BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Teori Persinyalan (Signaling Theory) Teori yang mendasari penelitian ini adalah Signaling Theory atau Teori
Persinyalan yang menyatakan bahwa bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal berupa informasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai apa yang telah dilakukan manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Teori persinyalan menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi oleh pihak luar perusahaan. Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi investor maupun pelaku bisnis. Karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan ataupun gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini, maupun masa depan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut
Atmaja,
2002:6
menyatakan
bahwa
prinsip
signaling
mengajarkan setiap tindakan mengandung informasi. Misalnya, tindakan suatu perusahaan dalam menaikkan pembayaran dividen per lembar saham dapat dipandang oleh investor sebagai perusahaan yang memiliki keyakinan yang tinggi pada kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang.
2.1.2
Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat komunikasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai hasil akhir dari kegiatan akuntansi. Dengan adanya laporan keuangan, manajer mampu memberikan informasi kepada pemilik perusahaan
mengenai
keadaan
finansial
perusahaan.
Laporan
keuangan
melaporkan prestasi history secara menyeluruh yang merupakan suatu progress report dimana hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip-prinsip dan konvensi atau kebiasaan dalam akuntansi dari suatu perusahaan untuk membuat proyeksi serta peramalan untuk masa depan. Laporan keuangan menyajikan laporan kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai entitas ekonomi yang diharapkan berguna dalam membuat keputusan secara ekonomis. Menurut Keyso and Weygandt (2002) pelaporan keuangan berisi laporan keuangan yang merupakan komponen utama dari pelaporan keuangan dan laporan-laporan tambahan seperti pelaporan inflasi, diskusi dan analisis manajemen dalam laporan tahunan, dan surat-surat pemegang saham. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat tergambar pada kondisi keuangan perusahaan yang yang mana dapat memudahkan manajer dalam menilai kinerja manajemen suatu perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen mampu dan berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan Laporan posisi keuangan adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini dibuat guna menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan. b. Laporan laba rugi Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu yang diakhiri dengan perolehan laba atau rugi pada periode tersebut. Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu. c. Laporan arus kas Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. d. Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat kegiatan operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode tertentu.
e. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan pos-pos yang tercantum dalam laporan keuangan yang disajikan. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan dapat memahami dengan jelas mengenai data yang disajikan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2004:12). Seharusnya laporan keuangan disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan aspek-aspek tertentu sesuai kebutuhan mereka. Menurut Harahap (2007:132) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan laporan keuangan: a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahaan dalam sumber-sumber ekonomi neto (aset dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba. c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. e. Untuk mengungkapakan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 3. Manfaat Laporan Keuangan Menurut Harahap (2007:120) laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Pihak-pihak yang dapat memanfaatkan laporan keuangan antara lain: a. Pemegang Saham Pemegang saham pasti ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Baik itu informasi itentang aset, modal, utang, hasil, biaya, dan laba. Para pemegang saham juga ingin mengetahui prestasi perusahaan dalam mengelola manajemen. Mereka juga ingin mengetahui berapa besar jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan.dari informasi tersebut, pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual, atau menambahnya. Semua tergantung pada kesimpulan yang diambil dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan atau informasi tambahan lainnya.
b. Investor Dalam hal tertentu, investor sama dengan pemegang saham. Bagi investor yang potensial, mereka akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. c. Analisis Pasar Modal Analisis pasar modal selalu melakukan analisis, baik itu analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk pasar modal. Mereka ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan tersebut. Informasi tersebut akan disampaikan kepada para pelanggannya berupa investor baik individual maupun lembaga. d. Manajer Seorang manajer selalu dihadapkan pada seribu satu masalah yang membutuhkan keputusan yang cepat setiap saat. Oleh karena itu manajer ingin mengetahui kondisi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Karena beragamnya informasi yang dibutuhkan, laporan keuangan yang disusun dengan norma akuntansi keuangan yang bersifat umum terasa sangat sedikit sehingga mereka mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi manajemen. e. Pemberi Pinjaman (kreditur) Pemberi pinjaman atau kreditur akan tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunga yang diberikan dapat dibayar pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan.
f. Karyawan dan Serikat Pekerja Para karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga akan tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. g. Instansi Pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak. Baik itu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pembangunan, Pajak Penjualan Barang Mewah (Ppn Bm), Pajak Daerah, Retribusi, Pajak Penghasilan (Pph). Perusahaan juga dikenakan pemotongan, penghitungan, dan pembayaran. Semua kewajiban ini mesrtinya tergambar dalam laporan keuangan. h. Pelanggan atau Lembaga Konsumen Para pelangga berkepentingan terhadap iinformasi mengenai kelangsungan hidup perushaan, terutama jika mereka terlibat dengan perjanjian jangka panjang atu tergantung pada perushaan tersebut. i. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karena itu mereka berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijaksanaan pajak, dan
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan pendapatan nasional dan pendapatan lainnya. j. Suppilier Supplier dapat dikatakan hampir sama dengan kreditur. Melalui laporan keuangan, informasi untuk mengettahui apakah perushaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan. k. Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat bisa saja memerlukan laporan keuangan. Misalnya LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, dan serikat pekerja. Oleh karena itu LSM membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. l. Peneliti/Akademi/Lembaga Peringkat Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting sebagai data primer dalam melakukan topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari suatu hipotesis atau penelitian yang dilakukan.
