BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah program features yang bertujuan untuk mengedukasi khalayak tetapi tidak menghilangkan unsur hiburannya. Feature tidak jauh berbeda dengan soft news. Dalam cara pembuatan sebuah program features tidak jauh berbeda dengan membuat berita televisi, hanya saja karena feature bukan informasi yang harus dengan cepat disajikan agar informasinya tidak basi, maka membuat feature dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Feature yang penulis pilih adalah feature perjalanan (traveling) dan reality show. Pada hakikatnya feature berbeda dengan program berita, feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang unik, fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Fungsi program features televisi mencakup lima hal berikut : - Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Tanpa feature, program berita terkesan monoton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa untuk tetap menonton berita secara utuh. - Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah terjadi dari prespektif jurnalis dengan pendekatan human interest yang dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk pada hal-hal yang sifatnya penting sekali. Namun, feature sebaliknya, mengandung informasi ringan, unik, menyentuh perasaan, dan terperinci yang belum terangkat pada program berita menjadi materi berharga dalam kisah feature yang berbobot, karena pemirsa membutuhkan informasi tersebut. - Memberikan hiburan atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan. Fungsi menghibur senantiasa melekat pada setiap bentuk media. Pemirsa membutuhkan program televisi karena terdesak akan hiburan untuk mengembangkan imajinasi bagi keseimbangan kejiwaannya dalam segala tingkatan usia. - Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas. Program
1
2 features selain melihat dari dimensi kuantitatif tetapi sekaligus member makna terhadap dimensi kualitatif. - Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi pemirsa televisi. Dengan program berita, pemirsa akan mendapatkan aspek kognitif yaitu mendapatkan informasi pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran. Dengan program features pemirsa televisi akan dipengaruhi dari aspek afektif yaitu empati, perasaan, hati nurani, dan ketenangan. (Fachruddin, 2012)
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Dengan Program Sebelumnya
NO
JUDUL
ISI PROGRAM
PERBEDAAN PROGRAM
PROGRAM
1.
Celebrity on Terlalu Vacation
banyak
pengambilan Pengambilan gambar established
gambar established shot
dan detail seimbang sehingga akan seimbang dengan inforasi yang akan disajikan
2.
Koper Dan Sekuen Ransel
dari
sebuah
gambar Banyak melakukan pengambilan
tercipta dari beberapa gambar gambar yang diambil tidak monoton
Beberapa 3.
pengambilan
gambar Mengurangi terjadinya perbedaan
sangat berfariasi, namun beberapa warna
Men
episode
sering
yang
sangat
mencolok,
terjadi dengan pemilihan camera dan lensa
perbedaan pengaturan warna yang yang tepat. sangat menonjol
mendeskripsikan
kebudayaan setempat
Jalan-Jalan
juga
yang
3 Tidak ada beauty shot dan sekuen Beberapa 4.
Amazing
dari
Race
ditampilkan
menampilkan
yang beauty shot dan beberapa gambar
gambar–gambar terkesan
adegan
sangat yang diambil dengan cara variatif,
monoton
2.2 Teori atau Konsep yang Berkaitan dengan Proses Pembuatan Tugas Karya Akhir 2.2.1 Konsep Tahapan Produksi Gerrald Millerson dalam buku Fachruddin menjabarkan konsep standart operasional prosedur produksi televisi dalam arti luas sebagai berikut: (Fachruddin, 2012) a) Pra Poduksi Pra-produksi adalah tahapan perencanaan dan persiapan. Tahapan ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi direncanakan sudah beres. Tahapan praproduksi meliputi tiga bagian, yaitu: - Penemuan ide: Merupakan tahapan awal, dimulai ketika seorang produser menemukan idea atau gagasan, membuat riset dan menuliskan atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. - Perencanaan: Tahapan ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, lokasi dan area. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat dengan hati-hati dan teliti. - Persiapan:
Tahapan ini meliputi pemberesan semua kontrak dan
perijinan dan surat menyurat, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan.
