64
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Pengumpulan Data
4.1.1
Data Penjualan PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and
plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe CE-6. Berikut ini adalah data penjualan kloset tipe CE-6: Tabel 4.1 Tabel Data Penjualan Kloset Tipe CE-6 Tahun
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni 2004 Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 2005 Juli Agustus September Oktober November Desember
Penjualan (Buah) 1020 1060 1115 1085 1105 1070 1140 1110 1185 1150 1115 1145 1145 1195 1140 1155 1180 1150 1210 1155 1175 1160 1180 1225
65
4.1.2
Data Bahan Baku Untuk membuat kloset tipe CE-6 dibutuhkan beberapa bahan baku yang dapat
dijabarkan sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel Data Bahan Baku No Jenis Bahan Baku Satuan Harga Harga/Kg Lead Time 1 Zat A Ton 765,949 765.95 1 bulan 2 Zat B Ton 1,409,930 1,409.93 1 bulan 3 Zat C Ton 1,953,324 1,953.32 1 bulan 4 Zat D Ton 1,663,340 1,663.34 1 bulan 5 Clay Ton 1,255,477 1,255.48 1 bulan 6 Feldspar Ton 642,750 642.75 1 bulan 7 Dolomite Ton 540,000 540.00 1 bulan
4.1.3
Data Persediaan Bahan Baku (Desember 2005) Berikut ini adalah data sisa persediaan bahan baku untuk kloset tipe CE-6
pada bulan Desember 2005. Tabel 4.3 Tabel Data Sisa Persediaan Bahan Baku No Jenis Bahan Baku 1 Zat A 2 Zat B 3 Zat C 4 Zat D 5 Clay 6 Feldspar 7 Dolomite
Persediaan Akhir 1457 181 694 977 559 497 175
Satuan Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton
66
4.1.4
Data Bill Of Material Data Bill Of Material untuk membuat 1 buah kloset tipe CE-6 adalah sebagai
berikut: Tabel 4.4 Tabel Data Bill Of Material (BOM) No Jenis Bahan Baku 1 Zat A 2 Zat B 3 Zat C 4 Zat D 5 Clay 6 Feldspar 7 Dolomite Total =
4.1.5
Berat/Pcs (Kg) Persentase (%) 1.56 19.7 0.59 7.5 0.99 12.5 1.98 25 1.83 23 0.75 9.5 0.22 2.8 7.92 100
Data Biaya Pesan Bahan Baku dan Data Biaya Simpan Bahan Baku Data biaya berikut ini merupakan asumsi dari penulis yang akan digunakan
untuk menghitung total biaya dari metode-metode yang digunakan dalam MRP, sehingga dari total biaya tersebut dapat disimpulkan metode mana yang terbaik untuk pemesanan bahan baku dengan melihat biaya yang paling kecil. Data biaya yang perlu diasumsikan adalah data biaya pesan (order cost) dan biaya simpan (holding cost). Perinciannya adalah sebagai berikut: •
Biaya Pesan (Order Cost) Biaya pesan adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali memesan barang ke pemasok atau supplier. Biaya yang dikeluarkan sebagai berikut:
67
Tabel 4.5 Tabel Biaya Pesan Bahan Baku No Jenis Bahan Baku Biaya Pesan/Kontainer Negara Asal 1 Zat A 1,000,000 Malaysia 2 Zat B 1,500,000 China 3 Zat C 1,000,000 Thailand 4 Zat D 2,000,000 Perancis 1,500,000 Jepang 5 Clay 6 Feldspar 1,500,000 India 7 Dolomite 500,000 Lokal
•
Biaya Simpan (Holding Cost) Biaya simpan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menimpan barang. Berikut ini adalah biaya simpan bahan baku : Tabel 4.6 Tabel Biaya Simpan Bahan Baku No Jenis Bahan Baku Biaya Simpan/Kg 1 Zat A 80 2 Zat B 80 3 Zat C 80 4 Zat D 80 5 Clay 80 6 Feldspar 80 7 Dolomite 80
4.2
Pengolahan Data
4.2.1
Peramalan Untuk menentukan metode peramalan yang akan digunakan, sebelumnya
harus melihat pola data penjualan. Pola data penjualan PT. Surya Toto Indonesia bulan Januari 2004 - Desember 2005 digambarkan ke dalam grafik, dan hasilnya sebagai berikut:
68
Jum lah
Data Penjualan Kloset Tipe CE-6 (Bulan Januari 2004 - Desember 2005) 1250 1225 1200 1175 1150 1125 1100 1075 1050 1025 1000
Data Penjualan Rata-rata Penjualan
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Periode
Grafik 4.1 Grafik Penjualan Kloset Tipe CE-6 Dilihat dari grafik diatas jenis data penjualan kloset tipe CE-6 menunjukan pola data Trend karena menunjukan kenaikan atau penurunan jangka panjang dalam data. Trend merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun atau konstan. Oleh karena itu, maka untuk menganalisa pola data seperti grafik di atas digunakan tiga metode peramalan sebagai perbandingan, yaitu: •
Metode Double Moving Average
•
Metode Double Exponential Smoothing
•
Metode Asosiatif Ketiga metode peramalan di atas sangatlah cocok bila digunakan untuk
menghitung pola data jenis Trend.
