77
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Studi Fisik Bangunan
4.1.1. Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan
Gambar 4.1. Bangunan Pacific Place Mall
Pacific Place merupakan pusat perbelanjaan besar yang berlokasi di kawasan pusat perkantoran Jakarta yakni SCBD. Pacific Place Mall memiliki desain arsitektur modern yang dinamis, menampilkan kesan mall yang berkelas. Target pasar dari Pacific Place adalah menengah keatas.
78
Pacific Place memiliki lokasi yang sangat strategis untuk membuka gerai Wall Street Institute karena dekat dengan perkantoran, pemukiman elit dan perguruan tinggi (universitas) yang merupakan target pasar utama Wall Street Institute, diantaranya :
Perkantoran : •
Gedung Artha Graha
•
Marce Polo
•
Gedung Equity Tower
•
Plaza Bapindo
•
Graha Niaga
•
Bursa Efek Jakarta
•
Dll
Pemukiman Elit: •
Apartemen Sudirman Mansion
•
Apartemen Pacific Place
•
Apartemen Capital Residence
•
Dll.
Perguruan Tinggi
:
•
London School of Public Relation
•
Bina Nusantara International
•
Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama
•
La Salle College
•
Dll
79
Gambar 4.2. Site Plan Pacific Place Mall
4.1.2. Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan
Gambar 4.3. Denah Podium Lantai 2 Pacific Place Mall
80
Area yang berwarna oranye adalah denah yang penulis pilih untuk menjadi denah Wall Street Institute dimana area ini digunakan oleh brand sport seperti Nike, Reebok dan Sport Station. Lokasinya dekat dengan Metro departement store dan toko-toko baju sperti Guess dll, serta area café yang banyak dikunjungi oleh target pasar mereka. Selain itu denah yang penulis pilih dapat dijangkau dari lift void utama maupun eskalator samping, pintu masuk terletak dekat dengan lift karena merupakan kawasan yang memiliki intensitas lalu lalang yang tinggi.
Selain itu untuk instalasi dan proses konstruksi inerior dapat lebih mudah dijangkau melalui lift barang ataupun tangga darurat, jika terjadi kebakaran atau gempa bumi para siswa juga dapat segera dievakuasi melalui tangga-tangga darurat di sekitar center.
Faktor psikologi siswa juga menjadi pertimbangan penulis dalam memilih denah, karena jika terlalu berada di tengah-tengah mall dikhawatirkan para siswa merasa kurang nyaman dan konsentrasinya lebih mudah terganggu oleh lalu lalang pengunjung mall. Maka, penulis memutuskan untuk memilih denah yang terletak agak kebelakang namun tetap dapat dilihat dari luar mall dan dari dalam mall. Selain itu area belakang juga penulis pilih karena menghadap ke arah timur agar pencahayaan alami bisa tetap didapatkan pada siang hari sehingga dapat menghemat penggunaan cahaya buatan di siang hari dan tidak terlalu panas karena tidak terkena matahari sore.
