8
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka mewujudkan sasaran dan tujuan perusahaan (Soedarsono, 2007:25). Kinerja
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mengelola
dan
mengalokasikan sumber dayanya sehingga membuat kinerja menjadi hal penting yang harus dicapai setiap perusahaan. Istilah kinerja kerap dihubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Fahmi (2011) mengemukakan bahwa: Pengertian Kinerja Keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan secara baik dan benar. Menurut Husnan dan Padjiastuti (2004),seorang analis keuangan memerlukan ukuran tertentu, yang paling sering digunakan adalah rasio atau indeks yang menunjukkan hubungan antara data keuangan. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisa dengan menggunakan rasio keuangan untuk mengetahui tingkat pencapaian perusahaan.
9
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba rugi. Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lainnya, misalnya return on investment atau earning per share (Darminto dan Juliaty, 2005:5). 2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:07). Sedangkan menurut Munawir (2004:02) mengartikan laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh perusahaan, yaitu neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi yang berguna bagi pihak didalam perusahaan seperti manajer keuangan dan pihak luar perusahaan seperti para pemodal dan kreditur untuk keperluan analisis dalam proses pengambilan keputusan, mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dan melakukan penilaian terhadap perusahaan. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk melakukan analisis laporan keuangan, seperti analisis common size, analisis indeks, dan analisis rasio keuangan (Husnan & Pudjiastuti, 2006: 61).
10
2.1.3 Pengertian dan Jenis Rasio Keuangan Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dilakukan. Rasio keuangan adalah rasio yang menunjukkan jumlah tertentu dengan jumlah lainnya pada laporan keuangan. Analisis rasio digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kinerja perusahaan setiap kali laporan keuangan perusahaan diterbitkan. Analisis rasio adalah
cara
menganalisis
dengan
menggunakan
perhitungan-perhitungan
perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca atau laporan laba rugi perusahaan (Kuswadi,2006:2). Ada berbagai pendapat ahli mengenai kategori dari rasio-rasio tersebut yang didasarkan pada tujuan penganalisa dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Menurut John J. Hampton dalam Sugino dan Untung (2008) menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio kepemilikan. 1.
Rasio likuiditas Rasio likuiditas bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban yang segera harus dipenuhi. Kategori rasio likuiditas, antara lain rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (reveivable turn over), dan perputaran persediaan (inventory turn over).
2.
Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya, margin
11
keuntungan (profit margin), margin laba kotor (gross profit margin), perputaran aktiva (operating assets turn over), imbalan hasil dari investasi (return on investment), dan rentabilitas modal sendiri (return on euity). 3.
Rasio kepemilikan Rasio kepemilikan berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Membantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya, keuntungan per lembar saham (earning per share), nilai buku per lembar saham (book value per share), dan rasio hutang dan modal sendiri (capital structure ratio). Menurut Fred J.Weston dalam Sugino dan Untung (2008), rasio-rasio
keuangan ini dibagi menjadi 6 kelompok, yakni rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan rasio valuasi. 1.
Rasio likuiditas Rasio likuiditas bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2.
Rasio leverage Rasio leverage bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibiayai dengan dana pinjaman.
3.
Rasio aktivitas Rasio
aktivitas
bertujuan
mengoperasikan dana.
mengukur
efektivitas
perusahaan
dalam
12
4.
Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
5.
Rasio pertumbuhan Rasio pertumbuhan bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industri.
6.
Rasio valuasi Rasio valuasi bertujuan mengukur performa perusahaan secara keseluruhan, karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil. Menurut Lyn M. Fraser dalam Sugino dan Untung (2008) rasio keuangan
dapat digolongkan sebagai berikut. 1.
Rasio Likuiditas (solvensi jangka pendek) Rasio likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan uang tunai. Terdiri dari rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio aliran kas (cash flow liquidity ratio).
2.