69
Kemudian dari ketiga metode di atas, dipilih peramalan yang mempunyai nilai MSE yang terkecil untuk mencari peramalan dengan metode yang terbaik. Kemudian metode tersebut digunakan untuk meramalkan permintaan 6 bulan mendatang.
4.2.2
Master Production Schedule (MPS) Master Production Schedule (MPS) merupakan jadwal induk produksi yang
terdapat perencanaan yang menggambarkan berapa jumlah yang akan dibuat untuk setiap end item pada periode perencanaan yang telah ditentukan. Pada PT. Surya Toto Indonesia produk akan dibuat bila sudah mendapat pesanan dari pelanggan atau customer. Setelah mendapatkan master schedule atau jadwal induk untuk suatu produk dalam bentuk satuan unit, maka dapat dibuat suatu perencanaan material yang dibutuhkan (MRP) dari setiap bahan baku yang dibutuhkan untuk suatu produk. Nilai master schedule pada MPS ini akan menjadi gross requirement pada MRP. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan MPS untuk kloset tipe CE-6, yakni: Tabel 4.7 Tabel Master Production Schedule (MPS) Lead Time: On Hand:
0 0
Periode Forecast Actual Order Project Available Balance Available To Promise Master Schedule
Description: Safety Stock: Past Due
Kloset Tipe CE-6 0
1
2
3
4
5
6
1187
1190
1192
1195
1198
1200
0 0 1187 1187
0 0 1190 1190
0 0 1192 1192
0 0 1195 1195
0 0 1198 1198
0 0 1200 1200
70
4.2.3
Bill Of Material (BOM) Berikut ini adalah gambar Bill Of Material dari produk kloset tipe CE-6 :
Gambar 4.1 Bill Of Material Produk Kloset Tipe CE-6
4.2.4
Material Requirement Planning (MRP) Perhitungan Material Requirement Planning (MRP) dapat dilihat pada
lampiran MRP. Pada dasarnya perhitungan MRP menggunakan 3 metode, yaitu : •
MRP teknik Lot For Lot (LFL) Teknik LFL adalah teknik memesan sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak ada sisa persediaan. Karena bahan baku daripada kloset tipe CE-7 ini sebagian besar merupakan bahan import, maka pemasok bahan baku telah menetapkan suatu ukuran lot yang telah disesuaikan dengan kapasitas transportasi dari perusahaan.