Selain itu aspek penting yang tidak boleh dikesampingkan adalah perhitungan luas ruang. Perhitungan luas ini didapatkan dari konfigurasi luas ruang minimum yang dicatumkan pada data aktifitas fasilitas. Berikut ini merupakan perhitungan program luasan ruang yang penulis buat berdasarkan tabel aktifitas fasilitas yang telah dicantumkan pada bab 3 sub bab 3.3.1. Program Aktifitas Fasilitas :
AREA RECEPTIONIST AREA TUNGGU SIRKULASI AKSES MASUK PANTRY EDC STORAGE ENCOUNTER COMPLIMENTARY FL EC BELAJAR 6 ORANG BELAJAR 3 ORANG COFFEE CORNER INTERACTIVE WHITE BOARD INTERNET STATION RAK MAJALAH TEACHERS AREA SPEAKING AREA SIRKULASI RAK BUKU PHONE AREA SM AREA KORIDOR SERVER
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 22
PANTRY EDC ROOM STORAGE
SPEAKING CENTER
TEACHERS ROOM
SOCIAL CLUB
LUAS ZONA SERVICE ENCOUNTER ROOM COMPLIMENTARY ROOM FL ROOM EC ROOM
LUAS ZONA PUBLIK
LOBBY
NAMA RUANG
Tabel 4.1. Program Perhitungan Ruang GRAN TOTAL
PHONE ROOM SM AREA KORIDOR LUAS ZONA SEMI PRIVATE PRIVATE SERVER ROOM LUAS ZONA PRIVATE
SEMI PRIVATE
SERVICE
PUBLIK
ZONA
4.00 M2 X 1
11.56 M2 X 8 16.92 M2 X 1 4.68 M2 X 1 7.03 M2 X 6 11.76 M2 X 6 2.01 M2 X 6 2.40 M2 X 1 2.20 M2 X 1 0.90 M2 X 4 0.72 M2 X 4 2.28 M2 X 5 2.70 M2 X 56 20% X ((2.70 M2 X 56) + (2,8 M2 X 2)) 2,8 M2 X 2 1.90 M2 X 5 7.03 M2 X 1 20% X 446.21 M2
3.30 M2 X 1 2.70 M2 X 1 1.40 M2 X 4
6.30 M2 X 1 3.36 M2 X 2 12.00 M2 X 1 7.90 M2 X 1
KONFIGURASI
PROGRAM RUANG
603.97
6.3 6.72 12 7.9 32.92 3.3 2.7 5.6 11.6 92.64 16.92 4.68 42.18 70.56 12.06 2.4 2.2 3.6 2.88 11.4 151.2 31.36 5.6 9.5 7.03 89.24 555.45 4 4
LUAS AWAL (M2)
100.00%
1.04% 1.10% 2.00% 1.31% 5.45% 0.54% 0.45% 0.93% 1.92% 15.34% 2.80% 0.77% 7.00% 11.68% 2.00% 0.40% 0.36% 0.60% 0.48% 1.89% 25.03% 5.18% 0.93% 1.57% 1.16% 14.78% 91.97% 0.66% 0.66%
PERSENTASE
TOTAL AKHIR
1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015 1015
LUAS DENAH (M2)
1015
10.556 11.165 20.3 13.2965 55.3175 5.481 4.5675 9.4395 19.488 155.701 28.42 7.8155 71.05 118.552 20.3 4.06 3.654 6.09 4.872 19.1835 254.0545 52.577 9.4395 15.9355 11.774 150.017 933.4955 6.699 6.699
LUAS AKHIR (M2)
81
4.1.3. Program Ruang
82
4.1.4. Analisa Zoning Berdasarkan perhitungan ruang di atas penulis menerapkannya untuk membuat zoning WSI pacific place. Berikut ini berupakan 3 alternatif zoning dengan analisanya yang akan penulis gunakan pada perancangan interior Wall Street Institute di Pacific Place Mall :
Gambar 4.4. Zoning A Wall Street Institute Pacific Place
(+) Area publik terlihat dari bagian tengah Pacific Place Mall (+) Area service berada di belakang area publik sehingga lebih tertutup, rapih dan tidak terlihat dari luar. (+) Area service memanjang kebelakang dan menempel pada dinding solid sehingga tidak membuang space.
83
(+) Area Semi Publik terlihat dari area koridor mall dari escalator naik dan turun (+) Area Semi Publik mendapatkan pencahayaan alami di pagi hari mengingat area WSI menghadap timur. (+) Area Private terletak diarea yang dalam, sehingga memungkinkan area tersebut hanya dapat di akses oleh orang yang berkepentingan. Jumlah (+) = 6, (-) = 0.
Gambar 4.5. Zoning B Wall Street Institute Pacific Place Mall
(-) Letak area publik lebih condong terlihat dari area eskalator (+) Area service berada di belakang area publik sehingga lebih tertutup, rapih dan tidak terlihat dari luar.