4 b) Produksi Produksi adalah tahapan sesudah semua proses perencanaan dan persiapan seselai. Ketika pelaksanaan produksi dimulai, produser bekerja sama dengan bintang tamu dan para crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam sebuah kertas dan tulisan (syuting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan produksi produser menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene) yang dirangkum dalam shoot list. c) Pasca Produksi Proses
pasca
produksi
menjadi
tahapan
terakhir
di
dalam
memproduksi sebuah tayangan. Kegiatan pada proses pasca produksi terdiri dari video dan audio editing. Dan juga terdiri dari pembenaran warna di video clip, pemilihan background musik, dan pembuatan dari efek audio khusus. Saat menggunakan single kamera maka adegan direkam dengan satu adegan. Tahapan pasca produksi akan membutuhkan waktu lebih lama dari produksi lainnya. (Zettle, 2009) Berbicara tentang suatu profesi melakukan pekerjaan, berarti membahas tentang tugas dan tanggung jawab. Seperti profesi lainnya, camera person sebagai bagian dari kru produksi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang spesifik. Seorang camera person memiliki peranan di dalam tiga tahapan produksi, yakni pra-produksi, produksi, serta pasca produksi. (Umbara, 2009) Pada tahapan pra-produksi seorang camera person akan diberikan pengarahan dari sutradara ataupun program director
tentang rencana
visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat ke dalam breakdown script, kemudian sutradara akan mendiskusikan shot–shot seperti apakah yang harus diambil oleh seorang camera person. Tahapan selanjutnya adalah produksi, di tahap inilah seorang camera person memiliki peran yang sangat penting. Seorang camera person harus menentukan komposisi gambar serta angle yang baik, memperhatikan pencahayaan dan tata letak kamera, serta mengatur settingan kamera sesuai dengan lokasi syuting yang dijadikan tempat produksi. Setelah proses
5 produksi selesai dilakukan seorang camera person memiliki peranan pada tahap pasca produksi, pada tahapan ini seorang camera person akan membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan shot lengkap dengan keterangan waktu atau time code untuk memudahkan editor dalam bekerja dan menjelaskan berbagai hal tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor. (Umbara, 2009) 2.2.2 Pengertian features Features dapat diartikan sebagai softnews karena, cara pembuatan features sama seperti berita televisi dan features informasinya tidak harus dengan cepat disajikan atau disampaikan kepada masyarakat hanya karena takut informasinya akan basi. Maka dalam pembuatan features sangat fleksibel sesuai dengan kebutuhannya. (Fachruddin, 2012)
2.2.2.1
Jenis-jenis features
Menurut Jim Atkins dan Leo Willette dalam (Fachruddin, 2012) features adalah sesuatu yang bisa membuat penonton berlompatan dan
berpindah
untuk
membicarakannya,
menyaksikannya,
meresponnya
dan
lalu
mengingatnya.
mereka Dapat
diartikan disini features adalah liputan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan serta menambah pengetahuan melalui penjelasan yang terperinci. Features menyuguhkan kegiatan pada umumnya yang membutuhkan interaksi, rekreasi, pengetahuan, pemecahan masalah atau informasi kuliner. Beberapa jenis features menurut Fachruddin (Fachruddin, 2012) adalah: •
Features Kepribadian (profil)
Membahas tentang profil perjalanan hidup seorang tokoh yang menarik. •
Features Sejarah
Features sejarah memperingati tanggal-tanggal atau peristiwa penting yang terjadi secara nasional maupun internasional.
6 •
Features Musiman
Program musiman selalu menghadirkan informasi yang seluas luasnya hingga mendetail karena kebutuhan informasi yang tinggi. Dalam hal ini disebut musiman karena tidak dilaksanakan setiap harinya, hanya pada fase-fase tertentu. •
Feature Petualangan
Merupakan features yang menuliskan pengalaman-pengalaman istimewa dan mencengankan •
Features Interpretatif.
Pada jenis ini, features interpretative menyajikan sebuah organisasi, aktivis, tren atau gagasan tertentu yang sedang menjadi buah bibir dimasyarakat. •
Features Kiat (Petunjuk Praktis)
Features ini berkisah kepada pemirsa bagaimana menuntun, mengajarkan dan melakukan hal atau tindakan. •
Feature ilmiah (Science)
Features ilmiah merupakan features yang mengungkapkan sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. •
Features Perjalanan (Traveloque)
Tayangan features yang mengajak pemirsa televisi untuk mengenali lebih jelas tentang suatu kegiatan perjalanan wisata yang dinilai memiliki daya tarik karena objeknya yang popular, masyarakatnya yang ramah, maupun terdapat berbagai fenomena lainnya. •
Features Kuliner
Features tentang apapun yang berkaitan dengan makanan yang mempunyai daya tarik dan perlu diketahui pemirsa. •
Features Minat Insani
Features yang menyentuh kebiasaan dan kebutuhan hiduo manusia sehari-hari beserta mahluk hidup yang berada disekitarnya.
7 2.2.2.2 Program yang dibuat oleh penulis adalah features perjalanan (Traveloque) Features perjalanan merupakan kisah perjalanan jurnalis atau seseorang beserta kelompoknya ke objek wisata, yang detail merinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi yang diperoleh dalam sejumlah biaya. Tayangan ini mengajak pemirsa berekreasi mengunjungi beberapa tempat wisata yang popular atau belum dikenal tetapi sangat indah (beautiful place), sehingga pemirsa tanpa harus keluar keluar rumah serasa bertamasya, menambah cakrawala pengetahuannya, kepedulian terhadap lingkungan semakin tajam, dan kecintaan terhadap alam semakin kuat. (Fachruddin, 2012)
2.2.2.3 Proses Pembuatan Features Memproduksi sebuah features harus kreatif karena, features dimaksud untuk membuat pemirsa atau penonton merasa nyaman, terhibur, dan memberikan informasi kepada penonton. Sebaiknya sebuah features harus menyajikan fakta-fakta yang kuat, dan penuh dengan warna seperti percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir. Berikut proses pembuatan features: 1.
