ditetapkan melalui analisa SWOT selanjutnya perlu ditetapkan sasaran-sasaran strateginya sebagai tolak ukur pencapaian kinerja perusahaan dalam memenuhi strategi dan tujuan perusahaan. Setiap sasaran strategi terdapat key performance indicator (KPI), KPI merupakan suatu ukuran atau indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan melalui sasaran-sasaran strateginya.
4.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Identifikasi lingkungan dibagi menjadi dua bagian, yaitu identifikasi lingkungan makro (politik, ekonomi, sosial, teknologi) dan lingkungan internal perusahaan serta identifikasi lingkungan industri menggunakan model Porter (persaingan antar perusahaan, kekuatan pelanggan, kekuatan pemasok, ancaman pendatang baru, dan produk pengganti). a) Identifikasi Lingkungan Makro/Eskternal
92 Tabel 4.1 Kondisi Lingkungan Makro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan No. Kondisi Saat Ini POLITIK 1. Proses pemilihan Kepala Daerah secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas bisnis. 2. Belum ada UU Investasi yang secara komprehensif melindungi kepentingan investor. 3. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di Kawasan Industri.
EKONOMI 1. Kebijakan Moneter Pemerintah mendorong perkembangan dunia usaha.
2.
3.
4.
Pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan negara dari pajak dengan membuat UU Perpajakan yang baru. Pemerintah terus berupaya untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia terutama di bidang infrastruktur.
Industri semen dengan pesat.
nasional
berkembang
5.
Pemerintah sedang menyusun Peraturan mengenai pemisahan asset BUMN sebagai kelompok asset bisnis. 6. Hutang Indonesia kepada IMF telah dilunasi. 7. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 (sepuluh) juta unit rumah di seluruh Indonesia berupa landed house dan Rumah Susun dalam kurun waktu 10 tahun. SOSIAL 1. Pemerintah memberikan perhatian khusus untuk penciptaan lapangan pekerjaan.
2.
Tingkat "pengetahuan" masyarakat akan masalah hukum terus meningkat.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Program pembangunan nasional akan berjalan berkesinambungan sesuai rencana. Pembangunan pada sektor konstruksi akan berjalan sesuai dengan agenda pemerintah. Rencana lokasi pembangunan pabrik baru disesuaikan dengan peraturan pemerintah dan ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek dampak lingkungan, sosial masyarakat, suplai material alam dan transportasi produk (khususnya angkutan laut). WIKA BETON meningkatkan kapasitas produksi melalui program peningkatan kapasitas jalur produksi yang ada, pembangunan jalur baru dan diversifikasi Produk. WIKA BETON tetap melaksanakan UU Perpajakan secara benar dan konsisten. Pengembangan fasilitas produksi diprioritaskan untuk produk-produk yang terkait dengan proyek pembangunan Jalan Tol dan Power Plant. Kenaikan harga semen lebih disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yaitu kenaikan BBM dan melemahnya nilai tukar rupiah. Manajemen perusahaan akan lebih lincah dalam mengelola bisnis dan menentukan kebijakan. Proyek-proyek yang didanai oleh APBN akan berjalan sesuai dengan rencana. WIKA BETON mengembangkan produk beton pracetak untuk Rusun dan Perumahan.
WIKA BETON mampu memenuhi seluruh kebutuhan perusahaan dibidang SDM. Rekrutmen SDM disesuaikan dengan rencana pengembangan jangka panjang perusahaan. WIKA BETON akan selalu memenuhi semua aspek pada UU Ketenagakerjaan.
93 No.
Kondisi Saat Ini
TEKNOLOGI 1. Sistem Informasi merupakan sarana untuk meningkatkan daya saing dan pelayanan perusahaan.
2.
Pemerintah memberikan perhatian yang tinggi terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Asumsi Perencanaan Perusahaan Pembangunan/Pengemban-gan fasilitas perusahaan dilakukan dengan memenuhi seluruh Peraturan Perundangan yang berlaku. WIKA BETON menerapkan Sistem Informasi berbasis IT diseluruh bidang dan unit kerja. Promosi Produk dan Jasa WIKA BETON dilakukan melalui Internet dan Standar Presentasi Produk Digital. WIKA BETON menetapkan kebijakan mengenai e-procurement di bidang penjualan dan mengembangkan eprocurement pengadaan. WIKA BETON hanya menggunakan produk yang berlisensi.
b) Identifikasi Lingkungan Internal Tabel 4.2 Kondisi Lingkungan Internal dan Asumsi Perencanaan Perusahaan No. Kondisi Saat Ini PEMASARAN 1. Kegiatan promosi belum selaras dengan rencana pengembangan jangka panjang perusahaan. 2. Sistem pengelolaan/pembinaan pelanggan belum sepenuhnya mengakomodasi kebutuhan pelanggan. 3.
4.
Informasi kegiatan operasi Pemasaran belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menetapkan langkah-langkah strategis.
Sebagian daerah potensial belum tergarap secara maksimal.
PRODUKSI 1. Tingkat utilisasi sebagian pabrik masih rendah.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Promosi dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dengan memanfaatkan sarana sesuai perkembangan teknologi. Mengembangkan dan menerapkan sistem pengelolaan/pembinaan pelanggan yang dapat mengakomodasi kebutuhan pelanggan. Pengelolaan informasi berbasis IT diterapkan secara konsisten. Informasi di bidang Pemasaran dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan dan langkahlangkah strategis. Secara bertahap menambah Representatif untuk daerah-daerah yang berpotensi antara lain: Aceh, Jambi, Bandar Lampung, Menado dan Jayapura. Peningkatan utilisasi pabrik dilakukan melalui pengaturan volume pekerjaan secara terintegrasi atau penyesuaian fungsi jalur sesuai kebutuhan pasar.
94 No. 2.
Kondisi Saat Ini Prioritas pembangunan masih difokuskan pada proyek infrastruktur.
3.
Volume pesanan untuk distribusi antar pulau yang semakin meningkat menimbulkan masalah akibat keterbatasan lahan stock yard.
4.
Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang tidak terukur. Teknologi produksi beton pracetak berkembang dengan pesat.
5.
SUMBERDAYA MANUSIA 1. Struktur Organisasi Perusahaan.
2.
Teknologi produksi dan sistem manajemen berkembang dengan sangat pesat.
TEKNIK DAN LITBANG 1. Pembangunan infrastruktur akan banyak dibiayai oleh investor asing. 2.
3.
4.
5.
Engineering Services masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pemasaran produk. Perusahaan-perusahaan Multinasional membawa banyak hal/metode baru dalam teknologi konstruksi. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 (sepuluh) juta unit hunian bagi masyarakat perkotaan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Keterbatasan lahan menuntut pembangunan gedung dengan jumlah lantai yang semakin banyak.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Komposisi fasilitas produksi disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan Jumlah Cetakan disesuaikan dengan kapasitas jalur. Pembangunan jalur produksi harus memperhitungkan kebutuhan lahan stock yard, jika volume produksi didominasi oleh pesanan antar pulau. Auto Clave dapat menjadi alternatif mengatasi keterbatasan lahan stock yard. Perhitungan HPP dengan Metoda Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas dapat diterapkan di WIKA BETON. Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi, tingkat kepastian kualitas dan efisiensi biaya dilakukan melalui penggunaan teknologi yang sudah teruji berdasarkan kajian kelayakan ekonomis. Upaya untuk mengurangi human error dilakukan melalui penerapan teknologi baru. WIKA BETON dapat menerapkan pola karir dan mapping SDM untuk menunjang program kaderisasi berkelanjutan. Pengelolaan SDM diarahkan pada sistem manajemen yang berbasis pada kompetensi. Design produk dan sistem manajemen diarahkan untuk mampu memenuhi persyaratan standar internasional. Pengembangan engineering mengarah pada upaya untuk meningkatkan kecepatan pelayanan dan akurasi. WIKA BETON melakukan Transfer of Knowledge melalui kerjasama/studi banding di dalam maupun luar negeri. Pengembangan rumah susun mengacu pada teknologi/sistem yang sudah ada.
WIKA BETON memiliki sub-kontraktor yang siap untuk menjadi partner dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi Rusun dan Perumahan. WIKA BETON menggunakan beton polimer pada produksi massal.
95 No. Kondisi Saat Ini KEUANGAN 1. Wika Beton mendapat kepercayaan yang tinggi dari Lembaga Keuangan dan Mitra Kerja.
2.
Angka collection period (debtor days) masih tetap tinggi.
Asumsi Perencanaan Perusahaan WIKA BETON selalu mampu memenuhi kebutuhan dana operasional dan investasi. Untuk kebutuhan investasi WIKA BETON menggunakan pinjaman jangka panjang. Ketergantungan Modal Kerja dari pinjaman bank masih tinggi. WIKA BETON menerapkan manajemen piutang yang baik untuk menurunkan collection period.
c) Identifikasi Lingkungan Mikro Tabel 4.3 Kondisi Lingkungan Mikro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan No. Kondisi Saat Ini TIANG BETON 1. 40% masyarakat pedesaan belum terjangkau listrik.
2. 3.
Perkembangan teknologi komunikasi mengarah pada teknologi nirkabel. Pemerintah memprioritaskan pembangunan power plant untuk penyediaan listrik 10.000 MW.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Fasilitas produksi WIKA BETON siap untuk memenuhi kebutuhan tiang listrik nasional Pengelolaan informasi kebutuhan tiang beton di PLN wilayah (Area Pelayanan Jaringan/Unit Pelayanan Jaringan) dan koperasi ditangani oleh masing-masing Wilayah Penjualan. Penggunaan tiang telepon beton terbatas hanya di daerah-daerah terpencil. Perolehan tiang transmisi beton relatif kecil. Sifat Tiang Beton yang "free maintenance" masih menjadi daya tarik bagi PLN untuk penggunaan pada jaringan transmisi.
TIANG PANCANG 1. Investasi dibidang infrastruktur khususnya Jalan Tol dan Power Plant akan meningkat signifikan. 2.
3.
Pemerintah memprioritaskan pembangunan power plant untuk penyediaan listrik 10.000 MW dan merencanakan rehabilitasi dermaga sepanjang +/- 28.000 m. Persaingan antar Industri Beton Pracetak semakin ketat.
Peningkatan kapasitas dilakukan melalui upaya meningkatkan kapasitas jalur, penambahan cetakan dan penambahan jalur produksi. WIKA BETON mengembangkan jalur produksi Tiang Pancang yang mampu membuat TP sampai dengan Diameter 800. Upaya mempertahankan market share dilakukan melalui peningkatan kapasitas, kualitas serta pelayanan pra dan purna jual.
96 No. Kondisi Saat Ini PRODUK BETON JALAN REL 1. Pemerintah terus berupaya untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia terutama di bidang infrastruktur. 2. Pemerintah merevisi UU No.13 tahun 1992 tentang perkereta-apian dan peraturan pelaksanaannya. PRODUK BETON JEMBATAN 1. Pembangunan infrastruktur jalan raya dan jembatan masih merupakan prioritas utama pemerintah dibidang transportasi.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Pasar Bantalan Jalan Rel masih besar.
Pasar produk beton jalan rel tidak lagi "single-customer".
WIKA BETON mengembangkan PCUGirder untuk memenuhi kebutuhan balok jembatan fly-over di perkotaan. Kapasitas produksi balok I-Segmental ditingkatkan berdasarkan informasi kebutuhan pasar. WIKA BETON mengembangkan produk baru komponen jembatan melalui kerjasama lisensi. WIKA BETON memiliki lisensi dan mengoperasikan sistem postensioning sendiri.
BETON UNTUK DINDING PENAHAN TANAH 1. Pengendalian banjir di perkotaan belum Selain Sheet Pile, WIKA BETON juga tertangani dengan baik. mengembangkan produk dinding penahan tanah tipe lain misalnya GeoForce, Reinforced Earth dll, bekerja sama dengan pemegang lisensi. BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG & PERUMAHAN 1. Pemerintah merencanakan pemba-ngunan Untuk memasuki pasar rumah susun, 10 (sepuluh) juta unit hunian bagi WIKA BETON memiliki sistem masyarakat perkotaan. pracetak yang telah tersertifkasi. Untuk pekerjaan pemasangan, WIKA BETON bekerja sama dan membina Perusahaan kontraktor yang berkompeten sebagai Mitra Kerja. BETON UNTUK BANGUNAN MARITIM 1. Pemerintah memprioritaskan pembangunan Untuk memasuki pasar dermaga, WIKA power plant untuk penyediaan listrik 10.000 BETON mengembangkan konsep MW dan merencanakan rehabilitasi dermaga pracetak yang menjawab dermaga sepanjang +/- 28.000 m´. tuntutan akurasi dan pelaksanaan yang cepat. BETON UNTUK BANGUNAN AIR 1. Penyediaan Air Bersih dan Pengelolaan Pipa beton bertekanan dengan diameter limbah perkotaan masih belum memenuhi besar dapat menjadi alternatif yang harapan. ekonomis untuk saluran transmisi air baku. Pemasaran produk pipa beton untuk saluran transmisi air baku dilakukan langsung kepada investor. PRODUK BETON LAIN 1. Pasar PBL dikuasi oleh perusahaan- Pasar PBL hanya diambil untuk mengisi perusahaan kecil. sisa kapasitas.
97 No. Kondisi Saat Ini JASA 1. WIKA BETON tidak memiliki kemampuan dalam pekerjaan konstruksi.
Asumsi Perencanaan Perusahaan WIKA BETON membina sub-kontraktor pemasangan / konstruksi untuk menjadi partner dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d) Identifikasi Lingkungan Industri POTENTIAL ENTRANTS Threats of New Entrants
BUYER
Bargaining Power of Buyer
INDUSTRY COMPETITORS Rivalry Among Existing Firms
Bargaining Power Of Supplier
SUPPLIER
Threats os Substitute Product or Services SUBSTITUTES
Gambar 4.2 Diagram Model Porter
Tabel 4.4 Kondisi Lingkungan Industri dan Asumsi Perencanaan Perusahaan No. Kondisi Saat Ini KEKUATAN PELANGGAN 1. Peran swasta dalam pembangunan semakin meningkat.
KEKUATAN PEMASOK 1. Produsen PC Wire cenderung mengalihkan produksinya ke PC Bar. 2.
Pasar produsen semen sudah tidak dibatasi secara geografis
Asumsi Perencanaan Perusahaan Penguasaan dan pengelolaan Informasi Pasar menjadi sangat penting dalam upaya mencapai sasaran perolehan. WIKA BETON mengembangkan sistem pelayanan purna jual yang dapat menjawab tuntutan pelanggan (voice of customer). WIKA BETON terus mengembangkan sistem manajemen untuk meningkatkan konsistensi kualitas produk. WIKA BETON meningkatkan profesionalisme dalam hubungan kerja. WIKA BETON secara bertahap mengalihkan penggunaan PC Wire ke PC Bar. WIKA BETON masih akan mendapatkan perlakuan khusus dalam supply dan harga semen.
98 No. 3.
Kondisi Saat Ini Semakin menipisnya deposit material alam disertai menguatnya isu mengenai pelestarian lingkungan.
4.
Perkembangan Angkutan Laut merubah peta persaingan internal maupun eksternal perusahaan. PERSAINGAN 1. Hasil survey menunjukan bahwa brand image PT WIKA adalah KUALITAS. 2.
Keterlibatan pada berbagai mega proyek infrastruktur semakin mengukuhkan brand image WIKA BETON sebagai produsen beton pracetak terkemuka di Indonesia.
Asumsi Perencanaan Perusahaan Kerjasama bisnis dengan pemasok dilakukan berdasarkan kepentingan jangka panjang (pelestarian lingkungan). Pengembangan material alternatif disiapkan untuk mengatasi kelangkaan material alam. Pengelolaan Vendor Angkutan dilakukan secara terintegrasi diseluruh Unit Kerja. Perolehan WIKA BETON akan meningkat sejalan dengan peningkatan perolehan PT Wijaya Karya. WIKA BETON akan banyak memperoleh pekerjaan dari investor multinasinal. WIKA BETON meningkatkan kemampuan SDM (penguasaan dalam hal negosiasi dengan pihak asing).
ANCAMAN PENDATANG BARU 1. Pesaing baru dari dalam dan luar negeri mulai menjajaki pasar industri beton pracetak.
Industri beton pracetak masih memiliki daya tarik bagi investor baru. Kemampuan bersaing dapat ditingkatkan melalui peninjauan struktur biaya. WIKA BETON meningkatkan mutu pelayanan/purna jual.
PRODUK PENGGANTI 1. Sebagai produk pondasi pembangunan infrastruktur bangunan, beton pra cetak masih belum ada produk penggantinya. Perubahan hanya terjadi pada pengembangan produk yang sudah ada.
WIKA Beton berusaha mengembangkan produk beton pra cetak baru dan melakukan diferensiasi pada produk lama.
4.1.1.2 Penentuan Visi dan Misi Organisasi PT. WIKA Beton menetapkan visi dan misi pada tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan No. SK.01.01/WB-OA.110/2005 tentang visi, misi, moto, nilai-nilai dan paradigma PT. WIKA Beton adalah sebagai berikut: “Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak” Kata “Terbaik” berarti: •
Peringkat terbaik dalam industri beton pracetak pada tahun 2008 di Indonesia.
99 •
Peringkat terbaik dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta berwawasan lingkungan dengan mempertahankan sertifikat Sistem Manajemen K3 (SMK3) dengan kategori Bendera Emas dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
•
Peringkat terbaik berdasarkan stakeholders utama yaitu: a. Pemegang Saham Nilai kesehatan perusahaan terbaik berdasarkan ukuran-ukuran yang terdapat pada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. b. Pelanggan Kualitas produk dan jasa terbaik, diukur berdasarkan nilai kepuasan pelanggan (Costumer Satisfaction Index/CSI). c. Mitra Kerja Kerja sama yang sehat dan saling menguntungkan dengan mempertahankan nilai kepuasan dan loyalitas mitra kerja (Business Partner Satisfaction & Retention Index) yang telah dicapai. d. Pegawai Mempertahankan nilai kepuasan pegawai (Employee Satisfaction Index/ESI) terbaik.
Misi dari perusahaan PT. WIKA Beton tahun 2005 adalah sebagai berikut: •
Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.
100 •
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.
•
Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan kerja yang berwawasan lingkungan.
•
Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan berkesinambungan.
•
Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.
4.1.1.3 Perumusan Strategi Induk dengan Analisa SWOT Tahap selanjutnya ialah analisa SWOT perusahaan sebagai suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Masukkan untuk analisa SWOT ialah hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal (beserta lingkungan industri di dalamnya) yang berhubungan dengan visi dan tujuan perusahaan. a) Kekuatan dan Kelemahan Internal PT. WIKA Beton Tabel 4.5 Faktor Internal PT. WIKA Beton No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Kekuatan (Strengths) Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan kualitas dan citra yang baik. Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika Beton memiliki posisi tawar yang baik terhadap pelanggan khususnya pada proyek pembangunan infrastruktur. Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU dengan 40 jenis produk dan standar produk yang secara umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi pelanggan maupun pesaing. Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton pracetak sehingga mampu merespon kebutuhan pasar dengan cepat. Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman dalam bidang engineering, pabrikasi dan penjualan produk beton. Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam penyediaan material, peralatan, tenaga kerja, dan modal.
101 No. 1.
2. 3.
4. 5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13.
