BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori 2.1.1
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) mendasarkan hubungan antara
prinsipal/pemegang saham dengan agen/manajemen. Teori keagenan menganggap bahwa individu berperilaku sesuai dengan kepentingan masing-masing. Agen memiliki kontrak untuk menunjukkan kewajibannya kepada prinsipal, sedangkan prinsipal memiliki kontrak untuk memberikan bonus kepada agen. Para prinsipal menginginkan laba yang tinggi dari perusahaan agar investasi yang telah ditanamkan cepat kembali. Besarnya laba berhubungan dengan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada investor. Semakin tinggi laba, maka harga saham akan semakin tinggi dan semakin besar pula dividen yang akan diterimanya. Namun di sisi lain, para agen pun memiliki kepentingan sendiri yakni bonus yang akan diterima. Prinsipal menginginkan return yang tinggi atas investasinya, sedangkan agen memiliki kepentingan untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil kinerjanya. Perbedaan tujuan itulah yang menyebabkan terjadinya conflict of interest di antara pihak agen dan prinsipal.Hal inilah yang mendorong terjadinya asimetri informasi di antara kedua belah pihak tersebut. Karena
Universitas Sumatera Utara
adanya keinginan kompensasi yang tinggi itulah,maka kemungkinan besar agen akan melakukan moral hazard. Di samping itu para agen memiliki informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan lebih banyak dibandingkan pada prinsipal. Hal ini yang menimbulkan kesempatan (opportunistic) agen untuk melakukan kecurangan. 2.1.2
Fraud 2.1.2.1 Definisi Fraud Statement on Auditing Standards No.99 mendefinisikan fraud sebagai “an intentional act that result in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit”.Sedangkan
menurut
AssociationofCertified
Fraud
Examiners (ACFE), fraudadalah : Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Menurut BPK (2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan adalah: 1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3) fakta bersifat material (material fact); 4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (makeknowingly or recklessly); 5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi; 6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tersebut (misrepresentation); 7) yang merugikannya (detriment). 2.1.2.2 Tipologi Fraud Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System, TheACFE (Association of Certified Fraud Examiner, 2000) membagiFraud kedalamtiga (3) tipologi tindakan, yaitu : 1. Penggelapan Aset (Asset Missapropriation) Penyimpangan ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian asset/harta perusahaan. Asset missapropriation merupakan fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat dihitung. 2. Pernyataan yang Salah (Fraudulent Misstatement) Hal ini dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan dari berbagaipihak, Penggelapan aktiva perusahaan juga dapat menyebabkan laporan keuangan perusahaan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif (windowdressing). 3. Korupsi (Corruption) Korupsi merupakan fraud paling sulit dideteksi karena korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah melibatkan pihak lain (kolusi). Kerjasama yang dimaksud dapat berupa penyalahgunaan wewenang, penyuapan, penerimaan hadiah
Universitas Sumatera Utara
yang illegal dan pemerasan secara ekonomis. 2.1.2.3 Jenis-Jenis Fraud Menurut Albrecth dan Albrecth, fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis. Tabel 2.1 Jenis-Jenis Fraud Pelaku
Jenis Kecurangan
Korban
Penggelapan uang Atau Kecurangan Pekerjaan
Pegawai
Kecurangan Manajemen
Pemegang saham, Manajemen tingkat Manajemen Tingkat Atas Atas Memberikan penyajian yang salah, Pada Informasi keuangan.
Kecurangan Investasi
Investor
Kecurangan Penyediaan / logistik
Pembeli Atau Jasa
Barang Penjual barang atau Mengenakan biaya Jasa Yang berlebih Atas barang atau Jasa Kepada pembeli.
Kecurangan Pelanggan
Penjual Atau Jasa
Barang Pelanggan
Pemberi Kerja
Individu
Penjelasan Pemberi Kerja Secara langsung atau tidak langsung mengambil hak dari pekerjanya.
