7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1
State of the Art Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Judul
Teori yang
penelitian/institusi
digunakan
STRATEGI PEMILIHAN BERITA PADA PROGRAM "INDONESIA NOW" DI METRO TV
Saras Ayu Tri Andyaningrum
Teori
Metodologi
Kualitatif;
Hasil penelitian
Strategi pemilihan berita
Pengaruh Isi Wawancara
pada program "Indonesia
Media;
dengan staf
Now" dilakukan dengan
Teori
redaksi
menyesuaikan materi berita
Gatekeeping
“Indonesia
pada kebutuhan atau
Now”;
relevansi dengan target
Objek
audiens. Hal tersebut
penelitian
dilakukan untuk mencapai
adalah
tujuan penayangan program
program
untuk memperkenalkan
“Indonesia
Indonesia kepada khalayak
Now” di Metro internasional, sekaligus Universitas Bina Nusantara Jakarta 2013
TV
memberi edukasi. Berdasarkan hal tersebut, agenda khalayak menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan berita di "Indonesia Now", dimana sekumpulan topik yang diyakini atu dirasa penting oleh anggota khalayak menjadi faktor pertimbangan dalam memilih topik berita.
8 ANALISIS PROSES
Teori
Kualitatif;
Proses pemilihan berita di
PEMILIHAN
Pengaruh Isi
Wawancara
“Metro Siang” dipengaruhi
BERITA DI
Media
dengan staf
oleh faktor 5 hal yang
PROGRAM METRO
redaksi Metro
berfokus pada minat
SIANG METRO TV
Siang;
audiens.
JAKARTA
Objek penelitian
Cara memilih berita yang
adalah
baik ditentukan dengan :
program
Materi gambar yang jelas
Universitas Bina
“Metro Siang”
(dapat dilihat dengan detail
Nusantara Jakarta
di Metro TV
gambarnya), suaranya yang
Simon Nataneal
2013
jernih; Berita yang diangkat berdasarkan kepada kedekatan berita dengan wilayah siaran (Indonesia atau Jakarta), tingkat dampaknya bagi masyarakat; Berita dipilih berdasarkan durasi karena masing – masing berita memerlukan waktu yang cukup sesuai dengan pembagian jumlah durasi setiap segmen “Metro Siang”.
STRATEGI
Analisa
Kualitatif;
Pemilihan berita Reportase
PEMILIHAN
SWOT;
Wawancara
Sore di tentukan sesuai
dengan staf
kriteria dilihat dari nilai
redaksi
berita, unsur berita
Reportase
(kepentingan sosial) dan
Sore;
kepentingan perusahaan
BERITA REPORTASE SORE DI TRANS TV
Teori Manajemen Strategis
9 Nova Juane Christy
Media
Objek
menyangkut rating and
penelitian
share program.
adalah Universitas Bina
program
Nusantara Jakarta
Reportase Sore di Trans TV
2014
Selain strategi pemilihan berita, penyajian berita Reportase Sore membuat audiesnnya merasakan lebih dekat dengan peristiwa yang terjadi, dengan mengambil sisi human interest dari suatu peristiwa. Lalu memperhatikan bentuk kemasan (packaging) dari suatu berita, penggunaan PTC (piece to camera) dari setiap reporter dalam hal penyampaian beritanya. Jadi tayangan beritanya bukan hanya mengandalkan VO (voice over) saja namun harus menggunakan PTC agar audiens dapat menikmati tayangan yang berbeda dari program berita kompetitor.
Shifting Circles:
Theory of a
Kualitatif;
Reconceptualizing
Hierarchy of
Morris and
Shoemaker and
Influences
Ogan’s Essay
Reese's Theory of a
on Media
Hierarchy of
content
Sebuah tulisan yang berusaha untuk mengkonsepkan teori pengaruh media dengan
Objek
mencocokkannya pada
Influences on Media
penelitian:
konteks modern. Susan
Content for a Newer
Hierarchy
mengemukakan bahwa ada
Media Era
Influences On
dua tipe konfigurasi
10 Susan Keith
media content.
komunikasi, yaitu multimedia atau jurnalisme
Rutgers University
media profesional baru dan
2011
konten digital individu yang dibuat oleh individu yang tidak bekerja untuk sebuah organisasi. Susan juga menjelaskan bahwa konsep teori pengaruh media dapat menghilangkan elemen pengaruh tertentu karena dalam beberapa praktiknya produksi konten media tidak dipengaruhi elemen-elemen tersebut.
Experiments in
Gatekeeping
Location-Based
Theory;
Kualitatif;
penggunaan media sosial Wawancara
Content: Hierarchy of A Case Study of
Influences –
Postmedia’s Use of
Routine and
Foursquare
Individual
telepon;
(Foursquare) untuk melihat bagaimana strategi media
penelitian:
online membuat konten
editor-editor
berdasarkan kedekatan
online 3 surat
lokasi dengan pengguna.
National Post, the Vancouver Sun, dan the
University of King’s
Edmonton
College
Journal
2011
yang berbasis pada lokasi
Objek
kabar (the Timothy Currie
Penelitian ini fokus pada
didalam Canada’s Postmedia
Penelitian ini menemukan bahwa editor Postmedia berlaku sebagai gatekeeper tunggal dan memilih artikel menggunakan Foursquare sebagai pedoman untuk memicu aktivitas pembaca dan lebih mungkin memilih artikel dengan jarak yang
11 Network)
lebih dekat dengan pembaca.
