BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Zoning dan Grouping Terpilih
Gambar 4.1 Zoning terpilih
Analisa: •
Zona semi publik mendapat akses masuk pintu utama
•
Zona semi publik berdekatan dengan zona semi privat
•
Zona semi publik dan semi privat mendapat pemandangan lingkungan sekitar bangunan
•
Zona semi privat berhubungan langsung dengan zona privat dan service
•
Zona service mendapat akses pintu belakang bangunan
•
Zona service berdekatan dengan zona privat 162
163
•
Zona privat berada di utara bangunan dan tidak terkena penyinaran matahari terik secara langsung
•
Zona privat mendapat penghawaan dari luar bangunan
Gambar 4.2 Grouping terpilih
Analisa: •
Area resepsionis mendapatkan akses pintu utama
•
Shopping area dan café dapat langsung diakses melalui area resepsionis
•
Café dan function hall mendapat pemandangan langsung sekitar bangunan
•
Function hall dan library berdekatan dengan student lounge
•
Area loker dapat diakses langsung dari student lounge
•
Area kantor sekolah mendapat pemandangan langsung sekitar bangunan
•
Area kantor sekolah berdekatan dengan ruang staff pantry dan meeting room
•
Area chef lounge dapat langsung mengakses ruang staff pantry
164
•
Restroom, mushola dan janitor room berada di tengah bangunan yang dapat dengan mudah diakses penghuni sekolah
•
Penempatan restroom yang berdekatan dengan café
•
Receiving area berdekatan dengan food storage dan purchasing area
•
Purchasing area dan ruang loker staf sekolah mendapat pemandangan langsung sekitar bangunan
•
Ruang klinik yang berdekatan dengan teaching kitchen, demonstration kitchen, restroom, locker room dan student lounge
•
Food storage, central gas supply dan dish/pot washing area yang berdekatan langsung dengan teaching kitchen dan demonstration kitchen
•
Classroom dan demonstration kitchen mendapat pemandangan langsung sekitar bangunan
•
Receiving area dan dish/pot washing area mendapat akses langsung pintu belakang bangunan
4.2 Konsep Perancangan Dewasa ini peningkatan minat masyarakat untuk mendalami dunia kulinari tidak dapat dipungkuri. Hal tersebut seiring dengan berkembangnya industri pariwisata di ibukota yang sangat pesat. Salah satu bidang kuliner yang mendapat pengaruh besar adalah pastry dan bakery. Di samping itu, perubahan gaya hidup masyarakat ibukota yang dituntut serba cepat juga berpengaruh terhadap kebiasaan manusianya untuk mengkonsumsi produk makanan seperti roti yang dapat langsung dikonsumsi. Hal ini dibuktikan dengan survei yang menyatakan bahwa pertumbuhan industri pastry dan bakery di Indonesia
165
meningkat secara signifikan di setiap tahunnya. Begitu pula dengan pertumbuhan industri berbasis terigu seperty bakery di Indonesia. Kompetisi industri bakery yang semakin pesat dan beragam menyebabkan tak banyak dari mereka yang mampu bertahan lama dan bertumbuh pesat di industri ini. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka tidak mampu bersaing dengan kehadiran perusahaan asing di Indonesia. Di samping itu, jumlah tenaga ahli yang belum mampu mengimbangi perkembangan industri ini yang terus meningkat, menyebabkan perekrutan tenaga kerja yang kurang berbekal ilmu pengetahuan tentang industri ini. Hal ini memberikan kesan bahwa baker di Indonesia masih kurang profesional. Jakarta Culinary Center sebagai salah satu sekolah kulinari di ibukota, kemudian mengupayakan solusi untuk permasalahan tersebut. Jakarta Culinary Center menjadi salah satu sekolah kuliner favorit dengan kurikulum yang baik, tenaga pengajar yang profesional (berasal dari dalam dan luar negeri), dan didukung oleh media elektronik dan media cetak setempat. Lokasinya yang berada
di
pusat
kota,
juga
memudahkan
masyarakat
untuk
dapat
mengembangkan minat dan bakatnya dalam industri ini. Dengan identitas perusahaan yang profesional dan global pula, Jakarta Culinary Center berharap dapat
mempersiapkan
lulusan-lulusan
yang
perusahaan-perusahaan asing dalam industri ini.
mampu
bersaing
dengan
166
Gambar 4.3 Mind map
167
Gambar 4.4 Mood and theme Jakarta Culinary Center
Konsep Modern in Earthy, Natural Pigments Outlining kemudian dipilih sebagai penerapannya dalam desain. Earthy dipilih karena dalam setiap aktifitas Jakarta Culinary Center berhubungan erat dengan alam, baik itu dari studi, sumber daya, maupun sumbangannya terhadap lingkungan. Sustainable design kemudian menjadi fokus utama dengan alasan penggunaan material yang sifatnya awet dan tahan lama, dapat didaur ulang kembali, serta tidak memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan dalam penggunaannya, mampu mendukung makna Earthy dalam konsep keseluruhan yang diangkat. Pada alam, Jakarta Culinary Center dapat digambarkan sebagai buah pala. Pala merupakan salah satu jenis rempah yang banyak digunakan dalam proses pembuatan pastry dan bakery. Pala menjadi komoditas ekspor utama Indonesia sejak jaman penjajahan. Sama halnya dengan Jakarta Culinary Center yang berharap mampu membawa anak didiknya menjadi chef terkenal di mata dunia. Pala sebagai salah satu komoditas berharga dan memiliki harga yang mahal, melambangkan kualitas dari Jakarta Culinary Center.
168
Dari semua jenis rempah, biji pala termasuk salah satu yang memiliki cita rasa terkuat dengan aroma yang manis dan tajam. Aroma tersebut dihasilkan melalui proses yang lama, dimulai dari penanaman yang memakan waktu 7-9 tahun untuk tahap pemanenan pertama dan dilanjutkan dengan proses pengeringan. Hal ini menggambarkan para peserta didik yang akan menjalani masa pendidikan panjang untuk menjadi individu yang siap bersaing di dunia internasional sebagai culinary expert atau culinary entrepreneur. Karakteristik kulit biji pala yang keras, tebal, bertekstur kayu, permukaan yang halus dan mengkilat mampu mencirikan Jakarta Culinary Center yang berkelas dan elegan. Namun biji dalam yang bertekstur membran, memiliki lapisan tipis, warna yang lebih muda (coklat pucat), dan dengan sensasi rasa yang hangat, mencirikan suasana Jakarta Culinary Center yang nyaman dan hangat.
4.3 Citra Ruang Ruang adalah sesuatu yang dekat dengan manusia, karena sebuah ruang memfasilitasi setiap kegiatan manusia di dalamnya. Kemampuan gerak yang dimiliki oleh manusia menyebabkan manusia memiliki kesadaran akan ruang. Namun, kemampuan manusia untuk berinteraksi dengan ruang tempatnya bergerak karena manusia memiliki pikiran dan perasaan. Melalui pikiran dan perasaan tersebut, maka pengalaman dengan ruang akan membuatnya memberi penilaian terhadap apa yang diterimanya secara kualitatif. Hubungan timbal-balik antara kegiatan manusia dengan suasana ruang, sangat dipengaruhi oleh desain dan karakteristik dominan kegiatan manusia di dalam ruang tersebut. Sebagai kualitas lingkungan, suasana ruang dapat
169
memberikan stimulasi tertentu, seperti motivasi kepada manusia dan akan mempengaruhi tingkah laku kegiatan manusia tersebut. Begitu pula dengan kegiatan manusia itu sendiri yang sangat mempengaruhi suasana ruang, sehingga karakteristik yang dominan antara keduanya mampu membentuk sebuah citra ruang.
Gambar 4.5 Citra ruang sekolah yang ingin ditampilkan
Sebagai sebuah sekolah kuliner, Jakarta Culinary Center memiliki citra ruang, antara lain inspiratif, fungsionil, bersih, efisiensi, luas, dan terbuka. Dikatakan memiliki citra ruang yang inspiratif karena kegiatan Jakarta Culinary Center berkaitan dengan kreatifitas, fungsionil karena mampu mewadahi setiap kegiatan manusia di dalamnya, bersih karena berhubungan dengan higinitas, efisiensi karena alur aktifitas yang padat terjadi di dalamnya, serta luas dan terbuka untuk memberikan rasa kenyamanan kepada setiap penghuninya.
170
4.4 Konsep Warna Biji pala sebagai rempah alami yang digambarkan sebagai perwakilan citra Jakarta Culinary Center, dijadikan sebagai acuan dalam penentuan konsep warna pada perencanaan interior sekolah memasak ini. Variasi warna kulit ari biji pala dianggap mampu mewakili semangat dan identitas dari Jakarta Culinary Center. Adapun warna tersebut adalah red dan orange yang mampu mewakili atau mencakup identitas Jakarta Culinary Center yang berhubungan dengan passion, kreativitas, motivasi, intensitas, emosional, kekuatan, dan sesuai dengan visi misinya untuk terus berekspansi dan berkembang. Selain itu, menonjolkan warna-warna asli dari kombinasi material yang digunakan seperti marmoleum, stainless steel, solid surface dan fiberglass.
Gambar 4.6 Color Scheme
171
4.5 Konsep Bentuk Biji pala sebagai perwakilan citra Jakarta Culinary Center juga dijadikan sebagai acuan dalam penentuan konsep bentuk yang akan digunakan dalam perencanaan interior. Bentuk yang akan dipakai, diambil dari bentuk secretory cells buah pala. Selain itu filosofi biji pala mempengaruhi desain sekolah secara keseluruhan.
Gambar 4.7 Contoh penerapan bentuk pada interior
4.6 Konsep Material Lantai, Dinding dan Ceiling Penggunaan material-material yang bersifat higienis, eco-friendly, durable dan easy maintenance, namun tetap berkesan elegan dan berkelas untuk mendukung konsep modern in earthy, natural pigments outlining.