Kelemahan (Weaknesses) Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara seimbang, menyebabkan adanya fungsi diperusahaan yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan perkembangan. Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan Material belum mencerminkan citra perusahaan sebagai produsen beton pracetak terkemuka. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang terintegrasi dengan program pemasaran jangka panjang menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi pada kebutuhan pasar. Kemampuan finansial relatif rendah untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru. Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah satunya karena masih memakai labour intensive-production teknologi Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat menyebabkan terhambatnya proses "estafet" penyebaran informasi Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang nilainya tidak diketahui secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing sebagian SBU Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi menyebabkan collection period, nilai piutang, ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya bunga bank terus meningkat. Informasi mengenai mitra kerja potensial belum dikelola secara sistematis menyebabkan ketergantungan pada mitra kerja aktif. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak khususnya untuk proyek-proyek multinasional relatif rendah. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara sistematis.
b) Kesempatan dan Ancaman Eksternal PT. WIKA Beton Tabel 4.6 Faktor Eksternal PT. WIKA Beton No. 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Kesempatan (Opportunities) Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan nasional sehingga potensi pasar dalam negeri akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan akan mendorong peningkatan pada investasi disektor konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power Plant. Brand image WIKA yang semakin baik akan berpengaruh terhadap peningkatan perolehan WIKA BETON Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan dengan pola rumah susun (Rusun) dan rumah sederhana sehat (RSH). Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan berkembang pesat menggantikan sistem konvensional. Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis. WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pihak-pihak yang terkait dengan industri beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik didalam maupun luar negeri. Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat diajak bekerjasama.
102 No. 1.
2. 3.
4.
5.
6. 7.
8.
9.
10.
Ancaman (Threats) Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan baik oleh Wika Beton, memungkinkan pesaing untuk mendahului masuk dan memperkuat posisi pasarnya. Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing menggunakan sistem produksi dan desain yang lebih ekonomis. Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan dengan mening-katnya produksi PC Bar, sementara WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih ke sistem produksi menggunakan PC Bar. Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu men-supply material alam dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas produksi. Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk menunda dan menghindari kewajiban membayar, dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya biaya bunga dan piutang macet perusahaan. Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA BETON melalui upaya pengembangan range product yang semakin beragam. Perkembangan transportasi laut yang semakin murah akan meningkatkan kemampuan pesaing menjangkau wilayah pemasaran yang selama ini hanya dilayani oleh WIKA BETON. Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik yang tidak terbina dengan baik dapat menyebabkan Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan industri berisiko menghadapi masalah. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya fleksibilitas pemilihan lokasi pembangunan pabrik baru. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu paket terpasang.
4.1.1.4 Perhitungan EFAS dan IFAS Untuk menentukan posisi perusahaan di tengah persaingan industri yang sejenis dilakukan identifikasi dan pemilihan strategi dengan menggunakan analisa perhitungan EFAS dan IFAS analisa SWOT. Pembobotan pada setiap indikator menggunakan metode perbandingan berpasangan atau pairwise comparison. Berikut adalah hasil perhitungan IFAS dan EFAS (Tabel 4.7 – 4.10).
103 1. Strengths – S Tabel 4.7 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - S INDIKATOR 1.
Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan
BOBOT
RATING
(B)
(R)
0.2
5
1
0.2
5
1
0.15
4
0.6
0.11
4
0.44
0.17
4
0.68
0.17
5
0.85
BXR
kualitas dan citra yang baik. 2.
Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika Beton memiliki posisi tawar yang baik terhadap pelanggan khususnya pada proyek pembangunan infrastruktur.
3.
Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU dengan 40 jenis produk dan standar produk yang secara umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi pelanggan maupun pesaing.
4.
Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton pracetak sehingga mampu merespon kebutuhan pasar dengan cepat.
5.
Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman dalam bidang engineering, pabrikasi dan penjualan produk beton.
6.
Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam penyediaan material, peralatan, tenaga kerja, dan modal. JUMLAH
1
4.57
2. Weaknesses – W Tabel 4.8 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - W INDIKATOR 1.
Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara
BOBOT
RATING
(B)
(R)
0.07
2
0.14
0.08
1
0.08
BXR
seimbang, menyebabkan adanya fungsi diperusahaan yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan perkembangan. 2.
Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan
104 Material belum mencerminkan citra perusahaan sebagai produsen beton pracetak terkemuka. 3.
Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang
0.1
2
0.2
0.08
3
0.24
0.06
3
0.18
0.07
1
0.07
0.08
4
0.32
0.08
2
0.16
0.1
3
0.3
0.08
3
0.24
0.06
1
0.06
0.08
2
0.16
0.06
2
0.12
terintegrasi dengan program pemasaran jangka panjang menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi pada kebutuhan pasar. 4.
Kemampuan finansial relatif rendah untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru.
5.
Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah satunya karena masih memakai labour intensiveproduction teknologi.
6.
Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat menyebabkan terhambatnya proses "estafet" penyebaran informasi.
7.
Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang nilainya tidak diketahui secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing sebagian SBU.
8.
Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi menyebabkan collection period, nilai piutang, ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya bunga bank terus meningkat.
9.
Informasi mengenai mitra kerja potensial belum dikelola secara sistematis menyebabkan ketergantungan pada mitra kerja aktif.
10. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak khususnya untuk proyek-proyek multinasional relatif rendah. 11. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. 12. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja. 13. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara sistematis. JUMLAH
1
2.27
105 3. Opportunities – O Tabel 4.9 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - O INDIKATOR 1.
Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan
BOBOT
RATING
(B)
(R)
0.15
4
0.6
0.15
3
0.45
0.12
4
0.48
0.1
3
0.3
0.1
2
0.2
BXR
nasional sehingga potensi pasar dalam negeri akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar. 2.
Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan akan mendorong peningkatan pada investasi disektor konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power Plant.
3.
Brand image WIKA yang semakin baik akan berpengaruh terhadap peningkatan perolehan WIKA BETON
4.
Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan dengan pola rumah susun (Rusun) dan rumah sederhana sehat (RSH).
5.
Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan berkembang pesat menggantikan sistem konvensional.
6.
Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis.
0.12
4
0.48
7.
WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang
0.12
4
0.48
0.07
4
0.28
0.07
4
0.28
tinggi dari pihak-pihak yang terkait dengan industri beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik didalam maupun luar negeri. 8.
Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat diajak bekerjasama.
9.
Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat diajak bekerjasama. JUMLAH
1
3.45
106 4. Threats – T Tabel 4.10 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - T INDIKATOR 1.
Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan
BOBOT
RATING
(B)
(R)
0.1
2
0.2
0.1
2
0.2
0.07
1
0.07
0.14
2
0.28
0.15
3
0.45
0.07
1
0.07
0.14
2
0.28
0.1
1
0.1
0.06
1
0.06
BXR
baik oleh Wika Beton, memungkinkan pesaing untuk mendahului masuk dan memperkuat posisi pasarnya. 2.
Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing menggunakan sistem produksi dan desain yang lebih ekonomis.
3.
Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan dengan mening-katnya produksi PC Bar, sementara WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih ke sistem produksi menggunakan PC Bar.
4.
Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu mensupply material alam dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas produksi.
5.
Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk menunda dan menghindari kewajiban membayar, dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya biaya bunga dan piutang macet perusahaan.
6.
Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA BETON melalui upaya pengembangan range product yang semakin beragam.
7.
Perkembangan transportasi laut yang semakin murah akan meningkatkan kemampuan pesaing menjangkau wilayah pemasaran yang selama ini hanya dilayani oleh WIKA BETON.
8.
Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik yang tidak terbina dengan baik dapat menyebabkan Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan industri berisiko menghadapi masalah.
9.
Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya
107 fleksibilitas pemilihan lokasi pembangunan pabrik baru.
0.07
2
0.14
10. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu paket terpasang. JUMLAH
1
1.85
Posisi PT. WIKA Beton berdasarkan formula perhitungan IFAS dan EFAS diatas ialah sebagai berikut (Marimin, 2004, p62): IFAS (sumbu-x) =
S− W 4.57 − 2.27 = = 1.15 2 2
EFAS (sumbu-y) =
O − T 3.45 − 1.85 = = 0.8 2 2
Gambar 4.3 Diagram SWOT PT. WIKA Beton
Berdasarkan pemetaan diagram diatas, PT. WIKA Beton mempunyai kekuatan dan kesempatan yang sangat baik, sehingga berada pada kwadran I, pertumbuhan dan pengembangan. Dalam kwadran ini, pangsa pasar dan peluang untuk tumbuh yang dimiliki perusahaan sangat baik, sehingga diperlukan
108 langkah-langkah strategis untuk melakukan investasi/pengembangan dalam mengejar pertumbuhan yang agresif. Secara umum, PT. WIKA Beton memfokuskan pada strategi pertumbuhan dan pengembangan melalui peningkatan mutu, pelayanan serta harga yang bersaing agar dapat selalu menjawab tantangan saat ini dan di masa yang akan datang. Matriks SWOT digunakan sebagai penetapan strategi yang berhubungan dengan keempat faktor dalam analisa SWOT dan posisi perusahaan pada diagram SWOT. Penetapan strategi digolongkan menjadi empat bagian, yaitu (Tabel 4.7 – Tabel 4.10):
Strategi Strengths – Opportunities/SO (maxi-maxi), yaitu strategi perusahaan untuk memaksimalkan kekuatan perusahaan dalam meraih kesempatan yang ada secara maksimal.
Strategi Strengths – Threats/ST (maxi-mini), yaitu strategi perusahaan untuk meminimalisasi ancaman eksternal dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki.
Strategi Weaknesses – Opportunities/WO (mini-maxi), yaitu strategi perusahaan untuk meminimalisasi kelemahan dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Strategi Weaknesses – Threats/WT (mini-mini), yaitu strategi perusahaan untuk meminimaliasasi ancaman dengan meminimalisasi kekurangan yang dimiliki perusahaan.
109 Tabel 4.11 Strategi Strengths - Opportunities No.
Strategi S-O
1.
Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan dengan memanfaatkan adanya program pemerintah membenahi kawasan kumuh melalui pembangunan RUSUN.
2.
Mengembangkan sistem pracetak dan material alternative melalui kerjasama dengan pihak lain (dalam maupun luar negeri) yang sudah berpengalaman dan memiliki sistem yang handal.
3.
Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk memperoleh "premium price".
4.
Menangkap peluang peningkatan investasi dibidang infrastruktur melalui pola pemasaran yang lebih kehulu.
5.
Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi kapasitas jalur yang ada.
6.
Mengamankan supply dan harga semen melalui upaya menjaga keseimbangan pemesanan antar produsen.
7.
Melakukan
kerjasama
secara
profesional
dengan
lembaga/perorangan
untuk
pengembangan sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering. 8.
Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar produk-produk yang dimiliki perusahaan mempunyai status hukum (merk dan hak intelektual).
9.
Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalah hukum perusahaan.
Tabel 4.12 Strategi Strengths - Threats No.
Strategi S-T
1.
Meningkatkan jangkauan dan penetrasi pasar melalui penambahan representatif di beberapa daerah potensial.
2.
Pengembangan material, produk, fasilitas dan sistem produksi disesuaikan dengan tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui pembentukan Tim Pengembangan yang bertugas menetapkan dan mengendalikan arah pengembangannya.
3.
Seluruh pabrik disiapkan untuk dapat menggunakan PC Bar.
4.
Bekerjasama dengan mitra kerja produsen lokal untuk meningkatkan jaminan kualitas dan supply PC Bar.
5.
Lokasi pembangunan pabrik baru ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek dampak lingkungan, sosial masyarakat, supply material alam dan transportasi produk (khususnya angkutan laut) serta diupayakan didalam kawasan industri.
110 6.
Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan memanfaatkan informasi Nilai Pelanggan.
7.
WIKA BETON tetap fokus pada produk-produk untuk menunjang pembangunan infrastruktur sambil mulai mengembangkan produk-produk untuk gedung dan perumahan.
8.
Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi yang ramah lingkungan diseluruh pabrik.
9.
Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
10.
Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan jangka panjang perusahaan.
11.
Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya improvement dan differensiasi produk lama.
12.
Bekerjasama dengan mitra kerja konstruksi untuk memasuki pasar rumah susun dan gedung pracetak.
Tabel 4.13 Strategi Weaknesses - Opportunities No.
Strategi W-O
1.
Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP harus meliputi seluruh sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif.
2.
Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait (dalam maupun luar negeri) untuk meningkatkan kapasitas penjualan.
3.
Melakukan
kerjasama
secara
profesional
dengan
lembaga/perorangan
untuk
pengembangan SDM, sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering. 4.
Meningkatkan Laboratorium Beton untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi.
5.
Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu untuk penanganan masalah pasar, pelanggan dan pelayanan purna jual.
6.
Mengembangkan e-procurement pengadaan yang mencakup kegiatan pengadaan di PPB, WP dan Kantor Pusat secara terpadu.
111 Tabel 4.14 Strategi Weaknesses - Threats No.
Strategi W-T
1.
Aktivitas Promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program jangka panjang dan jangka pendek promosi.
2.
Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui penggunaan teknologi baru.
3.
Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial dilakukan melalui sistem IT yang terintegrasi.
4.
Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi perusahaan dalam menghadapi masalah keterlambatan pembayaran dan piutang macet.
4.1.2 Penetapan & Implementasi Strategi
Pada tahap penetapan & implementasi strategi terdapat dua tahapan utama, yaitu: 1. Pemetaan strategi ke dalam area fungsional perusahaan 2. Penetapan critical success factor (CSF).
4.1.2.1 Penetapan Strategi & Kebijakan Fungsional
Dalam perencanaan dan implementasi strategi perusahaan, PT. WIKA Beton menggolongkan strategi-strategi tersebut berdasarkan area fungsional perusahaan, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.15 Pemetaan Strategi kedalam Area Fungsional Perusahaan No. A.
Area Fungsional Perusahaan
Strategi
Pengembangan
Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan
Bisnis
dengan memanfaatkan adanya program pemerintah membenahi kawasan kumuh melalui pembangunan RUSUN (rumah susun)
112
No.
Area Fungsional
Strategi
Perusahaan
Mengembangkan sistem pracetak dan material alternatif melalui kerjasama dengan pihak lan (dalam maupun luar negeri) yang sudah berpengalaman dan memiliki sistem yang handal Pengembangan material, produk, fasilitas, dan sistem produksi disesuaikan dengan tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui pembentukan Tim Pengembangan yang bertugas menetapkan dan mengendalikan arah pengembangannya Lokasi
pembangunan
mempertimbangkan
pabrik
aspek
baru
ditetapkan
dampak
lingkungan,
dengan sosial
masyarakat, pasokan material alam dan transportasi produk (khususnya angkatan laut) serta diupayakan di dalam kawasan industri PT. WIKA Beton tetap fokus pada produk-produk untuk menunjang
pembangunan
infrastuktur
sambil
mulai
mengembangkan produk-produk untuk gedung dan perumahan Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait (dalam maupun luar negeri) untuk meningkatkan kapasitas penjualan Melakukan
kerjasama
lembaga/perorangan
untuk
secara
professional
pengembangan
SDM,
dengan sistem
manajemen, laboratorium dan proyek enjiniring B.
Pemasaran
Menangkap peluang peningkatan investasi di bidang infrastruktur melalui pola pemasaran yang lebih kehulu Meningkatkan
jangkauan
dan
penetrasi
pasar
melalui
penambahan representatif penjualan di beberapa daerah potensial Aktivitas promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program jangka panjang/jangka pendek promosi Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu untuk penanganan masalah pasar, pelanggan, dan pelayanan purna jual C.
Penjualan
Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk memperoleh “premium price” Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan memanfaatkan informasi Nilai Pelanggan
113
No. D.
Area Fungsional
Strategi
Perusahaan Produksi
Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi kapasitas jalur yang ada Mengamankan pasokan dan harga semen melalui upaya menjaga keseimbangan pemesanan antar produsen Seluruh pabrik disiapkan untuk menggunakan PC Bar Bekerjasama
dengan
mitra
kerja
produsen
lokal
untuk
meningkatkan jaminan kualitas dan pasokan PC Bar Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi yang ramah lingkungan diseluruh pabrik Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui penggunaan dan teknologi baru Mengembangkan
e-procurement
yang
mencakup
kegiatan
pengadaan di PPB, WP, dan kantor pusat secara terpadu E.
Sumberdaya
Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan
Manusia
jangka panjang perusahaan Peningkatan produktivitas dan profitabilitas SDM
F.
Enjiniring
Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya improvement dan diferensiensi produk lama Meningkatkan Laboratorium Beton agar mampu mengikuti perkembangan teknologi Melakukan
kerjasama
secara
profesional
dengan
lembaga/perorangan untuk pengembangan sistem manajemen, laboratorium, dan proyek G.
Keuangan
Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi perusahaan
dalam
menghadapi
masalah
keterlambatan
pembayaran dan piutang macet H.
Hukum dan Legal
Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar produk-produk yang dimiliki perusahaan mampunyai status hukum (merek dan hak intelektual) Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalahan hukum perusahaan
I.
Bidang Umum dan
Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar
Hubungan
dan berpatisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
Masyarakat
114 Area Fungsional
No.
Strategi
Perusahaan
J.
Pengendalian
Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP harus meliputi seluruh sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif
K.
Sistem Informasi
Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial yang dilakukan melalui sistem TI yang terintegrasi
4.1.2.2 Penetapan Critical Succes Factors
Penetapan critical success factor (CSF) bertujuan untuk mengetahui wilayah aktivitas bisnis yang yang harus berjalan dengan benar untuk mencapai sasaran bisnis, sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh mana perusahaan telah menjalankan komitmennya terhadap strategi yang telah ditetapkan. Berikut adalah CSF yang ditetapkan untuk mencapai sasaran bisnis, yaitu:
Meningkatkan omzet penjualan dan perolehan kontrak baru
Meningkatkan laba operasional
Intensifikasi/Penetrasi pasar dan ekstensifikasi wilayah operasi pasar (lebih ke industri hulu)
Meningkatkan kapasitas produksi dan konsistensi mutu produk
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya keuangan dan tingkat pengembalian investasi
Meningkatkan pengembangan produk baru dan diferensiasi produk
Meningkatkan kompetensi, kepuasan dan produktivitas sumber daya manusia
Meningkatkan pelayanan dan kemampuan enjiniring melalui program penelitian dan pengembangan
115
Penerapan sistem informasi yang terintegrasi di seluruh unit kerja
Meningkatkan sistem manajemen perusahaan.
4.1.3 Evaluasi Kinerja Strategi
Hasil setiap langkah yang diimplementasikan perlu dievaluasi berupa pengukuran kinerja untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan pelaksanaan anggaran, program dan pelaksanaan strategis. Hasil evaluasi juga digunakan untuk memberikan informasi bagi pelaksanaan tentang seberapa jauh target telah berhasil dicapai, sasaran strategis telah berhasil dicapai, tujuan dan visi perusahaan dapat dicapai. Evaluasi kinerja perusahaan dalam menjalankan rencana strategis mereka membutuhkan metode pengukuran performansi. Metode yang digunakan ialah metode Balanced Scorecard dengan empat perspektif pengukuran, yaitu perspektif keuangan (financial), perspektif pelanggan (customer), perspektif proses bisnis internal (internal process), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth). Didalam setiap perspektif perlu ditetapkan key performance indicator (KPI), sebagai tolak ukur antara pencapaian rencana dengan realisasi yang terjadi. KPI ditentukan dari setiap CSF perusahaan, berikut adalah uraian mengenai CSF dan KPI dalam kerangka Balanced Scorecard PT. WIKA Beton (Tabel 4.16).