84
(+) Area service memanjang kebelakang dan menempel pada dinding solid sehingga tidak membuang space. (+) Area Semi Publik terlihat dari area koridor mall dari escalator naik dan turun (+) Area Semi Publik mendapatkan pencahayaan alami di pagi hari mengingat area WSI menghadap timur. (+) Area Private terletak diarea yang dalam, sehingga memungkinkan area tersebut hanya dapat di akses oleh orang yang berkepentingan. Jumlah (+) = 5, (-) = 1.
Gambar 4.6. Zoning C Wall Street Institute Pacific Place Mall
85
(+) Area publik terlihat dari bagian tengah Pacific Place Mall sehingga dapat menarik perhatian pengunjung Mall. (+) Area service dapat menjangkau area semi private sehingga lebih efisien karena berada di tengah center. (+) Area service menempel pada dinding solid sehingga tidak membuang space. (+) Area Semi Publik terlihat dari area koridor mall dari escalator naik dan turun (+) Area Semi Publik mendapatkan pencahayaan alami di pagi hari mengingat area WSI menghadap timur. (+) Area Private terletak diarea yang dalam , sehingga memungkinkan area tersebut hanya dapat di akses oleh orang yang berkepentingan. Jumlah (+) = 6, (-) = 0.
Dari ketiga alternatf zoning di atas, didapatkan tiga analisa yang berisi nilai positif (+) dan nilai negatif (-) dari masing-masing zoning. Dari perhitungan aspek positif dan negative diatas maka penulis memutuskan untuk menggunakan zoning C dengan nilai positif yang terbanyak. Setelah didapatkan zoning yang terpilih kemudian pembuatan tiga alternatif gruping dapat di lakukan dan dianalisa kembali untuk mendapatkan gruping terbaik yang nantinya akan digunakan sebagai acuan terbentuknya tiga alternatif layout furnitur yang sesuai kebutuhan ruang. Berikut ini merupakan tiga alternatif gruping beserta analisanya :
86
4.1.5. Analisa Gruping
Gambar 4.7. Gruping A Wall Street Institute Pacific Place Mall
(+) Area lobby terlihat dari main anchor Pacific Place Mall sehingga memungkinkan untuk mendapatkan perhatian dari para pengunjung mall. (+) Akses masuk sangat mudah di jangkau dari lift dan eskalator di main anchor. (+) Area social club terlihat terlihat dari koridor depan (-) Area EC berada terlalu di belakang sehingga mungkin mengganggu kegiatan belajar mengajar karena tingkat aktifitas keluar masuk cukup tinggi. (-) Area FL terlihat menghalangi atau memutus koridor. (-) Ada kolom yang menghalangi koridor.
87
(+) SM area berada di belakang sehingga sedikit mempersulit SM untuk mengamati kegiatan yang terjadi di WSI. (+) Area Server berada di dalam speaking center sehingga lebih privat karena terletak di area terdalam dan harus melewati seluruh area untuk menjangkaunya. Jumlah (+) = 5 (-) = 3.
Gambar 4.8. Gruping B Wall Street Institute Pacific Place
(+) Area lobby terlihat dari main anchor Pacific Place Mall sehingga memungkinkan untuk mendapatkan perhatian dari para pengunjung mall. (+) Akses masuk sangat mudah di jangkau dari lift dan eskalator di main anchor. (+) Area social club terlihat terlihat dari koridor depan
88
(+) Area encounter dan complimentary berdekatan dengan social club (-) Koridor besar namun kolom terdapat di tengah-tengah dan menghalangi jalan (-) SM area terletak di depan encounter sehingga pandangannya lebih terbatas. (+) Area Server berada di dalam speaking center sehingga lebih privat karena terletak di area terdalam dan harus melewati seluruh area untuk menjangkaunya. Jumlah (+) = 5 (-) = 2
Gambar 4.9. Gruping C Wall Street Institute Pacific Place Mall
(+) Area lobby terlihat dari main anchor Pacific Place Mall sehingga memungkinkan untuk mendapatkan perhatian dari para pengunjung mall.
