38
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profile Responden 4.1.1 Profile Perusahaan PT. Indoframe merupakan perusahaan kayu yang bergerak dalam bidang frame. Produk Vista Frame yang dijual berbentuk batangan ataupun frame / bingkai jadi. Fokus penjualan lebih pada penjualan dengan quantity besar (minimal pembelian ± 2-3 juta rupiah). Produk frame yang dijual ada 3 jenis, yaitu : Vista Frame standar/polos, Vista Frame ukiran design pabrik atau Vista Frame ukiran design customer. PT. Indoframe berdiri pada 1 Maret 1991 oleh Bapak Lay Cuk Liong dengan modal awal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Pada awal berjalan produk Vista Frame dijual tidak hanya oleh PT. Indoframe sendiri tetapi juga melalui anak perusahaan penyalur yaitu Cemerlang. Pemasaran internalnya sendiri dijual melalui distributor dengan menggunakan salesman maupun sales kantor. Pada awal berdiri PT. Indoframe memiliki karyawan berjumlah 30 orang yang sampai dengan saat ini telah bertambah menjadi 350 orang karyawan. PT. Indoframe berlokasi di Jl. Raya Serang Km.66 Zona Industri Pancatama Cikande, Serang - Indonesia sebagai tempat berproduksi dan berkantor pusat penjualan di Jl. AM. Sangaji 11 B/C/D/E Jakarta 10130 – Indonesia. PT. Indoframe memperoleh bahan baku dari luar daerah termasuk Lampung, Kalimantan, maupun Sulawesi berupa kayu log. Supplyer kayu adalah PT. Aneka Rimba Sentosa dan PT. Murah Berkah. Rata-rata pemesanan bahan baku setiap bulannya
39
sebanyak 700 - 1000 meter kubik tergantung pada jumlah pemesanan produk tersebut atau sekitar Rp1 milyar untuk pembelian bahan baku tersebut. Penjualan tidak hanya produksi untuk dijual tetapi juga menerima pemesanan bingkai Vista Frame baik melalui telp maupun fax dan menjual ke customer perorangan. Penjualan juga dilakukan melalui departemen store terkemuka seperti Carefour, Hypermart, Ramayana, dll. Sistem penjualan yang dilakukan adalah konsinyasi continue dengan purchasing order (sistem pemesanan produk atau design dari mereka). Saat ini rata-rata penjualan mencapai 160.000 unit bingkai Vista Frame setiap bulannya atau Rp6 milyar perbulan.
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
DIREKTUR MANAJER
(General Manajer)
Accounting
Produksi
Pemasaran
Sales Kantor
Administrasi
Sales Luar
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Indoframe Sumber: PT. Indoframe.
Kolektor
40
Berdasarkan struktur organisasi tersebut terdapat tanggung jawab dan wewenang masing – masing unsur organisasi dan keterkaitannya antara tingkat atas dengan tingkat dibawahnya yaitu : 1. Direktur Utama Bertanggung jawab atas semua pelaksanaan kegiatan bisnis perusahaan. Tugas : •
Menanda tangani berkas – berkas penting
•
Memimpin, mengkoordinasi dan mengawasi jalannya perusahaan
•
Merencanakan pengembangan perusahaan.
Wewenang : •
Membuat keputusan – keputusan
•
Menerima dan memberhentikan karyawan perusahaan.
2. General Manager Bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Tugas : •
Mengetur jalannya kegiatan bisnis di perusahaan
•
Membantu Direktur dalam perencanaan pengembangan perusahaan
•
Membuat laporan kerjauntuk diserahkan kepada Direktur utama.
Wewenang : •
Menerima laporan dari semua bagian – bagian perusahaan yang dibawahinya
•
Menilai kinerja para karyawan secara umum
•
Mengembangkan potensi para karyawan pada umumnya.
3. Accounting Bertanggung jawab kepada General Manager. Tugas : •
Membuat rencana keuangan, pengadaan dan penggunaan dana
•
Menyusun rencana arus kas perusahaan
41
•
Mengatur penyediaan dan penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan perusahaan
•
Mengawasi pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas/bank
•
Pencatatan akuntansi pengeluaran dan pengeluaran kas/bank serta kegiataan perusahaan
•
Membuat laporan bulanan, serta menganalisanya
•
Memeriksa kebenaran pembayaran gaji, upah, dan lembur karyawan
4. Produksi Bertanggung jawab atas pelaksanaan produksi. Tugas : •
Membuat produk sesuai pesanan / order.
•
Menjalankan operasional pabrik.
5. Pemasaran Dipimpin oleh Marketing Coordinator. Tugas : •
Membuat strategi pemasaran mulai dari promosi, sistem penjualan sampai dengan pemesanan.
•
Memantau,
serta
ikut
melaksanakan
dan
mengawasi
proses
strategi
pemasaran tersebut. Pemasaran, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Sales kantor Tanggung jawab kepada Marketing Coordinator. Tugas : •
Follow up customer melalui telp ataupun datang ke kantor customer.