116 Tabel 4.16 CSF/Sasaran Strategis dan KPI PT. WIKA Beton. Perspektif
CSF
Key Performance
Satuan
Indicator
Pengukuran
Meningkatkan omzet penjualan
Nilai Penjualan
Rupiah
Meningkatkan omzet kontrak baru
Nilai perolehan kontrak
Rupiah
baru
Finansial
Meningkatkan tingkat
Return On Investment
Persentase
pengembalian investasi
(ROI)
Meningkatkan efisiensi
Total Asset Turnover
Kali
Nilai EBIT (Earn Before
Rupiah
penggunaan total aktiva perusahaan Meningkatkan laba operasional
Interest and Tax).
Pelanggan
Proses Internal
Memperluas penetrasi pasar
Target pangsa pasar
Persentase
(ekstensifikasi dan intensifikasi)
(market share).
Meningkatkan pelayanan kepada
Indeks kepuasan
pelanggan
pelanggan (CSI)
Mempertahankan pelanggan lama
Rasio pelanggan lama
Persentase
Meningkatkan pelanggan baru
Rasio pelanggan baru
Persentase
Menurunkan jumlah produk cacat
Rasio produk cacat dan
Persentase
& gagal
gagal.
Menurunkan jumlah potensi
Jumlah Lost Sale ketika
Frekuensi &
kontrak yang tidak dapat dipenuhi
dibutuhkan.
Rupiah
Training Coverage
Persentase
Employee Turnover
Persentase
Produktivitas Pegawai
Rupiah/Orang
Meningkatkan kemampuan
Proporsi biaya
Persentase
perusahaan dengan pengembangan
pengembangan &
produk baru, manajemen, SDM,
penelitian terhadap total
pasar, dan kemampuan teknik
biaya usaha.
Skor (1-5)
karena keterbatasan kapasitas produksi Meningkatkan kompetensi tenaga kerja Meningkatkan kepuasan tenaga Pembelajaran & Pertumbuhan
Kerja Meningkatkan produktivitas Pegawai
117
Gambar 4.4 Strategic Map PT. WIKA Beton dalam Kerangka Balanced Scorecard
4.2
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk mengukur setiap KPI yang terdapat pada peta strategi. Dalam pengolahan data, ditambahkan asumsi-asumsi yang diperoleh dari pihak perusahaan dengan tujuan
118 agar setiap pengukuran KPI pada setiap perspektif di peta strategi Balanced Scorecard memiliki batasan dan pengertian yang jelas.
Sumber pengolahan data diperoleh dari laporan manajemen dan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) periode tahun 2003-2006. Pengukuran performansi PT. WIKA Beton dimulai dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, proses bisnis internal, dan pelanggan, karena ketiga perspektif tersebut merupakan indikator pencapaian jangka panjang (driver) yang akan mempengaruhi target kinerja jangka pendek pada indikator perspektif finansial.
4.2.1 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam suatu perusahaan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan strategi perusahaan. Selain kapabilitas keuangan dan kemampuan perusahaan dalam menarik konsumen dengan proses internalnya, kinerja karyawan merupakan investasi infrastruktur perusahaan yang tak ternilai harganya. Perpektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan prioritas untuk menciptakan suatu keadaan yang mendukung perubahan organisasional, inovasi, dan pertumbuhan. Dalam pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, dilakukan pengukuran performansi tenaga kerja berdasarkan kinerja program penelitian dan pengembangan, Training Coverage, Employee Turnover, dan produktivitas pegawai.
119 4.2.1.1 Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (research and development) atau Litbang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan melalui peningkatan berkelanjutan terhadap kapabilitas kinerja semua sumber daya didalam perusahaan. Program penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: Litbang Produk, Litbang SDM, Litbang Teknik, Litbang Manajemen, Litbang Sistem Informasi Manajemen, dan Litbang Pasar. Bagaimana mengukur kinerja litbang agar usaha dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat mempengaruhi perubahan kapabilitas perusahaan secara efektif?. Untuk itu, pengukuran KPI ini dilakukan dengan menghitung proporsi pengeluaran biaya untuk program penelitian dan pengembangan terhadap biaya usaha yang dikeluarkan per tahun, karena biaya litbang merupakan bagian dari biaya usaha. Pengukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui dampak proporsi biaya litbang terhadap perubahan perusahaan kearah yang lebih baik.
120 Tabel 4.17 Program Penelitian dan Pengembangan PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Proporsi Pengeluaran Biaya Penelitian & Pengembangan Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah; persen) 2003
2004
2005
2006
Uraian
Biaya Usaha Biaya Litbang
Realisasi
Rencana
Realisasi
Rencana
Realisasi
Rencana
Realisasi
Rencana
338,601.78
253,511.00
405,797.72
366,200.00
549,270.05
416,150.00
589,265.00
564,196.00
636.93
503.98
746.94
1,113.00
1,205.00
1,256.99
1,008.00
1,435.00
0.22%
0.30%
0.17%
0.25%
Proporsi Litbang 0.19% 0.20% 0.18% 0.30% % Pencapaian Target 94.62% 60.56% (sumber: Laporan Beban Langsung/ Beban Tak Langsung periode 2003-2006)
72.63%
Ket: RKAP = Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan, Realisasi = Pelaksanaan Aktual
Contoh perhitungan: Proporsi =
Biaya Litbang x100% …(rumus 2.17) Biaya Usaha
Pr oporsiLitbang 2003 =
636.93 x100% = 0.19% 338,601.78
dan % pencapaian target tahun 2003 =
Pr oporsiLitbang Re alisasi 0.19% x100% = = 94.62% Pr oporsiLitbangRKAP 0.20%
67.26%
121 Tabel 4.18 Uraian Biaya Program Penelitian dan Pengembangan PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Program Penelitian dan Pengembangan Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) Litbang
2003
2004
2005
2006
Produk
187.73
341.26
643.16
632.00
SDM
29.88
186.24
321.32
191.00
Teknik
103.00
152.81
177.14
121.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Manajemen
299.08
52.04
48.02
42.00
Pasar
17.24
14.59
15.60
22.00
Jumlah Biaya Litbang
636.93
746.94
1,205.24
1,008.00
SIM
4.2.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan suatu asset dan komponen masukkan (input) yang berharga bagi perusahaan. Para pekerja memegang peranan yang penting dalam kemajuan perusahaan. Tenaga kerja yang memiliki skill dan pemahaman kerja yang tinggi, merupakan modal intelektual bagi perusahaan. KPI pelatihan tenaga kerja memberikan gambaran seberapa besar usaha yang dilakukan oleh PT. WIKA Beton terhadap peningkatan kemampuan dan keahlian para sumber daya manusia mereka. Salah satu pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar usaha peningkatan kompetensi tenaga kerja ialah training coverage.
Training coverage adalah persentase jumlah karyawan yang mendapatkan pelatihan dalam satu tahun. Kinerja training coverage PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.19.
122 Tabel 4.19 Training Coverage PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Peserta Program Pelatihan dan Pendidikan Tenaga Kerja Periode 2003-2006
No
Uraian
Peserta 2003
Peserta 2004
(satuan orang; persen) Peserta Peserta 2005 2006
Ri
Ra
Ri
Ra
Ri
Ra
Ri
Ra
1
Pelatihan Dasar
0
22
0
0
0
0
0
10
2
Kursus Reguler
158
96
152
90
109
115
191
155
3
Pembinaan SDM
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Konsultan SDM
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Seminar
14
5
30
16
24
34
32
25
6
Pendidikan Reguler
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Pendidikan Lanjutan
0
2
0
2
1
1
0
4
8
Studi Banding
0
0
5
9
0
0
0
10
9
Lain-lain
0
0
0
0
0
0
0
0
172
125
187
117
134
150
223
204
Jumlah Peserta
885
918
912
903
Training Coverage Aktual
19.44%
20.37%
14.69%
24.70%
Training Coverage Rencana
14.12%
12.75%
16.45%
22.59%
Jumlah Tenaga Kerja
% Pencapaian Target 137.60% 159.83% 89.33% 109.31% (sumber: Laporan Realisasi Program Pendidikan dan Pelatihan periode 2003-2006) Ket: Ri = Pelaksanaan aktual / realisasi aktual Ra = Rencana pelaksanaan awal
Contoh perhitungan: Training Coverage =
Jumlah Peserta Training x100% …(rumus 2.16) Jumlah Total Tenaga Kerja
Training Coverage Realisasi 2006 =
223 x100% = 24.70% 903
123 dan % pencapaian target tahun 2006 =
% Training Coverage Ri 24.70% x100% = = 109.31% % Training Coverage Ra 22.59%
4.2.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja Tujuan kepuasan tenaga kerja (employee satisfaction) menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang penting oleh perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan pelayanan kepada pelanggan.
Employee turnover merupakan tingkat keluar masuknya karyawan pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi Employee Turnover, mengindikasikan iklim organisasi yang kurang baik, sehingga karyawan yang bekerja tidak dapat bertahan lama berada dalam perusahaan tersebut. Employee Turnover PT. WIKA Beton periode 2003-2006 berdasarkan alasannya dapat dilihat pada Tabel 4.20.
124 Tabel 4.20 Realisasi Employee Turnover PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Empolyee Turnover per Tahun Periode 2003-2006 (satuan orang) No.
Uraian
2003
2004
2005
2006
Jumlah Awal
880
885
918
912
19
45
10
25
A
Penambahan Tenaga Kerja
B
Pengurangan Tenaga Kerja
1
Mengundurkan Diri
2
4
5
9
2
Pensiun
9
2
4
5
3
Meninggal Dunia
2
4
3
5
4
Kepentingan Perusahaan
1
2
4
15
Total Tenaga Kerja Keluar
14
12
16
34
Jumlah Akhir
885
918
912
903
% Masuk
2.16%
5.08%
1.09%
2.74%
% Keluar
1.59%
1.36%
1.74%
3.73%
(sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: Turnover Keluar =
Jumlah Tenaga Kerja Keluar x100% …(rumus 2.15.1) Jumlah Total Tenaga Kerja
Turnover Masuk =
Jumlah Tenaga Kerja Masuk x100% …(rumus 2.15.2) Jumlah Total Tenaga Kerja
Turnover Keluar 2003 =
14 x100% = 1.59% 885
Turnover Masuk 2003 =
19 x 100% = 2.16% 885
125 Tabel 4.21 Rencana Employee Turnover PT. WIKA Beton Uraian
2003
2004
2005
2006
Jumlah Awal
880
885
918
912
Tenaga Kerja Masuk
19
45
10
25
Tenaga Kerja Keluar
10
4
8
20
Jumlah Akhir
889
926
920
917
% Keluar
1.12%
0.43%
0.87%
2.18%
(sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan untuk rencana Employee Turnover menggunakan rumus seperti contoh diatas.
4.2.1.4 Produktivitas Pegawai Produktivitas Pegawai (employee productivity) adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan dari usaha peningkatan moral (employee satisfaction) dan keahlian pekerja. Tujuannya ialah membandingkan keluaran yang dihasilkan para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Pengukuran produktivitas pegawai dilakukan dengan membandingkan jumlah total penjualan (sebagai output perusahaan) terhadap jumlah total pegawai di PT. WIKA Beton (sebagai input perusahaan) per periode tahunan. Dengan asumsi, semua elemen tenaga kerja didalam organisasi terlibat dalam menghasilkan output perusahaan berupa jumlah nilai penjualan. Jumlah dan persentase kinerja produktivitas pegawai PT. WIKA Beton terhadap rencana perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.22.
126 Tabel 4.22 Produktivitas Pegawai PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Produktivitas Pegawai Periode 2003-2006 (dalam jutaan rupiah; orang) Uraian
2003
2004
2005
2006
342,477.85
413,597.70
551,021.85
597,246.95
885
918
912
903
Realisasi Produktivitas
386.98
450.54
604.19
661.40
Rencana Produktivitas
325.00
350.00
425.00
575.00
% Pencapaian Target
119.07%
128.73%
142.16%
115.03%
Penjualan Jumlah Tenaga Kerja
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: Produktivitas =
Nilai Penjualan (input) …(rumus 2.14) Jumlah Tenaga Kerja (output)
Produktivitas 2004 =
Rp.413,597.70 = 450.54 Rp/orang 918 orang
dan % pencapaian target tahun 2004 =
Produktivitas Aktual 450.54 x100% = x100% = 128.73% Rencana Produktivitas 350.00
4.2.2 Perspektif Proses Bisnis Internal Pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif proses bisnis internal, dilakukan pengukuran mutu dari setiap sub bisnis unit (SBU) yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton yaitu (tiang beton, tiang pancang, bantalan jalan rel, produk beton jembatan, produk beton dinding penahan tanah, produk beton bangunan air, produk beton gedung & perumahan, produk beton maritim, dan produk beton lain-lain). Selain itu dalam perspektif ini, dilakukan pengukuran
127 terhadap kapasitas tersedia. Pengukuran mutu produk dan kapasitas tersedia PT. WIKA Beton merupakan urutan proses bagi pengukuran performansi dalam menetapkan strategi yang akan mendorong tercapainya tujuan pada perspektif pelanggan dan finansial dari segi peningkatan pelayanan mutu dan ketersediaan pengadaan barang.
4.2.2.1 Kualitas Produk Pengukuran performansi mutu dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi dan meningkatkan kepuasan pelanggan dari segi jaminan kualitas produk yang ditawarkan. Dalam perhitungan performansi mutu produk, dibedakan menjadi dua bagian yaitu produk cacat dan produk gagal. Produk cacat ialah produk dengan tingkat kerusakan yang masih dapat diperbaiki atau dapat ditoleransi. Sedangkan produk gagal ialah produk dengan tingkat kerusakan yang parah sehingga tidak mungkin dapat digunakan lagi. Perhitungan rasio produk cacat dan produk gagal ialah dengan membandingkan volume produk cacat atau produk gagal dengan jumlah volume produksi per SBU per tahun. Kinerja mutu produk cacat dan gagal PT. WIKA Beton tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24.
128 Tabel 4.23 Volume dan Rasio Produk Cacat PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Jumlah dan Rasio Produk Cacat (Defect) Periode 2003-2006 (satuan unit; persen) 2003 No
SBU
2004
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Produksi
Cacat
% Cacat
% Cacat
Produksi
Cacat
% Cacat
% Cacat
1
Tiang Beton
55,794
32
0.06%
1.20%
65,472
65
0.10%
1.20%
2
Tiang Pancang
101,003
196
0.19%
0.90%
103,676
277
0.27%
0.90%
3
Bantalan Jalan Rel
456,236
191
0.04%
0.60%
47,487
4
0.01%
0.60%
2
0.18%
0.60%
9,084
136
1.50%
0.60%
4
Beton Jembatan
1,138
5
Beton Dinding Penahan Tanah
16,354
19
0.12%
1.00%
10,386
6
0.06%
1.00%
6
Beton Bangunan Air
2,724
1
0.04%
0.40%
178
0
0.00%
0.40%
7
Beton Gedung & Rumah
0
0
0.00%
0.00%
898
1
0.08%
0.00%
8
Beton Maritim
0
0
0.00%
0.00%
332
0
0.00%
0.00%
9
Beton Lain-lain
0
0
0.00%
0.00%
2,694
0
0.00%
1.00%
0.0691%
0.5222%
0.2228%
0.6333%
Rata-rata % Cacat
2005 No
SBU
2006
Vol.
Vol.
Aktual %
Rencana
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Produksi
Cacat
Cacat
% Cacat
Produksi
Cacat
% Cacat
% Cacat
1
Tiang Beton
55,581
55
0.10%
1.20%
41,219
28
0.07%
1.20%
2
Tiang Pancang
151,402
291
0.19%
0.90%
154,289
141
0.09%
0.90%
3
Bantalan Jalan Rel
292,991
38
0.01%
0.60%
136,220
52
0.04%
0.60%
4
Beton Jembatan
6,330
0
0.00%
0.60%
11,572
0.00%
0.60%
5
Beton Dinding Penahan Tanah
17,478
11
0.06%
1.00%
20,561
30
0.15%
1.00%
0
0.00%
0.40%
200
0
0.00%
0.40%
2
0.10%
0.40%
0.00%
0.40%
0.00%
1.00%
0.0492%
0.7222%
6
Beton Bangunan Air
86
7
Beton Gedung & Rumah
250
0
0.00%
0.40%
2,009
8
Beton Maritim
63
0
0.00%
0.40%
1,089
9
Beton Lain-lain
6,894
0
0.00%
1.00%
2,016
0.0408%
0.7222%
Rata-rata % Cacat
0
129 Tabel 4.24 Volume dan Rasio Produk Gagal PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Jumlah dan Rasio Produk Gagal (Failure) Periode 2003-2006 (satuan unit; persen) 2003 No
SBU
2004
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Produksi
Gagal
% Gagal
% Gagal
Produksi
Gagal
% Gagal
% Gagal
1
Tiang Beton
55,794
28
0.05%
0.40%
65,472
26
0.04%
0.40%
2
Tiang Pancang
101,003
32
0.03%
0.25%
103,676
42
0.04%
0.25%
3
Bantalan Jalan Rel
456,236
113
0.02%
0.15%
47,487
3
0.01%
0.15%
0
0.00%
0.10%
9,084
0
0.00%
0.10%
4
Beton Jembatan
1,138
5
Beton Dinding Penahan Tanah
16,354
3
0.02%
0.40%
10,386
2
0.02%
0.40%
6
Beton Bangunan Air
2,724
0
0.00%
0.40%
178
0
0.00%
0.40%
7
Beton Gedung & Rumah
0
0
0.00%
0.00%
898
0
0.00%
0.00%
8
Beton Maritim
0
0
0.00%
0.00%
332
0
0.00%
0.00%
9
Beton Lain-lain
0
0
0.00%
0.00%
2,694
0
0.00%
0.00%
0.0139%
0.1889%
0.0118%
0.1889%
Rata-rata % Gagal
2005 No
SBU
2006
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Vol.
Vol.
Aktual
Rencana
Produksi
Gagal
% Gagal
% Gagal
Produksi
Gagal
% Gagal
% Gagal
1
Tiang Beton
55,581
15
0.03%
0.30%
41,219
16
0.04%
0.30%
2
Tiang Pancang
151,402
55
0.04%
0.25%
154,289
58
0.04%
0.25%
3
Bantalan Jalan Rel
292,991
35
0.01%
0.15%
136,220
23
0.02%
0.15%
4
Beton Jembatan
6,330
0
0.00%
0.10%
11,572
0
0.00%
0.10%
5
Beton Dinding Penahan Tanah
17,478
0
0.00%
0.30%
20,561
3
0.01%
0.30%
6
Beton Bangunan Air
86
0
0.00%
0.10%
200
0
0.00%
0.10%
7
Beton Gedung & Rumah
250
0
0.00%
0.10%
2,009
0
0.00%
0.10%
8
Beton Maritim
63
0
0.00%
0.10%
1,089
0
0.00%
0.10%
9
Beton Lain-lain
6,894
0
0.00%
0.30%
2,016
0
0.00%
0.30%
0.0084%
0.1889%
0.0120%
0.1889%
Rata-rata % Gagal (sumber: Laporan Produksi periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
% Cacat @ Jenis Produk =
Vol. Cacat @ Jenis Produk × 100% ..(rumus 2.11) Vol. Produksi @ Jenis Produk
130 Rata − rata % Cacat =
Jumlah % Cacat …(rumus 2.12) Jumlah Jenis Produk Yang Dihasilkan
% Cacat Tiang Beton 2003 =
Rata − rata % Cacat 2003 =
32 × 100% = 0.06% 55794
0.06 + 0.19 + 0.04 + 0.18 + 0.12 + 0.40 = 0.0691% 9
, untuk perhitungan rasio produk gagal (failure) menggunakan perumusan yang sama seperti yang dilakukan untuk perhitungan rasio produk cacat diatas.
