BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1.
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1. Teori keagenan (agency theory) Teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan hubungan kontrak antara agen (manajer) dan principal (pemegang saham) dimana pemegang saham melimpahkan tanggung jawab kepada manajer untuk menjalankan bisnis mereka. Teori ini menyatakan bahwa ketika kedua belah pihak memiliki ekspektasi untuk memaksimalkan utilitas mereka, terdapat alasan baik untuk mempercayai bahwa adanya keterlibatan agen dalam perilaku yang oportunis pada kepentingan pemegang saham (principal). Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan kondisi seperti ini sebagai hubungan keagenan dimana ketidakmampuan principal untuk dapat mengamati langsung tindakan agen yang dapat menyebabkan bahaya moral dan berdampak pada meningkatnya biaya keagenan. Menurut Jensen dan Meckling (dalam Azubike dan Aggreh, 2014) komponen dari biaya keagenan direpresentasikan oleh biaya pengawasan yang didukung oleh pemegang saham untuk mengawasi atas tindakan manajer. Publikasi laporan keuangan tidak akan diterima kecuali telah dilakukan audit sebelumnya oleh certified accountant public atau auditor eksternal. Keterlibatan auditor eksternal merupakan komponen penting dalam biaya ini sepanjang auditor meyakinkan bahwa tindakan manajer merujuk pada kepentingan pemegang
13
saham, sementara itu auditor juga memiliki tugas yang diperlukan untuk memeriksa rekening perusahaan. Hal itu yang menyebabkan auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam memeriksa kegiatan manajer dan akan berdampak pada lag laporan audit (audit report lag) jika permasalahan agen cukup besar.
2.1.2. Teori kepatuhan Tuntutan akan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan perusahaan go-public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara tidak langsung membuat perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pasar modal akan patuh terhadap aturan tentang ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif (Saleh dan Susilowati, 2004). Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan hukuman yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Komitmen normatif melalui
14
moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusunan hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku. Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan sangat bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan.
2.1.3. Laporan keuangan dan pelaporan keuangan Salah satu cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan posisi keuangan adalah dengan menyajikan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
hasil
dari
proses
akuntansi
yang
dapat
digunakan
untuk
menginformasikan data keuangan perusahaan atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam satu periode kepada pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap informasi tersebut. Menurut Kieso, et al. (2007:2) laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Belkaoui (2000:126) mengklasifikasikan tujuan laporan keuangan kedalam tujuan umum dan khusus. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuia prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil
15
operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1)
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan, menunjukkan pendanaan dan investasi, mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen, menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.
2)
Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan
profit
dengan
tujuan
untuk
menunjukkan
tingkat
pengembalian dividen harapan bagi investor, menunjukkan kemampuan operasi, membayar kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk perencanaan dan pengendalian, serta menunjukkan profitabilitas jangka panjang. 3)
Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan mengestimasi earnings potensial perusahaan.
4)
Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber daya ekonomi dan kewajiban.
5)
Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Pelaporan keuangan menurut IAI (2007) memiliki tujuan menyediakan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, atau perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dan pengambil keputusan. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan menurut Statement
16
Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 yang diterbitkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) adalah: 1)
Mempunyai manfaat yang besar bagi investor, investor potensial, kreditor, dan pengguna lain dalam membuat keputusan yang rasional.
2)
Membantu investor serta kreditor saat ini dan para pemakai lain dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penarikan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.
3)
Menggambarkan jelas sumber daya ekonomi sebuah perusahaan, klaim atas sumber daya (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya kepada entitas lain dan modal pemilik).
2.1.4. Peraturan penyampaian laporan keuangan Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan terdapat dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995. Peraturan tersebut menyatakan bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Bapepam. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. 36/PM/2003 yang telah disempurnakan oleh Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-346/BL/2011 yang memuat tentang kewajiban laporan keuangan berkala (tahunan atau tengah tahunan). Isi dari peraturan tersebut khususnya mengenai laporan keuangan tahunan sebagai berikut : 1)
Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
17
2)
Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan.
3)
Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
4)
Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor X.K.6 sebelum batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara tersendiri.
