BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Profil Perusahaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (“Telkom”, ”Perseroan”, “Perusahaan”, atau “Kami”) merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan statusnya sebagai perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan public offering without listing (“POWL“) di Jepang. Modal dasar Perseroan terdiri dari 1 lembar saham Seri A Dwiwarna, dan 79.999.999.999 saham Seri B (saham biasa. Satu lembar saham Seri A Dwiwarna tersebut merupakan milik Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) sehingga Pemerintah memiliki hak suara istimewa dan hak untuk memveto pengangkatan dan pemberhentian Direksi atau Dewan Komisaris, penerbitan saham baru dan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan, termasuk perubahan untuk menggabungkan atau membubarkan Perusahaan sebelum masa berlakunya berakhir, menambah atau mengurangi modal dasar dan mengurangi saham yang dipesan (subscribed capital).
60
Hak-hak dan batasan-batasan material yang terdapat pada saham biasa, juga berlaku pada saham Dwiwarna kecuali Pemerintah tidak dapat mengalihkan saham Dwiwarna. Saham Dwiwarna yang dimiliki Pemerintah memberikan hak pengawasan yang efektif pada Telkom bahkan jika terjadi penurunan pemilikan saham biasa dan hak-hak yang terkait dengan saham Dwiwarna hanya dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar, yang mungkin akan diveto oleh Pemerintah. Berikut tabel pemegang saham di PT.Telkom Indonesia:
Pemegang Saham Telkom pada tanggal 31 Desember 2011 Saham seri A Saham Seri B (Saham Dwiwarna Pemerintah Republik Indonesia
1
Publik Sub Total Modal (ditempatkan dan beredar di pasar)
1
Saham Treasuri (saham yang dibeli kembali) Jumlah
1
61
%
Biasa) 10.320.470.711
53,24
9.065.868.608
46,76
19.386.339.319
100,00
773.659.960
-
20.159.999.279
100,00
Pemegang Saham Telkom dengan Kepemilikan Lebih dari 5% dan Jumlah Saham yang Dimiliki Dewan Komisaris dan Direksi pada tanggal 31 Desember 2011 Jenis
Identitas Orang atau Jumlah Saham yang
Presentasi
Saham
Kelompok
Dimiliki
Saham (%)
Seri A
Pemerintah
1
-
Seri B
Pemerintah
10.320.470.711.53,24
Seri B
Direksi
23.112
<0,01
Pemegang Saham Biasa Telkom dengan Kepemilikan Perorangan Kurang dari 5% pada tanggal 31 Desember 2011 Kelompok
Jumlah Saham Biasa yang
Persentase (%) Kepemilikan
Dimiliki
Saham Biasa Beredar Asing
Badan Usaha
7.534.677.378
38,87
Perorangan
5.738.440
0,03
534.553.309
2,76
302.776.225
1,56
292.822.540
1,51
Dana Pensiun
168.726.530
0,87
Lain-lain
5.448.004
0,03
Perorangan
221.126.182
1,14
Jumlah
9.065.868.608
46.76
Perusahaan Terbatas Reksa Dana Perusahaan Asuransi
Gambar 4.1 Komposisi Pemegang Saham Sumber : PT.Telkom Indonesia Tbk
62
Pada tahun 1974, PT Telekomunikasi dipecah menjadi dua perusahaan milik negara, Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) dan PT. Inti, untuk peningkatan jasa telekomunikasi dalam dan luar negeri, juga pembuatan peralatan telekomunikasi pada khususnya. Dan Pada tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan dari Perumtel ke Indosat yang masih berstatus perusahaan asing pada masa itu, yakni PT Indonesian Cable and Radio Corporation (didirikan berdasarkan peraturan perundangan Delaware Amerika Serikat). Pada tahun 1980, pemerintah mengambil kebijaksanaan membeli seluruh saham PT. Indosat, sebuah perusahaan swasta yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing yang kemudian diubah statusnya menjadi suatu BUMN berbentuk perseroan. Negara Republik Indonesia juga turut andil dalam menyertakan modal negara dan mengeluarkan PP no.53 tahun 1980 36 (pengganti PP no.22 tahun 1974) untuk PT. Indosat sebagai usaha yang menyelenggarakan telekomunikasi untuk dalam negeri dan umum internasional untuk meningkatkan jasa pelayanan. pada tahun 1991, pemerintah mengubah Perumtel dari Perusahaan Umum menjadi Persero perusahaan negara dengan masyarakat
umum
sebagai tujuan utama layanan perusahaan, berdasarkan PP no.25 tahun 1991 dan Akta Notaris Imas Fatimah no 128 tanggal 24 September 1991. Pada tahun 1995, perusahaan Perseroan Telekomunikasi atau PT. Telkom diresmikan, dan dibagi menjadi 12 unit operasi regional, yang dikenal dengan nama “Witel” atau wilayah Telekomunikasi, dimana secara terpusat dikontrol oleh kantor pusat PT. Telkom di Bandung, Jawa Barat. Tiap Witel mempunyai struktur manajemen tersendiri yang bertanggung
63