2.1.3
Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menjadi dasar
pembagian dividen perusahaan (Gitman, 2009). Banyak investor yang akan membeli saham guna menanamkan dananya pada perusahaan yang dikatagorikan dapat menjanjikan keuntungan di masa mendatang. Terdapat
banyak
cara
untuk
mengukur
profitabilitas.
Berbagai
pengukuran ini memungkinkan para analis dalam mengevaluasi keuntungan suatu perusahaan yang dinilai dari sisi penjualan, aset ataupun investasi pemilik. Sedangakan dalam penelitian ini jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Net Profit Margin (NPM) Margin laba bersih atau yang lebih dikenal dengan Net Profit Margin (NPM) merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan (Martono dan Harjito, 2010:59) Rumus untuk mencari Net Profit Margin (NPM) adalah sebagai berikut:
NPM =
Laba Bersih setelah Pajak × 100% Penjualan Bersih
2. Return On Asset (ROA) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal return on assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil pengembalian (return) jumlah aset yang digunakan
perusahaan.
Hasil
pengembalian
investasi
menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana yang digunakan perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) resiko ini, semakin
menunjukkan kondisi perusahaan kurang baik. Demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut:
ROA =
Laba Bersih setelah Pajak x 100% Total Aset
3. Return On Equity (ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih dengan modal sendiri (Kasmir, 2008). Rasio ini menunjukkan efisiensi dalam penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin menunjukkan perusahaan dalam kondisi baik. Dengan kata lain, posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return On Equity (ROE) adalah sebagai berikut:
ROE = 2.1.4
Laba Bersih setelah Pajak x 100% Total Ekuitas
Pertumbuhan Penjualan (ΔSt) Kesuma (dalam Clarensia et al., 2011) menyatakan bahwa pertumbuhan
penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Menurut Barton et al. (1989), pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai
prediksi pertumbuhan di masa yang akan mendatang. Perumbuhan penjualan juga merupakan suatu indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan tersebut dalam mempertahankan keuntungan guna mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Suatu perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi, akan membutuhkan banyak investasi pada aset tetap maupun aset lancar. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi dinilai mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya, jika perusahaan tersebut membelanjai aset dengan menggunakan utang, begitu juga sebaliknya. Cara mengukur pertumbuhan penjualan dengan melakukan perbandingan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya. Rumus untuk mencari Pertumbuhan Penjualan (ΔSt) adalah sebagai berikut :
Keterangan:
ΔSt =
St − St−1 × 100% St−1
ΔSt
= Pertumbuhan Penjualan
St
= Penjualan pada tahun ke t
St-1
= Penjualan pada periode sebelumnya
2.1.5
Dividen
1. Pengertian Dividen Downes dan Goodman (dalam Deitiana, 2011) menyatakan bahwa dividen adalah pendistribusian laba kepada para pemegang saham, secara prorata menurut kelas surat berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, script, produk, atau properti perusahaan, walaupun ini jarang terjadi. Baridwan (dalam Deitiana, 2011) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham Perseroan Terbatas yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Melalui pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa besarnya pembagian dividen telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kepada pemegang saham secara adil dan proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham. 2. Kebijakan Dividen Kebijakan diveden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menahan modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Martono dan Harjito, 2010:253). Dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sangat penting karena dapat mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur fianansial, arus pendanaan, dan posisi likuiditas perusahaan.
Menurut Martono dan Harjito (2010:253) rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan. 3. Teori Kebijakan Dividen Menurut Atmaja, 2002:285 terdapat beberapa teori tentang kebijakan dividen yakni: a.
“Dividen Tidak Relevan” Dari MM Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR), tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan.
b.
Teori “The Bird in the Hand” Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jik DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains.
c.
Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih suka menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
d.
Teori “Signaling Hypothesis” Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turu.
e.
