BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan Dalam perancangan Sport Club ini, penulis akan menggunakan data
bangunan dan denah dari The Springs Club – Summarecon Serpong. Lokasi site ini dipilih karena telah memiliki persyaratan-persyaratan bangunan yang diperlukan untuk sebuah Sport Club. Selain itu, bangunan The Springs Club ini juga terletak di tempat dengan penataan lansekap yang baik, sehingga memberikan nilai tambah pada perancangan Sport Club ini.
4.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan
4.1.1.1 Lokasi
Peta 4.1 Lokasi The Springs Club
Lokasi dari The Spring Club ini terletak di Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan adalah daerah yang sedang berkembang terutama dari sektor properti, hal ini terlihat dari banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun yang juga lengkap dengan fasilitas-fasilitasnya.
95
96 The Springs Club terletak di kawasan Gading Serpong, yaitu lokasi perumahan yang ramai dan juga dilengkapi dengan fasilitasfasilitas publik mulai dari pusat perbelanjaan, rumah sakit hingga sekolah.
4.1.1.2 Akses
Peta 4.2 Akses The Springs Club dari Tol Jakarta-Merak
The Springs Club terletak di Kota Tangerang Selatan dan berada di lokasi yang strat egis dan dekat dengan pintu Tol JakartaMerak yang berada di dalam kawasan Gading Serpong tersebut. Selain melalui Tol Jakarta-Merak, The Springs Club juga dapat diakses melalui Jalan Raya Serpong. Kawasan Gading Serpong ini juga mudah diakses dari wilayah Karawaci.
4.1.1.3 Cuaca dan Iklim Sama dengan Kota Tangerang, Wilayah Kota Tangerang Selatan termasuk dalam klasifikasi tipe iklim C dan D menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2.000 mm. Wilayah Kota Tangerang termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27°C dengan kelembaban antara 80% sampai 90%. Temperatur tahunan maksimum 32°C dan minimum 22°C. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.
97 4.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan
Gambar 4.1 Aerial View The Springs Club – Summarecon
Desain dari The Springs Club menggunakan gaya indies, yaitu arsitektur bergaya kolonial yang telah mengalami proses akulturasi dengan budaya Indonesia, hal ini ditandai dengan penggunaan jendela dengan krapyak dan deretan kolom di depan bangunan.
Gambar 4.2 Bangunan Eksisting The Springs Club
The Springs Club banyak menggunakan bukaan-bukaan, sehingga bangunan ini dapat menggunakan banyak penghawaan alami. The Springs Club juga memiliki banyak taman terbuka yang memberikan penghijauan di sekitar lokasi. Selain itu, lokasi The Springs Club ini berada di tepi danau yang memberikan nilai tambah bagi The Springs Club. Bangunan The Springs Club terbagi menjadi 2 (dua) bangunan utama, dimana bangunan di sebelah selatan digunakan sebagai ballroom dan bangunan di sebelah utara digunakan untuk Sport Club beserta fasilitasnya.
98 Secara vertikal, bangunan The Springs Club terdiri atas Ground Floor yang menjadi akses utama masuk dan keluar dari bangunan ini, dan Lower Ground Floor, yang menjadi akses ke kolam renang. Bangunan dari The Springs Club ini menghadap ke arah timur, sehingga dapat menerima sinar matahari pagi dari arah depan bangunan dan akan cukup panas pada sore hari di bagian belakang bangunan karena terpapar cahaya matahari dari arah barat. Oleh karena posisi bangunan yang dapat menerima cahaya matahari dari arah timur maupun barat, maka bangunan The Springs Club ini sangat memungkinkan untuk menggunakan pencahayaan alami pada siang hingga sore hari.
Gambar 4.3 Analisa Tapak The Springs Club
99
Gambar 4.4 Analisa Denah Ground Floor The Springs Club
Gambar 4.5 Analisa Denah Lower Ground Floor The Springs Club
100 Berdasarkan keterangan pada gambar di atas, dapat diperoleh analisa sebagai berikut: 1.
Lobby utama Sports Club (1), terdapat juga akses alternatif ke dalam bangunan Sport Club di sebelah kiri lobby utama (2), dari kedua akses tersebut sebaiknya digunakan sebagai akses menuju zona public di dalam Sport Club.
2.
Terdapat akses lain di antara area retail (3), akses ini sebaiknya dibatasi dan hanya digunakan pada keadaan darurat karena akses ini dapat digunakan untuk menuju lapangan indoor dan area di dalam Sport Club (9).