•
Mencari peluang distribusi barang ke perusahaan, dealer ataupun toko khusus frame. Menawarkan dan promosi eksternal.
42
•
Mencatat dan menginformasikan ke bagian produksi mengenai pesanan ataupun adanya pembelian produk bingkai Vista Frame tersebut, baik pemesanan melalui telp ataupun fax.
Sales Luar Bertanggung jawab kepada Marketing Coordinator. Tugas : •
Mencari customer-customer baru dengan mendatangi langsung calon customer tersebut.
•
Mengunjungi customer tersebut.
•
Tugasnya lebih bersifat lapangan, sehingga tidak sering ada di kantor.
6. Administrasi Bertanggung jawab pada sistem pencatatan, surat dan pemesanan. Tugas : •
Membuat surat keluar dan menfile surat masuk.
•
Membuat surat jalan/nota penjualan.
•
Meninjau stok barang.
•
Membuat pemesanan bahan baku, dll.
7. Kolektor Bertanggung jawab pada penagihan pembayaran customer. Tugas : •
Follow up pembayaran customer.
•
Menerima pembayaran dan menyetor serta melaporkan ke bagian accounting.
•
Memastikan pembayaran customer tepat waktu.
43
4.1.3 Misi PT. Indoframe 1. Memenuhi setiap kebutuhan customer baik customer agen/toko maupun perorangan dengan kualitas pelayanan yang terbaik. 2. Customer toko/agen biasanya mengambil kayu batangan (lis batangan) untuk dijadikan frame jadi. 3. Customer perorangan biasanya memenuhi kebutuhan dari pemasangan frame pernikahan, foto wisuda, foto keluarga, dll.
4.1.4 Tujuan PT. Indoframe Memenuhi setiap kebutuhan customer baik customer agen/toko maupun perorangan dengan kualitas pelayanan yang terbaik.
4.2 Proses Bisnis PT. Indoframe Adapun tata cara prosedur yang sedang berjalan dalam perusahaan PT. Indoframe adalah sebagai berikut :
4.2.1 Sistem Pemesanan Customer Perorangan •
Pemesanan Vista Frame oleh customer perorangan biasanya dengan langsung datang ke showroom dan memesan Vista Frame yang diminati/disukai sesuai contoh Vista Frame yang ada di showroom.
•
Customer diberi penawaran bingkai Vista Frame yang kiranya cocok untuk gambar customer tersebut. Pada dasarnya customer diminta untuk memilih sendiri Vista Frame yang diinginkan, berikut motif Vista Frame yang diinginkan.
44
•
Membuat nota penjualan dengan system pengambilan produk rata-rata 1 – 14 hari, tergantung dengan banyaknya pesanan customer.
4.2.2 Sistem Pemesanan Toko/Agen •
Pemesan/customer biasanya sudah mengetahui produk apa yang ingin dipesan, yang kemudian langsung memesan melalui telp/fax ataupun langsung datang ke showroom.
•
Pengiriman barang minimal 1 (satu) hari kerja dari waktu pemesanan.
45
4.2.3 Strategi Bisnis Unit Pada PT. Indoframe ada beberapa bisnis unit yang saling terkait dan mendukung proses bisnis yang berjalan, dalam hal ini strategi bisnis unit tersebut :
Marketing/Pemasaran Pangsa pasar barang ke toko/agen Vista Frame. Produk yang dijual tidak dengan semaunya tetapi ada standarisasi mutu yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Produk Pemasaran produk ditentukan dari pada kualitas yang harus dijaga dan memiliki mutu yang baik dengan memberikan pelayanan terbaik. Membina hubungan baik dengan
customer, menginformasikan produk baru. Harga Harga produk yang diberikan bersaing dengan penawaran lain tentunya kualitas juga tetap dijaga. Pemberian spesial price jika pengambilan barang dalam quantity besar. Promosi Dalam mendesain produknya PT. Indoframe menawarkan pelayanan dan produk yang ada sesuai permintaan pasar/trend masa kini. Ada juga pelayanan salesman dengan memberikan penawaran ke outlet-outlet maupun distributor juga customer perorangan dengan menyebarkan brosur.
46
4.2.4 Proses Kerja Pabrik PT. Indoframe Dibawah ini adalah proses kerja pabrik pada PT. Indoframe yaitu : •
Kayu masuk di oven dengan menggunakan uap air yaitu KD (Killen Drying) dengan sistem pembakaran.
•
Kayu diolah dan dibelah dengan menggunakan mesin multi rip (rip saw).
•
Kayu dipotong-potong dengan mesin potong kayu (radial arm saw).
•
Kayu diolah dan disambung dengan mesin finger joint dengan ukuran tebal dan lebar yang sama.
•
Kayu diolah atau diprofil dengan menggunakan mesin molding. Setelah kayu dimasukkan ke molding dan telah menjadi kayu batangan profil, kemudian diamplas menggunakan mesin sanding profil.
