BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Sebelumnya No Judul Teori 1. Pengaruh Tayangan Uses and “Jalan – jalan Effect Theory Men!” di channel youtube malesbanget.com terhadap Minat Masyarakat untuk Berwisata di dalam Negeri.
2.
Oleh: Choirunnisa / Binus University 2014 Pengaruh Tayangan Teori Jejak Petualang di kognitif Trans 7 terhadap sosial Perilaku Menjaga Kelestarian Alam (Studi tentang Anggota UKM KLIFONARA angkatan 2012 di Universitas Bina Nusantara) Oleh: Rahmat Sawempi / Bina Nusantara 2013
7
Metodologi - Pendekatan kuantitatif. - Jenis penelitian: Eksplanatif - Survey - Kuesioner
Hasil Adanya hubungan antar kedua variabel sebesar 0,740 dimana variabel memiliki hubungan yang kuat karena berada diantara 0,60-0799.
-Pendekatan kuantitatif. - Jenis penelitian eksplanatif. - Kuesioner
Tayangan Jejak Petualang memiliki peranan sebesar 46,3% terhadap perilaku menjaga kelestarian alam anggota UKM KLIFONARA angkatan 2012 di Universitas Bina Nusantara. Sedangkan sisanya sebesar 53,7% perilaku menjaga kelestarian alam tidak dipengaruhi oleh tayangan Jejak Petualang.
3.
4.
Pengaruh Tayangan Teori Film Televisi Kultivasi (FTV) di SCTV terhadap Minat Berwisata (Survey Terhadap Siswa – Siswi SMA Trinitas Jakarta Barat) Oleh: Cindy Irfiyuli / Binus University 2011 A Case Study of the Travel and Tourism Reasearch Association By: Honggen Xiao/ University of Waterloo, Ontario, Canada, 2007
5.
- Pendekatan kuantitatif. - survey
Besar Hubungan antara Pengaruh Tayangan FTV Terhadap Minat Berwisata adalah 0,395 (rxy=0,395). Artinya, antara Pengaruh Tayangan FTV Terhadap Minat Wisata berkorelasi dengan hubungan yang cukup kuat
2.2
Land asan Teori Landa
Theories about Knowledge Production, Disseminatio n and Use
Subcultural Theory, Subcultural Drift and Publicity: Theory Contemporary culture of Adolescences Relates to Delinquency
-Quantitative Methods - Survey
Quantitative Methods
The perspective of research communication, a number of socialdemographic factors are found to affect media use as well as perceptions of professional communication in the TTRA community. These include members’ occupations, career stages, membership categories, and research training. Indicate finer distinctions may be needed when considering the relationship between subcultural identities and delinquency.
san teori ini memil iki beber apa penjel asan tentan g teori – teori yang digun
By: Adam Monroe Stearn/ Northeastern University 2012
akan, agar meng etahui
lebih dalam lagi tentang teori – teori tersebut. Landasan teori ini termasuk dua teori yaitu, teori umum yang terdapat; komunikasi massa, ciri – ciri komunikasi massa, fungsi – fungsi komunikasi massa, elemen – elemen komunikasi massa, efek – efek komunikasi massa dan teori khusus yang berupa; teori uses and effect, dsb.
8
2.2.1 Komunikasi Massa Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahi komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada saranya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Apa itu media massa? Media massa (atau saluran) yang dihasilkan adalah teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gamelan dan lain – lain. Jadi, disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2014:4). 2.2.1.1 Ciri – Ciri Komunikasi Massa 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Sebagaiamana kita ketahui, sistem itu adalah “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi” (Nurudin, 2014:19). 2. Komunikan dalam Komunikasi Bersifat Heterogen Untuk memetakan secara jelas mengapa komunikan dalam komunikasi massa itu heterogen bisa dimulai dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: siapa penonton televisi, siapa pembaca surat kabar, siapa pendengar radio dan siapa pengguna internet? Anda minggu malam kebetulan menonton acara Liga Italia Seri A di Indosiar. Anda jangan membayangkan bahwa anda sendirilah yang menonton pertandingan sepak bola Seri A Italia tersebut. Mereka yang terjangkau radius siaran televisi itu dan mempunyai berkesempatan menonton mempunyai peluang yang sama untuk menonton. Teman Anda yang ada diluar Jawa juga bisa menontonnya. Hal demikian juga berlaku untuk khalayak media massa yang lain.
9
Oleh karena itu, komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi beragam, pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Namun, mereka adalah komunikan televisi (Nurudin, 2014:22). 3. Pesannya Bersifat Umum Pesan – pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan – pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan – pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus di sini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu (Nurudin, 2014:24). 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Dalam media cetak seperti koran, komunikasi hanya berjalan satu arah,. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornnya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya, kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya terntunda atau tidak langsung (delayed feedback) (Nurudin, 2014:26). 5. Komunikasi Menimbulkan Keserempakan Ketika kita sedang menonton acara televisi “Metro This Morning” di Metro TV, tanpa kita sadari pesan tersebut juga dinikmati secara bersamaan oleh ribuan, bahkan jutaan orang di seluruh Indonesia. Acara tersebut sangat mustahil disiarkan hari ini di Jakarta dan diputar keesokan paginya di Kalimantan. Acara itu disiarkan secara serempak dan saat itu juga, bahkan kalau kita menikmati acara Liga Champion atau Piala dunia acara tersebut dinikmati oleh hampir masyarakat di dunia. Inilah salah satu ciri kominikasi massa selanjutnya. Bahwa dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan – pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan tertentu juga bersifat relatif (Nurudin, 2014:28). 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa seabgai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya 10
pemancar unruk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yabg kita bayangkan saat ini tidak akan lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaraan pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan, saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live), dan bukan siaran yang direkam (recorded) (Nurudin, 2014:30). 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agat semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami (Nurudin, 2014:31). 2.2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Alexis S. Tan, fungsi komunikasi massa terdiri dari (Nurudin, 2014:65): 1. Memberi Informasi: Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan. 2. Mendidik: Memperoleh pengetahuan dna keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilaim tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 3. Mempersuasi: Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 4. Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan: Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi. 2.2.1.3 Elemen – elemen Komunikasi Massa 1. Komunikator Dalam komuniakasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa (Nurudin, 2014:96). 11
2. Isi Masing – masing media massa mempunyai kebijakan sendiri – sendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing – masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Bagi Ray Eldon Hiebert dkk (1985) isi media setidak – tidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan (Nurudin, 2014:101). 3. Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing – masing audience berbeda satu sama lain di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing – masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya (Nurudin, 2014: 104).