89
(+) Akses masuk sangat mudah di jangkau dari lift dan eskalator di main anchor. (+) Area social club berada di tengah-tengah dan menjadi pusat kegiatan di WSI Pacifi Place Mall. (+) Area encounter dan complimentary mengelilingi social club (+) Koridor sedang namun mengeliling sehingga setiap ruangan lebih mudah di akses. (+) Area EC terletak di depan dan di tengah sehingga kegiatan keluar masuk marketing tidak mengganggu area belajar di encounter. (+) SM area berada terletak di tengah, menghadap ke social club yang merupakan pusat kegiatan di WSI Pacific Place. (+) Area Server berada di dalam speaking center sehingga lebih privat karena terletak di area terdalam dan harus melewati seluruh area untuk menjangkaunya. Jumlah (+) = 8 (-) = 0. Dari analisa tiga gruping di atas, gruping C memiliki nilai negatif yang paling sedikit dibanding gruping B dan A. Maka penulis memutuskan untuk menggunakan gruping C untuk perancangan interior kali ini. Berikut ini merupakan gambar-gambar yang penulis pilih sebagai penggambaran perancangan interior yang nantinya akan digunakan penulis pada perancangan interior Wall Street Institute Pacific Place Mall :
90
4.2. Konsep Perancangan Pada prancangan kali ini penulis memilih konsep vibrant yang merupakan salah satu pilihan dari look & feel yang ingin diwujudkan WSI dan berdasarkan buku panduan desain WSI sebagai berikut :
Gambar 4.10. Konsep Desain WSI
Berdasarkan buku panduan diatas WSI menjabarkan vibrant sebagai sesuatu yang dinamis, independen, enerjik, berwarna dan menyenangkan. Poin-poin tersebut penulis aplikasikan pada perencanaan interior WSI PP yakni dengan : Dinamis: Menggunakan beberapa unsur garis yakni garis lurus dan lengkung pada layout furnitur yang akan digunakan, hal ini diharapkan dapat menciptakan bentukbentuk dan suasana ruang menjadi lebih dinamis dan tidak monoton, seperti berikut :
91
Gambar 4.11. Contoh Dekorasi Kolom dan Ceiling
Gambar 4.12. Contoh Meja Receptionist
Independen : Independen dalam hal ini adalah kemerdekaan yang berarti kebebasan. Kebebasan dalam memilih waktu pembelajaran sesuai dengan waktu atau jadwal dari masing-
92
masing siswa hal ini merupakan salah satu keunggulan dari WSI sehingga siswa dapat menentukan jadwal sendiri agar tidak mengganggu jadwal mereka di luar kursus. Enerjik, berwarna dan menyenangkan : Enerjik merupakan sesuatu yang membangkitkan energi atau semangat. Dalam desain interior, warna merupakan salah satu aspek penting yang dapat membangun psikologi yang dirasakan oleh pengguna ruang. Warna-warna yang cerah
dapat
membantu
membangkitkan
energi
dalam
pembelajaran dapat berjalan kondusif dan menyenangkan.
