BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Sebelumnya (State The Art) Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari 3 jurnal internasional dan 2 jurnal nasional yang akan dijadikan bahan pertimbangan. Berikut adalah jurnal internasional dan jurnal nasional yang disajikan dalam bentuk tabel:
No. Nama Peneliti
Tahun
1
2012
Michèle Pisani
Judul
Hasil
Perbandingan
The Impact of
Kesimpulan
Perbedaan
Team
utama dari
penelitian
Composition
penelitian ini
sebelumnya
and
adalah bahwa
adalah penelitian
Interpersonal
kinerja bukan
sebelumnya
Communication merupakan
menggunakan 2
on Perceived
kesatuan
variabel x yaitu
Team
dipengaruhi
komposisi tim
Performance –
oleh sejumlah
serta komunikasi
A Case Study
terbatas faktor. interpersonal,
(European
sedangkan
Journal of
penelitian ini
Social Sciences)
hanya menggunakan 1 variabel x yaitu komunikasi interpersonal
7
8
2
Manoela
2013
Popescu
Interpersonal
Profesionalitas Perbedaan
Communication adalah hasil
penelitian
Relevance to
dari perubahan sebelumnya
Professional
individu dan
adalah metode
Development, in tingkat
yang
Social Systems
organisasi,
dipergunakan di
(International
sosial dan
penelitian
Journal of
perubahan
sebelumnya
Academic
ekonomi.
menggunakan
Research in
Perubahan ini
metode kuantitatif
Business and
didasari oleh
sedangkan
Sosial Sciences) hubungan,
penelitian ini
pengaruh,
menggunakan
komunikasi,
metode kualitatif
melalui
sehingga dapat
bertambahnya
mendapatkan
pengetahuan
kedalaman data.
baru, informasi dan ide.
3
Tiur Asi Siburian
2013
The Effect of
Komunikasi
Perbedaan dengan
Interpersonal
interpersonal
penelitian
Communication, berpengaruh
sebelumnya
Organizational
langsung
adalah penelitian
Culture, Job
terhadap
sebelumnya
Satisfaction, and kepuasan kerja membahas Achievement
guru,
tentang efek
Motivation to
komitmen
komunikasi
Organizational
organisasi.
interpersonal,
Commitment of
Kultur
kultur organisasi,
State High
organisasi
kepuasan kerja
School Teacher mempengaruhi dan motivasi
9 in the District
motivasi
berprestasi
Humbang
berprestasi,
terhadap
Hasundutan,
komitmen
komitmen
North Sumatera, organisasi.
berorganisasi.
Indonesia
Kepuasan kerja Berbeda dengan
(International
secara
penelitian ini
Journal of
langsung
yaitu mencari tau
Humanities and mempengaruhi bagaimana Social Science)
komitmen
komunikasi
Organisasi
interpersonal
guru. Motivasi pada divisi humas berprestasi
PT PLN, dan
secara
metodelogi yang
langsung
dipakai berbeda
mempengaruhi dengan penelitian
4
Yenny Wijayanti
2013
Komitmen
ini yang
Organisasi
menggunakan
guru.
kualitatif.
Proses
Penelitian
Perbedaan dari
Komunikasi
menunjukkan
penelitian yang
Interpersonal
bahwa latar
sebelumnya
Ayah dan Anak belakang sikap adalah penelitian Dalam Menjaga orangtua
sebelumnya
Hubungan
terhadap
bertujuan untuk
(Jurnal e-
anaknya juga
memahami proses
Komunikasi)
mempengaruhi komunikasi pola
interpersonal
komunikasi
ayah dan anak
antara ayah dan dalam menjaga anak. Betapa
hubungan,
pentingnya
sedangkan dalam
10 sebuah
penelitian ini
kedekatan
untuk mengetahui
untuk tetap
bagaimana
menjaga
komunikasi
hubungan guna interpersonal mengisi peran
yang terjadi di
ibu yang telah
humas,
hilang bagi
hambatannya dan
anak-anaknya.
solusi dari
Karena
masalah yang
dampingan
terjadi.
orang tua sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan seorang anak dimana mereka juga bertanggung jawab untuk menuntun serta mengawasi kearah anak harus berjalan.
