BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Pengertian Bank dan Perbankan Menurut Taswan (2010:6) menyatakan bahwa pengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal dua hal yang sangat berbeda. Bank hanya mencakup aspek kelembagaan. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu: 1. Menurut Joseph Sinkey, bahwa yang dimaksud bank adalah department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. 2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. 3. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain
dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Pada pengertian di atas tampak sangat statik, bank sebagai lembaga atau badan usaha. Sedangkan pengertian perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2.1.2
Jenis Bank Menurut Martono (2002:28) mengemukakan bahwa dari sejarah perkembangan perbankan di Indonesia yang telah beberapa kali mengalami perubahan perundang- undangannya, maka jenis bank dapat dilihat dari aspek fungsinya, kepemilikannya, status atau kedudukan, dan cara menentukan harga. 1. Dilihat dari aspek fungsinya Sesuai dengan Undang- undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967, jenis bank menurut fungsinya terdiri atas: a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar
e. Bank Desa f.
Bank Lumbung Desa
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, bank dikategorikan menjadi dua jenis yaitu: a. Bank Umum b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 2. Dilihat dari aspek kepemilikannya Dilihat dari aspek kepemilikannya dalam arti siapa yang memiliki bank tersebut yang dapat dilihat dari akte pendiriannya dan berapa jumlah saham yang dimiliki. Dilihat kepemilikannya jenis bank terdiri dari: a. Bank milik pemerintah Pada bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga
keuntungan
yang
diperolehnya
juga
dimiliki
oleh
pemerintah. b. Bank milik swasta nasional Pada jenis bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Demikian pula pembagian keuntungan yang diperoleh juga dimiliki oleh swasta nasional. c. Bank milik koperasi Pada jenis bank ini akte pendirian dan sahamnya dimiliki oleh
koperasi yang berbadan hukum. d. Bank milik swasta asing Pada jenis bank ini merupakan cabang dari bank yang sahamnya dimiliki oleh swasta asing maupun pemerintah asing. Dengan demikian kantor pusatnya di luar negeri dan keuntungannya juga dimiliki swasta asing. e. Bank campuran Pada jenis bank ini sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. 3. Dilihat dari aspek status Pada jenis bank ini dilihat dari kemampuannya dalam melayani masyarakat. Status dan kedudukan bank diukur dari kemampuannya melayani masyarakat yang terdiri dari jumlah produk yang ditawarkan, modal, serta kualitas pelayanannya. a. Bank Devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. b. Bank non Devisa Bank non devisa merupakan bank yang belum memiliki izin untuk
melaksanakan transaksi keluar negeri seperti yang telah dilakukan oleh bank devisa. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan oleh bank ini meliputi transaksi dalan negeri. 4. Dilihat dari aspek cara menentukan harga Jenis bank dilihat dari cara menetapkan harga baik harga beli maupun harga jual dapat dibagi dua, yaitu: a. Bank Konvensional Sebagian terbesar bank yang berkembang di Indonesia melaksanakan prinsip perbankan konvensional. Dalam operasinya jenis bank ini menggunakan prinsip konvensional yang menggunakan dua metode, yaitu: -
Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman (kredit) yang diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu.
-
Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan biaya ini disebut fee based.
b. Bank Syariah Bank syariah (bank bagi hasil) merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dalam operasinya, baik dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat maupun dalam
penyaluran dana kepada masyarakat bank syariah menetapkan harga produk yang ditawarkan berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil. 2.1.3
Fungsi dan Tujuan Bank Menurut Kuncoro (2002:67) terdapat 3 fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu: 1. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan. 2. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. 3. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
2.1.4
Karakteristik Bank Menurut Taswan (2010:6) menyatakan bahwa pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa karakteristik bank antara lain: 1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan mereka yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral. 2. Bank
juga
merupakan
industri
yang kegiatannya
kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya.
mengandalkan
3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan
likuiditas dengan
kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya. 4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan. 5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif rendah,
hutang jangka pendeknya
lebih banyak
jumlahnya dan
perbandingan antara aktiva dengan modal (financial leverage) sangat besar. 2.1.5
Sekuritas Pada Pasar Modal 1. Saham Menurut Suhartono dan Fadlillah (2009:40) Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Memiliki saham berarti memiliki perusahaan.