jawab untuk segala aspek bisnis PT. Telkom dalam wilayah mereka, dari penyediaan jasa telepon hingga kegiatan manajemen dan pengamanan, meskipun mereka bukan merupakan perusahaan berorientasi keuntungan yang terpisah. Layanan telekomunikasi dan jaringan Telkom sangat luas dan beragam meliputi layanan dasar telekomunikasi domestik dan internasional, baik menggunakan jaringan kabel, nirkabel tidak bergerak (Code Division Multiple Access atau “CDMA”) maupun Global System for Mobile Communication (“GSM”) serta layanan interkoneksi antar operator penyedia jaringan. Di luar layanan telekomunikasi, Telkom juga berbisnis di bidang Multimedia berupa konten dan aplikasi, melengkapi portofolio bisnis Perusahaan yang disebut TIMES. Bisnis telekomunikasi adalah fundamental platform bisnis Perusahaan yang bersifat legacy, sedangkan portofolio bisnis lainnya disebut sebagai bisnis new wave yang mengarahkan Perusahaan untuk terus berinovasi pada produk berbasis kreatif digital. Hal tersebut mempertegas komitmen Telkom untuk terus meningkatkan pendapatan di dalam situasi persaingan bisnis di industri
ini
yang
sangat
terbuka. Obsesi Perusahaan
untuk
secara
berkelanjutan membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah menjadi perusahaan dengan skala besar, dengan tetap mengutamakan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Selain itu, Perusahaan juga terus melakukan diversifikasi usaha baik melalui merger ataupun akuisisi. Saat ini Perusahaan sedang memperkuat fundamental jaringan broadband di kawasan Indonesia Timur melalui proyek Palapa Ring sehingga
64
dapat mewujudkan jaringan nasional yang kuat dengan nama Nusantara Super Highway. Komitmen Kami terhadap konektivitas dan mobilitas data yang handal dan terpercaya, mampu meningkatkan jumlah pelanggan broadband Kami menjadi 10,5 juta pelanggan per 31 Desember 2011, atau meningkat sebesar 64,3%. Sementara itu, pelanggan layanan seluler meningkat pesat sebesar 13,8% atau 13 juta pelanggan baru sehingga total pelanggan seluler menjadi 107 juta.
4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Visi Perusahaan Menjadi perusahaan multimedia terkemuka di Indonesia Misi Perusahaan •
Memaksimalkan “Nilai Perusahaan” melalui ekspansi dan pengembangan
portofolio
usaha
di
bidang
industri telekomunikasi •
Menjadi perusahaan holding strategis demi pertumbuhan tinggi dan sinergi melalui anak-anak perusahaan dan unit bisnis strategis
•
Menjadi kontributor pendapatan yang utama bagi pemegang saham
Tujuan •
Menjadi perusahaan dengan pendapatan senilai Rp10 trilyun pada tahun 2015
65
•
Memberikan jasa dengan kualitas prima kepada para pelanggan
•
Menjadi panutan bagi perusahaan-perusahaan multimedia di Indonesi
4.1.2 Struktur Organisasi
Bagan Struktur Organisasi Telkom
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Telkom Sumber : PT.Telkom Indonesia Tbk
66
Berikut ini adalah struktur organisasi Telkom yang berlaku selama tahun 2011:
Fungsi dan Wewenang Nama Direktorat
Direktorat
Fokus pada pengelolaan keuangan Perusahaan serta mengendalikan operasi
Keuangan
keuangan secara terpusat melalui unit Finance, Billing & Collection Center.
Direktorat Human Capital & General Affair
&
Fokus dalam pengelolaan bisnis segmen konsumer serta pengendalian operasi Divisi Consumer Services Barat dan Divisi Consumer Services Timur serta
Konsumer
Divisi Telkom Flexi.
Direktorat
Fokus pada pengelolaan bisnis segmen Enterprise & Wholesale serta &
Wholesale
pengelolaan Divisi Enterprise Service, Divisi Business Service dan Divisi Carrier & Interconnection Service. Fokus
Direktorat &
Risk Management Direktorat
Operation Policy, dan pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi Infrastruktur Telekomunikasi, Divisi Access, dan Maintenance Service Center.
Direktorat
Compliance
pengendalian operasi unit: Learning Center, HR Assessment Center,
Fokus pada pengelolaan Infrastructure Planning & Development, Network
Solution
Enterprise
SDM secara terpusat melalui unit Human Resources Center, serta
Management Consulting Center dan Community Development Center.
Direktorat Network
Fokus pada manajemen SDM Perusahaan serta penyelenggaraan operasional
pada
pengelolaan
fungsi Risk
Management, Legal dan Compliance, Business Effectiveness, Security &Safety, dan Supply Planning & Control, serta pengendalian operasi unit Supply Center.
IT,
Fokus pada pengelolaan IT Strategy & Policy, Service Strategy & Tariff, dan
&
pengelolaan fungsi Strategic Investment & Corporate Planning, serta
Strategic Portfolio
pengendalian operasi unit-unit: Divisi Multimedia, Information System Center
(IT, SSP)
serta R&D Center.
Solution
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT.Telkom Indonesia Tbk Sumber : PT.Telkom Indonesia Tbk 67
4.1.3 Unit Perusahaan 4.1.3.1 Unit CDC (Community Development Center) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., yang selanjutnya disebut TELKOM atau Perseroan, merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service), data & internet serta jasa multimedia lainnya, dan network & interkoneksi, baik secara langsung
maupun
melalui
perusahaan
asosiasi.
