1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis Landasan teori adalah bagian penting dalam suatu penelitian, adapun guna dari landasan teori adalah agar penelitian dapat tepat sasaran dan efektif. Landasan teori dalam penelitian ini adalah teori keagenan (Agency Theory) , dan Signaling Theory . 2.1.1 Agency Theory Pengungkapan merupakan sumber informasi yang penting yang dibuat oleh pihak manajemen bagi pengguna laporan keuangan. Hal tersebut dijelaskan dalam teori keageanan (Agency Theory) oleh Simanjuntak dan Lusy (2004) dalam Anisa (2011) yang menyatakan bahwa hubungan keagenan (agency relationship) ada bilamana satu atau lebih individu yang disebut principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang disebut agent. Pemegang saham (Principle) akan menyediakan fasilitas dan mendelegasikan kebijaksanaan pembuat keputusan kepada agent. Pentingnya perusahaan melakukan pengungkapan dari manajemen kepada pengguna laporan keuangan dikarenakan manajemen hanya sebagai agent yang mengelolah sumber daya yang dipercayakan principal (dalam hal ini pengguna laporan keuangan) untuk dikelola secara tepat. Hasil yang diperoleh oleh
2 perusahaan secara detail tentu saja diketahui oleh manajemen. Untuk itu sebagai pihak yang diberi fasilitas, manajemen harus mengungkapkan setiap detail sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Konflik yang sering muncul adalah ketika manajemen berusaha untuk memakmurkan kesejahteraannya sendiri, sehingga menimbulkan masalah keagenan dan untuk mengatasinya diperlukan biaya yang disebut biaya agensi. Semakin tinggi hubungan antara principal dan agent maka semakin tinggi pula biaya pengawasan yang harus dikeluarkan,dan meminimalisir hal tersebut, perusahaan perlu melakukan pengungkapan. Principal akan menilai kinerja agen melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya (Harianto dan Sudomo, 1998: 240). Oleh karena itu, perusahaan dituntut melakukan pengungkapan informasi keuangan dan informasi relevan lainnya dalam laporan keuangan tahunan karena pengungkapan merupakan aspek penting akuntansi keuangan. Informasi tersebut berguna bagi para pemakai terutama investor untuk pengambilan keputusan. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi (Azlan et al., 2009). Asumsi asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas dan adanya asimetri antara principal dan agent. Asumsi
3 informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjual belikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. principal termotivasi untuk mengadakan kontrak mensejahterakan dirikan dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan untuk agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi. Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara principal dan agent disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah adanya asymmetric information. Asymmetric information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agent, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent, sebaliknya agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut yaitu: Moral hazard permasalahan yang muncul jika agent tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja, dan Adverse selection suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agent benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.
4 Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan pekerjaan. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Darmawati et al., 2005). 2.1.2 Signaling Theory Isyarat atau sinyal menurut Brigham dan Houston (2001;36) adalah tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek menguntungkan untuk menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru dengan cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang
5 akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). 2.1.3 Kinerja Keuangan Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada (Suta, 2007). Tujuan dari penilaian kinerja yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai suatu sasaran organisasi dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan. Dalam pengukuran kinerja keuangan menurut Hongren (2007:372)
mempunyai
tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan. Dengan kata lain, Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan dan memberikan informasi yang berguna dalam membuat
6 keputusan penting mengenai asset yang digunakan serta untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan banyak memberikan manfaat bagi perusahaan. Menurut Mulyadi (2006:416), pengukuran kinerja keuangan dimanfaatkan oleh manajemen untuk : a)
Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara umum.
b)
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
c)
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d)
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
e)
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Didalam kinerja keuangan ada metode Pengukuran berdasarkan rasio
keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu: (Ang,2007:18) :
7 1.
Rasio Likuiditas Rasio
ini
menyatakan
kemampuan
perusahaan untuk
memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital. 2.
Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang.
3.
Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya.
4.
Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
5.
Rasio Pasar Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Dari kelima rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja keuangan yaitu rasio rentabilitas atau profitabilitas dan dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) dipergunakan sebagai alat analisa utama dalam indikator penilaian kinerja. Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan
8 dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan tujuannya untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Menurut Brigham (2006:109) Return On Asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan net income terhadap total aset. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Net Income ROA =
X 100% Total Assets
Net Income merupakan pendapatan bersih sesudah pajak. Total Asset merupakan semua aktiva yang digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar (Ang, 2007:33). 2.1.4 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh direksi, manajemen, komisaris maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Diyah dan Widanar, 2009). Dengan adanya kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan.