4. Umpan Balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediate feedback) dan tidak langusng (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak secara langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain (Nurudin, 2014:109). 5. Gangguan - Gangguan Saluran Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, 12
gangguan gelombang radio, baterao yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak digunakan masyarakat, semakin besar peluang munculnya gangguan. Semakin banyak variasi program acara yang disajikan, semakin meningkat munculnya gangguan (Nurudin, 2014:114). - Gangguan Semantik Gangguan yang berhubungan dengan saluran mungkin ada di mana – mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massam tetapi tidak demikian halnya dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, kompleks dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri (Nurudin, 2014:116).
6. Gatekeeper John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu – individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknyanya, yang disebut sebagai gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape, compact disk, dan buku. dengan demikian, mereka yang disebut sebagai gatekeeper antara lain reporter, editor berita, bahkan editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan (Nurudin, 2014:119). 7. Pengatur Ada pola hubungan yang saling terkait antara media massa dengan pihak lain. Pihak lain yang dimaksud adalah pemerintah dan masyarakat. Hubungan ini biasanya selalu berjalan tidak harmonis sebab masing – masing pihak berbeda tuntutan dan saling menguasai satu sama lain. Hal itu pulalah mengapa hubungan ketiganya bisa disebut sebagai hubungan trikotomi, yakni hubungan yang tidak serasi antara ketiganya (Nurudin, 2014:129). 8. Filter
13
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunia riil yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut (Nurudin, 2014:134). 2.2.1.4 Efek – Efek Komunikasi Massa 1. Jenis efek – efek komunikasi: a. Efek Primer Apakah komunikasi massa juga mempunyai efek? Dengan memakai cara yang sama kita akan mengatakan bahwa efek komunikasi nyata dan jelas. Jika dalam hidup kita sehari – hari tidak bisa lepas dari media massa, berarti efek yang ditimbulkan nyata terjadi. Bisa dikatakan secara sederhana bahwa efek primer terjadi jika ada orang mengatakan telah terjadi proses komunikasi terhadap objek yang dilihatnya (Nurudin, 2014:207). b. Efek Sekunder Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media menmengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan – pesan media yang sampai pada dirinya. Faktor interaksi yang terjadi antar-individu akan ikut memengaruhi pesan yang diterima. Ini jelas bertolak belakang dengan asumsi efek peluru atau jarum hipordermik (Nurudin, 2014:211) 2.2.2 Media Massa Media massa adalah media yang digunakan untuk kepentingan komunikasi massa yang pada dasarnya adalah komunikasi yang mengirim pesan kepada masyarakat banyak secara serempak. Media massa adalah alat yang di gunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kapada masyrakat (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperi surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2006:122). 2.2.2.1 Media Massa Tradisional 1. Media Massa Cetak Media Massa Cetak pada dasarnya adalah media massa yang dicetak di kertas. Seperti hal-nya majalah dan surat kabar. Surat kabar sendiri adalah media massa yang paling tua karena ia muncul sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternberg di Jerman. Dan muncul pertama kali di Jerman & Strasborg pada tahun 1609, walaupun hanya sekadar
14
prototype. Karena surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di beberapa kota di Eropa seperti Berlin, Vienna, dan Antwerp. 2. Media Elektronik Media Massa Elektronik yang pada dasarnya menggunakan teknologi elektronik suara dan gambar visual seperti televisi, dan radio.
