BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoritis Tinjauan teori yang berisi tentang teori-teori yang menjadi dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori corporate governance ( insider ownership, outsider ownership, dan dewan komisaris ), teori keagenan, dan teori audit ( ukuran komite audit, reputasi auditor, opini auditor ) : 2.1.1
Corporate Governance Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan di antara
manajemen, dewan direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (Organization for Economic Co-operation and Development, 2004). Kunci utama keberhasilan corporate governance adalah membangun sistem pengawasan dan pengendalian yang baik. Berdasarkan pedoman umum good corporate governance, terdapat prinsip dasar pengelolaaan perusahaan yang baik yaitu : (1) Transparansi (transparancy), (2) Akuntabilitas (accountability), (3) Pertanggungjawaban (responsibility), (4) Kemandirian (independency), (5) Keadilan (fairness). Terwujudnya keseimbangan pengawasan dan pengendalian pengelolaan perusahaan akan menjadi penghambat bagi manajer untuk membuat kebijakan sesuai
kepentingan
pribadi
serta
mendorong
terciptanya
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan keadilan.
13
transparansi,
14
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2012) dalam publikasinya dengan menerapkan corporate governance, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, antara lain : a. mudah untuk meningkatkan modal b. menurunkan biaya modal c. meningkatkan kinerja bisnis dan peningkatan kinerja ekonomi d. berdampak baik pada harga saham (karena situasi Indonesia saat ini, privatisasi BUMN dapat berkontribusi secara signifikan terhadap anggaran negara) Hart (1995) menjelaskan bahwa isu corporate governance muncul di dalam organisasi apabila terdapat dua kondisi. Pertama, adanya benturan kepentingan antar anggota organisasi, misalnya pemilik, manajer, pekerja, atau konsumen, yang biasa disebut masalah keagenan. Kedua, transaction cost dengan permasalahan keagenan yang tidak dapat dihilangkan melalui kontrak. Isu corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Dengan pemisahan ini, pemilik perusahaan memberikan kewenangan pada pengelola (manajer) untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik. Dengan kewenangan yang dimiliki ini, mungkin saja pengelola tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan. Dengan informasi yang dimiliki, pengelola bisa bertindak yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Hal ini mungkin terjadi karena pengelola mempunyai
15
informasi mengenai perusahaan yang tidak dimiliki pemilik perusahaan (asymmetric information). Permasalahan keagenan dalam hubungan antara pemilik modal dengan manajer dalam konteks ini adalah berkaitan dengan bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambilalih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan, sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dengan manajer. Kerangka corporate governance menjelaskan dengan mendasarkan pada permasalahan antara prinsipal dan agen, yaitu bagaimana institusi dapat membuat prinsipal mendapatkan return dalam pertukarannya dengan manajemen. Dalam penelitian ini terdapat dua elemen dari corporate governance yang memiliki peran penting terhadap audit delay publikasi laporan keuangan perusahaan, yaitu : 1.
ownerships Kepemilikan dalam perusahaan terdiri atas dua pihak, yaitu kepemilikan
pihak luar perusahaan (outsider ownership) dan kepemilikan pihak dalam perusahaan (insider ownership). Kepemilikan pihak luar perusahaan adalah pihak yang berada di luar struktur organisasi. Pihak-pihak yang ada di luar perusahaan yaitu sebagai berikut : a. investor
: investor membutuhkan informasi keuangan perusahaan untuk
menentukan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Jika dalam prediksi investor akan memberikan keuntungan yang baik, maka investor akan
16
menyetorkan modal ke perusahaan, dan begitu juga sebaliknya (Darmiansa, 2012). b. Pemerintah : besarnya pajak yang harus dibayarkan perusahaan atau organisasi kepada pemerintah sebagian besar berdasarkan atas informasi pada laporan keuangan perusahaan (Darmiansa, 2012) c. Kreditur
: jika perusahaan sedang terdesak dan membutuhkan dana
perusahaan mungkin akan meminjam uang pada kreditor seperti meminjam uang di bank, berhutang barang pada supplyer/pemasok. Kreditur akan memberikan dana jika perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik dan tidak akan memiliki potensi yang besar untuk merugi (Darmiansa, 2012). d. Pihak lainnya
: sebenarnya masih banyak pihak lain dari luar perusahaan
yang mungkin saja akan menggunakan laporan/informasi akuntansi suatu organisasi seperti para karyawan, serikat kerja, auditor akuntan publik, polisi, pelajar/mahasiswa, wartawan, dan banyak lainnya (Darmiansa, 2012). Pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan lebih besar untuk menekan manajemen perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan secara tepat waktu. Gunarsih (2004) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan pihak dalam perusahaan (insider ownership) adalah pihak yang berada dalam struktur organisasi. Manajemen adalah pihak yang paling membutuhkan laporan akuntansi yang tepat dan akurat untuk mengambil keputusan yang baik dan benar. Kepemilikan manajemen adalah para pemegang
17
saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik perusahaan dari pihak manajemen secara aktif ikut didalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Hak kepemilikan manajemen adalah hak mutlak yang juga dipunyai oleh para manajemen terhadap perusahaan. Hak kepemilikan juga dapat dilihat dari jumlah modal yang ditanamkan oleh para manajer yang bersangkutan. 2.