Gambar 4.8 Material Images
172
4.7 Konsep Pencahayaan Cahaya dapat berasal dari sumber cahaya langsung ataupun berasal dari pantulan benda atau permukaan yang bersinar. Permainan cahaya dan penempatan yang tepat dapat menambah kesan ruang untuk menjadi lebih menarik dan membangun atmosfir atau suasana tertentu pada ruang tersebut. Pemilihan sumber cahaya yang tepat, seperti LED dan fluorescent yang hemat energi dapat mendukung konsep eco-fiendly yang diangkat. Perencanaan penerangan disesuaikan dengan kebutuhan dan aktifitas di dalam sekolah memasak. Pencahayaan yang digunakan dalam perencanaan sekolah memasak ini berupa pencahayaan alami dan buatan yang mendukung konsep modern in earthy, natural pigments outlining. Dengan banyaknya jendela yang terdapat pada sisi bangunan sangat membantu penghematan energi di dalam bangunan itu sendiri. Pencahayaan buatan yang digunakan terbagi lagi menjadi general lighting, accent lighting, task lighting, decorative lighting dan kinetic lighting. Contoh kinetic lighting dapat berasal dari cahaya matahari yang selalu berubah arah sinarnya mengikuti arah rotasi bumi terhadap matahari. Teknik penerangan yang digunakan dapat berupa penerangan langsung dan penerangan tidak langsung. Dan jenis penerangan ruang yang digunakan adalah penerangan ke bawah, penerangan ke atas, penerangan dari depan, penerangan dari belakang dan wall washer.
4.8 Konsep Penghawaan Penghawaan dalam ruang dapat berupa penghawaan alami dan penghawaan
buatan.
Penghawaan
alami
dapat
dimaksimalkan
dengan
173
pemanfaatan
jendela
dan
ventilasi
bangunan.
Dengan
memanfaatkan
penghawaan alami secara maksimal, maka dapat membantu penghematan energi yang digunakan di dalam bangunan. Kondisi iklim yang tidak selalu sama, berdampak pula terhadap penghawaan di dalam ruangan. Pada saat cuaca sedang panas, maka akan berdampak pada ketidaknyamanan penghuni di dalamnya untuk beraktifitas. Maka dibutuhkanlah penghawaan buatan untuk menciptakan kondisi suhu yang sempurna agar setiap penghuni dapat beraktifitas dengan nyaman. Selain itu, dibutuhkan persyaratan kondisi suhu tertentu dalam pengerjaan beberapa jenis pastry untuk menghasilkan produk yang sempurna.
4.9 Konsep Keamanan dan Signage Penyebab kebakaran utama pada area dapur dikarenakan pemanasan minyak penggorengan. Oleh sebab itu, alat pemadam yang digunakan pada area dapur disediakan sesuai dengan tipe yang cocok untuk kebakaran minyak panas. Alat pendetektor asap dan sprinkler juga dilengkapi pada bangunan sekolah. Kelengkapan CCTV juga disediakan pada area-area yang dirasa sangat penting dalam segi keamanan. Signage memiliki peranan penting dalam kondisi darurat. Penandaan yang jelas dan mudah dimengerti, dipasang berdekatan dengan peralatan yang dijelaskan, termasuk di dalamnya persyaratan keselamatan dan prosedur kebersihan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang signage adalah pemilihan gaya, ukuran, warna dan spasi huruf; gaya, warna dan posisi simbol; gaya, ukuran, warna dan posisi anak panah; ukuran dan desain bingkai signage.
174
Jenis signage yang digunakan pada perencanaan sekolah pastry dan bakery adalah sebagai berikut: 1) Interior signage Penandaan direktori ruangan-ruangan dalam gedung sekolah. Desain penandaan direktori dapat diiluminasi ataupun tidak.
Gambar 4.9 Perancangan interior signage
(Sumber: http://www.balsacaber.co.uk/our_work_7/Signage.html)
2) Primary signage Primary signage merupakan penandaan jalan keluar gedung, misalnya emergency exit dan exit door. Desain penandaan jenis ini dapat diiluminasi ataupun tidak. Penandaan jalan keluar dirancang dengan memiliki perbedaan yang dari segi visual dan penempatannya menjadi mudah untuk dilihat dan kontras dengan dinding belakang ataupun jenis penandaan lainnya. Menurut NFPA 101-1985, Life Safety Code, National Fire Protection Association, Inc., Quincy, MA 02269 (1985): ukuran huruf pada exit sign tidak boleh kurang dari 6 inci untuk tinggi dan 3.25 inci untuk lebarnya.
175
3) Directional signage Penandaan yang berisi arahan menuju sebuah ruangan. Penandaan jenis ini umumnya disertai dengan anak panah. Anak panah akan memudahkan pembaca signage dalam menemukan posisi ruangan yang dituju. 4) Secondary signage Secondary signage dapat berupa plaque sign, panel signs, window signs, frames dan fixture signs. Secondary signage menurut penempatannya dapat dibagi menjadi ceiling, pendant, flat against wall dan extended from wall. 5) Desk & counter signage Yang termasuk di dalamnya adalah information display, poster holders, tackboards, changeable letterboards, literature organizers, perpetual calendar.