Individu investor
Menipu
Pelanggan meminta Harga Yang lebih kecil dari
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, menurut Kerwin (dikutip oleh Nguyen, 2008) kecurangan pada laporan keuangan merupakan kecurangan yang sengaja dibuat oleh manajemen yang merugikan investor
dan
kreditor
dengan
laporan
keuangan
yang
keliru.Penelitian ini berfokus pada fraudulent financial reporting dimana
kecurangan
Robertson
tersebut
(2000dalam
dilakukan
Rezaee,
oleh
2002)
manajemen.
melihat
bahwa
management fraud dan fraudulent financial reporting bersinonim karena secara tipikal fraudulent financial reporting muncul dengan persetujuan atau sepengetahuan dari manajemen. 2.1.3
Teori Fraud Triangle Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle
theoryyang merupakan salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian
fraud.
Konsep
segitiga
kecurangan
pertama
kali
diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di hukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”.Penelitian Cressey diterbitkan dengan judul Other’s People Money: A Studyin the Social Psychology of Embezzelent. Penelitian Cressey ini secara umummenjelaskan alasan mengapa orang-orang melakukan Fraud.Cressey menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu hadir
dalam
kecurangan
perusahaan
yakni
yaitu
tekanan/motif,
kesempatan, dan rasionalisasi.
Universitas Sumatera Utara
Tekanan/motif
Kesempatan
Rasionalisasi Gambar 2.1
Fraud Triangle (Sumber: Tuanakotta, 2010:207) 2.1.3.1 Tekanan/Motif Tekanan/motif yaitu insentif yang mendorong orang melakukan
kecurangan
karena
tuntutan
gaya
hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Montgomery et al., (2002dalamRukmawati, 2011) mengatakan tekanan/motif ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata (direct) dan bentuk persepsi (indirect). Bentuk nyata merupakan tekanan yang nyata disebabkan oleh kondisi kondisi kehidupan yang nyata yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan. Kondisi tersebut dapat berupa kebiasaan
sering
berjudi,
kecanduan
obat
terlarang,
atau
menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk
melakukan
kecurangan
seperti
misalnya
executive
need.Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada tekanan yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalahstabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan individu. 2.1.3.2 Kesempatan Menurut Montgomery et al., (2002dalam Rukmawati 2011), kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal pengendalian internal. Pengendalian internal yang tidak baik akan memberi peluang orang untuk melakukan kecurangan.Dari tiga faktor risiko kecurangan, peluang merupakan hal dasar yang dapat terjadi kapan saja sehingga memerlukan pengawasan dari struktur organisasi mulai dari atas. SAS No. 99 menyebutkan bahwa peluang pada fraudulent financial reporting dapat terjadi pada tiga kategori.
Kondisi
tersebut
adalahkondisi
industri,efektivitas
pengawasan danstruktur organisasi. 2.1.3.3 Rasionalisasi Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau karakter adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk secara rasional melakukan kecurangan. Integritas
Universitas Sumatera Utara
manajemen merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih mudah untukmerasionalisasi penipuan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih tinggi, itu mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya (Molida, 2011). Berikut ini disajikan ringkasan kategori, definisi dan contoh fraud risk faktor berdasarkan fraud triangle theory oleh Cressey yang diadopsi dalam SAS No.99 dan berkaitan dengan fraudulent financial reporting. Tabel 2.2 Kategori,Definisi danContohFraudRiskFactor dalam SASNo.99 yangBerkaitandenganFraudulent Financial Reporting Fraud Risk Factor
Kategori menurut SAS No.99 Financial Stability
External Pressure
Definisi dan Contoh Faktor Risiko Keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan Dalam kondisi stabil. Contoh faktor risiko: perusahaan mungkin memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi. Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Contoh faktor risiko: ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para analis investasi, tekanan Untuk Memberikan kinerja terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Personal Financial Need Pressure
Financial Targets
Nature Of Industry
Ineffective Monitoring Opportunity
Suatu Keadaan dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Contoh Faktor risiko: kepentingan keuangan oleh manajemen Yang signifikan Dalam entitas, manajemen memiliki bagian kompensasi yang signifikan yang bergantung pada pencapaian target yang agresif untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas. Tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Contoh faktor risiko: perusahaan mungkin memanipulasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolok ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya. Berkaitan dengan munculnya Risiko bagi perusahaan yang Berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh Lebih besar. Contoh faktor risiko: penilaian persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi perusahaan yang persediaannya tersebar di banyak lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika persediaan itu menjadi usang. Keadaan dimana perusahaan Tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Contoh Faktor ririko: adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, Tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan Dan Pengendalian internal dan sejenisnya.