2.2
Landasan Konseptual 2.2.1 Teori Komunikasi Massa 2.2.1.1 Definisi Dalam “Pengantar Komunikasi Massa” (Nurudin, 2007), teori komunikasi massa yang dikemukakan oleh Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) menjelaskan bahwa sesuatu dapat didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secar cepat kepada khalayak yang luas dan terebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang lain yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik, artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan komunikasi milik publik. 4. Sebgai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media
12 massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi,kelompok atau publik dimana yang mengontrol buka sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar-persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Secara lebih singkat dikemukakan oleh (Baran & Davis, 2008): “Mass communication: when a source, typically an organization, employs a technology as a medium to communicate with a large audience, mass communication is said to have occurred.“ Pada intinya ketika sebuah sumber yang biasanya berbentuk sebuah organisasi menggunakan teknologi sebagai media komunikasi, komunikasi massa dapat dikatakan telah terjadi. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini membahas sebuah organisasi media yang menggunakan pemancar elektronik untuk berbagi pesan kepada massa yang berjumlah besar. Dalam organisasi tersebut terdapat gatekeeper untuk mengontrol isi pesan yang keluar, dan umpan baliknya bersifat tertunda. 2.2.1.2 Fungsi Komunikasi massa memiliki beberapa fungsi seperti yang dikemukakan oleh (Nurudin, 2007). Ada sepuluh fungsi yang terdapat dalam praktik komunikasi massa, yaitu: 1. Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting dalam komunikasi massa. Diketahui dari berita-berita yang disajikan, bahkan iklan dalam beberapa hal memiliki fungsi informasi di samping fungsi-fungsi yang lain. Penyajian fakta adalah hal utama dalam fungsi penyediaan informasi dalam media. Bagi
13 jurnalis, fakta tersebut dapat disajikan dan disusun dalam 5w+1h (what, where, who, why, + how). 2. Hiburan Menurut Nurudin, fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Ini karena masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri kerja seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada di rumah, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan (untuk melepaskan lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat ditonton bersama-sama sambil bercanda atau “ngemil”. Masyarakat yang mencari hiburan inilah yang menyebabkan jam prime time televisi (19.00 – 21.00) disajikan acara-acara hiburan seperti sinetron, kuis atau acara jenaka lainnya. 3. Persuasi Tulisan pada tajuk rencana, artkel dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif dari media massa. Banyak hal yang dibaca, didengar dan dilihat khalayak penuh dengan kepentingan persuasif. Kampanye politik yang secara periodik menyita perhatian kita di media massa, hampir murni persuasif. Berita-berita yang berasah dari pemerintah pada semua tingkatan mempunyai basis dasar propaganda yang bertujuan untuk memengaruhi. Apa yang dilihat, didengar dan dibaca khalayak di media didesain untuk mempengaruhinya. Nurudin (2007) mengungkapkan bahwa media massa seringkali membuat atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah kita yakini sebelumnya. Dia menjelaskan dengan contoh orang religius memiliki kecenderungan mendengarkan acara televisi yang berbau religius. Dalam posisi ini, media mampu mengukuhkan nilai yang diyakini seseorang. Seseorang yang tidak memihak pada suatu partai politik akan berubah aspirasi politiknya karena pengaruh pemberitaan di media massa. Perubahan cara berpakaian yang
14 dialami mahasiswa sedikit banyak dipengaruhi oleh televisi. Dengan kata lain televisi mampu mengubah cara berpakaian mereka. 4. Transmisi Budaya Sebagai salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, transmisi budaya paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan individu. Melalui individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif kelompok, publik, audience berbagai jenis, dan individu bagian dari suatu massa. Hal ini merupakan pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan dan masyarakat. Warisan kemudian adalah dampak akumulasi budaya dan masyarakat sebelumnya yang telah menjadi bagian dari hak asasi manusia. 5. Mendorong Kohesi Sosial Nurudin (2007) menulis bahwa kohesi yang dimaksud adalah penyatuan, artinya media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi sosial termasuk disini media yang mampu meliput beritanya dengan teknik cover both sides (meliput dua sisi yang berbeda secara seimbang) atau bahkan all sides (meliput dari banyak segi suatu kejadian. Namun media juga dapat memiliki peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial, lawan dari integrasi sosial. Jadi peluang integrasi dan disintegrasi sebenarnya sama besar. Hal ini karena masyarakat menanggapi isi media secara berbeda dan memiliki pendapat berlainan. Paul Lazarfel dan Rubert. K Metron mengatakan media mempunyai fungsi narcotizing dysfunction (racun pembius). Istilah ini mengacu pada organisasi media massa yang tidak dikelola secara bijak dan hanya mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat.
15 6. Pengawasan Laswell berpendapat komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan yang artinya merujuk pada pengumpulan dan penyebaran
informasi mengenai
kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental). 7. Korelasi Fungsi Korelasi yang dimaksud Nurudin (2007) adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Fungsi ini berkaitan erat dengan peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebagai contoh sebuah berita yang disajikan reporter akan menghubungkan antara narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat yang lain). 8. Pewarisan Sosial Media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Nurudin (2007) memberikan contoh bila suatu media cetak memberitakan ulang tahun bung Hatta (proklamator RI) dengan ulasan disertai ide-ide brilian wakil presiden pertama RI tersebut, media cetak itu sedang berfungsi mewariskan ide dan gagasan bung Hatta kepada generasi selanjutnya, misalnya ide atau gagasannya tentang koperasi yang saat ini sudah disalahgunakan untuk kepentingan politik. Seperti halnya jika media menyajikan sinetron yang menceritakan konflik orangtua dengan anak atau hamil diluar nikah. Kalau selama ini hamil diluar nikah dianggap tabu, tetapi sinetron banyak menceritakan hal serupa, maka dampaknya hamil diluar nikah akan dianggap hal biasa cepat atau lambat. Ini karena sinetron adalah cerminan realita sosial yang terjadi di masyarakat dan masyarakat menanggapinya seakan-akan adegan yang ditampilkan sinetron adalah kenyataan.