3.
Bangunan utama Sport Club (4), mendapat pencahayaan alami baik pada pagi hari maupun sore hari.
4.
Bangunan samping Sport Club, terdapat sebagian area outdoor (kotak merah), area ini mendapat view sunset pada sore hari, sehingga cocok digunakan sebagai area dimana pengunjung dapat berkumpul.
5.
Lapangan indoor (6) yang dapat diakses melalui lantai LG dan memungkinkan untuk diakses melalui akses alternatif (3), sehingga akses tersebut harus dibatasi untuk mencegah pengunjung nonanggota menggunakan fasilitas di dalam Sport Club.
6.
Lobby Ballroom The Springs Club (7), terbatas hanya untuk pengunjung Ballroom, dan tidak dapat digunakan sebagai akses menuju Sport Club.
7.
Akses menuju back office (8), hanya dapat diakses oleh karyawan The Springs Club.
101 4.1.2.1 Zoning
1.
Zoning Alternatif 1 (Terpilih)
Gambar 4.6 Zoning Ground Floor – Alternatif 1
Gambar 4.7 Zoning Lower Ground Floor – Alternatif 1
Analisa zoning alternatif 1: +
Zona public dan semi public terletak pada lantai utama bangunan (G), sehingga lebih mudah diakses oleh semua pengunjung.
+
Zona private dan semi private sebagian terletak di lantai bawah (LG), sehingga lebih tertutup untuk beberapa pengunjung.
+
Seluruh zona private dan sebagian semi private yang merupakan fasilitas olahraga dan pendukung fasilitas olahraga berada di satu lantai yang sama, sehingga memudahkan pengguna fasilitas jika ingin menggunakan fasilitas lainnya.
+
Zona service terletak di area yang cukup tersembunyi dan berada dekat dengan zona yang cenderung memerlukan
102 sumber air, sehingga jika dibutuhkan sumber air pada area ini tidak sulit untuk membuat instalasi air tersebut. +
Pencahayaan alami dapat digunakan dengan optimal, terutama pada zona public dan semi public.
2.
Zoning Alternatif 2
Gambar 4.8 Zoning Ground Floor – Alternatif 2
Gambar 4.9 Zoning Lower Ground Floor – Alternatif 2
Analisa zoning alternatif 2: +
Zona public dan semi public terletak pada lantai utama bangunan (G), sehingga lebih mudah diakses oleh semua pengunjung.
+
Zona private dan semi private terletak di lantai bawah (LG), sehingga lebih tertutup untuk beberapa pengunjung.
+
Seluruh zona private dan semi private yang merupakan fasilitas olahraga dan pendukung fasilitas olahraga berada di satu lantai yang sama, sehingga memudahkan pengguna fasilitas jika ingin menggunakan fasilitas lainnya.
103 +
Pencahayaan alami dapat digunakan dengan optimal, terutama pada zona public dan semi public.
+
Zona private berada di tengah, sehingga mudah di akses oleh pengguna dari zona semi private.
-
Zona service berada di dekat area publik, sehingga kurang menarik bagi pengunjung yang baru tiba.
-
Zona semi private terpisah, sehingga mengakibatkan adanya area olahraga yang terpisah
3.
Zoning Alternatif 3
Gambar 4.10 Zoning Ground Floor – Alternatif 3
Gambar 4.11 Zoning Lower Ground Floor – Alternatif 3
Analisa zoning alternatif 3: +
Zona semi public dan semi private mendapat akses langsung dari zona public.
+
Zona semi private menyebar di seluruh bagian bangunan, sehingga tidak memusat di satu area saja.
104 +
Pencahayaan alami dapat digunakan dengan optimal hampir di semua zona, kecuali zona service.
+
Zona private yang memanjang memungkinkan penggunaan pencahayaan alami dengan lebih optimal.
+
Zona service mendapat pencahayaan alami yang baik.
-
Zona semi private yang tersebar, mengakibatkan pengguna lebih sulit untuk berpindah fasilitas.
-
Zona semi public
di lower ground floor terlalu terisolir,
sehingga akan tersembunyi, dan sulit diakses pengunjung. -
Sebagian zona semi private tidak memungkinkan untuk mendapatkan pencahayaan alami.
4.1.2.2 Grouping
1.
Grouping Alternatif 1 (terpilih)
Gambar 4.12 Grouping Ground Floor – Alternatif 1
Gambar 4.13 Grouping Lower Ground Floor – Alternatif 1
105 Analisa grouping alternatif 1: +
Area public lounge tepat berada di depan pintu masuk utama, sehingga setiap pengunjung yang masuk akan langsung berada di area public.