Universitas Sumatera Utara
Organizational Structure
Rationalization
Rationalization
Struktur organisasi yang kompleks dan Tidak satabil. Contoh Faktor risiko: struktur Organisasi Yang terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan seperti senior manajer atau direksi yang tinggi. Sikap/rasionalisasi anggota dewan, manajemen, atau karyawan yang memungkinkan mereka Untuk terlibat dalam dan/atau membenarkan kecurangan pelaporan keuangan. Contoh faktor risiko: jika CEO atau manajer puncak lainnya sangat tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti terus mengeluarkan prakiraan Yang terlalu optimistik, pelaporan keuangan yang curang lebih mungkin terjadi.
Sumber: Skousen et al., 2009
2.1.4
Fraudulent Financial Reporting Fraudulent financial reporting adalah perilakuyang disengaja atau
ceroboh,baik dengan tindakan atau penghapusan,yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial reporting yang terjadi disuatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari auditor independen.Arens (2005 : 310) dalam bukunya yang berjudul “Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach” edisi ke-10 pada bab 11 tentang fraud auditing, antara lain menyebutkan : Fraudulent financial reporting is an intentional misstatement or omission of amounts or disclosure with the intent to deceive users. Most cases of fraudulent financial reporting involve the intentional misstatement of amounts not disclosures. For example, worldcom is reported to have capitalized as fixed asset, billions dollars that should have been expensed. Omission of amounts are less common, but a company can overstate income by omittingaccount payable and other liabilities.
Universitas Sumatera Utara
Although less frequent, several notable cases of fraudulent financial reporting involved adequate disclosure. For example, a central issue in the enron case was whether the company had adequately disclosed obligations to affiliates known as specialm purpose entities. Menurut Ferdian & Na’im (2006), fraudulent financial reporting umumnya disebabkan oleh 3 (tiga) hal sbb : 1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan atas catatan akuntansi dan dokumen pendukung atas laporan keuangan yang disajikan. 2. Salah penyajian (misrepresentation) atau kesalahan informasi yang signifikan dalam laporan keuangan. 3. Salah penerapan (misapplication) dari prinsip akuntansi yang berhubungan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian (presentation) dan pengungkapan (disclosure).
2.1.5
Manajemen Laba Definisi manajemen laba telah banyak didefinisikan dalam banyak
riset terdahulu. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.Manajemen laba sulit untuk dideteksi dari laporan keuangan karena kecenderungan manajemen laba untuk tidak terlihat. Riset-riset awal pada manajemen laba mengkorelasikan fenomena manajemen laba tersebut dengan penggantian metode akuntansi yang dipilih manajemen. Cornett et al. (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka 2007) mengatakan bahwa tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui,
Universitas Sumatera Utara
antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Gideon (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2007) juga mengatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Dengan melihat beberapa contoh tersebut, sangat relevan bila dikatakan bahwa manajemen laba merupakan bagian dari fraud. Fraudulent financial reporting sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Perilaku manipulasi yang dilakukan manajemen initermasuk dalam fraudulent financial reporting. Tindakan memanipulasi laba untuk memperoleh outlook perusahaan yang baik dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen akan memilih metode tertentu untuk memperoleh laba sesuai dengan target yang ditentukan. Tindakan memanipulasi laba oleh manajemen ini dapat digolongkan sebagaifraud pada laporan keuangan. Manajemen laba juga tidak dapat secara langsung dapat
Universitas Sumatera Utara
diamati.Sehingga dibutuhkan suatu proksi untuk dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba. Dalam beberapa penelitian, discretionary accruals digunakan sebagai proksi untuk manajemen laba. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et al. (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam manajemen laba adalah: 1. Taking a bath Taking a bath terjadi pada stress period atau reorganisasi padaperusahaan,
misalnya
:
pengangkatan
CEO
baru.