16 9. Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Komunikasi massa selama ini dipahami secara linier memerankan fungsifungsi klasik seperti yang diungkapkan sebelumnya. Namun hal yang dilupakan banyak orang adalah bahwa komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi massa
berperan
memberikan
informasi,
tetapi
informasi
yang
diungkapkannya ternyata mempunyai motif-motif tertentu utnuk melawan kemapanan. Memang diakui bahwa komunikasi massa bisa berperan untuk menguatkan kekuasaan, namun dapat terjadi sebaliknya. 10. Menggugat Hubungan Trikotomi Dijelaskan dalam (Nurudin, 2007) bahwa hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Oleh karena itu, bisa disebut dengan hubungan trikotomi. Hal demikian bisa dimaklumi karena ketiganya mempunyai tuntutan yang berbeda satu sama lain ketika menghadapi suatu persoalan. Pemerintah biasanya akan memposisikan diri sebagai pihak yang paling berkuasa dan menentukan atas masyarakat dan pers. Jika digambarkan seperti segitiga sama kaki, pemerintah berada di posisi paling atas. Kedua kaki pemerintah menginjak pers dan masyarakat yang berarti pemerintah mempunyai kekuasaan atas keduanya. Hubungan seperti ini sangat kelihatan pada rezim Orde Baru yang represif dan otoriter. Hubungan seperti itu tidak demokratis. Maka disinilah komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi yang tidak adil tersebut. Media massa melalui berita-berita yang berbobot, mengungkap peristiwa yang bertendensi politik tinggi, tetapi mampu mengungkapkan, mengkritik kebobrokan pemerintah yang korup dan tidak adil manifestasi dari fungsi tersebut. Buktinya adalah ketika masa pra kejatuhan Presiden Soeharto, pers nyaris selalu menyudutkan dan mengungkap berbagai bentuk kecurangan semasa pemerintahan Orde Baru, dan inilah yang akhirnya mengantarkan kejatuhan Soeharto dari kepemimpinannya.
17 2.2.1.3 Model Terdapat berbagai model untuk menjelaskan proses terjadinya sebuah komunikasi massa. Model-model tersebut menggambarkan hubungan terkait antara sumber, penerima pesan, pesan, gatekeeper, dan lainnya. Model komunikasi massa memiliki bentuk yang berbeda dengan bentuk komunikasi secara umum, hal ini karena unsur yang terlibat juga berbeda. Peneliti menggunakan model komunikasi massa yang dikemukakan oleh Bruce Westley dan Malcom McLean. (Nurudin, 2007) menulis bahwa model yang dibangun oleh Westley dan Mclean ini sangat menekankan peran gatekeeper dalam proses komunikasi massa. Berikut gambar yang dapat mengilustrasikan model tersebut.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Westley dan McLean (Sumber:http://4.bp.blogspot.com/uyAXDhgM7N4/TbgSdPGb5MI/AAAAAAAAAB4/E-WWwPNcV2w/s320/8.jpg
Dalam gambar ini X menunjuk pada peristiwa atau sumber informasi, contohnya kejadian atau pembicaraan yang dikirim ke pemirsa, sedangkan A adalah komunikator dalam komunikasi massa yang dapat diumpamakan sebagai reporter. Reporter mendeskripsikan kejadian atau pembicaraan tersebut dalam sebuah berita. C adalah gatekeeper yang bisa jadi seorang reporter yang menghapus, menekankan kembali, atau menambahkan laporan yang ditulis reporter berdasarkan peristiwa yang diliputnya dengan data lain. B adalah audiens yang membaca,
18 mendengarkan atau melihat kejadian yang dilaporkan gatekeeper setelah sebelumnya ditulis oleh reporter. Pemirsa bisa merespon editor yang menjadi gatekeeper (FBC) atau reporter (FBA) mengenai ketepatan atau kepentingan berita tersebut. Gatekeeper juga bisa memberi umpan balik ke reporter (FCA). Dalam model ini, reporter dan gatekeeper seolah menjadi kedudukan yang terpisah. Namun dalam praktiknya reporter dan gatekeeper dapat saling menambah dan mengurangi suatu fakta yang disajikan. Namun menurut Nurudin (2007), hal ini tidak perlu dirisaukan, karena bisa jadi Westley dan McLean hanya mencoba membuat model lebih detail.
2.2.2
Bentuk-Bentuk Media Massa
Ada berbagai bentuk media massa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi kepada massa. Pada umumnya media massa dapat dibagi menjadi media massa cetak dan media massa elektronik. Lebih jauh lagi bentuk-bentuk media tersebut dijabarkan sebagai berikut (Ardianto, et al., 2009): 1. Surat kabar Surat kabar termasuk media cetak yang umurnya paling tua. Surat kabar memiliki beberapa karakteristik yang mengkategorikannya sebagai media massa,
yaitu
mencakup
publisitas,
periodesitas,
aktualitas
dan
terdokumentasikan. 2. Majalah Majalah juga merupakan media cetak namun dengan sasaran pembaca dan topik yang lebih spesifik. Karakteristik majalah adalah penyajian lebih dalam, nilai aktualitas yang lebih lama, gambar/foto lebih banyak, cover (sampul) sebagai daya tarik. 3. Radio Siaran Radio merupakan media elektronik yang bersifat audio. Radio merupakan media massa elektronik tertua di dunia. Secara karakteristiknya, radio memiliki sifat auditori, is the now (paling aktual), imajinatif, akrab, menggunakan gaya percakapan, dan menjaga mobilitas.