9 2.1.5 Kepemilikan Institusi Domestik Kepemilikan institusi merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen (Fathimiyah et al, 2011). Mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, Bank, dan perusahaan institusi lainnya). 2.1.6 Kepemilikan Institusi Asing Merupakan kepemilikan perusahaan oleh investor luar negeri atau investor asing. Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. 2.1.7 Kepemilikan Publik Kepemilikan publik menggambarkan tingkat kepemilikan perusahaan oleh masyarakat publik. Suatu struktur kepemilikan yang memiliki proporsi besar untuk kepemilikan publik dapat menekan manajemen agar menyajikan informasi secara tepat waktu karena ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi (Febriantina, 2010). 2.1.8 Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut Purwandari (2012) menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan adalah suatu media pertanggungjawaban perusahaan kepada investor yang berguna untuk memudahkan pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif. pengungkapan (disclosure) adalah tingkat
10 pengungkapan atas informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan. Pengungkapan laporan keuangan (disclosure) merupakan suatu cara untuk menyampaikan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Pengungkapan merupakan semua materi yang harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif dan kualitatif yang sangat membantu pengguna laporan keuangan. Jika dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang membutuhkan. Sehingga data tersebut harus benarbenar bermanfaat karena jika bermanfaat tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Sedangkan bila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure berarti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang memadai mengenai hasil aktivitas suatu perusahaan (Irawan, 2010:22). Belkaoli
dan
Ahmed
(2000:219)
Menyebutkan
bahwa
tujuan
pengungkapan laporan keuangan yaitu sebagai berikut: 1.
Untuk menyediakan item-item yang belum diakui beserta ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
2.
Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.
3.
Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa mendatang.
11 4.
Untuk membantu investor dan kreditur dalam menentukan resiko atas item-item tersebut. Tujuan Pengungkapan secara umum adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Dalam laporan keuangan, Pengungkapan (disclosure) mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Na'im dan Fuad (2000) menjelaskan jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan standar yaitu: 1.
Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan informasi secara sukarela maka perusahaan wajib memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya.
2.
Pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure) Pengungkapan sukarela dilakukan oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan adalah pengakuan perusahaan untuk menunjukkan sistematika
12 yang digunakan untuk mengukur kinerja dan mengetahui keadaan perusahaan baik pengungkapan secara menyeluruh ataupun tidak. 2.1.9 Review Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan pengungkapan laporan keuangan yang pernah dilakukan di Indonesia, antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Niko Ulfandri Daniel Daniel (2013) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan. Dalam penelitian ini menggunakan variable independen Ukuran Perusahaan, Leverage dan Likuiditas , sedangkan variable dependennya adalah Luas Pengungkapan Laporan Keuangan. Sampel yang digunakan adalah 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar dan masih aktif di BEI pada periode 2008-2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikansi. (2) Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikansi. (3) Likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap luas pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikansi.
13 2.
Arum Purwandari Purwandari (2012) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Struktur Kepemilikan dan
Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan
variable independen Profitabilitas, Leverage, Struktur
Kepemilikan dan Status Perusahaan. Sedangkan variabel
dependennya
adalah Pengungkapan Laporan Keuangan. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Total sampel penelitian berjumlah 196 perusahaan yang ditentukan melalui purposive sampling. Penelitian ini menganalisis laporan tahunan perusahaan dengan metode content analysis. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara profitabilitas, leverage dan status perusahaan terhadap pengungkapan informasi dalam laporan keuangan secara parsial. Hasil temuan lainnya menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan publik, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan informasi dalam laporan keuangan secara parsial. 3. Andi Kartika Kartika
(2009)
Kelengkapan
dengan
judul
Pengungkapan
Faktor-Faktor
Laporan
Yang
Keuangan
Mempengaruhi
Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang
14 digunakan adalah 118 laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2004 2006 yang diambil menggunakan purposive sampling. Item pengungkapan dipelajari meliputi pengungkapan wajib dan sukarela untuk mendapatkan total item 112 analisis metode disclosures. Data yang digunakan adalah regresi multivariat atau uji hipotesis dilakukan untuk mengidentifikasi apakah leverage,likuiditas, profitabilitas, saham publik, dan usia perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan kelengkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan saham publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan
laporan
keuangan
kelengkapan.