Rasio aktivitas Rasio aktivitas, yaitu rasio untuk mengukur likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi pengelolaan assets, terdiri dari rata-rata pengumpulan piutang (account receivable in days), perputaran piutang (account receivable turn
13
over), perputaran persediaan (inventory turn over), perputaran aktiva tetap (fixed asset turn over), perputaran total aktiva (assets turn over). 3.
Rasio leverage (pembelanjaan dengan hutang dan pelunasannya) Rasio leverage, yaitu rasio untuk mengukur sejauh mana pembelanjaan dilakukan dengan hutang dibandingkan dengan modal, dan kemampuan untuk membayar bunga serta beban tetap lain. Rasio ini terdiri dari debt to equity, TIER, fixed charge coverage, cash flow adequacy.
4.
Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas, yaitu rasio untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan aktiva, kewajiban, dan kekayaan. Terdiri atas gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, cash flow margin, ROA, ROE, dan cash return on assets. Dari jenis rasio diatas yang digunakan dalam penelitian ini hanya rasio
likuiditas, leverage, profitabilitas, dan aktivitas. Rasio likuiditas menggunakan indikator current ratio (CR), rasio leverage menggunakan debt to equity ratio (DER), rasio profitabilitas menggunakan indikator return on assets (ROA), dan rasio aktivitas menggunakan indikator total assets turn over (TATO). 1.
Rasio likuiditas (liquidity ratio) Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dlam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan Current Assets (CR) untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan digunana untuk melunasi hutang (Kewajiban lancar) yang akan jatuh tempo/segera dibayar. Current ratio biasa
14
digunakan untuk mengukur solvensi jangka pendek (Sugino dan Untung, 2008). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jika perusahaan memiliki current ratio 1,47 X, artinya setiap Rp 1,kewajiban lancar perusahaan dijamin pembayarannya oleh Rp 1,47 aktiva lancar. 2.
Rasio Leverage Rasio ini bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan ynag dilakukan berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio leverage dalam penelitian ini diukur dengan debt equity ratio (DER) untuk menunjukkan perbandingan hutang dengan modal. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut (Sugino dan Untung, 2008). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jika perusahaan mempunyai financial leverage 2,24X artinya para kreditur menempatkan dana sebesar Rp 2,24 setiap Rp1,- modal sendiri. 3.
Rasio Profitabilitas/Rentabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
15
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Rasio ini diukur dengan menggunakan
Return
On
Assets
(ROA)
untuk
megukur
tingkat
pengembalian dari bisnis atas seluruh asset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan, oleh karena itu sering pula rasio ini disebut return on investment (Sugino dan Untung, 2008). Rumus ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
4.
Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan dari harta atau sarana modal yang dimiliki perusahaan atau dengan kata lain bertujuan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana. Rasio aktivitas diukur dengan total assets turn over (TATO) untuk menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Sugino dan Untung, 2008). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jika perusahaan mempunyai perputaran aktiva 1,18 X artinya perusahaan mampu menghasilkan penjualan 1,18 X dari total aktiva yang dimiliki.
16
2.1.4 Pasar Modal Penjualan sekuritas baik dalam saham maupun obligasi yang diterbitkan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara : (1) penjualan atau penempatan langsung kepada beberapa investor tertentu (privat placement) baik perseorangan maupun lembaga lembaga keuangan atau (2) menjual sekuritas kepada masyarakat melalui pasar modal (public offering) dengan perantara perusahaan penjamin emisi (underwriter company). Pasar modal menurut Sunariyah (2005:4-5) adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. Pasar modal menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:01) merupakan tempat diperjual belikannya berbagai instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivative, dan instrument lainnya. Pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 dalam Darmaji dan Fakhruddin (2012) yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti saham (stock), obligasi (bond), waran (warrant), right, reksadana (mutual fund), dan berbagai instrument derivative seperti opsi (option), kontrak berjangka (futures), dan lain-lain.
