Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Sistem Jaringan Pada tahap implementasi sistem, dilakukan semua konfigurasi perangkat keras untuk membangun jaringan manajemen bandwidth didukung dengan akses data public melalui internet. Manajemen bandwidth diimplementasikan pada mikrotik sebagai router gateway jaringan. Dari tahapan-tahapan yang dilakukan, hasil yang diharapkan adalah terkoneksinya seluruh komputer pada jaringan komputer CV. TRI POLA JAYA ke internet dan mengatasi masalah manajemen bandwidth yang ada dengan tujuan bandwidth yang ada dapat terbagi sesuai dengan kebutuhan pengguna di perusahaan. Tabel 4.1 Daftar IP Address pada CV. TRI POLA JAYA
No
Nama
IP
Gateway
Ket
1
Modem
192.168.1.1
-
-
192.168.1.2
192.168.1.1
Ke Modem
2
Mikrotik Router
192.168.2.1
192.168.1.1
Ke LAN
3
Ruang Kepala
192.168.2.252
192.168.2.1
-
4
Access Point
192.168.2.253
-
192.168.2.254
-
5 6
Bag. Administrasi
192.168.2.250 192.168.2.246
-
Bag. Pengadaan
192.168.2.248
-
45
192.168.2.1
-
Barang 7
Bag. Teknik Instalasi
192.168.2.247
-
Pada Tabel 4.1 merupakan daftar ip address yang telah diimplementasikan pada perusahaan CV. TRI POLA JAYA, dimana ip dibagi menggunakan dhcp server pada mikrotik namun setelah ip telah didapat oleh perangkat atau komputer client maka ip dan mac address dari interface komputer client tersebut akan dikunci pada mikrotik sehingga client tidak akan dapat berganti-ganti ip sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan bandwidth internet.
Gambar 4.1 Topologi jaringan di perusahaan setelah implementasi.
46
Gambar 4.1 merupakan topologi jaringan yang telah diimplementasikan. Topologi jaringan terbentuk dari provider internet dimana perusahaan menggunakan provider dari ”telkom speedy”, akses internet masuk ke dalam modem dengan alamat ip 192.168.1.1 yang kemudian ditampung oleh router mikrotik pada interface eth 1 dengan alamat ip 192.168.2.1 dan kemudian disebarkan kepada client seluruh perusahaan dan access point perusahaan dengan alamat ip publik 192.168.2.0/24 terkecuali alamat 192.168.2.1 yang sudah digunakan oleh interface eth 2 pada router dari modem internet. Sesuai dengan skenario desain yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dilakukan implementasi manajemen jaringan pada perusahaan untuk mengatasi masalah yang ada sebelumnya dengan pengaturan mangle serta queue tree pada router mikrotik sesuai dengan kebutuhan client agar masalah yang ada dapat terselesaikan.
4.2 Hasil Konfigurasi Sistem 4.2.1 Hasil Konfigurasi Dasar Router Mikrotik Konfigurasi dasar pada router mikrotik ini memiliki tujuan untuk memastikan bahwa seluruh komputer client sudah mendapat ip secara otomatis dari router serta hak akses internet dari modem yang telah dilewatkan pada router mikrotik sebelum dilakukan pembatasan bandwidth nantinya. Hal ini dapat tercapai apabila seluruh client sudah dapat mengakses internet tanpa ada masalah.
47
Gambar 4.2 Alamat IP client DHCP Gambar 4.2 menunjukkan keberhasilan komputer client untuk mendapat alamat ip secara otomatis dari DHCP server yang telah di konfigurasikan sebelumnya. Dengan client sudah mendapat status bound maka client sudah terikat dengan router dan secara otomatis client sudah dapat mengakses internet yang tersedia dari provider sebelum penanaman rule pada mikrotik. Dengan hasil tersebut maka konfigurasi dasar pada router mikrotik sudah dapat berjalan dengan baik. 4.2.2
Hasil Konfigurasi Manajemen Bandwidth Pada implementasi manajemen bandwidth dengan mikrotik
ini banyak bergantung pada sistem HTB (Hierarchical Token Bucket). HTB berfungsi untuk membuat queue menjadi lebih terstruktur,
dengan
membuat
pengelompokan-pengelompokan
bertingkat. Ini berfungsi ketika menentukan traffic (management bandwidth) sesuai dengan kelas priority masing-masing client. Metode inilah yang akan diterapkan dalam membuat queue tree 48
untuk manajemen bandwidth nanti. Selain itu juga akan didukung dengan penerapan queue type model PCQ dimana model ini akan membagi rata bandwidth yang dialokasikan per tingkatan sehingga akan menambah kehandalan sistem untuk menangkal masalah yang ada sebelumnya di dalam perusahaan. Queue tree bekerja dengan menggunakan hasil mark packet dan mark connection yang sudah dibuat pada fitur firewall mangle.
