BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya NO. Judul Penelitian dan
Teori
PROSES PRODUKSI Teori Tahapan PROGRAM BERITA INVESTIGASI “SEXOPHONE” DI TRANS TV
Hasil Penelitian
Penelitian
Nama Peneliti 1.
Metode
Produksi dan Analisis SWOT
Metode
Tahapan produksi
Penelitian
program
Kualitatif
SEXOPHONE
jenis penelitian deskriptif
Aldita Ruslim
memiliki strategi khusus dalam mengungkapkan kasus yang rahasia
BINUS University
mengenai sex, dimulai dari:
2013
Pra Produksi: sebelum liputan tim melakukan rapat untuk menentukan tema, jika tema sudah ditentukan maka reporter akan melakukan reset lapangan dan dokumen, rapat diadakan secara mendalam agar dapat 11
12 menyusun staregi secara professional. Produksi: proses produksi dibagi menjadi dua yaitu liputan dan tapping. Paska produksi: diawali dengan melakukan verbatim, menulis naskah, melakukan dubbing, proses editing, preview oleh tim. 2.
STRATEGI
Teori tahapan
Pendekatan
Meningkatkan
PRODUKSI
produksi dan
penelitian
kualitas program
PROGRAM TALK
analisis
kualitatif riset
dengan cara
SHOW “KICK
SWOT
dan jenis
memperkuat kerja
ANDY” DI METRO
penelitian
sama tim dan tetap
TV DALAM
deskriptif.
mencari tema dan
MENINGKATKAN
narsum yang
KUALITAS
inspiratif yang
PROGRAM.
diangkat untuk dapat menginspirasi
Dezia Nurindayati
penonton.
BINUS University 2012 3.
ANALISIS PROSES
Teori produksi Pendekatan
Proses produksi
PRODUKSI
program
penelitian
program metro siang
PROGRAM
televisi dan
kualitatif riset
sesuai dengan
“METRO SIANG”
analisis
dan jenis
standard operational
METRO TV
penelitian
13 JAKARTA
SWOT
deskriptif.
Edo Saleh Kurnia
procedure (SOP): Pra produksi: melakukan
BINUS University
perencanaa ide dan
2013
gagasan awal dalam rapat untuk melakukan pencarian berita. Produksi: berita dibuat menjadi sub theme yang beragam melibatkan desk, reporter korlip, korda dan kontributor. Pasca produksi: editor dan grafis yang berperan dalam memandukan gambar dan suara sebelum on air.
4.
TV SHOWS
teori
PRODUCTION
komunikasi
REALTY
observasi, metode penelitian
TV show yang real membutuhkan perencanaan yang mendalam dan
Broom Hugh
kualitatif,
2008
jenis penelitian tahapan pra produksi deskriptif
menggunakan
dan produksi yang harus matang.
5.
FILM AND
Teori tahapan
pendekatan
Massachussets adalah
TELEVISION
produksi
kualitatif
salah satu kota di
dengan tipe
amerika yang
PRODUCTION IN
14 MASSACHUSSETS. Pacey C Foster,
penelitian
perkembangan
deskriptif.
industri televisi dan perfilmannya
David G Terkla, and
terhitung berkembang dengan
Robert Laubacher
cepat. Proses Massachussets
produksinya sendiri mengikuti SOP seperti proses produksi pada umumnya.
6.
ADVENTURE IN
teori
PRIME TIME TV
komunikasi
PRODUCTION Nathans-Kelly, Stephen
observasi, metode kualitatif,
seluruh stasiun televisi menayangkan berbagai macam
jenis penelitian tayangan yang paling deskriptif.
2009
pada jam prime time
menarik, sehingga dapat menaikan rating pada sebuah program tersebut.
2.2.
Teori Umum Untuk menganalisa masalah, Peneliti sebelumnya akan menjabarkan teori-teori yang digunakan sebagai konsep penelitian. Teori-teori didapat melalui tinjauan pustaka.
2.2.1. Komunikasi Massa a. Pengertian Komunikasi Massa Secara sederhana Bittner (Rakhmat, 2009: 188) mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
15 “mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people”. Definisi ini menekankan penggunaan media massa dalam proses komunikasi massa. Dalam pengertian lain, Joseph A. Devito (dalam Ardianto, 2007:5-6) merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya penjelasan
tentang
massa
dan
media
yang
terdiri dari
digunakan.
Joseph
mendefinisikannya dalam 2 bagian yakni, pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa , kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini bukan berarti khalayak harus meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa ialah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah, dan film. Sedangkan Wright (dalam Severin, 2007: 4) mendefinisikan komunikasi massa dalam 3 ciri, yakni: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin audiens secara serempak dan bersifat sementara. 3. Komunikator cenderung berada dakan sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Sementara itu, George Gerbner (dalam Rakhmat 2009:188) memiliki definisi komunikasi massa sebagai produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Maka, bisa diungkapkan beberapa faktor komunikasi massa yakni faktor produksi, distribusi, pesan yang berkelanjutan, juga sejumlah individu. Ini menunjukan proses komunikasi massa melibatkan lebih banyak komponen dari pada bentuk komunikasi lain.
b. Komponen Komunikasi Massa
16 Hiebert, Unguraid, dan Bohn (dalam Ardianto, 2007: 31-32) yang sering disingkat HUB, mengungkapkan komponen komunikasi massa meliputi: communicators, codes and contents, gatekeepers, the media, regulators, filters, audiences, dan feedback. Berikut adalah uraian HUB tentang komunikasi massa:
Communicator (Komunikator) Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator. Komunikator pada media cetak adalah penulis rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan sebagainya. Pada media elektronik, komunikatornya adalah pengisi acara, pemasok program (Production House), penulis naskah, produser, aktor, presenter, personil teknik, pengiklan, dan sebagainya. Komunikator dalam komunikasi massa bukanlah individu melainkan dalam sebuah kelompok, institusi, dan gabungan dari berbagai pihak.