17
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan untuk memperoleh keuntungan financial suatu saat nanti. Contoh investasi adalah pembelian berupa aset finansial seperti obligasi,saham,asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti tanah,rumah dan lain-lain. 2.1.5 Kinerja Ekonomi Menurut Ikhsan (2004) dalam Haholongan (2016) kinerja ekonomi adalah kinerja perusahaan secara relatif dalam suatu industri yang sejenis yang ditandai dengan return tahunan industri yang bersangkutan. Tuwaijri (2004) dalam Kartika (2012) menyimpulkan dari penelitianpenelitian bahwa terdapat dua tipe pengukuran kinerja ekonomi yaitu accountingbased metrics dan market-based. Ukuran berdasarkan akuntansi menggunakan EPS, ROE, ROA. Sedangkan ukuran berdasarkan pasar menggunakan harga saham, karena menggunakan instrument saham maka ada pembagian deviden. Menurut Kartika (2012) keterbatasan dari penggunaan pengukuran berdasarkan akuntansi adalah cenderung berfokus pada satu aspek kinerja ekonomi perusahaan yaitu faktor internal perusahaan ketimbang faktor eksternal perusahaan. Sedangkan pengukuran berdasarkan variabel pasar mengikut sertakan faktor eksternal dalam pengukuran kinerja ekonomi. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pengukuran berdasarkan variabel pasar yaitu harga saham, pembagian deviden.
18
Menurut Tuwaijri (2004) dalam Haholongan (2016) menyatakan kinerja ekonomi dinyatakan dalam skala hitung berikut ini :
P1
= Harga saham akhir tahun
P0
= Harga saham awal tahun
Div
= Pembagian deviden
MeRI = Median return industri. Return industri diukur dari indeks industri yang diperoleh dari laporan Indonesian stock Exchange (IDX). 2.1.6 Saham Saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:05) didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Darmadji dan Fakhruddin (2012) menguraikan jenis saham menurut cara peralihannya, kemampuan dalam hak tagih atau klaim, dan kinerja perdagangan sebagai berikut : 1.
Jenis saham menurut cara peralihannya
a.
Saham atas unjuk (Brearer Stock)
19
Saham atas unjuk artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. b.
Saham atas nama (Registered Stock) Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
2.
Jenis saham menurut kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a.
Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
1.
Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2.
Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham
3.
Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
4.
Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.
5.
Hak untuk memiliki saham baru terlebih dahulu.
20
b.
Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu : (i) mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut; (ii) membayar deviden. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: (i) ada klaim atas laba dan aset sebelumnya; (ii) devidennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (Convertible) dengan saham biasa. Saham preferen mempunyai beberapa karakteristik, antara lain :
1.
Saham preferen memiliki hak lebih dahulu memperoleh deviden.
2.
Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3.
Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.
4.
Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
3.
Jenis Saham berdasarkan kinerja perdagangan
21
a.
Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
b.
Saham pendapatan (incoming stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata – rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c.
Saham pertumbuhan (growthstock-well-know), yaitu saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d.
Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak biasa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e.
Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
2.1.7 Harga Saham Harga saham menurut Anoraga (2001:100) adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga di Bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, tergantung permintaan (penawaran beli) dan penawaran (penawaran jual). Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang ingin menjual, maka harga saham tersebut akan
22
bergerak turun. Namun dalam jangka panjang, kinerja perusahaan emiten dan pergerakan harga saham umumnya bergerak searah. Menurut Arifin (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : 1.
Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham begitu juga sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio.
2.
Hukum permintaan dan penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi- transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
3.
Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. Penjualan saham
23
secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4.
Valuta asing Mata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, sehingga menyebabkan harga saham akan turun.
5.
Dana asing dibursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.
6.
Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa.
24
7.
News dan rumors Yang dimaksud news dan rumors adalah semua berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Penilaian atas saham menurut Novasari (2013) merupakan suatu mekanisme
untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, deviden yang dibagikan, aset perusahaan, dan sebagainya. Analisa terhadap nilai saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi. Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahap dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal; 1.