PT
Telekomunikasi Indonesia,Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai komitmen untuk senantiasa menjamin hubungan yang harmonis dengan lingkungan di wilayah usahanya berupa kegiatan social kemasyarakatan dan merupakan
tanggung
jawab
sosial
(Good
Corporate
Citizenship). Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai Pembina seluruh BUMN, juga merespon adanya peningkatan partisipasi BUMN terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat,
pengembangan
kondisi
sosial
masyarakat serta lingkungan sekitar wilayah usaha BUMN lebih kondusif dengan mengeluarkan Keputusan Menteri
68
BUMN nomor: PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan ( PKBL). Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selanjutnya dikelola oleh unit yang disebut Community Development Center (CDC). CDC merupakan unit bisnis Telkom yang bergerak sebagai CSR Telkom. Visi
dari CDC sendiri “Menjadi Role Model
Pengelola PKBL di lingkungan BUMN” dan Misi nya “Peduli dan Komit Kepada Pemberdayaan Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan”.
Tujuan dari unit CDC ini “
Mengelola PKBL secara efektif dan efesien untuk mendukung keberhasilan bisnis TIME dan Mengelola PKBL dalam periode 5 tahun kedepan dalam rangka membangun Komunitas Bisnis Telkom”. Fungsi dari CDC ini sendiri ialah memberikan bantuan kepada masyarakat melalu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
69
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Unit Bisnis CDC (Comunity Develepment Center) Sumber : PT.Telkom Indonesia Tbk
4.1.3.2 Dasar Hukum Pengelolaan PKBL 1. Keputusan menteri badan usaha milik negara no. Kep236/mbu/2003, tanggal 17 juni 2003 tentang program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. 2. Surat
edaran
menteri
badan
usaha
milik
negara
no. Se 433/mbu/2003 tanggal 16 september 2003 tentang petunjuk pelaksanaan program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. 3. Keputusan direksi no. Kd 51/ps150/cop-b0030000/2006 13 september 2006 tentang organisasi pusat pengelolaan program kemitraan dan program bina lingkungan (community development center). 4. Keputusan direksi PT. Telkom no. Kd 51/ku-200/ plk00/ 2003
tanggal
28
agustus
2003
tentang program
kemitraan dan program bina lingkungan. 5. Per-05/mbu/2007 tanggal 27 april 2007 tentang program kemitraan badan usaha milik negara dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. 6. Keputusan direksi no. Kd 12/ps150/cop-b0030000/2008 tanggal
5
februari
70
2008
tentang organisasi
pusat
pengelolaan program kemitraan dan program bina lingkungan (community development center).
4.2
Proses dan Kegiatan Bisnis
4.2.1 Program Kemitraan Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil atau Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Usaha kecil disini merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Keputusan ini. Sedangkan Mitra Binaan disini adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan. Untuk menjadi Mitra Binaan Telkom pun, UMKM yang akan masuk di haruskan untuk memenuhi persyaratan yang sudah di tetapkan oleh Telkom. Ada pun persyaratannya: 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2.
Memiliki
hasil
penjualan
tahunan
paling
banyak
Rp.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah); 3.
Milik Warga Negara Indonesia;
4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik
71
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; 5.
Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
6.
Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. Setelah persyaratan terpenuhi maka, CMB di perbolehkan
untuk bekerjasama dengan Telkom melalui program kemitraan ini. 4.2.1.1 Tata Cara Pengajuan Pinajaman •
Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat : o Data pribadi sesuai KTP o Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan,Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja)
•
Data Keuangan meliputi Laporan Keuanagn/Catatan Keuangan 3 bulan terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman
•
Melampirkan : o FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya. o FC Kartu Keluarga. o Pas Photo ukuran 3X4-Keterangan Serba Guna dari Kelurahan.
72
o Gambar / Denah Lokasi Usaha. o FC Rekening Bank / Buku Tabungan. o Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi). o Surat Pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/ perusahaan lain
4.2.1.2 Kewajiban Mitra Binaan Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1.
Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina;
2.
Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib;
3.
Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati;
4.
Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.
4.2.1.3 Proses Penyaluran Dana untuk Program Mitra Binaan Dalam Program Kemitraan ini ada beberapa prosedur yang harus di lakukan untuk memcapai peminjaman ke Calon Mitra Binaan. Di bawah ini ada bagan Penyaluran.
73
Gambar 4.5 Proses Penyaluran Dana Program Kemitraan Telkom Sumber : PT.Telkom Indonesia Tbk Keterangan: Tahap 1 (Penerimaan Proposal) CMB Memulai kerjasamanya dengan mengembalikan proposal dari Telkom yang telah diisi dengan lengkap oleh CMB. Tahap 2 (Kajian Proposal Kemitraan Reguler) CDC Telkom menerima pengembalian Proposal yang telah di isi oleh CMB, kemudian di CDC bagian Program Kemitraan akan mengimput data proposal calon mitra binaan ke dalam SIM yang sudah tersedia di sistem Telkom. Tahap 3 (Kajian Proposal Kemitraan Reguler) Setelah proses pengimputan data proposal CMB, maka di teruskan dengan survai yang dilakukan oleh pengelola PK di setiap wilayah. Setelah pengsurvaian maka pengelola akan
74
kembali menginput dan mengevaluasi untuk menentukan ke tahap penetapan. Tahap 4 ( Penetapan & Pengesahan Mitra Binaan ) Disini tahapan yang terjadi adalah hasil dari evaluasi CMB yang telah di survai akan di ajukan untuk usulan penetapan, setelah itu penyererahan jaminan jika usalan penetapan telah di setujui. Tahap 5 (SP3K/PKS Pembekalan) Tahapan yang terjadi disini adalah pembuatan SP3K (Surat Perjanjian Permintaan Kerjasama) oleh Officer Program Kemitraan dan persiapan pembekalan. Tahap 6 (Approfal SP3K/PKS) Penandatanganan SP3K/PKS oleh Calon Mitra Binaan Telkom. Lalu disusul dengan pengimputan SP3K/PKS dan pembuatan KK manual serta Master.