Dewan komisaris independen Keberadaan komisaris independen diatur dalam peraturan BAPEPAM
No:KEP-315/BEJ/06-2000 yang disempurnakan dengan surat keputusan No:KEP339/BEJ/07-2001, yang menyatakan bahwa setiap perusahaan publik wajib memiliki komisaris independen untuk mencitakan tata kelola perusahaan yang baik. Komisaris independen berjumlah sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota komisaris. Dewan komisaris memiliki fungsi melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi sehingga manajemen perusahaan mampu bekerja maksimal. Melalui praktik corporate governance yang diproksikan dengan komposisi komisaris independen diperkirakan mampu mempengaruhi
ketepatwaktuan
dalam
penyampaian
laporan
keuangan
perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar jumlah dewan komisaris maka pengawasan yang dilakukan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang kemudian akan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
18
2.1.2
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal), mereka juga menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan. Principal adalah pemegang saham atau investor dan yang dimaksud agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen. Adanya pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelolaan oleh manajemen cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal dapat membatasi penyimpangan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan bersedia mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost) untuk mencegah hazard dari agen. Semua biaya tersebut sering pula disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Secara umum tidak mungkin bagi prinsipal atau agen akan membuat keputusan yang optimal dari sudut pandang prinsipal. Menurut Elqorni (2009) teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka dalam perusahaan. sedangkan para agen diasumsikan menerima
19
kepuasan berupa kompensasi keuangan dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan tersebut masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Teori keagenan memberikan tiang pokok bagi peranan penting akuntansi dalam menyediakan informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan. Peran ini sering diasosiasikan dengan peran kepengurusan, dimana seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadiankejadian dalam periode yang lalu. Inilah yang memberikan akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Teori keagenan juga mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Asimetri informasi timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan para pemegang saham dan stakeholder lainnya. Oleh karena itu, manajer sebagai pengelola berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut adalah para pengguna eksternal. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal karena mereka berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Sedangkan para pengguna internal (manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahaan dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi
20
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal. 2.1.3
Teori Audit Pengertian auditing menurut H.S Munawir (1992:2) terdapat beberapa
pengertian audit. Perkataan auditing dalam Dictionary for Accountants antara lain diartikan sebagai berikut : setiap penyelidikan atau penilaian secara sistematis terhadap prosedur atau operasi dengan tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kriteria yang telah ditetapkan, pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh akuntan intern. Menyelidiki, mempelajari atau mereview secara kritis yang dilakukan oleh auditor terhadap pengawasan intern dan catatan akuntansi suatu perusahaan atau unit ekonomi lainnya, sebagai dasar untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Kadang-kadang disertai pula catatan atau penjelasan mengenai sifat, luas dan tujuan auditnya seperti : audit tahunan, audit neraca, audit untuk tujuan kredit dan audit terhadap kas. Menurut A. Arens & James k. Loebbeche yang diterjemahkan oleh tim dejacarta memberikan definisi yang hampir sama tetapi lebih khusus menjelaskan tentang objek auditing sebagai berikut : “Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti-bukti oleh orang atau badan yang bebas tidak memihak, mengenai informasi kuantitatif unit ekonomi dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi kuantitatif dengan kriteria yang sudah ditetapkan”. American Accounting Association (AAA) Commitee on Basic Auditing Concept memberikan pengertian auditing secara umum sebagai berikut :”Auditing
21
adalah suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Menurut Mulyadi (2002:9) pengertian auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan serta penyampaian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Dalam penelitian ini terdapat tiga elemen dari karakteristik audit yang memiliki peran penting terhadap publikasi laporan keuangan perusahaan, yaitu : 1.