+
Area resepsionis berada tepat di sisi bangunan utama, sehingga akan mudah ditemui pengunjung.
+
Area restaurant memiliki akses langsung dari bangunan utama, sehingga mudah diakses oleh pengunjung.
+
Area restaurant terkoneksi dengan bar & lounge, sehingga memudahkan pengunjung sewaktu memilih tempat yang akan dikunjungi.
+
Area bar & lounge terbagi di dalam bangunan utama dan di luar bangunan utama yang dibuat semi outdoor. Area semi outdoor ini memiliki penghawaan dan juga pencahayaan almi yang baik.
+
Area snooker dapat dibuat terbuka, sehingga memberi kesan luas pada ruangan.
+
Cardio area pada gymnasium dibuat paling depan, sehingga memudahkan akses pengguna
+
Ruang loker dan ruang bilas terletak di lokasi yang strategis di dalam bangunan, sehingga mudah diakses oleh seluruh pengguna fasilitas.
2.
Grouping Alternatif 2
Gambar 4.14 Grouping Ground Floor – Alternatif 2
106
Gambar 4.15 Grouping Lower Ground Floor – Alternatif 2
Analisa grouping alternatif 2: +
Area public lounge tepat berada di depan pintu masuk utama, sehingga setiap pengunjung yang masuk akan langsung berada di area public.
+
Area snooker dapat dibuat terbuka, sehingga memberi kesan luas pada ruangan.
+
Area resepsionis berada tepat di sisi bangunan utama, sehingga akan mudah ditemui pengunjung.
-
Pembagian area restaurant dan bar & lounge kurang baik, sehingga akan mengganggu akses pengunjung yang akan menggunakan fasilitas di lantai LG.
-
Posisi restaurant akan menyulitkan untuk dibuat dapur kotor.
-
Ruang sauna dan toilet berada di lokasi yang berjauhan dengan area basah, sehingga akan menyulitkan instalasi air.
3.
Grouping Alternatif 3
Gambar 4.16 Grouping Ground Floor – Alternatif 3
107
Gambar 4.17 Grouping Lower Ground Floor – Alternatif 3
Analisa grouping alternatif 3: +
Area public lounge tepat berada di depan pintu masuk utama, sehingga setiap pengunjung yang masuk akan langsung berada di area public.
+
Area snooker dapat dibuat terbuka, sehingga memberi kesan luas pada ruangan.
+
Area studio class mendapat cahaya alami dan view yang baik dari kolam renang.
+
Area free weight juga mendapat cahaya alami dan view yang baik.
+
Area resepsionis berada di tengah ruangan, sehingga dapat menjadi perhatian pengunjung.
+
Area cardio dan weight machine mendapat view kolam renang yang baik.
-
Letak free weight area terpisah jauh dari area gymnasium lainnya, sehingga akan menyulitkan akses.
-
Posisi restaurant akan menyulitkan untuk dibuat dapur kotor.
-
Ruang sauna dan toilet berada di lokasi yang berjauhan dengan area basah, sehingga akan menyulitkan instalasi air.
-
Area studio class berada setelah area gymnasium, sehingga tidak dapat dibuat akses langsung menuju area ini.
4.2
Konsep Perancangan Dalam perancangan Sport Club ini, penulis memiliki tujuan untuk
menghadirkan suasana relax dan nyaman bagi pengunjung yang datang untuk berolahraga, namun tetap dengan suasana liburan.
108 Oleh karena itu, penulis telah menentukan konsep “Gateway to Nirvana”. Dalam ajaran Hinduisme, Nirvana atau Nirwana adalah sinonim untuk Moksha yang merupakan inti dari ajaran Hinduisme. Menurut ajaran Hinduisme, Moksha adalah suatu keadaan jiwa yang bebas secara mutlak, kebahagiaan kekal tanpa duka, pada keadaan ini, manusia sampai pada keadaan sejahtera yang abadi. Maka konsep tersebut dengan tepat menggambarkan Sport Club ini, dimana pengunjungnya diharapkan dapat melepas penat setelah menghabiskan waktu untuk bekerja dan berolahraga agar tubuh kembali fit.
