BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori keagenan (Agency Theory) sebagai teori pemayung (grand theory), karena membahas perataan laba (income smoothing) yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan pemilik (shareholders) serta teori sinyal (singnaling theory) dan teori stakeholders sebagaai teori pendukung (supporting theory) yang melandasi hipotesis.
2.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
isu manajemen laba. Adanya pemisahan kepemilikan oleh pemegang saham dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara pemegang saham dan agen, karena adanya perbedaan persepsi, sehingga mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan yang disajikan manajemen. Jensen dan Meckling (1976), Watts and Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan
dapat
meminimalkan
konflik
diantara
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen.
13
14
2.2
Teori Sinyal (Signaling Theory) Cheng dan Christiawan (2011) menyatakan bahwa sebagai salah satu bentuk
tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya, perusahaan seringkali terlibat dalam kegiatan-kegiatan Corporate Social Responsibility. Para pemangku kepentingan dapat memberikan apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan Corporate Social Responsibility. Hal ini sejalan dengan signaling theory dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya dengan mengirimkan signal melalui laporan tahunannya. Pengungkapan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility merupakan salah satu cara untuk mengirimkan signal positif kepada pemangku kepentingan dan pasar mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang bahwa perusahaan memberikan guarantee atas keberlangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat mengirimkan signal promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain karena peduli dengan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari aktivitas perusahaan.
2.3
Teori Stakeholders Widjaja dan Pratama (2008) mendefinisikan stakeholders sebagai seseorang
atau sekelompok orang yang memiliki satu atau lebih kepentingan (stake) yang berbeda dalam sebuah perusahaan. Stakeholders dapat diartikan juga sebagai setiap orang atau sekelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
15
oleh tindakan, keputusan, kebijakan, praktik atau tujuan dari sebuah perusahaan. Stakeholders dapat terpengaruh dan juga dapat mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan atau praktik-praktik yang dilakukan oleh perusahaan. Stakeholders merupakan individu, sekolompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analisis, dan pihak lain)
2.4
Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi,
khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, Corporate Social Responsibility berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan",
yakni suatu organisasi, terutama
perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau dividen, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun
16
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, Corporate Social Responsibility dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif
dan
maksimisasi
dampak
positif)
terhadap
seluruh
pemangku
kepentingannya. Suparno (2011) menyatakan Corporate Social Responsibility adalah dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Suharto (2010) Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputuan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Corporate Social Responsibility merupakan sebuah fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. Corporate Social Responsibility dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada
sekedar
profitability
perusahaan.
Kegiatan
Corporate
Social
Responsibility akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena menurunkan gangguan sosial yang sering terjadi akibat
17
pencemaran lingkungan, bahkan dapat menumbuh kembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat setempat. Kepedulian kepada masyarakat sekitar atau relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya bersama bagi organisasi dan komunitas. Corporate Social Responsibility bukanlah sekedar kegiatan amal, melainkan Corporate Social Responsibility mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh stakeholder perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
2.4.1 Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pasal 74 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 ini menjelaskan mengenai tanggung jawab perseroan terbatas terhadap lingkungan, antara lain : 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan 2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
18
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaanya
dilakukan
dengan
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran 3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimakud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
2.4.2 Pengungkapan Corporate Social Responsibility Menurut Anggraini diungkapkan
di
dalam
(2006) Pertanggung jawaban sosial
perusahaan
laporan
Reporting.
yang
disebut
Sustainability
Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (Anggraini, 2006). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainable development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Menurut Rustiarini (2010) pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
perusahaan
terhadap
masyarakat.
Konsep
Corporate
Social
Responsibility melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara perusahaan,
19
pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas Corporate Social Responsibility diatur dalam Undangundang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan Corporate Social Responsibility juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Paradigma enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006).