5
Donny
2014
Proses
Komunikasi
Perbedaan dari
Christianto
Komunikasi
selalu dimulai
penelitian yang
Jonathan
Interpersonal
dari pelatih
sebelumnya
Antara Pelatih
yang membuat adalah penelitian
Dengan Kapten sang pelatih Tim Persebaya
sebelumnya
selalu dominan bertujuan untuk
11 1927 (Jurnal e-
menjadi source melihat
Komunikasi)
sedangkan sang bagaimana proses kapten menjadi komunikasi receiver. Selain interpersonal itu juga
antara pelatih
nampak bahwa dengan kapten tim pelatih lebih
Persebaya 1927,
banyak
sedangkan dalam
berkomunikasi penelitian ini dengan kapten
untuk mengetahui
daripada
bagaimana
pemain lain di
komunikasi
lapangan.
interpersonal
Namun pada
yang terjadi di
saat evaluasi
humas,
dan
hambatannya dan
memberikan
solusi dari
motivasi
masalah yang
pelatih
terjadi.
langsung turun tangan sendiri ke pemain walaupun dia sendiri sudah memberlakuka n sistem komunikasi satu pintu di timnya.
Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya
12 2.2.
Landasan Konseptual
2.2.1.
Definisi Komunikasi Berikut beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli, Suprapto
(2011): a. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Laswel). b. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui simbolsimbol. (Theodorson dan Thedorson). c. Komunikasi
adalah
proses
sosial,
dalam
arti
pelemparan
pesan/lambang yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan (William Albig). d. Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol-simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (katakata) dan nonverbal. Sistem ini dapat di sosialisasikan secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual) (Karlfried Knapp). e. Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain (Edwin Emery). f. Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut (A.Winnet). g. Komunikasi berarti suatu mekanisme suatu hubungan antarmanusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu (Charles H.cooley). 2.2.2. Proses Komunikasi Dalam Suprapto (2011), proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai di pahami oleh komunikan. Komunikan adalah sebuah proses sebuah kegiatan yang berlangsung kontinu.
13 Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuasi dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:
Ide
Encoding
Pengiriman
Decoding
Balikan
Gambar 2.1 Langkah-langkah proses komunikasi Sumber : (Suprapto, 2011)
14 Pada gambar 2.1 merupakan langkah-langkah proses komunikasi yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator.
2.
Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
3.
Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya di kirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
4.
Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan presepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
5.
Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tesebut ke komunikator.
2.2.3. Konseptualisasi Komunikasi Sebagaimana yang dikemukakan oleh John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga oleh Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken (Mulyana, 2009) setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. a. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah Suatu pemahaman populer mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai definisi berorientasi sumber (source oriented definition). Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi sebagai
semua
kegiatan
yang
sengaja
dilakukan
seseorang
untuk
15 menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, serta menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. b. Komunikasi sebagai interaksi Pandangan ini menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Selanjutnya, komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun, pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut. Pandangan ini menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian. Selanjutnya, komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun, pandangan kedua ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran tersebut. c. Komunikasi sebagai transaksi Dalam
komunikasi
transaksional,
komunikasi
dianggap
telah
berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalnya. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalnya. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan.
16 2.2.4. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi yang dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace & Faulis, 2010)
Gambar 2.2 Sistem Komunikasi Organisasi Sumber: Pace & Faulis (2010) Pada gambar 2.2 melukiskan konsep suatu sistem komunikasi organisasi. Garis yang terputus-putus melukiskan gagasan bahwa hubunganhubungan ditentukan alih-alih bersifat alami; hubungan-hubungan itu juga menunjukan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan mungkin berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal ataupun eksternal. (Pace & Faulis, 2010) 2.2.5. Arah Aliran Informasi Dalam Pace & Faulis (2010), komunikasi organisasi terdapat beberapa arah aliran informasi seperti komunikasi kebawah, komunikasi keatas,
17 komunikasi horizontal, komunikasi lintas saluran. Dan akan dibahas sebagai berikut: a. Komunikasi kebawah Komunikasi kebawah dalam suatu organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas yang lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada pegawai, namun dalam organisasi kebanyakan bahwa hubungan ada pada kelompok manajemen. b. Komunikasi keatas Komunikasi keatas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam suatu organisasi, kecuali mungkin mereka menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi keatas –yaitu, setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. c. Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritasyang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. d. Komunikasi lintas-saluran Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki atasan maupun bawahan mereka. Mereka melintasi jalur fungsionalis dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan ataupun bawahan mereka.