Gambar 4.18 Mind Map Konsep Perancangan
Sebagai bagian dari pertimbangan dalam menentukan gaya perancangan adalah arsitektur eksisting dari bangunan itu sendiri. Konsep arsitektur yang diterapkan pada The Springs Club adalah arsitektur bergaya indies, yaitu arsitektur bergaya kolonial yang telah mengalami proses akulturasi dengan budaya Indonesia. Salah satu yang menjadi akibat adanya akulturasi tersebut adalah keadaan alam Indonesia, hal ini sejalan dengan prinsip yang terdapat dalam “Tri Hita Karana” dimana manusia sangat tergantung pada lingkungan (alam).
109
Gambar 4.19 Mood Board Konsep Perancangan
Secara garis besar, gaya yang akan diterapkan pada perancangan interior ini adalah gaya interior kontemporer. Gaya kontemporer berkembang sekitar awal 1920an yang dimotori oleh sekumpulan arsitek Bauhaus School of Design, Jerman yang merupakan respon terhadap kemajuan teknologi dan berubahnya keadaan sosial masyarakat akibat perang dunia. Gaya kontemporer juga sering diterjemahkan sebagai istilah arsitektur modern (Illustrated Dictionary of Architecture, Ernest Burden). Istilah
kontemporer
sama
artinya
dengan
modern
yaitu
kekinian.
Kontemporer ditandai dengan sebuah desain yang lebih maju, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru. Gaya ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang sederhana dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih. Dalam desainnya banyak diterapkan penggunaan bahan-bahan natural dengan kualitas tinggi seperti sutera, marmer dan kayu. Untuk desain interiornya, misalnya lantai, ditampilkan dengan kesan ringan melaui penggunaan keramik putih, lantai batu atau kayu atau penggunaan karpet berwarna lembut dan sederhana. Pengolahan dinding dengan warna-warna netral (krem, putih bersih dan abu-abu) atau diolah unfinished dengan media semen plester atau bata ekspos. Untuk penutup jendela banyak ditemui penutup dari jenis blind atau tirai sederhana. Furniture-pun tampil dengan bentuk fungsional dan
110 praktis dengan banyak mengeksplorasi dari kayu, kaca, kulit, krom, stainless steel dan besi.
Gambar 4.20 Interior Bergaya Kontemporer (Sumber: http://blog.relishinteriors.com/modern-vs-contemporary-whats-the-difference)
4.2.1 Konsep Muatan Lokal Muatan lokal yang akan digunakan pada perancangan ini berasal dari Bali yang dikenal sebagai tempat wisata yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Berdasarkan judul “Gateway to Nirvana”, konsep budaya lokal Bali pada perancangan ini mengambil inspirasi dari unsur-unsur langit dan bumi yang masing-masing diwakili oleh pantai dan subak untuk merepresentasikan bumi, dan Jalak Bali sebagai representasi langit yang secara keseluruhan menjadi jalan menuju “Nirwana”. Pada proyek perancangan ini, penulis akan mengambil inspirasi bentuk ruang dari lansekap alam Bali, yaitu subak. Subak adalah sistem pengelolaan pendistribusian aliran irigasi pertanian khas masyarakat Bali. Sistem ini sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat Bali. Melalui sistem subak, para petani mendapatkan jatah air sesuai ketentuan yang diputuskan dalam musyawarah warga. Subak telah diakui UNESCO pada Juni 2012 sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia. Budaya subak Bali merupakan manifestasi luar biasa petani Bali. Tradisi pengairan sawah ini menggabungkan nilai-nilai tradisional suci dengan sistem kemasyarakatan yang terorganisasi. Subak juga merupakan manifestasi dari “Tri Hita Karana”, sistem kosmologis Bali yang sebagian
111 besar masyarakatnya menganut ajaran Hindu. Hal tersebut merupakan refleksi nyata dari keyakinan masyarakat Bali yang berakar pada konsep kesadaran bahwa manusia harus selalu menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, dan antara manusia dan alam dalam kehidupan sehari-hari. Subak di Bali menggambarkan kemampuan masyarakat adatnya menerjemahkan sistem kosmologis mereka dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal itu menjadi tercermin dalam perencanaan dan pemanfaatan lahan, penataan pemukiman, arsitektur, upacara dan ritual, serta seni dan juga organisasi sosial. Implementasi konsep tersebut juga terbukti menciptakan pemandangan alam yang mengagumkan dan memiliki nilai budaya tinggi.
Gambar 4.21 Lansekap Alam Bali (Sumber: http://www.pinterest.com)
Selain dari lansekap alam Bali, penulis juga akan mengambil inspirasi dari satwa khas Bali, yaitu Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Jalak Bali adalah adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm dengan ciri-ciri khusus, diantaranya memiliki bulu putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam, bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung.