19 4. Televisi Menurut Agee, et al. dalam (Ardianto, et al., 2009), dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan pesat terutama dari transmisi televisi kabel. Siaran televisi menjangkau rumah-rumah melalui pancaran satelit menggunakan wire atau microwave (wireless cable) untuk diterima pemirsa. Televisi memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya yaitu utnuk memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi menurut penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD (Ardianto, et al., 2009), fungsi yang paling dicari khalayak adalah untuk mencari hiburan, baru selanjutnya untuk memperoleh informasi. Televisi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: a) Audiovisual Televisi dapat didengar sekaligus dilihat, jadi terdapat kata-kata, musik dan egek suara serta gambar yang bergerak. Namun keduanya harus memiliki kesesuaian secara harmonis. b) Berpikir dalam gambar Pembuat naskah acara televisi harus berpikir dalam gambar, yang artinya visualisasi kata-kata menjadi gambar secara individual untuk menunjuk objek-objek tertentu untuk memiliki suatu makna. Kemudian tahap berikutnya adalah penggambaran, yairu kegiatan merangkai gambar indivisual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Proses penggambaran dapat dilakukan dengan kamera dengan gerakan-gerakan dan teknik-teknik tertentu. c) Pengoperasian lebih kompleks Pengoperasian televisi melibatkan lebih banyak orang, karena banyaknya posisi yang harus diisi seperti produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Penelitian ini akan membahas DAAI TV sebagai sebuah televisi, maka teori ini relevan untuk membahas bagaimana sebuah perusahaan televisi menjalankan sistemnya dengan berbagai karakteristik televisi yang telah disebutkan diatas.
20 5. Film Film lebih dikenal sebagai media hiburan dan merupakan bentuk yang lebih dominan dari komunikasi massa visual. Film diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika atau keindahan yang sempurna. Karakteristik film adalah layar yang luas atau lebar, pengambilan gambar yang memungkinkan jarah jauh ekstrim, konsentrasi penuh saat menonton, dan identifikasi psikologis karena penghayatan yang mendalam.
2.2.3
Berita
2.2.3.1 Definisi dan Jenis Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayah melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet (Sumadiria, 2008). Berita dapat dibagi ke dalam kategori hardnews dan softnews. Berita hardnews menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian seperti kebakaran, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan softnews menunjuk pada peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja. Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokkan ke dalam jenis-jenis berikut (Sumadiria, 2008): 1. Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan 2. Berita ekonomi 3. Berita keuangan 4. Berita politik 5. Berita sosial kemasyarakatan 6. Berita pendidikan 7. Berita hukum dan keadilan 8. Berita olahraga 9. Berita kriminal 10. Berita bencana dan tragedi 11. Berita perang 12. Berita ilmiah
21 13. Berita hiburan 14. Berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest) (Sumadiria, 2008) berpendapat bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita sangat penting bagi setiap reporter, editor, dan bahkan para perencana dan konsultan media (media planner) sebagai acuan untuk proses perencanaan, peliputan, penulisan dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran atau penayangan berita.
2.2.3.2 Kriteria Berita Layak (Nilai Berita) (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2007) lebih jauh menjelaskan beberapa unsur yang menjadikan sebuah berita layak: 1. Berita harus akurat Karena dampak luas yang diberikan oleh sebuah berita, maka akurasi dalam menyajikan berita harus diperhatikan mulai dari ejaan nama,angka, tanggal dan usia serta wartawan harus disiplin diri untuk memeriksa ulang setiap keterangan dan fakta yang ditemuinya. Akurasi juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaan yang dicapai oleh penyajian detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan fakta-faktanya. 2. Berita harus lengkap, adil dan berimbang. Disini yang dimaksudkan dengan sikap adil dan berimbang adalah wartawan harus melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi, misalnya ada dua situasi yang berbeda, keduanya harus ditulis apa adanya. 3. Berita harus objektif Berita yang sifatnya objektif berarti berita tersebut dibuat selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, dan bebas dari prasangka. (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2007) juga mengakui bahwa bagi wartawan untuk seratus persen bersikap objektif sangat sulit, hampir tidak mungkin, karena latar belakang seorang wartawan acapkali mewarnai hasil karyanya. Namun setidaknya dia harus dapat menjaga netralitas, harus objektif, dan tidak memihak dalam menulis berita.
22 4. Berita harus ringkas dan jelas Charnley berpendapat bahwa pelaporan berita dibuat dan ada untuk melayani, maka untuk melayani sebaik-baiknya, wartawan harus mengembangkan ketentuan-ketentuan yang disepakati tentang bentuk dan cara membuat berita. Berita haruslah dapat dicerna dengan cepat. Ini artinya suatu tulisan yang ringkas, jelas dan sederhana. Tulisan berita harus tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung dan padu. Penulisan berita yang efektif akan memberikan efek mengalir. 5. Berita harus hangat Berita yang berasal dari kata news menonjolkan adanya unsur waktu, apa yang baru (new) dan lama. Peristiwa bersifat tidak kekal dan terus berganti setiap hari. Konsumen menginginkan informasi segar, maka berita biasanya berisi laporan peristiwa hari ini atau paling lama malam sebelumnya atau kemarin.