Bila
perusahaanharus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. 2. Income Minimization Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat rasio profitabilitas perusahaan tinggi, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk
Universitas Sumatera Utara
biaya eksplorasi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, misalnya : biaya pajak, biaya tender, dll. 3. Income Maximization Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. 4. Income Smoothing Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. 2.2
Penelitian Terdahulu Hingga saat ini telah banyak penelitian yang membahas tentang
kecurangan (fraud) pelaporan keuangan. Berikut ini merupakan beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud : Tabel 2.3 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu No
1
Nama Variabel Peneliti dan Penelitian Judul Penelitian Turner et al. Dependen: (2008) Kualitas Audit Independen: Judul: Fraud Triangle
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Mengembangkan jaringan bukti yang memiliki 2 sub jaringan dengan
Mendukung konsep fraud triangle dalam tiga komponen dan hubungan antar
Universitas Sumatera Utara
An Analysis of the Fraud Triangle
2
Lou dan Wang (2009) Judul: Fraud Risk Factor of The Fraud Triangle Assesing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting
3
Skousen et al., (2009) Judul:
Dependen: Fraud Independen: pertumbuhan tinggi, kesalahan perkiraan analisis, kerugian, arus kas negatif dari aktivitas operasi, leverage, pledging, rasio investasi, transaksi pihak istimewa, CEO, auditor internal, deviation in control away from cash flow rights, penyajian ulang, pergantian auditor, ukuran perusahaan Dependen: Kecurangan laporan keuangan
menggunakan pendekatan belief function, yaitu: 1.Untuk menangkap hubungan risiko dan bukti untuk audit laporan keuangan konvensional. 2. Untuk menangkap hubungan risiko dan bukti untuk penilaian risiko keuangan. Menggunakan data yang dikumpulkan dari perusahaan publik DeTaiwan, termasuk Bursa Efek Taiwan (TSE). Sebagian besar sampel yang diperoleh dari database bernama Journal Ekonomi Taiwan (TEJ) sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi logistik
komponen terbukti memiliki dampak yang besar pada risiko audit.
Menggunakan data SEC Akuntansi dan Siaran Auditing Enforcement
Menemukan bukti bahwa: 1. Pertumbuhan aset yang cepat,
Kecurangan pelaporan berkaitan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari sebuah perusahaan atau supervisor perusahaan, rasio yang lebih tinggi dari suatu transaksi yang kompleks, dipertanyakannya integritas dari manajer perusahaan, atau lebih memburuknya hubungan antara perusahaan dengan auditornya
Universitas Sumatera Utara
4
Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The Effectivenes s of the Fraud Triangle and SAS No. 99
Independen: - Financial stability -External pressure - Personal financial need - Financial target - Nature of industry - Ineffective monitoring - Organizational structure
(AAERs) yang diterbitkan antara tahun 1992 dan 2001 sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi logistik
peningkatan kebutuhan uang tunai dan pembiayaan eksternal berhubungan secara positif terhadap kemungkinan terjadinya fraud 2. Kepemilikan saham-saham eksternal dan internal serta kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan kecurangan laporan keuangan 3. Ekspansi jumlah anggota independen di komite audit berhubungan negatif mdengan terjadinya kecurangan
Molida (2011)
Dependen: Earning Management Independen: -Financial Stability -Personal Financial Need -Ineffective Monitoring
Data diperoleh dari BEI periode tahun 2008 dan 2009 sedangkan analisis data yang digunakan yaitu uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan metode regresi linier.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa financial stability personal financial need berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud. Sementara itu, ineffective monitoring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.