4.2.2.2 Kapasitas Tersedia Ketersediaan kapasitas produk mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Perusahaan tidak akan menyanggupi penawaran kontrak yang diajukan oleh pelanggan jika kapasitas yang ada tidak sanggup menampung kebutuhan tersebut, hal demikian yang selanjutnya disebut
lost sales. Pengukuran performansi kapasitas tersedia dengan perhitungan lost sales dilakukan dengan menghitung frekuensi terjadinya lost sales setiap tahunnya dan biaya yang hilang akibat lost sales. Kinerja kapasitas tersedia PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.25.
131 Tabel 4.25 Jumlah dan Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Frekuensi dan Biaya Lost Sales Periode 2003-2006
Periode
Frekuensi
Biaya (Rp. jutaan)
Rencana (Rp. jutaan)
2003
Periode
Frekuensi
Biaya (Rp. jutaan)
Rencana (Rp. jutaan)
2004
Jan
0
0.00
0
Jan
0
0.00
0
Feb
0
0.00
0
Feb
0
0.00
0
Mar
0
0.00
0
Mar
0
0.00
0
Apr
0
0.00
0
Apr
0
0.00
0
Mei
0
0.00
0
Mei
0
0.00
0
Jun
0
0.00
0
Jun
0
0.00
0
Jul
0
0.00
0
Jul
0
0.00
0
Agt
1
2,685.40
0
Agt
0
0.00
0
Sep
0
0.00
0
Sep
1
2,659.21
0
Okt
0
0.00
0
Okt
1
1,179.63
0
Nov
0
0.00
0
Nov
0
0.00
0
Des
0
0.00
0
Des
0
0.00
0
Total Ratarata
1
2,685.40
0
Total Ratarata
2
3,838.84
0
2,685.40
0
2005
1,919.42
0
2006
Jan
0
0.00
0
Jan
0
0.00
0
Feb
0
0.00
0
Feb
0
0.00
0
Mar
0
0.00
0
Mar
0
0.00
0
Apr
0
0.00
0
Apr
0
0.00
0
Mei
0
0.00
0
Mei
0
0.00
0
Jun
0
0.00
0
Jun
0
0.00
0
Jul
0
0.00
0
Jul
0
0.00
0
Agt
1
1,260.05
0
Agt
0
0.00
0
Sep
2
3,350.00
0
Sep
0
0.00
0
Okt
1
1,179.63
0
Okt
1
2,350.98
0
Nov
0
0.00
0
Nov
1
1,020.36
0
Des
0
0.00
0
Des
0
0.00
0
Total Ratarata
4
5,789.68
0
Total Ratarata
2
3,371.34
0
1,447.42
0
(sumber: Laporan Peninjauan Kontrak periode 2003-2006)
1,685.67
0
132 Contoh perhitungan: Rata − rata Biaya LostSales =
∑ Biaya Lost Sales ∑ Frekuensi Lost Sales
Rata − rata Biaya Lost Sales 2006 =
3,371.34 = 1,685.67 2
4.2.3 Perspektif Pelanggan Pada keadaan nyata dimana konsumen memegang kendali bisnis, produsen harus mengubah jalan pikiran mereka kepada jalan berpikir yang berorientasi kepada pelanggan/konsumen. Produk PT. WIKA Beton merupakan produk yang bersaing di pasaran. Pesaing untuk pasar lokal terdiri dari dari beberapa perusahaan dengan level perusahaan modern. Apabila tidak diantisipasi lebih lanjut, bukan tidak mungkin pada suatu hari nanti banyak konsumen yang meninggalkan produk dari PT. WIKA Beton. Sehingga pendekatan yang realistis adalah berusaha menjadikan konsumen sebagai sebuah asset perusahaan yang tidak ternilai. Untuk menghasilkan sebuah nilai yang berorientasi kepada konsumen, perspektif pelanggan dilukiskan melalui beberapa indikator pengukuran performansi perusahaan, yaitu: kepuasan pelanggan, akuisisi dan retensi pelanggan,
serta
pangsa
pasar.
Indikator
tersebut
digunakan
untuk
mengindikasikan pencapaian strategi untuk menciptakan nilai dan diferensiasi dari perspektif pelanggan.
133
4.2.3.1 Kepuasan Pelanggan Sesuai dengan misi PT. WIKA Beton, yaitu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu, dan harga bersaing, maka hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan berorientasi kepada konsumen. Kepuasan pelanggan sebagai parameter tercapai atau tidaknya usaha perusahaan untuk memperoleh simpati dari para konsumennya. Kepuasan pelanggan tercipta melalui usaha perusahaan dalam mengoptimalkan perspektif proses bisnis internal (menciptakan pelayanan dan jaminan akan mutu, harga, dan waktu). Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode
Customer Satisfaction Index (CSI). CSI mengukur dua indikator penting, yaitu Kepuasan Kualitas dan Kepuasan Pelayanan. Penilaian CSI dilakukan oleh perusahaan dalam satuan ranking/semester. CSI menggunakan skala 1s/d5, untuk
ranking 5 sebagai indikator paling baik dan 1 sebagai indikator sangat buruk. Pengukuran dilakukan dengan melakukan survey kepuasan pelanggan melalui kuesioner
yang
dilakukan
oleh
pihak
perusahaan
sebanyak
30
responden/pelanggan per semester. Berikut kinerja kepuasan pelanggan yang berhasil dicapai oleh PT. WIKA Beton pada Tabel 4.26 dan Tabel 4.27.
134 Tabel 4.26 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Customer Satisfaction Index Periode Tahun 2003-2004 *) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester 2003 No. A. 1 2 3
Penilaian
Kepuasan Kualitas Produk (Spesifikasi/keandalan) [Q] Harga (Daya Saing) [C] Ketepatan Waktu Pengiriman [D]
Satuan
2004
Rencana
Aktual Sem I
Aktual Sem II
Rencana
Aktual Sem I
Aktual Sem II
5.00
4.75
4.08
5.00
4.12
3.75
4.00
3.50
3.62
4.00
4.00
3.91
5.00
3.92
3.50
5.00
3.94
3.42
Ranking/Smtr Ranking/Smtr Ranking/Smtr
4
Keamanan Produk [S]
Ranking/Smtr
5.00
4.58
4.08
5.00
4.13
3.67
5
Konsistensi
Ranking/Smtr
5.00
4.58
4.15
4.50
4.29
3.70
B.
Kepuasan Pelayanan Kecepatan Tanggapan (Respon)
1 2 3 4 5
Ranking/Smtr
5.00
4.42
4.46
5.00
4.29
4.25
Pelayanan
Ranking/Smtr
5.00
4.42
4.25
5.00
4.24
4.00
Komitmen
Ranking/Smtr
4.00
4.25
4.08
4.00
4.00
3.67
Supervisi Penggantian Produk tak sesuai
Ranking/Smtr
4.00
4.00
4.00
4.00
4.18
3.33
5.00
4.43
4.09
5.00
3.78
3.36
4.70
4.29
4.03
4.65
4.10
3.71
Ranking/Smtr
CSI per Semester % Pencapaian Target
88.47%
83.89%
135 Tabel 4.27 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton (lanjutan) PT. WIKA Beton Customer Satisfaction Index Periode Tahun 2005-2006 *) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester 2005 No.
A. 1 2
Penilaian
Satuan
Kepuasan Kualitas Produk (Spesifikasi/keandalan) [Q]
2006
Rencana
Aktual Sem I
Aktual Sem II
Rencana
Aktual Sem I
Aktual Sem II
Ranking/Smtr
4.00
4.85
4.46
4.00
4.74
3.85
Ranking/Smtr
4.00
5.00
3.85
4.00
4.69
3.00
3
Harga (Daya Saing) [C] Ketepatan Waktu Pengiriman [D]
Ranking/Smtr
4.00
4.46
4.00
4.00
4.69
3.33
4
Keamanan Produk [S]
Ranking/Smtr
4.00
4.38
4.23
4.00
4.69
3.55
5
Konsistensi
Ranking/Smtr
4.00
4.23
4.23
4.00
4.69
3.67
1
Kepuasan Pelayanan Kecepatan Tanggapan (Respon)
Ranking/Smtr
4.00
5.00
4.69
4.00
4.69
3.53
2
Pelayanan
Ranking/Smtr
4.00
5.00
4.62
4.00
4.69
3.42
3
Komitmen
Ranking/Smtr
4.00
4.15
4.46
4.00
4.63
3.25
4
Supervisi Penggantian Produk tak sesuai
Ranking/Smtr
4.00
4.23
3.62
4.00
4.63
3.00
Ranking/Smtr
4.00
4.62
4.00
4.00
4.74
3.00
4.00
4.59
4.22
4.00
4.69
3.36
B.
5
CSI per Semester % Pencapaian Target
110.10%
100.60%
(sumber: Laporan CSI periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: CSI per semester =
∑ Nilai Kepuasan Kualitas + ∑ Nilai Kepuasan Pelayanan 10
...(rumus 2.9) CSI per Tahun =
CSI Semester 1 + CSI Semester 2 …(rumus 2.10) 2
CSI per semester1(2005) =
22.92 + 23 45.92 = = 4.59 10 10
136 CSI per Tahun 2005 =
4.59 + 4.22 = 4.405 2
4.2.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan Sebagai dampak dari peningkatan atau penurunan dari kepuasan pelanggan adalah proporsi retensi pelanggan dan akuisisi pelanggan (customer
retention and acquisition). Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan merupakan pengukuran kinerja yang penting untuk mengetahui sejauh mana PT. WIKA Beton dapat mempertahankan pelanggan lama dan meningkatkan jumlah pelanggan baru dalam menjalankan bisnisnya dengan tujuan memperluas pangsa pasar. Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan dilakukan dengan mengukur persentase retensi dan akuisisi pelanggan berdasarkan jumlah pelanggan lama dan baru dari PT. WIKA Beton per tahun. Proporsi retensi pelanggan dan akuisisi pelanggan dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut. Tabel 4.28 Rasio Retensi dan Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Jumlah dan Persentasi Retensi & Akuisisi Pelanggan Tahun 2003
Tahun
Pelanggan
Jumlah Pelanggan
Rasio Retensi
Rasio Akuisisi
Lama
Baru
2003
40
87
127
31.50%
2004
197
78
275
2005
233
53
2006
277
85
Rencana
(satuan jumlah pelanggan) % Pencapaian Target
Retensi
Akuisisi
Retensi
Akuisisi
68.50%
58.00%
42.00%
54.30%
163.10%
71.64%
28.36%
70.00%
30.00%
102.34%
94.55%
286
81.47%
18.53%
72.00%
28.00%
113.15%
66.18%
362
76.52%
23.48%
68.00%
32.00%
112.53%
73.38%
(sumber: Daftar Pelanggan Periode 2003-2006)
137 Contoh perhitungan: Akuisisi Pelanggan =
Jumlah Pelanggan Baru × 100% …(rumus 2.7) JumlahTotal Pelanggan
Retensi Pelanggan =
Jumlah Pelanggan Lama × 100% …(rumus 2.8) Jumlah Total Pelanggan
Akuisisi Pelanggan 2006 =
Retensi Pelanggan 2006 =
85 × 100% = 23.48% 362
277 × 100% = 76.52% 362
dan % pencapaian target tahun 2006 Re tensi =
Rasio Retensi 76.52 × 100% = x100% = 112.53% Rencana Rasio Retensi 68.00
Akuisisi =
Rasio Akuisisi 23.48 × 100% = x100% = 73.38% Rencana Rasio Akuisisi 32.00
4.2.3.3 Pangsa Pasar Pangsa pasar (market share) merupakan indikator pencapaian akhir dari usaha perusahaan dalam meraih minat pihak eksternal atau pelanggan. Oleh sebab itu, pengukuran KPI ini sangat penting bagi perusahaan, karena menggambarkan peta persaingan PT. WIKA Beton dengan para pesaing. Mengukur pangsa pasar dapat segera dilakukan jika kelompok pelanggan sasaran atau segmen pasar sudah dapat ditentukan, namun menentukan seberapa besar pasar yang ada untuk produk tertentu bukan hal yang mudah.
138 Dalam pengukuran pangsa pasar, perusahaan mengasumsikan jumlah pasar sebagai jumlah surat pengajuan kontrak yang sudah disetujui baik oleh pihak PT. WIKA Beton maupun oleh pesaing. Karena PT. WIKA Beton merupakan perusahaan beton pracetak yang sudah dikenal di Indonesia, maka diasumsikan semua kontrak pasti akan diajukan ke PT. WIKA Beton. Oleh karena itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan dengan membagi total nilai
Tender yang dimenangkan oleh PT. WIKA Beton dengan total proyek yang diikuti. Tabel 4.29 Rasio Pangsa Pasar PT WIKA Beton per Tahun PT. WIKA Beton Pangsa Pasar Berdasarkan Perolehan Tender dan Non Tender Periode Tahun 2003-2006 (dalam jutaan rupiah) Uraian
2003
2004
2005
2006
Nilai Tender yang diikuti
479,449
793,311
603,467
936,356
Nilai Tender yang dimenangkan Nilai Tender yang dimenangkan oleh Pesaing Tanpa Tender
280,813
527,306
344,547
603,586
198,636
266,005
258,920
332,770
-
-
-
-
Jumlah Pasar
479,449
793,311
603,467
936,356
Realisasi % Pangsa Pasar
58.57%
66.47%
57.09%
64.46%
Rencana % Pangsa Pasar
48.96%
69.42%
60.43%
47.67%
% Pencapaian Target
119.63%
95.75%
94.48%
135.22%
(sumber: Laporan Perolehan Tender periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: Persentase Pangsa Pasar = ...(rumus 2.6)
Total Nilai Tender Yang Dimenangkan × 100% Total Nilai Tender Yang Diikuti
139 % Pangsa Pasar 2006 =
603,586 × 100% = 64.46% 936,356
dan % pencapaian target tahun 2006 =
% Pangsa Pasar Aktual 64.46% × 100% = x100% = 107.44% Rencana % Pangsa Pasar 60%
4.2.4 Perspektif Finansial Dalam setiap perusahaan, aspek keuangan merupakan indikator yang paling nyata dari berhasil atau tidaknya perusahaan tersebut. Semakin baik tingkat perkembangan keuangan suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai (value). Pada pengukuran performansi PT. WIKA Beton dalam perspektif finansial, digunakan perhitungan ROI (return on
investment), Total Asset Turnover, pencapaian nilai penjualan, pencapaian perolehan kontrak baru, dan keuntungan/laba operasional perusahaan (EBIT).
4.2.4.1 Kontrak Baru Kontrak baru (new contract) merupakan pendapatan perusahaan berdasarkan kontrak baru yang diterima pada periode tersebut. Kontrak baru akan berubah menjadi jumlah nilai penjualan jika kontrak tersebut sudah terpenuhi (pemberian BST/Berita Serah Terima kepada pihak pelanggan) pada periode yang ditentukan. Kontrak baru diperoleh dari usaha perusahaan dalam memenangkan Tender yang diajukan oleh pihak pelanggan. Pengukuran dilakukan dengan menjumlah semua omzet kontrak baru yang diperoleh selama kurun waktu satu tahun. Nilai perolehan kontrak baru PT
140 WIKA Beton berdasarkan kategori SBU dan wilayah penjualan per tahun dapat dilihat pada Tabel 4.30 dan Tabel 4.31. Tabel 4.30 Perolehan Kontrak Baru per SBU PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Nilai Perolehan Kontrak Baru per SBU 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) No.
SBU
2003
2004
2005
2006
1
TB
33,998
33,920
47,663
43,457
2
TP
160,716
242,032
250,343
379,706
3
BJR
73,440
42,234
41,179
22,834
4
PBJ
67,673
172,027
48,025
33,811
5
PBDPT
47,631
29,683
74,535
91,721
6
PBBA
323
2,332
931
6,736
7
PBBGR
0
0
0
0
8
PBBM
0
2,246
205
6,344
9
PBL
2,948
1,691
8,522
11,879
10
Jasa
7,390
1,141
1,857
7,100
Jumlah
394,119
527,306
473,262
603,586
Rencana % Pencapaian Target
250,800
375,250
427,500
570,000
136.55
110.22
128.89
104.78
(sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: Perolehan kontrak baru = Σ nilai kontrak baru setiap SBU … (rumus 2.5) Perolehan kontrak baru 2003 = 33,998 + 160,716 + 73,440 + 67,673 + 47,631 + 323 + 2,948 + 7,390 (x juta) = Rp. 394,119 juta
141 dan % pencapaian target =
Aktualisasi Kontrak Baru 394,119 × 100% = x100% = 136.55% Rencana Kontrak Baru 250,800
Tabel 4.31 Perolehan Kontrak Baru per WP PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Nilai Perolehan Kontrak Baru per Wilayah Penjualan Periode Tahun 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) No.
Wilayah Penjualan
2003
2004
2005
2006
1
WP I - MEDAN
57,451
59,661
79,197
171,009
2
WP II - PALEMBANG
30,379
22,969
30,277
39,376
3
WP III - JAKARTA
112,675
147,549
170,454
122,578
4
WP IV - SEMARANG
57,756
148,708
66,054
61,800
5
WP V - SURABAYA
101,832
129,461
88,926
180,921
6
WP VI - MAKASAR
34,025
18,957
38,353
27,904
394,119
527,306
473,262
603,587
Total
(sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)
4.2.4.2 Penjualan Penjualan (sales) merupakan pendapatan perusahaan yang sudah terealisasi, sebelumnya penjualan berstatus kontrak baru hingga PT. WIKA Beton dapat memenuhi kontrak tersebut. Pengukuran penjualan sangat penting bagi perusahaan sebagai indikator pendapatan per periode tertentu untuk masingmasing SBU selain kontrak baru. Nilai penjualan per SBU dan per wilayah penjualan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.32 dan Tabel 4.33.
142 Tabel 4.32 Nilai Penjualan per SBU PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Nilai Penjualan per SBU 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) No.
SBU
2003
2004
2005
2006
1
TB
23,394
29,299
53,353
34,578
2
TP
135,677
172,727
262,683
362,054
3
BJR
76,180
45,739
39,968
30,561
4
PBJ
59,963
112,152
132,693
41,544
5
PBDPT
44,160
38,968
48,005
100,827
6
PBBA
0
1,039
2,442
6,135
7
PBBGR
0
0
0
0
8
PBBM
0
1,681
770
6,344
9
PBL
1,319
5,483
8,522
11,879
10
Jasa
1,786
6,509
2,584
3,325
Jumlah
342,478
413,598
551,022
597,247
Rencana
256,500
399,000
437,000
551,000
% Pencapaian
153.65
132.16
108.30
109.54
(sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: Nilai Penjualan = Σ Penjualan setiap SBU … (rumus 2.4) Nilai Penjualan 2005 = 53,353 + 262,683 + 39,968 + 132,693 + 48,005 + 2,442 + 770 + 8,522 + 2,584 (x juta) = Rp. 551,002 juta
dan % pencapaian target tahun 2005 =
Aktualisasi Penjualan 551,022 × 100% = x100% = 108.30% Rencana Penjualan 437,000
143 Tabel 4.33 Nilai Penjualan per WP PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Nilai Penjualan per Wilayah Penjualan Periode Tahun 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) No.