Gambar 4.13. Contoh Ruang Kelas 1
ruang
sehingga
93
Gambar 4.14. Contoh Warna Furnitur
Gambar 4.15. Contoh Permainan Warna Lantai Ruang Berdinding Kaca Beberapa material yang akan penulis gunakan pada perancangan kali ini diantaranya : Dinding
94
Kombinasi kaca tempered, rotan dan stainless steel. Kaca tempered merupakan ketentuan utama dari WSI sebagai dinding pemisah ruang. Beberapa kolom dibuat seolah menyatu dengan ceiling, menggunakan material fiber glass sehingga tercipta kesatuan antara unsru dinding dan ceiling, menjadi penghubung lantai dengan ceiling. Dan beberapa dinding menggunakan gypsum board 9mm dicat putih dan dilapis kaca tempered 12mm transparan. Menggunakan produk cat yang sudah bersertifikasi ramah lingkungan. Lantai Lantai mengunakan batu onyx putih pada area lobby bertujuan untuk memberikan kesan bersih dan mewah ketika terkena cahaya, warna putih juga dipilih agar warna-warna pada furniture dapat terlihat sebagai aksen. Untuk area koridor dan social club penulis menggunakan lantai jenis linoleum yang merupakan salah satu lantai yang memiliki daya tahan baik mengingat tingkat aktifitas di daerah ini sangat tinggi. Pada area dalam ruang seperti encounter, ec dsb, penulis menggunakan karpet woll dari produsen yang sudah memiliki sertifikasi ramah lingkungan. Ceiling Menggunakan produk cat yang sudah bersertifikasi ramah lingkungan. Dan kombinasi dengan rotan.
4.3. Citra Ruang Pencitraan sebuah badan atau lembaga dapat terlihat dari desain yang digunakan pada interiornya. Pada perancangan Wall Street Institute di Pacific Place Mall penulis ingin menciptakan citra Wall Street Institute yang bersemangat (vibrant). Dimana para siswanya mayoritas merupakan para pelajar sekolah, pelajar universitas dan para professional yang dinamis dan enerjik. Selain itu citra vibrant diusung karena merupakan simpulan dari sesuatu yang segar, berenergi dan dinamis.
95
Citra yang penulis gunakan diharapkan dapat membawa Wall Street Institute lebih dikenal luas oleh masyarakat sebagai tempat kursus bahasa Inggris yang memiliki konsep pembelajaran baru yakni blended learning dengan desain interior yang dapat membangkitkan semangat untuk belajar bahasa Inggris di sela-sela kesibukan dari rutinitas kerja yang padat di DKI Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya. WSI Pacific Place terletak di Jakarta yang memiliki penduduk asli betawi, karena itu penulis menggadaptasi beberapa ragam hias betawi yang dibuat lebih sederhana sebagai unsur dekoratif yang khas. WSI merupakan institusi bahasa, bahasa khas Jakarta adalah bahasa betawi, bahasa betawi memiliki ciri gaya yang santai, gaya bahasa ini yang akan penulis wujudkan pada suasana ruang belajar. Seperti tidak lagi menggunakan kursi formal dan meja belajar formal, tetapi menggunakan sofa dengan meja tulis built-in yang dibuat khusus sehingga meja tulis dapat di putar atau digeser mengingat kemungkinan siswa menulis dengan tanga kiri. Ketika mengobrol, masyarakat Betawi biasanya ditemani oleh camilan, salah satu camilan khas betawi adalah kue kembang goyang.
Gambar 4.16. Kembang Goyang Bentuk dari kembang goyang akan penulis adaptasi pada ceiling di area social club dengan kombinasi louvre dari rotan dan fiber glass. 4.4. Konsep Warna
96
Warna merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Dimanapun manusia berada, manusia selalu melihat warna. Secara tidak langsung warna dapat mempengaruhi mood atau psikologi seseorang. Menentukan pemilihan warna harus dengan pertimbangan khusus. Agar bentuk dan suasana ruang yang diinginkan dapat dicapa dan diwujudkan. Setiapp warna memiliki karakter tersendiri. Warna dapat digunakan sebagai pembentuk mood dan atmosfer ruang, memusatkan dan mengalihkan perhatian, memecah dan menyatukan ruang, menyeimbangkan proporsi ruang, dan penunjang gaya interior. Pada desain Wall Street Institute, penulis menggunakan skema warna tetrad yang merupakan skema dua pasang warna komplementer yang bersebelahan. Skema ini memiliki karakter yang sangat cerah juga dinamis. Penerapan pada ruangan diharapkan akan menciptakan komposisi warna yang dramatis dan bersemangat sesuai dengan konsep yang digunakan yakni “vibrant”. Berikut warna-warna yang penulis gunakan : •
Hijau Warna hijau adalah warna yang langsung mengasosiasikan manusia kepada pemandangan alam. Asosiasi manusia terhadap warna tidak hanya secara visual, namun juga indra yang lain terutama penciuman dan rasa. Ketika manusia memvisualkan warna hijau, seketika itu juga manusia membayangkan segarnya udara pagi dan sejuknya hawa pegunungan. Oleh karena itu hijau dapat merefleksikan kesegaran dan relaksasi.