Ukuran komite audit (audit commite size) Menurut peraturan Bapepam No.IX.I.15 komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Pengaturan mengenai jumlah komite audit bagi emiten dan perusahaan publik juga diatur dalam peraturan Bapepam No. IX.I.15, dalam peraturan tersebut emiten dan perusahaan publik diwajibkan membentuk komite audit yang berjumlah sekurangkurangnya tiga orang, seorang diantaranya merupakankomisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen dimana sekurang-kurangnya satu diantaranya memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan atau keuangan.
22
Menurut Karamanou dan Vafeas (2005) komite audit diharapkan dapat memberikan bantuan dalam menyelesaikan konflik dengan manajemen dan menyebabkan beberapa perbaikan dalam kualitas audit secara keseluruhan. Komite audit sekarang sedang dilihat sebagai pemain utama dalam uoaya untuk melaksanakan reformasi pemerintahan dan membangun kembali keoercayaan publik dlam pelaporan keuangan. 2.
Reputasi auditor (KAP big four dan non big four) Kantor akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Ukuran auditor berhubungan dengan kualitas auditor. Menurut De Angelo (1981) kualitas auditor adalah gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. De Angelo menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan reputasi auditor yang baik pua. Saat ini KAP yang besar dan terkenal di seluruh dunia menyisakan Big Four dari Big Eight. KAP Big Four yang ada di Indonesia adalah : a. KAP price waterhouse coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto sahari dan rekan. b. KAP KPMG (klynveld peat marwick goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja. c. KAP ernst and young, yang berkerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.
23
d. KAP deloitte touche thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman bing satrio dan rekan. KAP big four memiliki pendapat yang jauh lebih besar daripada KAP non big four. Pendapat yang besar memampukan KAP big four untuk memperkerjakan lebih banyak staf auditor di level junior, senior maupun manajer lebih banyak daripada KAP non big four. Sumber daya yang memadai dapat meningkatkan pelatihan-pelatihan staf terkait dengan standar akuntansi sehingga KAP big four terkesan lebih up-date terhadap peraturan-peraturan yang ada sehingga dapat meningatkan kredibelitas KAP itu sendiri. Dengan sumber daya yang besar pula memungkinkan KAP big four untuk melakukan tinjauan atas proses audit untuk kedua kalinya apabila diperlukan. Penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa investor memandang bahwa KAP big four lebih kredibel dan berkualitas dibandingkan dengan KAP non big four. Namun KAP big four juga memiliki sifat kehati-hatian untuk menjaga reputasinya tetap baik di mata masyarakat. 3.
Opini audit Auditor menyatakan pendapatnya berpijak pada audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Standar auditing antara lain memuat empat standar pelaporan. Dalam hal pemberian opini, Standar Pelaporan keempat dalam SPAP (IAI 2001) memaparkan : laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
24
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Opini audit yang diberikan oleh auditor setelah melalui beberapa tahapan audit yang dilakukan sehingga dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan yang telah diauditnya. Pemberian opini audit unqualified opinion merupakan berita baik (good news) yang akan menarik minat calon investor untuk melakukan investasi. Perusahaan yang menerima opini audit unqualified opinion akan cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang menerima qualified opinion dari auditor. 4.
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya sebuah perusahaan.