2.2.2.2 Media Massa Modern 1. Media Online Jaman sekarang, media massa sudah beranjak menuju modern dari tradisional. Karena media massa modern lambat laun berkembang seiring perkembangan jaman dan khususnya perkembangan teknologi. Media sendiri adalah channel atau penyalur informasi, dan online itu sendiri adalah sebuah istilah yang digunakan saat kita sedang terhubung dengan koneksi internet untuk mendapatkan informasi atau hiburan yang dibutuhkan. Jadi media online bisa saja berupa TV Online, Radio Online, Situs, dan masih banyak lagi. Masing masing mempunyai karateristik yang dimiliki. Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara, dan atau gabungan dari semuanya itu baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masingmasing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink). Dari banyaknya website untuk mendapatkan informasi, radio online, tv online, Koran online maupun portal online digital, salah satu yang paling diminati adalah Youtube. Youtube sendiri adalah salah satu Website atau situs yang menampilkan postingan video dari seluruh penjuru dunia dan dapat diakses oleh siapa saja, video nya bisa berupa playlist, atau di dalam channel, dengan grafik penonton yang bisa dilihat, dan detail dari video yang di posting. Sekarang lewat Youtube orang sudah bisa menonton sebuah acara, apalagi secara live seperti tayangan Festival Musik, sampai ke acara pernikahan Prince William dari Inggris dengan Princess Kate Middleton. Banyak sekali perusahaan yang sudah menggunakan Youtube untuk mengupload ulang tayangan tayangan yang sudah di tayangkan di TV. Biasanya diperuntukan untuk orang orang yang tidak sempat menonton acara tersebut. Dan di 15
Youtube pun, orang bisa langsung memberikan feedback dengan cara klik video tersebut suka atau tidak, dan memberikan komentar tentang video tersebut. 2.2.3 Televisi Pengertian televisi dalam sistem penyiaran dengan disertai bunyi (suara) melalui kabel atau angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi cahaya yang dapat diingat (Ardianto, 2007:7). Televisi adalah media massa yang memancarkan suara dan gambar atau secara mudah dapat disebut dengan radio with picture atau move at home. Dari semua media yang ada, televisi lah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. 99 persen orang Amerika memiliki televisi dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh dalam sehari. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan menggunakan Wire (Ardianto, 2007:134). 2.2.3.1 Karakteristik televisi Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan (Ardianto, 2007, hal. 137). 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata- kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya melihat gambarnya tanpa suara, atau suara tanpa gambar. 2. Berpikir dalam gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think 16
in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keiinginannya kepada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut. 2.2.3.2 Fungsi Televisi Berikut beberapa fungsi televisi sebagai sebuah media massa (Ardianto, 2007:137) : 1. Mendidik Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dan signifikan, merubah pola pikir, dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Kehebatan media mampu mengambil alih peran guru dalam dunia pendidikan di segala bidang. Untuk itu, media harus mampu menyediakan tayangan yang mendidik, karena berpengaruh pada kecerdasan pendidikan ank bangsa. 2. Kontrol sosial Televisi mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial, dalam arti televisi berperan sebagai pengontrol negara. Melalui televisi, seseorang dapat mengetahui bagaimana sebuah sistem kehidupan sosial itu diciptakan. Karena mudahnya mengakses sebuah tayangan di televisi, maka sangat memungkinkan adanya pertukaran informasi antar masyarakat, etnis, ataupun segala macam kebudayaan. Sehingga secara sosial, masyarakat dapat memperhatikan satu sama lain demi terciptanya stabilitas sosial dalam sebuah negara. 3. Hiburan Penggunaan televisi sekarang sudah bukan lagi menjadi kebutuhan mewah, hal ini terbukti bahwa dulunya televisi hanya bisa dinikmati kaum elite, namun sekarang rakyat jelata pun juga memiliki televisi. Televisi merupakan media hiburan yang sudah merakyat dan digandrungi berbagai kalangan masyarakat. 4. Sumber informasi Kehadiran televisi menjadi sangat penting sebagai sarana hubungan interaksi satu dengan yang lain dalam hal menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang terjadi di belahan dunia ini. Sebagai alat informasi, segi keefektifitasan televisi 17
tergolong media yang paling banyak peminatnya bila dibandingkan dengan media lainnya. Ada beberapa hal keunikan televisi bila dibandingkan dengan media lainnya yaitu televisi tidak membutuhkan kemampuan membaca seperti media cetak, tidak seperti film televisi adalah gratis, tidak seperti radio tetapi televisi mengombinasikan gambar dan suara. 2.2.3.3 Jenis Program Televisi Jenis program televisi dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut (Morissan, 2008:207): 1. Program Informasi yaitu program televisi yang isinya ada 2 macam : a. Hard news yang merupakan berita penting yang harus segera disiarkan kepada masyarakat. Hard news bisa dibagi menjadi 3, yaitu Straight News, Features, dan Infotainment. b. Soft news yang merupakan informasi kombinasi antara fakta dan opini dimana tidak harus cepat ditayangkan. Berita pada soft news dari segi struktur penulisan lebih luwes, tidak formal seperti hard news. 2. Program Hiburan Program hiburan adalah bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur penontonnya dalam banyak macam bentuk seperti : a. Musik Merupakan pertunjukan yang menampilkan kemampuan seseorang pada suatu lokasi baik indoor maupun outdoor. Program acara musik biasanya menampilkan artis yang terkenal untuk menarik perhatian audiens. b. Drama Drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Misalkan sinetron, film.
c. Permainan
18
Merupakan bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu atau kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Misalkan quiz, variety show. d. Pertunjukan Merupakan program yang menampilkan kemampuan seseorang pada suatu lokasi baik indoor maupun outdoor yang bertujuan untuk menghibur audiensnya. Misalkan sulap, lawak. 2.2.3.4 Kekuatan dan Kelemahan Televisi Kekuatan televisi : 1. Audio visual yang menyebabkan kesal realistik sehingga daya rangsang cukup tinggi, misalkan dengan ikut berdebar – debar saat ada adegan pembunuhan. 2. Televisi menguasai jarak dan ruang, serta waktu. Sehingga berbagai peristiwa di belahan bumi manapun dapat dilihat saat itu juga. 3. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat, termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa. Kelemahan televisi : 1. Televisi bersifat sesaat atau sekilas, yang berarti penonton tidak dapat mengulang gambar dan suara yang diterima. 2. Terikat durasi. Misalkan dengan memotong beberapa adegan karena waktu yang tidak cukup. 3. Ketergantungan televisi pada listrik. Jika tidak ada listrik, maka kita tidak akan bisa mendapatkan hiburan di televisi. 4. Membutuhkan biaya dan waktu yang cukup lama untuk memproduksi suatu tayangan di televisi. 2.2.4 Features Features merupakan suatu jenis program acara yang membahas suatu tema yang di ungkapkan dari berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai kreasi. Kreasi yang dimaksudkan adalah narasi, wawancara, vox pop, musik, sisipan puisi – puisi, bahkan kadang ada sandiwara pendek atau fragmen yang dipandu seorang pembawa acara (host). 19