2.2.3.3 Proses Menghimpun Berita dan Sumber Berita Proses menghimpun berita juga dijelaskan oleh (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2007) yang mengungkapkan bahwa penghimpunan berita biasanya dimulai dari proses kerja redaksional. Biasanya seorang redaktur menentukan apa yang harus diliput, kemudian menugaskan reporter untuk meliput berita tersebut Lalu reporter menyusun perencanaan peliputan yang dapat berbentuk check list untuk merinci apa saja yang harus dikerjakan. Lalu menyusun daftar sumbersumber yang harus dihubungi, setelah lebih dulu membuat semacam ringkasan dari peristiwa atau objek liputan. Reporter juga dapat melakukan riset dokumentasi dan merancang bahan lain untuk penulisan, misalnya foto dan grafik. Kemudian tulisan reporter yang sampai di redaktur akan dinilai kelayakannya untuk dimuat menjadi berita. Salah satu instrumen untuk menyeleksi kelayakan itu adalah seberapa kuat unsur-unsur nilai berita yang terdapat didalamnya. Semakin banyak unsur nilai berita didalamnya, maka semakin tinggi tingkat kelayakan beritanya. Sumber-sumber berita dapat diperoleh melalui beberapa cara. (Sumadiria, 2008) menjelaskan bahwa berita dapat dikelompokkan menurut prediksi, yaitu berita diduga maupun tidak diduga:
23 1. Berita Diduga melalui Meeting Berita yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik, dan ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses mencari dan menciptakan berita tersebut dihasilkan dari rapat proyeksi di ruang redaksi. Rapat juga bisa disebut rapat perencanaan berita, rapat peliputan, atau rapat rutin wartawan di bawah koordinasi koordinator liputan (korlip). Rapat biasanya diselenggarakan rutin sore atau malam hari dan sifatnya singkat, tidak lebih dari 60 menit, kecuali di saat darurat. Rapat dihadiri beberapa redaktur, seperti redaktur bidang, redaktur halaman, redaktur senior, redaktur pelaksana, dan kadang pemimpin redaksi. Dalam rapat reporter dapat mengusulkan liputan, dan forum rapat itu bisa memutuskan apakah usulan tersebut diterima atau tidak. Rapat proyeksi didasari tiga asumsi: a) Berita diduga yang baik hanya bisa diperoleh melalui perencanaan yang baik. Berita tidak datang begitu saja, berita harus dicari, dan kita tidak bisa mengandalkan pada insting, naluri atau keyakinan. b) Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era reformasi. Segala sesuatu harus transparan dan akuntabel, harus bisa dipertanggungjawabkan secara jelas dan terbuka kepada publik. Masyarakat secara demokrasi berhak untuk mengetahui berbagai masalah publik dan kenegaraan. c) Media massa sebagai industri, jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola kompetensi yang ketat, keras dan tajam. Media surat kabar, majalan, radio siaran atau media televisi yang tidak dikelola secara profesional dengan dukungan kapital (modal) besar, akan rontok berguguran dan lenyap dalam waktu singkat. 2. Berita tak diduga melalui Hunting Berita-berita yang munculnya tidak diduga dapat diperoleh melalui perburuan. Dan untuk berburu, wartawan atau reporter harus memiliki kepekaan berita yang tajam, daya pendengaran berita yang baik, daya penciuman berita yang tajam, mempunyai tatapan penglihatan berita yang jauh dan jelas, piawai dalam melatih indra perasa berita, dan senantiasa
24 diperkaya dengan berbagai pengalaman berita yang dipetik dan digali langsung dari lapangan (Sumadiria, 2008). (Sumadiria, 2008) juga membagi sumber berita ke dalam beberapa bagian: 1. Sumber Berita berdasarkan Sifatnya Sumber berita formal yang menurut Semi (1995:18-19), berasal dari sumber-sumber berita yang dikenal umum terutama oleh pers adalah pusat kegiatan pemerintahan, seperti kantor sekretariat negara, kantor gubernur, bupati atau wali kota, kantor polisi, kejaksaan, pengadilan, ruang sidang DPR, dan para pejabat penting itu sendiri, mulai dari presiden sampai pejabat kelurahan atau pedesaan. Di tempat-tempat ini selalu ada wartawan yang bertugas membutu berita, mereka menghabiskan waktu dengan mendekati dan mengikuti para pejabat tersebut. Ada lagi sumber tidak resmi, yaitu berita yang diperoleh dari anggota masyarakat atau tokoh masyarakat, para ilmuwan, teknisi, peneliti lapangan. Selain itu sumber tak resmi biasanya berlangsung pada tempat yang tak terduga, misalnya kecelakaan, perampokan, bencana alam. 2. Sumber Berita berdasarkan Materi Isinya Menurut Errol Jonathan, berdasarkan materi isinya, sumber berita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar: a) Paper trail. Artinya sumber cetak atau tulis. Dapat berupa press release, makalah dan dokumen. Namun reporter juga harus berhati-hati apabila dokumen termasuk klasifikasi rahasia, dia harus
mengecek
kembali
dengan
wawancara
sebelum
mempublikasikannya. Karena dokumen rahasia belum layak menjadi sumber berita, ia hanyalah sebuah latar belakang yang harus digali lebih lanjut. b) Electoric trail. Sumber dari internet. Sumber ini juga perlu kehatihatian karena ketidakjelasan eksistensi sumber. Reputasi sumber informasi haruslah diperhatikan c) People trail. Orang sebagai narasumber. Narasumber diperlukan untuk konfirmasi akurasi data dan melengkapi beritanya. (Sumaridia, 2008).