Teori “Clientele Effect” Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Rumus untuk mencari Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebagai
berikut:
Keterangan: Dividend Per Share (DPS)
DPR ≡
DPS × 100% EPS
= Total deviden yang dibagikan / jumlah lembar saham yg beredar
Earning Per Share (EPS)
= Laba bersih setelah pajak / jumalah lembar saham yang beredar
2.1.6
Saham
1. Pengertian Saham Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau bada usaha pada suatu peruasahaan. Menurut Hanafi et al. (2009:15) saham merupakan klaim paling akhir urutan atau haknya. Jika suatu perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pelunasan hutang adalah menggunakan kas yang ada terlebih dahulu. Kemudian jika terdapat sisa, kas yang tersisa digunakan untuk membayar
para pemegang saham. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas merupakan pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Saham dapat dibedakan menjadi 2, yakni (1) saham biasa (common stock) merupakan efek dari penyertaan pemilikan (equity security) dari badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dapat memberikan jaminan untuk turut serta dalam pembagian laba dalam bentuk dividen , jika perusahaan tersebut memperoleh laba; (2) saham preferen (preffered stock) merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. 2. Harga Saham Harga saham adalah harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya ditentukan oleh para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan. Kesuma (dalam Clarensia et al., 2011) menyatakan bahwa harga saham adalah nilai nominal penutupan (closing price) dari penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara reguler di pasar modal Indonesia. Menurut Husnan (2005:279) analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham, lalu membandingkan harga pasar saat ini dari saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari
saham tersebut. Pedoman yang digunakan dalam menentukan nilai intrinsik adalah (1) apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harga terlalu rendah), maka seharusnya saham tersebut dibeli atau ditahan bila saham tersebut telah dimiliki; (2) apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harga terlalu mahal), maka seharusnya saham tersebut dijual; (3) apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai memiliki nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.
2.1.7
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
digunakan sebagai bahan referensi serta bahan pengkajian yang terkait dengan penggunaan profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen terhadap harga saham antara lain: 1. Clarensia et al. (2011) Dalam
penelitian
yang
berjudul
Pengaruh
Likuiditas,
Profitabilitas,
Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham dilakukan oleh Clarensia et al. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh (1) Likuiditas yang diukur dengan Current Ratio atau rasio lancar; (2) Profitabilitas yang diukur dengan Return On Equity/ROE; (3) Pertumbuhan Penjualan yang diukur dengan penjualan tahun sekarang dikurang penjualan tahun sebelumnya dibagi penjualan tahun sebelumnya, dan (4) kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda dengan sampel sebanyak 14 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007 sampai 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Pertumbuhan Penjualan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Sedangkan variabel independen lainnya yang terdiri dari Likuiditas, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Harga Saham. 2. Deitiana (2011) Penelitian lain yang berjudul Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen Terhadap Harga Saham dilakukan oleh Deitiana (2011). Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel independen yakni rasio keuangan (Likuiditas dan Profitabilitas), Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen dalam mempengaruhi Harga Sahamnya. Penelitian ini menunjukkan hanya variabel Profitabilitas yang mempengaruhi Harga Saham. Sedangkan variabel lain yakni Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap Harga Saham. 3. Rosalina et al. (2012) Penelitian serupa yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI juga dilakukan oleh Rosalina et al. (2012). Penelitian ini hanya menggunakan variabel independen profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), dan Deviden Per Share (DPS) dalam mempengaruhi Harga
Saham perusahaan-perusahan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Earning Per Share (EPS) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham. Penelitian terdahulu nampak pada tabel 1.
2.2
Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dimulai dari perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia yang menggunakan Signaling Theory dalam menjalankan kinerjanya. Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan keuangan yang terdiri dari elemen-elemen akun dimana dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur variabel independen yakni (1) profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE); (2) Pertumbuhan Penjualan (ΔSt); (3) kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) apakah dapat mempengaruhi variabel dependennya yakni Harga Saham (HS). Sehingga kenaikan atau penurunan harga saham suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel independen tersebut. Dengan diketahui pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan memudahkan para investor dalam mengambil keputusan. Apakah akan membeli, menahan, atau menjual sahamnya. Rerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
Tabel 1 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian
Sampel dan Periode P liti
Ringkasan Hasil Penelitian
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham
Perusahaan yang manufaktur terdaftar di BEI, 20072010
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel pertumbuhan penjualan yang tidak mempengaruhi harga saham. Sedangkan variabel Likuiditas, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen mempengaruhi Harga Saham.
Deitiana (2011)
Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen Terhadap Harga Saham
Semua perusahaan LQ 45 di BEI, 20042008
Penelitian ini menunjukkan hanya variabel profitabilitas yang mempengaruhi harga saham. Sedangkan variabel lain yakni likuiditas, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Rosalina et al. (2012)
Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
Perusahaan industri barang konsumsi, 2008-2010
Penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Earning per Share (EPS) yang berpengaruh dominan terhadap harga saham.
Nama Peneliti
Clarensia al. (2011)
2.3
et
Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian latar belakang diatas disertai rumusan masalah yang
akan diuji, maka didapat perumusan hipotesis sebagai berikut:
H1= Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap Harga Saham H2= Return on Asset berpengaruh positif terhadap Harga Saham H3= Return on Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham H4= Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap Harga Saham H5= Deviden Payout Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur
Signaling Theory
Laporan Keuangan
Profitabilitas
NPM
ROA
Pertumbuhan Penjualan
ROE
Kebijakan Dividen
DPR
St
Harga Saham (HS)
Penurunan HS
Kenaikan HS
Investor Gambar 1 Rerangka pemikiran pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan dividen terhadap harga saham.