Features di televisi memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa, karena dapat dilihat secar fisik tanpa narasi panjang. Gambar dan atmosfer yang terekam dalam kamera lebih memberikan gambaran sesungguhnya. Struktur features tidak terikat dengan bentuk paramida terbalikm di mana pokok pikiran utama bisa disajikan di tengah atau di akhir, karena kesimpulan cerita bisa saja tercapai sebelum cerita itu berakhir ( (Fachruddin, 2012:226). 2.2.4.1 Ciri – ciri Features Berikut merupakan karakteristik program features yang akan diproduksi, sebagai berikut (Fachruddin, 2012:228): 1. Kreativitas (creative). Berbeda dari berita (hardnews), features memungkinkan jurnalis menciptakan sebuah cerita. Cerita features dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang jurnalis. Meskipun masih diikat etika bahwa features harus akurat, karangan fiktif dan khayalan tidak diperbolehkan. Jurnalis biasa mencari features dalam pikirannya kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia bisa memulai memproduksi secara bertahap. 2. Menghibur (enterntainment). Dalam persaingan program televisi yang sangat ketat ini, features menjadi alternatif untuk meng-counter program sinetron, reality show, dan sebagainya, karena memiliki segmentasi audiensi yang berbeda. Bagi stasiun televisi, menayangkan features membutuhkan biaya yang relatif terjangkau namun menghadirkan sentuhan perasaan manusia. 3. Awet (timeless). Berita (hardnews) mudah sekali “punah” dimakan waktu, tetapi features bisa ditayangkan kapan saja bahkan berkali-kali disiarkan pun masih tetap menarik perhatian pemirsa. Karena departemen programming televisi tahu bahwa nilai cerita features tidak akan mushnah dimakan waktu. 2.2.4.2 Fungsi Features Program features memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta – fakta yang unik, fakta – fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, di samping tetap tidak meninggalkan unsur informatif). Karena penekanan itu, program features sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna. Dengan kedudukan yang terbukti sangat penting (berdasarkan data/ realita pada rating features di stasiun televisi), maka fungsi program features televisi mencakup lima hal berikut ( (Fachruddin, 2012:230) : 20
1. Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Mengikuti format peaks and valleys2 dalam berita, sangat jelas program berita membutuhkan features (softnews) untuk meningkatkan daya tarik
program itu sendiri. Tanpa features, program berita terkesan
menonton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa untuk tetap menonton berita secara utuh. Dalam jurnalistik tidak semata – mata suatu keterampilan, jurnalistik sekaligus juga seni. Pada seni terkandung proses kreatif yang memiliki daya tarik dan menggoda. 2. Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah terjadi dari perspektif jurnais dengan pendekatan human interest yang dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk pada hal – hal sifatnya penting sekali. Adapun features sebaliknya, serpihan informasi ringan, untuk, menyentuh perasaan, dan terperinci yang belum terangkut pada program berita menjadi materi berharga dalam kisa jurnalistik (features) yang berbobot, karena pemirsa televisi membutuhkan informasi tersebut. 3. Memberikan hiburan atau sarana kreasi (yang hadir di layar kaca) dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan. Fungsi menghibur senantiasa melekat pada setiap bentuk media. 4. Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas. Features merupakan program yang didasari hati nurani, yaitu memandang suatu peristiwa dalam perpektif kemanusiaan (kejiwaan, perasaan, gagasan, harapan, kasih sayang dan kecemasan) 5. Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi pemirsa televisi. Dengan program berita, pemirsa akan mendapatkan aspek kognitif, yaitu mendapatkan informasi pengetahuan, pemahaman dan kesadaran. Dengan program features, pemirsa televisi akan dipengaruhi dari aspek afektif, yaitu empati, perasaan, hati nurani dan ketenangan. 2.2.4.3 Jenis – Jenis Features Ide membuat program features televisi bisa diperoleh dari berbagai hal. Bisa dari kelanjutan berita – berita aktual, bia mendompleng hari – hari tertentu, atau profil tokoh yang sedang ramai dibicarakan, yang penting ada newspeg (catelan berita), karena features bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi. Kita bisa menggali ide dengan menengok beberapa jenis features yang akan dijelaskan berikut ini. 1. Features Profil
21
Profil mengungkapkan riwayat perjalanan hidup seorang tokoh yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melaui berbagai liku – liku, kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna (Fachruddin, 2012:234). 2. Features Sejarah Features sejarah memperingati tanggal-tanggal peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jendaral-jendral revolusi. Program features juga sering menyiarkan features peringatan 100 tahun ahir atau meninggalnya seorang tokoh pahlawan nasional. Kisah features sejarah juga bisa terikaht pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang membangkitkan minat pemirsa. Jika musibah bencana alam terjadi (tsunami, gunung meletus) proram televisi akan bersaing menyajikan features peristiwa tersebut yang serupa dimasa lau. Features sejarah juga sering melukiskan landmark terkenal (monumen/gedung/bangunan) pionir, filsof, fasillitas hiburan, dan media, perunahan dalam komposisi rasial, pola perumahan, makanan, industri, agama, kemakmuran, dan banyak lagi (Fachruddin, 2012, hal. 235).
3. Features Petualangan Features petualangan melukiskan pengalaman – pengalaman istimewa dan mencengangkan, mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia hingga pengalaman ikut dalam peperangan (Fachruddin, 2012:236). 4. Features Musiman Program televisi selalu berusaha menghadirkan informasi yang seluas-luasnya hingga yang mendetail karena kebutuhan informasi yang sangat tinggi (masyarakat informasi) termasuk layanan hiburan. Maka seluruh fenomena rutin atau hal baru yang menjadi tren tak akan luput dari cengkraman media yang paling berpengaruh ini dengan bidikan yang fantastik (Fachruddin, 2012:236). 22
5. Features Interpretatif Features dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detail terhadap topik –topik yang telah diberitakan. Features interpretatif bisa menyajikan sebuah ogranisasi, aktivitas, tren atau gagasan tertentu yang sedang menjadi buah bibir dimasyarakat. Misalnya, setelah informasi berita menggambarkan aksi terorisme, features interpretatif bisa mengkaji, indentitas, taktik dan tujuan terorisme yang mungkin tidak masuk akal bagi sebagian orang (Fachruddin, 2012:236). 6. Features Kiat (Petunjuk Praktis) Features ini beriksah kepada pemirsa bagaimana menuntun, mengajarkan dan melakukan sesuatu hal; bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam di kebun, berternak hewan peliharaan, mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini lebih singkat ketimabang jenis features lain dan lebih suit dalam pengarapannya. Jurnalis yamg belum berpengalaman harus mewaspadai akan kecenderungan menceramahi atau mendikte pemirsa dengan memberikan opini mereka sendiri, bukannya mewawancarai sumber ahli dan memberikan solusi/ nasihat yang jitu dan faktual (Fachruddin, 2012:237).