71
•
MRP Teknik EOQ Pada teknik ini, pemenuhan net requirement berdasarkan quantity yang optimal. Berikut ini rumus EOQ : 2 DS H
EOQ = Dimana :
D = Jumlah Demand S = Biaya Pesan H = Biaya Simpan Berikut ini adalah tabel perhitungan EOQ : Tabel 4.8 Tabel Perhitungan EOQ No Jenis Bahan Baku Harga/Kg Biaya Simpan Biaya Pesan Jumlah Demand 1 Zat A 766 80 1,000,000 1,411 2 Zat B 1,410 80 1,500,000 534 3 Zat C 1,953 80 1,000,000 896 4 Zat D 1,663 80 2,000,000 1,791 5 Clay 1,255 80 1,500,000 1,655 6 Feldspar 643 80 1,500,000 678 7 Dolomite 540 80 500,000 199
•
EOQ 5,938 4,474 4,732 9,461 7,876 5,042 1,577
MRP Teknik POQ Teknik ini menggunakan interval pemesanan, dimana jumlah net requirement berdasarkan total kebutuhan bersih yang ada pada interval tersebut. Berikut ini rumus POQ : POQ =
EOQ d
72
Dimana : EOQ = Hasil EOQ yang didapatkan untuk masing-masing bahan baku d = Rata-rata kebutuhan bahan baku setiap bulannya Berikut ini adalah tabel perhitungan POQ : Tabel 4.9 Tabel Perhitungan POQ No Jenis Bahan Baku Harga/Kg Biaya Simpan Biaya Pesan Jumlah Demand Rata-rata 1 Zat A 766 80 1,000,000 1,411 236 2 Zat B 1,410 80 1,500,000 534 89 3 Zat C 1,953 80 1,000,000 896 150 4 Zat D 1,663 80 2,000,000 1,791 299 5 Clay 1,255 80 1,500,000 1,655 276 6 Feldspar 643 80 1,500,000 678 114 7 Dolomite 540 80 500,000 199 34
4.3
Analisis Data
4.3.1
Peramalan
POQ 26 51 32 32 29 45 47
Dari data penjualan kloset tipe CE-6, maka dapat dihitung peramalan permintaan yang akan datang dengan menggunakan beberapa metode peramalan, yaitu metode Double Moving Average, Metode Double Exponential Smoothing, dan
Metode Asosiatif. Hasil dari ketiga metode peramalan itu dapat dilihat pada lampiran. Dari ketiga metode tersebut kemudian dicari nilai MSE yang terkecil. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
73
Tabel 4.10 Tabel Hasil Peramalan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Metode Double Moving Average 3 bulan Double Moving Average 4 bulan Double Moving Average 5 bulan Double Moving Average 6 bulan Double Exponential Smoothing α = 0.1 Double Exponential Smoothing α = 0.2 Double Exponential Smoothing α = 0.3 Double Exponential Smoothing α = 0.4 Double Exponential Smoothing α = 0.5 Double Exponential Smoothing α = 0.6 Double Exponential Smoothing α = 0.7 Double Exponential Smoothing α = 0.8 Double Exponential Smoothing α = 0.9 Assosiatif
MSE 37,841.67 25,797.19 9,842.44 10,757.84 35,529.56 26,089.77 27,133.89 30,800.73 36,069.38 43,051.54 52,468.65 65,675.39 84,908.32 18,563.64
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peramalan yang terbaik adalah peramalan dengan menggunakan metode Double Moving Average 5 bulan. Karena pada peramalan tersebut nilai MSE yang didapatkan adalah terkecil bila dibandingkan dengan menggunakan metode-metode yang lain. Jadi metode peramalan yang dipergunakan adalah metode Double Moving Average 5 bulan. Dengan Menggunakan metode Double Moving Average 5 bulan, maka dapat diketahui hasil peramalan untuk 6 bulan mendatang antara lain : 1. Untuk Bulan Januari 2006 adalah 1187 buah. 2. Untuk Bulan Februari 2006 adalah 1190 buah. 3. Untuk Bulan Maret 2006 adalah 1192 buah. 4. Untuk Bulan April 2006 adalah 1195 buah. 5. Untuk Bulan Mei 2006 adalah 1198 buah. 6. Untuk Bulan Juni 2006 adalah 1200 buah.
74
4.3.2
Master Production Schedule (MPS) Setelah mendapatkan master schedule untuk kloset tipe CE-6 dari MPS, maka
master schedule tersebut kemudian dijadikan gross requirement pada MRP. Pada kolom forecast berasal dari hasil peramalan dengan menggunakan metode Asosiatif. Pada ATP tidak ada hasil yang negatif, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak lost sales, dengan kata lain perusahaan mampu memenuhi pesanan dari pelanggan.