Tahap 7 (Pencairan Dana) Pencairan dana untuk Mitra Binaan Telkom sesuai periode oleh coporate pusat.
4.3
Analisis karakteristik UMKM yang menajadi Mitra Binaan PT. Telkom Indonesia. Karakteristik mitra binaan PT.Telkom Area II Jakarta khususnya Datel Jakarta Barat baik yang lancar maupun yang tidak lancar dalam pengembalian kredit diidentifikasi berdasarkan variabel-variabel yang diduga
75
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit, meliputi karakteristik personal dan karakteristik usaha. Karakteristik personal terdiri atas gander (jenis kelamin), usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga. Karakteristik usaha mencakup omzet usaha dan lama usaha. Sedangkan karakteristik kredit meliputi jumlah pinjaman. Karakteristik pengusaha dan usaha serta kredit yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Area II Jakarta & Banten dijelaskan menggunakan analisis deskriptif melalui analisis crosstabulations dengan menggunakan software SPSS 16. Analisis crosstabulations ini menampilkan tabulasi silang antara pengembalian kredit dengan karakteristik pengusaha dan usaha mitra binaan serta kredit mitra binaan pada (Daerah Telekomunikasi (Datel) Jakarta Barat, dimana dalam penelitian ini sampel yang digunakan untuk mewakili mitra binaan pada Datel Jakarta Barat dari tahun 2010-2011 sebanyak 144 pengusaha kecil/mitra binaan. Berdasarkan karakeristik personal,
tingkatan usia nasabah yang
menjadi responden berkisar antara 20 tahun hingga 88 tahun, sebagian besar berjenis kelamin pria (85 orang pria dan 59 orang wanita) dan jumlah tanggungan dalam keluarga antara 0 orang hingga 5 orang. Dalam penelitian ini pengembalian kredit dibagi menjadi dua yaitu pengembalian kredit lancar dan tidak lancar. Unuk pengembalian kredit lancar terdiri dari klasifikasi angsuran lunas dan lancar, sedangkan pengembalian kredit tidak lancar terdiri dari klasifikasi angsuran kurang lancar, diragukan, dan macet. Berdasarkan hasil case prossesing summary menunjukkan bahwa dari 144 data tidak ada data yang hilang (missing), dengan ketepatan (valid) sebesar 100 persen (Lampiran 2).
76
4.3.1 Gender
Tabel 4.1 Analisis Crosstabulation Gender dan Pengembalian kredit
Count Pengembalian Kredit 0 gander laki-laki perempuan Total
lancar
Total
9
76
85
6
53
59
15
129
144
Pada tabel 4.1 faktor gender ini menjelaskan jumlah Mitra Binaan PT. Telkom khususnya Datel Jakarta Barat sebanyak 85 Mitra Binaan berjenis kelamin Laki-Laki dengan 9 mitranya mengalami ketidak lancaran dalam pengembalian kredit dan 76 Mitra Binaannya lagi mengalami kelancaran dalam pengembalian kredit. Untuk jenis kelamin Perempuan terdapat 59 Mitra Binaan Telkom cengan 6 mitranya perempuannya mengalami pengembalian kredit tidak lancar dan sisanya sebesar 53 Mitra Binaan yang mengalami kelancaran dalam pengembalian kredit. Sehingga totalnya mitra yang tidak lancar ada 15 mitra dan yang lancar ada 129 mitra binaan. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahawa Mitra Binaan PT.Telkom khususnya di daerah Jakarta Barat berjenis kelamin lakilaki mempunya nilai ketidak lancaran dan kelancaran pengembalian kredit lebih besar yaitu 9 mitra dan 76 mitra di bandingkan mitra 77
binaan telkom yang berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah 6 mitra yang tidak lancar dan 53 mitra yang lancar.
4.3.2 Usia
Gambar 4.6 Diagram Usia Hasil Output Crosstab
Pada penelitian ini, usia termuda yaitu 20 tahun dan yang tertua 88 tahun. Sehingga untuk memudahkan melihat pengembalian kredit dari faktor usia mitra binaan PT.Telkom Datel Jakrta Barat dikelompokan menjadi empat kelas yaitu 20-37 tahun, 37-54 tahun, 54-71 tahun, 71-88 tahun.
Tabel 4.2 Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian kredit
Count pengembalianKredit 0 usia
lancar
Total
usia 20-37
7
24
31
usia 37-54
7
81
88
usia 54-71
1
23
24
78
usia 71-88 Total
0
1
1
15
129
144
BerdasarkanTabel 5.1. mayoritas usia pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada Datel Jakarta Barat PT. Telkom yaitu berusia 37-54 tahun yaitu sebesar 88 mitra binaan. Bila dilihat berdasarkan pengembalian kredit, pengusaha kecil yang berusia 37-54 memiliki tingkat pengembalian lancar yaitu sebanyak 81 mitra binaan yang lebih besar. Sedangkan pada usia 20-37 tahun memiliki pengembalian kredit tidak lancar yaitu 7 mitra binaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mitra binaan yang cendrung mempunyai tanggung jawab lebih dalam pengembalian kredit dari pada yang lain ada pada usia 37-54 tahun.