Judul: Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need, dan Ineffective Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle
Universitas Sumatera Utara
5
Kusumawar dhani (2012) Judul: Deteksi Financial Statement Fraud dengan analisis Fraud Triangle
6
7
Dependen: Earning Management Independen: -Financial Stability -Personal Financial Need -Ineffective Monitoring
Norbarani (2012)
Dependen: Financial Statement Fraud Judul: Independen: Pendeteksian -Financial kecurangan Stability laporan -External keuangan Pressure dengan -Personal analisis Financial Need fraud -Financial triangle Target yang -Ineffective diadopsi Monitoring dalam SAS No. 99
Hanum (2014) Judul: Analisis faktorfaktor yang mempengar uhi fraudulent financial statement
Dependen: Fraudulent Financial Statement Independen: -Financial Stability -Effective Monitoring -Auditor Change
Data didapatkan dari perusahaan perbankan BEI periode tahun 2010-2011dengan analisis data uji asumsi klasik dan metode regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial stability dan ineffective monitoring berpengaruh terhadap financial statement fraud sedangkan personal financial need tidak berpengaruh signifikan.
Data didapatkan dari perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2009-2010. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa external pressure memiliki hubungan negatif dengan financial statement fraud, financial targets memiliki hubunganpositif dengan financial statement fraud. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa financial stability, personal financial need, dan innefective monitoring pengaruh terhadap financialstatement fraud. Data diperoleh dari Hasil pengujian seluruh perusahaan statistik menunjukan sektor property, bahwa secara real estate, dan empiris variabel building financial stability construction tahun memiliki pengaruh 2008-2012 di Bursa positif signifikan Efek Indonesia dan terhadap tingkat dianalisis dengan risiko fraudulent menggunakan financial statement, analisis regresi sedangkan variabel berganda effective monitoring
Universitas Sumatera Utara
dengan perspektif fraud triangle
dan auditor change masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif yang tidak signifikan
Sumber: Berbagai literatur pendukung penelitian. 2.3
Kerangka Konseptual Laporan keuangan hendaknya dapat menyajikan informasi yang andal dan
reliable. Akan tetapi, salah saji dalam laporan keuangan. Salah saji dalam laporan keuangan terdiri dari kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud). Fokus pada penelitian ini adalah salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh adanya kecurangan (fraud). Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa pendeteksian adanya fraud penting dilakukan dalam upaya pencegahan perluasan masalah perusahaan. Hal tersebut dikarenakan terjadinya fraud menandakan rapuhnya manajemen perusahaan dalam melakukan pengendalian. Pengendalian internal dan eksternal perusahaan perlu ditingkatkan dalam upaya mencegah terjadinya fraud. Manajemen perusahaan
perlu
melakukan
tindakan
proaktif
untuk
mencegah
dan
menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi, dan masa depan organisasi. Secara umum terdapat tiga kondisi umum yang selalu ada pada saat terjadinya fraud. Ketiga kondisi tersebut yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity), danrasionalisasi (rationalization) yang selanjutnya disebut fraud triangle. Faktor-faktor tersebut tidak dapat secara langsung diteliti sehingga diperlukan variabel proksi agar lebih mudah diteliti.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menggunakan tujuh proksi sebagai variabel independen. Pada penelitian ini manajemen laba dimasukkan sebagai proksi tambahan untuk variabel dependen dikarenakan proksi ini terkait erat dengan terjadinya fraud pada laporan keuangan(Rezaee, 2002). Meskipun praktek manajemen laba ini sulit dideteksi pada laporan keuangan, dapat digunakan proksi discretionary accruals model. Manajemen laba dapat digunakan sebagai indikator telah terjadinya fraud pada laporan keuangan. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut: Variabel Bebas
VariabelTerikat
Tekanan Stabilitas Keuangan (X1)
H2
Tekanan Eksternal (X2)
H3
Target Keuangan (X3)
Kesempatan
H4
Kondisi Industri (X4) Efektivitas Pengawasan (X5)
Rasionalisasi Rasionalisasi (X6)
H1
H5
Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting)(Y)
H6
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis Penelitian 2.4.1
PengaruhStabilitas
Keuangan
terhadap
FraudulentFinancialReporting Stabilitas keuangan merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan
perusahaan
dari
kondisi
stabil.