112
Gambar 4.22 Jalak Bali (Sumber: http://www.pinterest.com)
4.2.2 Citra Ruang Citra ruang yang digunakan pada perancangan ini adalah relax, tranquil, dan serene yang bertujuan untuk menghadirkan suasana ruang yang dapat memberikan kesan relax pada pengunjungnya. Relax memiliki arti to make lax or loose; to make less severe or strict; to relive from tension or strain. Dari definisi tersebut, relax adalah suatu keadaan yang memungkinkan seseorang melakukan kegiatan dengan bebas tanpa ketegangan. Suasana relax yang dimaksud dalam perancangan ini adalah suasana senyap, jauh dari kebisingan dan menyatu dengan alam.
Gambar 4.23 Inspirasi Citra Ruang (Sumber: http://www.rayaburigroup.com & http://www.pinterest.com)
Kesan relax tersebut akan diterapkan melalui bentuk ruang yang dinamis dengan konsep open space sebagai bentuk integrasi dengan alam. Kesan relax tersebut juga akan diterapkan melalui penggunaan materialmaterial alami yang mendukung dan fitur-fitur tambahan seperti air mancur
113 yang akan menghasilkan bunyi gemericik yang memberikan suasana relax. Melalui penerapan citra ruang tersebut, pengunjung yang datang diharapkan dapat merasakan kesegaran secara fisik maupun psikologis. 4.2.3 Konsep Material Material yang akan digunakan pada proyek perancangan ini akan berfokus pada material-material yang mendukung gaya modern, dan dapat mewakili citra ruang relax, tranquil, dan serene yang memberikan kesan menenangkan pada ruangan.
Tabel 4.1 Konsep Material No.
Material
A. Lantai 1. Marmer
Area
Kelebihan
Kekurangan
Lobby, restoran
- Memberikan kesan sejuk - Ketahanan tinggi - Dapat dipotong dalam berbagai ukuran - Memiliki serat bermotif alami yang unik
- Mahal - Perlu perawatan khusus - Memantulkan suara
2.
Kayu
Lobby
- Memberikan kesan hangat - Memberikan kesan alami
- Perawatan sulit - Ketahanan kurang baik - Dapat memuai dan menyusut - Kemungkinan ditumbuhi jamur
3.
Vinyl flooring
Restoran, area publik, gymnasium
- Motif beragam - Pemasangan mudah - Perawatan mudah - Ketahanan tinggi
- Motif tidak alami
114 4.
Ceramic tile 30x30cm
Shower room
- Perawatan mudah - Motif beragam
- Memantulkan suara
5.
Karpet tile
Gymnasium
- Pemasangan mudah - Meredam suara - Memberikan kesan hangat - Motif beragam - Tekstur beragam
- Perawatan sulit - Menyerap kotoran
6.
Homogeneous tile
R. loker, toilet umum
- Perawatan mudah - Motif beragam - Motif lebih alami
- Memantulkan suara
Resepsionis
- Memberikan kesan sejuk dan alami - Dapat diukir - Perawatan mudah - Tekstur unik
- Memantulkan suara - Dapat berlumut jika lembap
Area whirlpool
- Memberikan kesan sejuk dan alami - Tekstur unik - Pola pemasangan beragam
- Memantulkan suara - Dapat berlumut jika lembap
B. Dinding 7. Batu paras
8.
Batu andesit
115 9.
Aluminium composite panel
Gymnasium, restoran
- Warna beragam - Tahan terhadap cuaca - Mudah dibentuk - Tahan api
- Memantulkan suara
10.
Kaca
Gymnasium
- Mudah dibersihkan - Tahan gores - Memberikan kesan terbuka
- Memantulkan suara - Privasi kurang
11.
Wallpaper
Restoran
- Motif beragam - Tekstur beragam
- Perawatan sulit - Mudah terkelupas
12.
Mosaic tile
Toilet, shower room
- Motif unik - Perawatan mudah
- Memantulkan suara
13.
Wall paint
Lain-lain
- Perawatan mudah - Aplikasi mudah - Warna beragam - Tidak memiliki ketebalan
- Mudah meninggalkan noda
116 C. Ceiling 14. Gypsum board
15.