2.4.3 Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 telah mewajibkan perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Seluruh kegiatan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut harus dilaporkan dan diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini diperkuat dengan diterbitkannya peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pada pasal 6 yang menyatakan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS. PP
20
tersebut lebih jauh lagi tidak menghalangi perseroan lainnya untuk berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2.5
Manajemen Laba Manajemen laba sampai saat ini masih menjadi kontroversi. Sebagian pihak
menilai manajemen laba merupakan aktivitas yang lumrah dilakukan manajer dalam menyusun laporan keuangan, apalagi jika upaya rekayasa manajerial ini dilakukan dalam ruang lingkup akuntansi (Davidson, Stickey and Weil 1987 dan Scott 1995). Sementara sebagian lain menilai manajemen laba sebagai perbuatan curang yang melanggar prinsip akuntansi (Schipper, 1989; Healy and Wahlen, 1999; Setiawati dan Na’im, 2000). Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan metode dan standar akuntansi yang ada untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan (Davidson, Stickey dan Weil, 1987). Sementara Scott (1995) manajemen laba ialah merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa alternatif dalam mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen yang mendasari lahirnya manajemen laba
21
adalah perilaku opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott 2000). Perilaku opportunistic ini direflesikan dengan melakukan rekayasa keuangan dengan menerapkan income increasing atau income decreasing decretionary accrual. Sedangkan sebagai efficient
contracting
yaitu
meningkatkan
keinformatifan
laba
dalam
mengkomunikasikan informasi privat. Perilaku manajemen opportunistic dikenal dengan istilah earnings management, oleh Healy dan Wahlen (1999) didefinisikan earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan sehingga menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusaaan. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya (Ali 2002). Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba untuk meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemegang saham mengenai nilai perusahaan sebenarnya. (Sloan,1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual
22
dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas earnings management memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini.
2.6
Aktivitas Riil Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa arus kas adalah arus kas
masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang. Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Apabila arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar, hal ini menunjukkan positive cash flow dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas keluar maka arus kas yang terjadi akan negative cash flow. PSAK No. 2 (2009), menyatakan bahwa: “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan”. Dalam PSAK No. 2 dijelaskan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas investasi menurut PSAK No.2 mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
23
sehubungan dengan sumber daya yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari aktivitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Menurut Hongren et al.(2005), laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut: 1) Memperkirakan arus kas masa datang. Sumber penggunaan kas perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penerimaan dan pengeluaran kas dapat digunakan sebagai alat untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang. 2) Mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus kas melaporkan kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer. 3) Menentukan kemampuan perusahaan membayar dividen kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor. 4) Laporan arus kas membantu investor dan kreditor untuk mengetahui apakah perusahaan bisa melakukan pembayaran-pembayaran ini. 5) Menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. 6) Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup tetapi memiliki kas yang rendah menyebabkan diperlukannya informai arus kas. Aktivitas operasi menimbulkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu perusahaan. Karena itu aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba rugi,
24
yang dilaporkan dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap kas. Arus masuk kas terbesar dari operasi berasal dari pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas investasi saham. Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran bunga dan pajak. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah : a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. b) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. d) Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan. e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya. f) Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing). Arus kas kegiatan operasi merupakan salah satu aktifitas yang terdapat dalam laporan arus kas, umumnya berasal daritransaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Dalam PSAK No. 2 (2009) dijelaskan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue
25
producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi, terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi. Arus kas yang terkait dengan transaksi semacam itu merupakan arus kas dari aktivitas investasi. Akan tetapi, pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh aset yang dimiliki untuk disewakan kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki untuk dijual adalah arus kas dari aktivitas operasi. Kas yang diterima dari sewa dan penjualan atas aset setelah periode sewa, diakui sebagai arus kas dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pandanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.
2.7
Return Saham Return saham merupakan pendapatan yang berhak diperoleh investor karena
menginvestasikan dananya. Return saham merupakan tingkat keuntungan dan
26
pendapatan yang diperoleh dari investasi surat berharga saham. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investor pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan hasil pengembalian saham karena return saham merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan suatu investasi. Investor menerapkan analisis teknikal akan bergantung pada informasi masa lalu (historis) tentang data harga dan volume perdagangan saham, untuk memperkirakan harga saham di masa datang. Tandelilin (2010) berpendapat bahwa return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Seorang investor membeli saham pada suatu perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan di kemudian harinya, sesuai dengan jumlah yang diharapkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup dibandingkan pada saat-saat sebelumnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Syamsuddin (2007) return merupakan
pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal
investasi. Jadi return merupakan pendapatan atau hasil yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham. Jika harga beli lebih rendah dari harga jual maka investor akan mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika harga beli lebih tinggi dari harga jual maka investor akan mendapatkan capital loss. Return dapat berupa return realisasi atau return ekspektasi. Return realisasi (actual return) merupakan return
27
yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi banyak digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return yang diharapkan (expected return) untuk mengukur resiko di masa yang akan datang. Return saham adalah keutungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi, 2009:151).
Dalam penelitian ini diukur dengan actual
return yakni selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya dibagi harga saham pada periode sebelumnya.
