7
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Lembaga Keuangan Lembaga keuangan atau institusi keuangan menurut Sukirno (2012:273) adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang, yang dipinjamkan kepada mereka. Lembaga keuangan tersebut mendorong masyarakat untuk membuat tabungan kepada mereka. Sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga atas tabungan yang mereka buat. Tabungan yang dikumpulkan oleh lembaga keuangan tersebut selanjutnya akan dipinjamkan kembali kepada individu-individu atau perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya. Sebagian lagi digunakan untuk membeli saham-saham berbagai perusahaan. Lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu negara menurut Sukirno (2012:273) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Bank umum atau bank perdagangan Institusi ini adalah bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral 2. Bank tabungan Bank ini melakukan kegiatanhampir seperti perusahaan peminjaman yang menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka panjang dan kemudian meminjamkan atau menginvestasikan uang tersebut.
7
8
3. Perusahaan peminjaman Merupakan badan usaha yang menerima simpanan dalam bentuk tabungan atau simpanan berjangka lama (yaitu hanya dapat diambil kembali oleh pemiliknya setelah beberapa waktu yang telah ditentukan) selanjutnya meminjamkan atau menginvestasikan tabungan tersebut. 4. Pasaran saham Suatu lembaga yang fungsi utamanya adalah menjadi pusat di mana sahamsaham perusahaan diperjualbelikan. 5. Perusahaan asuransi Merupakan perusahaan yang memperoleh uang dengan menjanjikan akan membuat sejumlah ganti rugi kepada individu, perusahaan dan badan-badan lainnya apabila suatu peristiwa (seperti kebakaran, kecelakaan, kematian dan sebagainya) terjadi pada individu, perusahaan dan badan yang membayar uang asuransi kepada perusahaan asuransi. Uang asuransi idikumpulkan oleh badan ini untuk diinvestasikan atau dipinjamkan.
2.1.2 Bank Umum Bank umum merupakan lembaga keuangan yang paling penting dan paling berpengaruh dalam kegiatan ekonomi (Sukirno, 2012:274). Bank umum mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bank lain yaitu: 1. Tabungan dapat diambil dengan cek Kesanggupan bank umum untuk menciptakan tabungan yang sewaktuwaktu dapat diambil dengan menggunakan cek yaitu tabungan giral.
9
Keistimewaan untuk menciptakan tabungan yang boleh diambil dengan menggunakan cek tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Tabungan di dalam lembaga-lembaga keuangan lain hanya boleh diambil apabila pemiliknya datang langsung ke badan-badan tersebut. 2. Daya mencipta daya beli Kemampuan untuk menciptakan daya beli baru atau menghapus daya beli yang ada di perekonomian secara otomatis akan menimbulkan perubahanperubahan dalam jumlah uang yang tersedia dalam perekonomian. Kegiatan mencipta dan menghapus ini dilakukan oleh bank umum apabila ia memberikan atau membatalkan pinjaman kepada para nasabahnya. 3. Memberi pinjaman jangka pendek Bank umum mempunyai peranan yang sangat berarti bagi perusahaanperusahaan untuk menyesuaikan keadaan keuangannya dengan gerak naik turunnya kegiatan ekonomi. Pada waktu perekonomian mencapai tingkat perekonomian yang tinggi biasanya para pengusaha memerlukan lebih banyak modal, dan bank umum dapat dengan segera menyediakan modal yang diperlukan yang diperlukan tersebut. Dan sebaliknya apabila kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan harus mengurangi kegiatan mereka, maka para pengusaha akan mengembalikan modal kerja yang mereka pinjam dari bank-bank umum.