25 2.2.4 Feature (Sumadiria, 2008) menjelaskan bahwa secara sederhana, feature adalah sebuah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas karena feature bukan penuturan atau laporan tentnang fakta secara lurus seperti berita langsung (straight news). Dengan perumpamaan, Sumadiria mengungkapkan bahwa feature bukan menu utama dari sebuah media massa karena menu utamanya tetap berita. Sifatnya sebagai pelengkap dan penunjang ibarat hidangan puding, buah-buahan dan ice cream di sebuah pesta. Feature adalah cerita khas kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi dan sekaligus menghibur khalayak media massa (Sumadiria, 2008). 2.2.4.1 Jenis-Jenis Feature Seperti yang ditulis (Sumadiria, 2008), menunjuk pada pendapat Wolsey dan Campbell, feature dapat dibagi ke dalam enam jenis: 1. Feature Minat Insani (Human Interest Feature) Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk menggugah perasaan, suasana hati dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest feature termasuk yang paling efektif dalam menyentuh intuisi, emosi, psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Cerita atau tokoh yang diangkat dalam human interest hadir karena dia manusia yang lemah, tak berdaya, tetapi memiliki sesuatu yang tak banyak di miliki orang lain. Seperti contohnya keluruhan budi, kesalehan sosial, kearifan lokal, kesabaran tanpa batas, atau kepasrahan untuk menyerahkan apapun yang dimilikinya untuk kebahagiaan orang lain. Dan tidak hanya manusia, cerita tentang flora dan fauna juga bisa masuk ke dalam kategori human interest feature. 2. Feature Sejarah Berbagai tempat dan peninggalan bersejarah selalu menjadi objek cerita yang menarik. Berbeda dengan jenis feature yang lain, feature sejarah berusaha untuk merekonstruksi peristiwa tidak hanya dari sisi fakta benda-benda, tetapi mencakup juga aspek-aspek manusiawi yang selalu mengundang simpati dan empati khalayak.
26 3. Feature Biografi Feature biografi menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, terutama tokoh pemimpin pemerintahan dan masyarakat, public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia. 4. Feature Perjalanan Cerita perjalanan mengajak pembaca, pendengar atau pemirsa mengenali lebih dekat suatu kegiatan atau tempat-tempat yang memiliki daya tarik tertentu.
(Sumadiria,
2008)
menulis
bahwa
feature
perjalanan
mengisahkan perjalanan wartawan atau seseorang beserta kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti gunung, hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peninggalan sejarah. Feature jenis ini dibuat terutama untuk mengajak khalayak mengenal dan mencintai alam, flora dan fauna, baik di dalam maupun di luar negeri. 5. Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature) Feature ini mengajarkan atau menuntun tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu. Topik yang diangkat bisa bermacam mulai dari bagaimana mengawinkan tanaman unggul, pemeliharaan ikan emas sistem air deras, atau cara kawin silang sapi unggul asal Australia dengan sapi lokal. 6. Feature Ilmiah Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Seperti misalnya cerita kloning domba di Inggris, penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI dan Jepang, kisah perjalanan Neil Armstrong ke Bulan, dan sebagainya.
2.2.4.2 Unsur Pokok Feature Feature memiliki tujuh unsur pokok seperti yang dikemukakan oleh (Sumadiria, 2008). Unsur-unsur pokok ini merupakan elemen untuk merangkai sebuah feature. Sumadiria mengadaptasi elemen-elemen ini dari unsur-unsur yang terdapat didalam cerpen. Unsur-unsur tersebut adalah:
27 1. Tema Tema adalah ide sebuah cerita. Ide yang dipersembahkan menjadi tema tersebut bisa berupa masalah kehidupan, pandangan hidup pengarang tentang kehidupan ini, atau komentarnya terhadap kehidupan ini. Semua kejadian perbuatan tokoh cerita didasari oleh ide pengarang tersebut. Namun dalam feature, cerita tidak bersumber dari imajinasi wartawan. Perbuatan tokoh adalah hasil sikap dan perilakunya sendiri. Wartawan sebagai penulis hanya berhak melakukan rekonstruksi dan visualisasi atas apa yang dilakukan tokoh cerita sesuai dengan setting peristiwa yang terjadi. 2. Sudut Pandang Sudut pandang atau point of view adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Dalam hal ini harus dibedakan dengan pandangan pengarang sebagai pribadi. Sudut pandang menunjuk kepada siapa yang
bercerita
dalam
kisah
tersebut.
Feature
biasanya
menggunakan sudut pandang omniscient, artinya sudut pandang orang ketiga. 3. Plot Plot dalam sebuah feature adalah perkembangan dari cerita yang sedang berjalan. Namun berbeda dengan cerpen, plot feature tidak harus memiliki klimaks, karena feature mengangkat situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual objektif. 4. Karakter Feature dapat dikatakan baik apabila memiliki karakter yang dilukiskan dengan jelas, tegas, ringkas, dan spesifik. Setiap orang punya karakter atau kepribadian masing-masing, yang sekaligus membedakannya dengan orang lain. Pengarang tidak mengarang karakter tersebut, dalam feature, tokohnya bergerak sendiri menurut wataknya masing-masing. 5. Gaya Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Dalam feature, wartawan atau reporter boleh menulis dengan gaya masing-
28 masing.