5)
Pengumuman Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud dalam huruf c wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional, dengan ketentuan sebagai berikut: a) Laporan keuangan tahunan yang diumumkan paling sedikit meliputi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, dan opini dari Akuntan; b) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud dalam butir 1) wajib sama dengan yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam dan LK; dan c) Bukti pengumuman tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengumuman.
18
Dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan.
2.1.5. Ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan Penelitian-penelitian mendalam
dalam
berbagai
sebelumnya, aspek,
telah
banyak
komponen,
dan
dilakukan dampak
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan (timeliness
of
kajian terhadap financial
reporting). Al Daoud, et al. (2014) menyatakan secara umum, terdapat dua aspek terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan yaitu: (1) audit report lag; dan (2) financial reporting lag. Dyer dan Mc Hugh (1975), menyatakan terdapat tiga jenis keterlambatan yaitu: (1) preliminary lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa, (2) auditor’s report lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani, (3) total lag, yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan diterima oleh bursa.
19
2.1.6. Dewan komisaris Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab memonitor tindakan manajemen puncak. Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director yang sangat membantu dewan komisaris dalam keputusan pengendalian. Mulyadi (dalam Sriayu dan Mimba, 2013) menyatakan fungsi dewan komisaris adalah mengawasi seluruh pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dan bertanggung jawab dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan. Jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan kompleksitas perusahaan. Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan mendelegasikan kewenangannya pada komite yang bertanggung jawab pada dewan komisaris. Dewan komisaris turut memantau efektifitas pengelolaan korporasi yang baik yang diterapkan bilamana perlu melakukan penyesuaian. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta bersikap independen. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), dewan komisaris didefinisikan sebagai organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi agar sesuai dengan pedoman Good Corporate Governance. Namun, dewan komisaris tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan operasional. Dalam keanggotaan dewan komisaris terdapat komisaris internal dan komisaris independen.
20
Dewan komisaris internal adalah seorang komisaris juga merupakan seorang pegawai, petugas, pemegang saham utama, atau seseorang yang berhubungan dengan organisasi (perusahaan) tersebut. Sedangkan komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang berhubungan langsung dengan organisasi tersebut, dan tidak mewakili pemegang saham. Menurut ketentuan good corporate governance, sebuah perusahaan harus memiliki anggota komisaris independen agar bisa mengawasi dan bersikap netral dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Berdasarkan peraturan Bapepam No. IX.I.5, kriteria komisaris independen adalah sebagai berikut: 1)
Berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;
2)
Tidak memiliki hubungan saham baik langsung ataupun tidak langsung terhadap emiten atau perusahaan publik;
3)
Tidak mempunyai afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik;
4)
Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik.
2.1.7. Komisaris independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yaitu, pihak yang tidak memiliki hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan
21
Governance, 2006). Hal ini juga dipertegas dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 bahwa komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar emiten perusahaan atau perusahaan publik dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum. Kebutuhan komposisi komisaris independen diatur dalam Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No. Kep-305/BEJ/07-2004. Menurut keputusan direksi bursa Bursa Efek Jakarta tersebut, persyaratan menjadi komisaris independen yaitu: (1) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan, (2) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris lainnya pada perusahaan tercatat yang bersangkutan, (3) tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan, dan (4) memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa wajib memiliki komisaris independen yang secara proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas. Proporsi mengenai komisaris independen telah dinyatakan dalam Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A Tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Lampiram II Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 persen dari jumlah seluruh anggota komisaris.
22
2.1.8. Opini auditor Opini audit dibutuhkan untuk setiap laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. Opini audit diduga memberikan dampak positif bagi perusahaan tersebut. Opini auditor merupakan laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan (Ardiyos, 2007). Abdul Halim (2008:75) menyatakan terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yaitu: 1)
Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
2)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan
3)
Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
4)
Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
5)
Pernyataan tidak memberi pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion) Ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan secara signifikan
dipengaruhi oleh opini audit. Dalam hal ini, perusahaan yang menerima laporan audit dengan pendapat unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian) memiliki permasalahan yang lebih sedikit dan turut mengurangi waktu yang diperlukan oleh auditor untuk menyelesaikan tugas auditnya (Shukeri & Nelson, 2011).