Umumnya
investor
membeli saham karena prospek
perusahaan, bila prospek perusahaan membaik maka harga saham juga akan meningkat.
2. Jenis Saham a. Saham biasa (common stock): saham yang menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap claim. b. Saham preferen (preferred stock): saham yang memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi. 3. Nilai Saham a. Par Value(nilai nominal/ nilai pari) Nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. b. Base Price & Base Value (harga dasar & nilai dasar) Base Price erat kaitannya dengan harga perdana suatu saham. Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya. Base Value(nilai dasar) merupakan hasil perkalian antara base price (harga dasar) dengan jumlah saham yang diterbitkan. c. Market Price & Market Value (Harga pasar & Nilai pasar) Market Price (harga pasar) adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya. Market Value (nilai pasar/ nilai kapitalisasi) merupakan hasil perkalian antara harga pasar dengan jumlah saham yang diterbitkan. -
Base price & Market price digunakan untuk menghitung indeks individual saham (individual stock price index).
-
Base value & Market value digunakan untuk menghitung IHSG (Composite Stock Price Index/ CSPI).
2.1.6
Indeks LQ45 Intensitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal berbeda-beda. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif diperdagangkan di pasar modal, namun sebagian sekuritas lainnya relatif sedikit frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Hal ini menyebabkan perkembangan dan tingkat likuiditas IHSG menjadi kurang mencerminkan kondisi real yang terjadi di bursa efek. Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 menurut Tandelilin (2010:87) sebagai berikut: 1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular. 2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar. 3. Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan. 4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah hari transaksi di pasar regular.
2.1.7
Pengertian Laporan Keuangan Pe rbankan Menurut penggunaannya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan untuk keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan pengawasan Bank Indonesia. Ketiga kelompok pengguna laporan keuangan bank tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga bentuk dan jenis laporan keuangan yang disusun oleh bank juga harus disesuaikan dengan tujuan masing- masing pengguna laporan dimaksud. Untuk kepentingan masyarakat, laporan keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31 Revisi 2000) tentang akuntansi perbankan. Dalam PSAK tersebut laporan keuangan bank untuk masyarakat terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk kepentingan pengawasan Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan manajemen, laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan internal perusahaan (Bastian dan Suhardjono, 2006:236).
2.1.8
Tujuan Laporan Keuangan Menurut
Kasmir (2003:240),
pembuatan
masing- masing
laporan
keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
2.1.9
Pihak-pihak yang Berkepentingan Menurut Kasmir (2003:241) menyatakan bahwa dalam praktiknya pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing- masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank. Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank menurut Kasmir (2003:241) adalah sebagai berikut: 1. Pemegang saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. Kemajuan yang dilihat adalah kemampuan dalam menciptakan laba dan pemgembangan aset yang dimiliki. 2. Pemerintah Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter yang telah ditetapkan. Pemerintah juga berkepentingan sampai sejauh mana peranan
perbankan dalam pengembangan sektor-sektor industri tertentu. 3. Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai kineja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. 4. Karyawan Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk mengetahui kondisi keuangan bank yang sebenarnya. Dengan mengetahui ini mereka juga paham tentang kinerja mereka, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank
mengalami
keuntungan dan sebaliknya perlu melakukan perbaikan jika bank mengalami kerugian. 5. Masyarakat Luas Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan.
2.1.10 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank Menurut Kasmir (2003:242) bahwa sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK dan SKAPI. Artinya laporan keuangan dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (Harta), Pasiva (Kewajiban dan Ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agrement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan
komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama. 3. Laporan Laba-Rugi Laporan
laba
rugi
merupakan
laporan
keuangan
bank
yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya-biaya yang dikeluarkan. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan
laporan
konsolidasi
merupakan
bersangkutan dengan anak perusahaannya.
laporan
bank
yang
2.1.11 Pentingnya Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Laporan
keuangan
disusun
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban
manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja bank yang dicapai selama periode tertentu. Oleh karena itu laporan keuangan bank harus memenuhi syarat mutu, dan karakteristik kualitatif. Dengan demikian pihak-pihak pengguna laporan keuangan dapat menggunakannnya tanpa dihinggapi keraguan, sementara bagi manajemen bank bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan strategis dan untuk mendukung operasional bank. Selain disampaikan kepada pemegang saham dan Bank Indonesia, laporan keuangan bank wajib pula disampaikan
kepada
lembaga
lain
yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan usaha bank, seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), lembaga pemeringkat di Indonesia, asosiasi perbankan di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan, dan 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan (Taswan, 2010:151).