4.3.3
Bill Of Material (BOM)
Bill Of Material (BOM) merupakan bahan baku atau komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. Pada Bill Of Material (BOM) terdapat jenis-jenis bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi kloset tipe CE-6. Bahan baku tersebut antara lain : •
Zat A
•
Zat B
•
Zat C
•
Zat D
•
Clay
•
Feldspar
•
Dolomite
75
4.3.4
Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) merupakan salah satu teknik perencanaan dan pengendalian produksi dimana jadwal induk produksi digunakan untuk membeli material atau item bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. Dengan jadwal induk, maka mulai dapat dibuat perencanaan bahan yang diperlukan dimana permintaannya disesuaikan dengan pemesanan bahan tersebut. Metode MRP ini menggunakan 3 metode lot sizing yang berbeda yakni metode Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantitiy (EOQ), dan Period Order
Quantity (POQ). Dengan ketiga metode lot sizing ini, maka akan diperoleh metode lot sizing yang terbaik yang dapat dilihat dari total biaya dimana total biaya yang terkecil pada metode lot sizing ini merupakan metode yang paling baik dan kemudian dibandingkan lagi dengan metode pemesanan yang lama. Untuk metode pemesanan yang lama, pada PT. Surya Toto Indonesia dapat dilihat dari departemen PPIC yang melakukan perencanaan setiap 1 bulan sekali di dalam pemesanan bahan bakunya. Pemesanan ini dilakukan hanya berdasarkan perkiraan atau estimasi kebutuhan bahan baku saja. Apabila metode pemesanan lama yang selama ini diterapkan terus menerus digunakan untuk bulan-bulan mendatang, maka dikhawatirkan kejadian-kejadian seperti keterlambatan dalam pemesanan bahan baku atau jumlah pemesanan kurang dapat terpenuhi sehingga bahan baku habis pada saat proses produksi berlangsung dan tertundanya pesanan konsumen. Hal ini tentunya akan membawa dampak negatif bagi perusahaan, oleh karena itu, penulis
76
mengusulkan dengan menggunakan teknik MRP di dalam pemesanan bahan baku untuk menghindari terjadinya keterlambatan produksi sehingga produksi tidak akan pernah terlambat lagi yang berarti kepuasan pelanggan yang menjadi harapan setiap perusahaan akan tercapai dan hubungan antara perusahaan dengan pelanggan akan terus terbina dengan baik. Berikut ini adalah penjabaran dari 3 metode lot sizing beserta dengan tabel biayanya, antara lain : •
Lot For Lot (LFL) Untuk metode lot sizing LFL, dapat dilihat pada tabel MRP metodel lot sizing
LFL. Dari tabel LFL, dapat dilihat terdapat total persediaan dan biaya simpan yang seharusnya tidak ada, hal ini disebabkan karena ada kelebihan persediaan akhir sehingga akan berpengaruh pada total biaya dan menyebabkan total biaya akan semakin besar. Berikut ini adalah tabel perhitungan biaya dengan menggunakan metode Lot
For Lot (LFL) : Tabel 4.11 Tabel Biaya Metode Lot For Lot (LFL) No Jenis Bahan Pemesanan Biaya Baku Pesan/Kontainer 1 Zat A 3 1,000,000 2 Zat B 1 1,500,000 3 Zat C 3 1,000,000 4 Zat D 5 2,000,000 5 Clay 2 1,500,000 6 Feldspar 1 1,500,000 7 Dolomite 1 500,000