Mencari ide
Setelah mengetahui jenis-jenis features televisi yang dapat diproduksi, selanjutnya bagaimana seorang produser mendapatkan bahan untuk membuat features. Dan ide untuk pembuatan program features bisa didapatkan dari: -
Pengalaman pribadi
-
Jaringan atau informan
-
Menelalah media lain
-
Ide di pinggir jalan
Setelah mendapatkan ide, mulailah menentukan tema. Pada dasarnya semua masalah dapat diangkat menjadi features televisi. Mulai dari masalah sosial, personal, politik, ekonomi, budaya, dll. (Fachruddin, 2012)
8 2.
Membuat Perencanaan
Rujukan riset dilakukan untuk membuat kerangka rancangan cerita atau proposal, treatment atau skrip, structure (sequence atau scene), daftar pertanyaan, jadwal rencana peliputan shooting, wawancara, editing, mixing, dll. Perencanaan features dapat dimulai dari rapat redaksi sebelum berita on air, untuk membahas informasi yang masuk sebagai bahan liputan berita. Dan setelah mendapatkan ide dan melakukan riset, jurnalis menjabarkan treatmen untuk dituangkan dalam proposal. (Fachruddin, 2012)
3.
Structure (Sekuen Dan Scene)
Structure membentuk kerangka features agar alur cerita menjadi jelas dan tersusun dengan baik. Membuat tahapan structure akan lebih nyaman dilakukan terlebih dahulu. Dimana sequence dan scene sejatinya akan mendasari setiap langkah produksi yang dilakukan structure relatif fleksibel melihat perkembangan dilapangan. (Fachruddin, 2012)
4.
Menyusun Daftar pertanyaan
Features membutuhkan narasumber sebagai informasi untuk mengembangkan cerita pada program. Tanpa narasumber sangat sulit mengandalkan data-data saja. Keakuratan informasi yang dibuat dalam features mengesankan program yang objektif serta memuluskan alur cerita yang mengalir alami. Daftar pertanyaan harus disiapkan sebelum bertemu dengan narasumber karena, ketika berhadapan dengan narasumber, suasananya mungkin akan berbeda dan akan mempengaruhi konsentrasi jurnalis yang bisa saja gugup atau bahkan blank tanpa sadar begitu saja. (Fachruddin, 2012)
5.
Menyiapkan Host ( Presenter Program)
Penunjukan host pada setiap program features sangat bebas dan kompetitif, mengingat persaingan program di stasiun televisi saat
9 ini. sebagian besar features di stasiun televisi dipandu oleh host yang khusus dikontrak untuk membawa features tersebut. Kalaupun seorang host adalah karyawan stasiun televisi yang bersangkutan sifatnya sangat mendesak serta performance-nya sangat netral dan trendi. Seperti: berparas menarik, energik, dan menguasai gaya bahasa. Penampilannyapun menggunakan baju yang netral ditambah dengan pergerakan kamera crazy short. Namun, dalam menyusun pertanyaan harus dilakukan oleh jurnalis karena, host belum tentu memiliki penguasaan amteri seluas apa yang dibenak seorang creator features yang handal. (Fachruddin, 2012)
6.
Membuat shooting list
Shooting list berisikan perkiraan gambar yang dibutuhkan, seperti catatan tentang urutan gambar yang akan kita rekam dengan kamera, seperti lokasi peristiwa, wawancara narasumber yang berkaitan dengan materi program. (Fachruddin, 2012)
7.
Menyiapkan Jadwal Shooting
Setelah membuat shooting list, begitu banyak lokasi, angle, komposisi, janjian wawancara, suasana ramai, tenang, cuaca, dll yang harus dijadwalkan berdasarkan skala prioritas. Patokannya adalah
berdasarkan
gambar
yang
paling
penting
dengan
pertimbangan waktu shooting, suasana yang mendukung dan pernajian wawancara dengan narasumber features yang akan diproduksi. (Fachruddin, 2012)
8.