2.1.12 Analisis Rasio Keuangan Bank Analisis rasio keuangan sangat diperlukan bagi penilaian prestasi usaha yang telah dilakukan oleh sebuah bank, terutama bagi manajemen penyusunan kebijaksanaan strategi bank. Maksud dari pembahasan terhadap analisis rasio keuangan dalam bank adalah untuk menyajikan suatu cara guna mengungkapkan kondisi keuangan, kesehatan, dan prestasi usaha suatu bank. Analisis rasio keuangan tersebut diharapkan sangat membantu dalam mengadakan analisis kondisi intern bank pada umumnya dan kondisi keuangan bank pada khususnya. Dari penyajian laporan keuangan terdapat banyak sekali analisis rasio keuangan yang bisa dikembangkan dan dihasilkan dari data yang tersedia. Masing- masing rasio keuangan tersebut mempunyai kegunaannya sendirisendiri serta tergantung dengan posisi keuangan yang akan dilihat. Seperti di dalam perusahaan, analisis rasio keuangan itu bisa dikelompokkan menjadi empat jenis analisis rasio, yaitu analisis likuiditas, leverage, aktivitas, dan keuntungan. Menurut Harmono (2009:106), analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (rasio leverage), dan rasio nilai perusahaan.
2.1.13 Tingkat Kesehatan Bank Analisis Rasio CAMEL Penilaian terhadap faktor-faktor tingkat kesehatan bank dilakukan dengan penilaian kuantitatif melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, profitabilitas, dan likuiditas. (Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, kriteria penetapan peringkat komposit dapat digolongkan menjadi 5 peringkat komposit yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Peringkat Komposit Peringkat Komposit 1 2
3
4
Keterangan Mencerminkan bahwa bank tergolong sangat sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. Mencerminkan bahwa bank tergolong sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Mencerminkan bahwa bank tergolong cukup sehat namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. Mencerminkan bahwa bank tergolong kurang sehat dan sensitif terhadap negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan koraktif
yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. 5 Mencerminkan bahwa bank tergolong tidak sehat dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Sumber: Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI tanggal 12 April 2004 Dalam rangka penerapan ketentuan yang memerlukan persyaratan tingkat kesehatan bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank disesuaikan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 sebagai berikut: 1. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 1 (PK-1) atau peringkat komposit 2 (PK-2). 2. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 3 (PK-3). 3. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 4 (PK-4). 4. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan peringkat komposit 5 (PK-5). Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup penilaian terhadap faktor- faktor CAMEL yang terdiri dari:
1. Penilaian Capital/ Kecukupan Modal Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain- lain (Dendawijaya, 2005:121). Adapun fungsi penilaian capital menurut Harmono (2009:115) adalah sebagai berikut: a. Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan. b. Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. c. Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal. Dalam menilai capital suatu bank dapat menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
Tabel 2 Matriks Krite ria Peringkat Komponen Permodalan Rasio
Peringkat
CAR ≥ 12% 1 (sangat sehat) 9% ≤ CAR < 12% 2 (sehat) 8% ≤ CAR < 9% 3 (cukup sehat) 6% < CAR < 8% 4 (kurang sehat) CAR ≤ 6% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 2.
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Rasio Kualitas Aktiva Produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif (Taswan, 2010:167). Besarnya nilai KAP dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
Menurut Harmono (2009:117) menyatakan bahwa Aktiva produktif yang diklasifikasi dengan kriteria sebagai berikut. 1) 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus. 2) 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar.
3) 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan. 4) 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Aktiva produktif meliputi beberapa hal berikut. 1) Kredit yang diberikan bank dan telah dicairkan. 2) Surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat berharga pasar modal). 3) Penyertaan saham. 4) Tagihan pada bank lain. Tabel 3 Matriks Krite ria Peringkat Komponen KAP Rasio Peringkat KAP ≤ 2% 1 (sangat sehat) 2% < KAP ≤ 3% 2 (sehat) 3% < KAP ≤ 6% 3 (cukup sehat) 6% < KAP ≤ 9% 4 (kurang sehat) KAP > 9% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 3.