•
Jingga Melambangkan optimistis, muda dan kreatif. Dalam lingkaran warna, jingga berada di tengah-tengah merah dan kuning. Jingga merupakan warna yang paling hangat karena memiliki energy dari dua warna tersebut dimana merah memiliki energy panas dan kuning merupakan energi hangat yang lembut. Warna jingga menebarkan energi, menghangatkan hati dan sekaligus memancarkan keceriaan. Dari sisi psikologi, jingga merupakan lambing persahabatan. Warna ini dapat memecah kekakuan
97
dan meciptakan rasa akrab. Warna ini akan digunakan pada area ruang kelas (encounter room). •
Merah Merupakan warna panas dan penuh energi. Merah sangat ekspresif dan dinamis dalam mempresentasikan cinta dan kehidupan. Dalam lingkaran warna, merah merupakan warna yang paling panas dan memiliki gelombang warna paling panjang sehingga warna ini yang paling cepat tertangkap mata. Warna ini sangat efektif dalam memotifasi orang untuk mengerjakan sesuatu lebih cepat dan spontan. Pada perencanaan kali ini warna merah yang digunakan bukanlah warna merah primer, namun warna turunan yakni fuchia agar terkesan lebih lembut dan tidak terlalu panas, warna ini digunakan sebagai aksen.
•
Putih Melambangkan murni, bersih dan segar. Secara psikologis, putih melambangkan
kejujuran,
ketulusan
dan
keikhlasan.
Warna
ini
mengasosiasikan manusia terhadap rasa bersih dan higienis. Warna putih digunakan sebagai warna utama atau sebagai latar belakang ibarat kanvas, penggunaan warna putih cenderung seperti tanpa warna, sehingga warna putih cenderung seperti tanpa warna sehingga setiap warna yang berada di atas putih menjadi warna yang menonjol. Warna ini akan digunakan pada dinding-dinding solid Pacific Place Mall yang kemudian di lapis oleh kaca tempered 12mm transparan. •
Biru Selain karena biru merupakan warna dari logo Wall Street Institute, warna biru juga melambangkan dingin, diam, dan dalam. Karena karakternya yang dingin, diam dan dalam ini, biru memiliki efek yang mampu menurunkan tekanan darah dan detak jantung sehingga kita bergerak lebih lambat dan berhati-hati. Karena itu warna biru digunakan pada area eksterior dari Wall Street Institute. Selain itu warna biru tua
98
melambangkan kepercayaan, kebijaksanaan, dan kematangan dalam mengambil keputusan.
4.5. Konsep Pencahayaan Pada desain kali ini jenis pencahayaan yang digunakan adalah kombinasi dari pencahayaan alami dan buatan. Mengingat area WSI yang penulis pilih menghadap ke arah timur maka pencahayaan alami digunakan pada siang hari pada area yang mendapatkan cahaya matahari sedangkan bagian yang kurang mendapat pencahayaan alami menggunakan bantuan cahaya buatan. Arah timur penulis pilih karena selain pencahayaan alami dapat masuk pada pagi hingga siang hari manfaat sinar matahari pagi juga masih dapat dirasakan oleh para siswa dan staff WSI. Pada malam hari pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan buatan dengan penggunaan lampu hemat energi lampu LED.
Dalam mendesain pencahayaan hal yang harus diperhatikan adalah kegiatan yang berlangsung didalamnya. Tujuan optimasi pencahayaan ruang pendidikan adalah agar pelajar dan pengajar dapat melakukan aktifitas dengan baik di dalam ruangan, efisiensi dalam konsumsi energi listrik serta kenyamanan penglihatan.