Codes and Content Codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya kata-kata lisan, tertulis, foto, musik, gambar, dan visual. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi atau sebuah lelucon misalnya. Codes menggunakan simbol untuk membawa isi pesan tersebut. Dalam komunikasi massa, codes dan content berinteraksi sehingga codes bisa berbeda dari media lain, dapat memodifikasi persepsi khalayak dan pesan, walaupun content-nya sama.
Gatekeeper Gatekeeper disebut sebagai penjaga gawang. Gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah informasi itu penting atau tidak. Ia menaikan berita yang penting dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita. Mereka terdiri dari beberapa pihak, antara lain penerbit, pemilik media, editor surat kabar, manajer, produser, reporter itu sendiri, redaktur, dan sebagainya bahkan pengangkat telepon redaksi pun bisa menjadi gatekeeper. Gatekeeper hanyalah pelaksana fungsi (HUB dalam Ardianto, 2007: 35-36).
17 Regulator Regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit melibatkan banyak pihak. Perannya hampir sama dengan gatekeeper, tetapi regulator berada di luar institusi media massa bersangkutan. Di Indonesia, yang termasuk dalam regulator diantaranya adalah pemerintah dengan perangkat undang-undangnya, khalayak penonton, pembaca, pendengar, asosiasi profesi dengan kode etik yang disepakati, Lembaga Sensor Film, Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, dan sebagainya.
Media Media massa terdiri dari (1) media cetak (surat kabar, tabloid, majalah, selebaran, brosur, banner, poster, dan sebagainya); (2) media elektronik (televisi, radio, film); (3) media online.
Audiences (Audiens) Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstant dibombardir oleh media. Media mendistribusikan informasi
yang
merasuk
pada
masing-masing
individu.
Media
mendistribusikan informasi yang merasuk pada masing-masing individu. Audiens hampir tidak bisa menghindar dari media massa sehingga beberapa individu menjadi anggota audiens yang besar yang menerima ribuan pesan media massa.
Filter Sering kali dalam proses komunikasi massa mengalami hambatan berupa perbedaan budaya. Audiens media massa berjumlah banyak, heterogen, tersebar, dan tak teridentifikasikan. Mereka memiliki pengalaman dan nilai-nilai yang berbeda, sehingga pemaknaan terhadap pesan pun berbeda sehingga mereka akan merespon pesan secara berbeda pula. Penyaringan pesan ini (filter) dilatarbelakangi beberapa faktor seperti budaya, tatanan psikologi, dan kondisi fisik.
Feedback
18 Komunikasi belum lengkap bila audiens belum mengirimkan tanggapan atau respon terhadap pesan yang disampaikan komunikator. Tanggapan dan respon inilah yang disebut feedback (umpan balik). Dalam komunikasi massa, feedback hampir serupa dengan bentuk komunikasi lainnya. Audiens bisa saja memberi respon dengan tertawa melihat program komedi, mengomentari sebuah berita yang dipublikasikan media. Namun, respon seperti ini tidak terlihat oleh komunikator dalam komunikasi massa. Maka dari itu, feedback dalam komunikasi massa bisa berupa surat pembaca, telepon interaktif, menelepon redaktur, berhenti berlangganan, memindahkan saluran televisi, mematikan televisi, dan sebagainya. Umpan balik bisa pula berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator. Jadi komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang kompleks yang melibatkan komponen-komponen tertentu dengan syarat menghadirkan media massa sebagai salurannya dan memiliki komunikan berupa massa yang tidak teridentifikasikan, heterogen, banyak, dan tersebar. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa tersebar secara serentak.
c. Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa tidak bisa dipisahkan dari media massa. Karena komunikasi massa adalah proses komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa berarti memiliki hubungan yang erat dengan fungsi media massa diantaranya adalah sebagai fungsi pengawasan, social learning, penyampaian informasi, tranformasi budaya dan hiburan. 1) Fungsi Pengawasan Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Seperti, pemberitaan bahaya narkoba bagi
kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba. Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada
19 masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. Medai massa dapat memberi reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya,
namun sebagainya akan memberikan
punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
2) Fungsi Social Learning Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan buiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat
di mana komunikasi massa itu berlangsung.
Komunikasi massa itu dimaksukan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas. Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, di mana karena sifatnya, maka fungsi paedogogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.
3) Fungsi Penyampaian Informasi Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, memiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informasi dapat tercapai dalam waktu cepat dan singkat.