Rasio Kualitas Manaje men (Management Quality) Merupakan rasio yang diukur dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM).
Menurut
(Dendawijaya,
2005)
Net
Profit
Margin
yang
menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai beikut:
Rasio NPM mengacu pada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit, bunga, kurs valas, dan lain- lain. Tabel 4 Matriks Krite ria Peringkat Komponen NPM Rasio Peringkat NPM ≥ 100% 1 (sangat sehat) 81% ≤ NPM < 100% 2 (sehat) 66% ≤ NPM < 81% 3 (cukup sehat) 51% ≤ NPM < 66% 4 (kurang sehat) NPM < 51% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 4.
Penilaian Profitabilitas (Earnings)
a.
Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118). Besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
Tabel 5 Matriks Krite ria Peringkat Komponen ROA Rasio Peringkat ROA > 1,5% 1 (sangat sehat) 1,25% < ROA ≤ 1,5% 2 (sehat) 0,5% < ROA ≤ 1,25% 3 (cukup sehat) 0% < ROA ≤ 0,5% 4 (kurang sehat) ROA ≤ 0% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 b.
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Dendawijaya (2005:119), mengemukakan bahwa rasio beban operasional adalah perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka beban dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
Tabel 6 Matriks Krite ria Peringkat Komponen BOPO Rasio
Peringkat
BOPO ≤ 94% 1 (sangat sehat) 94% < BOPO ≤ 95% 2 (sehat) 95% < BOPO ≤ 96% 3 (cukup sehat) 96% < BOPO ≤ 97% 4 (kurang sehat) BOPO > 97% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 5.
Penilaian Likuiditas Loan to Deposite Ratio LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut. a. KLBI (kredit likuiditas Bank Indonesia) (jika ada). b. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat. c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi. d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan. e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari
bulan. f.
Modal pinjaman.
g. Modal inti. Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus berdasarkan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 sebagai berikut:
Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Menurut Harmono (2009:121) menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio saham berbagai cadangan, laba ditahan, serta laba tahun berjalan.
Tabel 7 Matriks Krite ria Peringkat Komponen LDR Rasio Peringkat LDR ≤ 75% 1 (sangat sehat) 75% < LDR ≤ 85% 2 (sehat) 85% < LDR ≤ 100% 3 (cukup sehat) 100% < LDR ≤ 120% 4 (kurang sehat) LDR > 120% 5 (tidak sehat) Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity). Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor, maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Jika digunakan kelima faktor CAMEL dalam penilaian kesehatan bank maka persentase setiap faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL No. 1
Faktor yang dinilai Capital
Komponen CAR
25%
2
Asset
KAP
30%
3
Management
NPM
25%
4
Earning
a. ROA b. BOPO LDR
5% 5% 10% 100%
5 Liquidity Jumlah : Sumber: Bank Indonesia 2004
Bobot
2.2
Penelitian Te rdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan di dalam penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan oleh saudari Ika Lailutfah (2013). Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 32 perusahaan perbankan konvensional. Tujuan dari penelitian yang dilakukan saudari Ika Lailutfah (2013) adalah untuk mengetahui metode CAMEL dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan bank konvensional. Penelitian tersebut membatasi pada penilaian kesehatan bank hanya dalam faktor solvabilitas, rentabilitas dan likuiditas. Hasil dari penelitian tersebut adalah 32 perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut, bank yang memiliki Net Profit Tertinggi ada 28 bank. Sedangkan, untuk bank yang memiliki Net Profit Terendah adalah Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank QNB Kesawan Tbk, Bank ICB Bumiputera Tbk dan Bank Internasional Indonesia Tbk, hal ini dikarenakan ke empat Bank tersebut belum mampu menghasilkan laba yang cukup. Hal ini ditandai dengan rasio ROA yang rendah dan tingkat rasio BOPO yang tinggi. Adapun penelitian lain yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol. 7 no. 2 November 2005 dengan judul Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002 yang menggunakan analisis regresi logistik
dengan beberapa variabel. Rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 20002002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi bermasalah, APB berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, PPAPAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasala, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap kondisi bermasalah. Selain itu ada pula penelitian yang dilakukan oleh Yoni Yunita (2012) dengan judul Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Transparansi Perbankan (Study pada Bank Umum yang Terdaftar tahun 2007-2011. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio CAMEL bank-bank yang telah dilisting di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua varibel dimana variabel terikat dalam penelitian adalah transparansi, sedangkan varibel bebas dalam penelitian ini adalah CAR, NPL, NIM, ROA, BOPO, LDR. Dalam penelitian ini CAR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
transparansi,
NPL berpegaruh
negatif
signifikan
terhadap
transparansi, NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap transparansi, ROA
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
transparansi,
BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap transparansi, dan LDR berpengaruh positif tidak signifikan terhadap transparansi. Untuk lebih jelasnya, dari penelitian terdahulu sebagaimana yang dijelaskan diatas dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 9 Maping Hasil Penelitian Te rdahulu No. 1.