Variabel
independen lainnya seperti leverage, likuiditas, dan umur perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan
tertentu
terhadap
tingkat
pengungkapan laporan keuangan kelengkapan. 4.
Dewi Kumala Kumala (2008) dengan judul Pengaruh Luas Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia terhadap Keputusan oleh Investor. Dalam penelitian ini, pengukuran luas pengungkapan informasi laporan keuangan tahunan menggunakan daftar item yang diatur dalam keputusan ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1996. Penelitian ini menggunakan 37 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007- 2005. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan t-test. Variabel independen dalam penelitian
15 meliputi Debt to equity, Current ratio, Return on asset, Operating profit margin, Net profit margin, Porsi saham publik, Presentase kepemilikan manajerial (OWNSP) dan Gross profit margin diprediksikan memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan laporan keuangan tahunan. Hasil penelitian menunjukkan variabel Current ratio dan porsi saham publik (PUB) mempengaruhi luas pengungkapan laporan keuangan tahunan secara positif. Sedangkan variabel lainnya seperti Return on asset, Operating profit margin, Net profit margin, Porsi saham publik, Prosentase kepemilikan manajerial (OWNSP),
Gross
profit
margin
tidak
berpengaruh
terhadap
luas
pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan. 5.
Debi Permata Sari Sari (2013) dengan judul Pengaruh Implementasi IFRS dalam Indeks Gray: Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, dan Porsi saham publik terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan perbankan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan. Variabel bebas berupa indeks gray leverage, indeks gray likuditas, indeks gray profitabilitas, dan indeks gray porsi saham publik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan spss. Hasil penelitian menunjukkan implementasi IFRS dalam indeks gray leverage, likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik secara simultan berpengaruh terhadap
16 pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial implementasi IFRS dalam indeks gray likuiditas, profitabilitas, dan porsi saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan, sedangkan dalam indeks gray leverage tidak berpengaruh. 6.
Rahmi Galuh Rahajeng Rahajeng (2010) dengan judul
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Peusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat (Go Public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007 seperti yang tercantum dalam Indonesia Capital Market Directory (2008) yang tidak mengalami kerugian, tidak memiliki nilai CURRAT, ROA, dan solvabilitas negatif selama periode pengamatan, dan terdaftar selama 3 tahun berturut-turut . Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 107 perusahaan. Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil pengujian regresi menunjukkan adanya pengaruh positif antara variabel size, profil, likuiditas provitabilitas dan solvabilitas terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial dan pengaruh negatif variabel kepemilikan publik terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan pengujian secara parsial (t-test) menunjukkan hanya variabel size perusahaan, profil, dan
17 profitabilitas
yang
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan sosial. Penelitian-penelitian diatas dapat dilihat secara ringkas pada Tabel dibawah ini: Tabel 1 Ringkasan Review Penelitian Sebelumnya Metode NO.
Nama Peneliti, Tahun, dan
Pengambilan sampel
Judul Penelitian
dan Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Data 1
Niko Ulfandri Daniel (2013)
Metode purposive
Pengaruh Ukuran Perusahaan, sampling
menunjukan berpengaruh signifikan,
Leverage dan Likuiditas
sedangkan Leverage tidak
Terhadap Luas
Model regresi
berpengaruh signifikan terhadap
Pengungkapan Laporan
berganda
luas pengungkapan laporan
Keuangan. 2
Ukuran perusahaan, Likuiditas
keuangan.
Arum Purwandari (2012)
Metode purposive
Profitabilitas, leverage dan status
Pengaruh Profitabilitas,
sampling
perusahaan tidak ada pengaruh
Leverage, Struktur
yang signifikan, sedangkan
Kepemilikan dan Status
Model regresi
kepemilikan publik, kepemilikan
Perusahaan Terhadap
berganda
institusional dan kepemilikan
Pengungkapan Laporan
manajerial berpengaruh signifikan
Keuangan Pada Perusahaan
terhadap pengungkapan informasi
Manufaktur di Indonesia.
dalam laporan keuangan secara parsial.
3
Andi Kartika (2009) Faktor-
Metode purposive
Data regresi multivariat atau uji
Faktor Yang Mempengaruhi
sampling
hipotesis dilakukan untuk
18 Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
mengidentifikasi apakah Metode
leverage,likuiditas, profitabilitas,
Perusahaan Manufaktur Yang disclosures.Data
saham publik, dan usia perusahaan
Terdaftar Di Bursa Efek
yang digunakan
memiliki pengaruh yang signifikan.