Langkah dalam mencapai efisiensi yaitu pemasangan alat kontrol pada lampu, pengelompokan titik-titik lampu terhadap sakelar, penggunaan luminer yang sesuai, pemanfaatan cahaya alam, pengoperasian dan perawatan sistem pencahayaan.
Flux yang di anjurkan untuk area belajar adalah 250 lux. Pada taraf ini mata terbantu untuk menangkap refleksi dengan baik, juga tidak cepat memicu kelelahan. Penggunaan lampu yang sesuai untuk ruang pendidikan adalah lampu yang mempunyai efisiensi yang tinggi, cahayanya tidak menyilaukan dan masa pakai/umur yang lama.
Catatan: lux > 250, pencahayaan baik; lux <250, pencahayaan buruk; lux < 500,
99
pencahayaan sangat baik dan lux > 500 berlebihan.
Karena intensitas cahaya yang dihasilkan oleh LED belum bisa memenuhi kebutuhan pencahayaan ruang belajar maka lampu LED harus dibantu dengan pencahayaan dari lampu flourescent. Lampu LED digunakan sebagai pencahayaan tidak langsung seperti pada drop ceiling dan dekorasi.
4.6. Konsep Penghawaan Pada perencanaan ini penulis menggunakan sistem penghawaan buatan dengan menggunakan AC (Air Conditioner) yang berfungsi sebagai pengatur udara baik suhu maupun perputaran udara di dalam center WSI di Pacific Place mengingat WSI berada di dalam gedung yang tidak memungkinkan udara alami masuk ke dalam ruang karena semua jendela yang ada merupakan jenis jendela mati. Kelembabab, suhu dan kebersihan udara merupakan aspek penting yang mendukung lancarnya pembelajaran di dalam suatu ruang. Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu udara 26-31 derajat celcius. Jenis AC yang akan digunakan adalah sistem AC central dari ceiling yang memungkinkan pemerataan suhu udara disetiap sudut center WSI di Pacific Place. Selain itu AC diffuser juga di letakan dibeberapa titik untuk pertukaran udara agar udara yang masuk selalu bersih dan segar.
4.7. Konsep Akustik Ruang Akustik berasal dari bahasa yunani akoustikos yang artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi.
Tujuannya
adalah
untuk
mecapai kondisi
pendengaran suara yang sempurrna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya. Untuk mendapatkan perencanaan akustik yang sesuai dengan kegunaannya maka perlu dilakukan studi kegiatan dalam ruang tersebut. Berikut ini merupakan tabel intensitas suara :
100
Intensitas suara
Desibel
Contoh
Sangat lemah
0-20
Berbisik, rintik hujan
Lemah
20-40
Percakapan pribadi, kantor pribadi
Sedang
40-60
Percakapan umum, radio rendah, hi-fi, tv
Keras
60-80
Pabrik, percakapan keras, taman bermain
Sangat keras
80-100
Pabrik yang berisik, percakapan kemarahan
Memekakkan
100-200
Petir, bom, dsb
Pada area lobby Percakapan yang terjadi di area lobby adalah percakapan umum yang memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 40-60. Pada area social club Percakapan yang terjadi di area Social Club adalah percakapan umum yang memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 40-60. Pada area encounter Percakapan yang terjadi di area encounter adalah percakapan pribadi seperti diskusi tertutup dan pembelajaran pengajar dengan siswa dengan kuantitas manusia yang rendah memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 20-40. Pada area complimentary Percakapan yang terjadi di area complimentary adalah percakapan pribadi dengan kuantitas manusia sedang sehingga tingkat intensitas suara terjadi di dalam sama dengan percakapan umum yang memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 40-60. Pada area EC
101