SASNo.99,manajermenghadapitekanan kecuranganlaporan
Menurut
untukmelakukan
keuanganketikastabilitaskeuanganterancam
oleh
keadaaanekonomi,industri,atausituasientitasyangberoperasi(Skousenetal., 2009). Perusahaanakan
berusaha
untukmeningkatkanoutlookperusahaanyang denganmemanipulasi
informasi
baik
kekayaanasetyang
salahsatunya dimilikinya.
Bentukmanipulasi pada laporan keuanganyangdilakukanolehmanajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Oleh
karenaitu,rasioperubahantotal
stabilitas
asetdijadikanproksi
padavariabel
keuangan.Semakintinggitotalasetyang
dimiliki
perusahaanmenunjukkan kekayaanyangdimilikisemakinbanyak. Penelitianyang membuktikanbahwa
dilakukan
olehSkousenet
semakinbesarrasio
al.(2009) perubahantotal
asetsuatuperusahaan maka probabilitas dilakukannya tindakkecurangan padalaporankeuanganperusahaantersebut semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitiansebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
H1 :
Stabilitas
keuanganberpengaruh
positif
terhadap
fraudulent financial reporting. 2.4.2
Pengaruh Tekanan Eksternalterhadap Fraudulent Financial Reporting Tekanan eksternal adalah tekanan yang berlebihan bagi manajemen
untuk
memenuhi
persyaratan
atau
harapan
pihak
ketiga.
Salah
satutekananyangkerapkalidialamimanajemen perusahaanadalahkebutuhan untukmendapatkantambahanutangatausumberpembiayaaneksternal tetap
agar
kompetitif,termasukpembiayaanriset
danpengeluaranpembangunanataumodal (Skousenet al., 2009).Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari utang yang dalam penelitian ini diproksikan dengan leverage ratio. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 :
Tekanan
eksternal
berpengaruh
positif
terhadap
fraudulent financial reporting. 2.4.3 Pengaruh Target Keuangan terhadap Fraudulent Financial Reporting Return on Asset (ROA) merupakan proksi untuk variable target keuangan. Perbandingan laba tehadap jumlahaktiva atau Return on Asset adalahukuran
kinerjaoperasional
yang
banyakdigunakan
untuk
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen et 2009).Return
OnAsset
perusahaandalam
al.,
digunakanuntukmengukurmanajemen
memperolehkeuntungan
(laba)secara
keseluruhan.Semakinbesar ROA yang diperoleh,semakinbesar pulatingkat keuntungan yang dicapai olehperusahaan tersebut dansemakinbaik pula posisi
perusahaantersebut
darisegi
penggunaan
aset.AnalisisReturnonAsset(ROA)atausering diterjemahkandalam bahasa Indonesiasebagai rentabilitasekonomimengukur perkembanganperusahaan menghasilkanlaba pada masa lalu. Analisisini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untukmelihatkemampuanperusahaan menghasilkanlaba padamasa-masamendatang.Olehkarenaitu,semakintinggiROAyang ditargetkan
perusahaanmakasemakinrentan
perusahaanakanmelakukanmanajemenlaba
yangmerupakan
salah
satubentukkecurangan laporan keuangan. Manajemen tidak ingin dianggap tidak mampu dalam mengurus dan menjalankan perusahaan karena akan mempengaruhi bonus/kompensasi yang akan diterimanya. Berdasarkan
uraian
tersebut,
diajukanhipotesis
penelitian
sebagaiberikut: H3 :
Target
keuangan
berpengaruh
positif
terhadap
fraudulent financial reporting. 2.4.4 Pengaruh Kondisi Industri terhadap Kecurangan Fraudulent Financial Reporting Kondisi piutang usaha merupakan suatu bentuk dari kondisi industri
Universitas Sumatera Utara