Jumlah Persediaan 10072 13136 11872 8745 9219 12631 14305
Biaya Simpan/Bulan 80 80 80 80 80 80 80 Jumlah =
Total Biaya 3,806,169 2,551,458 3,950,308 10,699,961 3,737,893 2,510,998 1,645,022 28,901,808
77
Dari tabel di atas didapatkan jumlah total biaya dengan menggunakan metode Lot For
Lot (LFL) adalah sebesar Rp. 28.901.808,•
Economic Order Quantity (EOQ) Untuk metode lot sizing EOQ, dapat dilihat pada tabel MRP metode lot sizing
EOQ. Di dalam penggunaaan metode ini, ada beberapa bahan yang tidak dapat menggunakan metode ini, karena hasil EOQ tidak dapat diterapkan di dalam perencanaan karena besarnya biaya jika menggunakan metode ini dibandingkan jika menggunakan metode yang lain. Berikut ini adalah tabel perhitungan biaya dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) : Tabel 4.12 Tabel Biaya Economic Order Quantity (EOQ) No Jenis Bahan Pemesanan Biaya Jumlah Baku Pesan/Kontainer Persediaan 1 Zat A 2 1,000,000 30700 2 Zat B 1 1,500,000 24980 3 Zat C 2 1,000,000 25264 4 Zat D 2 2,000,000 50511 5 Clay 1 1,500,000 41475 6 Feldspar 1 1,500,000 27883 7 Dolomite 1 500,000 8767
Biaya Simpan/Bulan 80 80 80 80 80 80 80 Jumlah =
Total Biaya 4,457,309 3,499,494 4,022,252 8,043,063 4,819,779 3,731,823 1,201,740 29,775,461
Pada tabel di atas didapatkan jumlah total biaya dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp. 29.775.461,•
Period Order Quantity (POQ) Untuk metode lot sizing POQ, dapat dilihat pada tabel MRP metode lot sizing
POQ. Dari tabel POQ dapat dilihat bahwa perencanaan bahan tergantung pada hasil perhitungan POQ atas periode pemesanan. Banyaknya pemesanan pada metode ini
78
tidak melebihi metode pemesanan yang lama yang selama ini telah diterapkan pada perusahaan. Berikut ini adalah tabel perhitungan biaya dengan menggunakan metode
Period Order Quantity (POQ) : Tabel 4.13 Tabel Biaya Metode Period Order Quantity (POQ) No Jenis Bahan Pemesanan Biaya Baku Pesan/Kontainer 1 Zat A 1 1,000,000 2 Zat B 1 1,500,000 3 Zat C 2 1,000,000 4 Zat D 2 2,000,000 5 Clay 1 1,500,000 6 Feldspar 1 1,500,000 7 Dolomite 1 500,000
Jumlah Persediaan 3536 1337 2244 4488 4148 1700 499
Biaya Simpan/Bulan 80 80 80 80 80 80 80 Jumlah =
Total Biaya 1,283,018 1,607,039 2,179,608 4,359,216 1,832,002 1,636,067 539,913 13,436,863
Pada tabel di atas didapatkan jumlah total biaya dengan menggunakan metode Period
Order Quantity (POQ) adalah sebesar Rp. 13.436.863,Jadi dari ketiga tabel di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang paling baik dipergunakan adalah metode Period Order Quantity (POQ) karena dari perhitungan dengan menggunakan metode Period Order Quantity (POQ) didapatkan Jumlah Total Biaya yang paling kecil yaitu sebesar Rp. 13.436.863,-. Bila dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode Lot For Lot (LFL) yang didapatkan hasil sebesar Rp. 28.901.808,-, ataupun dengan perhitungan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan hasil sebesar Rp. 29.775.461,-.