Analisis fundamental Menurut Halim (2005:21) Analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai instrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai instrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan
25
apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Ide dasar pendekatan ini ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja peusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro. Indikator yang umum digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang adalah pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, margin laba, pengembalian atas ekuitas dan data-data keuangan lain. 2.
Analisis teknikal Menurut Halim (2005:29) analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap saham tersebut. Sehingga asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah:
a.
Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan.
b.
Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irasional.
c.
Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti tren tertentu.
d.
Tren tersebut dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan.
e.
Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.
26
f.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
2.1.8 Penelitian Terdahulu Penelitian atas hubungan rasio keuangan terhadap harga saham telah banyak dilakukan. Beberapa hasil penelitian dipaparkan di bawah ini: 1.
Penelitian Nailufarh (2015) tentang debt to asset ratio, net profit margin, earning per share, deviden per share, book value per share, return on investment terhadap harga saham perusahaan tambang batu bara pada Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2013. Variabel yang digunakan adalah rasio debt to asset ratio, net profit margin, earning per share, deviden per share, book value per share, return on investment. Hasil dari penelitian ini adalah net profit margin berpengaruh terhadap harga saham dan debt to asset ratio, earning per share, deviden per share, book value per share dan return on investment tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2.
Penelitian Rachman dan Sutrisno (2013) tentang analisis pengaruh faktorfaktor fundamental terhadap harga saham perusahaan Manufaktur. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur di BEI periode 20072010. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah EPS, DER, ROA, PBV, PER, QAI, ROI, CR, NPM, TATO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EPS, DER, ROA, PBV, PER, QAI dan ROI, secara parsial signifikan positif berpengaruh terhadap harga saham
27
perusahaan Manfaktur di BEI periode 2007-2010. Sedangkan CR, NPM dan TATO tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan terbukti signifikan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan Manufkatur di BEI pada level signifikansi 5%. 3.
Penelitian Sardiyati (2016) tentang analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan subsektor makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAR, ROA dan PER. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DAR dan PER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel ROA tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.Variabel PER yang paling dominan berpengaruh terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia.
4.
Penelitian Ayumina (2016) tentang analisis dupont system dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dan pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Tambang Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), Dan Return On Investment (ROI), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian ini adalah (1) kinerja Perusahaan pada perusahaan tambang batu bara ada yang mengalami peningkatan dan ada pula yang mengalami penurunan.(2) varibel Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), Dan Return On Investment (ROI) secara simultan
28
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20122014. (3) varibel Return On Asset (ROA), Price Earning Ratio (PER), secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 dan Return On Investment (ROI) secara parsial tidak secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 201 2-2014. 5.
Penelitian Priatinah dan Kusuma (2012) tentang pengaruh Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Deviden Per Share (DPS) terhadap harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Deviden Per Share (DPS) dan harga saham. Hasil penelitian ini adalah Return on Investment secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (R2) ROI sebesar 0,197 dan nilai signifikansi t sebesar 0,012 (2) Earning per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (R2) EPS sebesar 0,463 dan nilai signifikansi t sebesar 0,000 (3) Dividen per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, hal ini dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (R2) DPS sebesar
29
0,787 dan nilai signifikansi t sebesar 0,000 (4) Return on Investment, Earning per Share, dan Dividen per Share secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, hal ini dibuktikan dengan nilai R2 sebesar 0,841 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. 2.2
Rerangka Pemikiran Krisis ekonomi global diawali tahun 2008 di Amerika Serikat telah
memberikan dampak bagi perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan manufaktur. Salah satu dampak yang dialami perusahaan adalah adanya kegagalan atau kebangkrutan. Para investor sebelum menanamkan modal akan melakukan analisis untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yaitu dengan melakukan analisis rasio keuangan. Kondisi keuangan perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat di ukur dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat mempengaruhi kinerja ekonomi, karena jika perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang baik, membuat investor ingin menanamkan sahamnya, dengan banyaknya investor yang membeli saham perusahaan, harga saham perusahaan tersebut cenderung naik. Penjelasan ini menunjukkan bahwa kinerja suatu perusahaan akan berpengaruh pada kinerja ekonomi.