•
Setelah kayu batangan diamplas, didempul menggunakan mesin plester
coating. •
Setelah itu kayu dimasukkan ke mesin kembang kayu yaitu mesin embose. Terakhir di finishing dengan menggunakan spraying boat dan hot stamping. Penyelesaian produk di oven dan dibentuk sesuai pesanan ataupun design yang diinginkan.
47
4.3 Kendala-kendala Produksi PT. Indoframe Berdasarkan Lampiran 6 diperoleh informasi bahwa laba yang diterima per unit vista frame untuk produk Vista Frame Standar/Polos [X] adalah Rp.24.960,-; Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] adalah Rp.52.235,-; Vista Frame Ukiran Design
Customer [Z] adalah Rp.127.565,-. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dibuat suatu persamaan linear, yaitu : Laba = 24,96 X + 52,235 Y + 127,565 Z Tujuan dari perusahaan tentunya adalah untuk memaksimalkan laba. Akan tetapi ada beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu : 1. Kendala keterbatasan bahan baku log kayu yang dapat diperoleh PT. Indoframe secara rutin hanya sebanyak 120 m³ setiap bulannya atau ± 1200 s/d 2400 batang log kayu [tergantung medelin/volume kayu]. 2. Kendala penggunaan mesin pengering kayu, maksimal penggunaan 360 jam perbulan [karena hanya dapat dioperasikan selama 12 jam maksimal per hari agar tidak mengalami kerusakan karena terlalu panas, sehingga jika diasumsikan 1 bulan dapat digunakan selama 30 hari maka hasilnya 12 jam/hari x 30 hari = 360 jam mesin]. 3. Kendala penggunaan dan pengoperasian mesin ukir oleh tenaga kerja bagian pengukiran yang dijalankan oleh 1 orang saja, yaitu 240 jam kerja [maksimal 1 hari 8 jam kerja, diasumsikan sabtu minggu tetap kerja dihitung lembur sehingga 30 hari x 8 jam/hari = 240 jam]. 4. Selain dari pada kendala diatas ada pula kendala keterbatasan pasar dalam menerima produk. [berkaitan dengan maksimal pemesanan produk setiap bulannya] Penjelasan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
48
4.3.1 Kendala Keterbatasan Bahan Baku Log Kayu Dikarenakan adanya aturan baru dari pemerintah mengenai penebangan kayu di wilayah Indonesia, membuat bahan baku log kayu saat ini menjadi lebih sulit diperoleh. Jikapun ada pasokannya masih terbatas dan tidak terlalu banyak dalam hal jumlah. PT. Indoframe memiliki 2 supplyer log kayu yang setiap bulannya rutin mengirimkan bahan baku log kayu tersebut ke pabrik PT. Indoframe di wilayah Serang. Kedua supplyer tersebut, yaitu : 1. PT. Murah Berkah, beralamat di Jl. Banten Lama Km.5. Serang – Banten [Karangantu]. Telp : 0254-228317. 2. PT. Aneka Rimba Sejahtera, berlokasi di wilayah Lampung dan Kalimantan. Kedua supplyer tersebut hanya mampu memasok maksimal 120 m³ log kayu setiap bulannya dengan harga Rp.1.200.000,- per m³ ukuran 20 up. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut saat ini PT. Indoframe masih mencari supplyer log kayu lainnya yang tentunya dapat memberikan harga yang kompetitif. Penggunaan bahan baku log kayu dengan asumsi untuk 190 unit frame adalah sebagai berikut : o
Vista Frame Standar/Polos [X] membutuhkan bahan baku ± 1 m³ untuk membuat 190 unit vista frame standar/polos, dengan biaya yang dikeluarkan total Rp.2.100.000,- untuk per 1 m³ [dihitung berikut biaya lainnya; penyusutan kayu, transport, pajak perolehan, dll]
o
Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] membutuhkan bahan baku ± 1,3 m³ untuk membuat 190 unit vista frame ukiran design pabrik, dengan biaya yang dikeluarkan total Rp.2.730.000,- untuk per 1,3 m³ [dihitung berikut biaya lainnya; penyusutan kayu, transport, pajak perolehan, dll]
49
o
Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] membutuhkan bahan baku ± 1,86 m³ untuk membuat 190 unit vista frame ukiran design customer, dengan biaya yang dikeluarkan total Rp.3.900.000,- untuk per 1,86 m³ [dihitung
berikut
biaya
lainnya;
penyusutan
kayu,
transport,
pajak
perolehan, dll termasuk kemungkinan kesalahan ukir] Sehingga dari informasi diatas dapat dibuat persamaan linear kendala ke-1 keterbatasan bahan baku log kayu sebagai berikut : 1 X + 1,3 Y + 1,86 Z ≤ 120 Selain mencari supplyer log kayu baru, PT. Indoframe mencoba membuat inovasi bingkai frame dengan mencari solusi pengganti bahan baku log kayu menggunakan sisa serutan kayu yang dipress. Tetapi saat ini hal tersebut masih dalam tahap uji coba dan dipertimbangkan.
4.3.2 Kendala Penggunaan Mesin Pengering Kayu Mesin pengering kayu atau dry wood yang hanya 1 menjadi kendala dalam penggunaannya, atau dengan kata lain ada keterbatasan dalam hal jam operasional mesin. Akan tetapi untuk pembelian mesin pengering kayu tambahan saat ini dinilai tidak efisien karena akan membuat mesin tambahan tidak berproduksi maksimal, nantinya ditakutkan akan banyak jam mengganggur mesin. Sehingga pembelian mesin baru sebagai tambahan dinilai sia-sia dan tidak efisien. Kecuali, jika perusahaan kedepannya mampu memproduksi lebih banyak lagi unit frame tentunya hal tersebut harus mempertimbangkan kendala keterbatasan lainnya. Maksimal penggunaan mesin pengering kayu/dry wood adalah 360 jam perbulan. Maksimal 12 jam operasional per hari, lebih dari itu dikhawatirkan mesin
50
menjadi cepat rusak karena terlalu panas. Sehingga maksimal mesin dapat beroperasi per bulan adalah 360 jam mesin dengan asumsi beroperasi setiap hari selama 30 hari tiap bulannya. Penggunaan mesin pengering kayu/wood dry dengan asumsi untuk mengeringkan 190 unit frame dibutuhkan waktu jam mesin sebagai berikut : o
Vista Frame Standar/Polos [X] dikeringkan atau di dry selama 2 jam untuk 190 unit vista frame standar/polos, berdasarkan kapasitas ruang dan temperatur panas ruang mesin.
o
Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] dikeringkan atau di dry selama 4 jam untuk 190 unit vista frame ukiran design pabrik, berdasarkan kapasitas ruang dan temperatur panas ruang mesin. Lebih lama untuk hasil lebih baik.
o
Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] dikeringkan atau di dry selama 6 jam untuk 190 unit vista frame ukiran design customer, berdasarkan kapasitas ruang dan temperatur panas ruang mesin. Lebih lama untuk hasil lebih baik.
Sehingga dari informasi diatas dapat dibuat persamaan linear kendala ke-2 keterbatasan jam mesin untuk penggunaan mesin pengering kayu/ dry wood, sebagai berikut : 2 X + 4 Y + 6 Z ≤ 360
4.3.3 Kendala Penggunaan dan Pengoperasian Mesin Ukir Sama seperti mesin pengering kayu atau dry wood yang hanya 1 dan menjadi kendala dalam penggunaannya, begitu pula dalam penggunaan dan pengoperasian mesin ukir atau dengan kata lain ada keterbatasan dalam hal jam tenaga kerja bagian
51
mesin ukir yang hanya memperkerjakan 1 orang. Untuk tambahan tenaga kerja bagian mesin ukir, saat ini dinilai tidak efisien karena permintaan bingkai vista frame ukiran baik design pabrik maupun design customer masih belum terlalu banyak. Maksimal jam kerja tenaga kerja bagian operasional mesin ukir adalah 240 jam kerja. Dengan 1 hari bekerja selama 8 jam dan diasumsikan sabtu minggu tetap kerja dihitung lembur, sehingga selama 30 hari diperoleh 240 jam kerja produktif. Jam kerja yang dibutuhkan untuk proses pengukiran frame menggunakan mesin ukir dengan asumsi mengukir sebanyak 190 unit frame dibutuhkan waktu jam kerja sebagai berikut : o
Vista Frame Standar/Polos [X], dikarenakan jenis bingkai ini adalah polos sehingga tidak membutuhkan ukiran sama sekali. Jam tenaga kerja=0.
o
Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] dikerjakan selama 6 jam untuk 190 unit vista frame ukiran design pabrik, berdasarkan kapasitas mesin dan kemampuan tenaga kerja tersebut.
o
Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] dikerjakan selama 18 jam untuk 190 unit vista frame ukiran design customer, berdasarkan kapasitas mesin dan kemampuan tenaga kerja tersebut. Dibutuhkan waktu lebih lama karena harus dibuat terlebih dahulu plat pisau ukir sesuai design pesanan
customer. Sehingga dari informasi diatas dapat dibuat persamaan linear kendala ke-3 keterbatasan jam tenaga kerja bagian ukir, sebagai berikut : 6 Y + 18 Z ≤ 240
52
4.3.4 Kendala Keterbatasan Pasar Dalam Menerima Produk Tidak semua produk bingkai vista frame yang diproduksi mampu diserap pasar atau dengan kata lain laku dijual. Khususnya untuk produk vista frame ukiran design pabrik dan vista frame ukiran design customer. Akan tetapi sampai saat ini masih ada peminat tetapnya dengan pemesanan reguler, biasanya untuk dijual kembali atau sebagai souvenir tanda terima kasih, penghargaan, dan penghormatan terakhir. Karena hal tersebut, walaupun jumlah laba yang diterima lebih besar untuk unit produk ke-2 jenis vista frame tersebut tidaklah membuat PT. Indoframe hanya memproduksi ke-2 jenis vista frame itu. Bauran produk dibutuhkan agar tidak ada produk yang dihasilkan tersia-siakan atau tidak laku dijual yang akhirnya hanya menumpuk digudang. Berdasarkan hal itu, konsep analisis Linear Programming dibutuhkan untuk melihat bauran produk yang bagaimanakah yang seharusnya diproduksi oleh PT. Indoframe untuk memaksimalkan laba. Dari informasi bagian penjualan diperoleh bahwa pasar hanya mampu menyerap maksimal 26 m³ log kayu yang telah diproduksi menjadi 3800 unit bingkai vista frame ukiran design pabrik dan maksimal 5,58 m³ log kayu yang telah diproduksi menjadi 570 unit vista frame ukiran design customer. Dari kedua informasi penting tersebut dibuatlah 2 kendala yaitu : Y ≤ 26, sebagai kendala ke-4 Z ≤ 5,58, sebagai kendala ke-5 Kedua kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan pasar menyerap produk frame.
53
4.4 Kombinasi Produk Bingkai Vista Frame yang Seharusnya Diproduksi PT. Indoframe Untuk Mendapatkan Output yang Memaksimalkan Laba Total Menggunakan
Analisa
Linear
Programming
Berdasarkan
Program
Quantitative Management [QM] Berikut adalah ringkasan fungsi linear tujuan, yaitu untuk memaksimalkan laba berikut dengan ke-5 fungsi kendala yang menghalangi. Laba = 24,96 X + 52,235 Y + 127,565 Z Kendala : 1 X + 1,3 Y + 1,86 Z ≤ 120…………………………………………………
kendala ke-1
2 X + 4 Y + 6 Z ≤ 360…………………………………………………………
kendala ke-2
6 Y + 18 Z ≤ 240…………………………………………………………………
kendala ke-3
Y ≤ 26……………………………………………….…………………………………
kendala ke-4
Z ≤ 5,58……………………………………………….…………………………………
kendala ke-5
Dianalisa
dengan
program
Quantitative Management
[QM]
metode
Linear
Programming. Perhitungan Linear Programming dilakukan dangan menggunakan software QM for Windows dan Excel QM yang diambil dari buku Quantitative Analysis for
Managament karangan Barry Render, Ralph M.Stair Jr. dan Michael E. Hanna penerbit Prentice Hall, 2003. Websitenya bisa kita lihat di alamat www.prenhall.com/render yang berisi gambaran buku dan latihan-latihan soal yang bisa kita download secara gratis. Termasuk CD program didalamnya, proses analisa dapat dilihat di Lampiran 3 gambar analisa program QM. Dengan hasil diperoleh sebagai berikut :
54
O Data Analyze Tabel 4.1 Data Maximize dan Kendala X
Y
Z
24.96
52.235
127.565
BB Log Kayu
1
1.3
1.86
<=
120
Jam Mesin
2
4
6
<=
360
Jam TK
0
6
18
<=
240
Pasar Y
0
1
0
<=
26
Pasar Z
0
0
1
<=
5.58
Maximize
RHS
Sumber: Berdasarkan persamaan fungsi tujuan dan kendala dalam skripsi. O Linear Programming Results
Gambar 4.2 Linear Programming Results Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
55
Berikut tabel berdasarkan hasil gambar 4.2 di atas, Tabel 4.2 Hasil Analisa Linear Programming QM X
Y
Z
RHS
Dual
Maximize
24.96
52.235
127.565
BB Log Kayu
1
1.3
1.86
<=
120
24.96
Jam Mesin
2
4
6
<=
360
0
Jam TK
0
6
18
<=
240
3.297834
Pasar Y
0
1
0
<=
26
0
Pasar Z
0
0
1
<=
5.58
21.7784
Solution->
79.3832
23.26
5.58
$3,908.2
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diperoleh hasil solution / solusi produksi yang sesuai dengan fungsi tujuan yaitu memaksimalkan laba adalah dengan memproduksi produk :
X = vista frame standar/polos sebanyak 79,3832 m³, yaitu 15.083 unit bingkai vista frame standar/polos [79,3832 m³ x 190 unit bingkai vista frame standar/polos per m³]. Y = vista frame ukiran design pabrik sebanyak 23,26 m³, yaitu 3.400 unit bingkai vista frame ukiran design pabrik [23,26 m³ x 190 unit bingkai vista frame ukiran design pabrik per 1,3 m³]. Z = vista frame ukiran design customer sebanyak 5,58 m³, yaitu 570 unit bingkai vista frame ukiran design customer [5,58 m³ x 190 unit bingkai vista frame ukiran design customer per 1,86 m³].
56
4.5 Keuntungan Maksimal yang Mungkin Dihasilkan oleh PT. Indoframe pada Tahun 2009 dengan Asumsi Kondisi Tetap Sehingga berdasarkan dari fungsi tujuan diperoleh ; Laba = 24,96 X + 52,235 Y + 127,565 Z Laba = 24,96 [15.083] + 52,235 [3.400] + 127,565 [570] Laba = 376.471,68 + 177.599 + 72.712,05 Laba = 626.782,73 Berdasarkan persamaan linear fungsi tujuan diatas, diperoleh informasi bahwa ; 1.
Laba yang diterima per unit vista frame untuk produk Vista Frame Standar/Polos [X] adalah Rp.24.960,- dengan produksi sebanyak 15.083 unit bingkai untuk memaksimalkan laba. Hasil penerimaan laba dari produk Vista Frame Standar/Polos [X] sebesar Rp.376.471.680,-.
2.
Laba yang diterima per unit Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] adalah Rp.52.235,-
dengan
produksi
sebanyak
3.400
unit
bingkai
untuk
memaksimalkan laba. Hasil penerimaan laba dari produk Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] sebesar Rp.177.599.000,-. 3.
Laba yang diterima per unit Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] adalah Rp.127.565,-
dengan
produksi
sebanyak
570
unit
bingkai
untuk
memaksimalkan laba. Hasil penerimaan laba dari produk Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] sebesar Rp.72.712.050,-. Total laba maksimal keseluruhan yang dapat diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp.626.782.730,- setiap bulannya dengan asumsi perolehan laba sesuai fungsi tujuan dan kendala-kendala yang ada.
57
Penggunaan bahan baku maksimal tidak tersisa, yaitu sesuai perhitungan berikut : Bahan baku log kayu = 1 X + 1,3 Y + 1,86 Z Bahan baku log kayu = 1 [79,3832] + 1,3 [23,26] + 1,86 [5,58] Bahan baku log kayu = 79,3832 + 30,238 + 10,3788 = 120
Berdasarkan persamaan linear fungsi kendala penggunaan bahan baku log kayu diatas, diperoleh informasi bahwa ; 1.
Penggunaan bahan baku log kayu untuk produk Vista Frame Standar/Polos [X] sebanyak 79,3832 m³.
2.
Penggunaan bahan baku log kayu untuk produk Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] sebanyak 30,238 m³.
3.
Penggunaan bahan baku log kayu untuk produk Vista Frame Ukiran Design
Customer [Z] sebanyak 10,3788 m³.
58
Penggunaan mesin pengering kayu, dengan perhitungan sebagai berikut : Jam mesin untuk penggunaan mesin pengering kayu/ dry wood = 2 X + 4 Y + 6 Z Jam mesin pengering kayu/ dry wood = 2 [79,3832] + 4 [23,26] + 6 [5,58] Jam mesin pengering kayu/ dry wood = 158,7664 + 93,04 + 33,48 = 285,2864
Berdasarkan persamaan linear fungsi kendala penggunaan mesin pengering kayu/dry
wood diatas, diperoleh informasi bahwa ; 1.
Penggunaan mesin pengering kayu/dry wood untuk produk Vista Frame Standar/Polos [X] selama 158,7664 jam [158 jam 46 menit].
2.
Penggunaan mesin pengering kayu/dry wood
untuk produk Vista Frame
Ukiran Design Pabrik [Y] selama 93,04 jam [93 jam 3 menit]. 3.
Penggunaan mesin pengering kayu/dry wood
untuk produk Vista Frame
Ukiran Design Customer [Z] selama 33,48 jam [33 jam 29 menit]. Penggunaan mesin pengering kayu tidak maksimal, karena dari 360 jam mesin hanya digunakan selama 285,2864 jam [285 jam 18 menit] masih tersisa 74 jam 42 menit tidak digunakan/tersia-siakan.
59
Penggunaan dan Pengoperasian Mesin Ukir maksimal tidak tersisa, dengan perhitungan sebagai berikut : Jam tenaga kerja bagian ukir = 6 Y + 18 Z Jam tenaga kerja bagian ukir = 6 [23,26] + 18 [5,58] Jam tenaga kerja bagian ukir = 139,56 + 100,44 = 240 Berdasarkan persamaan linear fungsi kendala penggunaan dan pengoperasian mesin ukir diatas, diperoleh informasi bahwa ; 1. Penggunaan dan pengoperasian mesin ukir untuk produk Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] selama 139,56 jam [139 jam 34 menit]. 2. Penggunaan dan pengoperasian mesin ukir untuk produk Vista Frame Ukiran Design Customer [Z] selama 100,44 jam [100 jam 27 menit].
Keterbatasan Pasar Dalam Menerima Produk, dengan perhitungan sebagai berikut : Y = 23,26 dan Z = 5,58 Berdasarkan persamaan linear fungsi kendala keterbatasan pasar dalam menerima produk diatas, diperoleh informasi bahwa ; 1. Keterbatasan pasar dalam menerima produk Vista Frame Ukiran Design Pabrik [Y] yaitu sebanyak maksimal 26 m³ log kayu atau 3800 unit bingkai hanya dapat terpenuhi sebesar 23,26 m³ log kayu atau 3.400 unit bingkai sedangkan sisanya 400 unit bingkai tidak dapat terpenuhi dikarenakan kendalakendala yang dialami perusahaan. 2. Keterbatasan pasar dalam menerima produk Vista Frame Ukiran Design
Customer [Z] yaitu sebanyak maksimal 5,58 m³ log kayu atau 570 unit bingkai dapat terpenuhi semuanya.
60
O Ranging
Gambar 4.3 Ranging Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
61
Berikut tabel berdasarkan hasil gambar 4.3 di atas, Tabel 4.3 Ranging Variable
Value
Reduced Cost
Original Val
Lower Bound
Upper Bound
X
79.38
0
24.96
14.28
40.18
Y
23.26
0
52.24
32.45
59.49
Z
5.58
0
127.57
105.79
Infinity
Constraint
Dual Value
Slack/Surplus
Original Val
Lower Bound
Upper Bound 157.36
BB Log Kayu
24.96
0
120
40.62
Jam Mesin
0
74.71359
360
285.29
Jam TK
3.297834
0
240
100.44
Pasar Y
0
2.74
26
23.26
Pasar Z
21.7784
0
5.58
4.67
Infinity 256.44 Infinity 13.33
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Tabel 4.3 menerangkan kembali berkaitan analisis sebelumnya berdasarkan tabel 4.2 hasil analisa Linear Programming. Yaitu ; 9
Value X, Y dan Z adalah angka optimasi laba.
9
Original Val X, Y dan Z adalah angka dari fungsi tujuan memaksimalkan laba dan fungsi kendala angka maksimal.
9
Lower Bound X, Y dan Z adalah angka perbandingan produksi terendah.
9
Upper Bound X, Y dan Z adalah angka perbandingan produksi tertinggi.
9
Slack/Surplus adalah angka sisa dari fungsi kendala, contoh : ada kelebihan pada jam mesin dry wood dan masih ada permintaan pasar untuk produk Y [vista frame design pabrik] yang belum dapat terpenuhi.
62
O Solution List
Gambar 4.4 Solution List Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
63
Berikut tabel berdasarkan hasil gambar 4.4 di atas, Tabel 4.4 Solution List Variable
Status
Value
X
Basic
79.3832
Y
Basic
23.26
Z
Basic
5.58
slack 1
NONBasic
0
slack 2
Basic
74.7136
slack 3
NONBasic
0
slack 4
Basic
2.74
slack 5
NONBasic
0
Optimal Value (Z)
3908.203
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Tabel 4.4 menerangkan kembali tabel 4.2 dan 4.3. Yaitu ; 9
X, Y dan Z adalah angka optimasi laba. Jumlah yang seharusnya diproduksi untuk memperoleh laba maksimal
9
Slack/Surplus adalah angka sisa dari fungsi kendala, contoh : ada kelebihan pada jam mesin dry wood [slack 2] dan masih ada permintaan pasar untuk produk Y [vista frame design pabrik] yang belum dapat terpenuhi [slack 4].
64
O Iterations
Gambar 4.5 Iterations Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Berikut tabel-tabel iterations berdasarkan hasil gambar 4.5 di atas, merupakan juga perhitungan manual dengan metode simpleks. Metode simplex dikerjakan secara sistematik bermula dari suatu penyelesaian dasar yang feasible basic solution ke penyelesaian dasar yang feasible basic solution berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang (iterative, algorithmic) hingga akhirnya ditemukan penyelesaian yang optimal. Langkah-langkah pengerjaan programasi linear secara simplex dengan tabel berkolom variabel dasar adalah sebagai berikut : 1. Rumuskan dan standarisasikan modelnya
65
2. Bentuk tabel pertama dengan menetapkan semua variabel semu sebagai variabel dasar (semua variabel asli sebagai variabel dasar) => Tabel 4.5. Tabel 4.5 Iterations 1 Cj
Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
Slack
1
2
3
4
5
Quantity
Iteration 1 0
slack 1
1
1.3
1.86
1
0
0
0
0-1.86
120
0
slack 2
2
4
6
0
1
0
0
0-6
360
0
slack 3
0
6
18
0
0
1
0
0-18
240
0
slack 4
0
1
0
0
0
0
1
0-0
26
0
slack 5
0
0
1
0
0
0
0
1-1
5.58
zj
0
0
0
0
0
0
0
0
0
cj-zj
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management. 3. Tentukan satu “variabel pendatang” (entering variable) di antara variabel-variabel dasar yang ada, untuk dijadikan variabel dasar dalam tabel berikutnya. Variabel pendatang ialah variabel yang nilainya pada baris z paling negatif dalam kasus maksimalisasi, atau paling positif dalam kasus minimisasi. Dipilih angka Z 127,565. 4. Tentukan satu “variabel perantau” (leaving variable) di antara variabel-variabel dasar yang ada, untuk menjadi variabel dasar dalam tabel berikutnya. Variabel perantau ialah variabel dasar yang memiliki “rasio solusi” dengan nilai positif terkecil. Dipilih angka slack 5 dengan quantity positif terkecil 5,58. 5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel pendatang ke kolom VD dan mengeluarkan variabel perantau dari kolom VD, serta lakukan transformasi barisbaris tabel, termasuk garis z. Transformasi baris kunci = baris kunci lama : unsur kunci
66
Semua yang ada di row slack 5 dibagi dengan angka unsur kunci [1], hasil pada iterations 2. Sedangkan transformasi baris-baris lainnya : Baris baru = baris lama – (unsur pada kolom kuncinya * baris kunci baru) 6. Lakukan pengujian optimalitas. Jika semua koefisien variabel dasar pada baris z sudah tidak ada lagi yang negatif (untuk kasus maksimisasi; atau sudah tidak ada lagi yang positif, untuk kasus minimisasi), berarti penyelesaian sudah optimal, tidak perlu dibentuk tabel selanjutnya. Jika masih, berarti penyelesaian belum optimal, ulangi lagi langkah ke 3 sampai ke 6. Tabel 4.6 Iterations 2 Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
slack
1
2
3
4
5
Cj
Quantity
Iteration 2 0
slack 1
1
1.3
0
1
0
0
0
-1.86
109.6212
0
slack 2
2
4
0
0
1
0
0
-6
326.52
0
slack 3
0
6
0
0
0
1
0
-18
slack 4
0
1
0
0
0
0
1
0
26
Z
0
0
1
0
0
0
0
1
5.58
zj
0
0
127.565
0
0
0
0
127.565
711.8127
cj-zj
24.96
52.235
0
0
0
0
0
-127.565
0 127.565
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
139.56
67
Tabel 4.7 Iterations 3 Cj
Quantity
Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
slack
1
2
3
4
5
Iteration 3 0
slack 1
1
0
0
1
0
-0.2167
0
2.04
79.3832
0
slack 2
2
0
0
0
1
-0.6667
0
6
233.48
52.235
Y
0
1
0
0
0
0.1667
0
-3
23.26
0
slack 4
0
0
0
0
0
-0.1667
1
3
2.74
127.565
Z
0
0
1
0
0
0
0
1
5.58
zj
0
52.235
127.565
0
0
8.7058
0
-29.14
1,926.7988
cj-zj
24.96
0
0
0
0
-8.7058
0
29.14
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Tabel 4.8 Iterations 4 Cj
Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
slack
1
2
3
4
5
Quantity
Iteration 4
0
slack 1
1
0
0
1
0
-0.1033
-0.68
0
77.52
0
slack 2
2
0
0
0
1
-0.3333
-2
0
228
52.235
Y
0
1
0
0
0
0
1
0
26
0
slack 5
0
0
0
0
0
-0.0556
0.3333
1
0.9133
127.565
Z
0
0
1
0
0
0.0556
-0.3333
0
4.6667
zj
0
52.235
127.565
0
0
7.0869
9.7133
0
1,953.4134
cj-zj
24.96
0
0
0
0
-7.0869
-9.7133
0
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
68
Tabel 4.9 Iterations 5 Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
slack
1
2
3
4
5
Cj
Quantity
Iteration 5 24.96
X
1
0
0
1
0
-0.1033
-0.68
0
77.52
0
slack 2
0
0
0
-2
1
-0.1267
-0.64
0
72.96
52.235
Y
0
1
0
0
0
0
1
0
26
0
slack 5
0
0
0
0
0
-0.0556
0.3333
1
0.9133
127.565
Z
0
0
1
0
0
0.0556
-0.3333
0
4.6667
zj
24.96
52.235
127.565
24.96
0
4.5077
-7.2595
0
3,888.3125
cj-zj
0
0
0
-24.96
0
-4.5077
7.2595
0
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
Tabel 4.10 Iterations 6 Cj
Basic
24.96
52.235
127.565
0
0
0
0
0
Variables
X
Y
Z
slack
slack
slack
slack
slack
1
2
3
4
5
Quantity
Iteration 6 24.96
X
1
0
0
1
0
-0.2167
0
2.04
79.3832
0
slack 2
0
0
0
-2
1
-0.2333
0
1.92
74.7136
52.235
Y
0
1
0
0
0
0.1667
0
-3
23.26
0
slack 4
0
0
0
0
0
-0.1667
1
3
2.74
127.565
Z
0
0
1
0
0
0
0
1.0
5.58
zj
24.96
52.235
127.565
24.96
0
3.2978
0
21.7784
3,908.2035
cj-zj
0
0
0
-24.96
0
-3.2978
0
-21.7784
Sumber: Hasil Analisa Program Quantitative Management.
69
7. Dalam pengujian optimalitas ini pada tabel-tabel iterations diatas. Semua koefisien variabel dasar pada baris z sudah tidak ada lagi yang negatif (semua sudah positif), sehingga pada iterations ke-6 penyelesaian sudah optimal, tidak diperlukan tabel selanjutnya.
Penggambaran penyelesaian fungsi tujuan dan kendala pada Linear Programming dengan menggunakan grafik garis persamaan linear tidak dapat dilakukan penulis, karena sifat gambar yang tiga dimensi, yaitu garis kurva X, Y dan Z.