4.3.3 Pendidikan Tingkat pendidikan pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT.Telkom Area II Jakarta khususnya pada Datel Jakarta Barat tergolong baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel ?. mitra binaan yang memepunyai berpendidikan paling rendah yaitu SD dan paling tinggi berpendidikan S1 dan S2 (Perguruan Tinggi).
Tabel 4.3 Analisis Crosstabulation Pendidikan dan Pengembalian kredit
Count pengembalianKredit
79
Total
0 pendidikan
D
lancar
SD
0
25
25
SMP
3
28
31
SMA
10
55
65
D3
0
5
5
S1
2
13
15
S2
0
3
3
15
129
144
Total
dalam penelitian ini mitra binaan yang paling banyak berpendidikan sampai dengan SMA, hal ini terlihat dari 144 mitra binaan yang diteliti terdapat 65 mitra binaan yang memiliki pendidikan SMA dan paling besar pula memiliki pengembalian kredit lancar yaitu sebesar 55 dan kredit tidak lancarnya sebesar 10, namun nilai pengembalian kredit lancarnya tetap lebih besar di banding tingkat pendidikan yang lain.. Sedangkan jumlah terkecil mitra binaan yang berpendidikan akhir D3 dan S2 (perguruan tinggi), paling kecil pula pengembalian kredit lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan mitra binaan maka peluat pengembalian kreditnya tidak lancar akan semakin tinggi.
4.3.4 Tanggungan Keluarga
Tabel 4.4 Analisis Crosstabulation Tanggungan Keluarga dan Pengembalian kredit 80
Count pengembalianKredit
B
0
lancar
Total
e tanggunganKeluarga
0
3
7
10
r
1
1
18
19
2
2
38
40
3
7
42
49
4
1
16
17
5
1
8
9
15
129
144
d a s Total a r
berdasarkan Tabel . jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh mitra binaan PT. Telkom Area II khusunya Datel Jakarta Barat berkisar antara satu sampai dengan 5 orang. Terlihat di dalam tabel, Mitra binaan yang memiliki tanggungan keluarga 3 orang lebih besar jumlahnya yaitu 49 orang yang juga memilikit nilai pengembalian kredit dengan lancar lebih besar di bandingkan dengan yang lain yaitu 42 orang. Sedangkan mitra binaan yang tidak memiliki tanggungan keluarga (0) memilik nilai tingkat pengembalian kredit tidak lancar lebih besar di banding kan mitra binaan yang memimiliki tanggungan keluarga 1,2,4 dan 5. Dengan demikian dapat disimpulkan yaitu tingkat tanggungan keluarga bukan jaminan untuk mitra binaan PT.Telkom datel Jakarta Barat bahwa semakin banyaknya jumlah tanggunga keluarga maka semakin tidak lancarnya pengembalian kredit.
81
4.3.5 Omset Omzet/pendapatan usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi pendapatan
usaha
seseorang
maka
semakin
tinggi
pula
kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang berkorelasi positif dengan tingkat kemakmurannya.
Tabel 4.5 Analisis Crosstabulation Omzet dan Pengembalian kredit
Count pengembalianKredit 0 Omzet
lancar
Total
rendah
10
57
67
sedang
3
46
49
tinggi
2
26
28
15
129
144
Total
Pada penelitian ini, omset terendah, yaitu 35 juta per tahun dan yang tertinggi adalah 960 juta per tahun. Untuk memudahkan mengetahui pengembalian kredit dari faktor omset mitra binaan PT.Telkom Datel Jakrta Barat peneliti mengelompokan menjadi 3 kelas yaitu Kelas Rendah dengan omset 35 jt – 343 jt per tahun,
82
Kelas Sedang dengan omset 343 jt – 651 jt per tahun dan Kelas Tinggi dengan omset 651 jt – 960 jt per tahun. Di lihat pada tabel di atas dapat di deskripsikan bahwa Omset usaha sebagian besar mitra binaan berada pada kisaran
Rendah
dengan range omsetnya 35 jt – 343 jt per tahun dengan total jumlah 67 mitra binaan. Sebaran omzet usaha sebagian besar mitra binaan yang lancar berada pada kelas Rendah dengan omset 35 jt – 343 jt per tahun dengan jumlah 57 mitra binaan, sedangkan sebaran omset terendah mitra binaan yang tidak lancar sebagian besar berada pada kelas Tinggi dengan omset 651 jt – 960 jt per tahun yaitu sebanyak 2 mitra binaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tingginya omset yang di dapat oleh mitra binaan maka akan semakin rendahnya tingka pengembalian tidak lancar yang terjadi.
4.3.6 Jumlah Pinjaman
Tabel 4.6 Analisis Crosstabulation Jumlah Pinjaman dan Pengembalian kredit
Count pengembalianKredit 0 jumlahPinjaman
lancar
Total
rendah
10
71
81
sedang
5
54
59
tinggi
0
4
4
15
129
144
Total
83
Jumlah pinjaman merupakan besarnya kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Area II Jakarta & Banten khususnya datel Jkarta Barat kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan. Jumlah pinjaman terkeci adalah 4000000 dan yang jumlah pinjaman terbesar adalah 120600000. Untuk memudah dalam menganalisisnya maka peneliti mengkatagorikan variabel jumlah pinjaman ini menjadi 3 kelompok yang pertama kelompok Rendah deng nilai 400000042.866.667, kelompok Sedang 42.866.667-81.733.334 dan kelompok terakhir Tinggi 81.733.334-120.600.000. Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat kelancaran tertinggi dalam pengembalian kredit ada pada kelompok Rendah yang berjumlah 71 Mitra Binaan, sedangkan julam tinkat ketidak lancaran dalam pengembalia kredit ada pada kelompk Tinggi dengan nilai 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya jumlah pinjaman berpengaruh seimbang. Maksudnya adalah semkin besar atau rendahnya jumlah pinjaman yang di pinjam oleh mitra binaan maka itu tidak akan terlalu berpengaruh pada status pengembalian mereka.