Acoustic tile
Hampir seluruh area
- Ringan - Pemasangan mudah - Tahan api - Mudah dibentuk
- Tidak tahan tekan - Tidak tahan air
Gymnasium
- Ringan - Meredam suara - Pemasangan mudah
- Tidak dapat dibentuk - Tidak tahan air
4.2.4 Konsep Warna Konsep warna yang akan diterapkan dalam perancangan Sport Club ini adalah earth tone color yang dikombinasikan dengan warna yang berasal dari satwa khas Bali, yaitu Jalak Bali. Warna-warna ini didominasi dengan warna putih, warna coklat dan turunannya, serta biru dan hijau sebagai aksen yang membuat ruangan lebih hidup.
Gambar 4.24 Inspirasi Konsep Warna (Sumber: http://images.detik.com & http://www.pinterest.com)
117 White
Brown
Red Brown
Dark Brown
Blue
Green
D: Dominan | SD: Sub-Dominan | A: Aksen Gambar 4.25 Color Scheme
Warna coklat dan turunannya yang digunakan akan melambangkan tanah dan bumi, warna ini juga melambangkan kenyamanan, daya tahan dan kebahagiaan di masa depan. Sedangkan warna hijau sebagai aksen melambangkan sesuatu yang alami, sehat dan keberuntungan. Warna-warna tersebut akan sangat tepat untuk menggambarkan konsep “Gateway to Nirvana”.
4.2.5 Konsep Bentuk Konsep bentuk yang akan diterapkan dalam perancangan Sport Club ini adalah bentuk geometris untuk mendukung gaya kontemporer pada ruangan. Selain itu, bentuk-bentuk organik juga akan digunakan sebagai aksen yang akan memberikan kesan dinamis pada ruangan. Bentuk-bentuk organik ini dapat diaplikasikan melalui instalasi yang juga berfungsi sebagai focal point pada ruangan.
4.2.5.1 Lantai Bentuk lantai yang akan digunakan pada proyek perancangan ini akan berupa pathway, yang juga berfungsi sebagai pengarah ke satu tujuan. Selain itu, bentuk lantai yang akan diterapkan adalah penggunaan material lantai berbeda, yang berfungsi sebagai penanda satu area dalam ruangan, yang juga dapat menjadi focal point pada ruangan tersebut.
118
Pathway sebagai pengarah ke satu tujuan
Perbedaan material lantai sebagai focal point
Gambar 4.26 Konsep Bentuk Lantai (Sumber: http://www.pinterest.com)
4.2.5.2 Dinding Dinding adalah salah satu elemen utama pembentuk ruangan yang berfungsi sebagai pemisah ruangan yang berbeda fungsi dan juga untuk memberikan privasi diantara ruangan-ruangan tersebut. Bentuk dinding yang akan diaplikasikan pada perancangan ini adalah dinding dengan bentuk geometris dengan ornament geometris sebagai aksen yang berfungsi sebagai elemen dekoratif pada dinding.
Dinding dengan ornament geometris sebagai aksen Gambar 4.27 Konsep Bentuk Dinding (Sumber: http://www.pinterest.com)
119 4.2.5.3 Ceiling Bentuk ceiling yang akan digunakan pada perancangan ini adalah bentuk ceiling dengan penggunaan drop ceiling, yang juga berfungsi sebagai pembatas suatu area dalam ruang tanpa dinding.
Drop ceiling sebagai pembatas ruang Gambar 4.28 Konsep Bentuk Ceiling (Sumber: http://dekto.designshuffle.com)
4.2.5.4 Furniture Penggunaan furniture pada proyek perancangan ini akan mengedepankan aspek fungsional. Furniture yang mengutamakan aspek fungsional ini digunakan dengan tujuan untuk menambah nilai efisiensi dalam perawatannya.
Furniture mengutamakan aspek fungsional, mendukung gaya kontemporer Gambar 4.29 Konsep Bentuk Furniture (Sumber: http://www.pinterest.com)
120 4.2.6 Konsep Pencahayaan Pencahayaan yang akan digunakan pada perancangan ini adalah pencahayaan buatan dan alami. Pencahayaan alami yang digunakan akan memanfaatkan jendela-jendela besar yang terdapat di dalam ruangan dan skylight pada lokasi tertentu jika memungkinkan. Penggunaan pencahayaan alami ini bertujuan untuk menghemat daya listrik.