Gaya
bergantung
pada
afiliasi sekaligus
tingkat
pemahaman sastranya. Gaya feature lebih bebas dan tidak sekaku penulisan berita. 6. Suasana Suasana bertujuan
untuk
membantu menegaskan maksud.
Suasanya juga merupakan daya pesona sebuah cerita. 7. Lokasi Peristiwa Etika dasar jurnalistik mengajarkan, pada setiap peristiwa berita harus terdapat enam unsur yang tidak boleh terlewat: siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, bagaimana. Feature yang termasuk dalam keluarga besar news harus mengandung keenam unsur tersebut, termasuk unsur tempat. Unsur tempat dalam feature terkadang justru menguatkan dan menentukan jalan cerita, seperti gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 dengan korban tewas lebih dari seratus ribu orang, ada aroma tragedi kemanusiaan yang luar biasa. (Sumadiria, 2008) Teori dan definisi feature dipergunakan untuk menjelaskan jenis berita dalam Halo Indonesia termasuk dalam kategori news feature yang mengangkat human interest.
2.2.5 Strategi Menurut Lynch seperti yang dikutip oleh (Wibisono, 2006), strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa strategi adalah rancangan tindakan untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuan perusahaan. Strategi dalam media mencakup bagaimana sebuah program dibuat dan dikemas untuk menarik penonton.
29 2.2.7 Teori Pengaruh Isi Media/Hierarchy of Influence Teori ini dikemukakan oleh (Shoemaker & Reese, 2013) dalam bukunya yang berjudul Mediating the Message in the 21st Century: A Media Sociology Perspective. Untuk memahami pengaruh isi media, teori ini mengungkap adanya hierarki yang mempengaruhi bagaimana media membuat suatu isi berita. Mereka merujuk pada kategori pengaruh media yang juga dikemukakan oleh Gans dan Gitlin. Secara lengkap dikutip sebagai berikut (Shoemaker & Reese, 2013): Factors affecting media content can be usefully classified at several levels of analysis, leading us to organize them into a larger model. Various theoretical perspectives have been laid out previously on the shaping of media content, including as follows the suggested categories of Gans and Gitlin: a) Content is influenced by media workers’ socialization and attitudes.
This
is
a
communicator-centered
approach,
emphasizing the psychological factors impinging on an individual’s work: professional, personal, and political. b) Content is influenced by media organizations and routines. This approach argues that content emerges directly from the nature of how media work is organized. The organizational routines within which an individual operates from a structure, constraining action while also enabling it. c) Content is influenced by other social institutions and forces. This approach finds the major impact on content lying external to organizations and the communicator: economic, political and cultural forces. Audience pressures can be found in the “market” explanation of “giving the public what it wants.” d) Content is a function of ideological positions and maintains the status quo. The so-called hegemony approach locates the major influence on media content as the pressures to support the status quo, to support the interests of those in power in society. Menurut kutipan diatas, hal-hal yang dapat mempengaruhi konten media meliputi pekerja dalam media (pendekatan komunikator), organisasi media dan rutinitas, lembaga sosial dan pengaruh eksternal lain, serta ideologi.
30 Poin pertama dari Gans dan Gitlin menjelaskan bahwa isi media dipengaruhi sosialisasi dan perilaku pekerja media. Aspek ini fokus pada pendekatan komunikator, dan menekankan bahwa ada faktor-faktor psikologis yang menyertai pekerjaan seorang individu secara profesional, pribadi, dan politik. Poin kedua menjelaskan bahwa isi media dipengaruhi oleh organisasi media dan rutinitas media. Ini menjelaskan bahwa konten media lahir dari bagaimana sebuah organisasi media diatur. Rutinitas organisasi yang membuat seorang individu bertindak didalam sebuah struktur dapat membatasi beberapa tindakan tapi di saat yang sama membebaskannya. Poin ketiga menjelaskan media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kuasanya. Pendekatan ini mengemukakan bahwa ada pengaruh eksternal berupa ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tekanan dari pemirsa juga dapat termanifestasi dalam permintaan pasar, dan media memberi publik apa yang mereka inginkan. Poin keempat menjelaskan bahwa media dipengaruhi ideologi yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan saat ini. Bentuknya dapat berupa dukungan kepada orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
Gambar 2.2 Skema Hirarki Pengaruh Media (Sumber: http://goliveindonesia.com/2013/04/22/diversity-of-mediadiversity-ofcontent/)
31 Skema yang digambarkan di atas mendeskripsikan tingkat pengaruh media mulai dari yang paling kecil (journalist) atau setingkat individu, sampai tingkat paling besar yaitu ideologi. Kelima tingkatan pada teori pengaruh isi media tersebut juga dijelaskan seperti yang ditulis oleh Prihandini (2008): 1. Individual (individu) Pada level individu, terdapat 3 faktor intrinsik pada pekerja media yang dapat mempengaruhi isi dari media tersebut. Pertama, karakteristik, kepribadian dan latar belakang pekerja. Kedua, pertimbangan sikap, nilai dan keyakinan pekerja. Contohnya bisa meliputi pandangan politik atau kepercayaan agama individu. Ketiga, orientasi dan peran konsep profesi yang disosialisasikan kepada para pekerja. Hubungan faktor-faktor intrinsik tersebut digambarkan pada bagan berikut:
Gambar 2.3 Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media (Sumber: Shoemaker dalam Prihandini, 2008) Karakteristik, latar belakang dan pengalaman individu komunikator
Pengalaman dan latar belakang profesi komunikator
Sikap, nilai dan keyakinan dalam profesi komunikator
Peranan dan etika profesi komunikator
Wewenang komunikator dalam organisasi
Efek dari karakteristik, latar belakang personal, pengalaman, sikap, nilai, keyakinan, peranan, etika dan wewenang komunikator dalam isi media massa.