4) Fungsi Transformasi Budaya Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang dilakukan oleh media massa. Fungsi transformasi budaya
20 ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari budaya global. Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan sebagainya. Jadi, tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini di mana hampir semua perkembangan telematika mengikut-sertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.
5) Hiburan Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komuniasi massa menggunakan media massa, ada fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Transformasi budaya yang dilaksanakan oleh komunikasi massa mengikut-sertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam fungsi komunikasi massa. Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa. 2.2.2. Televisi a. Pengertian Televisi Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara. Pancaran sinyal itu diterima oleh antena televisi untuk kemudian diubah kembali menjadi gambar dan suara. Untuk menyelenggarakan kegiatan siaran televisi, maka diperlukan tiga komponen yang disebut trilogi
21 televisi yaitu studio dengan berbagai sarana penunjangannya, pemancar atau transmisi dan pesawat penerima atau televisi (Morissan, 2008: 2-3). Menurut Burton (dalam Ardianto,2007: 134-135) televisi sebagai institusi dominan dalam masyarakat modern adalah bentuk suatu budaya, sebuah ekspresi budaya, dan medium budaya dimediasikan oleh khalayaknya. Namun, budaya yang direpresentasikan oleh televisi adalah berbeda. Budaya yang direpresentasikan dalam televisi merupakkan sebuah komoditas. Selanjutnya, J.B. Wahyudi (Bakin,2006: 81-82) membagi dua tipe siaran televisi, yakni: Karya artistik, berupa ide dan gagasan, dan segala hal yang bersifat menghibur serta mengutamakan keindahan Karya jurnalistik, merupakan produksi siaran televisi yang menekankan pendekatan jurnalistik, mengusung informasi dari sumber pendapat, realita, dan peristiwa.
b. Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan media massa lainnya yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Dari keempat fungsi tersebut yang paling dominan adalah fungsi menghibur, karena tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, dan selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto dkk, 2012: 137). Sementara itu, menurut Peter Herford (dalam Morissan, 2008: 8), setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show dan sebagainya. Namun, siaran berita merupakan program yang mengidentifikasikan stasiun televisi kepada pemirsanya. Program televisi dibagi menjadi dua jenis yaitu,
1) Program Informasi (Berita) Program informasi adalah segala jenis acara yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audience, memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap suatu hal. Program informasi dibagi menjadi dua yaitu berita keras (Hard News) dan berita lunak (Soft News)
22 2) Program Hiburan (Entertaiment) Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik , lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori program hiburan adalah drama, permainan, musik dan pertunjukan (Morissan, 2008: 223)
c. Tahap Produksi Siaran Televisi Dalam produksi siaran televisi, Wibowo (2008:41-45) membaginya 3 tahap, yakni: -
Praproduksi yang meliputi penentuan tema atau topik dan konsep, riset dan observasi, menyusun naskah, rundown, rapat redaksi, dan sebagainya.
-
Produksi yang meliputi kerja pengambilan gambar baik secara langsung maupun rekaman.
-
Pascaproduksi yang meliputi pengerjaan editing, evaluasi, kontrol kualitas, pengarsipan, dan sebagainya.
d. Karakteristik Televisi Ardianto (2007: 137) menuturkan dibandingkan dengan media lain, televisi memiliki karater tertentu. Berikut ini adalah beberapa karateristik televisi menurutnya: 1) Audiovisual Televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Televisi terdiri dari gambar dan suara. Namun, bukan berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus disesuaikan secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila gambarnya dengan suara berkualitas jelek, atau hanya suara dengan kualitas gambar yang buruk.
2) Berpikir dalam Gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Maka, ia harus berpikir dalam gambar. Seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya dapat berpikir dalam gambar. Ada dua tahap dalam proses ini. Pertama, adalah visualisasi, yakni menterjemahkan kata-kata
23 yang mengandung
gagasan yang menjadi gambar secara individual.
Tahap kedua adalah penggambaran, yakni dengan merangkai gambargambar sedemikian rupa sehingga kontinuitas mengandung makna tertentu.
3) Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan media lain, pengoperasian siaran televisi lebih kompleks, dan lebih melibatkan banyak orang. Peralatan yang digunakan juga lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian, media televisi lebih mahal dalam pengoperasiannya dibandingkan dengan media cetak ataupun radio. Agar pesan dapat diterima, sebuah pesan yang disampaikan media massa harus mengandung unsur penting dan menarik serta bertujuan menghibur. Tetapi pesan yang disampaikan oleh media televisi, memerlukan pertimbangan lain agar pesan dapat diterima khalayak sasaran.
4) Pemirsa Komunikasi melalui televisi begitu memperhatikan faktor pemirsa. Komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua; kebiasan pemirsanya, dan sebagainya. Ini bisa diketahui melalui hasil survei baik oleh stasiun televisi itu sendiri maupun oleh lembaga lain.
5) Waktu Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran.
6) Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap tayangan acara. Durasi masing-masing program televisi disesuaikan
24 dengan jenis acara dan tuntutan skrip dan naskah. Dengan durasi tertentu, tujuan acara harus bisa tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena terlalu singkat dan terlalu lama.