Indonesia.
adalah regresi
Hasil penelitian menunjukkan
multivariat atau uji
profitabilitas dan saham publik
hipotesis
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan kelengkapan.
4
Dewi Kumala (2008)
Metode regresi
Current ratio dan porsi saham
Pengaruh Luas
berganda dan t-test. publik (PUB) menunjukan
Pengungkapan Laporan
berpengaruh signifikan, sedangkan
Keuangan Tahunan Pada
Return on asset, Operating profit
Perusahaan Manufaktur di
margin, Net profit margin, Porsi
Bursa Efek Indonesia
saham publik, Prosentase
terhadap Keputusan oleh
kepemilikan manajerial (OWNSP),
Investor.
Gross profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan.
5
Debi Permata Sari (2013)
Metode purposive
Implementasi IFRS dalam indeks
Pengaruh Implementasi IFRS sampling
gray likuiditas, profitabilitas, dan
dalam Indeks Gray:
porsi saham publik secara simultan
Leverage, Likuiditas,
Model analisis
berpengaruh signifikan, sedangkan
Profitabilitas, dan Porsi
deskriptif
indeks gray leverage tidak
saham publik terhadap
berpengaruh terhadap
Pengungkapan Laporan
pengungkapan laporan keuangan.
Keuangan.
19 6
Rahmi Galuh Rahajeng
Metode purposive
size, profil, likuiditas provitabilitas
(2010) dengan judul Faktor-
sampling
dan solvabilitas berpengaruh
Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial Dalam
signifikan terhadap variabel Model regresi
Laporan Tahunan Peusahaan. berganda
pengungkapan tanggung jawab sosial dan pengaruh negatif variabel kepemilikan publik, Sedangkan pengujian secara parsial (t-test) menunjukkan hanya variabel size perusahaan, profil, dan profitabilitas yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sosial.
2.2 Rerangka Pemikiran Mekanisme
Struktur
kepemilikan
(ownership
structure)
merupakan
komposisi modal antara hutang dan ekuitas termasuk juga proporsi antara kepemilikan saham inside shareholders dan outside shareholders (Azlan et al., 2009). Berdasarkan tinjauan pustaka, dindikasikan faktor teori agensi dalam hal ini dilihat dari kinerja keuangan dan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik sebagai variabel independen, dan pengungkapan laporan keuangan sebagai dependen. Rerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
20
Agency Theory
Principle ( Pemegang Saham )
Agent ( Manajemen )
Menyediakan fasilitas Atau Sumber Pendanaan
Mengelola Sumber Daya
Operasional Perusahaan
Struktur Kepemilikan
K.M
K.I.D
K.I.A
Kinerja Keuangan
K.P
Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan
21 Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Didalam kinerja keuangan metode pengukuran berdasarkan lima rasio keuangan, dari kelima rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan yaitu rasio rentabilitas atau profitabilitas .Tingkat profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas perusahaan, penelitian ini menggunakan Return on Asset. Rasio ini menggambarkan bahwa laba bersih yang dapat dicapai setiap total asset perusahaan (Munawir, 2001). H₁ : Kinerja keuangan yang diproksi dengan return on asset berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan 2.3.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam“ (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional,
22 kepemilikan manajemen,dan kepemilikan asing dalam kepemilikan saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals) (Tamba, 2011). 2.3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Kepemilikan manajerial adalah pihak manajerial dalam suatu perusahaan yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan (Wahidahwati, 2002). H₂.₁ : Kepemilikan Manajemen berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan 2.3.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusi Domestik terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Kepemilikan institusi domestik adalah kepemilikan saham oleh pihakpihak yang berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan asuransi, dana pension dan intitusi lainnya (Wahidahwati, 2002). Semakin besar prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi akan menyebabkan usaha monitoring semakin efektif. H₂.₂ : Kepemilikan Institusi Domestik berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan
23 2.3.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusi Asing terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pertumbuhan yang pesat dari kepemilikan asing akan membuat perusahaan asing mengalami tekanan dari masyarakat sekitar ( Rakchmawati, 2011). Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. H₂.₃ : Kepemilikan Institusi Asing berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan 2.3.2.4 Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Dalam proporsi saham terdapat perbedaan yang dimiliki investor hingga dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Semakin besar prosentase kepemilikan publik maka akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil prosentase kepemilikan publik maka akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. H₂.₄ : Kepemilikan Publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan keuangan
24