Percakapan yang terjadi di area EC adalah percakapan pribadi antara marketing dan tamu atau calon siswa dengan kuantitas manusia yang rendah memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 20-40 Pada area SM Percakapan yang terjadi di area SM adalah percakapan pribadi antara SM dan tamu atau siswa dengan kuantitas manusia yang rendah memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 20-40. Pada area speaking center Percakapan yang terjadi di area speaking center adalah percakapan umum antara siswa dengan siswa dengan kuantitas manusia yang tinggi memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 40-60. Pada area FL Percakapan yang terjadi di area FL adalah percakapan pribadi seperti pengarahan tentang pembelajaran di Wall Street Institute antara pengajar dengan siswa baru memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 20-40. Pada area teacher’s Percakapan yang terjadi di area guru (teacher) adalah percakapan umum antara pengajar dengan pengajar yang memiliki intensitas suara sedang dengan desibel 40-60. Dari penjabaran di atas konsep akustik yang penulis gunakan tidak kompleks, pada area lobby ruangan terhubung dengan social club yang cukup besar sehingga memungkinkan pantulan suara yang bergema, namun furnitur-furnitur yang akan digunakan akan membantu pemecahan suara yang akan mereduksi gema yang terjadi terutama busa yang digunakan pada kursi, dapat digunakan busa akustik dengan NRC (Noise Reduction Coefficient) = 0,2-0,9. Pada beberapa area di lobby dan social club akan di gunakan kombinasi penyerap suara pada lantai dan dinding seperti penggunaan ceiling berlubang yang
102
merupakan absorber dengan NRC = 0,5-0,9 serta pelapisan ducting AC dari bahan fiberglass yang berguna untuk mencegah bising. Pada area encounter, complimentary, FL, EC, SM, teachers, phone area dan speaking center menggunakan penyerap suara pada lantai yakni karpet, dimana karpet merupakan bahan yang merupakan penyelesaian absorbsi lantai satusatunya dengan NRC = 0,2-0,55 mengingat hampir seluruh dinding di area semi private merupakan kaca tempered 12mm dengan laminasi bening sehingga transparan, laminasi ini selain digunakan untuk keamanan namun juga berfungsi untuk mereduksi suara walaupun tidak banyak. Selain itu kayu juga akan digunakan pada beberapa area untuk membantu penyerapan suara.
4.8. Konsep Keamanan dan Signage Pada perencanaan kali ini sistem keamanan yang diterapkan oleh penulis mengadaptasi sistem keamanan sebelumnya yang digunakan di WSI Alam Sutera yakni kartu akses masuk. Dimana mesin pembaca kartu hanya akan meloloskan orang yang memiliki kartu akses, sehingga area yang tidak boleh di masuki oleh sembarang pengunjung dapat terjaga. Selain itu pemasangan prosedur keamanan umum yakni CCTV segala arah dan penyediaan penjaga keamanan khusus (satpam) dilakukan demi terjaminnya keamanan dan kenyamanan warga Wall Street Institute. Signage Wall Street Institute dipasang di bagian atas shop front dengan menggunakan material akrilik berwarna biru tua yang diberi pendar lampu dibagian dalam dan independent letter berwarna putih sehingga setiap huruf dari Wall Street Institute terlihat yang digunakan berpendar dan terlihat lebih elegan. Namun pada center kali ini penulis akan menggunakan media LED TV yang berfungsi sebagai media promosi WSI yang baru. Untuk permasalahan keamanan yang telah di jelaskan di Bab 3 pada tinjauan khusus sub bab tinjauan keamanan dan signage penulis memutuskan untuk mengikuti peraturan WSI yang mengharuskan penggunaan kaca tempered bening
103
namun dengan treatment pada plint yang dibuat agak tinggi sehingga lebih terlihat ada pembatas di sana ditambah perbedaan warna atau material lantai, atau menggunakan sistem raised floor dengan pencahayaan tidak langsung di bagian bawah sehingga lebih terlihat adanya batasan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang terjadi pada center WSI Alam Sutera yakni benturan kaca oleh siswa maupun orang-orang yang berada di wilayah WSI.