Gambar 4.30 Skylight (Sumber: http://www.pinterest.com)
Pencahayaan buatan yang akan digunakan pada perancangan ini secara umum adalah general lighting yang berfungsi untuk menerangi seluruh bagian ruangan secara umum. Untuk mendukung general lighting, juga diperlukan task lighting yang akan menerangi bagian-bagian khusus yang terdapat banyak aktivitas seperti meja resepsionis, meja makan, dll. Selain itu, juga akan digunakan accent lighting yang berfungsi untuk menonjolkan bagian menarik dari ruangan tersebut. Pencahayaan buatan pada perancangan ini secara keseluruhan akan menggunakan lampu LED, sehingga dapat menghemat penggunaan energi listrik. Tabel 4.2 Konsep Pencahayaan Buatan No.
Jenis Pencahayaan
A. General Lighting 1. Downlight
Area Cool white: - Lobby - Gymnasium - Snooker - Restaurant Warm white: - Shower room - Massage room - Whirlpool area
Keterangan Berfungsi sebagai pencahayaan umum untuk menerangi seluruh bagian ruangan.
121 2.
LED strip light
B. Task Lighting 3. Pendant lamp
4.
Pendant lamp
C. Accent Lighting 5. Spotlight
- Lobby - Gymnasium - Restaurant
LED strip light akan dibuat sebagai indirect lighting
- Snooker
Menggunakan lampu LED agar lebih hemat listrik
- Restaurant
Juga berfungsi sebagai penunjang dekorasi ruangan
- Lobby
Berfungsi untuk menonjolkan bagian tertentu dari ruangan
6.
Wall washer
- Lobby
Berfungsi untuk menampilkan tekstur dinding
7.
Kinetic lighting (candle light)
- R. Massage
Berfungsi untuk menampilkan kesan intim pada ruangan
122 4.2.7 Konsep Penghawaan Penghawaan yang akan digunakan pada Sport Club ini adalah penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami yang digunakan akan memanfaatkan bukaan-bukaan besar yang ada di dalam ruangan sebagai ventilasi. Penghawaan alami ini selain bertujuan untuk menghemat biaya operasional juga bertujuan untuk memberikan kesan alami pada ruangan. Sistem ventilasi bangunan dapat dirancang untuk mendapatkan tingkat kenyamanan yang maksimal. Untuk membuat agar angin bisa masuk ke dalam bangunan, salah satu cara yang dilakukan adalah memodifikasi temperatur di lingkungan rumah. Modifikasi ini bertujuan untuk memancing angin agar bergerak ke arah rumah yang kita tinggali. Mengingat prinsip dasar bahwa udara mengalir dari tempat dingin (bertekanan tinggi) ke tempat panas (bertekanan rendah) maka pohon (tanaman) yang rindang bisa dijadikan salah satu alternatif untuk memancing angin agar bergerak mendekat ke rumah. Lokasi penempatannya diletakkan di area yang memotong arah pergerakan angin yang mengenai bangunan. Karakteristik angin ketika memasuki area rumah biasanya bergerak horizontal. Selanjutnya angin (udara yang mengalir) dimasukkan ke dalam rumah melalui bukaanbukaan. Bukaan ini bisa berupa jendela, bouvenliecht, lubang angin (rooster), pintu, skylight maupun lubang di atap dan plafond. Prinsip membuat ventilasi di dalam rumah adalah bagaimana membuat angin lebih mudah bergerak dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Oleh karena itu peletakan bukaan ventilasi menjadi faktor penting. Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar maka penempatan bukaan ventilasi dilakukan secara berhadapan (cross ventilation). Kondisi ini mempermudah aliran udara untuk saling bertukar, satu bagian menjadi tempat masuknya udara bagian yang berhadapan menjadi tempat pengeluarannya begitu pula sebaliknya.
123
Gambar 4.31 Penghawaan Alami (Sumber: http://cozurs.blogspot.com)
Selain pengaturan ventilasi untuk membantu sirkulasi udara dalam ruangan, penggunaan material-material alami seperti batu alam juga dapat membantu untuk menurunkan suhu di dalam ruangan, sehingga ruangan tetap terasa sejuk tanpa penghawaan buatan. Untuk mendukung penghawaan alami, maka akan diperlukan penghawaan buatan, terutama pada area-area seperti gymnasium dengan tingkat aktivitas tinggi yang menyebabkan kelembapan udara tinggi dan kondisi iklim tropis yang membuat suhu udara cenderung terasa panas. Oleh karena itu diperlukan penghawaan buatan untuk membantu menurunkan suhu di dalam ruang tersebut dengan menggunakan Air Conditioner (AC).