yang dapat direspon dengan reaksi yang berbeda dari masing-masing manajer perusahaan. Perusahaan yang baik akan berusaha untuk memperkecil
jumlah
piutang dan
memperbanyak
penerimaan
kas
perusahaan. Akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang. Adanya penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut, maka manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk manipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1989), yang menemukan bahwa akun piutang dan persediaan terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka . Kondisi akun persediaan dan piutang usaha berbeda antara perusahaan yang melakukan fraud dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud.Proksi untuk kondisi industri yang berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalampiutang usaha. Ukuran ini dihitung sebagai rasio piutang terhadap penjualan di tahun t dikurangi dengan rasio piutang terhadap penjualan di tahun t - 1 , di mana tadalah tahun sebelum terjadinya fraud. Berdasarkanuraiantersebut,penelitianinimengajukanhipotesissebagai berikut: H4 :
Kondisi industri berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting.
Universitas Sumatera Utara
2.4.5 Pengaruh
Efektivitas
Pengawasan
terhadap
Fraudulent
Financial Reporting. Meningkatnya
skandal
akuntansi
kecuranganataumerupakansalahsatu
dan
dampak
dari
pengawasanyanglemahsehinggamemberi
kesempatan
kepadaagenataumanajeruntukberperilakumenyimpang manajemen
laba.
Praktik
dapatdiminimalkansalahsatunya
praktik
denganmelakukan
kecurangan
atau
denganmekanisme
baik.Dewan
fraud
pengawasanyang
komisarisindependen
dipercayadapatmeningkatkanefektivitaspengawasan perusahaan. Dewankomisaris bertugas untukmenjaminterlaksananya strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan
serta
mewajibkanterlaksananya akuntabilitas(Forum forCorporate Governance in
Indonesia,2003).Secarakhusus,
komisarisindependenyangmerupakanbagian daridewankomisarissangatberperandalam meminimumkanmanajemenlaba yang
merupakansalahsatubentukfraudulent
dilakukanoleh
pihakmanajemen.
Pernyataan
denganpenelitianyang
dilakukan
hubunganantarakomposisi
dewan
pelaporankeuangan.
financial
reporting
tersebut
yang
diperkuat
Dunn(2004)yangmeneliti komisaris
Hasil
dengankecurangan penelitian
membuktikanbahwakecuranganlebihseringterjadi padaperusahaanyanglebih sedikitmemilikianggota dewankomisaris eksternal (Skousenetal.,2009).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkanuraiantersebut,penelitianinimengajukanhipotesissebaga i berikut: H5 :
Efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial reporting.
2.4.6 Pengaruh
Rasionalisasi
terhadap
Fraudulent
Financial
denganpengambilan
keputusan
Reporting. Prinsip
akrual
berhubungan
manajemen dan memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangan. Menurut Skousen (2009) variabel rasio total akrual dapat digunakan untuk menggambarkan rasionalisasi terkait dengan penggunaan prinsip akrual oleh manajemen. Total akrual dikalkulasikan sebagai perubahan asset lancar dikurang perubahan kas, dikurang perubahan kewajiban lancar ditambah perubahan utang jangka pendek dikurang beban depresiasi dan amortisasi dikurang pajak penghasilan yang ditangguhkan ditambah modal. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagaiberikut:
H6 :
Rasionalisasi berpengaruh positif terhadap fraudulent financial reporting.
Universitas Sumatera Utara