BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Konsep Perancangan Kuliner khas Indonesia identik dengan kekayaan hasil sumber daya alam
yang
melimpah, salah satunya berasal dari laut. Hampir seluruh daerah di
Indonesia memiliki makanan khas hasil olahan laut. Mayoritas masyarakat Indonesia yang hidup di pesisir bermata-pencaharian sebagai nelayan sehingga dapat dibilang berpola budaya pesisir. Hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara maritim, negara bahari dan negara kepulauan yang memiliki potensi besar dari sumber daya alam laut.
Indonesia memiliki sejarah kuat dalam bidang maritim dilihat dari adanya kerajaan Sriwijaya yang pada masanya menguasai lautan di Nusantara. Indonesia memiliki banyak pelabuhan besar yang dahulu sempat menjadi pusat perdagangan internasional seperti Sunda Kelapa, Banten, dan Malaka. Pada masa itu, Indonesia sangat berperan penting dalam perdagangan dunia karena letaknya yang strategis sehingga terjadi akulturasi kebudayaan, khususnya dalam bidang seni budaya kuliner yang sangat mempengaruhi pada perkembangan kuliner di Indonesia saat ini.
Masakan khas Indonesia memiliki ciri khas pada cita rasa yang beragam yang dipengaruhi oleh rempah-rempah. Rempah-rempah tidak hanya berasal dari kebudayaan lokal Indonesia, namun adapula hasil dari pertukaran budaya dengan Arab, Cina, Timur Tengah dan Eropa yang menghasilkan berbagai jenis rempah-rempah. Perdagangan maritim sepanjang Jalur Rempah menjadi menonjol selama Abad Pertengahan. Sejarah penyebaran rempah-rempah di Indonesia tidak terlepas dari jalur perdagangan maritim sebagai jaringan logistik yang diidentifikasi sebagai rangkaian jalur dan perhentian yang digunakan untuk angkutan kargo komersial dari Sabang sampai Merauke. Sebuah jalur perdagangan laut mencakup jalan arteri jarak jauh, memungkinkan barang untuk dapat menjangkau pasar yang jauh, yang selanjutnya dapat terhubung ke jaringan rute transportasi komersial dan non-komersial yang lebih kecil. 181
182 Oleh karena itu, konsep yang diangkat bertemakan “Seaborne Historical Journey” yang menceritakan perjalanan pelayaran bersejarah dalam kegiatan maritim Nusantara. Dalam konteks penyebaran rempah-rempah di Kepulauan Nusantara dengan menggunakan sebuah sarana kapal layar tradisional Nusantara yang legendaris. Dalam konsep ini, memperlihatkan suasana pada masa kejayaan bahari Indonesia dalam Jalur perdagangan rempah dimana Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan pusat dari penyebaran rempah-rempah sebagai bagian dari perkembangan seni dan budaya khas Indonesia, khususnya dalam kuliner khas Nusantara. Kemudian, sampai pada Kepulauan lainnya seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua yang memang sudah memiliki tradisi seni dan kebudayaan lokal yang khas dan juga turun temurun, khususnya dari segi bahan baku makanan dan tata cara pengolahannya yang masih sederhana. Namun, tidak dipungkiri terjadi akulturasi kebudayaan dimana seni dan kebudayaan kuliner sudah ikut membaur, serta menjadi kuliner khas masing-masing daerah yang dikenal sekarang ini dengan beragam kekayaan dan keunikan yang ada.
Berikut mind map yang mendasari dalam pemikiran dan pengembangan konsep perancangan interior ini.
183 Bagan 4.1. Concept Mapping
Gambar 4.1. “Seaborne Historical Journey”
4.2.
Citra Ruang Susunan unsur-unsur ruang memiliki hubungan dengan orang-orang yang
berinteraksi di dalamnya sehingga terbentuknya citra ruang. Interaksi antara individu dengan ruang dan lingkungannya merupakan masalah psikologis. Suasana ruang memberikan stimulasi tertentu terhadap manusia, seperti motivasi dan pola tingkah laku kegiatan manusia tersebut. Kegiatan manusia itu sendiri juga sangat mempengaruhi suasana ruang, sehingga karakteristik antara keduanya mengalami hubungan timbal balik dimana mampu membentuk sebuah citra ruang.
Suatu konsep perancangan yang berhubungan dengan kuliner didasarkan pada pentingnya menampilkan suatu citra atau penampilan visual ruang yang mampu menguatkan persepsi pengunjung bahwa dapat terciptanya suasana yang mengundang, kasual (nyaman), inspiratif, dan juga menambah kenikmatan. Pengunjung tidak hanya dapat merasakan kenikmatan kuliner khas Nusantara dari rasa, aroma, tampilan dan bentuk, namun juga dapat merasakan sisi edukatif terhadap nilai historis kuliner khas Indonesia melalui konsep tematik bahari
184 yang diusung. Pengunjung dapat merasakan pengalaman atau perjalanan maritim yang bersejarah melalui konsep pencitraan yang experiential dan dramatic, serta dikemas dalam bentuk yang fun dan atraktif agar pengunjung tidak mudah bosan, serta dapat menciptakan suasana interaktif sekaligus rekreatif.
Gambar 4.2. Citra Ruang
4.3.
Konsep Gaya Desain bergaya kontemporer menjadi salah satu desain yang paling
menarik dan diminati saat ini. Pengertian dari kontemporer sebenarnya adalah sesuatu karya yang hadir pada masa sekarang dan selalu dapat diterima dari waktu ke waktu. Dekorasi kontemporer mencerminkan kesan sempurna, bersih, rapi, hangat dan tidak kaku atau keras. Gaya dekorasi interior kontemporer menggabungkan sejumlah kecil bahan ke dalam satu desain sederhana namun elegan. Meskipun itu, biasanya mengintegrasikan beberapa ornamen sebagai dekorasi.
Desain kontemporer bersifat fleksibel karena dapat dikombinasikan dengan berbagai gaya desain seperti misalnya industrial, vintage, Scandinavian dan sebagainya. Pada perancangan public space yang berhubungan dengan kuliner ini, penggunaan gaya kontemporer dengan sedikit sentuhan vintage suasana kejayaan bahari Nusantara di masa lalu sangat sesuai karena dekorasi
185 yang tidak terlalu ramai dapat menonjolkan kualitas produk kuliner yang ditawarkan dengan sedikit sentuhan elemen bergaya vintage masa kini yang berhubungan dengan kemaritiman Nusantara.
4.4.
Konsep Warna Konsep warna yang digunakan merupakan warna simbolik dari
kehidupan maritim yang berasal dari warna biru sebagai identitas dari warna perairan/ laut, warna coklat dari warna kapal dan juga variasi warna coklat, oranye dan merah sebagai hasil dari warna dominan rempah-rempah Nusantara.
Karakter warna biru mencerminkan suasana yang tenang, segar, sejuk, stabil dan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri, sementara warna coklat memiliki karakter yang hangat, sederhana, ramah (earthy), netral dan juga dapat meningkatkan produktivitas. Variasi warna rempah diterapkan sebagai warna aksen pada perancangan agar tidak menciptakan suasana ruang yang terkesan membosankan.
Gambar 4.3. Mood Theme dan Color Scheme
4.5.
Konsep Bentuk Konsep bentuk pada perancangan secara simbolik mengambil esensi dari
bentuk layar dan kapal Pinisi sebagai bagian penting dari jalur penyebaran rempah di Nusantara dengan bentuk geometris, garis lengkung
dan unsur
simetris dalam menjaga keseimbangan. Adapula nilai filosofis yang diambil dari bentuk dan jumlah layar kapal dalam mencirikan sebuah karakter kearifan lokal.
186 Pinisi adalah kapal layar tradisional khas Indonesia yang berasal dari suku Bugis dan suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua (2) tiang layar utama dan tujuh (7) buah layar dengan jenis layar sekunar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan dan dua di belakang yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia. Kapal ini umumnya digunakan untuk pengangkutan barang dan bahan baku makanan antar pulau di Nusantara. Orang Bugis dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah pembuat kapal sekaligus pelayar yang handal. Kapal-kapal Pinisi ini telah membawa orang Bugis berlayar di kepulauan Nusantara hingga Jawa, Kalimantan, Sumatera, Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara. Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan kapal Pinisi sudah ada sebelum tahun 1500. Dalam sejarah, para pelaut Sulawesi dengan kapal pinisinya tercatat telah mencapai Pulau Madagaskar di Afrika. Gelombang pertama terjadi pada abad ke-2 dan 4, gelombang kedua datang pada abad ke-10 dan gelombang terakhir pada abad ke-17 (masa pemerintahan Sriwijaya).
Saat ini, kapal Pinisi dengan tujuh layarnya yang terkembang masih berperan penting sebagai angkutan tradisional dalam perdagangan antar pulau, ekspedisi Nusantara hingga Kanada, Australia, Jepang dan Madagaskar.
Gambar 4.4. Penerapan Bentuk Pada Interior
Adanya penggunaan simbol atau corak sebagai elemen dekoratif berasal dari motif ragam hias yang khas mewakili setiap provinsi di Nusantara dan juga dalam membedakan kategori Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur.
187 4.6.
Konsep Material Lantai, Dinding dan Ceiling Penggunaan material pada elemen interior One-stop wisata kuliner
disesuaikan dengan konsep tematik dimana banyak memperlihatkan unsur dan tekstur material asli (exposed material), dikombinasikan dengan penerapan teknologi material yang bersifat ramah lingkungan (eco-friendly) seperti mudah dalam perawatan (easy-maintenance), memiliki daya tahan yang lama (durable), tidak menimbulkan banyak waste dan polusi.
Banyak unsur kayu dan material alam yang digunakan, namun dengan penerapan teknologi ramah lingkungan yang canggih sekarang ini, material tersebut dapat disubstitusi dengan alternatif lain yang lebih easy-maintenance, seperti misalnya HT wood plank dengan tekstur menyerupai kayu alami dan juga concrete menyerupai tekstur kayu sebagai pengganti material kayu solid.
Gambar 4.5. Referensi Gambar Material
Adapula unsur-unsur seperti logam, besi yang bersifat rustic dan elemen dekoratif lainnya seperti barrel, crates, ship wheel, jangkar, tali tambang, rantai besi dan lainnya sebagai penunjang elemen desain. Bahan dari dekorasi kontemporer adalah kombinasi dari bahan logam, cat polos dan lainnya. Bahanbahan logam tersebut memang sedikit lebih mahal daripada bahan logam lainnya seperti kuningan atau perak. Namun, keuntungannya yaitu kecanggihan, kerapian dan perawatan yang mudah. Biasanya digunakan dalam peralatan dapur.
188 Model furnitur yang digunakan disesuaikan dengan desain tematik yang bergaya vintage contemporer yang terlihat bersih dengan lekukan lembut. Dibalut dengan kayu atau logam menjadi satu kesatuan yang sempurna. Desain kayu furnitur lebih ringan dan dengan sedikit sentuhan aksen atau detail.
4.7.
Konsep Pencahayaan Pencahayaan berperan sangat penting dalam konsep perancangan yang
berhubungan dengan kuliner ini. Lampu-lampu memberikan lebih banyak kesempatan untuk menonjolkan suatu media. Selain itu, lampu dapat digunakan untuk menyorot titik fokus ruangan yang akan dijadikan focal point. Spotlight menjadi salah satu yang paling umum digunakan dalam dekorasi kontemporer karena memberikan suasana atau atmosfir tertentu. Kombinasi warna cahaya untuk dekorasi vintage contemporer harus harmonis.
Konsep perencanaan pada pencahayaan secara umum bersifat ecofriendly dengan memanfaatkan pencahayaan alami dikarenakan lokasi dan bentuk dari existing bangunan yang memiliki banyak bukaan. Adapun sumber pencahayaan buatan yang mendukung konsep pencahayaan yang hemat energi, seperti LED dan fluorescent juga digunakan. Selain itu, permainan cahaya dan penempatan yang tepat juga dapat menambah kesan ruang untuk menjadi lebih menarik dan membangun citra ruang yang ada, seperti misalnya penempatan hidden light, spotlight atau up-light sebagai aksen dekoratif. Adapun pencahayaan yang berasal dari pantulan benda atau permukaan yang bersinar, serta penggunaan teknologi water effect projector sebagai bagian dari penambah nilai estetika ruang.
Perencanaan penerangan disesuaikan dengan kebutuhan dan aktifitas di dalam area One-stop wisata kuliner, seperti misalnya pembedaan perencanaan pencahayaan pada area pengolahan makanan dengan area display ataupun area makan. Pada area pengolahan, pencucian dan penyimpanan dibutuhkan pencahayaan khusus (task lighting ataupun general lighting) dengan sumber cahaya langsung yang tersebar merata. Sedangkan untuk area makan dapat menggunakan tipe accent lighting sebagai penambah atmosfir ruang atau nilai estetika. Tipe pencahayaan buatan yang digunakan terbagi menjadi
189 • general lighting • accent lighting • task lighting • decorative lighting • kinetic lighting. Teknik penerangan yang digunakan dapat berupa penerangan langsung dan penerangan tidak langsung. Dan jenis penerangan ruang yang digunakan adalah penerangan ke bawah (downlight), penerangan ke atas (uplight), penerangan dari depan, penerangan dari belakang (hidden light) dan wall washer. Selain itu, sebagai pendukung konsep yang hemat energi direncanakan dengan penggunaan dimmer pada area tertentu.
Gambar 4.6. Referensi Gambar Penerapan Pencahayaan
4.8.
Konsep Penghawaan Konsep penghawaan pada tempat komersial bidang jasa boga ini
menggunakan dua jenis penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami dapat dimaksimalkan dengan memanfaatkan bukaan dan ventilasi bangunan, serta vegetasi pada area yang tepat agar dapat mendukung penghematan energi. Penghawaan buatan dibutuhkan untuk menyesuaikan kondisi suhu dalam ruangan dikarenakan kondisi iklim yang tidak selalu sama. Kondisi iklim dapat berdampak pada kenyamanan beraktifitas penghuni di dalamnya. Pada gedung dengan 3 lantai ini, penghawaan buatan yang digunakan berupa tipe AC central, yang didistribusikan merata di setiap area tertentu sesuai dengan fungsinya dengan masing-masing pengaturan
190 suhunya. Ruang pengolahan makanan (dapur) dan pembuangan limbah atau sampah menggunakan sistem exhaust hood yang menghisap bau asap, uap, udara kotor dan bau yang tidak sedap.
4.9.
Konsep Keamanan dan Signage Sistem keamanan dan keselamatan yang diterapkan pada One-stop wisata
kuliner yaitu : 1) Sistem pemadam kebakaran (fire hydrant dan sprinkler) 2) Alat pendetektor asap 3) Penempatan jalur evakuasi dan pintu darurat yang menggunakan petunjuk arah berupa signage 4) Penempatan CCTV
Signage memiliki peran penting dalam alur sirkulasi, sistem keamanan dan keselamatan, khususnya pada kondisi darurat dan termasuk di dalamnya prosedur kebersihan. Dalam kondisi darurat, penandaan harus mudah dimengerti dan ditempatkan di daerah yang mudah dilihat. Contohnya adalah penandaan jalan keluar gedung, emergency exit, posisi toilet. Pemilihan signage disesuaikan dengan konsep ruang dari ukuran, warna, huruf, posisi simbol atau logo, posisi anak panah dan lainnya. Signage yang digunakan sebaiknya memperhatikan kenyamanan pengunjung agar dapat melihat sebuah penanda dengan jelas dan tampak dari kejauhan.
Jenis interior signage yang digunakan pada One-stop wisata kuliner khas Indonesia ini yaitu : 1) Classification signage Pada One-stop wisata kuliner terdapat beberapa stall dengan karakter masing-masing yang membutuhkan identifikasi yang jelas sehingga tidak membingungkan pengunjung. Perancangan dapat berupa berbagai macam bahasa internasional seiring dengan segmentasi pasar wisatawan asing.
191
Gambar 4.7. Classification Signage
2) Directorial signage Penandaan direktori ruangan atau area yang ada di dalam gedung. Biasanya disertai dengan anak panah agar memudahkan pembaca dalam menemukan posisi ruangan yang dituju. Petunjuk arah juga dapat berupa peta.
Gambar 4.8. Directorial Signage
3) Information signage Information signage termasuk di dalamnya berupa information display pada counter, panel sign, wall sign, interactive sign dan sebagainya.
Gambar 4.9. Information Signage