30
Perusahaan Manufaktur
Kinerja Keuangan
Analisis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Leverage
Kinerja Ekonomi
Harga Saham (Variabel Pasar)
3. Rasio Profitbilitas 4. Rasio Aktivitas
Hubungan Kinerja keuangan dengan Kinerja Ekonomi
Analisis Regresi Berganda
Kesimpulan dan Saran
Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Kinerja Ekonomi Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia didalam perusahaan. Current Ratio merupakan salah
31
satu jenis rasio yang umum digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan. Hasil Current Ratio tersebut menunjukkan kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan akan mempengaruhi kinerja ekonomi dilihat dari variabel pasar yaitu harga saham, karena semakin tinggi hasil Current Ratio maka semakin baik dan perusahaan dianggap mampu melunasi hutang-hutang jangka pendeknya sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Semakin banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi maka harga saham akan cenderung naik. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Current Ratio maka semakin tinggi pula harga saham. Sehingga dapat diartikan bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian pasaribu (2008) yang menyatakan Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. H1 : Rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekonomi. 2.3.2 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Kinerja Ekonomi Rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar kebutuhan dana suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Salah satu jenis rasio leverage yang digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
kinerja
perusahaan
dalam
mengembalikan hutang dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total modal adalah Debt to Equity Ratio (DER). Tinggi dan rendahnya hasil Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja ekonomi dilihat dari variabel pasar yaitu harga saham, karena perubahan nilai rasio ini akan mempengaruhi tingkat laba dan resiko yang diharapkan investor.
32
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan operasional perusahaan yang dibiayai hutang semakin besar, semakin besar utang maka semakin besar tanggung jawab perusahaan kepada investor dalam membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya. Sehingga semakin tinggi resiko yang dihadapi oleh perusahaan, semakin rendah ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya dan harga saham cenderung akan turun. Sehingga dapat diartikan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian Stella (2009) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. H2 : Rasio leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja ekonomi. 2.3.3 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Kinerja Ekonomi. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Salah satu jenis rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki adalah Return On Asset (ROA). Rasio ini dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk mengukur efisiensi penggunaan modal secara menyeluruh, yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan atas seluruh aktiva
33
yang dimilikinya. Tingkat kembalian investasi ini mempengaruhi nilai kinerja ekonomi atas dasar variabel pasar yaitu harga saham. Keadaan
keuangan
perusahaan
dan
tingkat
kembalian
investasi
mempengaruhi investor dalam menanamkan sahamnya dan dijadikan pengambilan keputusan apakah tetap menanamkan saham atau tidak, dan keputusan tersebut akan berpengaruh ke harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi hasil Return On Asset (ROA) berarti semakin tinggi pula harga saham. Hal ini dapat diartikan bahwa rasio Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian Rachman dan Sutrisno (2013) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2007-2010. H3 : Rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekonomi. 2.3.4 Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Kinerja Ekonomi Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan sumberdaya perusahaan. Salah satu jenis rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan laba dan menciptakan penjualan adalah Total Asset Turn Over (TATO). Rasio Total Asset Turn Over (TATO) menunjukkan tingkat perputaran aktiva dalam menghasilkan laba dimana laba tersebut akan mempengaruhi kinerja ekonomi ata dasar variabel pasar yaitu harga saham. Semakin tinggi tingkat perputaran aktiva dalam menciptakan penjualan maka semakin tinggi pula laba
34
perusahaan. Semakin tinggi laba perusahaan maka semakin tinggi pula ketertarikan investor dalam menanamkan modalnya, hal ini membuat harga saham akan cenderung naik. Sehingga dapat diartikan bahwa rasio Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Pernyataan ini didukung dengan hasil penelitian Adipalguna dan Suarjaya (2016) yang menyatakan bahwa rasio Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. H4 : Rasio aktivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja ekonomi.