Wilayah Penjualan
2003
2004
2005
2006
1
WP I - MEDAN
51,176
41,940
92,345
138,273
2
WP II - PALEMBANG
22,300
25,738
33,804
30,311
3
WP III - JAKARTA
108,201
96,973
167,778
178,929
4
WP IV - SEMARANG
48,339
108,289
90,253
88,292
5
WP V - SURABAYA
89,277
111,192
130,743
136,268
6
WP VI - MAKASAR
23,185
29,466
36,100
25,175
Total
342,478
413,598
551,022
597,247
(sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)
4.2.4.3 Profitabilitas Pengukuran kinerja perolehan keuntungan yang digunakan ialah EBIT (earn before interest and tax). EBIT yaitu perolehan keuntungan atau laba sebelum dipengaruhi oleh faktor pajak dan beban bunga. EBIT juga merupakan laba operasional dimana nilai penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya usaha yang harus dikeluarkan untuk operasional. Pemilihan EBIT sebagai formulasi tolak ukur kinerja perolehan laba disebabkan karena pertimbangan besar beban bunga dan pajak yang berubah-ubah dan berbeda dengan apa yang terjadi pada perusahaan sejenis lainnya. Kinerja EBIT PT. WIKA Beton per tahun pada periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.34.
144 Tabel 4.34 Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun PT. WIKA Beton Earn Before Interest & Tax Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) Uraian
Realisasi 2003
Rencana 2003
342,478
250,800
(310,664)
(230,670)
Laba Kotor
31,814
20,130
Biaya Usaha
10,668
(10,165)
Laba Usaha(EBIT)
21,146
Penjualan Bersih HPP
212.21%
% Pencapaian Target
Uraian
9,965
Realisasi 2004
Rencana 2004
413,598
375,250
(373,404)
(336,015)
Laba Kotor
40,194
39,235
Biaya Usaha
(12,104)
(11,875)
Penjualan Bersih HPP
Laba Usaha(EBIT)
28,090 102.67%
% Pencapaian Target
Uraian
27,360
Realisasi 2005
Rencana 2005
551,022
427,500
(508,182)
(382,043)
Laba Kotor
42,840
45,458
Biaya Usaha
(13,621)
(13,300)
Penjualan Bersih HPP
Laba Usaha(EBIT) % Pencapaian Target
29,219
32,158 90.86%
145
Uraian
Realisasi 2006
Rencana 2006
597,247
570,000
(544,374)
(520,929)
Laba Kotor
52,873
49,071
Biaya Usaha
(15,428)
(15,058)
Penjualan Bersih HPP
Laba Usaha(EBIT)
37,445
% Pencapaian Target
34,014 110.09%
(sumber: Laporan Laba Rugi periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: EBIT = Penjualan bersih – HPP – Biaya Usaha …(rumus 2.3) EBIT tahun 2006 = 597,247 – 544,374 – 15,428 = Rp. 37,445 juta
dan % pencapaian target tahun 2006 =
Realisasi EBIT 37445 × 100% = x100% = 110.09% Rencana EBIT 34014
4.2.4.4 Efisiensi Keuangan Pengukuran kinerja efisiensi keuangan bertujuan untuk mengetahui seberapa efisien PT. WIKA Beton mempergunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Pengukuran kinerja tersebut menggunakan rasio Total Asset
Turnover yaitu perbandingan antara nilai penjualan bersih dengan total aktiva. Hasil perhitungan Total Asset Turnover menggambarkan berapa kali perputaran aktiva yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton dalam setahun dalam mendukung perolehan nilai penjualan (Tabel 4.35).
146 Tabel 4.35 Total Asset Turnover PT. WIKA Beton PT. Beton Total Asset Turnover (TAT) Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) Tahun
Penjualan Bersih
Total Aktiva
Realisasi TAT (x)
Rencana TAT (x)
% Pencapaian Target
2003
342,477.61
300,201.90
1.14
1.44
79.22%
2004
413,597.83
461,033.10
0.90
1.07
83.84%
2005
551,021.71
396,855.85
1.39
1.16
119.70%
2006
597,246.95
479,668.30
1.25
1.45
85.87%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan:
TotalAssetTurnover =
Penjualan …(rumus 2.2) Total Aktiva
TotalAssetTurnover 2004 =
413597.83 = 0.90kali 461033
Artinya: Pada tahun 2004 perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan sebesar 0.90 kali, dan % pencapaian target tahun 2004 =
Realisasi TAT 0.90 × 100% = x100% = 83.84% Rencana TAT 1.07
4.2.4.5 Pengembalian Investasi Tingkat pengembalian investasi diukur dengan menggunakan rumusan
Return On Investment (ROI) dengan alasan bahwa ROI merupakan pengukuran yang relevan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk penghasilan laba bersih.
147 Pada pengukuran ROI dilakukan pengukuran perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva per tahun. Data pencapaian ROI PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.36. Tabel 4.36 Return On Investment PT. WIKA Beton PT. WIKA Beton Return On Investment Periode 2003-2006 (satuan jutaan rupiah) Laba Setelah PPh
Total Aktiva
Realisasi ROI
Rencana ROI
% Pencapaian Target
2003
15,559.74
300,220.90
5.18%
3.16%
164.01%
2004
18,751.98
461,033.10
4.07%
4.92%
82.67%
2005
22,187.08
396,855.85
5.59%
5.32%
105.09%
2006
26,587.65
479,668.30
5.54%
5.42%
102.27%
Tahun
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)
Contoh perhitungan: ROI =
Laba Setelah Pajak x100% ... (rumus 2.1) Total Aktiva
ROI 2006 =
26587.65 x100% = 5.54% 479668.30
Artinya: Pada tahun 2006, setiap investasi sebesar Rp 100,- menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 5.54,-, dan % pencapaian target tahun 2006
=
Realisasi ROI 5.54 × 100% = x100% = 102.27% Rencana ROI 5.42
4.2.5 Kesimpulan Pengolahan Data Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di atas, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Kesimpulan pengolahan data Balanced
Scorecard PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.37.
148
Tabel 4.37 Kesimpulan Pengolahan Data Balanced Scorecard PT. WIKA Beton Periode Tahun 2003-2006 Realisasi Tahun No.
A.
Perspektif
KPI
Rencana Tahun
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
Rata-rata Pencapaian (%)
Satuan
Kesimpulan
Pembelajaran & Pertumbuhan
1
Penelitian & Pengembangan
Proporsi Biaya Litbang
%
0.19
0.18
0.22
0.17
0.2
0.3
0.3
0.25
74.08
Tdk tercapai
2
Kompetensi Tenaga Kerja
Training Coverage
%
19.44
20.37
14.69
24.7
14.12
12.75
16.45
22.59
124.02
Tercapai
3
Kepuasan Tenaga Kerja
Employee Turnover (out)
4
Produktivitas Pegawai
Produktivitas
B.
Proses Bisnis Internal
% Jutaan Rp/Org
1.59
1.36
1.74
3.73
1.12
0.43
0.87
2.18
207.34
Tdk tercapai*)
386.98
450.54
604.19
661.4
325
350
425
575
126.25
Tercapai
%
0.0691
0.2228
0.0408
0.0492
0.5222
0.6333
0.7222
0.7222
15.22
Tercapai*)
1
Kualitas Produk
Rasio Produk Cacat
%
0.0139
0.0118
0.0084
0.012
0.1889
0.1889
0.1889
0.1889
6.10
Tercapai*)
2
Capacity Availability
Lost Sales
kali
1
2
4
2
0
0
0
0
0
Tdk Tercapai*)
Customer Satisfaction Index
Skor
4.16
3.91
4.4
4.03
4.7
4.65
4
4
95.84
Tdk tercapai
Rasio Produk Gagal
C.
Pelanggan
1
Kepuasan Pelanggan
2
Retensi Pelanggan
Rasio Retensi
%
31.50
71.64
81.47
76.52
58
70
72
68
95.58
Tdk Tercapai
3
Akuisisi Pelanggan
Rasio Akuisisi
%
68.50
28.36
18.53
23.48
42
30
28
32
99.30
Tdk Tercapai
4
Pangsa Pasar
Rasio Pangsa Pasar
%
58.57
66.47
57.09
64.46
48.96
69.42
60.43
47.67
111.27
Tercapai
D.
Finansial
1
Kontrak Baru
Nilai Kontrak Baru
Jutaan Rp
394,119
527,306
473,262
603,586
256,500
399,000
437,000
551,000
125.91
Tercapai
2
Penjualan
Nilai Penjualan
Jutaan Rp
342,478
413,598
551,022
597,247
250,800
375,250
427,500
570,000
120.11
Tercapai
3
Profitabilitas
EBIT
Jutaan Rp
21,146
28,090
29,219
37,445
9,965
27,360
32,158
34,014
128.95
Tercapai
4
Efisiensi Keuangan
Total Asset Turnover
Kali
1.14
0.90
1.39
1.25
1.44
1.07
1.16
1.45
92.33
Tdk Tercapai
Pengembalian Investasi
Return On Investment
%
5.18
4.07
5.59
5.54
3.16
4.92
5.32
5.42
113.48
Tercapai
5
*) Low is Good
149
Gambar 4.5 Grafik Performansi PT. WIKA Beton
150
4.3
Analisa Performansi Perusahaan Analisa performansi perusahaan dengan metode Balanced Scorecard (BSC) pada PT. WIKA Beton menerjemahkan hasil dan kemampuan yang telah dicapai perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Performansi PT. WIKA Beton dalam masing-masing perspektif BSC dijelaskan dalam uraian berikut.
4.3.1 Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan 4.3.1.1 Penelitian & Pengembangan Penelitian dan pengembangan (litbang) merupakan suatu usaha perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kemampuan mereka. Program penelitian dan pengembangan sebagai usaha dasar untuk mencapai strategi berorientasi pertumbuhan yang agresif (sesuai dengan posisi perusahaan pada analisa SWOT). Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai perusahaan terbaik dalam industri beton pracetak, penelitian dan pengembangan harus dilakukan dengan tepat dan efisien, dengan sejumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk program litbang tersebut. Ukuran performansi yang digunakan untuk mengukur kinerja program penelitian & pengembangan ialah membandingkan biaya atau beban yang dikeluarkan untuk litbang terhadap total biaya usaha. Pengukuran tersebut menggambarkan seberapa besar proporsi biaya usaha yang dialokasikan ke program litbang. Hasil pengukuran terhadap litbang PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
151
Gambar 4.6 Grafik Proporsi Beban Litbang terhadap Beban Usaha PT. WIKA Beton (satuan persen)
Gambar 4.7 Grafik Persentase Pencapaian Target Program Litbang (satuan persen)
152
Gambar 4.8 Grafik Rincian Program Litbang PT. WIKA Beton
Berdasarkan ketiga grafik tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa usaha pengadaan program litbang di PT. WIKA Beton relatif menurun per tahunnya. Pada tahun 2004 menurun menjadi 0.18% dari 0.19% pada tahun 2003. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 0.22%, untuk tahun 2006 program litbang kembali menurun yaitu 0.17%. Secara persentase pencapaian target pengadaan program litbang tidak pernah mencapai 100%, dalam arti selalu dibawah harapan atau tujuan di awal tahun. Alokasi dana litbang terbesar ialah pada sektor pengembangan produk dan yang terkecil ialah pada pengembangan sistem informasi manajemen pada setiap tahunnya.
153 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha PT. WIKA Beton dalam
mengembangkan
kemampuan
bisnisnya
melalui
penelitian
dan
pengembangan masih kecil apalagi untuk pengembangan sistem informasi manajemen. Padahal sistem informasi manajemen sangat diperlukan untuk mengautomasi laporan periodik manajemen setiap departemen saat ini. Walaupun secara satuan jumlah mata uang selalu meningkat setiap tahunnya, namun secara persentase pencapaian target pengadaan litbang, relatif menurun atau tidak tercapai (< 100%).
4.3.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja Pengukuran kompetensi tenaga kerja dilakukan dengan mengukur persentasi jumlah orang atau pekerja yang mengikuti program pelatihan & pendidikan per tahun (training coverage). Ukuran pelatihan tenaga kerja memberikan umpan balik informasi mengenai seberapa baik PT. WIKA Beton dalam memberikan alokasi waktu atau kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk mengikuti
program kepelatihan
dan
pendidikan
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kompetensi kerja mereka yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri. Ukuran performansi pelatihan tenaga kerja periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
154
Gambar 4.9 Grafik Training Coverage PT. WIKA Beton
Gambar 4.10 Grafik Persentase Pencapaian Target Training Coverage
Pada tahun 2003, peserta/tenaga kerja yang mengikuti program pelatihan dan pendidikan sebesar 19.44% dari total jumlah tenaga kerja yang ada di PT. WIKA Beton. Pada tahun 2004 meningkat menjadi 20.37% dan mencapai 159.83% dalam rasio pencapaian target pelatihan tenaga kerja. Pada tahun 2005 terjadi penurunan yang relatif drastis yaitu 14.69% dan dibawah target awal
155 (dengan persentase pencapaian sebesar 89.33%). Pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang relatif besar yaitu dari 14.69% menjadi 24.70% atau peningkatan sekitar 10%. Dilihat dari segi pencapaian terhadap target pelatihan dan pendidikan setiap tahun, PT. WIKA Beton selalu mencapai target atau melampaui target, kecuali pada tahun 2005. Persentase jumlah peserta yang mengikuti program pelatihan & pendidikan setiap tahun dalam periode 2003-2006 relatif meningkat kecuali pada tahun 2005. Hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA Beton selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kerjanya khususnya para pekerja ahli atau pekerja manajerial melalui program seminar.
4.3.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja Ukuran kepuasan tenaga kerja memberikan gambaran mengenai dampak kondisi/iklim kerja di dalam perusahaan terhadap tingkat kepuasan tenaga kerjanya. Tingkat kepuasan tenaga kerja dapat diukur dengan persentase
employee turnover/keluar-masuk tenaga kerja terhadap jumlah total tenaga kerja yang ada di PT. WIKA Beton per tahun, pendekatan tersebut dapat mengindikasikan seberapa baik kenyamanan iklim kerja yang tercipta didalam PT. WIKA Beton yang dirasakan oleh para pekerjanya. Semakin besar persentase employee turnover (out), maka menggambarkan kondisi/iklim kerja yang kurang sehat atau kurang kondusif. Ukuran performansi kepuasan tenaga kerja PT. WIKA Beton periode 2003-2006 melalui pengukuran turnover tenaga kerja dapat dilihat pada gambar berikut.
156
Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Keluar berdasarkan Alasannya (dalam satuan orang)
Gambar 4.12 Persentase Employee Turnover PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.59% dengan alasan terbesar karena pensiun yaitu 9 orang (akhir masa jabatan) dan persentase tenaga kerja yang masuk sebesar 2.16% (19 orang). Pada tahun 2004 persentase tenaga kerja keluar menurun yaitu sebesar 1.36% (12 orang) dengan alasan
157 terbesar kerena mengundurkan diri dan meninggal dunia (masing-masing 4 orang) dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat yaitu sebesar 5.08% (45 orang). Pada tahun 2005 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.74% (16 orang) dengan alasan terbesar karena mengundurkan diri dan persentase tenaga kerja yang masuk menurun menjadi 1.09% (10 orang). Pada tahun 2006 persentase tenaga kerja keluar meningkat relatif tinggi menjadi 3.73% (34 orang), dengan alasan terbanyak ialah karena kepentingan perusahaan yaitu sebanyak 15 orang, dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat menjadi 2.74% (25 orang). Perubahan persentase employee turnover di PT. WIKA Beton relatif tidak stabil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa iklim kerja di PT. WIKA Beton kurang kondusif, hal tersebut digambarkan pada jumlah tenaga kerja yang keluar karena alasan mengundurkan diri dan kepentingan perusahaan selalu meningkat tiap tahun khususnya pada tahun 2006. Atau dengan asumsi lain bahwa pada tahun 2006 terjadi perubahan dalam susunan organisasi perusahaan, sehingga harus mengorbankan beberapa tenaga kerjanya untuk keluar. Namun perubahan tersebut berkisar dalam jumlah angka yang kecil, dengan demikian gejolak dalam
turnover tenaga kerja di PT. WIKA Beton masih dianggap wajar sebagai dampak persaingan dalam dunia kerja atau dengan kata lain kepuasan tenaga kerja masih terjaga dengan baik walaupun tetap terjadi pergolakan dalam tubuh organisasi PT. WIKA Beton.
158
4.3.1.4 Produktivitas Pegawai Ukuran produktivitas tenaga kerja memberikan umpan balik mengenai seberapa optimal tenaga kerja PT. WIKA Beton telah memberikan kontribusinya kepada perusahaan dari segi pendapatan. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai perusahaan yang memiliki performansi baik, maka perusahaan harus menyadari bahwa produktivitas tenaga kerja memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan performansi perusahaan secara menyeluruh dan memberikan dampak langsung kepada kinerja proses bisnis internal. Ukuran performansi PT. WIKA Beton melalui pengukuran produktivitas tenaga kerja periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.13 Grafik Produktifitas Pegawai PT. WIKA Beton (dalam satuan jutaan rupiah/orang)
Pada tahun 2004 produktivitas tenaga kerja meningkat menjadi Rp. 450.54 juta per orang dari Rp. 386.98 juta per orang pada tahun 2003. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan yang relatif besar yaitu Rp. 604.19 juta per orang. Pada
159 tahun 2006 terjadi peningkatan produktifitas tenaga kerja yaitu Rp. 661.40 juta per orang. Secara keseluruhan, persentase pencapaian target produktivitas tenaga kerja selalu melebihi target setiap tahunnya. Peningkatan nilai produktivitas tenaga kerja PT. WIKA Beton menunjukkan baiknya performansi produktivitas tenaga kerja. Peningkatan tertinggi untuk produktivitas tenaga kerja terjadi pada tahun 2005 yaitu 25.43% sedangkan peningkatan tertinggi untuk profitabilitas tenaga kerja terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 22.74%. Peningkatan tersebut terjadi karena jumlah penjualan dan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat, sedangkan pada saat yang sama jumlah tenaga kerja yang ada relatif menurun.
4.3.2 Perspektif Proses Bisnis Internal 4.3.2.1 Kualitas Produk Ukuran kualitas produk memberikan informasi mengenai seberapa besar tingkat rasio kecacatan dan kegagalan dari produk yang dihasilkan oleh PT. WIKA Beton melalui ketujuh pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia. Tingkat rasio kecacatan dan kegagalan suatu produk akan berdampak pada besarnya kepuasan pelanggan yang berhasil dicapai oleh perusahaan dari segi kualitas/mutu. Pengukuran kualitas produk PT. WIKA Beton dibedakan menjadi dua kategori yaitu produk cacat (defect) dan produk gagal (failure). Ukuran performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata rasio produk cacat dapat dilihat pada gambar 4.14 sampai 4.16.