4.3.7 Pengalaman Usaha Rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki oleh mitra binaan PT. Telkom Area II Jakarta khususnya pada Datel Jakarta Barat ini memiliki pengalaman usaha antara satu sampai dengan enam tahun. Hal ini sesuai dengan ketentuan dari PT. Telkom Divre II Jakarta
84
bahwa syarat untuk menjadi mitra binaan minimal memiliki pengalaman usaha selama satu tahun.
Tabel 4.7 Analisis Crosstabulation Pengalaman Usah dan Pengembalian kredit
Count pengembalianKredit 0 pengalamanUsaha
lancar
Total
1
0
2
2
2
3
22
25
3
6
69
75
4
4
30
34
5
0
4
4
6
2
2
4
15
129
144
Total
Berdasarkan Tabel 5.5. paling banyak mitra binaan memiliki pengalaman usaha selama 3 tahun dengan jumlah 75 mitra binaan dan paling besar memiliki klasifikasi angsuran lancar yaitu sebesar 69. Mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha 4 tahun paling besar memiliki pengembalian kredit tidak lancar yaitu 4 orang. Adapun 85
yang menyebabkan mitra binaan yang memiliki pengalaman usaha yang besar, namun dalam pengembalian kreditnya tidak lancar hal ini dikarenakan adanya faktor eksternal yang menghambat kelancaran usaha yang dijalankan oleh mitra binaan. Faktor eksternal tersebut seperti kemarau panjang, hama, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), dan banjir.
4.3.8 Be nc
Count pengembalianKredit
an
Total
a V ari ab el bencana pada penelitian ini adalah dammy, yang dimana nilai 1 = terkenan bencana dan 0 = tidak terkena bencana dan pengembalian kreditnya 1 = lancar dan 0 = tidak lancar.
Tabel 4.8 Analisis Crosstabulation Bencana dan Pengembalian kredit
86
0 Bencana
0 terkena bencana
Total
lancar 3
107
110
12
22
34
15
129
144
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa total mitra binaan paling banyak pengembalian kreditnya ada pada mitra binaan yang tidak terkena bencana (0) dengan total 110. Sementara itu dilihat dari kelancarannya dalam pengembalian kredit jumlah terbesar juga ada pada mitra binaan yang tidak terkena bencana, sedang untuk ketidak lancaran pengembalian kredit terlihat jumlah tertingginya ada pada mitra binaan yang terkena bencana dengan jumlah 12 mitra binaan. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa variabel bencana sangan berpengaruh negatif pada status pengembalian kredit. Semakin sering mitra binaan yang terkena bencana maka akan semakin sering pula mereka mengalami kredit tidak lancar dan begitu pula sebalinya.
4.4
Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 16.0 dengan menggunakan model Stepwise Regresi Logistik. Model Stepwise Forward dalam analisis Regresi Logistik merupakan metode seleksi pengubah dengan prosedur awal memilih satu pengubah yang paling penting.
87
Kemudian di lanjutkan dengan pemilihan pengubah penting lainnya satu demi satu menggunakan kriteria tertentu. Salah satu kreteriannya adalah dengan menentukan taraf nyata tertentu sebagai batas, sehingga pengubah-pengubah yang terpilih merupakan pengubah-pengubah yang nyata terhadap responden. Kreteria lain adalah dengan mengaggap bahwa pengubah yang terpilh bersifat tetap dan menghitung korelasi pengubah yang akan dipilih. Proses ini akan berhenti jka tidak ada lagi pengubah yang memenuhi kreteria yang telah ditentukan. Selain itu metode ini juga mengambil medel reduksi yang sama baiknya dengan model penuh dalam menerangkan respon pada setiap tahap pemasukan pengubah, yaitu pada saat statistik uji-Gred > X2q (a) atau
tolak H0 (Hosmer & Lemeshow 1989). Pada penelitian ini, langkah awal yang dilakukan peneliti ada
mengetahui keselarasan antara variabel menggunakan dengan uji Chi quare. Hal ini hanya sekedar analisis deskriftif yang menerangkan bahwa adanya keselarasan antara variabel yang akan mempengaruhi pada tingkat pengembalian kredit pada uji tahap selanjutnya.
Tabel 4.9 Analisis Chi-Square seluruh variabel X
Faktor Bebas
X2
Gander
P-Value 4694
0.030
1.138 x 102
0.000
Pendidikan
144.874
0.000
Tanggungan Lain
57.333
0.000
Pendapatan Lain
87.111
0.000
Usia
88
Omzet
15.875
0.000
Jumlah Pinjaman
65.083
0.000
Pengalaman Usaha
166.083
0.000
Bencana
40.111
0.000
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari sembilan faktor, keseluruhannya mempunyai keselarasan antar variabel yang merata, karena masing-masing nilai P-Value nya < 0.05. hasil output dari spss dapat di lihat pada lampiran 2.