7. Features Ilmiah (Science) Features ilmiah merupakan features yang mengungkapkan suatu yang berikaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. Seorang produser/jurnalis yang menggarap features ini harus menyukai perkembangan teknologi dan memperlajari ilmu pengetahuan sangat teoritis beserta alat bantuannya. Bila perlu teribat langsung, agar mendeteksi seluruh perangkat yang berkaitan dengan teknologi yang menjadi objek penggarapannya. Aspek audiovisual akan sangat membantu secara intruksional, sehingga dapat mendramatisir kisah yang diangkat hingga mengeksploitasi luapan emosi kesuksesan (Fachruddin, 2012:237). 8. Features Perjalanan (Travelogue) Features yang mengajak pemirsa televisi untuk mengenali lebih kelas suatu kegiatan perjalanan wisata yang dinilai memiliki daya tarik karena objeknya yang populer, budayanya yang eksotik, masyarakatnya yang bersahabat dan biaya yang terjangkau. Seesuai dengan namanya, features perjalanan merupakan kisah perjalanan jurnalis atau seseorang beserta 23
keompoknya ke objek wisata, yang detail merinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi yang diperoleh dalam sejumlah biaya. Tayangan ini mengajak pemirsa berekreasi mengunjungi berbagai tempat wisata yang populer ataupun belum dikenal tetapi sangat indah, sehingga pemirsa tanpa harus keluar rumah serasa bertamasya, menambah cakrawala pengetahuannya, kepedulian terhadap lingkungan semakin tajam, dan kecintaan terhadap alam semakin kuat (Fachruddin, 2012:238). 9. Features Kuliner Features tentang makanan tradisional atau makanan khas apapun yang patut diketahui pemirsa seperti: bentuk teksturknya, kandugan rasa dari beragam masakan, bagaimana cara membuatnya, serta kenikmatan menggugah selera makanan yang disajikan. Kemasannya disesuaikan dengan gaya berbeda dan lokasi penjual/asal maskan merasakan tersebut mudah dijangkau (disesuaikan dengan jangkauan siaran televisinya) (Fachruddin, 2012:238).
10. Features Minat Insani Features yang menyentuh kebiasaan dan kebutuhan hidup manusia sehari-hari beserta makhluk hidup yang berada di sekelilingnya. Features ini memberikan informasi, motivasi, merangsang emosional dan sekaligus kesabaran yang menjadi kelebihan dan kekurangan manusia. Kisah ketabahan seseorang yang mengalami musibah, kesalehan para ulama dalam menjalankan siar agama, keuletan para wirasatawan dalam menekuni dunia usaha, hingga suatu yang luar biasa dari flora dan fauna (Fachruddin, 2012:239). Jenis feature yang digunakan pada program acara Negeri Indonesia merupakan feature travelogue yang menyangkan acara jalan-jalan ke daerah-daerah Indonesia yang indah, menarik dan unik. 2.2.5 Dokumenter Misbach Yusa mengatakan bahwa dokumenter adalah suatu dokumentasi yang diolah secara kreatif dan bertujuan untuk mempengaruhi (mempersuasi) penontonnya. Sehingga film dokumenter sering kali menjadi sangat dekat dengan film-film yang bernuansa propaganda. Termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan (Fachruddin, 2012:319).
24
Film dokumenter yang diproduksi sebagai karya film independen akan memiliki ciri khas seperti (Fachruddin, 2012:316) : 1. Durasi film panjang tanpa menyesuaikan pada batasan slot waktu untuk ditayangkan pada stasiun televisi. Bebas durasinya berdasarkan pengembangan ide, penggarapan struktur, ketersediaan materi cerita dan sejumlah tokoh penting yang bersedia menjelaskan peristiwa serta memberikan data-data yang tersembunyi. 2. Menggunakan semua tipe shot kamera yang memungkinkan untuk digunakan, karena realitas peristiwa yang bersifat spontan menyebabkan interpretasi kreatif
angle kamera
mengikuti setiap gerakan objek apa adanya. 3. Tujuan pembuatan film independen akan diikut sertakan pada festival film, yang diselenggarakan oleh suatu institusi penyiaran (stasiun televisi), production house, event organizer, NGO/yayasan internasional, dan lain sebagainya. 2.2.5.1 Pendekatan, Gaya, Bentuk dan Struktur Film Dokumenter a. Pendekatan Film Dokumenter Seorang produser dalam membuat film dokumenter harus menyesuaikan kepentingan dari khalayak dan pengemasannya sehingga tepat sasaran. Melalui pendekatan esai mengetengahkan secara kronologis atau tematik agar makna yang ingin disampaikan mudah dimengerti dan penyajiannya menarik. Adapun pendekatan naratif menggunakan konstruksi konvensional, yaitu tiga babak penuturan (awal, tengah dan akhir) (Fachruddin, 2012:322) b. Gaya Film Dokumenter Film dokumenter memiliki karakter tersendiri dimana audiensi menyaksikannya antara serius dan rileks. Sehingga produser dokumenter dapat melakukan beberapa alternatif gaya seperti: humoris, puitis, satire (sindiran), anekdot, serius dan semi serius. Hal tersebut disesuaikan dengan peristiwa serta genre dokumenter yang akan dikembangkan. Ada beberapa tipe pemaparan film dokumenter: eksposisi, observasi, interaktif, refleksi, performatif (Fachruddin, 2012:322). c. Struktur Film Dokumenter Rancangan untuk menyatukan unsur film sesuai dengan ide penulis naskah atau produser. Unsur dasar film: awal cerita (latar belakang/pengenalan), bagian tengah cerita 25