23
2.1.9. Profitabilitas Salah satu bagian terpenting dalam menentukan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas yang dalam hal ini dinyatakan dalam bentuk berita baik (good news) atau berita buruk (bad news) (Ahmed, 2003). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan keefektifan
yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan
dalam melakukan operasional perusahaan (Saleh, 2004). Profitabilitas juga menjadi indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas sebuah perusahaan maka kinerja perusahaan dalam mengelola asset dan menghasilkan laba akan semakin meningkat. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afify (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengauditan dan selanjutnya dapat mengumumkan berita baik (good news) lebih awal. Dilain sisi, perusahaan juga dapat untuk menunda pelaporan keuangan untuk menghindari ketidaknyamanan dalam menginformasikan berita buruk (bad news).
2.1.10. Reputasi auditor Reputasi auditor merupakan hal penting yang berkaitan dengan opini audit yang diberikan dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya mengaitkan reputasi auditor dengan besarnya kantor akuntan publik yakni Big Four. Penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma dan Cindrawati (2011)
24
menyatakan
bahwa
reputasi
auditor
terbukti
mempengaruhi
tingkat
ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP Big Four akan selalu berusaha untuk tepat waktu dan menjaga reputasinya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) menyatakan bahwa auditor yang mempunyai reputasi baik, dalam hal ini KAP Big Four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu.
2.2.
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa akademisi dan peneliti telah melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh pada ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan sebelumnya dengan menggunakan beberapa variabel. Dora (2011) meneliti mengenai pengaruh corporate governance dan kinerja perusahaan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan bagi perusahaan yang mempublik. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdapat dalam ICMD periode 2007 dan 2008. Penelitian tersebut menggunakan tujuh variabel bebas diantaranya: dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, profitabilitas rasio, leverage rasio, likuiditas rasio, dan aktivitas rasio. Sampel yang didapatkan oleh peneliti berjumlah 222 perusahaan yang dibagi dalam 2 periode. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan 74 perusahaan yang tepat waktu dan 37 perusahaan yang tidak tepat waktu penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam untuk tahun 2007. Sebaliknya, pada tahun 2008
25
didapatkan hanya 37 perusahaan saja yang tepat waktu dan 74 perusahaan tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan kepada Bapepam. Pada pengujian hipotesis peneliti mendapatkan bahwa hanya variabel likuiditas rasio yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sebaliknya, variabel dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, profitabilitas rasio, leverage rasio, dan aktivitas rasio tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan. Awalludin dan Sawitri (2012) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya: debt to earning ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan opini audit. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa debt ro earning ratio, profitabilitas, dan struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sebaliknya, ukuran perusahaan dan opini audit tidak berpengaruh siginifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Darmiari dan Ulupui (2014) meneliti mengenai karakteristik perusahaan di Bursa Efek Indonesia, reputasi kantor akuntan publik, dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Penelitian tersebut menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel berjumlah 323 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu: jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi, umur
26
perusahaan, dan reputasi KAP. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa seluruh variabel kecuali kompleksitas operasi berpengaruh pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Osman, et al. (2014) meneliti mengenai pengaruh penerapan teknologi audit yang digunakan dan corporate governance pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: teknologi audit yang digunakan, dewan komisaris, komite audit, dan ukuran perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa hanya dewan komisaris yang berpengaruh positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Tazik dan Mohammed (2014) meneliti mengenai efektivitas sistem informasi akuntansi, kepemilikan asing dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Dalam penelitian tersebut, ketepatwaktuan pelaporan keuangan diproksikan dengan audit report lags. Adapun variabel-variabel yang digunakan terdiri dari variabel bebas yaitu: efektivitas sistem informasi akuntansi, struktur kepemilikan asing, dan variabel kontrol yaitu: ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, tipe industri, opini audit, tipe auditor, komite audit independen, jumlah pertemuan komite audit, dan pengalaman komite audit. Berdasarkan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa efektivitas sistem informasi akuntansi dan struktur kepemilikan asing berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lags. Al Daoud, et al. (2015) meneliti mengenai pengaruh internal corporate governance pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan di perusahaan Jordania. Penelitian tersebut memproksikan ketepatan waku pelaporan keuangan menjadi 2