10
2.1.3 Bank Sentral Bank sentral merupakan suatu lembaga yang pada umumnya dimiliki oleh pemerintah yang diserahi tanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi kestabilan kegiatan lembaga-lembaga keuangan lain dan untuk menjamin agar kegiatan lembaga-lembaga keuangan tersebut akan membantu menciptakan tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil (Sukirno, 2012:283). Fungsi utama bank sentral adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bank kepada pemerintah Bank sentral bertindak sebagai lembaga keuangan terutama menyimpan uang yang dimiliki pemerintah. Seterusnya pemerintah menggunakan jasa-jasa bank sentral untuk membayar dan mengirimkan uang kepada pemerintah daerah dan departemen-departemen pemerintah yang lain. 2. Sebagai bank kepada bank umum Bank-bank umum dapat meminjam dari bank sentral apabila bank umum mengalami kekurangan cadangan. Di samping meminjam cara lain yang dapat dilakukan bank umum untuk mengatasi masalahnya adalah dengan menjual surat-surat berharga yang dimiliki kepada bank sentral. Bank sentral juga bertindak sebagai lembaga yang menyediakan uang tunai yang diperlukan oleh bank umum. 3. Mengawasi bank umum dan institusi keuangan lain Apabila kegiatan bank umum dan lembaga-lembaga keuangan lain tidak diawasi, maka dapat merugikan masyarakat dan mempengaruhi kestabilan dan perkembangan perekonomian negara. Untuk menghindari akibat-akibat yang
11
tidak diharapkan dari kegiatan berbagai lembaga keuangan, bank sentral diberi kekuasaan oleh pemerintah untuk mengawasi dan memberi petunjuk-petunjuk kepada lembaga-lembaga keuangan yang ada dalam perekonomian mengenai kebijakan yang perlu mereka jalankan. Dari waktu ke waktu bank sentral akan memberikan peraturan-peraturan dan tindakan lain untuk mengawasi kegiatan dari lembaga keuangan tersebut. 4. Mengawasi kestabilan kurs valuta asing Salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk menciptakan kestabilan perekonomian adalah dengan mempertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing. Bank sentral merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertugas untuk menjaga kestabilan kegiatan ekspor, impor, dan aliran modal luar negeri dengan tujuan untuk tercapainya kestabilan perekonomian negara. 5. Mencetak uang logam dan uang kertas Mata uang yang beredar dalam perekonomian dikeluarkan oleh bank sentral. Pemerintah memberikan kekuasaan kepada bank sentral untuk mencetak uang yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan produksi dan perdagangan. Di dalam tugas ini bank sentral harus menentukan besarnya jumlah uang yang harus disediakan pada suatu waktu tertentu. Di samping itu dari satu waktu ke waktu lainnya juga harus menentukan pertambahan jumlah uang yang perlu dilakukan agar kegiatan perdagangan dan produksi tetap berjalan dengan lancar dan perkembangan ekonomi yang teguh terus berlangsung.
12
2.1.4 Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar Nilai tukar merupakan harga di dalam pertukaran dan dalam pertukaran antara 2 macam mata uang yang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs/exchange rate (Nopirin, 2009:163). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri. Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal, diantaranya: a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah apabila mereka menjual maka selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang. b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan mempunyai kurs yang lebih tinggi. c. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Pasar valuta asing mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional antara lain: a. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dan dari suatu Negara ke Negara lain.
13
b. Memberikan kemudahan untuk dilaksanakan perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit. c. Mempermudah dilakukannya “hedging” yaitu membantu pedagang yang melakukan transaksi jual dan beli valas dipasar yang berbeda, yang bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi resiko akibat kerugian kurs. (Nopirin, 2009:165) 2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Nilai Tukar Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurs menurut Sukirno (2012:402) adalah sebagai berikut : a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat Cita
rasa
masyarakat
mempengaruhi
corak
konsumsinya.
Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-barang yang diproduksi di dalam maupun di luar negeri. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan juga dapat menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing. b. Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barangbarang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barag impor akan menambah jumlah impor
14
dan kenaikan harga barang impor akan mengurangai impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing c. Kenaikan harga umum (inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung
akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar
negeri Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. e. Pertumbuhan ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Apabila kemajuan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari penawarannya sehingga nilai mata uang tersebut akan naik. Akan tetapi, jika kemajuan ekonomi menyebabkan impor berkembang lebih cepat dari ekspor maka penawaran atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari permintaannya sehingga nilai mata uang tersebut akan merosot.