Menyiapkan Perlengkapan
Perlengkapan shooting yang paling penting adalah dimulai dari kamera. Jenis kamera apa yang akan digunakan, lalau dicek apakah seluruhnya berfungsi dengan baik untuk merekam gambar. Sebaiknya, cameramen mengecek peralatan kamera, system perekamannya termasuk kaset, baterai, mikrofon, tripod, kabel, dan lampu darurat untuk wawancara. Karena untuk memastikan apakah
10 cameramen yang mengoperasikanya sudah terbiasa dengan kamera tersebut. (Fachruddin, 2012)
2.2.3 Konsep Camera Person Program yang disajikan stasiun televisi misalnya sinetron terkadang membuat penonton enggan untuk beranjak dari depan televisi, karena setiap seri yang diputar pasti akan memancing keingintahuan dari penonton. Teknik pengambilan gambar seakan sudah tidak asing lagi, dimana mereka sudah sangat memahami close up, zoom in, dan cut to cut, tanpa disadari penonton menjadi kritis
dalam menganalisa program-program televisi. Apabila
program acara yang disajikan tidak menarik, maka dengan mudah penonton akan berpindah ke channel lainnya. Dibalik pembuatan program salah satu orang yang mempunyai peranan besar terhadap karya jurnalistik televisi adalah seorang camera person. Camera person adalah mata dari televisi, cameraman berfungsi sebagai ujung tombak suatu televisi. Tidak ada gambar berarti tidak ada berita atau tidak ada suatu program acara, karena televisi merupakan media audio visual yang mengandung unsur tersebut. (Morrison, 1990) Secara sederhana shooting merupakan bagian dari sebuah produksi audio visual yang menggunakan kamera sebagai alat perekam. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari seorang camera person yang memang erat kaitannya dengan pengambilan gambar atau yang biasa disebut dengan shot. Secara teknis shot adalah suatu proses dimana cameraman menekan tombol record hingga menekan tombol record lagi. Shot merupakan satu bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu take saja. Pengambilan shot yang baik adalah ketika kombinasi berbagai komposisi gambar ke dalam sambungan yang utuh dan indah dalam satu kali pengambilan gambar. Untuk itu penting bagi seorang camera person harus mengetahui makna dari sebuah shot dan memahami berbagai hal teknik yang berhubungan dengan pengambilan gambar. (Umbara, 2009)
11 2.2.3.1 Teknik pengambilan gambar Dalam melakukan sebuah perekaman adegan hal yang patut diperhatikan camera person adalah teknik pengambilan gambar. Perlu
dipahami
oleh
seorang
camera
person
bagaimana
mengungkapkan setiap makna-makna yang ingin ditampilkan ketika pengambilan shot-shot. Teknik pengambilan gambar (shot) merupakan
teknik
mengumpulkan
materi
(gambar)
guna
membangun suatu cerita. Pengambilan gambar dapat terlaksana dengan baik dan benar jika dipahami untuk apa gambar diambil, bagaimana spesifikasinya, seberapa besar ukurannya, moment mana yang bersesuaian, arah dan tujuan pergerakan, penentuan pesan dan kesan yang ada di dalam sebuah gambar. Perpaduan antara keselarasan dengan keseimbangan inilah yang harus ditemukan oleh seorang cameraman untuk menjadi acuan menentukan pilihan gambar. (Umbara, 2009) Teknik dasar atau basic shot pengambilan serta perekaman gambar yang biasa sering dilakukan oleh seorang cameraman dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu: 1.
Extreme Close Up (ECU) Pengambilan gambar yang mencakup salah satu bagian tubuh yaitu mata dan hidung saja, yang berfungsi mengetahui detail suatu objek.
2.
Big Close Up (BCU) Pengambilan gambar dari batas kepala hingga dagu, dan kadang sangat diperlukan untuk menunjukan detail ekspresi wajah aktor.
3.
Close Up (CU) Pengambilan gambar dari ujung kepala leher bagian bawah, boleh memotong sedikit bagian atas kepala. Close up dapat juga digunakan untuk mendeskripsikan suatu shot yang memperlihatkan secara jelas ekspresi karakter.
12 4.
Medium Close Up (MCU) Memperlihatkan objek gambar mulai dari ujung kepala hingga dada atas. Shot ini baik untuk seseorang yang berbicara langsung didepan kamera.
5.
Medium Shot (MS) Pengambilan gambar batas kepala hingga pinggang atau perut bagian bawah, berfungsi memperlihatkan sosok objek secara jelas.
6.
Knee Shot (KS) Pengambilan gambar dari batas kepala hingga lutut. Batas framing Knee shot adalah tiga per empat ukuran tubuh manusia.
7.
Long Shot (LS) Pengambilan gambar memperlihatkan seluruh tubuh dari bagian atas kepala hingga kaki. Pengambilan gambar dari jarak yang cukup jauh sehingga memperlihatkan objek dan latar belakang.
8.
Very Long Shot (VLS) Pengambilan gambar dengan background mendominasi objek agak kecil. Jaraknya lebih jauh dari long shot.
9.
Extrem Long Shot (ELS) Pegambilan gambar yang bertujuan menunjukan background yang sangat dominan. Biasanya menyajikan pemandangan alam yang sangat luas. Penggunaan tipe shot dapat membangun penekanan yang