suatu perusahaan dapat dikatakan besar atau kecil dilihat dari beberapa sudut pandang seperti total nilai aset, total penjualan, jumlah tenaga kerja dn sebagainya. Menurut Hilmi dan Ali (2008) penelitian ini menggunakan total aset dalam mengukur besar kecilnya sebuah perusahaan. Dyer dan Mc. Hugh (n.d) serta Carslaw dan Kaplan (n.d) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki salah satu ciri yang utama yaitu adanya pengawasan investor, regulator dan sorotan masyarakat. Perusahaan besar akan cenderung lebih banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan dengan perushaan kecil. Oleh karena itu perusahaan besar akan cenderung menjaga image perusahannya. Semakin besar ukuran
25
perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung didalamnya. Pihak manajemen harus mengelola informasi tersebut dengan baik untuk dilaporkan pada pihak yang berkepentingan. Jika pihak manajemen tidak bersedia mengelola informasi tersebut dengan baik, maka laporan keuangan yang dihasilkan tidak akan bisa mencerminkan keadaan dari kondisi perusahaan. Investor dan pemilik pun juga turut andil dalam menjaga image perusahaan. Langkah yang dilakukan adalah dengan memberikan manajemen peraturan dan pengawasan yang ketat. Peraturan-peraturan beserta pengawasan tersebut memungkinkan terciptanya tekanan kerja dari atasan pada bawahannya. 2.1.4
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay
publikasi laporan keuangan telah banyak dilakukan. Misalnya, Christina dwi astuti (2007) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay waktu pelaporan keuangan dan menemukan bukti bahwa leverage, profitabilitas, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhada audit delay waktu pelaporan keuangan, sedangkan ukuran perusahaan, struktur kepemilikan baik pihak dalam maupun pihak luar, reputasi auditor dan opini audit mempunyai pengaruh terhadap audit delay waktu pelaporan keuangan. Muhammad faishal dan P. Basuki hadiprajitno (2005) meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap audit report lag dan menemukan bukti bahwa ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan jumlah rapat komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap audit report lag, sedangkan ukuran komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
26
Sistya rachmawati (2008) meneliti pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness dan menemukan bukti bahwa faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternalnya adalah ukuran kantor akuntan publik, sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan , sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik, profitabilitas, solvabilitas, dan internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness. Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. Devy kwayanti (2011) meneliti hubungan efektivitas komite audit terhadap penyampaian pelaporan keuangan tahunan perusahaan publik sektor manufaktur dan menemukan bukti bahwa efektivitas komite audit berhubungan signifikan negatif terhadap jangka panjang waktu pelaporan keuangan. Merlina toding dan Made gede wirakusuma (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan dan menemukan bukti bahwa leverage, kepemilikan manajerial dan komite audit tidak berpengaruh
terhadap
ketepatwaktuan
penyampaian
laporan
keuangan.
Profitabilitas dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh negatif, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
27
Alvina noor arifa (2013) meneliti pengembangan model audit delay dengan audit report lag dan total lag dan menemukan bukti bahwa pada model regresi linier berganda seluruh variabel independen berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap audit report lag maupun total lag. Sedangkan uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara audit report lag dan total lag. Elvira dian restu wijayanti (2011) meneliti pengaruh mekanisme corporate governance terhadap audit delay waktu penyampaian laporan keuangan dan menemukan bukti bahwa sebagian besar perusahaan mematuhi peraturan bapepam karena sebagian besar perusahaan membutuhkan waktu untuk mempublikasikan laporan keuangannya rata-rata 88 hari. Variabel yang berpengaruh terhadap audit delay waktu pelaporan adalah komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kualitas auditor. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh antara lain kepemilikan manajerial dan komite audit. Novice lianto dan Budi hartono (2010) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag dan menemukan bukti bahwa profitabilitas, solvabilitas, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Ukuran perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag. 2.2
Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah mengukur audit delay
publikasi laporan keuangan perusahaan. Audit delay publikasi merupakan alat ukur yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pada umumnya audit delay publikasi dipengaruhi oleh kepemilikan perusahaan
28
baik outsider ownership maupun insider ownership, hubungan antara kepemilikan perusahaan (outsider ownership dan insider ownership) dengan audit delay publikasi laporan keuangan, yaitu Pihak luar membutuhkan informasi finansial berupa laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu untuk pengambilan
keputusan
investasi
mereka.
Dengan
adanya
konsentrasi
kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen akan lebih mendapat tekanan dari pihak luar atau shareholder untuk lebih tepat waktudalam mempublikasaikan laporan keuangannya. Sedangkan kepemilikan perusahaan oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer. Manajer akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan, sehingga akan mempengaruhi kinerja pihak manajemen yang semakin baik. Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu mempublikasikan laporan keuangannya secara tepat waktu. Salah satu fungsi utama komisaris independen adalah mampu melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan secara independen, sehingga manajemen perusahaan
mampu
bekerja
maksimal.