15
3. Sistem Nilai Tukar Sifat dari kurs valuta asing tergantung sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Nopirin (2009:173) mengemukakan bahwa ada beberapa sistem nilai tukar di yaitu: a. Sistem kurs berubah-ubah Dalam sistem ini makin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif terhadap negara lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta sing cenderung naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian pula inflasi akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun (nilai mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing). Dari uraian di atas jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga, serta tingkat bunga secara tidak langsung akan mempengaruhi kurs. b. Sistem kurs stabil Sistem kurs stabil dapat terjadi secara aktif dan pasif. Pada sistem kurs stabil aktif pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs (stabilization funds). Kegiatan stabilisasi kurs dijalankan dengan cara apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah akan
16
membeli valuta asing di pasar. Dengan tambahnya tendensi pemerintah maka tendensi kurs turun dapat dicegah, dan sebaliknya apabila tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valuta asing di pasar sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat dicegah. Pada sistem kurs stabil pasif pemerintah menggunakan standar emas. Dalam standar emas, kurs valuta asing suatu negara dengan negara lain ditentukan dengan dasar emas. c. Pengawasan devisa (exchange control) Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama jika negara tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding dengan permintaannya.
2.1.5 Suku Bunga 1. Pengertian Suku Bunga Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut biasanya dinyatakan dalam presentase (Mishkin, 2008). Oleh karena itu, bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga pada dasarnya mempunyai dua pengertian sesuai dengan peninjauannya yaitu bagi bank dan bagi pengusaha. Bagi bank, bunga adalah suatu pendapatan atau suatu keuntungan atas peminjaman uang oleh pengusaha atau nasabah. Dan bagi pengusaha bunga dianggap sebagai ongkos produksi ataupun biaya modal.
17
Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2010:144). 2. Macam-Macam Suku Bunga Suku bunga bank menurut Khalwaty (2010:144) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut: a. Suku bunga nominal Adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. b. Suku bunga riil Adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu (Kashmir, 2009) : a. Bunga Simpanan Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga Pinjaman Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Setiap
18
masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik itu interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait, dan dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi masyarakat yang menanamkan dananya kepada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito, dan giro akan dikenai suku bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh di masa yang akan datang dari bunga adalah kecil. Berbeda halnya dengan suku bunga simpanan. Suku bunga pinjaman dikenakan pada masyarakat yang ingin meminjam dana pada bank. Suku bunga kredit ini sangat bergantung dari jenis kredit yang diinginkan. Semakin tinggi bank mengenakan suku bunga kredit, minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin berkurang, sebab mereka dihadapkan dengan jumlah pembayaran kredit ditambah bunga yang tinggi. Dan ini memberatkan masyarakat yang bersangkutan dalam meminjam kredit, dan melunasi kreditnya di masa yang akan datang. Namun sebaliknya, apabila bank mengenakan suku bunga kredit (pinjaman) yang rendah maka minat masyarakat dalam meminjam kredit bertambah besar, khususnya kredit usaha mikro, kecil, dan menengah
19
(UMKM). Dengan semakin rendahnya suku bunga kredit, khususnya kredit untuk UMKM, maka akan memicu pertumbuhan, dan perkembangan jumlah UMKM, yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sebab bagaimanapun juga UMKM selama ini dikenal sebagai penopang jumlah tenaga kerja di Indonesia yang semakin melimpah, dan agar tidak menganggur. Untuk menentukan tingkat bunga, kreditur memperhitungkan dana yang harus dikeluarkan berupa bunga tabungan atau deposito serta faktor kemungkinan bahwa debitur tidak membayar kembali kreditnya tepat waktu sesuai perjanjian atau bahkan tidak membayar sama sekali. Selain itu, kreditur juga mempertimbangkan biaya-biaya yang harus diperhitungkan berupa kerugian akibat penurunan nilai yang terjadi selama uang dipinjamkan. Dengan demikian, tingkat bunga yang berlaku adalah tingkat bunga yang disepakati oleh debitur dan kreditur yang merupakan penjumlahan dari unsur tingkat bunga dana, premi risiko dan penurunan nilai uang. 3. Sertifikat Bank Indonesia sebagai Salah Satu Instrumen Kebijakan Moneter Sertifikat Bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas tunjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan dapat diperjualbelikan dengan diskonto. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan suatu instrumen pasar uang yang hanya diperdagangkan antara bank-bank. Namun, setelah dikeluarkannya kebijaksanaan yang memperkenankan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia, maka SBI tidak
20
lagi diterbitkan karena sertifikat deposito dianggap akan menggantikan SBI. Oleh karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun, sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi moneter (Siamat, 2009:455). SBI merupakan suatu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Ketika terjadi kelebihan uang yang ada di masyarakat dan perbankan, maka bank sentral akan menyerap kelebihan uang tersebut dengan menjual SBI. Dalam hal ini perbankan akan membeli obligasi tersebut, di mana Bank Sentral akan menawarkan suku bunga SBI yang tinggi, sehingga menyebabkan likuiditas perbankan berkurang. Untuk meningkatkan tingkat likuiditas maka perbankan bersaing untuk mendapatkan dana yang sebesar-besarnya dari masyarakat dengan meningkatkan suku bunga simpanan, yaitu suku bunga deposito (Dwiastuti, 2008).