(permasalahan/ krisis dan konflik), bagian akhir cerita (kesimpulan/klimaks/anti klimaks). Ketiga bagian tersebut merupakan rangkuman susunan pengambilan gambar yang membentuk suatu adegan (scene). Kumpulan adegan merupakan bagian dari suatu induk cerita perbagian (Fachruddin, 2012:323). 2.2.5.2 Jenis Film Dokumenter 1. Dokumenter Laporan Perjalanan Pada awalanya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang hal kecil sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film (Fachruddin, 2012:324). 2. Dokumenter Sejarah Tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam filmfilmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter. Adapun film dokumenter pertama kali di Indonesia adalah ketika diperkanalkan oleh kolonial Belanda, yaitu dokumenter sejarah yang menggambarkan perjalanan Raut Olanda dan Raja Hertog Hendrik di kota Den Haag. Melalui publikasi populer kala itu layar tancap, produksi film sejarah bertujuan untuk propaganda. Dalam film tersebut menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tetapi juga bisa memberikan pemahaman yang memanipulasi. Seperti memberikan visi baru dan pemahaman yang mengarahkan ke suatu tujuan atau untuk memanipulasi fakta yang ada. Bisa juga untuk propaganda politik membangun nasionalisme, dan menekankan/menanamkan kebencian pada kelompok yang bersebrangan dengan penguasa. Karya fotografi mauun film yang dibuat untuk tujuan propaganda disebut Illusion of Reality (Fachruddin, 2012:326). 3. Dokumenter Potret/Biografi Sesuai dengan namanya, jenis dokumenter ini lebih berkaitan dengan sosok seorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia, atau masyarakat tertentu atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah dokumenter potret, biografi dan profil yang merujuk pada hal yang sama untuk menggolongkannya (Fachruddin, 2012:327). 4. Dokumenter Perbandingan/Kontradiksi 26
Dokumenter ini memngetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau suatu yang bersifat budaya perilaku dan peradaban suatu bangsa. Cerita mengemukakan perbedaan pengalaman berhaji tiga orang dari tiga tempat berbeda di film Inside Mecca, film dokumenter Hoop Dreams (1994) yang dibuat oeh Steve James. Selama empat tahun ia mengikuti perjalanan dua remaja Chicago keturuan Afro-America, William Gates dan Arthur Agee untuk menjadi atlet basket profesional (Fachruddin, 2012:329).
5. Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya bisa film edukasi (jika ditujukan untuk publik khusus atau film instruksional (jika ditujukan untuk publik umum dan luas) (Fachruddin, 2012, hal. 330). Jenis dokumenter ini bisa terbagi menjadi sub-genre yang sangat banyak (Fachruddin, 2012:330) : a. Film dokumenter sains. Film ini biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan suatu ilmu pengetahuan tertentu, misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dan dunia kuliner. b. Film instruksional. Film ini dirancang khusus untuk mengajari (instruksi) pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hall yang ingin mereka lakukan, mulai dari membuat kolam peliharaan ikan benih, membuat kerangka jembatan, merangkai dan memprogram robot, merancang roket, memelihara bunga yang dijamin tumbuh, mernari perut untuk menurunkan berat badan bermain rafting untuk mengarungi arum jeram dan sebagainya. 6. Dokumenter Nostalgia Dokumenter yang mengisahkan kilas balik dan napak tilas, misalnya: napak tilas tentara Amerika veteran perang Vietnam. Dikemas dengan menggunakan penuturan perbandingan (perbandingan sekarang dan masa lampau). Film-film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah. Namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tias pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok (Fachruddin, 2012:331). 7. Dokumenter Rekonstruksi
27
Dokumenter jenis ini biasa ditemui pada dokumenter invesitigasi dan sejarah, termasuk pula pada film etnografi (ilmu tentang kebudayaan) dan antropologi visual. Pecahan atau bagaian peristiwa masa lampau maupun masa kini disusun atau rekonstruksi berdasarkan fakta sejarah (Fachruddin, 2012:331). Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekontrsuksi peristiwanya. Peristiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan) dan bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan). Contoh film jenis ini adalah Jejak Kasus, Derap Hukum, dan Fokus. Dokumenter rekonstruksi tidak menonjolkan seorang jurnalis yang melaporkan, menjalaskan perisitiwa dan menyimpulkan seaktual mungkin. Fokus utamanya rekonstruksi suatu peristiwa penting dan menarik yang pernah terjadi atau dialami seseorang (Fachruddin:332). 8. Dokumen investigasi Dokumen ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah perisitiwa yang belum atau tidak terungkap dengan jelas. Peristiwa besar yang pernah menjadi berita media massa di seluruh dunia, disebut juga dokumenter jurnalistik. Who kill John. F Kennedy? Who kill Bruce Lee? Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Tetapi, yang membedakan dengan laporan investigasi biasanya aspek visualnya tetap ditonjolkan. Perisitiwa yang diangkat merupakan perisitiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik maupun tidak (Fachruddin, 2012:332). 9. Dokumenter Eksperimen/Seni Film eksperimen/ gilm seni menggabungkan gambar, musik, dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun dialog/wawancara. Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi penontonnya. Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar-gambar yang tidak berhubungan, namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. Film yang sangat berpengaruh dalam genre ini adalah A Man with the Movie Camera karya Dziga Vertov (Fachruddin, 2012:333). 28