18 2.2.6. Komunikasi Interpersonal Definisi komunikasi interpersonal menurut Joseph DeVito dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan hubungan diandik dan berdasarkan pengembangan. Sebagai hubungan diandik komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan mantab dan jelas. Sedangkan menurut pengembangan adalah melihat komunikasi interpersonal di lihat sebagai ahir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak pribadi pada satu ekstrim tertentu
dapat
berubah
menjadi
komunikasi
yang
bersifat
pribadi
Effendy
(2008)
adalah
(Nugrahaeni, 2010). Komunikasi
interpersonal
menurut
komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Komunikasi antarpribadi menurut Deddy Mulyana (2010) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk kusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri komunikasi diadik ini adalah: pihak-pihak yang berkomunikasi dengan jarak yang dekat; pihak-pihak yang melakukan komunikasi mengirimkan atau menerima pesan secara spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi
antarpribadi
dapat
terjadi
dalam
konteks
satu
komunikator dengan satu komunikan atau satu komunikator dengan dua komunikan. Lebih dari tiga orang termasuk kedalam komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi, seperti telefon. 2.2.7. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal Ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Lukas Dwiantara dan Suharsono
(2013)
menyatakan
bahwa
ada
enam
ciri
komunikasi
interpersonal yang didasarkan pada beberapa kriteria tertentu, yaitu:
19 1. Aliran
pesan,
dalam
komunikasi
interpersonal
pesan
yang
disampaikan bersifat langsung dan timbal balik, sehingga aliran pesan bersifat dua arah. Oleh karena itu oleh karena itu komunikator dan komunikan dapat berubah fungsi ketika komunikasi itu sedang berlangsung. 2. Konteks komunikasi, karena komunikasi interpersonal terjadi secara tatap muka maka komunikasi berjalan lebih akrab, lebih personal. 3. Umpan balik, seseorang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal dapat langsung memberikan umpan balik pada saat komunikasi itu sedang berlangsung. 4. Kemampuan mengatasi seleksi, dalam komunikasi interpersonal kemampuan untuk mengatasi seleksi pesan itu akan lebih sulit, karena seseorang akan lebih sulit untuk menghentikan proses pembicaraan yang sedang berlangsung, berbeda dengan komunikasi massa yang akan lebih mudah untuk menyeleksi pesan-pesan yang disampaikan misalnya melalui televisi dan radio bisa langsung dihentikan bila tidak sesuai dengan keinginan. 5. Kecepatan menjangkau audiens yang luas, dalam komunikasi interpersonal biasanya terjadi “dari mulut ke mulut”. 6. Efek, karena sifatnya langsung maka seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi dapat langsung mengetahui siapa lawan bicaranya itu, kira-kira orang yang dapat dipercaya atau tidak. Oleh karena itu komunikasi interpersonal akan lebih mudah untuk mempengaruhi sikap perilaku seseorang dibandingkan dengan komunikasi massa. 2.2.8. Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi komunikasi
interpersonal
interpersonal
itu
memiliki terjadi.
beberapa
Adapun
tujuan,
tujuan
disaat
komunikasi
interpersonal menurut Devito (2011) sebagai berikut: a. Menemukan Tujuan komunikasi interpersonal ini maksudnya diarahkan untuk menemukan personal atau pribadi. Artinya dalam pertemuan interpersonal
20 dengan orang lain seseorang dapat belajar banyak tentang dirinya maupun orang lain. Kenyataan sebagian besar dari persepsi seseorang adalah hasil dari apa yang telah dipelajari dalam pertemuan interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk berbicara tentang apa yang disukai atau mengenai diri sendiri. Tetapi komunikasi interpersonal memungkinkan menemukan dunia luar. Hal ini menjadikannya untuk memahami lebih baik dunia luar, dengan objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Kondisi tersebut menyebabkan kenyataan, kepercayaan, sikap dan nilai-nilai seseorang akan dipengaruhi lebih banyak oleh pertemuan interpersonal. b. Untuk berhubungan Melalui komunikasi interpersonal
ini akan membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Selain itu akan terbentuk suatu jalinan yang didasarkan karena perasaan keterkaitan antara pihak yang melakukan komunikasi. Hal ini baik untuk menjalin suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. c. Untuk menyakinkan Komunikasi interpersonal juga memberikan tujuan sebagai alat untuk pihak lain sehingga dapat merubah hidup seseorang. Karena ternyata untuk mengubah sikap dan tingkah laku setiap individu dapat dilakukan dengan pertemuan interpersonal. d. Untuk bermain dan kesenangan Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk bermain, mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, dan menceritakan cerita lucu. Pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang dapat memberikan kesenangan. Walaupun kelihatannya kegiatan itu tidak berarti tetapi mempunyai tujuan yang sangat penting. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
21 semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan. 2.2.9. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dalam