160
Gambar 4.14 Grafik Rata-rata Rasio Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton
Gambar 4.15 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Cacat PT. WIKA Beton
161
Gambar 4.16 Grafik Proporsi Jenis Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton
Berdasarkan grafik pada gambar 4.14, pada tahun 2003 rata-rata rasio produk cacat mencapai 0.0691%. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan rata-rata rasio jumlah produk cacat menjadi 0.2228% dengan proporsi tingkat kecacatan terbesar terjadi pada pembuatan produk Beton untuk jembatan dan Tiang Pancang. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk cacat menurun relatif drastis menjadi 0.0408% dari 0.2228% pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2006 rata-rata rasio produk cacat menjadi 0.0492% atau relatif stabil perubahannya dari satu tahun sebelumnya. Proporsi produk cacat terbesar setiap tahun terjadi pada produk Ukuran performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata rasio produk gagal dapat dilihat pada Gambar 4.17 sampai dengan 4.19.
162
Gambar 4.17 Grafik Rata-rata Rasio Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton
Gambar 4.18 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Gagal PT. WIKA Beton
163
Gambar 4.19 Grafik Proporsi Jenis Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton
Berdasarkan pada grafik pada Gambar 4.17, pada tahun 2003 rata-rata rasio produk gagal mencapai 0.0139%. Pada tahun 2004 rata-rata rasio produk gagal menurun menjadi 0.0118%. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk gagal terjadi penurunan menjadi 0.0084% dari 0.0118% pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2006 rata-rata rasio produk gagal sedikit peningkatan menjadi 0.0120%. Rata-rata proporsi produk yang paling sering mengalami kegagalan per tahunnya ialah produk Tiang Beton dan Tiang Pancang, namun tingkat kegagalan produk yang terjadi di PT. WIKA Beton masih sangat kecil yaitu dibawah 1%. Disamping itu, pencapaian rasio produk gagal selalu dibawah asumsi/rencana awal. Rata-rata rasio produk cacat dan gagal per tahun PT. WIKA Beton relatif stabil yaitu selalu dibawah angka rencana awal. Hal tersebut mengindikasikan
164 bahwa PT. WIKA Beton memiliki pengendalian mutu yang baik dalam memproduksi produk-produk mereka.
4.3.2.2 Kapasitas Tersedia Ukuran kapasitas tersedia memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan dari segi kapasitas produksi. PT. WIKA Beton selalu melakukan pengkajian kontrak yang diberikan oleh pelanggan, pengkajian kontrak tersebut tidak akan ditindaklanjuti oleh PT. WIKA Beton jika dianggap tidak mampu ditangani oleh perusahaan karena beberapa faktor, salah satu faktor penolakan terbesar ialah karena keterbatasan kapasitas produksi yang ada atau disebut Lost Sales. Lost sales menggambarkan frekuensi penawaran kontrak yang tidak dapat dipenuhi oleh PT. WIKA Beton karena keterbatasan kapasitas produksi per tahun beserta biaya yang mungkin hilang karena penolakan tersebut. Hasil pengukuran lost sales PT. WIKA Beton periode tahun 2003-2006 ialah sebagai berikut.
Gambar 4.20 Frekuensi Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun
165
Gambar 4.21 Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun
Berdasarkan kedua grafik diatas, pada tahun 2003 terjadi lost sales satu kali yaitu sebesar Rp. 2,685.40 juta pada bulan Agustus. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,838.84 juta pada bulan September dan Oktober. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi empat kali sebesar Rp. 5,789.68 juta pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Pada tahun 2006 terjadi penurunan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,371.34 juta pada bulan Oktober dan November. Kinerja ketersediaan kapasitas produksi PT. WIKA Beton masih sangat baik, hal tersebut dapat terlihat dari frekuensi lost sales yang masih sangat kecil.
lost sales terjadi sekitar pertengahan hingga akhir tahun. Trend tersebut terjadi karena pelanggan biasanya mengerjakan proyek pemerintah, yang mana memerlukan birokrasi perijinan dan persetujuan yang panjang hingga pada tahap pengajuan Tender. Biasanya fase tersebut selesai pada paruh pertama per tahun.
166 Sehingga terjadi permintaan barang yang meningkat pada periode paruh kedua per tahun. Meskipun demikian, PT. WIKA Beton masih memiliki kapasitas produksi terbesar dibandingkan dengan para perusahaan pesaing.
4.3.3 Perspektif Pelanggan 4.3.3.1 Kepuasan Pelanggan Ukuran kepuasan pelanggan memberikan informasi mengenai seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kepuasan pelayanan dan kepuasan kualitas. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan, maka perusahaan harus menyadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tercapai atau tidaknya usaha perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Ukuran performansi kepuasan pelanggan periode 2003-2006 PT. WIKA Beton dapat dilihat pada gambar berikut.
167
Gambar 4.22 Grafik Rata-rata Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton per Semester Pada tahun 2003 Indeks Kepuasan Pelanggan (CSI) semester pertama mencapai nilai 4.29 dan 4.03 pada semester kedua. Pada tahun 2004 terjadi penurunan yaitu menjadi 4.1 pada semester pertama dan 3.71 pada semester kedua. Sedangkan pada tahun 2005 CSI semester pertama terjadi peningkatan menjadi 4.59 dan 4.22 pada semester kedua. Pada tahun 2006 CSI meningkat pada semester pertama menjadi 4.69 dari 4.59 dan menurun pada semester kedua menjadi 3.36 dari 4.22 pada tahun sebelumnya. Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton relatif meningkat setiap tahun dari tahun 2003-2006, namun hanya terjadi penurunan pada tahun 2004. Peningkatan CSI selalu terjadi pada paruh pertama setiap tahunnya dan kemudian menurun di paruh kedua, hal tersebut mengindikasikan ketidak konsistensian usaha perusahaan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas kepada pelanggan per tahunnya khususnya di semester kedua. Kendati demikian,
168 rata-rata nilai CSI PT.WIKA Beton masih dalam kategori sangat baik dan cukup baik yaitu berkisar antara 3.5-4.5. Hal tersebut menunjukkan baiknya performansi PT. WIKA Beton dalam memuaskan pelanggannya, baik dari segi kepuasan kualitas maupun dari segi kepuasan pelayanan.
4.3.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan Ukuran retensi dan akuisisi pelanggan mampu melihat sejauh mana kekuatan bisnis perusahaan dalam mempertahankan pelanggan yang loyal dan menarik atau mendapatkan pelanggan baru. Untuk meningkatkan pangsa pasar dan menumbuhkan bisnis PT. WIKA Beton, diperlukan sebuah tujuan berupa peningkatan berbasis pelanggan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Ukuran kinerja retensi dan akuisisi pelanggan PT. WIKA Beton periode 20032006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.23 Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton 2003-2006
169 Pada tahun 2003 rasio retensi pelanggan sebesar 31.50% dan rasio akuisisi sebesar 68.50%. Pada tahun 2004 rasio retensi mengalami peningkatan menjadi 71.64% sedangkan rasio akuisisi pelanggan mengalami penurunan menjadi 28.36%. Pada tahun 2005 rasio retensi pelanggan kembali mengalami kenaikan menjadi 81.47% dari 71.64%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan kembali mengalami penurunan menjadi 18.53%. Pada tahun 2006 rasio retensi pelanggan menurun menjadi 76.52%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan mengalami peningkatan menjadi 28.48%.
Gambar 4.24 Persentase Pencapaian Target Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan
Persentase pencapaian realisasi terhadap target rasio retensi pelanggan secara global selalu tercapai yaitu diatas 100%, namun terjadi pengecualian pada tahun 2003 yang hanya mencapai 54.30%. Sedangkan untuk persentase pencapaian target rasio akuisisi pelanggan selalu dibawah harapan yaitu selalu dibawah angka 100%, kecuali pada tahun 2003 persentase pencapaian target
170 sebesar 163.10%. Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah pelanggan baru PT. WIKA Beton sangat kecil. Berdasarkan kedua analisa untuk retensi dan akuisisi pelanggan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggan yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton adalah pelanggan lama yang loyal. Sedangkan pelanggan baru hanya merupakan bagian kecil dari jumlah pelanggan yang ada. Kondisi tersebut terjadi karena PT. WIKA Beton bergerak pada usaha B2B (business to business), dimana jumlah pelanggan baru yang ada sangat kecil, sehingga PT. WIKA Beton membuat kebijakan untuk lebih menekankan pada usaha untuk mempertahankan pelanggan lama yang loyal, sambil melakukan penetrasi pasar untuk menarik minat pelanggan baru. Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama sudah baik namun perlu dilakukan peningkatan usaha dalam memperoleh pelanggan baru.
4.3.3.3 Pangsa Pasar Ukuran pangsa pasar menginformasikan seberapa besar perusahaan memiliki peran atau pengaruh dalam suatu pasar yang spesifik. Pangsa pasar juga mengindikasikan perkembangan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan daya tarik dari pihak eksternal atau pelanggan. Parameter pangsa pasar pada kenyataannya sangat sulit untuk diidentifikasi, hal tersebut disebabkan oleh sulitnya pihak perusahaan dalam memetakan pasar mana yang menjadi target pasar mereka. Dengan demikian diperlukan pendekatan pengukuran yang representatif. Untuk itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan dengan membandingkan jumlah nilai Tender yang berhasil diraih oleh PT.
171 WIKA Beton dengan total nilai penawaran Tender yang diajukan oleh para pelanggan tiap tahunnya. Pendekatan tersebut membutuhkan asumsi bahwa setiap Tender yang ada di Indonesia selalu ditawarkan ke PT. WIKA Beton. Ukuran performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton pada periode tahun 20032006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.25 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2003
172
Gambar 4.26 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2004
Gambar 4.27 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2005
173
Gambar 4.28 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2006
Gambar 4.29 Grafik Persentase Pencapaian Target Pangsa Pasar PT. WIKA Beton
Berdasarkan grafik pada gambar 4.25 sampai dengan 4.28, pada tahun 2003 pangsa pasar PT. WIKA Beton mencapai 58.57%. Pada tahun 2004 pangsa pasar meningkat menjadi 66.47%, sedangkan pada tahun 2005 menunjukkan penurunan menjadi 57.09%. Pada tahun 2006 pangsa pasar PT. WIKA Beton kembali terjadi peningkatan yaitu menjadi 64.46%.
174 Perubahan performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton selama 4 tahun relatif stabil. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar 111.27% per tahun, menunjukkan PT. WIKA Beton dapat menguasai pasar melebihi 50% pangsa pasar yang ada. Namun PT. WIKA Beton harus mengendalikan peta persaingan di objek bisnis sejenis dengan tidak melebihi 60% pangsa pasar, karena jika melebihi angka tersebut, maka daya saing para kompetitor akan menurun. Daya saing dari para pesaing pada industri sejenis sangat penting untuk mengendalikan harga penjualan serta mendukung pemerintah dalam membuka lapangan kerja di perusahaan lain.
4.3.4 Perspektif Finansial 4.3.4.1 Kontrak Baru Ukuran
perolehan
kontrak
baru
memberikan
informasi
kepada
perusahaan mengenai seberapa besar jumlah kontrak baru yang telah diperoleh oleh PT. WIKA Beton pada periode tertentu. Perolehan kontrak baru terkait dengan usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pelanggan. Keberhasilan suatu promosi terwujud pada jumlah penawaran Tender yang diajukan oleh pelanggan ke perusahaan. Jika Tender tersebut dapat dimenangkan oleh PT. WIKA Beton, maka status penawaran Tender akan tercatat kedalam perolehan kontrak baru. Ukuran performansi kontrak baru sangat penting, karena disinilah awal dari proses pendapatan perusahaan dari perpsektif finansial. Hasil pengukuran performansi perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton periode 20032006 dapat dilihat pada gambar 4.30.
175
Gambar 4.30 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Tahun (satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.31 Grafik Persentase Pencapaian Target Kontrak Baru PT. WIKA Beton
176
Gambar 4.32 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per SBU (satuan jutaan rupiah)
177
Gambar 4.33 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Wilayah Penjualan (satuan jutaan rupiah)
Pada tahun 2003 perolehan kontrak baru mencapai Rp. 394,119 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 153.65% yaitu Rp. 256,500 juta, perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari SBU tiang pancang (Rp. 160,716 juta) dan perolehan terkecil pada SBU Produk Beton Bangunan Gedung & Rumah/PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar pada tahun 2003 diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta sebesar Rp.
178 112,675 juta dan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang sebesar Rp. 30,379 juta. Pada Tahun 2004 perolehan kontrak baru mengalami peningkatan menjadi Rp. 527,306 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 132.16% (penurunan dari tahun 2003). Perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang (Rp. 242,032 juta) dan Produk Beton Jembatan (Rp. 172,027 juta) dan terkecil dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan IV – Semarang (Rp. 148,708 juta) dan Wilayah Penjualan III – Jakarta (Rp. 147,549), untuk perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp. 18.957 juta menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 perolehan kontrak baru mengalami penurunan menjadi Rp. 473,262 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 108.30% (penurunan dari 132.16% pada tahun 2004). Perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang sebesar Rp. 250,343 juta dan sekaligus mengalami kenaikan, untuk perolehan kontrak baru terkecil diperoleh dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta yaitu sebesar Rp. 170,454 juta, dan perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 30,277 juta, namun mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dari Rp. 22,969 juta. Pada Tahun 2006 perolehan kontrak baru mengalami kenaikan yang relatif pesat yaitu menjadi Rp. 603,586 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 109.54%. Perolehan kontrak baru terbesar diperoleh
179 dari SBU Tiang Pancang yang mengalami peningkatan pesat menjadi Rp. 379,706 juta dari Rp. 250,343 juta, sedangkan SBU PBBGR tetap menyumbang perolehan terkecil yaitu Rp. 0. Perolehan kontrak terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan I – Medan (Rp. 171,009 juta) dan V – Surabaya (Rp. 180,921 juta), sedangkan perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp. 27,904 juta. Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton periode 2003-2006 relatif selalu meningkat dari tahun ke tahun. Persentase pencapaian terhadap rencana perolehan kontrak baru menunjukan bahwa meskipun mengalami penurunan, namun pencapaian realisasi selalu diatas rencana awal, dengan kata lain tujuan tercapai. Perolehan kontrak baru didominasi oleh SBU Tiang Pancang setiap tahunnya, apalagi pada tahun 2006 SBU Tiang Pancang mengalami peningkatan yang pesat. Perolehan kontrak baru terbesar rata-rata diperoleh dari Wilayah Penjualan yang terletak di Pulau Jawa yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Secara keseluruhan, kinerja perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton sudah baik atau selalu mencapai rencana, namun terdapat kekurangan yaitu terjadi ketidakmerataan pada perolehan per SBU atau dari segi Wilayah Penjualan.
4.3.4.2 Penjualan Ukuran
performansi
penjualan
memberikan
informasi
mengenai
pendapatan yang diperoleh dari pelanggan melalui penjualan SBU yang dimiliki PT. WIKA Beton. Status penjualan didapat dari kontrak baru yang telah terpenuhi secara keseluruhan oleh pihak PT. WIKA Beton kepada pelanggan.
180 Perubahan status tersebut ditandai dengan pemberian Surat Keterangan Serah Terima (SKST). Hasil pengukuran performansi penjualan PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.34 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Tahun (satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.35 Grafik Persentase Pencapaian Target Penjualan PT. WIKA Beton
181
Gambar 4.36 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per SBU (satuan jutaan rupiah)
182
Gambar 4.37 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Wilayah Penjualan (satuan jutaan rupiah)
Pada tahun 2003 nilai penjualan mencapai Rp. 342,478 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar 136,55 %. Penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 135,677 juta, sedangkan penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta yaitu sebesar Rp. 108,201 juta dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 22,300 juta. Pada tahun 2004 nilai penjualan mengalami peningkatan menjadi Rp. 413,598 juta, namun secara persentase pencapaian terhadap rencana penjualan
183 mengalami penurunan menjadi 110.22%. Penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 172,727 juta, sedangkan penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan V – Surabaya yaitu sebesar Rp. 111,192 juta dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari Wilayah Penjualan II – Palembang Rp. 25,738 juta. Pada tahun 2005 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp. 551,022 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar 128.89%, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 262,638 juta, sedangkan nilai penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta yaitu sebesar Rp. 167,778 juta dan nilai penjualan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 33,804 juta. Pada tahun 2006 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp. 597,247 juta namun persentase pencapaian terhadap rencana mengalami penurunan menjadi 104.78%. Nilai penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 362,504 juta, sedangkan nilai penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta Rp. 178,929 juta dan penjualan terkecil terjadi pada Wilayah Penjualan VI – Makasar yaitu sebesar Rp. 25,175 juta. Secara keseluruhan, nilai penjualan SBU PT. WIKA Beton mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, walaupun persentase pencapaian terhadap rencana penjualan mengalami fluktuasi. SBU penyumbang terbesar nilai penjualan ialah SBU Tiang Pancang, SBU tersebut selalu mengalami kenaikan tiap tahun, bahkan peningkatan yang pesat terjadi pada tahun 2006 dari tahun 2005. Hal
184 tersebut menunjukkan ketidakseimbangan antara SBU yang laku dipasaran. Sedangkan Wilayah Penjualan yang menyumbangkan nilai penjualan terbesar rata-rata yang terletak di Pulau Jawa, dan Wilayah Penjualan terburuk terjadi pada Wilayah Penjualan II – Palembang. Performansi penjualan SBU PT. WIKA Beton sudah baik, namun diperlukan perhatian khusus pada usaha penjualan untuk SBU dan Wilayah Penjualan yang memiliki nilai jual yang rendah setiap tahunnya. Ketidakseimbangan dan ketidakmerataan penjualan SBU dipengaruhi oleh permintaan pelanggan pada periode tersebut, sehingga PT. WIKA Beton memproduksi produknya berdasarkan make to order.
4.3.4.3 Efisiensi Keuangan Ukuran performansi efisiensi keuangan memberikan informasi mengenai seberapa besar efisiensi PT. WIKA Beton dalam mempergunakan total aktiva. Pengukuran performansi ini menggunakan perbandingan antara nilai penjualan dengan total aktiva per periode atau disebut Total Asset Turnover. Ukuran performansi efisiensi keuangan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada gambar 4.38 berikut.
185
Gambar 4.38 Grafik Total Asset Turnover PT. WIKA Beton per Tahun
Gambar 4.39 Grafik Persentase Pencapaian Target Total Asset Turnover PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 perputaran total aktiva untuk mendukung penjualan bersih sebesar 1.14 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 79.22%. Pada tahun 2004 terjadi penurunan menjadi 0.90% dengan persentase pencapaian
186 target sebesar 83.84%, penurunan tersebut terjadi karena total aktiva yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton lebih besar dibandingkan nilai penjualan yang diperoleh. Pada tahun 2005 total asset turnover mengalami peningkatan menjadi 1.39 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 119.70% atau dengan kata lain pencapaian total asset turnover telah melampaui target. Sedangkan pada tahun 2006 total asset turnover kembali mengalami penurunan menjadi 1.25 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 85.87%. Rata-rata kinerja total asset turnover PT. WIKA Beton periode 20032006 ialah 1.17 kali per tahun, hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA Beton menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan sebesar 1.17 kali setiap tahunnya. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar 92.16%, kinerja perusahaan dalam total asset turnover belum mencapai target.
4.3.4.4 Profitabilitas Ukuran performansi EBIT (earn before interest and tax) memberikan informasi mengenai seberapa besar keuntungan operasional yang berhasil diperoleh oleh PT. WIKA Beton setiap tahunnya. Ukuran EBIT/keuntungan operasional menggunakan perumusan penjualan bersih dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Biaya Usaha. Ukuran performansi EBIT PT. WIKA Beton dapat lihat pada gambar 4.40 berikut.
187
Gambar 4.40 Grafik Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun (satuan jutaan rupiah)
Gambar 4.41 Grafik Persentase Pencapaian Target Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 keuntungan PT. WIKA Beton mencapai Rp. 21,146 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana keuntungan sebesar 212.21%
188 atau dua kali lipat dari rencana awal. Pada tahun 2004 keuntungan perusahaan mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 28,090 juta, namun persentase pencapaian mengalami penurunan menjadi 102.67%. Pada tahun 2005 keuntungan perusahaan mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi Rp. 29,219 juta, namun persentase pencapaian mengalami penurunan menjadi 90.86%. Sedangkan pada tahun 2006 keuntungan perusahaan mengalami kenaikan menjadi Rp. 37,445 juta dengan persentase pencapaian target keuntungan yang naik menjadi 110.09%, dikarenakan persentase peningkatan nilai penjualan melebihi persentase peningkatan nilai HPP. Performansi laba operasional PT. WIKA Beton sebelum pajak dan bunga secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun persentase pencapaian terhadap target mengalami trend yang cenderung menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai HPP dan biaya usaha yang selalu mengalami peningkatan diluar rencana. Meskipun nilai penjualan juga mengalami kenaikan, tetapi belum dapat melampaui angka HPP dan biaya usaha dalam jumlah yang signifikan. Secara rata-rata, performansi perolehan laba operasional PT. WIKA Beton tercapai.
4.3.4.5 Pengembalian Investasi Ukuran performansi pengembalian investasi memberikan informasi mengenai seberapa besar kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva unutk penghasilan laba setelah pajak per tahun. Pengukuran performansi tingkat pengembalian investasi menggunakan perumusan Rasio
Return on Investment (ROI), yaitu perbandingan antara laba setelah dengan total
189 aktiva yang dimiliki PT. WIKA Beton per tahun. Ukuran performansi rasio pengembalian investasi PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat lihat pada gambar 4.42 berikut.
Gambar 4.42 Grafik ROI PT. WIKA Beton per Tahun
Gambar 4.43 Grafik Persentase Pencapaian Target ROI PT. WIKA Beton
Pada tahun 2003 ROI PT. WIKA Beton mencapai 5.18% dengan persentase pencapaian target sebesar 164.01%, dikarenakan peningkatan laba
190 setelah pajak yang diperoleh lebih besar daripada peningkatan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2004 ROI mengalami penurunan menjadi 4.07% dengan persentase pencapaian target sebesar 82.67%, dikarenakan oleh peningkatan laba yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan total aktivanya. Pada tahun 2005 ROI kembali mengalami peningkatan menjadi 5.59% dengan persentase pencapaian target sebesar 105.09%. Sedangkan pada tahun 2006 ROI sedikit mengalami penurunan menjadi 5.54% dengan persentase pencapaian target sebesar 102.27%, hal tersebut terjadi dikarenakan perolehan laba setelah pajak yang meningkat walaupun total aktiva yang dimiliki perusahaan juga ikut meningkat. Secara keseluruhan, rata-rata pencapaian target ROI ialah sebesar 113.51%, dengan kata lain realisasi ROI PT. WIKA Beton selalu mencapai target/rencana setiap tahunnya. Dengan rata-rata tingkat kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih PT. WIKA Beton sebesar 5% setiap tahun.
4.4
Analisa Hubungan Sebab-Akibat Strategi adalah seperangkat hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat. Sistem pengukuran harus membuat hubungan (hipotesa) yang ada di antara berbagai tujuan perusahaan (dan ukuran) dalam berbagai perspektif eksplisit, sehingga dapat dikelola dan divalidasi. Balanced Scorecard harus merupakan unsur dalam sebuah rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. Adapun hubungan sebab akibat pada peta strategi PT. WIKA Beton seperti gambar 4.44.
191
Gambar 4.44 Cause Effect Relationship Antar KPI PT. WIKA Beton
ROI dan Total Asset Turnover merupakan ukuran akhir dari perpektif finansial, yang menjelaskan bahwa tujuan akhir perusahaan ialah meningkatkan rasio pengembalian atas modal yang diinvestasi setiap tahunnya serta
192 peningkatan efisiensi penggunaan total aktiva milik perusahaan untuk mendukung penjualan. Faktor pendorong ukuran tersebut ialah berupa peningkatan laba. Peningkatan laba operasional dan efisiensi keuangan dipengaruhi oleh peningkatan variabel penjualan bersih untuk setiap SBU yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton. Peningkatan nilai penjualan bersih disebabkan oleh peningkatan perolehan kontrak baru dari pelanggan. Sehingga perolehan kontrak baru selalu berbanding lurus dengan pencapaian nilai penjualan. Pencapaian terhadap peningkatan pada perspektif finansial merupakan suatu akibat yang terjadi karena tingginya proporsi pangsa pasar yang berhasil diraih oleh PT. WIKA Beton. Keberhasilan perusahaan dalam meraih pangsa pasar yang baik dibandingkan periode sebelumnya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah pelanggan baru (akuisisi pelanggan) dan pelanggan yang loyal (retensi pelanggan) terhadap perusahaan. Lalu bagaimana cara perusahaan memperoleh pelanggan yang loyal? yaitu ditentukan oleh usaha (effort) perusahaan untuk dapat memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan yang terangkum dalam indeks kepuasan pelanggan. Jika pelanggan memiliki pengalaman pembelian yang memuaskan maka barulah perusahaan dapat mengharapkan para pelanggan melakukan pembelian ulang (retensi) dan menarik minat pelanggan baru (akuisisi). Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kualitas, waktu pelayanan, serta harga yang bersaing. Maka dalam perspektif proses bisnis internal, indikator kualitas produk dan kapasitas tersedia menjadi sebab yang beralasan. Jika jumlah produk cacat atau gagal meningkat maka tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk PT. WIKA Beton akan menurun,
193 demikian halnya dengan jumlah pengajuan Tender yang tidak dapat terpenuhi (lost sales), yang mana lost sales akan mempengaruhi lama waktu pelayanan kepada pelanggan. Proses ini akan berlanjut dengan mempertanyakan bagaimana proses pembelajaran dan pertumbuhan yang harus ditingkatkan agar dapat memenuhi kinerja yang baik dalam memproduksi produk dan melayani kebutuhan pelanggan. Untuk mengurangi jumlah produk yang cacat atau gagal serta mengurangi pelayanan yang
tertunda,
perusahaan
harus
meningkatkan
produktivitas para tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan jika kebutuhan para tenaga kerja dapat terpenuhi terlebih dahulu. Pemenuhan atas kebutuhan tenaga kerja menjadi penyebab terhadap peningkatan kepuasan tenaga kerja, yang dapat disimpulkan melalui indikator tingkat keluar-masuk tenaga kerja (employee turnover rate). Jika frekuensi keluar-masuk tinggi maka menggambarkan tingkat kepuasan tenaga kerja yang rendah. Proses selanjutnya ialah bagaimana agar kepuasan tenaga kerja terpenuhi?. Salah satu faktor yang penting ialah dengan meningkatkan kompetensi para tenaga kerja, melalui pengadaan program-program pelatihan dan pendidikan. Pada akhirnya terdapat faktor penyebab penting yang dapat mempengaruhi proses bisnis internal serta proses pembelajaran dan pertumbuhan itu sendiri yaitu ukuran penelitian & pengembangan (litbang). Program litbang yang tepat atau efektif akan mempengaruhi peningkatan kualitas kompetensi para tenaga kerja serta seluruh sistem dan sumber daya yang ada atau terlibat di dalam tubuh organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menjadi perusahaan beton pra cetak yang terbaik.
194
4.5
Penentuan Bobot Setiap KPI Penentuan bobot untuk setiap KPI diperoleh dari seorang ahli yang berkompeten terhadap penilaian bobot tersebut, yaitu staf ahli di bagian pengembangan bisnis perusahaan PT. WIKA Beton. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan (needs analysis), metode penentuan bobot dengan pendekatan hierarki seperti pada AHP tidak dapat digunakan, karena jika nilai pada kriteria-kriteria (perspektif) sudah ditentukan besarannya dan ternyata alternatif (KPI) yang terkandung didalamnya lebih penting dari perspektif yang memiliki nilai lebih besar dari perspektif dirinya, maka sebesar apapun nilainya maka tidak akan memberikan pengaruh yang besar bagi penyumbangan nilai totalnya, yaitu nilai Balanced Scorecard perusahaan PT. WIKA Beton. Oleh karena itu, pembobotan yang dilakukan langsung mengarah pada KPI yang dimaksud, seperti pada Tabel 4.38.
195 Tabel 4.38 Bobot Penilaian KPI pada Balanced Scorecard Key Performance Indicator
No.
(Kriteria)
1
Return On Investment
6
2
Total Asset Turnover
5
3
Earn Before Interest and Tax
10
4
Penjualan
9
5
Kontrak Baru
12
6
Pangsa Pasar
6
7
Retensi Pelanggan
6
8
Akuisisi Pelanggan
6
9
Customer Satisfaction Index
7
10
Kualitas Produk
8
11
Lost Sales
5
12
Produktivitas Pegawai
7
13
Employee Turnover
3
14
Training Coverage
4
15
Penelitian & Pengembangan
6 TOTAL
4.6
Bobot
100
Pengukuran Produktivitas dengan OMAX Tahap penilaian produktivitas dengan metode OMAX dilakukan dalam empat tahap, yaitu: pemilihan data-data yang diperlukan dalam pengukuran OMAX, pengumpulan data pokok dari hasil pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode Balanced Scorecard, pengolahan data untuk menentukan nilai standar awal dan nilai terendah yang dibutuhkan untuk menghitung produktivitas menggunakan OMAX. Langkah-langkah untuk pengukuran produktivitas dengan OMAX ialah sebagai berikut:
196 1. Menentukan kriteria yang akan digunakan dalam pengukuran OMAX Tabel 4.39 Potential Objective and Criteria No
Potential Objective
A.
Perspektif Finansial
1.
Meningkatkan tingkat pengembalian
Criteria
Return on Investment (%)
investasi 2.
Meningkatkan efisiensi penggunaan total
Total Asset Turnover (kali)
aktiva perusahaan 3.
Meningkatkan laba operasional
Earn Before Interest & Tax (Rp)
4.
Meningkatkan omzet penjualan
Nilai Penjualan (Rp)
5.
Meningkatkan omzet kontrak baru
B.
Perspektif Pelanggan
6.
Memperluas penetrasi pasar
7.
Mempertahankan pelanggan lama
Retensi Pelanggan (%)
8.
Meningkatkan pelanggan baru
Akuisisi Pelanggan (%)
9.
Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan
C.
Perspektif Proses Bisnis Internal
10.
Menurunkan Jumlah Produk Cacat
Produk Cacat (%)
11.
Menurunkan Jumlah Produk Gagal
Produk Gagal (%)
12.
Menurunkan Jumlah Potensi kontrak yang
Lost Sales (Kali)
Nilai Kontrak Baru (Rp)
Pangsa Pasar (%)
Kepuasan Pelanggan (Skor 1-5)
tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi D.
Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
13.
Meningkatkan Produktivitas tenaga kerja
14.
Meningkatkan Kepuasan Tenaga Kerja
Employee Turnover (%)
15.
Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja
Training Coverage (%)
16.
Meningkatkan Kemampuan Perusahaan
Proporsi Biaya Litbang (%)
Produktivitas Pegawai (Rp/Org)
2. Pengumpulan Data Pokok Data diperoleh dari hasil pengukuran kinerja perusahaan PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
197 Tabel 4.40 Data Pengukuran Performansi PT. WIKA Beton Periode 2003-2006 Performansi
Kriteria
2004
2005
2006
1.
5.18
4.07
5.59
5.54
6
2.
1.14
0.9
1.39
1.25
5
3.
21,146
28,090
29,219
37,445
10
4.
342,478
413,598
551,022
597,247
9
5.
394,119
527,306
473,262
603,586
12
6.
58.57
66.47
57.09
64.46
6
7.
31.50
71.64
81.47
76.52
6
8.
68.50
28.36
18.53
23.48
6
9.
4.16
3.91
4.4
4.03
7
*)
0.0691
0.2228
0.0408
0.0492
4
11.*)
0.0139
0.0118
0.0084
0.0120
4
1
2
4
2
5
386.98
450.54
604.19
661.4
7
1.59
1.36
1.74
3.73
3
15.
19.44
20.37
14.69
24.7
4
16.
0.19
0.18
0.22
0.17
6
10.
12.
*)
13. 14.
*)
Bobot
2003
*)
Nilai semakin rendah, maka semakin baik
3. Pengolahan Data Pengolahan data ialah menghitung nilai standar awal yang merupakan ratarata dari hasil pengukuran kinerja selama periode 2003-2006, menetapkan nilai terendah dari setiap kriteria pengukuran, dan menetapkan target pencapaian tiap kriteria.
198 Tabel 4.41 Perhitungan Nilai Standar, Nilai Terendah, dan Target Pencapaian Nilai Kriteria
2003
2004
2005
2006
Standar Awal
Nilai
Target
Terendah
Pencapaian
1.
5.18
4.07
5.59
5.54
5.09
4.07
6
2.
1.14
0.9
1.39
1.25
1.17
0.9
2
3.
21,146
28,090
29,219
37,445
28,975
21,146
38,000
4.
342,478
413,598
551,022
597,247
476,086
342,478
600,000
5.
394,119
527,306
473,262
603,586
499,568
394,119
610,000
6.
58.57
66.47
57.09
64.46
61.65
57.09
68.00
7.
31.50
71.64
81.47
76.52
65.28
31.50
85
8.
68.50
28.36
18.53
23.48
34.72
18.53
70
9.
4.16
3.91
4.4
4.03
4.13
3.91
5
10.
*)
0.0691
0.2228
0.0408
0.0492
0.10
0.2228
0
11.
*)
0.0139
0.0118
0.0084
0.0120
0.01
0.0139
0
12.
*)
1
2
4
2
2.25
4
0
386.98
450.54
604.19
661.4
525.78
386.98
680
1.59
1.36
1.74
3.73
2.11
3.73
1
15.
19.44
20.37
14.69
24.7
19.80
14.69
30.00
16.
0.19
0.18
0.22
0.17
0.19
0.17
0.50
13. 14.
*)
4. Pembuatan Tabel OMAX a) Indeks Produktivitas Perspektif Finansial Tabel 4.42 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2003 Perspektif
Finansial
Ket.
Indikator
1
2
3
4
5
Performansi
5.18
1.14
21,146
342,478
394,119
10
6
2
38,000
600,000
610,000
9
5.87
1.88
36,709
582,298
594,224
8
5.74
1.76
35,420
564,596
578,448
7
5.61
1.64
34,131
546,894
562,672
6
5.48
1.53
32,842
529,192
546,896
5
5.35
1.41
31,553
511,490
531,120
Sangat Baik
Baik
Sedang
199 4
5.22
1.29
30,264
493,788
515,344
3
5.09
1.17
28,975
476,086
499,568
2
4.75
1.08
26,365
431,550
464,418
1
4.41
0.99
23,755
387,014
429,268
0
4.07
0.90
21,146
342,478
394,119
Skor Aktual
3
2
0
0
0
Bobot
6
5
10
9
12
Nilai
18
10
0
0
0
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
28
300
9.33%
Tabel 4.43 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2004 Perspektif
Finansial
Ket.
Indikator
1
2
3
4
5
Performansi
4.07
0.90
28,090
413,598
527,306
10
6
2
38,000
600,000
610,000
9
5.87
1.88
36,709
582,298
594,224
8
5.74
1.76
35,420
564,596
578,448
7
5.61
1.64
34,131
546,894
562,672
6
5.48
1.53
32,842
529,192
546,896
5
5.35
1.41
31,553
511,490
531,120
4
5.22
1.29
30,264
493,788
515,344
3
5.09
1.17
28,975
476,086
499,568
2
4.75
1.08
26,365
431,550
464,418
1
4.41
0.99
23,755
387,014
429,268
0
4.07
0.90
21,146
342,478
394,119
Skor Aktual
0
0
2
1
4
Bobot
6
5
10
9
12
Nilai
0
0
20
9
48
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
77
300
25.67%
200 Tabel 4.44 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2005 Perspektif
Finansial
Ket.
Indikator
1
2
3
4
5
Performansi
5.59
1.39
29,219
551,022
473,262
10
6
2
38,000
600,000
610,000
9
5.87
1.88
36,709
582,298
594,224
8
5.74
1.76
35,420
564,596
578,448
7
5.61
1.64
34,131
546,894
562,672
6
5.48
1.53
32,842
529,192
546,896
5
5.35
1.41
31,553
511,490
531,120
4
5.22
1.29
30,264
493,788
515,344
3
5.09
1.17
28,975
476,086
499,568
2
4.75
1.08
26,365
431,550
464,418
1
4.41
0.99
23,755
387,014
429,268
0
4.07
0.90
21,146
342,478
394,119
Skor Aktual
6
4
3
7
2
Bobot
6
5
10
9
12
Nilai
36
20
30
63
24
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
173
300
57.67%
Tabel 4.45 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2006 Perspektif
Finansial
Ket.
Indikator
1
2
3
4
5
Performansi
5.54
1.25
37,445
597,247
603,586
10
6
2
38,000
600,000
610,000
9
5.87
1.88
36,709
582,298
594,224
8
5.74
1.76
35,420
564,596
578,448
7
5.61
1.64
34,131
546,894
562,672
6
5.48
1.53
32,842
529,192
546,896
5
5.35
1.41
31,553
511,490
531,120
4
5.22
1.29
30,264
493,788
515,344
3
5.09
1.17
28,975
476,086
499,568
2
4.75
1.08
26,365
431,550
464,418
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
201 1
4.41
0.99
23,755
387,014
429,268
0
4.07
0.90
21,146
342,478
394,119
Skor Aktual
6
3
9
9
9
Bobot
6
5
10
9
12
Nilai
36
15
90
81
108
Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
330
300
110%
b) Indeks Produktivitas Perspektif Pelanggan Tabel 4.46 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2003 Perspektif
Pelanggan
Ket.
Indikator
6
7
8
9
Performansi
58.57
31.50
68.50
4.16
10
68.00
85.00
70.00
5.00
9
67.11
82.20
64.96
4.85
8
66.20
79.38
59.92
4.73
7
65.29
76.56
54.88
4.61
6
64.38
73.74
49.84
4.49
5
63.47
70.92
44.80
4.37
4
62.56
68.10
39.76
4.25
3
61.65
65.28
34.72
4.13
2
60.13
54.02
29.32
4.06
1
58.61
42.76
23.92
3.99
0
57.09
31.50
18.53
3.91
Skor Aktual
0
0
9
3
Bobot
6
6
6
7
Nilai
0
0
54
21
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
75
300
25%
202 Tabel 4.47 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2004 Perspektif
Pelanggan
Ket.
Indikator
6
7
8
9
Performansi
66.47
71.64
28.36
3.91
10
68.00
85.00
70.00
5.00
9
67.11
82.20
64.96
4.85
8
66.20
79.38
59.92
4.73
7
65.29
76.56
54.88
4.61
6
64.38
73.74
49.84
4.49
5
63.47
70.92
44.80
4.37
4
62.56
68.10
39.76
4.25
3
61.65
65.28
34.72
4.13
2
60.13
54.02
29.32
4.06
1
58.61
42.76
23.92
3.99
0
57.09
31.50
18.53
3.91
Skor Aktual
8
5
1
0
Bobot
6
6
6
7
Nilai
48
30
6
0
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
84
300
28%
Tabel 4.48 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2005 Perspektif
Pelanggan
Ket.