7) Metode Penyajian Dalam televisi terdapat fungsi nonhiburan dan noninformatif. Keduanya sama penting bagi keperluan kedua belah pihak, komunikator, dan komunikan. Agar keduanya dapat disajikan dalam sebuah tayangan televisi,
komunikator
harus
mengemas
pesan
sedemikian
rupa,
menggunakan metode penyajian tertentu. Menurut pemahaman Peneliti berdasarkan uraian di atas, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan media lain. Media televisi menyajikan gambar dan suara untuk menyampaikan pesannya. Karakterkarakter televisi dengan memperhitungkan durasi, waktu, metode penyajian, hingga pada karakter pemirsanya membuat televisi lebih kuat menanamkan pengaruhnya kepada khalayak. Kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya adalah kemampuannya untuk membawa penonton ke lokasi kejadian dengan menggunakan gambar. Gambar yang dikombinasikan dengan suara alami adalah factor yang membuat televisi memberikan pengaruh atau dampak yang sangat kuat pada penonton (Damayanti, 2010: 5).
2.2.3. Broadcasting Management (Manajemen Penyiaran) a. Pengertian Manajemen Menurut Pringle, Jenings dan Longenecker (dalam Morissan, 2008: 136) manajemen adalah proses memperoleh dan mengkombinasikan sumber daya manusia, keuangan, informasi dan fisik untuk mencapai tujuan utama organisasi, yaitu menghasilkan suatu barang atau jasa yang diinginkan sebagian segmen masyarakat. Wayne Mondy (1983), memberikan definisi manajemen yang lebih menekankan pada factor manusia dan materi yaitu, proses perencanaan, pengorganisasian, memengaruhi dan pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi melalui koordinasi penggunaan sumber daya manusia dan materi.
25
b. Fungsi Manajemen Pada media penyiaran, manajer umum bertanggung jawab kepada pemilik dan pemegang saham dalam melaksanakan koordinasi sumber daya yang ada baik manusia maupun barang, sedemikian rupa sehingga tujuan media penyiaran bersangkutan dapat tercapai. Manajer umum pada dasarnya bertanggung jawab dalam setiap aspek operasional suatu stasiun penyiaran. Dalam melaksankan tanggung jawabnya manajer umum melaksanakan empat fungsi dasar, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan memberikan pengaruh, serta pengawasan (Morissan, 2008: 138). 1) Perencanaan (Planning) Perencanaan mencakup kegiatan penentuan tujuan media penyiaran serta mempersiapkan rencana dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan harus diputuskan “apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang melakukannya”. Secara umum tujuan media penyiaran adalah meliputi tiga hal berikut ini: -
Tujuan ekonomi, mencakup dengan hal-hal yang terkait dengan posisi keuangan media penyiaran bersangkutan dengan perhatian utamnya tertuju pada target pendapatan, target pengeluaran, target keuntungan, target rating yang ingin dicapai.
-
Tujuan pelayanan, mencakup kegiatan penentuan program yang dapat menarik audience, penentuan program yang dapat memenuhi minat dan kebutuhan audience sekaligus kegiatan penentuan peran media penyiaran di tengah masyarakat.
-
Tujuan personal, tujuan individu yang bekerja pada media penyiaran bersangkutan. Individu bekerja untuk satu tujuan, yaitu untuk mendapatkan penghasilan, pengalaman, keahlian, kepuasan kerja dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan-tujuan diatas, seorang manajer perlu
menyusun perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program strategis yang diperlukan. Maka dalam
26 hal ini dalam buku (Morissan, 2008: 144), memaparkan perencanaan strategis stasiun penyiaran meliputi kegiatan sebagai berikut: -
Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program penyiaran.
-
Melakukan identifikasi dan sasaran (target) audience.
-
Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih.
-
Memutuskan strategi yang akan digunakan.
2) Pengorganisasian (Organizing) Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah depatermentalisasi
dan
pembagian
kerja.
Depatermentalisasi
merupakan pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Sedangkan pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Menurut Peter Pringle, pada kebanyakan media penyiaran, pengorganisasian mencakup kegiatan pembagian pekerjaan ke dalam bidang-bidang
khusus
dan
pengelompokan
karyawan
dengan
tanggung jawab tertentu ke dalam sejumlah depatermen. Pada umumnya media penyiaran komersil memiliki depatermen sebagai berikut: depatermen penjuanlan atau pemasaran, depatermen program, depatermen berita, depatermen teknik, dan depatermen administrasi atau bisnis.
3) Pengarahan dan Menberikan Pengaruh Fungsi mengarahkan (directing) dan memberikan pengaruh atau memengaruhi (influencing) tertuju pada upaya untuk merangsang antusiasme karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Kegiatan mengarahkan dan memengaruhi ini mencakup empat kegiatan penting yaitu: pemberian motivasi, komunikasi, kepemimpinan dan pelatihan.
4) Pengawasan
27 Fungsi pengawasan adalah untuk melakukan evaluasi, penilaian, dan perbaikan. Pengawasan dapat membantu penilaian apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Menurut Mockler, pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standart pelaksanaan dengan tujuantujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan
dan
mengukur
penyimpangan-
penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Fungsi pengawasan itu sendiri harus diawasi, sebagai contoh, apakah laporan-laporan pengawasan yang dilakukan sudah akurat? Apakah sistem pengawasan memberikan informasi tepat pada waktunya? Apakah kegiatan diukur dengan interval frekuensi waktu yang mencukupi? Semua ini merupakan aspek pengawasan pada fungsi pengawasan. (Morissan, 2008: 135-169).