2.8 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Solechan (2007) meneliti pengaruh earning, manajemen laba, IOS, beta, size
dan rasio hutang terhadap return saham pada perusahaan yang go public di BEI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis earning, manajemen laba, IOS, beta, size dan rasio hutang terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEI. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda,. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Earning Per Share berpengaruh positif terhadap return saham, rasio hutang berpengaruh negatif terhadap return saham dan variable bebas lainnya (Diskresioner Akrual, IOS, Beta Saham dan Size) tidak berpengaruh terhadap return saham. Iriati (2008) meneliti mengenai pengaruh kandungan informasi arus kas, komponen arus kas dan laba akuntansi terhadap harga dan return saham. Tujuan penelitian untuk mendapatkan dan memahami bukti empirik apakah informasi
28
laporan arus kas total, laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan memiliki hubungan dengan harga saham dan return saham di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan laba akuntansi, arus kas total dan komponen arus kas berpengaruh signifikan dengan harga saham dan total arus kas, komponen arus kas dan laba akuntansi tidak berpengaruh signifikan dengan return saham kecuali arus kas operasi berpengaruh signifikan dengan return saham. Nurkhin (2009) melakukan penelitian di perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial, variabel independen corporate governance, profitabilitas dan variabel kontrol ukuran perusahaan. Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan profitabilitas dengan proksi ROE terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Khusnuriyati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh laba, komponen arus kas dan nilai buku terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh laba bersih, komponen arus kas dan nilai buku terhadap return saham. Perhitungan laba dapat dilihat dari laporan laba rugi dan perhitungan arus kas dapat dilihat dari laporan arus kas. Sedangkan perhitungan nilai buku dapat dilihat
29
dari laporan neraca. Variabel independen penelitian ini adalah perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan arus kas pendanaan dan perubahan nilai buku. Variabel dependen penelitian ini adalah return saham. Teknik analisis data menggunakan model regresi berganda, adapun hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham adalah perubahan arus kas operasi. Aini (2010) meneliti mengenai pengaruh laba dan komponen arus kas terhadap
return saham. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris pengaruh informasi laporan keuangan yang dipublikasikan. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda. Menghasilkan temuan bahwa laba akuntansi (ROA) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham dan arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham. Anom (2010) meneliti pengaruh arus kas terhadap return saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh arus kas terhadap return saham. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap return saham.
30
Yocelyn dan Yulius (2011) melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh perubahan arus kas dan laba akuntansi terhadap return saham perusahaan berkapitalisasi besar penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah informasi perubahan arus kas dan laba akuntansi digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasi yang tercermin dari return saham yang akan diperoleh. Penelitian ini juga melibatkan variabel bebas arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi. Sedangkan, return dihitung dengan menggunakan geometric mean. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengungkapan laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menendakan bahwa investor mempertimbangkan informasi laba akuntansi yang diungkapkan dalam laporan tahunannya untuk membuat keputusan. Sedangkan variabel bebas yang lainnya tidak terbukti secara signifikan berhubungan dengan return saham. Rusmana, dkk (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen laba dan ukuran kantor akuntan publik terhadap retun saham perusahaan industri manufaktur di bursa efek indonesia, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba dan ukuran kantor akuntan publik terhadap return saham perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda, adapun hasil penelitiannya secara bersamaan variabel manajemen laba dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan secara parsial hanya ukuran kantor akuntan publik yang berpengaruh signifikan terhadap
31
return saham sedangkan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ferdiansyah dan Dian (2012) meneliti pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel moderating (Studi pada perusahaan manufaktur sektor aneka barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011). Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan kecerdasan investor sebagai variabel moderating. Teknik pengambilan sampel melalui metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan uji regresi residual. Dan menghasilkan manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dan manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham
ketika
mempertimbangkan
kecerdasan
investor
sebagai
variabel
moderating. Galuh (2013) melakukan penelitan di perusahaan peraih penghargaan ISRA di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012 dan menggunakan variabel dependen return saham, variabel independen CSR (enviroment), CSR (social) serta variabel kontrol price to book value dan debt to equity ratio. Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah CSR berpengaruh positif terhadap return saham. Winarno (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, struktur modal, dan operating cash flow terhadap return saham perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh operating cash flow terhadap return saham. Dan hasil ini
32
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, struktur modal tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham, dan operating cash flow tidak berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Septriani dan Alfian (2013) melakukan penelitian pengaruh Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan terhadap return saham. Variabel kinerja perusahaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TATO), Earnings Per Share (EPS) dan Debt Equity Ratio (DER). Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari perusahaanperusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) sektor tambang di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda, adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Corporate Social Responsibility dan kinerja perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap return saham syariah. Pratama (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh manajemen laba dan komponen arus kas terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah laba akuntansi dan komponen arus kas digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan investasinya yang tercermin dari return saham yang akan diperoleh. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda, adapun hasil penelitian ini
33
menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan, arus kas operasi, arus kas pendanaan, dan arus kas investasi belum terbukti secara signifikan terhadap return saham.