Gambar 4.32 Central Air Conditioner (Sumber: http://blog.airconditioneroutlet.com)
4.2.8 Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan ini adalah sirkulasi melewati ruang. Sirkulasi melewati ruang adalah pola sirkulasi dalam ruangan yang dapat saling mengisi satu sama lain melalui ruang yang
124 ada di antara ruang-ruang tersebut. Dengan menggunakan pola sirkulasi ini privasi ruang akan lebih terjaga dan ruang perantara tersebut dapat difungsikan sebagai ruang publik.
Gambar 4.33 Konsep Sirkulasi Melewati Ruang (Sumber: http://agy-aprillyanto.blogspot.com)
4.2.9 Konsep Akustik Ruang Sistem akustik yang akan digunakan pada perancangan ini bervariasi, tergantung dari ruangan dan aktivitas di dalam ruangan tersebut. Pada ruang publik yang memiliki tingkat kebisingan tinggi pada umumnya tidak diperlukan sistem akustik khusus, hanya saja perlu dipertimbangkan untuk menggunakan
material-material
yang
cukup
keras
sehingga
dapat
mengurangi pantulan suara. Pada fasilitas olahraga seperti gymnasium perlu menggunakan material-material khusus yang dapat meredam suara seperti material penutup lantai berupa karpet, sehingga dapat mengurangi pantulan suara akibat benturan di atas permukaan lantai.
4.2.10 Konsep Keamanan dan Keselamatan Keamanan merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan pada suatu perancangan. Pada Sport Club ini, untuk memenuhi standar keamanan maka penulis akan menerapkan desain ruangan yang meminimalisir area yang memungkinkan untuk dipakai sebagai tempat bersembunyi. Untuk menjaga keamanan barang-barang pengunjung yang disimpan di dalam loker, maka diperlukan juga sistem keamanan loker dengan kunci elektronik menggunakan RFID (Radio-Frequency Identification) yang memiliki kelebihan antara lain: (1) tidak dapat diduplikasi oleh sembarang orang; (2) dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk seperti kartu atau gelang; (3) mudah disimpan oleh pengunjung saat berada di dalam Sport Club.
125
Gambar 4.34 RFID Reader & RFID Wristband (Sumber: http://www.suresafetech.com & http://www.sterags.com)
Untuk memenuhi aspek keselamatan, maka diperlukan perangkatperangkat berupa smoke detector dan heat detector yang berguna untuk mendeteksi jika terjadi kebakaran. Selain itu juga diperlukan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang diletakan dibeberapa lokasi untuk digunakan dalam keadaan darurat.
Gambar 4.35 Smoke Detector, Heat Detector dan APAR (Sumber: http://www.gadgets-zone.com)
Aspek keselamatan lain yang juga perlu diterapkan pada perancangan Sport Club ini adalah ruang P3K yang berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama jika ada pengunjung yang mengalami kecelakaan sewaktu menggunakan fasilitas olahraga. Ruang P3K sebaiknya memiliki perlengkapan standar untuk pertolongan pertama diantaranya: Kotak P3K; tabung oksigen; obat-obatan; dan tandu untuk mengangkat korban jika diperlukan.
126 4.2.11 Konsep Signage Dalam suatu ruang publik diperlukan signage yang berfungsi sebagai penanda ruangan ataupun penunjuk arah ruangan. Selain sebagai penanda ruang tersebut, signage juga digunakan dengan tujuan sebagai penunjang sistem keamanan dan keselamatan. Oleh karena itu, desain signage harus dibuat selaras dengan ruangan, warna pada signage harus dibuat kontras dan berbeda-beda sesuai dengan fungsinya, dan peletakan signage harus tepat sesuai dengan fungsinya agar tidak menyesatkan pengunjung yang melihat petunjuk tersebut. Signage akan dibuat dengan material tertentu yang tidak memantulkan cahaya, sehingga dapat mengaburkan pandangan orang yang melihatnya. Dalam perancangan ini akan diperlukan beberapa jenis signage, yaitu: (1) signage penanda ruang; (2) signage penunjuk arah menuju ruangan; dan (3) signage penunjuk dalam keadaan darurat, yaitu penanda pintu darurat, tangga darurat dan perangkat darurat.
Gambar 4.36 Signage Penanda Ruang (Sumber: http://www.pinterest.com)
Gambar 4.37 Signage Petunjuk Arah (Wayfinfing) (Sumber: http://signnation.ca)
127
Gambar 4.38 Signage Pintu Darurat (Sumber: http://www.emergency-lighting-direct.co.uk)