berbeda pada tiap gambar. Pada medium shot makna yang akan dibangun akan terkesan netral. Dapat dikatakan netral karena jenis shot ini merupakan jenis shot yang paling aman dan tidak ada penekanan khusus dalam penggunaannya. Berbeda pada medium shot, penggunaan long shot pada sebuah gambar memiliki arti dan tujuan spesifik yang ingin dicapai. Pada umumnya long shot digunakan pada saat subjek melakukan aktifitas baru, untuk mengikuti lokasi yang luas atau ketika adegan berjalan cepat,
13 menunjukan dimana adegan berada/menunjukkan tempat, untuk menunjukkan
progress
subjek,
dan
untuk
menunjukkan
bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain. Sama halnya dengan long shot, penggunaan close shot juga memiliki maksud dan tujuan tertentu bahkan dapat dikatakan memiliki tujuan yang lebih spesifik di dalam penyampaian pesannya. Efek dari close shot dapat menciptakan kesan gambar lebih cepat, mendominasi, menekan, ada makna estetis, dan juga memiliki makna psikologis terhadap gambar yang dihasilkan. (Umbara, 2009) Beberapa
pengambilan
gambar
pada
stockshot
mengedepankan unsur artistik. Salah satu shot yang menonjolkan unsur seni adalah pengambilan gambar dengan changing focus. Maupun pengambilan gambar bokeh (background blur). Changing focus berarti merubah titik fokus dari titik satu ke titik fokus lainnya. Dengan change focus maka akan merubah titik perhatian. Selain merubah titik perhatian dengan change focus akan mengakibatkan efek dramatis tertentu. Pengambilan gambar dengan tipe shot tertentu memiliki tujuan tertentu pula di dalam menciptakan pesan dan menghasilkan gambar yang ingin disampaikan. Penggunaan tipe shot dapat membangun penekanan yang berbeda pada tiap gambar. (Umbara, 2009) Seorang camera person juga harus memahami angle pada kamera. Terdapat tiga jenis sudut pengambilan gambar pada kamera yaitu low angle, high angle, dan eye level. Secara mekanis angle pada kamera menjadi hal yang penting karena dapat membangun konstruksi makna tertentu yang ingin dihasilkan pada suatu gambar. Angle atau sudut pengambilan gambar itu berhubungan erat dengan lensa, baik jenis lensa yang digunakan maupun penempatan kamera itu sendiri. Seorang camera person yang mengerti, memahami dan mampu mengoperasionalkan lensa berarti seseorang yang mampu memaksimalkan kreatifitasnya dalam bentuk gambar. Ruang internal shot sering kali menonjolkan
14 kualitas emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk membangun shot sering digunakan secara gamblang dan langsung. Tinggi rendahnya penempatan lensa ataupun kamera akan mempengaruhi bagaimana penonton mengidentifikasi subjek. Pengambilan gambar dengan high angle atau posisi kamera lebih tinggi dari objek akan mengakibatkan objek terlihat lebih imperior, atau tertekan. Kebalikan dari high angle yaitu low angle posisi kamera lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek terlihat lebih superior, dominan, dan menekan. Adapun eye level pengambilan gambar, subjek sejajar dengan lensa kamera, eye level merupakan sudut pengambilan yang normal sehingga subjek terlihat netral dan tidak ada intervensi khusus pada subjek. Dengan mengetahui dampak pesan yang akan disampaikan dari sudut pengambilan gambar diharapkan mengkonstruksi shot-shot yang akan dibuat dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada penonton. (Umbara, 2009) Seorang camera person akan selalu dihadapkan pada hal-hal penting dalam proses syuting atau produksi. Camera person juga harus mengetahui komposisi gambar yang baik. Komposisi gambar akan mempengaruhi estetika dari gambar yang dihasilkan. Komposisi gambar yang baik harus terdiri dari unsur-unsur yang menarik dan saling bersinergi, dimana dalam satu gambar berpadu menjadi kesatuan yang jelas, selaras dan harmonis. Prinsip utama dari segala macam komposisi adalah komposisi (balance). Sering sekali penonton merasa bosan dengan komposisi gambar terutama ketika melihat subjek statis dalam frame yang tidak ada pergerakan di kamera. Hal tersebut terjadi karena kedalaman tampilan (dept) komposisi yang kurang sesuai, Ada beberapa cara membuat kedalaman
gambar,
salah
satunya
dengan
membuat
shot
menggunakan foreground, yaitu penambahan subjek lain di depan subjek pertama. Foreground bisa membantu dalam membuat kedalaman, jarak, skala terutama untuk subjek yang jauh. (Umbara, 2009)