27
variabel terikat yaitu: audit report lags dan management report lags. Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya: komisaris independen, ukuran dewan komisaris, CEO duality, board diligence, pengalaman dewan komisaris, komite audit, dan tipe industri. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, didapatkan bahwa hanya komisaris independen, ukuran dewan komisaris, CEO duality, board diligence, dan komite audit beperngaruh signifikan terhadap audit report lags. Sedangkan, hanya ukuran dewan komisaris, board diligence, CEO duality, dan komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap management report lags. Savitri (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 237 yang didapat selama periode 2006 sampai dengan 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen, kepemilikan manajerial, komite audit, dan kualitas audit secara statistik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Owusu dan Ansah (2000) meneliti mengenai ketepatan waktu laporan keuangan perusahaan di pasar modal Zimbabwe (Zimbabwe Stock Exchange). Adapun faktor-faktor yang diuji adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, kecepatan, umur perusahaan, adanya item-item luar biasa dan/atau kontinjensi, bulan dari akhir tahun finansial, dan kompleksitas operasi perusahaan. Hasil
28
penelitian mereka menemukan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan waktu tunggu laporan audit mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam mengumumkan pendapatan awal tahun. Hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan menyampaikan laporan tahunan yang telah diaudit, sedangkan faktor-faktor yang lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan di Zimbabwe. Beberapa hasil penelitian sebelumnya terangkum dalam Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. (1) 1
2
Nama Peneliti (2) Dora (2011)
Vita, Peni (2012)
Variabel Penelitian (3) Variabel Dependen = ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan; Variabel Independen = Dewan komisaris, Komisaris Independen, Komite Audit, Profitabilitas Rasio, Leverage Rasio, Likuiditas Rasio, Aktivitas Rasio Variabel Dependen = Ketepatan Waktu (timeliness) Pelaporan Keuangan; Variabel Independen = DER, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Opini Audit.
Metode Analisis (4) Regresi Logistik
Regresi Logistik
29
Hasil Penelitian (5) Variabel dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, profitabilitas, leverage, aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan; sedangkan variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. DER, Profitabilitas, dan Struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap Ketepatan waktu pelaporan keuangan; sedangkan Ukuran perusahaan, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan ketepatan waktu pelaporan keuangan
No. (1) 3
Nama Peneliti (2) Darmiari, Ulupui (2014)
4
Osman, et al. (2014)
5
Tazik, Mohamm ed (2014)
Variabel Penelitian (3) Variabel Dependen = Ketepatwaktuan pelaporan keuangan; Variabel Independen = Jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan, reputasi KAP Variabel Dependen = Ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan; Variabel Independen = Teknologi audit yang digunakan, dewan direksi, komite audit, ukuran perusahaan
Variabel Dependen = Audit report lags; Variabel Independen = Accounting information system effectiveness, foreign ownership structure; Variabel Kontrol = Company size, leverage, profitability, industry type, audit opinion, type of auditor, audit committee independence, audit committee meeting, audit committee expertise
Metode Analisis (4) Regresi Linear Berganda
Regresi
Regresi
30
Hasil Penelitian (5) Jenis industri, ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan reputasi KAP berpengaruh pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan; sedangkan kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan Dewan direksi bepengaruh positif terhadap ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan; Sedangkan teknologi audit yang digunakan, komite audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan;
Accounting information system effectivenss dan foreign ownership structure berpengaruh secara signifikan terhadap audit report lags;
No. (1) 6
Nama Peneliti (2) Al Daoud et al. (2015)
7
Savitri (2010)
8
Owusu, Ansah (2000)
Variabel Penelitian (3) Variabel Dependen = audit report lags; management report lags; Variabel Independen = Board independence, board size, CEO duality, board diligence, board expertise, audit committee, type sector Variabel Dependen: Ketepat waktu pelaporan keuangan. Variabel Independen :Komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan kualitas audit. Variabel independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing, item-item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas, umur perusahaan. Variabel dependen: Ketepatan waktu
Metode Analisis (4) Regresi
Regresi Linear Berganda
Regresi Liniear Berganda
Sumber: Data diolah, 2015
31
Hasil Penelitian (5) Board independence, board size, CEO duality, board diligence, dan audit committee berpengaruh signifikan terhadap audit report lags; Board size, board diligence, CEO duality, dan audit committee berpengaruh siginifikan terhadap management report lags; Hanya variabel Komisaris independen, Kepemilikan Institusional, Komite Audit dan Kualitas Audit yang berpengaruh signifikan terhadap Ketepatan waktu pelaporan keuangan
Hanya variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2.3.
Hipotesis Penelitian
2.3.1. Karakteristik dewan komisaris Chiang (2005) menyatakan bahwa karakteristik dewan komisaris merupakan faktor penting dalam ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengemukakan bahwa keefektifan dari penerapan sistem corporate governance akan memastikan perilaku manajer perusahaan. Shukeri dan Nelson (2011) memperlihatkan bahwa konflik keagenan dapat disebabkan oleh hubungan keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Keefektifan corporate governance diduga dapat mengurangi permasalahan tersebut. Keberadaan dari mekanisme corporate governance memungkinkan untuk mengurangi tenaga kerja audit dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit (Al Daoud et al., 2014). Berdasarkan hal tersebut, karakteristik dewan komisaris pada penelitian ini difokuskan pada komisaris independen dan ukuran dewan komisaris sebagai faktor penting pada sistem corporate governance.
2.3.1.1. Pengaruh ukuran dewan komisaris pada timeliness of financial reporting Fauzi dan Locke (2012) menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar lebih efektif dalam mengawasi perusahaan dibandingkan dewan komisaris yang kecil. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jensen (1993) juga menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar menyediakan pertukaran keahlian dan pengetahuan yang lebih baik, tetapi hal tersebut juga akan terdapat risiko yang besar atas
32
pengurangan pada koordinasi dengan anggota. Mandasari dan Kurniawati (2013) juga menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran dewan komisaris dengan ketepatan waktu pelaporan. Hal ini dikarenakan ukuran dewan komisaris yang besar akan menciptakan pendelegasian tugas yang lebih terarah dari dewan yang kecil ke komite serta akan meningkatkan pengawasan terhadap manajemen sehingga manajemen akan menyampaikan laporan keuangan lebih tepat waktu. Klai dan Omri (2010) menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar berpengaruh dengan kualitas laporan keuangan yang baik. Mereka menemukan bahwa perusahaan dengan dewan komisaris yang besar terkait dengan tingkat manajemen pendapatan yang lebih rendah. Selaras dengan penelitian Wu, et al.(2008) yang menyatakan bahwa dewan komisaris yang besar tidak akan menunda pelaporan keuangan sepanjang tidak adanya kelemahan dalam koordinasi antar dewan komisaris. H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh pada timeliness of financial reporting
2.3.1.2. Pengaruh komisaris independen pada timeliness of financial reporting Yunos (2011) menyatakan bahwa komisaris independen merujuk pada keikutsertaan dari anggota luar direksi. Semakin banyak komisaris independen maka akan semakin efektif juga dalam mengawasi perilaku manajemen (Fama & Jensen, 1983; Afify, 2009). Selain itu, Johnson, et al.(1996) menyatakan bahwa komisaris independen efektif dalam memecahkan permasalahan keagenan
33
didasarkan atas efektivitas dalam mengawasi manajemen. Penelitian lain yang dilakukan oleh Savitri (2010) juga menemukan bahwa keberadaan komisaris independen akan membuat laporan keuangan yang disajikan lebih berintegritas, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen. Afify (2009) memberikan bukti adanya hubungan yang signifikan antara komisaris independen dan audit report lag. Penelitian tersebut menyiratkan bahwa pengawasan dari peran komisaris independen akan memberikan pengaruh yang positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Abdelsalam dan El-Masry (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berhubungan positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Hal ini dikarenakan anggota luar direksi hanya mendapatkan sedikit keuntungan yang diambil dari penundaan atau dalam selektif pengungkapan (Abdelsalam & Street, 2007). H2 : Komisaris independen berpengaruh pada timeliness of financial reporting