10. Dokumenter Buku Harian Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakternya sangat subjektif. Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber-genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. tentu saja sudut pandang dari tema-tamanya menjadi sangat subjektif, karena sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peritiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan-kawannya terhadap dirinya dari segi pendekatan dokumenter jenis ini memiliki beberapa ciri yang pada akhirnya banyak yang mengaggap gayanya konvensional (Fachruddin, 2012:334). 11. Dokumenter Drama (Dokudrama) Dokudrama adalah genre di mana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi. Genre dalam dokumenter kemudian terus berkembang, hingga ke titik di mana menjadi sangat subjektif, melihat segala sesuatunya hanya dalam satu perspektif yang sangat individual. Genre dokudrama telah sukses di bioskop-bioskop melalui film-film seperti Super Size Me, March of the Pinguins, dan An Inconvinient Truth. 2.2.6 Kebudayaan Kebudayaan berasal dari kata dasar budaya. Sementara itu, kata budaya berasal dari kata bahasa Sansekerta budi dan daya berarti kekuatan budi. Jadi, berdasarkan asal katanya kebudayaan berarti apa saja yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Namun karena manusia tidak cuma bekerja dengan kekuatan budinya, melainkan juga dengan perasaan dan kehendak, maka secara lebih lengkap kebudayaan diartikan sebagai hasil kebudayaan diartikan sebagai hasil karya budi, karsa, dan kehendak (Hendropuspito, 1989:150). Definisi paling klasik tentang kebudayaan diberikan oleh Sir Edward Taylor (1871) yang mengarikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, adat – istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Dikutip oleh Horton dan Hunt, 1984:58). Berdasarkan definisi tersebut diatas kita melihat bahwa secara sederhana kebudayaan sebetulnya berarti segala sesuatu yang diperlajari dan dialami bersama oleh para anggota 29
masyarakat. Seseorang menerima kebudayaan dan akan mewariskannya itu dengan segala perubahan yang ada di dalamnya kepada generasi berikutnya. Dalam nada yang hampir sama, John Macionis mengartikan kebudayaan sebagai kepercayaan – kepercayaan, nilai – nilai, tingkah laku, atau obyek – obyek material yang dihasilkan oleh sekelompok orang tertentu (Macionis, 1978:62). Kebudayan dapat dibedakan atas kebudayaan materi dan kebudayaan non materi. Kebudayaan non materi adalah kreasi manusia yang bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh seperti ide – ide, nilai – nilai, adat – istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan. Sedangkan kebudayaan materi adalah hasil usaha manusia yang bisa disentuk seperti bangunan, lukisan, alat musik, irigasi, sawah dan ladang yang diolah, jalan, jembatan, dan segala benda manusia. Sekalipum kebudayan bisa dibeda – bedakan atas mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebudayaan materi merupakan perwujudan kebudayan non – materi. Buku yang kita baca adalah perpaduan kebudayaan materi nampak dalam kertas dan tinta. Sedangkan kebudayaan non - materi nampak dalam ide – ide, gagasan, konsep, atau teori yang ada di dalamnya (Raho, 2014:124-125). 2.2.6.1 Komponen – komponen Kebudayaan 1. Simbol – Simbol Kebudayan dibangun diatas dasar simbol – simbol. Kita sulit membayangkan suatu kebudayaan tanpa simbol – simbol. Agama, yang dalam arti tertentu adalah bagian dari kebudayaan, tidak dapat bertahan tampa simbol – simbol. Dalam arti yang paling sederhana simbol berarti segala sesuatu yang mengandung arti terntentu yang dikenal oleh anggota – anggota suatu kebudayaan. Simbol biasanya tidak mempunyai arti di dalam dirinya sendiri. Sesuatu yang dianggap sebagai sebagai simbol mempunyai arti karena arti itu diberikan oleh masyarakat di mana simbol itu dapat hidup. Hal itu berarti bahwa simbol adalah juga konstruksi masyarakat. Bunyi – bunyian, gambar – gambar, tingkah – laku manusia, warna – warna atau benda – benda tertentu dapat berfungsi sebagai simbol (Raho, 2014:127). 2. Bahasa Salah satu kekhasan yang sangat penting dari setiap kebudayaan ialah adanya bahasa. Setiap kebudayaan memiliki bahasa sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi dengan orang – orang lain. bahasa diartikan sebagai sistematisasi dari orang – orang lain. bahasa diartikan sebagai sistematisasi dari simbol – simbol dengan arti – arti standard dengannya 30
setiap anggota masyarakat bisa berkomunikasi satu sama lain. bahasa merupakan sarana yang penting dalam membagikan pengalaman. Kepercayaan, pemikiran dan perasaan kita dengan orang – orang lain (Raho, 2014:130). 3. Nilai – Nilai Nilai adalah gambaran dari apa yang diinginkan, yang pantas, dan yang berharga serta yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Dengan kata lain, nilai – nilai adalah standard – standard dimana pendukung – pendukung suatu kebudayaan mendefinisikan apa yang diinginkan dan tidak diinginkan, apa yang baik dan tidak baik, apa yang indah dan jelek. Karena itu, nilai – nilai adalah semacaam evaluasi atau pertimbangan tentang apa yang boleh dan tidak boleh menurut kebudayaan tertentu. Pripsi – prinsip ini tercermin di dalam setiap aspek kehidupan manusia (Raho, 2014:133). 4. Norma – norma Norma adalah patokan tingkah laku yang harus diikuti oleh seorang individu di dalam kelompok masyarakat tertentu. Melalui norma
seorang individu dapat menentukan
bagaimana ia harus bertingkah laku dan bagaimana ia menilai tingkah laku orang lain sesuai dengan harapan masyarakat. Norma merupakan kriteria yang dipakai oleh seseorang individu untuk menerima atau menolak prilaku orang lain. norma memaksa seorang anggota masyarakat untuk bertindak sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri. Apabila terjadi pelanggaran maka otoritas di dalam masyarakat harus memberikan sanksi yakni hukuman yang harus diterima karena pelanggaran itu (Raho, 2014:136). 5. Kebudayaan Materi Setiap kebudayaan memiliki sejumlah hasil karya yang bersifat material yang seringkali disebut karya seni. Kendati ada perbedaan antara kebudayaan materi dan kebudayaan non – materi, sebetulnya keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebudayan materi merupakan ekspresi dari kebudayaan non – materi (Raho, 2014:139). 2.2.6.2 Aneka Budaya dan Cara Hidup 1. Sub – kultur Para sisiolog menggunakan sub-kultur untuk menunjukkan kebudayaan khusus atau khas yang dihidupi oleh suaru populasi di dalam masyarakat. Sambil menghayati nilai – nilai, norma – norma, dan pola – pola budaya yang dominan, sebagian dari kelompok masyarakat 31