15 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan gambar dalam framing seperti nose room, head room dan walking room. Nose room disebut juga looking space room, yaitu ruang kosong yang memeberikan jarak di depan hidung dan mata dengan tepi frame Ruang kosong ini dinamakan nose room. Nose room tidak hanya berlaku pada profile seseorang saja, namun pada subjek apapun, karena dengan nose room berarti ada ruang gerak di hadapan subjek. Headroom merupakan daerah kritis pada pengambilan gambar. Headroom adalah jarak antara kepala dengan bingkai (frame) yang sesuai untuk mengatur agar objek tidak terlihat tenggelam atau over lap dengan tepi bingkai atas. Walking room yaitu apabila kamera panning mengikuti objek yang sedang berjalan, di hadapan objek harus ada ruang kosong, dan ruang kosong inilah yang disebut sebagai walking room. (Purba, 2013) Dalam melakukan proses pengambilan gambar, seorang camera person dapat mengacu pada metode seperti triangular rules, rules of third, dan crossing essential area. Triangular rules merupakan konsep menempatkan objek ke dalam bentuk segitiga, maupun berada tepat di tengah frame. Konsep ini menyatakan bahwa gambar yang baik adalah ketika subjek dapat berada tepat di dalam garis segitiga pada frame dan akan memberikan kesan kuat dan seimbang. Rules of third adalah suatu kondisi dimana frame dibagi menjadi tiga bagian, baik horizontal ataupun vertikal. Menurut teori ini, gambar yang baik adalah ketika salah satu subjek yang kita inginkan berada pada titik pertemuan garis vertikal dan horizontal tersebut. Konsep Crossing essential area menyatakan bahwasannya gambar yang baik adalah gambar yang dapat menampilkan bagian subjek seutuhnya pada gambar meskipun terdapat
gerakan
dari
subjek
(subjek
tidak
essential/critical area pada frame). (Umbara, 2009)
melewati
16 2.2.3.1.1 The Simple Shot Simple Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan berbagai objek yang di shot. Adapun objek yang di shot boleh bergerak (move) maupun diam (statis). Ciri-ciri dari simple shot adalah: • Tidak ada pergerakan lensa (no lens movement) • Tidak ada pergerakan dari kepala kamera ( no camera movement) • Ada pergerakan sederhana dengan materi atau subjek ( a simple subjek movement)
2.2.3.1.2 The Developing Shot Developing Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok. Ciri-ciri dari developing shot adalah: • Ada pergerakan lensa (lens movement) • Ada pergerakan dari kepala kamera (camera movement) • Ada pergerakan dari badan kamera (mounting movement) • Ada pergerakan objek yang sulit (complicated subjek movement) The Developing Shot biasanya dilakukan untuk mengambil gambar dengan menggunakan seluruh kemampuan pergerakan kamera. Biasanya the developing shot dilakukan dengan menggunakan alat bantu pergerakan badan kamera seperti, Porta Jib, Crane, Dolly, Slider, Steady Cam, Camera hand held, dan Mounting Car. 2.2.3.1.3 Over The Shoulder Sebuah shot dimana seseorang atau sesuatu yang diambil dari punggung belakang Teknik ini merupakan teknik pengambilan subjek dari sisi belakang orang lain. Pengambilan gambar dilakukan dengan memotong frame dari belakang telinga sekitar 1/3 dari lebar frame dan orang yang diambil harus menduduki
17 kira-kira 2/3 dari lebar frame. Subjek yang diambil harus terlihat dengan jelas dan usahakan juga bahunya terambil. Over The Shoulder dibuat untuk menunjukan interaksi dua subjek dalam adegan dialog.
2.2.3.2 Pergerakan Kamera Setelah mengetahui teknik pengambilan gambar, beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti mengenai pergerakan kamera. Berbicara mengenai pengambilan gambar tidak lengkap rasanya bila tidak membahas pola pergerakan dari kamera. Pergerakan kamera atau camera movement harus di perhatikan dengan teliti, ketika cameraman melakukan pergerakan kamera harus memiliki motivasi dan tujuan yang jelas. Ada enam jenis pergerakan kamera dalam posisi kamera diam, yaitu tilt up, tilt down, pan right, pan left, zoom in, dan zoom out. Kemudian ada empat jenis pergerakan kamera dengan posisi kamera berpindah tempat. Pergerakan kamera tersebut meliputi track in, track out, track left, dan track right. Seorang cameraman ingin melakukan pergerakan kamera karena ingin memperlihatkan ekspresi tertentu, memberikan point penting pada subjek baru, menambah visual interest, untuk membuat perubahan angle atau sudut pandang. Dan yang paling umum pergerakan kamera dimaksud untuk membangun visual dengan informasi yang baru serta untuk menciptakan atmosfer. (Umbara, 2009) Ada hal penting yang harus diperhatikan oleh camera person yaitu mengatur intensitas pencahayaan agar dapat memperjelas bentuk dan dimensi sebuah objek tertentu. Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas. Hal ini penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan dalam mengenali karakter masing-masing sumber cahaya. Intensitas
18 menandakan seberapa terang cahaya yang ada, kaitannya dengan berapa nilai eksposur yang dipakai. Sinar matahari di siang hari memiliki intensitas tinggi, menghasilkan pencahayaan yang keras dan membuat bayangan yang jelas. Jenis cahaya semacam ini biasa disebut sebagai hard light (pencahayaan keras). Sedangkan sinar yang dari bersumber dari lampu lebih fleksibel karena bisa diatur intensitasnya. Sinar dari lampu juga bisa diatur supaya lebih lembut sehingga menghasilkan bayangan yang samar. Biasanya untuk itu digunakan diffuser, reflector, omni bounce atau soft-box. Sinar yang sudah diatur untuk lebih lembut seperti itu biasa dinamakan soft light (pencahayaan lembut).
2.2.3.3 Membangun Sekuens Sekuen merupakan elemen utama untuk memberikan tempo dan ritme pada sebuah video, dan juga dapat membantu menciptakan suatu moment cerita yang sedang dibuat. Sebuah sekuem adalah sebuah sekuen adalah serangkaian scene yang merupakan satu kesatuan scene. Bisa dikatakan sequence adalah rangkain shot yang telah tersusun sebagai cerita. Sebelum melakukan syuting, seorang camera person sudah mengetahui terlebih dahulu struktur shot seperti apa yang ia perlukan di dalam membangun sebuah alur cerita. (Purba, 2013) Setelah
menjelaskan
mengenai
beberapa
pengambilan
gambar, seorang camera person juga harus dapat membangun suatu cerita melalui sebuah gambar yang ingin disampaikan kepada penoton. Camera person akan memaparkan tentang kesinambungan gambar atau sequence. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat struktur shot yang baik. Konsep yang pertama adalah metode umum ke khusus. Metode umum ke khusus akan memberikan penjelasan kepada penonton dimulai dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus atau spesifik. Caranya adalah dengan memulai gambar dari pandangan yang luas atau general
19 view, dengan demikian penonton bisa melihat semua aspek yang ingin diinformasikan oleh seorang camera person. Setelah itu berikan poin-poin yang lebih spesifik dan mendetail dari poin-poin umum tadi, sehingga penonton akan menemukan relasi dari sebuah struktur gambar dan akan memahami informasi apa yang ingin disampaikan. Konsep yang kedua adalah metode rekaman peristiwa. Pada metode rekaman persitiwa shot-shot yang diambil sudah harus spesifik dari awal. Kekuatan pada rekaman peristiwa terdapat pada momen atau peristiwa itu sendiri, sehingga seorang juru kamera harus jeli di dalam merekam gambar spesifik yang dapat dibuat menjadi narasi awal sebuah cerita. Konsep yang ketiga adalah interpretative shot. Interpretative shot atau yang bisa disebut juga sebagai dekoratif shot adalah suatu kondisi dimana beberapa pengambilan gambar diambil untuk melengkapi rekaman peristiwa atau wawancara subyek. Interpretative shot dapat dibuat sebelum ataupun sesudah kejadian utama. (Umbara, 2009) Garis imajiner merupakan rumusan yang dapat dipergunakan oleh seorang camera person ketika akan membuat kesinambungan shot dalam suatu adegan. Garis imaginer digunakan untuk memberi batas posisi kamera dalam mengambil gambar agar tidak jumping dan menjaga kontinuitas gambar. Garis lurus 180 derajat yang memisahkan kiri dan kanan. Apabila meletakan kamera posisi di sebelah kanan, maka untuk pengambilan berikutnya juga harus mengambil dari posisi sebelah kanan. begitu juga sebaliknya. Bila garis imaginer ini dilanggar atau crossing the line maka dapat mengakibatkan terpecahnya perhatian penonton dan merusak kesinambungan yang telah terbentuk. (Umbara, 2009) Seorang camera person juga harus memiliki rasa sensitifitas yang baik di dalam membangun sebuah cerita. Visual story telling menjadi suatu konsep yang dapat dipergunakan oleh camera person pada saat melakukan pengambilan gambar. Point of view menjadi kata kunci di dalam visual story telling. Camera person mendeskripsikan sebuah cerita lewat sebuah gambar. Dengan kata
20 lain setiap gambar dapat bercerita walaupun tanpa adanya narasi pendukung. (Brown, 2011)
2.2.3.4 Kontinyuiti Kontinyuiti atau biasa disebut dengan kesinambungan perlu diperhatikan oleh seorang cameraman untuk memudahkan editor dalam melakukan penyutingan gambar. Kesinambungan disini artinya bagaimana agar ketika satu shot digabungkan dengan shot berikutnya
tidak
kesinambungan
kelihatan
antar
shot
ada seorang
interupsi. camera
Agar
terjadi
person
dapat
menggunakan teori yang dinamakan Three Match Cut yakni pertama Matching The Look, adalah menggabungkan shot yang satu disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan ruang dan bentuk, ketika bentuk dan ruang tidak memiliki kesamaan maka hampir dipastikan sambungan shot akan terlihat dan ini yang dinamakan jumping. Kedua adalah Matching The Position, kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dan shot sesudahnya. Dan ketiga adalah Matching The Movement apabila objek bergerak dari kanan ke kiri pada shot pertama, maka arah pergerakan yang sama harus terjadi pada shot kedua, kecuali ada pergerakan yang menyebrang garis axis di perlihatkan kepada penonton. (Umbara, 2009)
2.2.3.5 Alat Pendukung Kamera 1. Tripod, penyangga kamera yang terdiri dari tiga kaki. 2. Monopod, penyangga kamera yang hanya mempunyai satu kaki. 3. Dolly, penopang kamera diatas roda yang bisa digerakkan keberbagai arah, biasanya berjalan diatas rel dan mempunyai 4 roda. 4. Cam Crane, alat penopang kamera berbentuk pipa panjang yang disalah satu ujungnya diletakkan kamera dan ujung lainnya diberi pemberat.
21 5. Jimmy Jib, semacam Cam Crane yang diberi remote head yang dikontrol oleh operator kamera. 6. Filter, plastic atau kaca yang diletakkan diatas lensa kamera untuk memberikan suasana tertentu. Dalam proses produksi seorang cameraman harus berusaha menghidari pemakaian alat secara otomatis. Penentu persepsi cahaya menurut selera dari seorang camera person, yang menurut camera person penting untuk sebuah frame, tidak sama dengan penentu cahaya secara otomatis. Kerena itu sebisa mungkin tidak menggunakan alat secara otomatis, khususnya untuk adjust diagfrahma, white balance serta level sound agar tidak terjadi kesalahan-kesalan fatal. 2.2.4 Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication) Banyak komunikasi verbal yang tidak efektif hanya karena tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu simpulan mengenai berbagai macam perasaan orang, baik senang, benci, cinta, kangen, gelisah dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan komunikasi non verbal bisa membantu untuk lebih memperkuat pesan yang ingin disampaikan sekaligus memahami reaksi dari komunikan atau audience saat menerima pesan. (Mulyana, 2000) Bentuk komunikasi non verbal sendiri diantaranya adalah, bahasa tubuh, ekspresi wajah, sandi, symbol, dan intonasi suara. a)
Setiap anggota tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna aladah kematian.
b)
Isyarat tangan atau “berbica dengan tangan” termasuk apa yang disebuut emblem. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya berbeda, namun memiliki maksud yang sama.
22 c)
Ekspresi wajah dan tatapan mata. Banyak orang menganggap perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Kontak mata punya dua fungsi dalma komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk member tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, member tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.
2.2.5 Teori Informasi Organisasi (Komunikasi Organisasi) Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat melaksanakan fungsi menejemen secara efektif. Komunikasi pun dapat dibagi ke dalam beberapa hal, salah satunya komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai petunjuk dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalan hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Unit komunikasi organisasi adalah seseorang dalam suatu jabatan (Pace & Feules, 2010) Aliran informasi di dalam suatu struktur organisasi dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi kebawah dan komuikasi ke atas. Komunikasi kebawah dalam sebuah berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas yang lebih rendah. Berbeda dengan komunikasi kebawah, komunikasi ke atas lebih menekankan pada aliran komunikasi dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.aliran komunikasi ke atas akan memberikan informasi penting didalam pembuatan keputusan oleh seseorang yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam suatu organisasi (Pace & Feules, 2010) Aliran komunikasi-komunikasi ke atas dan juga komunikasi, kedua nya membentuk suatu komunikasi vertical. Selain itu ada juga komunikasi horizontal, informasi yang disebarkan di antara anggota-anggota organisasi
23 yang menduduki posisi-posisi yang sama tingkat otoritasnya. Komunikasi horizontal atau lateral terjadi antar rekan kerja sejawat dalam unit kerja yang sama. Karena jalur otoritas tidak bersebrangan, maka komunikasi horisontal lebih cepat daripada komunikasi ke atas atau ke bawah. Komunikasi horisontal terjadi pada individu dengan tingkatan yang sama. Komunikasi horisontal muncul karena adanya sebuah alasan, alasan tersebut adalah: 1.
Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja
2.
Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan
3.
Untuk memecahkan masalah
4.
Untuk memperoleh pemahaman bersama
5.
Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan
6.
Untuk menumbuhkan dukungan antarpesona
Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis kontak antarpesona, bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi selama waktu istirahat, obrolan di telpon, memo, catatan kegiatan sosial, dan kelompok mutu dan lain sebagainya. Bila di tinjau dari fungi maka terdapat empat fungsi komunikasi didalam sebuah organisasi, yaitu fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan intergratif. Fungsi informatif adalah suatu keadaan dimana organisasi dipandang dalam suatu sistem informasi. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih pasti. Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, pesan setiap anggota membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Fungsi persuasif erat kaitannya dengan bagaimana aliran informasi dari atasan kepada bawahan.dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Namun lewat persuasi, memungkinkan anggota organisasi bekerja secara sukarela dan memiliki kepedulian yang lebih besar tehadap pekerjaan yang dikerjakan. Fungsi integratif berkaitan dengan bagaimana jalinan komunikasi yang baik antar tiap anggotanya, baik komunikasi yang
24 bersifat formal maupun informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan membutuhkan keinginan untuk berpartisipasi lebih besar dalam diri anggota terhadap organisas (Bungin, 2006)
2.3 Teori Atau Konsep Yang berkaitan Antara Tugas Karya Akhir Dengan Penonton 2.3.1 Komunikasi Satu Langkah (Model Peluru) Model peluru ini banyak ditemuka pada riset mengenai pengaruh atau efek media terhadap khalayak. Media dianggap mempunyai pengaruh yang tidak terbatas (Unlimited Effect) atau pengaruh yang kuat (Powerfull Effect). Model ini berasumsi bahwa komponen komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam mengubah sikap dan perilaku khalayak. Disebut peluru karena seakan akan komunikasi ditembakan khalayak dan khalayak tidak dapat menghindar. Proses ini juga sama dengan jarum suntik yang disuntikan ke tubuh pasien (Hypodermic Nedle Theory). Khalayak dianggap sebagai entitas yang pasif yang terbentuk karna terpaan pesan media. Karena itu sifat khalayak adalah homogeny dan khalayak akan beraksi yang sama terhadap pesan media. 2.3.2 Uses And Gratification Uses and gratification ini berlawanan dengan model peluru. Uses and gratification berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan memengaruhi khalayak. Inti teori uses and gratification adsalah khalayak pada dasarnya menggunakan media berdasarkan motif motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak terpenuhi. Konsep dasar teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay.G.Blumer, dan Michael Gurevitch adalah meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan. Dan juga menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat
25 akibat lain, barang termasuk juga yang tidak kita inginkan. (Kriyantono, 2012) Pada penelitian ini penerapan teori uses and gratifications dapat dilihat dari apakah program Mission on Vacation dapat dipilih oleh penonton untuk memenuhi kebutuhannya. Lalu apa yang dicari penonton dari program ini untuk memenuhi kebutuhannya. Lalu karakteristik penonton seperti apa yang kebutuhannya terpenuhi setelah menonton program ini. Dan apa hubungan antara konten program, gaya host membawakan program serta durasi program terhadap kepuasan pendengar.