Dewan
komisaris
independen
mempengaruhi audit delay publikasi laporan keuangan, yaitu jika pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris baik, maka dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang kemudian akan meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga dapat dipublikasikan secara tepat waktu. Hubungan antara audit commite size dengan audit delay publikasi laporan keuangan, yaitu semakin banyak anggota komite audit perusahaan, maka akan
29
semakin efektif dan efisien bagi perusahaan
dalam menyajikan laporan
keuangannya, sehingga dapat di publikasikan secara teoat waktu. Hubungan antara reputasi auditor dengan audit delay publikasi laporan keuangan, yaitu KAP yang besar memiliki banyak tenaga profesional yang dapat mempersingkat proses audit, karena KAP besar seperti KAP yang termasuk The Big Four memiliki lebih banyak pengalaman audit yang membuat mereka dapat melakukan tugas audit dengan cepat. Hubungan antara opini audit dengan audit delay publikasi laporan keuangan, yaitu perusahaan yang diberikan pernyataan unqualified opinion oleh auditor akan mempublikasikan laporan keuangan secara tepat waktu, karena jenis pendapat ini merupakan kabar baik (good news) perusahaan yang akan menarik minat calon investor untuk melakukan investasi. Selanjutnya ukuran perusahaan digunakan untuk audit delay publikasi laporan
keuangan. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay
publikasi, yaitu perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat. Hal ini disebabkan perusahaan besar akan cenderung lebih banyak disorot dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan – perusahan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Dengan demikian dalam penelitian ini model penelitian dapat digambarkan seperti Gambar 1. di bawah ini :
30
Lamanya proses audit
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1. Insider ownership 2. Outsider ownership 3. Dewan komisaris independen 4. Audit commite size 5. Reputasi auditor 6. Opini audit 7. Ukuran perusahaan
Metode analisis regresi berganda
Audit delay publikasi laporan keuangan
Gambar 1 rerangka pemikiran
31
2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1
Insider ownership (kepemilikan manajerial) dan audit delay laporan keuangan Kepemilikan manajemen (insider ownership) adalah para pemegang
saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik perusahaan dari pihak manajemen secara aktif ikut didalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Hak kepemilikan manajemen adalah hak mutlak yang juga dipunyai oleh para manajemen terhadap perusahaan. Hak kepemilikan ini juga dapat dilihat dari jumlah modal yang ditanamkan oleh para manajer yang bersangkutan. Astuti (2007) menyatakan bahwa kepemilikan perusahaan oleh manajer akan mempengaruhi kinerja manajer. Manajer akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan karena adanya rasa memiliki perusahaan, sehingga akan mempengaruhi kinerja pihak manajemen yang semakin baik. Manajemen dengan kinerja yang baik akan mampu menyampaikan pelaporan keuangannya secara tepat waktu. Bukti empiris menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak dalam berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay laporan keuangan. H1
: Insider ownership berpengaruh positif terhadap audit delay laporan keuangan
2.3.2
Outsider ownership (kepemilikan institusional) dan audit delay publikasi laporan keuangan Kepemilikan institusional (outsider ownership) adalah modal yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga. Menurut Chen dan Zhang (2006) menyatakan
32
kepemilikan institusional sebagai persentase suatu perusahaan yang memiliki mutualfunds, investment banking, asuransi, dana pensiun, reksadana dan bank. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan mekanisme corporate governance yang kuat sehingga mampu memberikan pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahendra dan Wijaya (2014) menemukan bahwa ada hubungan antara kepemilikan institusional dengan audit delay waktu pelaporan keuangan. H2
:
Outsider Ownership berpengaruh negatif terhadap audit delay publikasi laporan keuangan.
2.3.3
Dewan komisaris independen perusahaan dan audit delay laporan keuangan Dewan komisaris merupakan salah komponen dari corporate governance
yang dapat mempengaruhi audit delay laporan keuangan. Dewan komisaris memiliki fungsi melakukan pengawasan atas kebijakan perusahaan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi. Oleh karena itu, semakin besar jumlah dewan komisaris maka pengawasan yang dilakukan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang kemudian akan meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga publikasi laporan keuangan dapat tepat waktu. Faishal dan Hadiprajitno (2015) menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap audit delay publikasi laporan keuangan. H3
: Dewan komisaris independen perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan.