79
4.4
Evaluasi Kinerja PT. Surya Toto Indonesia merupakan suatu perusahaan yang menerapkan
make to order di dalam sistem persediaannya. Perusahaan akan membuat produk bila terdapat pesanan dari konsumen. Perusahaan biasanya mendapatkan pesanan dua bulan sebelumnya. Untuk itu di dalam sistem persediaannya, pemesanan bahan baku dilakukan setiap satu bulan sekali. Penjadwalan pemesanan bahan baku ini hanya dilakukan berdasarkan estimasi atau perkiraan kebutuhan bahan baku saja. Metode sistem pemesanan yang lama yaitu metode yang dibuat oleh PT. Surya toto sendiri kurang baik karena dapat menyebabkan jumlah atau kuantitas pemesanan kurang tepat sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan bahan baku pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi bahkan tidak memungkinkan pula proses produksinya dapat terhenti karena kekurangan bahan baku. Dengan itu semua, maka proses produksi tidak dapat selesai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan sebelumnya. PT. Surya Toto sendiri dalam proses produksinya sebagian besar atau bahkan hampir secara keseluruhan menggunakan bahan import dari Negara lain. Negaranegara yang mensuplai bahan baku tersebut antara lain : Malaysia, China, Thailand, Perancis, Jepang, dan India. Bahan baku import kurang lebih sebesar 80% sedangkan bahan baku local sekitar 20% saja. Karena kebanyakan bahan baku dari hasil import, maka penyusunan jadwal pemesanan bahan baku harus dilakukan dengan tepat karena ini dapat mempengaruhi jadwal kedatangan bahan baku itu sendiri ke
80
Indonesia. Karena tidak menuntut kemungkinan pengiriman dari luar negeri mendapatkan hambatan sehingga kedatangan bahan baku tersebut menjadi tertunda. Belum lagi jika ada masalah yang tidak di inginkan seperti kapal angkut bahan baku tenggelam, dan masih banyak lagi kendala-kendala yang lainnya. Masalah di dalam sistem persediaan ini juga terjadi karena lambatnya
purchase order atau pemesanan yang diterima oleh departemen marketing, sehingga terlambat juga turun ke departemen produksi untuk dibuatkan rencana produksinya, dimana lead time yang diberlakukan oleh perusahaan adalah satu bulan untuk produksi tiap pesanan.
4.5
Rencana Implementasi Permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Surya Toto Indonesia yakni
mengenai sistem persediaan yang berjalan pada perusahaan tersebut. Maka, penulis mengusulkan dengan menggunakan teknik Material Requairement Planning (MRP) pada penjadwalan pemesanan bahan baku sehingga sistem persediaan akan menjadi lebih baik. Karena teknik MRP merupakan suatu perencanaan pemesanan bahan baku yang dilakukan agar pemesanan dilakukan pada saat yang tepat dan dengan jumlah atau quantity yang pemesanan yang tepat juga. Di dalam teknik MRP ini dikemukakan tiga metode lot sizing, yaitu: Lot For
Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ) dan. Pada metode Period Order Quantity (POQ) biaya yang dikeluarkan adalah sebesar
81
Rp. 13.436.863,-, sedangkan metode Lot For Lot (LFL) biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp Rp. 28.901.808,-, dan metode terakhir yaitu metode Economic
Order Quantity (EOQ) mengeluarkan biaya sebesar Rp. 29.775.461,-. Dilihat dari ketiga metode tersebut maka metode Period Order Quantity (POQ) adalah metode yang terbaik karena mengeluarkan biaya terkecil yaitu sebesar Rp 13.436.863,Rencana implementasi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan persediaan bahan baku pada PT. Surya Toto Indonesia antara lain : •
Pembelian Bahan Baku berdasarkan kebutuhan. Agar proses produksi dapat berlangsung terus tanpa mendapatkan kendala meskipun terjadi lonjakan permintaan produk, maka sebaiknya pembelian bahan baku tidak didasarkan atas pengalaman pemakaian atau perkiraan pemakaian bahan baku yang terdahulu saja. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya. MRP pada dasarnya digunakan untuk menentukan besarnya kuantitas persediaan yang dibutuhkan, serta kapan akan dilakukan pemesanan bahan bakunya.
•
Ketepatan catatan bahan baku yang ada. Ketepatan catatan bahan baku ini sangat dibutuhkan karena catatan ini nantinya akan sangat berguna bagi PT. Surya Toto Indonesia untuk menetapkan kebijakannya dalam melakukan pemesanan bahan baku. Di sini diharapkan agar semua staff-staff yang terkait dengan bahan baku ini saling
82
bekerja sama dengan baik sehingga proses pencatatan bahan baku ini dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya. Untuk ini semua maka bahan baku harus di periksa minimum 1 minggu sekali agar proses produksi tidak terhambat karena kekurangan bahan baku. •
Memberikan penyuluhan kepada karyawan gudang material. Penyuluhan yang dapat diberikan kepada karyawan gudang material salah satunya adalah memberikan pengetahuan mengenai Material Requirement
Planning (MRP), selain itu karyawan gudang material juga harus dibekali dengan pengetahuan peramalan untuk meramalkan berapa kira-kira pesanan yang akan di terima oleh perusahaan untuk periode yang akan datang.