Gambar 4.3 Hasil konfigurasi Mangle Pada Gambar 4.3 cara kerja firewall mangle dengan mengenali terlebih dahulu sumber data dengan fungsi mark connection, selanjutnya data yang dikenali diproses menggunakan mark packet. Setiap rule memiliki satu pasang rule mark connection 49
dan mark packet seperti pada rule pertama yakni pada index “0” dan “1” adalah rule untuk menangkap koneksi wifi di dalam perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan rule kedua yakni rule mangle untuk ruang kepala pada index “2” dan “3”. Lalu untuk index “4” sampai “7” merupakan index untuk implementasi pembatasan bandwidth pada client sesuai dengan yang telah direncanakan. Sistem kerja rule tersebut yakni apabila suatu data dari protocol tcp masuk maka akses data awal akan secara otomatis ditampung pada mangle awal yakni pada index “4” dan “5” sebelum pencapaian kuota 3 Mb, namun setelah akses data mencapai kuota yang ditentukan secara otomatis mangle kedua yaitu pada index “6” dan “7” akan bekerja untuk membatasi akses data yang masuk. Hal ini tidak akan begitu terasa apabila client melakukan akses data browsing halaman biasa. Namun apabila client melakukan akses download pada jam yang tidak diperbolehkan maka kecepatan download akan diturunkan sesuai dengan rule queue tree. Begitu juga seterusnya hingga index terakhir, sehingga semua client memiliki rule masing-masing sesuai yang telah didefinisikan pada mangle. Queue tree merupakan fasilitas manajemen bandwidth pada mikrotik, dengan menggunakan fungsi ini, dapat membuat rule bertingkat dengan membedakan priority pemberian bandwidth, dengan mengelompokan data berdasarkan IP maupun protocol yang sebelumnya telah dideklarasikan pada menu mangle firewall. Sebelum penerapan Queue Tree dijalankan maka akan perlu adanya pendeklarasian Queue Type.
50
Gambar 4.4 Hasil Konfigurasi Queue Type Queue Type model PCQ tersebut bekerja dngan membuat sub-stream (sesuai pc client yang sedang online) berdasarkan parameter pcq-classifier yang dapat berupa IP address pengirim (src-address), IP address tujuan (dst-address), Port pengirim (srcport) maupun Port tujuan (dst-port). PCQ akan membagi rata bandwidth untuk setiap sub-stream atau komputer client yang hidup sesuai dengan deklarasi bandwidth yang telah diberikan. Seperti pada Gambar 4.4 konfigurasi Queue Type yakni model PCQ memiliki nama PCQ-Limit dan memiliki pcq-classifier berdasarkan IP address pengirim (src-address), jadi PCQ akan bekerja
dengan mengidentifikasi
alamat
IP
client
sebelum
memberikan umpan kepada Queue Tree. Setelah pendefinisian Queue Type selesai selanjutnya rule yang diterapkan pada queue tree yaitu, dengan memberi prioritas 1 untuk ruang kepala. Hal ini dilakukan dengan memberi prioritas 51
yang lebih rendah terhadap aktivitas pada wifi dengan nilai prioritas 2 serta untuk client dengan aktifitas browsing dengan priority 3 dan aktifitas download dengan priority 4 serta untuk aktifitas week-end dan jam pulang kerja diberi priority default yakni 8. Hasil konfigurasi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Hasil Konfigurasi Queue Tree Konfigurasi queue tree pada Gambar 4.5 terdapat beberapa indikator yang perlu dilihat dalam pengaturan sistem manajemen bandwidth yang telah dibuat. Indikator-indikator tersebut terdapat pada kolom Name, Parent, Limit-At, dan Max-Limit. Name merupakan indikator yang digunakan untuk memberikan nama untuk setiap konfigurasi yang kita buat agar kita dapat mengetahui konfigurasi apa yang ada di dalamnya. Parent merupakan suatu indikator yang digunakan untuk melihat dari mana asal kita mendapatkan sumber aturan sebelum kita memberikan aturan yang 52