33
2.3.4
Audit commite size dan audit delay publikasi laporan keuangan Komite audit merupakan salah satu komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corporate governance terutama transparansi dan disclosure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif. Sehingga, semakin banyak anggota komite audit yang terlibat dalam proses audit sampai dengan dipublikasikannya laporan keuangan ke bursa, semakin efektif pekerjaan mereka dalam membantu auditor dan manajer untuk mewujudkan laporan keuangan auditan yang berkualitas dan relevan dalam penyajiannya. Sehingga, semakin banyak jumlah anggota komite audit yang terlibat, akan mempengaruhi waktu penyampaian laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Naimi (2010), semakin besar ukuran komite audit maka akan semakin meningkatkan kualitas pengawasan dan masalah dalam proses pelaporan keuangan lebih mungkin ditemukan dan diselesaikan apabila terdapat komite audit yang lebih besar. Arifah (2013) menjelaskan bahwa audit commite size negatif berpengaruh terhadap audit delay laporan keuangan. H4
: Audit commite size berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan
2.3.5
Reputasi auditor dan audit delay laporan keuangan Sorotan publik tahun-tahun belakangan ini tertuju pada profesi akuntan,
khususnya akuntan publik. Lahirnya big four ini lebih karena tergelincirnya profesi akuntan publik untuk memperhatikan ketegaran independensi profesi dalam kepentingan janga pendek untuk mencapai sasaran perusahaan. Keruntuhan
34
ini dipicu oleh skandal Enron di AS beberapa tahun lalu dimana banyak klien semakin sadar bahwa tidak ada jaminan kalau reputasi akuntan publik yang baik selalu memiliki mutu yang baik pula. Kualitas auditor diukur dengan ukuran seperti apakah kantor akuntan (yang memberikan jasa audit) merupakan anggota KAP besar. Auditor yang mempunyai reputasi yang baik (KAP the big four) akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien, sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. KAP the big four memperoleh insentif lebih tinggi untuk menyelesiakan pekerjaan audit lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP the big four mempertahankan reputasinya. Auditor besar cenderung untuk memberi informasi kepada klien tentang peraturan yang baru dan meminta klien untuk mematuhinya. Hal ini dikarenakan KAP besar lebih banyak disorot publik dan lebih dituntut untuk menghasilkan laporan keuangan yang tidak hanya untuk tujuan akuntabilitas dan tepat waktu, tetapi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan. Puspitasari dan Anggraeni (2012) menyatakan bahwa reputasi auditor mempunyai pengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan. H5
: reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan.
2.3.6
Opini audit dan audit delay laporan keuangan Opini audit yang diberikan oleh auditor setelah melalui beberapa tahapan
audit yang dilakukan sehingga dapat memberikan simpulan atas opini yang harus
35
diberikan terhadap laporan keuangan yang tekah diauditnya. Arens (2003) menyatakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor didalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesional maupun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pada umumnya perusahaan yang diberikan pernyataan unqualified opinion oleh auditor pada laporan keuangannya akan menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Perusahaan yang mendapatkan pendapat selain wajar tanpa pengecualian akan melaporkan laporan auditnya lebih lama. Perusahaan mengetahui dampak yang akan didapat dengan opini selain wajar tanpa
pengecualian
dalam
laporan
keuangannya.
Sehingga
perusahaan
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengkroscek laporan keuangananya serta untuk bernegosiasi dengan auditor, karena tidak mungkin investor mau untuk menempatkan investasinya pada perusahaan yang kurang baik dalam penyajian laporan keuangannya. Sebaliknya, perusahaan yang mendapatkan opini unqualified opinion akan mengalami tenggang waktu yang singkat karena tidak ada masalah atau hal yang harus dikonfirmasikan antara perusahaan dengan auditor. Penelitian mengenai opini audit dan pengaruhnya terhadap audit delay waktu pelaporan keuangan dilakukan oleh Arifa (2013) yang menemukan bahwa opini audit berpengaruh negatif terhdap audit delay laporan keuangan. H6
: opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan.
36
2.3.7
Ukuran perusahaan dan audit delay laporan keuangan Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan memiliki pengaruh terhadap
lamanya waktu penyelesaian audit. Hal ini disebabkan perusahaan besar cenderung lebih cepat dalam menyelesaikan proses auditnya dibanding perusahaan kecil karena memiliki pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi serta memampukan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dalam melakukan pekerjaan intern. Sistem pengendalian intern perusahaan tentunya akan sesuai dengan ukuran perusahaan tersebut. Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang besar akan menghabiskan lebih sedikit waktu dalam melakukan proses pengauditan Selain itu, para investor dan pemilik perusahaan juga akan menjaga reputasi perusahaannya dengan memberikan pengawasan yang ketat sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya keterlambatan dalam pempublikasian laporan keuangannya. Penelitian mengenai ukuran perusahaan dan pengaruhnya terhadap audit delay waktu pelaporan keuangan dilakukan oleh Ariyani dan Budiartha (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhdap audit delay laporan keuangan. H7
: ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay laporan keuangan.
37
Insider ownership
Outsider ownerships
Dewan komisaris independen Audit delay laporan keuangan
Audit commite size
Reputasi auditor
Opini audit
Ukuran perusahaan
Gambar 2 model penelitian