Indikator
6
7
8
9
Performansi
57.09
81.47
18.53
4.4
10
68.00
85.00
70.00
5.00
9
67.11
82.20
64.96
4.85
8
66.20
79.38
59.92
4.73
7
65.29
76.56
54.88
4.61
6
64.38
73.74
49.84
4.49
5
63.47
70.92
44.80
4.37
4
62.56
68.10
39.76
4.25
3
61.65
65.28
34.72
4.13
2
60.13
54.02
29.32
4.06
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
203 1
58.61
42.76
23.92
3.99
0
57.09
31.50
18.53
3.91
Skor Aktual
0
9
0
5
Bobot
6
6
6
7
Nilai
0
54
0
35
Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
89
300
29.67%
Tabel 4.49 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2006 Perspektif
Pelanggan
Ket.
Indikator
6
7
8
9
Performansi
64.46
76.52
23.48
4.03
10
68.00
85.00
70.00
5.00
9
67.11
82.20
64.96
4.85
8
66.20
79.38
59.92
4.73
7
65.29
76.56
54.88
4.61
6
64.38
73.74
49.84
4.49
5
63.47
70.92
44.80
4.37
4
62.56
68.10
39.76
4.25
3
61.65
65.28
34.72
4.13
2
60.13
54.02
29.32
4.06
1
58.61
42.76
23.92
3.99
0
57.09
31.50
18.53
3.91
Skor Aktual
6
6
0
1
Bobot
6
6
6
7
Nilai
36
36
0
7
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
79
300
26.33%
204 c) Indeks Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal Tabel 4.50 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal Tahun 2003 Perspektif
Proses Bisnis Internal
Ket.
Indikator
10
11
12
Performansi
0.0691
0.0139
1
10
0
0
0
9
0.0142
0.0016
0.3216
8
0.0285
0.003
0.643
7
0.0428
0.0044
0.9644
6
0.0571
0.0058
1.2858
5
0.0714
0.0072
1.6072
4
0.0857
0.0086
1.9286
3
0.1
0.01
2.25
2
0.1409
0.0113
2.8333
1
0.1818
0.0126
3.4166
0
0.2228
0.0139
4
Skor Aktual
6
0
7
Bobot
4
4
5
Nilai
24
0
35
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
59
300
19.67%
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Tabel 4.51 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal Tahun 2004 Perspektif
Proses Bisnis Internal
Ket.
Indikator
10
11
12
Performansi
0.2228
0.0118
2
10
0
0
0
Sangat Baik
9
0.0142
0.0016
0.3216
Baik
8
0.0285
0.003
0.643
7
0.0428
0.0044
0.9644
205 6
0.0571
0.0058
1.2858
5
0.0714
0.0072
1.6072
4
0.0857
0.0086
1.9286
3
0.1
0.01
2.25
2
0.1409
0.0113
2.8333
1
0.1818
0.0126
3.4166
0
0.2228
0.0139
4
Skor Aktual
0
2
4
Bobot
4
4
5
Nilai
0
8
20
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
28
300
9.33%
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Tabel 4.52 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal Tahun 2005 Perspektif
Proses Bisnis Internal
Ket.
Indikator
10
11
12
Performansi
0.0408
0.0084
4
10
0
0
0
9
0.0142
0.0016
0.3216
8
0.0285
0.003
0.643
7
0.0428
0.0044
0.9644
6
0.0571
0.0058
1.2858
5
0.0714
0.0072
1.6072
4
0.0857
0.0086
1.9286
3
0.1
0.01
2.25
2
0.1409
0.0113
2.8333
1
0.1818
0.0126
3.4166
0
0.2228
0.0139
4
Skor Aktual
8
5
0
Bobot
4
4
5
Nilai
32
20
0
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
52
300
17.33%
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
206 Tabel 4.53 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal Tahun 2006 Perspektif
Proses Bisnis Internal
Ket.
Indikator
10
11
12
Performansi
0.0492
0.0120
2
10
0
0
0
9
0.0142
0.0016
0.3216
8
0.0285
0.003
0.643
7
0.0428
0.0044
0.9644
6
0.0571
0.0058
1.2858
5
0.0714
0.0072
1.6072
4
0.0857
0.0086
1.9286
3
0.1
0.01
2.25
2
0.1409
0.0113
2.8333
1
0.1818
0.0126
3.4166
0
0.2228
0.0139
4
Skor Aktual
7
2
4
Bobot
4
4
5
Nilai
28
8
20
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
56
300
18.67
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
d) Indeks Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Tabel 4.54 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Tahun 2003 Perspektif
Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator
13
14
15
16
Performansi
386.98
1.59
19.44
0.19
10
680
1
30
0.5
Sangat Baik
9
657.96
1.15
28.56
0.43
Baik
8
635.93
1.31
27.1
0.39
7
613.9
1.47
25.64
0.35
Ket.
207 6
591.87
1.63
24.18
0.31
5
569.84
1.79
22.72
0.27
4
547.81
1.95
21.26
0.23
3
525.78
2.11
19.8
0.19
2
479.51
2.65
18.1
0.1833
1
433.24
3.19
16.4
0.1766
0
386.98
3.73
14.69
0.17
Skor Aktual
0
7
2
3
Bobot
7
3
4
6
Nilai
0
21
8
18
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
47
300
15.67%
Tabel 4.55 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Tahun 2004 Perspektif
Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator
13
14
15
16
Performansi
450.54
1.36
20.37
0.18
10
680
1
30
0.5
9
657.96
1.15
28.56
0.43
8
635.93
1.31
27.1
0.39
7
613.9
1.47
25.64
0.35
6
591.87
1.63
24.18
0.31
5
569.84
1.79
22.72
0.27
4
547.81
1.95
21.26
0.23
3
525.78
2.11
19.8
0.19
2
479.51
2.65
18.1
0.1833
1
433.24
3.19
16.4
0.1766
0
386.98
3.73
14.69
0.17
Skor Aktual
1
8
3
1
Bobot
7
3
4
6
Nilai
7
24
12
6
Ket.
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
49
300
16.33%
208 Tabel 4.56 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Tahun 2005 Perspektif
Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator
13
14
15
16
Performansi
604.19
1.74
14.69
0.22
10
680
1
30
0.5
9
657.96
1.15
28.56
0.43
8
635.93
1.31
27.1
0.39
7
613.9
1.47
25.64
0.35
6
591.87
1.63
24.18
0.31
5
569.84
1.79
22.72
0.27
4
547.81
1.95
21.26
0.23
3
525.78
2.11
19.8
0.19
2
479.51
2.65
18.1
0.1833
1
433.24
3.19
16.4
0.1766
0
386.98
3.73
14.69
0.17
Skor Aktual
6
6
0
3
Bobot
7
3
4
6
Nilai
42
18
0
18
Ket.
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
78
300
26%
Tabel 4.57 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran Tahun 2006 Perspektif
Pertumbuhan & Pembelajaran
Indikator
13
14
15
16
Performansi
661.4
3.73
24.7
0.17
10
680
1
30
0.5
9
657.96
1.15
28.56
0.43
8
635.93
1.31
27.1
0.39
7
613.9
1.47
25.64
0.35
6
591.87
1.63
24.18
0.31
Ket.
Sangat Baik
Baik
209 5
569.84
1.79
22.72
0.27
4
547.81
1.95
21.26
0.23
3
525.78
2.11
19.8
0.19
2
479.51
2.65
18.1
0.1833
1
433.24
3.19
16.4
0.1766
0
386.98
3.73
14.69
0.17
Skor Aktual
9
0
6
0
Bobot
7
3
4
6
Nilai
63
0
24
0
Sedang
Buruk Sangat Buruk
Indikator
Periode Saat Ini
Periode Dasar
Indeks
Pencapaian
87
300
29%
5. Indeks Produktivitas PT. WIKA Beton Periode 2003-2006 Tabel 4.58 Indeks Produktivitas Indeks Perspektif
Periode
Produktivitas (%)
Perubahan
Rata-rata
Indeks (%)
Perubahan
2003
9.33
-
2004
25.67
Naik 16.34
2005
57.67
Naik 32
2006
110
Naik 42.33
2003
25
-
2004
28
Naik 3
2005
29.67
Naik 1.67
2006
26.33
Turun 3.34
2003
19.67
-
Proses Bisnis
2004
9.33
Turun 10.34
Internal
2005
17.33
Naik 8
2006
18.67
Naik 1.34
2003
15.67
-
Pembelajaran &
2004
16.33
Naik 0.66
Pertumbuhan
2005
26
Naik 9.67
2006
29
Naik 3
Finansial
Pelanggan
33.56%
0.44%
-0.33%
4.44%
210 Analisa terhadap hasil pengukuran indeks produktivitas tiap bagian perusahaan dengan metode OMAX pada PT. WIKA Beton ialah sebagai berikut: 1. Perspektif Finansial (bagian keuangan dan bagian pemasaran) Produktivitas bagian keuangan dan pemasaran PT. WIKA Beton terkait kinerja keuangan pada tahun 2004 mengalaimi kenaikan sebesar 16.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat sebesar 32% menjadi 57.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 kembali terjadi kenaikan sebesar 42.33% dari tahun 2005. Dari analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas perspektif keuangan selalu mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Ratarata perubahan meningkat 33.56% per tahun. 2. Perspektif Pelanggan (bagian pemasaran) Produktivitas bagian pemasaran PT. WIKA Beton terkait kinerja terhadap pihak eksternal yaitu pelanggan pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 3% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat sebesar 1.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 produktivitas untuk perspektif pelanggan menurun sebesar 3.34%. Berdasarkan analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas bagian pemasaran untuk perspektif pelanggan tidak terlalu baik karena peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan bahkan terjadi penurunan pada tahun 2006. Rata-rata perubahan per tahun meningkat 0.44%. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal (bagian produksi) Produktivitas bagian produksi terkait kinerja proses bisnis internal PT. WIKA Beton pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar
211 10.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 8% dari tahun 2004, dan pada tahun 2006 kembali meningkat sebesar 1.34% dari tahun 2005. Berdasarkan analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produktivitas tidak terlalu baik karena peningkatan indeks produktivitas tidak terlalu signifikan. Rata-rata perubahan per tahun menurun 0.33%. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (bagian sumber daya manusia dan pengembangan bisnis) Produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan bisnis terkait kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan PT. WIKA Beton pada tahun 2004 meningkat sebesar 0.66% dari tahun 2003, pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 9.67% dari tahun 2004, dan pada tahun 2006 kembali terjadi peningkatan sebesar 3% dari tahun 2005. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan bisnis PT. WIKA Beton sudah baik karena selalu mengalami peningkatan
indeks
produktivitas
setiap
tahunnya.
Rata-rata
perubahan per tahun meningkat 4.44%.
4.7
Analisa
Tahapan
Proses
Perencanaan
Strategi
Perusahaan
dalam
Meningkatkan Performansi Perusahaan Balanced Scorecard paling efektif jika digunakan untuk memacu perubahan organisasional. Untuk mengkomunikasikan perlunya perubahan, para manajer harus menetapkan target untuk setiap ukuran yang ada, tiga sampai lima
212 tahun, yang bila tercapai akan mentransformasikan perusahaan. Target tersebut harus mencerminkan suatu diskontinuitas dalam kinerja unit bisnis. Bila target ukuran finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan telah ditetapkan, para manajer dapat mengkaji apakah inisiatif-inisiatif yang ada saat ini akan membantu tercapainya target yang ambisius, atau apakah inisiatif-inisiatif baru diperlukan. Dalam meningkatkan performansi PT. WIKA Beton perlu dianalisa tahapan proses perencanaan inisiatif strategisnya. Adapun analisa tahapan proses perencanaan inisiatif strategi tersebut ialah sebagai berikut.
212
Tabel 4.59 Tahapan Proses Perencanaan Inisiatif Strategis PT. WIKA Beton Perspektif dan
No.
A. 1
Lag Indicator
Sasaran Strategis
Lead Indicator
Target
Inisiatif
Pembelajaran & Pertumbuhan Meningkatkan Produktivitas
Tenaga Kerja
Tingkat Produktivitas Tenaga
Besarnya nilai penjualan
Kerja
Tingkat kepuasan tenaga kerja
Tingkat kompetensi tenaga kerja
Peningkatan tingkat produktivitas
sebesar 25% per tahun
Meningkatkan kepuasan dan kompetensi para tenaga kerja
Menyusun rencana kerja yang jelas dan efektif untuk setiap area fungsional dalam organisasi
2
Meningkatkan Kepuasan Tenaga
Employee Turnover rate
Kerja
Besarnya upah dan insentif yang
Penurunan tingkat keluar-masuk
Meningkatkan kepuasan
diterima oleh para pegawai
tenaga kerja dengan alasan
tenaga kerja dengan
Iklim kerja yang baik
ketidakpuasan sebesar 1% per
pemberian insentif kerja yang
Tingkat absensi tenaga kerja
tahun
proporsional terhadap prestasi
Penurunan absensi para pegawai
Peningkatan pemberian insentif
yang dicapai
Menjaga iklim kerja yang
kerja kepada para pegawai
kondusif mulai dari pihak
Meningkatkan motivasi tenaga
manajemen tingkat atas
kerja
hingga kepada para pekerja pelaksana
3
Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja
Tingkat proporsi tenaga kerja
yang mengikuti program
berminat terhadap program
pelatihan & pendidikan (training coverage)
Jumlah tenaga kerja yang
pelatihan
Jumlah pengadaan program training & pendidikan
Peningkatan rata-rata persentase
Menambah program pelatihan
training coverage sebesar 20% per
& pendidikan yang tepat dan
tahun
sesuai dengan perkembangan
Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan kapabilitas tinggi
ilmu pengetahuan
Menciptakan Knowledge Management System
213
No. 4
Perspektif dan
Lag Indicator
Sasaran Strategis Meningkatkan Kemampuan
Perusahaan
Proporsi pengadaan program
Lead Indicator
Besar biaya usaha yang
Inisiatif
Target
Peningkatan proporsi biaya untuk
Merancang dan membuat
penelitian dan pengembangan
digunakan untuk program
Litbang dari biaya usaha sebesar
program Litbang secara tepat
(litbang)
Litbang
0.5% per tahun
sesuai dengan kebutuhan
Mampu menghasilkan metode
perusahaan
Dampak progam Litbang
terhadap peningkatan
atau teknik yang tepat bagi
kemampuan perusahaan
perkembangan perusahaan
Memberikan perhatian yang lebih pada program Litbang
(teknologi produksi, studi pasar dan sistem manajemen)
Meningkatkan kualitas dan diferensiasi produk
Peningkatan efisiensi dan efektifitas pengadaan program Litbang
B.
Proses Bisnis Internal
1
Menurunkan Jumlah Produk Cacat & Gagal
Kualitas Produk
Rata-rata persentase produk
cacat & gagal
Mempertahankan rata-rata tingkat
produk cacat sebesar 0.1% dan
pengendalian mutu
rata-rata tingkat produk gagal sebesar 0.01%
berdasarkan standar ISO 9000
Mengurangi produk cacat dan
Memonitoring dan mengevaluasi proses produksi
gagal hingga mencapai level zero defect.
Menerapkan metode
secara berkala
Memperbaiki sistem kerja produksi yang efektif dan aman secara terus-menerus
Menggunakan dan menguasai teknologi produksi yang efektif dan efisien.
214
No. 2
Perspektif dan
Lag Indicator
Sasaran Strategis Menurunkan Jumlah Potensi
kontrak yang tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan
Jumlah frekuensi terjadinya Lost
Lead Indicator
Jumlah penolakan Tender karena
Sales
alasan keterbatasan kapasitas
Biaya kerugian akibat Lost Sales
produksi
Inisiatif
Target
Mengurangi jumlah frekuensi Lost
Sales hingga titik Nol.
kapasitas produksi
Memenuhi setiap Tender yang
Melakukan penjadwalan produksi yang tepat
ditawarkan oleh pelanggan
Menerapkan perencanaan Job Order yang efektif
Menambah kapasitas produksi sesuai dengan tingkat demand dan lokasi pasar potensial
C.
Pelanggan
1
Memperluas penetrasi pasar
Persentase pangsa pasar
Jumlah Tender yang
Mampu mempertahankan rata-rata
Menerapkan strategi dan
dimenangkan oleh PT. WIKA
persentase pangsa pasar sebesar
metode pemasaran yang
Beton
60% per tahun
langsung ke hulu
Meningkatkan kompetensi staf ahli negosiator dalam memenangkan Tender
Memperluas jangkauan wilayah penjualan
215
Perspektif dan
No. 2
Lag Indicator
Sasaran Strategis Mempertahankan pelanggan
Retensi Pelanggan
Lead Indicator
lama
3
Meningkatkan pelanggan baru
Persentase Pelanggan Lama yang
masih loyal terhadap perusahaan
Akuisisi Pelanggan
Persentase Pelanggan Baru
Inisiatif
Target
Peningkatan persentase pelanggan
lama (retensi) sebesar 20% per
kepuasan atas kualitas secara
tahun
konsisten dalam hal: produk,
Peningkatan persentase pelanggan
harga, ketepatan waktu
baru (akuisisi) sebesar 0.5% per
pengiriman, keamanan produk, dan konsistensi mutu.
tahun 4
Meningkatkan pelayanan kepada
Indeks Kepuasan Pelanggan
pelanggan
Jumlah keluhan terhadap
pelayanan dan mutu perusahaan
Memperbaiki tingkat
Pencapaian indeks kepuasan
Memperbaiki tingkat
pelanggan hingga skor 4.5 per
kepuasan atas pelayanan
semester untuk kepuasan
secara konsisten dalam hal:
pelayanan dan kepuasan kualitas
kecepatan respon menanggapi keluhan, pelayanan, komitmen, supervisi, serta penggantian produk yang tidak baik.
D.
Finansial
1
Meningkatkan tingkat
Return on Investment
pengembalian investasi
Nilai Laba Bersih
Total Aktiva Perusahaan
Peningkatan persentase tingkat
pengembalian modal sebesar 6% per tahun
Optimalisasi pemanfaatan investasi
Meningkatkan perolehan laba bersih
2
Meningkatkan efisiensi
Total Asset Turnover
penggunaan total aktiva
3
Nilai Penjualan bersih
Total Aktiva Perusahaan
Peningkatan penggunaan seluruh
Meningkatkan efisiensi
aktiva perusahaan untuk
penggunaan aktiva
perusahaan untuk mendukung
mendukung penjualan sebanyak 2
perusahaan
penjualan
(dua) kali per tahun
Meningkatkan laba operasional
Earn before Interest And Tax
Nilai Penjualan Bersih
Peningkatan laba operasional
sebesar 10% tahun
Menetapkan kebijakan untuk mengurangi Harga Pokok Penjualan
Mengurangi pengeluaran biaya usaha
216
Perspektif dan
No.
Lag Indicator
Sasaran Strategis
Lead Indicator
Inisiatif
Target
4
Meningkatkan omzet penjualan
Nilai Penjualan
Perolehan kontrak baru
5
Meningkatkan omzet kontrak
Nilai Kontrak baru
Jumlah Tender yang
Peningkatan nilai penjualan bersih sebesar 40% per tahun
baru
dimenangkan
Peningkatan perolehan nilai
Memaksimalkan inisiatif
kontrak baru sebesar 50% per
strategi pada perspektif
tahun
pelanggan