Nama Peneliti dan Judul Penelitian Ika Lailutfah (2013) dengan judul penelitian “MENGANALISI S KESEHATAN PERBANKAN DENGAN METODE CAMEL PADA BANK KONVENSIONA L DI BURSA EFEK INDONESIA”
Variabel Peneliti CAR ROA BOPO LDR
Teknik Analisis
Hasil
1. Mengumpulkan dan mengelompokkan sampel penelitian mulai dari periode 2009-2011 perusahaan perbankan. 2. Menghitung nilai rasio dari masingmasing bank meliputi CAR, ROA, BOPO, dan LDR. 3. Membandingkan rasio-rasio keuangan periode 2009-2011, serta menilai dan menentukan predikat terhadap perusahaan perbankan.
Hasil yang diperoleh adalah 32 perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut, bank yang memiliki Net Profit Tertinggi ada 28 bank, sedangkan untuk bank yang memiliki Net Profit Terendah adalah Bank Pundi Indonesia Tbk, Bank QNB Kesawan Tbk, Bank ICB Bumiputera Tbk dan Bank Internasional Indonesia Tbk.
2.
Almilia dan Herdiningtyas (2005) dengan judul penelitian “ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA LEMBAGA PERBANKAN PERIODE 20002002”
Variabel dependen: kondisi bank bermasalah dan bank tidak bermasalah Varibel independen: CAR, ATTM, APB, NPL, PPAPAP. PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.
Pengujian hipotesis I adalah analisis normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non parametrik dengan menggunakan Mann Whitney U sebaliknya jika data normal digunakan Independen T-test. Pengujian hipotesis II digunakan untuk menentukan pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap prediksi kondisi bermasalah bank.
3.
Yoni Yunita (2012) dengan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP TRANSPARANSI PERBANKAN”.
Variabel 1. Menghitung nilai terikat: dari setiap variabel transparansi yang digunakan Variabel dalam model bebas: CAR, regresi, yaitu: CAR. NPL, NIM, NPL, NIM, ROA, ROA, BOPO, LDR BOPO, 2. Melakukan analisis LDR regresi setelah menghitung data yang digunakan dalam penelitian. 3. Melakukan uji hipotesis yang meliputi: uji t, uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas
CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap kondisi bermasalah, APB berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, PPAPAP berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kondisi bermasala, ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, NIM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah, dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap kondisi bermasalah. 1. Varibel CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap transparansi. 2. Variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap transparansi. 3. Variabel NIM berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap transparansi. 4. Variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi. 5. Variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap transparansi. 6. Variabel LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap transparansi.
2.3
Rerangka Pe mikiran Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun rerangka pemikiran sebagai berikut: Laporan Keuangan Bank Analisis CAMEL Penilaian Permodalan
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian Manajemen
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Net Profit Margin (NPM)
Penilaian Earnings
Return On Assets (ROA)
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komposit sesuai ketentuan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 Tingkat Kesehatan Bank: - Sangat Sehat - Sehat - Cukup Sehat - Kurang Sehat - Tidak Sehat
Gambar 1 Rerangka Pe mikiran
Penilaian Likuiditas
Loan To Deposit Ratio (LDR) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
2.4
Perumusan Hipotesis Pada penelitian ini tidak menggunakan hipotesis karena penelitian bersifat studi kasus, yakni kejadian pada perusahaan perbankan kelompok LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 20082012. Sehingga, tidak diperlukan pengujian hipotesis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013:63) menyatakan bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat studi kasus sering tidak perlu merumuskan hipotesis.