komunikasi
interpersonal
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi. Menurut DeVito (2011) komunikasi interpersonal yang efektif adalah sebagai berikut: a. Keterbukaan (Opennes) Sikap terbuka (open mindedness) memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal ini terdapat dua aspek, yakni aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap individu yang berinteraksi dengan orang lain, dan keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Keterbukaan juga berarti adanya kemauan untuk membuka diri pada hal-hal tertentu, agar anak mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran orang tua sehingga komunikasi mudah dilakukan, serta kemauan untuk anak menanggapi secara jujur dan terus terang terhadap apa yang disampaikannya. b. Sikap Positif (Positiveness) Sikap positif atau faktor percaya ini merupakan bagian yang penting. Bila seseorang mempunyai perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Bagaimana orang tua dapat berperilaku positif seperti berpikir positif terhadap dirinya sebagai orang tua maupun terhadap anaknya sendiri. Sikap positif maksudnya adalah bagaimana orang tua dapat mempercayai anaknya untuk melakukan kegiatannya sendiri tanpa harus selalu diawasi serta selalu berupaya untuk mencontohkan perilaku-perilaku positif pada anak. c. Empati (Emphaty) Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain atau kemampuan memproyeksikan diri kepada diri orang lain. Dengan kata lain, kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang
22 dirasakan orang lain, baik secara emosional maupun intelektual. Dalam hal ini sikap empati adalah bagaimana dalam berkomunikasi seseorang dapat merasakan dan mengerti kondisi setiap anggota dalam keluarga, serta memahami kondisi psikis dalam setiap situasi. Empati merupakan salah satu faktor yang menumbuhkan sikap percaya pada orang lain. d. Sikap Mendukung (Supportiveness) Sikap mendukung adalah adanya sikap saling mendukung antar orang tua dan anak dalam tujuan agar pesan keduanya dapat tersampaikan dengan baik. Dalam hal ini, maksudnya adalah dalam berkomunikasi seseorang dapat menunjukkan sikap menyanggupi untuk mendengar perkataan setiap anggota keluarga yang sedang berbicara. Mampu memberikan masukan dan saran yang membangun, serta fokus dalam memperhatikan pembicaraan yang sedang terjadi. e. Kesetaraan / Kesamaan (Equality) Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika orang-orang yang berkomunikasi di dalam suasana kesamaan. Kesamaan tersebut diantaranya adalah kesamaan-kesamaan kepribadian ataupun kedudukan antara pembicara dan pendengar. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada sesuatu untuk saling disumbangkan antara kedua belah pihak. 2.2.10. Hambatan Komunikasi dalam Organisasi Menurut Roger Neugebauer dalam (Efendy, 2006), dalam artikelnya "Communication: A two-way Street" mengungkapkan beberapa kendala yang sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah, yaitu: a. Perlindungan (Protectiveness). Pimpinan seringkali tidak memberitahukan informasi tertentu pada karyawannya atau timnya karena takut akan menyakiti hati karyawan. Alasan lain adalah bahwa pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi, dan bukan untuk konsumsi pegawai karena pegawai tidak akan mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula dengan pegawai. Mereka sering tidak menyampaikan informasi tertentu kepada
23 pimpinan untuk melindungi dirinya dari tindakan pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka, memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling ekstrim adalah memecat mereka. b. Pertahanan (Defensiveness). Selain menahan informasi, seseorang juga bisa saja tidak mau menerima
informasi
(menolak
untuk
mendengar
informasi
yang
disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan kata-kata yang menyakitkan. c. Kecenderungan untuk menghakimi (Tendency to evaluate). Jika mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain, komunikator cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan orang yang dibicarakan tersebut. d. Perspektif yang sempit (Narrow perspectives). Karena jarang meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri. Ia tidak mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Para karyawan seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa mencoba memahami sebuah situasi dan sudut pandang yang berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan konflik. (tiap orang hanya melihat dan sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain). e. Harapan yang tidak sesuai (Mismatched expectations). Pikiran manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan ekspektasinya. Jika ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan. Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya tidak diperhatikan, maka