tersebut juga menghayati kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan yang dominan itu. Ada beberapa hal yang menjadi dasar dari sub-kultur, seperti; umur, suku, kelas – kelas sosial, atau gaya hidup tertentu. Sembari menghayati norma – norma umum masrakat, suku, agama, jenis seks, kelompok sosial tertentu, misalnya menghayati kebudayaan yang sedikit berbeda dari kebudayaan yang umum itu. Pada masa ini dengan tingkat migrasi yang tinggi peluang untuk terciptanya sub-culture sangat tinggi (Raho, 2014:141). 2. Kebudayaan – tandingan Kebudayaan khusus atau sub-kultur yang berlawanan dengan kebudayaan dominan disebut kebudayaan tandingan. Kebudayaan tandingan berarti kebudayaan khusus yang dihayati oleh sebagian dari populasi suatu masyarakat yang secara kuat menghidupi satu atau lebih nilai – nilai budaya bertentangan dengan nilai – nilai yang berada dalam kebudayaan dominan (Macionis, 1989:74). Dalam banyak masyarakat, budaya tandingan ini seringkali dihubungkan dengan kaum muda. Kita bisa melihat gaya hidup anak – anak muda yang sering kali berbeda dari gaya hidup kebanyakan orang di dalam masyarakat (Raho, 2014:143). 3. Etnosentrisme Etnosentrisme adalah menilai kebudayaan lain dengan standard – standard dari kebudayaan kita sendiri. Kita menggunakan titik – tolak kebudayaan kita dalam menilai kebudayaan lain. Sebagai nampak dalam arti itu sendiri, etnosentrisme berarti suatu pandangan atau penilaian bahwa suku sendiri menjadi pusat segala – gala dan suku – suku lain dinilai berdasarkan standar – standar yang ada dalam suku tersebut (Raho, 2014:145). 4. Xenosentrisme Xenosentrisme adalah kebalikan dari etnosentrisme. Kalau dalam ernosentrisme orang menilai tinggi kebudayaan sendiri, maka dalam xenosentrisme orang menilai tinggi kebudayaan asing dan menilai rendah kebudayaan sendiri. Xenosentrisme lahir dari sikap inferior dan rasa kurang percaya diri. Di dalam xenosentrisme ini, orang merasa bangga kalau dia menggunakan produk – produk asing. Dia merasa harga dirinya meningkat jika dia menggunakan parfum buatan prancis atau pakaian buatan Amerika Serikat walaupun mutu produk tersebut bisa sama dengan produk buatan Indonesia (Raho, 2014:147). 5. Relativisme Kebudayaan 32
Kebalikan dari ethniocentrisme adalah relativisme budaya. Relativisme budaya berarti bahwa suatu kebudayaan tidak bisa dinilai secara seimbang dengan menggunakan standard – standard yang berada di dalam kebudayaan lain. Unsur – unsur budaya harus dinilai berdasarkan konteks kebudayaan itu sendiri. Sesungguhnya setiap unsur budaya bersifat netral dan di dalam dirinya tidak bersifat baik atau buruk. Unsur budaya yang baik atau buruk selalu dikaitkan dengan konteks kebudayaan tertentu (Raho, 2014:148). 2.2.7 Teori Penggunaan dan Efek Menurut Sendjaja, 2002: 5.41), teori uses and effect pertama kali dikemukakan oleh Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pedekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep ‘use’ (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang penyebabnya, akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure yang semata – mata menunjuk pada tindakan mempresepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan – harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian kedua (Bungin, 2006:291). 2.2.8 Pengetahuan 2.2.8.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai (Salam, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003). 2.2.8.2 Kategori Pengetahuan 33
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55%. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama
lain.
Menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
34
f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.2.9 Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, 894) yaitu, “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Pada tingkat pengetahuan, pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan dan rupayanya pendapat ini diterima sampai saat ini yaitu: Komponen Cognitive: Berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. Komponen Affective: Menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek, Obyek yang dirasakan dengan perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Komponen Conative atau Behavior: Melibatkan salah satu preposisi untuk bertindak terhadap obyek. Pada penelitian ini, penelitian lebih fokus kepada efek yang diambil yaitu tingkat perhatian cognitive, affective, dan conative yang berkaitan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan perilaku itu diakibatkan oleh “Program Negeri Indonesia” yang menjadi acuan untuk meningkatkan pengetahuan audience terhadap budaya Indonesia. Berdasarkan pengertian diatas, efek cognitive, affective, dan conative disini adalah bagaimana efek yang ditimbulkan tayangan Negeri Indonesia terhadap pengetahuan budaya murid-murid SMK Budi Mulia.
35
2.3.
Kerangka Pemikiran
Program Negeri Indonesia (X)
Pengetahuan Budaya (Y) • • •
Feature: • • •
Kreativitas Timeless Entertainment
Invalid source specified.
Dokumenter: • •
Kognitive Afektif Konatif
Durasi Angle Kamera
(Fachruddin, 2012, hal. 228 & 316)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
36