4.4.1 Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit UMKM pada Program Kemitraan PT.Telkom Area II Jakarta khususnya Datel Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, langkah pengelolahan data dalam menentukan faktor-faktor yang benar-benar berpengaruh dalam tingkat pengembalian kredit terjadi tiga tahap yang dimana pada awal tahapannya semua faktor di seleksi satu persatu hingga tahap terakhir yaitu tahap tiga menghasilkan faktor yang berpengaruh penting terhadap tingkat pengembalian kredit. Pada lampir 3 proses penyeleksian seluh faktor mengguna stepwise logistik regresi. Pada langkah-langkah dalam penggunaan analisis regresi logistis yang telah di jelaskan di bab 2, maka di bab ini penulis akan menganalisis hasil dari olah data yang telah di lakukan. 1. Uji Signifikan Model/ (Overall Test)
89
Ststistik uji G2 ini mengikuti distribusi Chi-square dengan derajat bebas p sehingga hipotesis ditolak jika G2 > X2 (a,p) atau P-Value < a, yang berati variabel bebas X secara bersama-sama mempengaruhi variabel tak bebas Y. Tabel 4.10 Analisis Regresi Logistik uji G Omnibus Tests of Model Coefficients
Step 3
Chi-square
df
Sig.
Step
5.465
1
.019
Block
39.253
3
.000
Model
39.253
3
.000
Pada tabel Overall Test ini dapat di jelas kan bahwa H0 : model tidak mampu menjelaskan Y H1 : Model sudah mampu menjelaskan Y Dari hasil uji diatas diperoleh nilai P-Value (0.000) < alpha 5% maka tolak H0 artinya model sudah mampu menjelaskan Y.
2. Uji Parameter Model (Partial Test) Berdasarkan tabel ? dapat terlihat model yang di sajikan pada metode regresi logistik ini adalah model yang mentukan faktor utama yang berpengaruh terhadap respon berdasarkan wald statistic jika nilai signya adalah < 0.05. ada pun model dari logit ini adalah: Logit (p1) = β0 + β1X1 + β2X2 + ........ Logit(Y) = -3.035 + 0.127 usia + 1.029 omzet - 3.812 bencana
90
Tabel 4.11 Analisis Regresi Logistic
Variables in the Equation B a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Step 1 bencana
-2.968
.687 18.685
1
.000
Constant
3.574
.585 37.280
1
.000 35.667
.041
7.513
1
.006
1.120
.798 18.931
1
.000
.031
b
Step 2 usia
.113
.051
bencana
-3.471
Constant
-.946
1.564
.366
1
.545
.388
.127
.044
8.226
1
.004
1.135
1.029
.481
4.584
1
.032
2.799
.856 19.826
1
.000
0.022
1
.115
.048
c
Step 3 usia omzet bencana
-3.812
P Constant
-3.035
1.924
2.488
ada step 3 tabel diatas memberikan faktor obtimal dalam pembentukan model regresi logistik ini, sehingga diperoleh bahwa faktor yang menjadi penentu peluang status pengembalian kredit adalah Usia (X2), Omzet (X6) dan Bencana (X9). Hal ini terlihat karena nilai P-value pada masing-masing faktor adalah < 0.05 yaitu P-Value Usia (X2) 0.004 < 0.05, P-Value Omzet (X6) 0.032 < 0.05 dan P-Value Bencana (X9) 0.000 < 0.05 yang artinya ketiga faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap status pengembalian kredit. Pada colum EXP (B) menunjukan nilai Odds Ratio yang dihasilkan. Nilai odds ratio merupakan ukuran resiko atau kecendrungan untuk mengalami kejadian tertentu antar satu katagori dengan kategori lainnya, didefinisikan sebagai ratio atau odds untuk XJ = 1 terhadap Xj = 0. Odds ratio ini menyatakan
91
resiko atau kecendrungan observasi dengan XJ = 1 adalah berapa kali lipat jika di bandingkan dengan observasi XJ = 0. Untuk variabel bebas yang berskala kontinyu maka interprestasi dari koefisien βj pada model regresi logistik adalah setiap kenaikan c unit pada variabel bebas akan menyebabkan esiko terjadinya Y=1 , adalah exp (c.βj) kali lebih besar. Dilihat pada nilai EXP (B) pada tabel diatas adalah: 1. Rasio odds untuk usia: Setiap kenaikan 1 pada kesatuan usia maka peluang untuk LANCAR 1,135 kali dari peluang TIDAK LANCAR
2. Rasio odds untuk omzet: Setiap kenaikan 1 pada kesatuan omzet maka peluang untuk LANCAR 2,799 kali dari peluang TIDAK LANCAR 3. Rasio odds untuk bencana: Semakin terjadi bencana maka peluang untuk LANCAR 0,022 kali dari peluang TIDAK LANCAR
3. Ujian karakteristik lainnya (Hosmer Lemeshow, Uji R-square Nagelkerke R dan Classification Plot)
Tabel 4.12 Analisis Regresi Logistik
92
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
df
Sig.
1
.000
0
.