2.1.6 Inflasi 1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Menurut Nopirin (2009:27) terdapat berbagai jenis Inflasi, antara lain:
21
a. Jenis inflasi menurut sifatnya 1) Creeping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. Laju inflasi rendah (kurang dari 10% pertahun) 2) Galloping inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. 3) Hiper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Hargaharga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam, perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai/ditutup dengan mencetak uang. b. Jenis inflasi menurut sebabnya 1) Demand full inflation adalah inflasi yang bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. 2) Cost-pushi inflation adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
22
2. Efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktorfaktor serta produksi nasional (Nopirin, 2009:32). Efek terhadap produksi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional masing-masing disebut dengan Efficiency dan Output Effect. a. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect) Sifatnya tidak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak-pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi tersebut. Seorang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini seolah-olah merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi orang lain. b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan lebih besar daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang telah ada. Tidak ada pendapat yang
23
menjamin bahwa alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak terdapat inflasi. Nmaun kebanyakan pendapat tersebut menyebutkan bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi factor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien. c. Efek Terhadap Output ( Output Effect) Dalam analisa kedua efek tersebut di atas terdapat suatu anggapan bahwa output dalam keadaan tetap. Inflasi mengkin dapat mengakibatkan kenaikan produksi. Karena dalam keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan barang mendahului kenaikan upah sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup tinggi (hyperinflation) akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu penurunan output. Intensitas efek inflasi ini berbeda-beda, tergantung kepada apakah inflasi tersebut dibarengi dengan kenaikan produksi dan employment atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, maka kenaikan produksi sedikit banyak dapat memperlambat laju inflasi. Tetapi apabila ekonomi mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) sering disebut inflasi umum (pure inflation). 3. Cara Mencegah Inflasi Cara-cara
mencegah
inflasi
menurut
menggunakan beberapa kebijakan, diantaranya:
Nopirin
(2009:34)
dapat
24
a. Kebijakan moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Salah satu komponen uang beredar adalah uang giral (demand deposit). Bank sentral dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil. Disamping cara ini bank sentral juga dapat menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Discount rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral pada bank umum. Apabila tingkat diskonto ini dinaikkan (oleh bank sentral), maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah. Politik pasar terbuka juga dapat mencegah terjadi inflasi. Politik pasar terbuka adalah suatu kebijaksanaan dari Bank Sentral untuk menjual surat-surat berharga seperti obligasi Negara terhadap masyarakat. Maka ini berakibat berkurangnya uang beredar dari tangan masyarakat, dan menyebabkan permintaan terhadap barang berkurang serta barang-barang dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan. Dengan demikian inflasi dapat dikurangi tekanannya.