2.3.2. Pengaruh opini auditor pada timeliness of financial reporting Opini audit wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dianggap berita buruk (bad news) untuk memperlambat proses pelaporan. Turel (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang tidak memiliki opini wajar tanpa pengecualian memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk menyampaikan laporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Saputra dan Setijaningsih (2013) juga menemukan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
34
penyampaian laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik opini audit tersebut maka perusahaan cenderung memiliki ketepatan waktu terhadap penyampaian laporan keuangan. Shukeri & Nelson (2011) menyatakan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan secara signifikan dipengaruhi oleh opini audit. Dalam hal ini, perusahaan yang menerima laporan audit dengan pendapat unqualified opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian) memiliki permasalahan yang lebih sedikit dan turut mengurangi waktu yang diperlukan oleh auditor untuk menyelesaikan tugas auditnya. Soltani (2002) memperlihatkan bahwa perusahaan yang tidak menerima unqualified opinion cenderung untuk menunda publikasi laporan keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang menerima unqualified opinions. H3 : Opini auditor berpengaruh pada timeliness of financial reporting
2.3.3. Pengaruh profitabilitas pada timeliness of financial reporting Salah satu bagian terpenting dalam menentukan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas yang dalam hal ini dinyatakan dalam bentuk berita baik (good news) atau berita buruk (bad news) (Ahmed, 2003). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan keefektifan
yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan
dalam melakukan operasional perusahaan (Saleh, 2004). Profitabilitas juga menjadi indikator keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
35
Semakin tinggi profitabilitas sebuah perusahaan maka kinerja perusahaan dalam mengelola asset dan menghasilkan laba akan semakin meningkat. Menurut Afify (2009) perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengauditan dan selanjutnya dapat mengumumkan berita baik (good news) lebih awal. Dilain sisi, perusahaan juga dapat untuk menunda pelaporan keuangan untuk menghindari ketidaknyamanan dalam menginformasikan berita buruk (bad news). Al-Tahat (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara profitabilitas dengan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan
tengah
tahunan.
Hasil
penelitian
tersebut
juga
memperlihatkan bahwa perusahaan yang memiliki profit tinggi memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mempublikasikan laporan keuangan tengah tahunan. H4 : Profitabilitas berpengaruh pada timeliness of financial reporting
2.3.4. Pengaruh reputasi auditor pada timeliness of financial reporting Reputasi auditor merupakan hal penting yang berkaitan dengan opini audit yang diberikan dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya mengaitkan reputasi auditor dengan besarnya kantor akuntan publik yakni Big Four. Penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma dan Cindrawati (2011) menyatakan
bahwa
reputasi
auditor
terbukti
mempengaruhi
tingkat
ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan. Hal ini mengindikasikan bahwa KAP big four akan selalu berusaha untuk tepat waktu dan menjaga reputasinya. Darmiari dan Ulupui (2014) juga menemukan bahwa reputasi KAP berpengaruh positif pada ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
36
perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan KAP big four akan semakin cepat dalam pelaporan keuangan dibandingkan yang tidak menggunakan jasa audit dari KAP yang berafiliasi dengan KAP big four. Penelitian lain yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) menyatakan bahwa auditor yang mempunyai reputasi baik, dalam hal ini KAP big four akan memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. Saputra dan Setijaningsih (2013) juga menemukan bahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Peneliti tersebut juga menyatakan bahwa semakin besar ukuran KAP maka cenderung memiliki ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. H5 : Reputasi auditor berpengaruh pada timeliness of financial reporting
37