2.2.4. Berita a. Pengertian Berita Charnley dan James M. Neal (dalam Sumadiria, 2008: 64) menuturkan
berita
adalah
laporan
tentang
suatu
peristiwa,opini,
kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. Sementara Dean M. Lyle Spencer pada tahun 1917 (dalam Iskandar dan Atmakusuma,
2009: 39) memperkenalkan definisi berita yang agak
akademik. Menurutnya, berita adalah suatu peristiwa, gagasan, atau opini yang pada saatnya bersifat penting atau berpengaruh terhadap banyak orang dalam masyarakat. Lebih lanjut M. Neal dan Suzzane S. Brown dalam bukunya news Writing and Reporting mengkritik pendapat yang menyatakan bahwa berita
28 baru ada setelah ada peristiwa. Menurut mereka kecederungan, kondisi, situasi dan interpretasi juga adalah berita. Adanya kecenderungan menimbulkan situasi dan kondisi yang akan menjadi berita yang menarik. Situasi dan kondisi di masyarakat itu sendiri akan memunculkan berbagai interpretasi yang sangat menarik bila dijadikan berita (Morissan, 2008: 7). Sementara Morissan (2008: 8) sendiri mengartikan berita sebagai informasi yang penting dan/atau menarik bagi khalayak audien. Jadi, menurutnya berita ada dalam dua aspek yakni aspek penting dan aspek menarik.
b. Unsur – Unsur Berita Dalam proses pembelajaran memahami sebuah berita tentunya kita harus memahami unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri atas what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa) dan how (bagaimana). unsur-unsur berita menurut Inung Cahya S. (2012:17) yaitu: What Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what, yaitu berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa. Who Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa. When Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur when, yaitu menyebutkan waktu kejadian peristiwa. Where Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian. Why Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur why, yaitu disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa. How Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang ditimbulkan.
29
c. Kategori Berita Morissan (2008: 218-222) membagi program berita di televisi menjadi dua bagian besar, yakni hard news (berita keras) dan soft news (berita lunak), dengan rincian sebagai berikut: 1) Berita Keras (Hard News) Berita keras adalah segala informasi penting dan atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui audiens secepatnya. Ada beberapa format berita keras, antara lain: -
Straight News, adalah berita langsung, berita yang singkat, tidak detail dengan hanya menyajikan informasi 5 W 1 H saja. Serta terikat waktu dan deadline.
-
News Feature, yakni sebuah tayangan feature yang terkait dengan peristiwa penting, terikat dengan waktu dan karena itu harus segera disiarkand dalam suatu program berita. Ia adalah sisi lain dari straight news yang lebih menekankan pada nilai human interest.
-
Infotainment,
walaupun
ada
beberapa
pihak
mengklaim
infotainment bukanlah sebuah berita, beberapa media (termasuk televisi)
memasukannya
pada
bagian
program
berita.
Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai orang-orang terkenal dan orang-orang tersebut terlibat dalam industri hiburan.
2) Berita Lunak (Soft News) Soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik untuk disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segara ditayangkan. Biasanya, program ini di televisi ditayangkan dalam satu program tersendiri di luar program berita. Ada beberapa bentuk berita lunak, antara lain: -
Current Affair, current affair diartikan sebagai “persoalan kekinian”. Adalah sebuah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya
30 namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Bentuknya bisa bermacam-macam, termasuk program talkshow/ dialog. -
Magazine, adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam. Ia adalah program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek menarik. Program feature masuk dalam bentuk program magazine.
-
Dokumenter, dokumenter adalah program
informasi yang
bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan, disajikan secara menarik. Kekuatan dokumenter adalah pada penggunaan dokumen pada liputannya. -
Talk Show, adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topic tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).
d. Jenis – Jenis Berita Jenis-jenis berita menurut Sumadiria (2008 : 68-71), “Ada tiga jenis berita dalam aktivitas jurnalistik, yang terdiri
atas
berita elementary,
berita
intermediate dan
berita advance.” Berikut uraian lengkap dari ketiga jenis berita ini, diantaranya: 1) Elementary News (Berita Dasar) -
Straight news report, (Berita Langsung) adalah laporan langsung mengenai suatu peritiwa. Berita ini ditulis dengan unsur-unsur 5W + 1H. bersifat sepotong-sepotong, tidak utuh, dan hit and run. Berita ini sangat terikat dengan waktu, penting dan harus segera disampaikan, karena biasannya informasinya bersifat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audience.
-
Depth news report, (Berita Mendalam) adalah reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Misalnya, dalam sebuah pidato pemilihan calon presiden, reporter akan memasukkan pidato itu sendiri dan dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh calon presiden tersebut beberapa waktu lalu.
31 -
Comprehensive news report, (Berita Menyeluruh) merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
2) Intermediate News (Berita Lanjutan) -
Interpretative
news
news dan Depth
report
lebih
dari
sekedar straight
news. Berita Interpretative
biasanya
memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. -
Feature story report. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian
pembacanya.
Penulis feature
menyajikan
suatu
pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor dari pada pentingnya informasi yang disajikan.
3) Advence News -
Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
-
Investigative reporting, berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis.
-
Editorial writing, adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita-berita
yang
penting
dan
memengaruhi
pendapat umum.
e. Karakteristik Berita atau Nilai Berita Nilai-nilai berita sangat penting dalam dunia penyiaran informasi, karena didalam lingkungan sekitar kita pasti banyak peristiwa-peristiwa yang
32 dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Peristiwa tersebut dapat berupa hal yang menarik, heboh, dan ada juga yang biasa-biasa saja. Peristiwa yang biasa tentu kurang menarik untuk diambil gambar karena tidak dapat mempengaruhi orang banyak, tidak ada ketertarikan dari audience, dan dapat diabaikan, sehingga dapat mempengaruhi rating dan share suatu stasiun penyiaran. Dengan adanya nilai-nilai berita inilah yang dapat menjadi acuan dan patokan reporter untuk mencari peristiwa yang pantas diangkat untuk menjadi sebuah berita. Hal ini juga dapat membantu atau mempermudah seorang reporter untuk mendeteksi mana peristiwa yang layak diliput dan mana yang tidak. Menurut Askurifai Baksin dalam buku jurnalistik televisi (2010: 5052), nilai berita sebagai ukuran untuk memilah-milah peristiwa. yang dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Timeliness: kesegaran waktu, peristiwa yang baru-baru ini terjadi atau actual. Suatu peristiwa yang masih hangat terjadi dan bahkan sedang berlangsung memiliki nilai yang tinggi dalam suatu prinsip penyiaran berita. 2) Impact: suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak. 3) Prominance: Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa dalam berita memiliki nilai penting. 4) Proximity: Peristiwa yang dekat lebih layak dijadikan berita dari pada peristiwa yang jauh, baik secara fisik maupun emosional khalayak. 5) Konflik / Kontroversi: Peristiwa yang mengandung konflik dan pertentangan lebih potensial dijadikan berita dari pada peristiwa yang biasa-biasa saja. 6) Unusual: Berita adalah peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi atau sesuatu yang unik. 7) The Currency: suatu peristiwa atau hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak.
33 8) Human Interest: Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. 2.3.
Landasan Konseptual
2.3.1. Proses Produksi Proses produksi dalam dunia penyiaran khususnya di televisi merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh tim atau kru produksi seperti produser, editor, dan kamera person untuk membuat suatu program acara di televisi. Tahapan-tahapan dibuat dengan tujuan agar program acara dapat berjalan
dengan
baik,
terencana,
terstruktur
sehingga
dapat
menghasilkan acara yang layak, berkualitas, bermutu dan professional. Dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat perencanaan, persiapan, pelaksanaa, penyelesaian hingga penayangan. Tahapan-tahapan tersebut dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan Standart Operation Procedure (SOP), yaitu: Pra Produksi, Produksi, dan Paska Produksi.
a. Pra Produksi Pra produksi merupakan tahap pertama dalam proses produksi yang didalamnya mencakup segala perencanaan dan persiapan yang akan dilakukan oleh tim produksi, sebelum memulai aktifitas mereka didalam studio atau lapangan untuk melakukan produksi. Tetapi sebelum melakukan perencanaan dan mempersiapkan segala peralatan barang dan jasa untuk proses produksi, tim terlebih dahulu harus menemukan dan menentukan ide atau gagasan untuk membuat suatu program acara. Hal-hal yang harus dilakukan oleh tim dalam mempersiapkan produksi acara atau film, diantaranya: 1) Mencari, mengumpulkan, dan menformulasikan idea atau gagasan (Brainstorming). Produser
dan
tim
pada
tahap
awal
harus
mencari,
mengumpulkam dan menentukan ide awal untuk membuat suatu karya, setelah ide didapatkan maka produser akan menuangkan ide ke dalam suatu proposal atau scenario atau naskah agar gagasan semakin berkembang.
34
2) Melakukan research dan survey. Pada tahap ini tugas produser dan tim adalah mencari dan menentukan lokasi syuting, menentukan jadwal pengambilan gambar, menetukan segmentasi dan target audience yang akan dijadikan sasaran utama, menentukan genre program atau film, menentukan durasi,
menentukan
format
program
yang
akan
digunakan,
menentukan jam penayangan sesuai dengan target market yang telah direncanakan dan mencari atau mengaudisi calon pemeran dalam film yang akan diproduksi.
3) Menganalisis data (Data Analizing) Pada tahap ini tim mengumpulkan data program sejenis yang pernah dan sedang tayang sebanyak mungkin, kemudian membuat perbandingan dari masing-masing program yang sudah ada dan pernah/sedang ditayangkan. Lalu mencari kelemahan dan kelebihan dari program televisi yang pernah ada, Ambil dan kembangkan kelebihan dari program televisi yang ada, selanjutnya menganti atau mengembangkan kelemahan program televisi yang ada. Masukan ideide baru sebagai bagian unggulan program baru yang akan dibuat.
4) Menyusun anggran biaya (Budgeting) Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perencanaan produksi untuk jangka waktu (periode) tertentu di masa yang akan datang. Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati posisi penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan. Tujuan anggaran adalah:
35 -
Untuk menyatakan harapan atau sasaran program acara secara jelas dan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai oleh produser.
-
Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihakpihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
-
Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan produksi.
-
Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.
-
Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya tindakan koreksi.
5) Menentukan
dan
menyusun
peralatan
produksi
(technical
preparations) Pada proses ini tim akan menentukan peralatan (equiptment) produksi seperti, jumlah kamera yang di gunakan, menentukan lighting, sound system, peralatan pendukung untuk syuting, studio, broadcast system. Kemudian menentukan fasilitas produksi seperti, studio, property. menentukan staf dan kru produksi serta tugas masing-masing kru (job description), menyusun dan menentukan peralatan transportasi, makanan dan minuman, dan lain-lain.
6) Administrations preparations Pada proses ini tim akan menyusun dan menyiapakan berbagai surat-surat perizinan, kontrak dengan talent dan artis, dan berbagai administrasi yang harus di selesaikan dalam proses pra produksi.
7) Tahap terakhir yang harus dilakukan oleh tim adalah melakukan meeting koordinasi dengan para kru dan staf yang telah terbentuk
36 untuk bersiap memulai ke tahap berikutnya yaitu syuting atau produksi.
Andi Fachruddin (2012: 63), menjabarkan tahap pra produksi program berita di televisi mencakup beberapa kegiatan, yaitu: 1) Tahap perencanaan (Planning), adalah: mencari atau mendata informasi yang masuk dari beberapa sumber media cetak atau audio visual dari dalam atau luar negeri. Mencarai dan mendata informasi berasal dari fakta peristiwa, pendapat realita yang ada disekitarnya atau dari narasumber terpercaya. 2) Rapat redaksi (production meeting), adalah: rapat redaksi berita biasa diadakan untuk membicarakan atau membahas informasi yang masuk sebagai bahan berita liputan, kemudian mendata dan membahas seluruh informasi berita yang masuk ke ruang produksi, membicarakan nilai berita yang akan diliput, dan menentukan jenis-jenis berita yang akan diliput. 3) Penugasan kru peliputan (Program planning), adalah: menentukan atau memerintahkan petugas reporter dan camera person berita yang akan melaksanakan liputan dilapangan.
b. Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dalam proses produksi setelah tahap pra produksi rampung, pada tahap ini tugas tim meliputi kerja pengambilan gambar baik secara langsung maupun rekaman. Setelah perencanaan dan persiapan sudah dimatangkan, maka tim akan segera memproses tahap selanjutnya ke tahap produksi atau melakukan eksekusi yang diawali dengan persiapan hal-hal teknis dilokasi syuting, apakah itu didalam studio atau dilapangan, yang harus bekerja sama dengan tim IT untuk menata panggung dan penyesuaian grafis. Kemudian memperhatikan segala hal yang menunjang dalam proses pengambilan gambar seperti, facility dan equipment, camera system, sound system (microphone, audio mixer, spekers, dll), lighting system, dan shooting operatians. Menurut Zettl (Zettl, 2009: 4), tahap produksi merupakan tahapan ketika berada di studio untuk latihan atau sesi perekaman gambar, atau memuat kamera video ke dalam mobil barang (van) untuk pengambilan gambar dilapangan. Produksi mencakup perlengkapan dan kru yang mengoperasikan
37 perlengkapan tersebut. Produksi adalah segala
aktifitas diseputaran
perekaman gambar. Beberapa hal didalam tahapan produksi adalah: peralatan kamera, audio, pencahayaan, rekaman video, properti, talent, make up dan kostum, persiapan dan pengarahan director. Menurut Wahyudi (1996) seperti yang dikutip oleh Abidin, proses produksi menyangkut pembuatan acara, yaitu kegiatan shooting suatu paket acara. Proses produksi terdiri dari dua jenis yaitu: 1) Produksi langsung (Live): adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. 2) Produksi tidak langsung atau siaran tunda: adalah hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi direkam dulu dalam pita tape (Abidin, 2009: 31).
c. Paska Produksi Paska produksi merupakan tahapan terakhir dalam proses produksi. Setelah tahap produksi selesai dilakukan oleh tim, maka proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah lanjut ke tahap final yaitu tahap paska produksi. Pada tahap ini tim bersama sutradara akan mengoreksi atau mengevaluasi hasil syuting produksi dengan berkoordinasi dengan editor. Tahap-tahap paska produksi televisi pada umumnya ada 3 hal utama yaitu: video editing, sound/audio editing & mixing, dan mastering. Ketiga tahap tersebut biasanya hanya dilakukan pada saat proses produksi tidak langsung atau tidak live. Pada siaran berita secara live, proses editing tidak berada di tahap paska produksi, tetapi terdapat pada saat tahap pra produksi. Tahap paska produksi ketika produksi secara langsung lebih mengarah kepada evaluasi hasil shooting produksi dengan melakukan rapat pimpinan produksi. Menurut Abidin paska produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap produksi yang lebih sering dilakukan pada produksi tidak langsung (siaran tunda). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap paska produksi, yaitu penyuntingan (editing), pemaduan, pencampuran (mixing), rekayasa kreatif (manipulating, montage) (Abidin, 2009: 32).
38 2.3.2. Analisis SWOT Analisis SWOT adalah suatu metode penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa domestik maupun multinasional. SWOT merupakan singkatan dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Treats (T), yaitu terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau kendala. Analisis ini digunakan dengan tujuan untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Menggunakan analisis SWOT secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar atau eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor –faktor didalam atau internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan). Menurut Rangkuti (2010), kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. untuk lebih jelasnya Fredy Rangkuti (2010: 18) mengartikan analisis SWOT sebagai berikut:
“Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsure-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsure-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman”.
Faktor-faktor tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S), analisis ini diharapkan dapat membuahkan rencana jangka panjang. Sebaliknya dengan mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan (T dan W), maka analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana perbaikan (short-term improvement plan). Berikut penjelasan mengenai empat faktor dalam analisis SWOT: 1) Strengths (kekuatan): strengths merupakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan atau pebisnis tersebut yang menjadi modal awal,
39 karena
itu
merupakan
suatu
kelebihan.
Dengan
mengetahui
kekuatannya maka sebuah perusahaan akan memaksimalkan hal tersebut agar dapat mengalahkan rivalnya. Kekuatan itu bisa berupa sumber daya, keterampilan, kualitas barang, dan sebagainya.
2) Weakness (kelemahan): merupakan hal yang dapat menghalangi kinerja sebuah perusahaan. Hal itu dapat berupa kekurangan sumber daya manusia yang handal, kekurangan modal, ataupun hal lainnya. Sebuah perusahaan perlu mengevaluasi kekurangannya sehingga dapat menemui solusi dan tidak berlarut-larut dalam keadaan yang terhitung merugikan tersebut.
3) Opportunity (peluang): merupakan sebuah peluang bagi perusahaan untuk semakin melebarkan sayapnya. Hal ini dapat berupa mendapatkan pinjaman modal, tawaran untuk bekerja sama, ataupun kondisi pasar yang dirasa mendukung usahannya saat ini. Dengan mengetahui
peluang,
maka
perusahaan
tersebut
tidak
akan
melewatkan setiap kesempatan yang menghampirinya.
4) Threat (ancaman): threat merupakan faktor negatif yang akan menghambat langkah perusahaan. Ancaman ini dapat berupa adanya pesaing baru, daya tawar pembeli yang rendah. Tidak hanya cepat dapat merespon segala kesempatan baik yang dating, sebuah perusahaan juga harus dapat segera mengambil langkah jika ada ancaman yang tiba-tiba muncul karena bila tidak ditangani bisa saja itu akan menjadi ancaman yang berakibat fatal hingga gulung tikar. Menurut Thompson (2010) yang dikutip oleh Putranto (2011: 650), terdapat tiga tahap dalam analisis SWOT, yaitu: a. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. b. Menarik kesimpulan c. Menerjemahkan ke dalam keputusan strategis.
40 2.4.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian konsep dan teori yang telah dijabarkan diatas, maka peneliti akan membuat kerangka pemikiran yang diilustrasikan melalui bagan berikut ini: Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Televisi
News
Hard News & Soft News Tahap: Proses Produksi Manajemen Penyiaran
+ Analisis SWOT
Prime Time
Pra Produksi Produksi Paska Produksi
41 Televisi merupakan media elektronik dengan menggunakan efek audio visual, menghadirkan program-program acara yang informatif dan menghibur. Dengan efek audio dan visual yang dihasilkan, maka proses pembuatan program acaranya lebih rumit dibandingkan dengan media lainnya seperti radio. Dari berbagai jenis program yang dihasilkannya baik itu news maupun non news, proses pembuatan program harus melalui tahapan produksi, dimulai dari tahap pra produksi, produksi hingga paska produksi. Dengan menggunakan analisis SWOT menjadi salah satu dasar strategi yang digunakan oleh tim penyiaran untuk meningkatkan kualitas program siarnya. Kualitas program yang baik merupakan tujuan utama semua stasiun televisi untuk dapat menarik perhatian dan minat audience. Semakin banyak audience yang tertarik maka akan semakin menguntungkan pihak televisi, baik dari segi provit maupun positioning. Dengan analisis SWOT melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka tim produksi dapat memaksimalkan kekuatan yang ada, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin, dan bersiapa untuk menghadapi persaingan dengan program lain dan bisa mengantisipasi program pesaing. Keempat indikator inilah yang menjadi dasar dan acuan guna meningkatkan kualitas program. Proses produksi itu sendiri merupakan suatu tahapan yang selalu melekat dan menjadi awal terbentuknya suatu program acara di televisi, setiap program acara di televisi baik itu news maupun non news memiliki cerita dibalik layar sebelum suatu peristiwa atau kejadian diangkat atau ditayangkan secara masal kepada masyarakat. Suatu proses itu dapat berbeda-beda cara menjalankannya tergantung dari jenis program yang dipilih, misalnya: pengambilan gambar secara live dan tapping (tidak live atau siaran tunda) memiliki perbedaan diproses pra produksi dan paska produksinya.
42