lebih mendetail. Lalu Limit-At digunakan untuk memberikan batasan terendah dalam client menerima bandwidth yang diberikan dari parent. Kemudian Max-Limit merupakan kebalikan dari Limit-At yaitu batasan teratas client dalam menerima bandwidth yang diberikan dari parent. Pada Gambar 4.5, terdapat satu parent bernama “ALL” dimana di dalamnya menangkap semua bandwidth total yang ada dari provider internet yakni sebesar 2 Mb/s sebelum didistribusikan atau dibatasi masuk ke dalam jaringan perusahaan. Kemudian di bawah parent “ALL” terdapat beberapa child untuk membatasi akses bandwidth sesuai dengan kebutuhan setiap bagian di perusahaan. Untuk child yang pertama yakni bernama “wifi-global” yang digunakan untuk memberi batas akses wifi di dalam perusahaan dengan memberi nilai untuk max-limit bandwidth sebesar 1800 Mb/s. Lalu yang kedua bernama “week-end” yang bernilai max-limit 1800 Mb/s digunakan untuk aturan disaat hari libur kerja perusahaan dengan melonggarkan semua rules yang ada agar tidak bekerja disaat hari libur kerja diperusahaan yakni hari sabtu dan minggu. Kemudian terdapat child bernama “Spesial-DIR” untuk konfigurasi limit bandwidth pada ruang direktur perusahaan. Pada child ini maxlimit memiliki nilai sebesar 1 Mb/s. Setelah itu terdapat child dengan nama “Pulker1” dan “Pulker2” yang bernilai max-limit 1800 Mb/s yang digunakan juga untuk melonggarkan akses internet setiap bagian setelah jam pulang kantor yakni dari jam 16.00 sampai dengan jam 08.00 dengan menonaktifkan rules yang bekerja saat jam kerja perusahaan. Lalu child selanjutnya bernama “Download” 53
yang memiliki indikator Max-Limit 256 Kb/s. Child dengan nama “Download” merupakan child sekaligus parent dari child dengan nama client ip masing-masing komputer yang ada di dalam perusahaan. Child ini berfungsi untuk memberikan batasan bandwidth apabila rules menangkap ada kegiatan download pada client di dalam perusahaan maka child ini akan bekerja sesuai dengan batasan yang diberikan setiap client untuk membatasi kegiatan download dari client tersebut sehingga bandwidth yang ada tidak terambil atau termakan oleh kegiatan download client itu. Untuk child dengan nama client ip masing-masing dibawah parent “Download” memiliki indikator Limit-At sebesar 35 Kb/s dan MaxLimit sebesar 256 Kb/s. Dan yang terakhir adalah child yang juga merupakan parent dari setiap client berdasarkan ip komputer di dalam perusahaan bernama “Brosing”. Pada aturan ini diberikan nilai Max-Limit sebesar 1 Mb/s dan untuk child dari parent “Brosing” diberikan Limit-At sebesar 128 Kb/s dan Max-Limit sebesar 1 Mb/s. Sama halnya dengan child bernama “Download” child ini juga bekerja untuk memberikan batasan akses browsing pada client agar mendapatkan bandwidth yang sesuai agar aktifitas browsing tidak terganggu oleh aktifitas koneksi client lainnya.
4.3 Analisa dan Pengujian Sistem Pada bagian ini pengujian kinerja sistem dari router mikrotik yang telah dikonfigurasikan sebelumnya dilakukan. Pengujian ini akan dilakukan pengetesan terhadap lalu-lintas bandwidth jaringan apakah sudah dapat mengatasi masalah yang ada sebelumnya di CV. TRI POLA JAYA. Pengujian dilakukan dari masing-masing client 54
yang mewakili pembatasan bandwidth pada mangle yang sudah dikonfigurasikan. 4.3.1 Pengujian Client dengan Menggunakan Wifi Pengujian sistem yang dilakukan pada tahap ini dilakukan pada client dengan terhubung dengan jaringan wifi perusahaan untuk mengetahui seberapa besar bandwidth yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Percobaan ini dilakukan pada saat traffic jaringan internet dalam perusahaan ramai yakni pada siang hari saat jam kerja dengan melakukan aktifitas download file dari internet dengan menggunakan Internet Download Manager (IDM) dan juga menggunakan browser download pada komputer client. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah konfigurasi yang dilakukan pada queue tree sudah dapat berjalan dengan benar atau belum.
Gambar 4.6 Trafik aktifitas client saat terhubung dengan wifi
55
Gambar 4.7 Tes aktifitas download pada client saat terhubung dengan wifi Gambar 4.6 merupakan hasil pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui trafik aktifitas client pada jaringan wifi di perusahaan selama satu minggu. Dari hasil pengamatan trafik jaringan, kecepatan akses data yang terekam tidak melebihi dari batasan yang diberikan pada client tingkat wifi yakni sebesar 1800 Kb/s. hal tersebut sangat terlihat pada Gambar 4.7 dimana kecepatan transfer yang diperoleh client saat melakukan aktifitas download dengan menggunakan IDM maupun browser download tidak melebihi batas akses bandwidth yang telah ditentukan pada queue tree “wifi” di mikrotik. Pada percobaan hasil konfigurasi tersebut terlihat kecepatan bandwidth yang diperoleh client saat download yakni terletak pada angka 154 KB/s. 4.3.2 Pengujian Client Pada Saat Hari Libur Perusahaan Pada pengujian sistem pada hari libur ini dilakukan pada hari libur perusahaan yakni hari Sabtu dan Minggu. Pengujian sistem ini dilakukan pada komputer client dengan ip 192.168.2.254 dimana 56
client tersebut meruapakan salah satu client yang termasuk dalam pembatasan bandwidth pada queue tree. Aktifitas yang dilakukan yakni dengan melakukan kegiatan download file dari internet untuk mengetahui seberapa besar bandwidth yang diterima oleh client saat hari libur.
Gambar 4.8 Trafik aktifitas client saat hari libur perusahaan
Gambar 4.9 Tes aktifitas download pada client saat hari libur perusahaan Pada Gambar 4.8 kita dapat melihat kecepatan akses data yang ada di jaringan perusahaan pada saat hari libur perusahaan yakni pada hari Sabtu dan Minggu. Dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa sistem yang telah diterapkan bekerja dengan baik yakni akses bandwidth
yang diperoleh tidak melebihi batas pemberian 57
bandwidth dari aturan yakni sebesar 1800 Kb/s. Hal ini juga berlaku pada saat aktifitas download client bekerja. Pada Gambar 4.9, saat pengujian akses kecepatan transfer yang diperoleh client saat melakukan aktifitas download saat hari libur perusahaan tidak melebihi batas akses bandwidth yang telah ditentukan pada queue tree. Kecepatan bandwidth yang diperoleh client saat download tersebut terletak pada kisaran 171 KB/s sesuai dengan rules “weekend” pada queue tree. 4.3.3 Pengujian Client Pada Ruang Direktur Perusahaan Pada pengujian client di ruang direktur perusahaan pengujian dilakukan pada saat jam kerja perusahaan untuk mengetahui bagaimana kondisi bandwidth yang didapat client saat rules bekerja. Komputer client ruang direktur perusahaan memiliki IP address yakni 192.168.2.252. Tahap pengujian yang dilakukan yakni dengan melakukan aktifitas download dari internet pada saat jam kerja perusahaan berlangsung.
58
Gambar 4.10 Trafik aktifitas client di ruang Direktur Perusahaan
Gambar 4.11 Tes aktifitas download pada client di ruang Direktur Perusahaan Pada saat pengamatan aktifitas client di ruang direktur perusahaan, kecepatan akses client yang diperoleh oleh komputer yang berada di ruang direktur tidak melebihi batas kecepatan seperti yang terlihat pada Gambar 4.10. Sedangkan saat pengujian aktifitas download terlihat bahwa pada Gambar 4.11, kecepatan yang diperoleh oleh client di ruang direktur perusahaan yakni 90 KB/s. Kecepatan bandwidth tersebut tidak melebihi batas yang ditentukan pada rules “Speseial-DIR” pada queue tree di mikrotik yakni sebesar 1 Mb/s.
59
4.3.4 Pengujian Client Pada Saat Jam Pulang Kerja Pada pengujian saat jam pulang kerja pengujian dilakukan pada saat setelah jam kerja selesai. Pengujian sistem ini dilakukan pada komputer client dengan ip 192.168.2.249 dimana client tersebut merupakan salah satu client yang termasuk dalam pembatasan bandwidth pada queue tree download dan browsing. Aktifitas yang dilakukan yakni dengan melakukan kegiatan download file dari internet untuk mengetahui seberapa besar bandwidth yang diterima oleh client saat jam kerja telah selesai yakni pada pukul 17.00. “Pulker 1”
“Pulker 2”
Gambar 4.12 Trafik aktifitas client saat jam bekerja telah selesai
60
Gambar 4.13 Tes aktifitas download pada client saat jam bekerja telah selesai Untuk trafik aktifitas client saat jam kerja telah usai seperti pada Gambar 4.12 dimana kecepatan akses yang didapat berada disekitaran 1800 Kb/s. kemudian pada tahap pengujian seperti pada Gambar 4.13, terlihat bahwa kecepatan yang diperoleh oleh client saat selesai jam kerja adalah berkisar pada kecepatan 174 KB/s. Kecepatan bandwidth tersebut tidak melebihi batas yang ditentukan pada rules “Pulker1” dan “Pulker2” pada queue tree di mikrotik yang dikonfigurasi yakni sebesar 1800 Kb/s.
4.3.5 Pengujian Client Saat Jam Kerja Pada tahap pengujian client saat jam kerja, pengujian sistem dilakukan pada komputer client di bagian admin dengan ip 192.168.2.254 dimana client tersebut merupakan salah satu client yang termasuk dalam pembatasan bandwidth pada queue tree download dan browsing.
61
Client 192.168.2.246
Client 192.168.2.247
Client 192.168.2.249
Client 192.168.2.248
Client 192.168.2.250
Client 192.168.2.254
Gambar 4.14 Trafik aktifitas client setiap bagian saat jam bekerja. Gambar 4.14 merupakan perekaman trafik bandwidth dalam aktifitas browsing client saat jam kerja di perusahaan. Dari pengamatan yang dilakukan aktifitas browsing yang ada di dalam jaringan terlihat sudah sesuai dengan peraturan bandwidth yang diberikan saat konfigurasi. Kecepatan yang diperoleh client di setiap bagian berada dikisaran kecepatan 100 Kb/s dimana batas kecepatan akses yang diberikan maksimal ketika semua client aktif melakukan aktifitas broswsing adalah 128 Kb/s.
62
Sebelum
Sesudah
Gambar 4.15 Tes aktifitas download pada client saat jam bekerja Sedangkan saat pengujian download file pada Gambar 4.15 dengan menggunakan perangkat IDM dapat terlihat perbedaan kecepatan antara sesaat sebelum bandwidth mencapai kuota dan setelah bandwidth mencapai kuota. Dari hasil yang didapat saat melakukan download file, bandwidth yang diperoleh client saat sebelum mencapai kuota yakni mencapai 113 KB/s dan kemudian setelah bandwidth telah mencapai kuota yakni 3 MB maka bandwidth drop menjadi kisaran 26 KB/s. Dari hasil implementasi yang telah dilakukan, perbandingan perolehan bandwidth pemakaian internet sebelum dan sesudah implementasi di dalam perusahaan dapat dilihat dari tabel berikut.
63
Tabel 4.2 Trafik Sebelum dan Sesudah Implementasi Browsing
Download
Client Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Direktur
21,4 Kbps
97,3 Kbps
139,1 Kbps
90,2 Kbps
Administrasi
70,3 Kbps
92,7 Kbps
125,4 Kbps
28,2 Kbps
Administrasi
12,1 Kbps
85,2 Kbps
80,3 Kbps
25,3 Kbps
Administrasi
29,9 Kbps
83,4 Kbps
35,9 Kbps
24,9 Kbps
Teknik
10,5 Kbps
75,5 Kbps
70,6 Kbps
21,6 Kbps
Teknik
25,9 Kbps
79,8 Kbps
21,9 Kbps
23,4 Kbps
Pengadaan
13,3 Kbps
80,1 Kbps
64,8 Kbps
24,3 Kbps
Pengadaan
18,0 Kbps
77,4 Kbps
13,3 Kbps
20,2 Kbps
Rata-rata
25,175 Kbps
83, 925 Kbps
70,163 Kbps
32,262 Kbps
Dari Tabel 5 dapat terlihat bahwa perbedaan bandwidth yang diterima oleh client sebelum dan sesudah implementasi. Perbedaan itu terlihat dimana sebelum dilakukan implementasi bandwidth yang dipakai oleh client saling berebut sehingga terdapat perbedaan ukuran bandwidth yang tidak berimbang dan koneksi internet yang terjadi di dalam perusahaan akan dirasa lambat karena terjadi perbedaan bandwidth yang diterima tersebut. Namun setelah implementasi dilakukan, perbedaan bandwidth yang terjadi sudah tidaklah besar karena telah diterapkan proses manajemen bandwidth yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang ada. Selain itu aktifitas download yang terjadi di dalam jaringan saat jam kerja juga dibatasi sehingga akan menekan penggunaan bandwidth yang melonjak akibat aktifitas donwload tersebut, sehingga lalu lintas jaringan yang sesuai dengan perusahaan dapat terwujudkan. 64