24 pegawai cenderung enggan menyatakan pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan pendapat, karena biasanya juga tidak ada follow up nya. f. Waktu yang terbatas (Insufficient time). Alasan lain adalah keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan kepada orang lain pun tidak lengkap sehingga ada kemungkinan informasi tersebut salah dipahami. 2.2.11. Teori Penetrasi Sosial Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial (Social Penetrasi Theory-SPT). Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area mengenal ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasikan sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial (Social Penetration) merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman disini lebih dari sekedar keintiman secara fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama. Proses penetrasi sosial, karenanya, mencakup didalamnya perilaku verbal (kata-kata yang digunakan), perilaku nonverbal (postur tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada didalam lingkungan dan sebagainya) (West & Turner, 2009). Asumsi Teori Penetrasi Sosial dalam West & Turner (2009) sebagian alasan dari daya tarik teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubungan. Meskipun secara sekilas telah disebutkan beberapa asumsi sebelumnya, akan dibahas asumsi-asumsi yang mengarahkan SPT berikut ini :
25 1. Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim 2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi 3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi 4. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan
Pertama, hubungan komunikasi antara orang dimulai pada tahapan superfisial dan bergerak pada sebuah kontinu menuju tahapan yang lebih intim. Asumsi kedua dari Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas. Secara khusus, para teoritikus penetrasi sosial berpendapat bahwa hubungan hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Hubungan–seperti proses komunikasi–bersifat dinamis dan terus berubah, tetapi bahkan sebuah hubungan saling dinamis mengikuti standar da pola perkembangan yang dapat diterima. Asumsi ketiga dari teori penetrasi sosial ini berhubungan dengan pemikiran bahwa perkembangan hubungan mencakup depenetrasi dan disolusi. Sejauh ini kita telah membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi, hubungan dapat menjadi berantakan, atau menarik diri (depenetrate), dan kemunduran ini dapat menyebabkan terjadinya disolusi hubungan. Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman dan Taylor menyatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan sebuah hubungan untuk bergerak maju menuju tahap keintiman, komunikasi dapat menggerakan hubungan untuk mundur menuju tahap ketidakintiman. Jika sebuah komunikasi penuh dengan konflik, contohnya, dan konflik ini terus berlanjut menjadi destruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan itu mungkin akan mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh. Para teoritikus penetrasi sosial berpikir bahwa penarikan diri sering kali sistematis. Jika sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti bahwa hubungan itu akan secara otomatis hilang atau berakhir. Seringkali, suatu hubungan akan mengalami transgresi (transgression) atau pelanggaran
26 aturan, pelaksanaan, dan harapan dalam berhubungan. Tara Emmers-Sommer menyatakan bahwa sebagai transgresi hubungan dapat membantu dalam kegagalan suatu hubungan. Pola berulang yang tidah diinginkan dari konflik yang terjadi pada suatu pasangan. Kita melihat bahwa konflik yang terus berulang memberikan ciri sejumlah tipe hubungan yang berbeda dan bahwa pasangan seara umum belajar untuk hidup dengan konflik-konflik ini. Anda mungkin yakin bahwa koflik atau transgresi hubungan akan menyebabkan disolusi, tetapi penarikan diri tidak srta merta berarti bahwa suatu hubungan sudah hancur. Asumsi terakhir menyatakan bahwa pembukaan diri adalah inti dari perkebangan hubungan. Pembukaan diri (self-disclosure) dapat secara umum didefinisikan sebagai proses pmbukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya, informasi yang ada didalam pembukaan diri adalah informasi signifikan. Menurut Altman dan Taylor, hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa kini dan masa depan antara dua orang dan “membuat diri terbuka terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik”.
27 2.3.
Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini kerangka berfikirnya akan di jabarkan seperti
dibawah berikut:
Komunikasi Interpersonal pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang
Komunikasi Interpersonal - Keterbukaan
Hambatan Komunikasi dalam Organisasi - Perlindungan
- Sikap Positif - Pertahanan - Empati - Mendukung
- Kecenderungan untuk menghakimi
- Kesetaraan
- Perspektif yang sempit
DeVito (2011)
- Harapan tidak sesuai - Waktu terbatas Efendy (2006)
Gambar 2.3 Kerangka pemikiran Sumber: diolah oleh peneliti Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah komunikasi interpersonal pada humas PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang dan hambatan komunikasi pada humas PT PLN (Persero) Distribusi
Jakarta
dan
Tangerang.
Untuk
mengetahui
komunikasi
interpersonal akan di tinjau dari pendekatan DeVito dengan aspek keterbukaan, sikap positif, empati, mendukung, kesetaraan. Sedangkan untuk hambatan komunikasi akan di tinjau dari perlindungan, pertahanan, kecenderungan untuk menghakimi, perspektif yang sempit, harapan tidak sesuai, waktu yang terbatas.
28