2
9.022
8
0.340
3
6.356
8
0.607
Model Summary Step
Cox & Snell R -2 Log likelihood Square
Nagelkerke R Square
1
71.678a
0.157
0.322
2
b
0.209
0.429
b
0.239
0.490
3
62.445 56.980
P Ada pun pengujian Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit kelayakan atau kesesuian model dapat dinilai dari 2 segi ( secara substansi/materi dan secara statistik ). Jika secara substansi hasil atau output dapat dimaknai oleh disiplin ilmu yang di cakupnya, maka secara statistik dapat dilihat pada output tabel Hosmer dan Lemeshow Lest yang dimana HO akan diterima jika P-Value > 0.05. Nilai P-Value pada tabel diatas > 0.05 yaitu 0.607 > 0.05 yang artinya model yang dipergunakan sudah sesuai dan layak untuk diinterprestasikan. R-Square dan Negalgarke R-Square pada tabel Model Summary menjelaskan bahwa kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan keragaman yang terjadi pada penelitian ini. Dilihat pada step ke tiga, nilai R-Square 0.239 dan nilai Negalgarke RSquare 0.490. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
93
bebas nya mampu menjelaskan keragaman oleh model sebesar 49%.
Tabel 4.13 Analisis Regresi Logistik
Classification Tablea
Predicted Observed
status_pengembalian tidak lancar lancar
Step 3 status_pengembalia tidak lancar 8 n lancar 3
Percentag e Correct
7
53.3
126
97.7
Overall Percentage
93.1
Adapun dari tabel diatas dapat ditunjukan bahwa model regresi Logistik dengan Ketepatan klasifikasi sebesar 93.1 sudah bisa dikategori sangat baik. Karena mampu menebak dengan benar 93.1% kondisi yang terjadi. Dari total 15 kategori Y(0) , 8 poligon tepat diklasifikasikan Y(0) sedangkan 7 poligon lainnya diprediksi ke dalam Y(1) sehingga ketepatan klasifikasi 53.3%. Dari 129 total kategori Y(1), 126 poligon tepat diklasifikasikan Y(1) sedangkan 3 poligon lainnya diprediksi ke dalam Y(0) sehingga ketepatan klasifikasi 97.7%.
4.5
Pembahasan Hasil Berdasarkan Pendekatan Teori 94
Berdasarkan hasil pengelolahan data yang telah di lakukan, maka penulis di sub bab ini akan menjelaskan tentang keretkaitan hasil penelitian dengan asumsi teori yang sesuai dengan materi ini. Dari hasi pengelolahan data diatas, faktor Usia, Omset dan Bencana yang sangat mempengaruhi tingkat pengembalian kredit. Pada faktor Usia (X2) dihasilkan bahwasannya mayoritas usia pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT.Telkom Area II Jakarta & Banten Khususnya Mitra Binaan Jakarta Barat berada pada range 37-54 tahun dengan jumlah mitra 88 orang. Pada faktor usia ini pula potensi kelancaran pengembalian kredit lebih besar yaitu 88 mitra binaan. Dengan demikian hasil ini membuktikan usia produktif mitra binaan Telkom dalam pengembalian kredit ada pada usia 37-54 tahun. Hal ini dapat dinilai dari ratio odds dan korelasi antara usia dengam lamanya menjalankan usah. Semakin bertambah usia maka, semakin bertambah pula pengalaman usaha yang di dapat sehingga peluang kelancaran pengembalian kreditnya 1,135 kali dari peluang tidak lancarnya. Pendekatan pada asumsi faktor pengembalian kredit adalah dengan bertambahnya usia maka akan memberikan dampak secara lansung atau tidak langsung terhadap pola fikir mereka untuk terus mengembangkan usahanya dengan bekal pengalaman usaha yang telah mereka jalani. Karakteristik mitra binaan terhadap Omset (X6) berkisaran rendah antara 35 – 343 juta dengan kelancaran pengembalian kreditnya sebesar 57 mitra binaan. Dan untuk status pengembalian kredit terendah yang tidak lancar ada pada kisaran tinggi (651-960 juta)dengan 2 mitra binaan. Dengan demikian asumsinya adalah semakin pendapatan omset tinggi maka tingkat
95
tiadak lancar pengembalian kreditnya semakin rendah. Asumsi ini bisa di perkua dengan hasil Ratio Odds yang dimana kenaikan satu pada 1 kesatuan omset maka akan meberikan peluang 2,799 kali dibanding peluang Tidak Lancar. Adapun hubungan hasil interprestasi ini dengan teori yang bersangkutan adalah omset berbanding lurus denga laba bersih, semakin besar laba bersih yang kita dapat, maka semakin besar pula omset yang akan kita dapat. Faktor Bencana (X9), memberi kan dampak yang luar biasa pada keadaa sosial masyarakat. Efeknya berdampak pada aspek mental, spiritual, kesehatan, mata pencarian, sumberdaya alam dan perekonomian secara umum. Pada penelitaian ini sangat jelas terganbar dari hasil olah data yaitu semakan banyak mitra binaan yang terkena bencana maka potensi tidak lancarnya pengembalia kreditnya akan semkin besar pula. Asumsi ini dapat diperkual lagi dengan hasil ratio odds yang dimana peluang lancar untuk mitra binaan yang terkena bencana lebih kecil (0.002) kali di banding tidak lancar pengembalian kredit. Dari ketiga permasalahan yang terjadi ini maka penulis ingin memberikan
alternatif
kebijaksanaan
yang
berhubungan
dengan
permasalahan ini yaitu harus adanya evaluasi yang dilakukan oleh lembaga yang membari pinjaman. Pendekatannya bisa melalui Rescheduling (penjadwalan kembali), Reconditioning ( penghapusan suku bunga atau persayaratan). Selain itu pula pembinaan yang tidak hanya monitoring tetapi secara langsung dan sustain (berkelanjutan) juga harus dilakukan, karena
96
dengan pembinaan ini perusahaan akan lebih dalam mengetahu problem yang meraka rasakan berikut juga denga solusi yang sesuai.
97