25
b. Kebijakan fiskal Kebijakan
fiskal
menyangkut
peraturan
tentang
pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat dicegah. c. Kebijakan yang berkaitan dengan output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output dini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. d. Kebijakan penentuan harga dan indexing Kebijakan ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga serta mendasarkan pada indek harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/upah juga dinaikkan 4. Sumber-Sumber Inflasi Tingkat inflasi domestik akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan tingkat inflasi dunia. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa perubahan stok uang domestik tidak berpengaruh pada harga-harga domestik. Ekspansi uang dan kredit yang berlebihan tetap akan mengakibatkan inflasi domestik yang untuk sementara waktu melebihi tingkat inflasi dunia. Tetapi situasi itu
26
tidak bisa berlangsung dalam jangka panjang, karena kelebihan penciptaan uang akan menciptakan impor sehingga menurunkan cadangan internasional dan pada akhirnya ketidakmampuan untuk menjaga kurs tetap atau devaluasi. (Hakim, 2010:372). Di negara berkembang dengan sistem kurs tetap, kebijakan yang harus diadopsi untuk menghindari tingkat inflasi karena pengaruh inflasi dunia adalah lebijakan fiskal bukan kebijakan moneter. Jika defisit anggaran tidak terjaga instrumen kebijakan moneter yang paling tepat sekalipun akan sulit untuk menjaga inflasi, devaluasi atau keduanya. 5. Teori Munculnya Inflasi a. Teori Kuantitas Teori ini mengatakan bahwa penyebab dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan-harapan psikologis masyarakat terhadap kenaikan harga-harga di masa datang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x % atau bila menimbulkan adanya inflasi kurang dari x % tergantung pada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga barang naik lagi. b. Teori Keynes Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti proses perebutan rezeki antara golongan masyarakt menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Teori ini juga menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam proses inflasi.
27
c. Teori Strukturalis Teori ini bersifat jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi berasal dari kekakuan structural ekonomi, khususnya ketegaran Supply bahan makanan dan barang ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan produksi barang-barang ini selalu lambat disbanding dengan pertumbuhan kebutuhannya. Sehingga terjadi kenaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lama, sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak dapat diobati dengan misalnya mengurangi jumlah uang yang beredar, tetapi harus dapat diperbaiki sektor bahan makanan dan ekspor. (Boediono, 2010:161)
2.1.7 Return Saham 1. Pengertian Return Saham Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:101). Return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu: a. Yield, komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield hanya berupa angka nol (0) dan positif (+).
28
b. Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+). Secara sistematis return total suatu investasi dapat ditulis sebagai berikut: Return total = yield + capital gain (loss) 2. Jenis-Jenis Return Saham Menurut Tandelilin (2010:105) jenis-jenis return adalah sebagai berikut: a. Return realisasi (realized return) Return yang telah terjadi (return aktual) yang dihitung berdasarkan data historis (ex post data). Return historis ini berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang (conditioning expected return) b. Return Yang Diharapkan (Expected Return) Return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang bersifat sudah terjadi (ex post data), return yang diharapkan merupakan hasil estimasi sehingga sifatnya belum terjadi (ex ante data). c. Return Yang Dipersyaratkan (Required Return) Return yang diperoleh secara historis yang merupakan tingkat return minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko.
29
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ika Kartika (2008) dan Yulia Efni (2003) dengan perbandingan sebagai berikut: Tabel 1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang Penelitian Kartika (2008) Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Kurs Rupiah Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI
Penelitian Efni (2003) Pengaruh Suku Bunga, Deposito, SBI, Kurs, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate dan Property di BEI
Penelitian Sekarang Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Return Saham Perusahaan Properti yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2011
Objek penelitian
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Perusahaan Real Estate dan Property di BEI
Perusahaan Properti yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia
Variabel penelitian
-
-
-
Perbandingan Judul
-
Variabel bebas yaitu inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs rupiah Variabel terikat yaitu return saham
-
Variabel bebas yaitu suku bunga, deposito, SBI, kurs, dan inflasi Variabel terikat yaitu harga saham
Model penelitian
Regresi linear berganda
Regresi linear berganda
Simpulan
Inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs rupiah tidak berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap return saham
Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat inflasi terhadap harga saham perusahaan real estate dan properti di BEI.
-
Variabel bebas yaitu nilai tukar, suku bunga, dan inflasi Variabel terikat yaitu return saham
Regresi linear berganda -
30
2.3 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nilai Tukar Uang (X1) H2 Suku Bunga (X2) Inflasi (X3)
H1
Return Saham (Y)
H3
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Sumber: Diolah Peneliti
2.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap terhadap return saham perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 2. Diduga nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara parsial berpengaruh terhadap terhadap return saham perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. 3. Diduga suku bunga mempunyai pengaruh dominan terhadap terhadap return saham perusahaan properti yang tercatat di Bursa Efek Indonesia