32 Prihandini juga menjelaskan bahwa pendidikan terakhir, lingkungan tempat jurnalis dibesarkan, dan karakteristik pribadi jurnalis akan mempengaruhi sikap, nilai, dan keyakinan yang dipegangnya selama menjadi seorang jurnalis dan juga akan mempengaruhi pengalaman dan dedikasinya sebagai seorang jurnalis. Pengalaman dan dedikasi selama menjadi jurnalis kemudian membentuk bagaimana peranan dan etika jurnalis yang secara langsung mempengaruhi isi media. Sedangkan sikap, nilai dan keyakinan jurnalis secara tidak langsung mempengaruhi isi media sebatas wewenang jurnalis tersebut dalam organisasi media (Shoemaker dalam Prihandini, 2008). 2. Routines (rutinitas) Karl Manheim, seorang sosiolog Jerman mengemukakan sebuah pemiliran bahwa tiap individu tidak berpikir dengan sendirinya. Seseorang hanya berpartisipasi dalam pemikiran lebih jauh dari apa yang telah dipikirkan oleh orang lain sebelumnya. Mereka berbicara dalam bahasa kelompoknya, serta berpikir dengan cara pikir kelompoknya. Inilah yang terjadi dalam rutinitas di sebuah organisasi media massa. Rutinitas telah menciptakan pola sedemikian rupa yang diulang terus-menerus oleh para pekerjanya. Rutinitas juga menciptakan sistem dalam media, sehingga media bekerja dengan cara yang dapat diprediksi dan tidak mudah untuk dikacaukan. Prihandini menulis beberapa hal yang mempengaruhi rutinitas media, diantaranya, media organization/organisasi media itu sendiri (processor),
source/sumber
(suppliers),
dan
audience/target
khalayak
(consumers) (Shoemaker dalam Prihandini, 2008). 3. Organizational (organisasi) Prihandini (2008) menulis pendapat Turow, bahwa organisasi media dapat didefinisikan sebagai entitas sosial, formal atau ekonomi yang mempekerjakan pekerja media dalam usaha untuk memproduksi isi media. Organisasi tersebut memiliki ikatan yang jelas dan dapat diketahui dengan mudah status keanggotaannya. Tujuan yang jelas dalam organisasi tersebut menciptakan hubungan saling ketergantungan antar bagian dan struktur yang birokratis. Anggota dalam organisasi mempunyai spesialisasi fungsi yang jelas dan peran yang terstandarisasi. Bagan struktur organisasi pada sebuah organisasi media massa membantu menjelaskan empat isu penting, seperti apakah peran organisasi, proses struktur organisasi, beragam kebijakan yang ada dalam
33 organisasi dan bagaimana implementasinya, dan bagaimana kebijakan tersebut dijalankan. Tingkatan posisi dalam organisasi media terbagi ke dalam 3 (tiga) level. Pertama, pekerja garda depan yang terdiri dari penulis, reporter, staf kreatif, yang berperan untuk mengumpulkan dan mengemas bahan mentah. Kedua, tingkat menengah yang terdiri dari manajer, editor, produser dan lain-lain, yang berperan mengkoordinasi proses dan menjembatani komunikasi antara posisi atas dan bawah dalam organisasi. Ketiga, posisi tingkat atas dalam perusahaan yang berperan membuat kebijakan organisasi, membuat perhitungan keuangan atau anggaran, pengambilan keputusan-keputusan penting, melindungi perusahaan dari kepentingan politik dan komersial, dan melindungi para pekerjanya dari tekanan luar saat dibutuhkan. 4. Extramedia (institusi) Tingkatan ini menjelaskan bahwa media juga dipengaruhi oleh faktor di luar organisasi media. Faktor-faktor tersebut di antaranya, sumber informasi berita, sumber pendapatan contohnya pemasang iklan dan audiens, institusi sosial lain seperti organisasi bisnis dan pemerintah, lingkungan ekonomi dan teknologi. 5. Ideological (ideologi) Tingkatan ideologi adalah level yang pengaruhnya paling besar dalam model hierarki pengaruh isi media. Ideologi adalah sebuah kerangka pikir yang menentukan cara pandang terhadap dunia dan bagaimana harus bertindak. Samuel Becker (Prihandini, 2008), berpendapat bahwa ideologi menentukan cara kita mempersepsikan dunia kita dan diri kita sendiri. Ini artinya ideologi menjadi sebuah acuan pandangan untuk berperilaku, dan dalam media hal ini biasanya menjadi penggerak pokok dan dasar dalam memilih konten yang disajikan. Teori pengaruh isi media dapat menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi sebuah media dalam memilih isi beritanya, terutama dikaitkan dengan kepentingan media, organisasi, dan ideologi yang mendasarinya. Pemberitaan media dapat dilihat dari berbagai sisi dan tidak menggeneralisir pada satu aspek pengaruh juga, namun banyak faktor lain yang juga terlibat dalam menentukan isi berita tersebut.
34 2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti menganalisa proses pemilihan berita di Halo Indonesia melalui teori Gatekeeping dan menganalisa hal-hal yang mempengaruhi proses pemilihan berita tersebut yang didasari oleh teori Hierarchy of Influence. Kemudian peneliti akan menganalisa kecocokan berita Halo Indonesia dengan motto kebenaran, kebajikan dan keindahan. Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran