BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1
State Of The Art Tabel 2.1 State Of The Art Nama
Tahun
Judul Penelitian
Hasil penelitian
Perbandingan Penelitian
Mega Dini 2014
Analisis
Hasil penelitian ini
Di dalam jurnal ini
Pradani
Komunikasi
menunjukkan bahwa
yang menjadi fokus
Organisasi
komunikasi ke atas di
penelitiannya adalah
Vertikal
CV Semoga Jaya
bagaimaan hasil
Mengenai
Excelso kurang efektif
komunikasi vertikal
Masalah
dikarenakan karyawan
yang dilakukan
Kompensasi
segan untuk membuka
sebuah organisasi
Insentif Di CV
topik pembicaraan dan
dapat menimbulkan
Semoga Jaya
segan untuk
masalah dalam
Excelso
menyampaikan
pemberian insentif
Samarinda
informasi karena atasan
sehingga
(ejournal Ilmu
kurang membuka diri
menyebabkan para
Komunikasi)
dan tidak ada
karyawan tidak puas
pendekatan kepada
dengan sistem
karyawan. Komunikasi
manajemen
ke bawah juga tidak
perusahaan dan
berjalan lancar karena
berimbas pada
kurangnya sensitivitas
kualitas pelayanan
dan kepedulian atasan
yang menurun.
terhadap hak dari para
Sedangkan dalam
karyawan sehingga
penelitian ini
menyebabkan kinerja
berfokus pada
dan kedisiplinan para
bagaimana hasil
karyawan dalam
komunikasi vertikal
mengerjakan tugasnya
yang dijalankan
menjadi menurun.
divisi Public
Komunikasi yang
Relations dalam
kurang efektif itu
sebuah organisasi
menimbulkan masalah
dapat berpengaruh
dalam pemberian
terhadap kesuksesan
insentif sehingga
pelaksanaan event.
menyebabkan para karyawan tidak puas dengan sistem manajemen perusahaan dan berimbas pada kualitas pelayanan yang menurun.
Bangun Theofaldy
2013
Alur Komunikasi
Berdasarkan hasil
Dalam jurnal ini
Vertikal Dalam
penelitian dapat
menggunakan teori
Meningkatkan
diketahui bahwa alur
hubungan manusia
Semangat Kerja
komunikasi vertical
Pegawai Di
dalam kategori bagus
Kantor Dinas
Artinya, komunikasi
Pendapatan
atasan dan
Daerah Kota
bawahan dapat
dimana dalam teori
Samarinda
dilaksanakan dengan
tersebut menekankan
baik tetapi masih
pada pentingnya
terdapat ”pembatas”
hubungan sosial
(Studi Pada Bagian Pelayanan Pajak
yang menyebabkan
Bumi Dan
komunikasi tidak dapat
Bangunan)
berlangsung dengan
yang dipelopori oelh Barnard (1938), Elton Mayo (1933), Roethlisberger dan Dickson(1939),
yang disebabkan karena hubungan manusiawi atau interaksi, juga pada
(ejournal Ilmu
baik. Peningkatan
perhatian terhadap
Komunikasi)
semangat kerja pegawai
pegawai dan proses
Dinas Pendapatan
kelompok yang
daerah Kota Samarinda
terjadi di antara
bagian Pelayanan Pajak
anggota organisasi.
Bumi dan Bangunan
Sedangkan didalam
secara umum juga
penelitian ini
dikatakan dalam kategori tinggi. Artinya semangat kerja pegawai mengalami peningkatan
menggunkan teori integratif dalam komunikasi organisasi.
meskipun tidak terlalu pesat. Eni Fitriyani
2013
Analisis
Hasil penelitian ini
Penelitian yang
Kegiatan
menunjukkan bahwa
dilakukan dalam
Komunikasi
kegiatan komunikasi
jurnal ini berfokus
Organisasi Pada
organisasi pada PT.
pada kegiatan komunikasi
PT. Kresna Duta
Kresna Duta Agroindo
Agroindo
Sinar Mas Group
Perkebunan
berjalan aktif,
Sinar Mas Group
namun komunikasi
organisasi,
Kecamatan
antara atasan dengan
sedangkan dalam
Kombeng
bawahan,serta bawahan
penelitian ini akan
dengan atasan kurang
berfokus pada
efektif, dikarenakan
komunikasi vertikal
kurangnya kepedulian
di divisi Public
atasan terhadap
Relations saat
Kabupaten Kutai Timur (ejournal Ilmu Komunikasi)
bawahan sehingga membuat para karyawan merasa segan untuk menyampaikan
organisasi secra vertikal dan horizontal di dalam
mengerjakan sebuah project event.
pendapat kepada pimpinan. Adelman,
2012
Dalam jurnal ini
Promoting
Hasil penelitian
Kimberly
Employee Voice
menunjukkan para CEO berfokus pada
PhD :
and Upward
pemenang penghargaan
bagaimana CEO
Stokes,
Communication
difasilitasi suara
memainkan peran
Charles D,
in Healthcare:
karyawan dengan
kunci dalam
BSN,
The CEO's
menjadi didekat ,
mengembangkan
MHA,
Influence
terutama dicapai
budaya yang
FACHE
(Journal of
melalui kehadiran rutin
menumbuhkan suara
Healthcare
mereka di seluruh
karyawan dan
Management)
organisasi. Dengan
komunikasi ke atas
menjadi konsisten
sehingga CEO dapat
terlihat dan tersedia
memenangkan
bagi karyawan CEO ini
penghargaan,
dibina hubungan ,
sedangkan dalam
membangun
penelitian ini
kepercayaan , dan
berfokus pada
dipromosikan
bagaimana
komunikasi terbuka.
komunikasi vertikal
Pemimpin dalam
baik itu komunikais
penelitian ini
ke atas dan ke bawah
menciptakan fokus
di dalam organisasi
budaya pada perbaikan
yang dilakukan oleh
terus-menerus sebagian
divisi Public
besar dibangun di
Relations dapat
sekitar transparansi
berpengaruh dalam
informasi , khususnya
mensukseskan
mencari berita buruk
sebuah event.
dari karyawan mereka. Undangan suara dan respon suara positif dari para pemimpin
diperkuat bahwa umpan balik ke atas yang kritis tidak hanya menyambut , tapi diharapkan . Organizational
Perwakilan dari teori
Pada jurnal ini berisi
Semegine,
Internal
organisasi telah
komunikasi internal
Eva
Communication
berurusan dengan
dalam organisasi
As A Means Of
pertanyaan tentang
dalam artian yang
Improving
komunikasi organisasi.
luas di dalam
Efficiency(Europ
Namun ada belum ada
organisasi,
ean Scientific
perbedaan dari fitur lain
sedangkan dalam
Journal)
dari organisasi (ukuran,
penelitian ini hanya
struktur, pembagian
akan berfokus pada
kerja, fungsi yang
komunikasi internal
efisien, teori
di dalam organisasi
kepemimpinan). Saat
yaitu komunikasi ke
itu adalah prasyarat
atas dan ke bawah di
menuju staf bahkan
dalam organisasi
dalam posisi yang
saat melakukan
paling sederhana untuk
sebuah event.
Tariszka-
2012
memiliki tingkat tertentu keterampilan komunikasi. Hal ini dianggap sebagai lebih penting dengan manajer. Organisasi telah mengakui bahwa tingkat komunikasi dalam organisasi menentukan efisiensi organisasi. Perhatian telah berpaling ke arah studi tentang berbagai
bidang komunikasi organisasi. Sebagian besar penelitian berurusan dengan efek pada kinerja ditentukan oleh seberapa baik staf disediakan dengan informasi, dan tingkat kepuasan dengan arah komunikasi (horizontal, vertikal)
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1
Teori Integratif dalam komunikasi organisasi Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, dan Harnish Russel ini menunjukkan suatu pandangan umum yang sangat menarik
mengenai
konsep-konsep
sistem
dan
organisasi.Mereka
menempatkan komunikasi sebagai pusat dari struktur organisasi. Mereka mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri dari dua orang (atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan output : kelompok ini berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir dengan menggunakan energi, informasi, dan bahan-bahan lain dari lingkungan. (Rohim, 2009 : 156) Salah
satu
sumber
daya
penting
dalam
organisasi
adalah
informasi.Dengan menggunakan teori informasi sebagai dasar, Farace dan rekannya mendefinisikan informasi ke dalam pengertian untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika orang mampu untuk memperkirakan pola-pola yang akan terjadi dalam aliran tugas dan hubungan-hubungannya, maka ketidakpastian dapat dikurangi dan informasi berhasil diperoleh. Komunikasi sendiri, sebagian merupakan pengurangan ketidakpastian melalui informasi,
karena komunikasi mencakup penggunaan ‘bentuk-bentuk simbolis’ umum yang saling dimengerti oleh para partisipannya. (Rohim, 2009 : 156)
Kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis, yaitu : (Rohim, 2009 : 157 – 158) 1. Sistem level Terdiri dari 4 (empat) sublevel : a. b. c. d.
Individu dyadic Kelompok, dan Organisasional dalam suatu prinsip hierarki sistem. Individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam dyadic. Beberapa dyadic berkerumun bersama – sama ke dalam ke kelompok. Organisasi sebagai suatu keseluruhan adalah suatu sistem dari kelompok – kelompok yang saling berhubungan dan membentuk suatu jaringan kerja makro.
2. Fungsi Pada setiap level analisis, kita dapat mengamati fungsi – fungsi komunikasi. Di antara berbagai fungsi komunikasi yang ada, Farace menekankan pada 3 (tiga) fungsi : a. Produksi Mengacu pada pengarahan koordinasi dan kontrol terhadap aktivitas – aktivitas organisasi. b. Inovasi Membangkitkan atau mendorong perubahan dan gagasan baru dalam sistem. c. Pemeliharaan Untuk melindungi nilai – nilai individual dan hubungan antar pribadi yang dibutuhkan untuk mempertahankan sistem. 3. Struktur Berkaitan dengan tumbuhnya pola – pola atau aturan – aturan dalam penyampaian pesan. Pada setiap level (individual, dyadic, kelompok dan organisasional) kita dapat meneliti cara – cara bagaimana komunikasi dapat berfungsi dan distrukturkan.
Berdasarkan kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis yaitu sistem level, fungsi dan struktur. Penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan oleh Corporate Public Relations BINA NUSANTARA saat berkomunikasi ke atas, yaitu berkomunikasi secara langsung dengan Corporate Communication Manager. Selain itu, bagaimana komunikasi ke bawah yaitu saat Corporate Communication Manager berkomunikasi secara langsung dengan Corporate Public Relations ketika mempersiapkan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. 2.2.2
Komunikasi organisasi :
Para ahli belum mempunyai persepsi yang sama mengenai komunikasi organisasi. Berikut beberapa persepsi para ahli mengenai komunikasi organisasi : (Muhammad, 2008 : 65 – 66) 1. Persepsi Redding dan Sanborn Mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang temasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orangyang sama level/tingkatnya dalam organisasi. 2. Persepsi Katz dan Kahn Mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti dalam suatu organisasi. 3. Persepsi Zelko dan Dance Mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan dan hubungan dengan masyarakat umum. 4. Persepsi Thayer
Dia mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu : a. Berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroprasinya organisasi; b. Berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk; c. Berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi. 5. Persepsi Greenbaunm Mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Sedangkan, Menurut Pace komunikasi organisasi adalah: “secara fungsional komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.” (Pace, 2010 : 31) Berdasarkan kutipan Goldhaber oleh Romli (2011 : 13), : “komunikasi organisasi adalah proses menciptakan atau saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi organisasi merupakan bentuk pertukaran pesan diantara orang-orang yang berada di dalam organisasi tersebut melalui komunikasi internal, hubungan manusia, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi untuk memperoleh kesamaan makna di dalam lingkungan organisasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di dalam berhubungan antar anggota organisasi. 2.2.3
Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Sasa Djuarsa Senjaya (2007 : 48) fungsi komunikasi organisasi adalah : a. Fungsi Informatif
Organisasi sebagai suatu sistem pemrosesan informasi.Artinya, seluruh anggota dalam organisasi tersebut memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi melaksanakan tugasnya secara lebih pasti.Informasi pada dasarnya diperlukan sebagai arahan oleh semua individu yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.Anggota organisasi dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi atau untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi, sedangkan anggota organisasi dalam tatanan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi sebagai arahan untuk melaksanakan pekerjaan. b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan – peraturan yang berlaku dalam organisasi. Pengaruh dari fungsi ini terhadap organisasi adalah, pertama, atasan dalam tatanan manajemen (yaitu yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan) memiliki kewenangan untuk memberi instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada bagian atas supaya perintah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan regulatif didasarkan oleh orientasi pada saat kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan (yang boleh/tidak boleh dikerjakan). c. Fungsi Persuasif
Banyak pimpinan yang lebih memilih untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah, karena dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibandingkan apabila pemimpin sering menggunakan kekuasaan dan kewenangannya terhadap karyawan. d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran komunikasi yang memungkinkan karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan baik.Terdapat dua saluran yaitu saluran komunikasi formal (news letter, bulletin, email) dan saluran komunikasi informal (perbincangan antar pribadi, masa istirahat kerja, dll). Di dalam organisasi komunikasi organisasi harus dapat berfungsi secara optimal agar setiap anggota organisasi dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar perusahaan sehingga nantinya akan menguntungkan organisasi melalui pencapaian tujuan organisasi.
2.2.4
Jaringan Komunikasi dalam Organisasi
Menurut Arni Muhammad (2011 : 107) jaringan komunikasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Jaringan komunikasi formal Jaringan komunikasi formal salurannya ditententukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi.Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang telah ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. 2. Jaringan komunikasi informal Jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi.Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita – berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. Berdasarkan pengertian 2 (dua) jaringan komunikasi di atas, penelitian ini akan berfokus pada jaringan komunikasi formal yang terjadi di dalam organisasi. Penelitian ini ingin melihat jaringan komunikasi formal yang dilakukan oleh
Corporate Public Relations pada saat projectevent
Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. 2.2.5
Jaringan komunikasi Formal dalam Organisasi Bila pesan mengalir melalui jalur resmi yang ditentukan oleh hierarki
resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Ada tiga bentuk arus pesan dalam jaringan komunikasi formal organisasi yaitu : 1. Downward communication atau komunikasi kepada bawahan 2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan 3. Horizontal Communicationatau komunikasi horizontal. (Muhammad, 2011 : 107)
Berdasarkan tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal di atas, penelitian ini akan berfokus pada komunikasi ke atas dan ke bawah yang dilakukan CorporatePublic Relations BINA NUSANTARA saat mempersiapkan event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. 2.2.6
Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah merupakan yang dikirim dari hierarki yang
lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah (Wiryanto, 2008 : 64). Sedangkan menurut Arni Muhammad : “Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya.Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.” (Muhammad, 2011 : 108) Berdasarkan 2 (dua) pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa komunikasi ke bawah merupakan komunikasi yang dilakukan atasan kepada bawahan di dalam organisasi.Di dalam komunikasi tersebut, berisi pesan untuk mengarahkan karyawan, memberitahukan tujuan organisasi, memberikan
perintah
untuk
melakukan
pekerjaan.Selain
itu,
untuk
mengajukan pertanyaan kepada karyawan mengenai pekerjaan yang karyawan lakukan dan memberitahukan kebijaksanaan umum perusahaan kepada karyawan, seperti peraturan organisasi. Dalam penelitian ini akan menggunakan jaringan komunikasi formal dengan bentuk komunikasi ke bawah, Karena dalam penelitian ini ingin melihat, bagaimana bentuk komunikasi ke bawah yang dilakukan oleh Corporate Communication Manager saat project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera untuk membantu Corporate Public Relations dalam menjalankan project event.
2.2.6.1 Jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan Ada 5 (lima) jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Khan, 1996) : a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi, d. Informasi mengenai kinerja karyawan, dan e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission) (Pace, 2010 : 185) Berdasarkan
5
(lima)
jenis
informasi
yang
biasa
dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, dalam penelitian ini ingin berfokus untuk melihat jenis informasi apa yang biasa diberikan
oleh
Corporate
Communication
Manager
kepada
Corporate Public Relations pada project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi dalam menjalankan tugasnya. 2.2.6.2 Faktor yang mempengaruhi komunikasi ke bawah : Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi berbagai faktor, antara lain sebagai berikut : (Muhammad, 2011 : 110 – 112) a. Keterbukaan Kurangnya sikap terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pemimpin tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah.Pemimpin mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas.Tetapi apabila pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipegangnya. b. Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pemimpin lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat – alat elektronik daripada pesan
yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka.Hal ini menjadikan pemimpin lebih banyak menyampaikan pesan tertulis berupa bulletin, manual yang mahal – mahal, buklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara atasan dan bawahan.Hasil penelitian Dahle (1981) menunjukkan bahwa pesan itu lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. c. Pesan berlebihan Karena banyaknya pesan – pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo – memo, bulletin, surat – surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan – pesan yang harus di baca oleh karyawan. Reaksi karyawan biasanya yerhadap pesan – pesan tersebut cenderung untuk tidak membacanya. d. Timing Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah.Pemimpin hendaklah memperimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. e. Penyaringan Pesan – pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima oleh mereka. Tetapi mereka saring mana yag lebih mereka perlukan. Dari 5 (lima) hal yang menyebabkan gangguan dalam menjalankan komunikasi ke bawah. Dalam penelitian ini ingin melihat, apakah pada saat menjalankan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera terdapat gangguan yang mengganggu kelancaran jalannya informasi dari atasan yaitu Corporate Communication Manager kepada bawahnnya yaitu Corporate Public Relations. 2.2.6.3 Penyempurnaan komunikasi ke bawah : Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasankepada bawahan maka pemimpin perlu memperhatikan cara – cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1976) memberikan saran – saran dalam hal itu sebagai berikut : (Muhammad, 2011 : 112 – 113) :
a. Pemimpin hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pemimpin tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan perlu mengatakan terus – terang dan berjanji akan mencarikannya. b. Pemimpin hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan. Pemimpin hendaklah membantu karyawan merasa diberi informasi. c. Pemimpin hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan – tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka. d. Pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara atasan dan bawahan. Cara penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan yang efektif mutlak harus dilakukan di dalam organisasi, terutama dalam menjalankan sebuah project event.Penyampaian informasi dari atas ke bawah yang efektif dalam perencanaan dan pelaksanaan project event, akan membuat tidak terjadi
miscommunication
mengakibatkanterhambatnya
diantara
atasan
bawahan
dalam
dan
bawahan.Yangbakan
menjalankan
tugasnya,
sehingga nantinya akan mengakibatkan project event tersebut akan terlaksana dengan baik. 2.2.6.4 Metode komunikasi ke bawah : Pace (1989) mengemukakan 4 (empat) klasifikasi metode untuk itu yaitu : metode lisan, tulisan , gambar dan campuran dari lisan-tulisan dan gambar (Muhammad, 2011 : 114). Bentuk Komunikasi yang biasa digunakan dalam tiap metode adalah sebagai berikut : 1) Metode lisan a. b. c. d. e. f. g.
Rapat, diskusi, seminar, konferensi Interview Telepon Sistem intercom Kontak interpersonal Laporan lisan Ceramah
2) Metode tulisan a. b. c. d.
Surat Memo Telegram Majalah
e. f. g. h. i.
Surat kabar Deskripsi pekerjaan Panduan pelaksanaan pekerjaan Laporan tertulis Pedoman kebijaksanaan
3) Metode gambar a. Grafik b. Poster c. Peta d. Film e. Slide f. Display g. Foto (Muhammad, 2011 : 116). Menurut hasil penelitian Dahle (1981) dalam Muhammad (2011 : 111) menunjukkan bahwa pesan akan lebih efektif bila dikirimkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Jadi bukan hanya bentuk tertulis saja. Komunikasi tatap muka lebih disenangi karyawan daripada media cetak. Menurut Pace (2010 : 186 – 188) ada 6 (enam) kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian pesan kepada para karyawan (Level & Galle, 1988) : a. Ketersediaan Metode – metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih cenderung untuk digunakan. Setelah menginventarisasikan metode yang tesedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif. b. Biaya Metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi rutin dan tidak mendesak.Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran informasi yang tidak rutin atau mendesak, metode yang lebih mahal tetapi lebih cepat dapat digunakan. c. Pengaruh Metode yang tampaknya member pengaruh atau kesan paling besar sering dipilih diripada metode yang baku. d. Relevansi Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar
menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti oleh memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis tertulis adalah metode yang mungkin akan dipilih. e. Respons Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap informasi tersebut. Dalam lingkungan pelatihan mungkin diinginkan menggunakan metode yang memungkinkan dan mendorong peserta pelatihan untuk bersikap tanggap dan mengajukan pertanyaan.Dalam kasus seperti ini, pertemuan tatap muka mungkin menjadi metode yang dipilih.
f. Keahlian Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya diluar kemampuan komunikator atau di luar kemampuan pemahaman pegawai yang menerimanya. Berdasarkan metode komunikasi ke bawah yang digunakan atasan untuk memberikan informasi kepada bawahannya diatas, yang terdiri dari metode tulisan, lisan, gambar atau gabungan dari ketiganya. Maka dalam penelitian ini ingin melihat metode apa yang digunakan oleh Corporate Communication Manager ketika berkomunikasi dengan Corporate Public Relations dalam project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera ini. Selain itu, dalam penelitian ini juga ingin melihat, apakah pertimbangan Corporate Communication Manager untuk memilih metode penyampaian pesan tersebut kepada bawahannya. 2.3.7
Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi (Wiryanto, 2008 : 62). Hal
tersebut senada dengan yang di katakan oleh Arni Muhammad (2011 :
116 – 117) : “Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat
yang lebih tinggi.Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan”. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
keatas merupakan pesan yang disampaikan oleh bawahan
kepada atasannya di dalam organisasi.Tujuannya adalah untuk memberikan balikan kepada atasan, memberikan saran kepada atasan dan mengajukan pertanyaan kepada atasan di dalam organisasi. Penelitian ini akan berfokus pada bentuk arus pesan komunikasi ke atas. Pada penelitian ini ingin melihat, bagaimana komunikasi ke atas yang dilakukan oleh Corporate Public Relations dalam memberikan saran dan ide - idenyakepada Corporate Communication Manager pada saat mempersiapkan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. Umpan balik berupa saran dan ide – ide yang diberikan oleh Corporate Public Relations,
diperlukan
oleh
Corporate Communication Manager untuk mengetahui semangat kerja para karyawan dan
berbagai ketidakpuasan karyawan yang akan berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan project event tersebut. 2.3.7.1 Fungsi komunikasi ke atas : Komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu. Menurut Pace (1989) fungsinya adalah sebagai berikut : (Muhammad, 2011 : 117) 1. Dengan adanya komunikasi ke atas, supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan. 2. Arus komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembautan keputusan. 3. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhdap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide – ide dan saran – saran tentang jalannya organisasi. 4. Komunikasi ke atas memperbolehkan, bahkan mendorong desas – desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya. 5. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah. 6. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah – masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas – tugas dan organisasi.
Berdasarkan beberapa fungsi komunikasi ke atas yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi ke atas penting di dalam organisasi. Komunikasi ke atas menjadi penting karena sebagai feedback bagi pemimpin mengenai keberhasilan pesan yang telah disampaikannya kepada bawahan dan membuat karyawan berkeinginan untuk berpartisipasi penuh dalam tugas – tugas organisasi demi tercapainya tujuan dari organisasi. 2.3.7.2 Hal – hal yang harus dikomunikasikan ke atas Hal – hal yang harus dikomunikasikan ke atas (Pace, 2010 : 190) : a. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan : pekerjaan mereka, prestasi, kemajuan, dan rencana – rencana untuk waktu mendatang. b. Menjelaskan persoalan – persoalan kerja yang belum dipecahkan bawahan yang mungkin memerlukan beberapa macam bantuan. c. Memberikan saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit – unit mereka atau dalam organisasi sebagai suatu keseluruhan. d. Mengungkapkan bagaimana pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi. Jadi, di dalam organisasi bawahan dapat mengkomunikasikan kepada atasan berbagai hal. Bawahan dapat memberitahukan atasan mengenai pekerjaan mereka, persoalan – persoalan kerja yang membutuhkan bantuan atasan untuk dipecahkan, memberikan atasan saran untuk perbaikan unit kerja mereka dan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan bawahan selama di organisasi kepada atasan. Melalui hal – hal yang dikomunikasikan oleh bawahan tersebut, maka atasan dapat mengetahui perkembangan dari setiap pekerjaan yang tugaskan kepada karyawannya. Dalam penelitian ini ingin melihat, hal – hal apa
saja yang dikomunikasikan oleh Corporate
Public Relations kepada Corporate Communication
Manager
saat
projectevent Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam sutera ini. 2.3.7.3 Kesulitan mendapatkan informasi ke bawah : Sharma (1979) mengemukakan 4 (empat) alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat lebih sulit : (Pace, 2010 : 190) 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka. 2. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai.
3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai. 4. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap terhadap apa yang disampaikan pegawai. Kesulitan atasan untuk mendapatkan komunikasi ke atas ini nantinya akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Pada penelitian ini ingin melihat kesulitan yang dirasakan oleh Corporate Public Relations sehingga menjadi penghalang yang kuat untuk menyatakan ide, pendapat atau informasi kepada atasannya yaitu Corporate Communication Manager pada saat mempersiapakan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. 2.3.7.4 Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas : Disamping sulit mendapatkan komunikasi ke atas, komunikasi yang disampaikan itu pun belum tentu efektif, karena dipengaruhi oleh faktor – faktor lain, diantaranya yaitu : 1. Komunikasi ke atas lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan pengelolaan, apabila pesan tersebut tepat pada waktunya. 2. Komunikasi ke atas yang bersifat positif, lebih mungkin digunakan oleh pembuat keputusan mengenai pengelolaan daripada komunikasi yang bersifat negatif. 3. Komunikasi ke atas lebih mungkin diterima, jika pesan itu mendukung kebijaksanaan baru. 4. Komunikasi ke atas mungkin akan lebih efektif, jika komunikasi itu langsung kepada penerima yang dapat berbuat mengenai hal itu. 5. Komunikasi ke atas lebih efektif, apabila komunikasi itu mempunyai daya tarik secara intuitif bagi penerima. Pesan dari bawahan akan lebih siap diterima jika mereka setuju. (Muhammad, 2011 : 119) Komunikasi ke atas yang dilakukan di dalam organisasi merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan. Dengan adanya komunikasi ke atas yang efektif akan memudahkan atasan untuk dapat mengetahui, bagaimana pendapat bawahan mengenai mengenai pekerjaan diberikan kepada yang mereka. Maka, pada penelitian ini ingin melihat faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi ke atas, yang dilakukan oleh Corporate Public Relations kepada atasannya yaitu Corporate Communication Manager pada saat mempersiapakan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera.
2.3.7.5 Prinsip – prinsip komunikasi ke atas Komunikasi ke atas penting untuk pembuatan keputusan maka agar komunikasi ini dapat berjalan lancar perlu untuk menyusun program komunikasi ke atas secara khusus.Untuk menyusun program ini ada prinsip – prinsip yang perlu dipedomani oleh pemimpin. Prinsip – prinsip tersebut menurut Planty dan Machaver (Pace, 1989) mengemukakan 7 (tujuh) prinsip sebagai pedoman program komunikasi ke atas : 1. Program komunikasi ke atas yang efektif harus direncanakan. 2. Program komunikasi ke atas yang efektif berlangsung secara terus – menerus. 3. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan saluran yang rutin. 4. Program komunikasi ke atas yang efektif, menekankan kesensitifan dan penerimaan ide – ide yang menyenangkan dari level yang lebih rendah. 5. Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pendengar yang objektif. Supervisor dan manajer hendaklah memberikan waktu untuk mendengarkan bawahan dengan objektif. Reaksi yang memeperlihatkan kekurangseriusan dan sikap mendengarkan yang menjengkelkan, memperlihatkan kepada bawahan bahwa komunikasi ke atas sesungguhnya tidak diingini. 6. Program komunikasi ke atas yang efektif memerlukan pengambilan tindakan berespon terhadap masalah. 7. Program komunikasi ke atas yang efektif menggunakan bermacam – macam media dan metode untuk memajukan arus informasi. Metode yang paling efektif dari komunikasi ke atas adalah kontak tatap muka sehari – hari dan percakapan diantara supervisor danbawahannya. (Muhammad, 2011 : 120 – 121) Berdasarkan 7 (tujuh) prinsip komunikasi ke atas tersebut, maka pada penelitian ini ingin melihat apakah Corporate Communication Manager sudah berpedoman sesuai dengan prinsip – prinsip komunikasi ke atas. Ketika memprogram komunikasi ke atas pada saat melaksanakan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. 2.4
Pengertian Public Relations James E. Gruning dan Todd Hunt (1984 : 173) mengatakan bahwa,
Public Relations adalah “bagian dari manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.” Candy Tymsorporon, Peter Lazar, dan Richard Lazar (2004 : 21) menyebutkan Public Relationsadalah “upaya yang direncanakan dan
berkelanjutan untuk membangun dan memelihara kesepahaman bersama antara organisasi dan publiknya.” Kim Harrison menyebutkan (2008 : 1) Public Relationssebagai “fungsi membantu organisasi mencapai tujuan – tujuannya melalui komunikasi yang efektif dan relasi – relasi yang konstruktif.” Sementara Scott Cutlip, Allen Center dan Glen Broom (2006 : 6) menyebukan Public Relationssebagai “ fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat dengan publiknya yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi” Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik benang lurus bahwa Public Relationsadalah proses membangun relasi, kepercayaan, dan kerjasama antara individu dengan individu dan organisasi dengan publiknya melalui strategi atau program komunikasi yang dialogis dan partisipatif. (Kriyantono, 2012 : 2) 2.4.1
Peranan Public Relations
Menurut Dozier & Broom yang dikutip oleh Ruslan (2008 : 20 – 21) membagi empat kategori peranan Public Relations sebagai berikut : 1. Penasehat Ahli (Expert Persriber) Seorang
Pakar
praktisi
Public
Relations
yang
memiliki
kemampuanuntuk dapat mencarikan solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi organisasi dengan publiknya. 2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator) Praktisi Public Relations yang berperan diri sebagai mediator atau perantara antara pihak manajemen perusahaan dengan publiknya sehingga keduanya memiliki pengertian informasi yang sama sehingga terjalin hubungan yang baik diantara keduanya. 3. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Facilitator) Peran Public Relations dalam hal ini, jika terjadi krisis sehingga perlu dibentuk sebuah tim kecil yang melibatkan berbagai department dan dipimpin oleh praktisi Public Relations, yang dimaksud untuk membantu manajemen keputusan.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician) Peran Public Relations ini dimaksudkan seorang praktisi Public Relations menyediakan layanan teknis komunikasi, misalnya komunikasi antara pimpinandengan bawahan atau antara karyawan satu department dengan department yanglainnya. Berdasarkan peranan Public Relations di atas, dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana CorporatePublic Relations berperan sebagai mediator atau perantara di dalam menjalankan project event ini karena bertindak sebagai koordinator event. Dimana selanjutnaya akan secara langsung berkomunikasi dengan Corporate Communication Manager, agar dalam project event ini, publiknya berupa publik internal yaitu panitia, memiliki pengertian dan informasi yang sama dalam mempersiapkan project event ini, sehingga dalam mempersiapkan event dapat berjalan dengan maksimal. 2.4.2
Fungsi Public Relations Menurut Cutlip et al (2007:11 – 27), bagian-bagian dari fungsipublic
relations meliputi hubungan internal, publisitas, advertising, pressagentry, public affairs, lobbying, manajemen isu, dan hubungan investor. 1. Hubungan Internal Bagian khusus dari public relations yang membangun danmempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antaramanajer dan karyawan tempat organisasi menggantungkankesuksesannya. 2. Publisitas Informasi yang disediakan oleh sumber luar yang digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatanpesan di media ini adalah metode yang tidak bisa dikontrol(uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada media untuk pemuatan informasi tersebut. 3. Advertising Informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar untuk ruang dan waktu penempataninformasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkanpesan di media.
4. Press Agentry Penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarikperhatian media massa dan mendapatkan perhatian publik. 5. Public Affairs Bagian khusus dari public relations yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik. 6. Lobbying Bagian khusus dari public relations yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara
hubungan
dengan
pemerintah
terutama
dengan
tujuan
mempengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi. 7. Manajemen Isu Proses proaktif dalam mengantisipasi, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons isu-isu kebijakan publik yang mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik mereka. 8. Hubungan Investor Bagian dari public relations dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar. Di dalam melaksanakan project event ini, Corporate Public Relationakan menjalankan fungsi Public Relations yaitu hubungan internal. Dimana di dalam project event ini, ia akan membangun danmempertahankan hubungan yang baik antara pimpinan yang memberikan tugas untuk melaksanakan
event
ini,
Corporate
CommunicationManagersebagai
penanggung jawab event dan panitia dalam event ini. 2.4.3
Tujuan public relations
Tujuan public relations (Dananjadja, 2011:22-25) yaitu : 1.
Tujuan berdasarkan kegiatan internal a) Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap, tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan. b) Mengadakan suatu analisa dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik.
c) Memberikan penerangan kepada publik karyawan tentang suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada berbagai aktivitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan tersebut. d) Merencanakan bagi penyusunan suatu staf yang efektif bagi penugasan yang bersifat internal public relations dalam perusahaan tersebut.
2.
Tujuan berdasarkan kegiatan eksternal a) Memperluas langganan/pemasaran. b) Memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi/gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas. c) Mencari dan mengembangkan modal. d) Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas, guna mendapatkan opini publik yang positif. Berdasarkan kedua tujuan public relations di atas, maka dalam
penelitian ini akan berfokus pada tujuan Public Relations berdasarkan kegiatan internal, karena di dalam penelitian ini Corporate Public Relations yang menjalankan fungsi Public Relationsdi BINA NUSANTARA akan bertugas sebagai koordinator dalam project event ini. Saat menjadi koordinator event, sehingga akan bertugas untuk memberikan penerangan kepada seluruh panitia mengenai event ini dan juga kepada Corporate Communication Manager mengenai update mengenai perkembangan persiapan event. 1.5
Pengertian Event Definisi event adalah suatu kegiatan yang diselenggarakan untuk
memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia, baik secara individu maupun kelompok yang terikat secara budaya, adat, tradisi, dan agama dengan tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat yang diselenggarakan pada waktu tertent. (Noor, 2009 : 7) Event pada sebuah perusahaan pada umumnya ditangani oleh PublicRelations karena Event merupakan salah satu bauran Public Relations yang
bertugas untuk merancang acara tertentu yang dipilih dalam jangka waktu, tempat dan obyek tertentu yang khusus sifatnya untuk mempengaruhi opini publik (Ruslan, 2010: 13). 1.5.1
Tujuan Event Tujuan diadakan event menurut Tom Duncan (Pudjiastuti, 2010 : 25) :
a. Mempengaruhi target khalayak b. Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan, gaya hidup, maupun individu tertentu c. Menjangkau target khalayak yang lebih luas d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek, produk, maupun perusahaan e. Mempublikasikan sebuah merek, produk, maupun perusahaan yang nantinya bisa meningkatkan pengetahuan khalayak Tujuan dari diadakannya event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera ini adalah untuk mempublikasikan kepada masyarakat bahwa pembangunan gedung BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera sudah memasuki pembangunan tahap akhir dan segera diresmikan. Selain itu, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa gedung BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera akan segera dapat digunakan untuk kegiatan perkuliahan.
2.6
Kerangka Berpikir Komunikasi vertikal padadivisi Corporate Public Relation dalamproject event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera
Kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis : 1. Sistem levelberupa organisasional 2. Fungsi berupa produksi untuk pengarahan, koordinasi dan control terhadap aktivitas organisasi 3. Struktur berupa pola – pola atau aturan – aturan dalam penyampaian pesan pada setiap level.
Komunikasi Ke atas
Komunikasi Kebawah
Komunikasi ke atas dan ke bawah Optimal
Komunikasi ke atas dan ke bawah Tidak optimal
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir (Sumber : Penulis)
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dalam penelitian ini ingin meneliti komunikasi vertikal pada divisi Corporate Public Relations BINA NUSANTARA yang merupakan divisi yang bertugas menjalankan fungsi Public Relations di BINA NUSANTARA. Pada saat project event Topping OffBINUS University di Alam Sutera ini, Corporate Public Relationssebagai
koordinator event akan secara langsung berkomunikasi ke atas dengan Corporate Communication Manager selaku penanggung jawab event. Begitu pula
sebaliknya,
Corporate
Communication
Managerakan
selalu
berkomunikasi ke bawah secara langsung dengan Corporate Public Relations dalam project event Topping Off BINUS University di Alam Sutera ini. Hal ini dikarenakan, sudah menjadi tugas Corporate Public Relationsuntuk selalu bertugas
sebagai
koordinator
eventdan
Corporate
Communication
Managersebagai penanggung jawab pada setiap event yang diadakan oleh corporate. Di dalam penelitian ini menggunakan teori integratif, dimana di dalam teori integratif terdapat kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi yang terletak pada 3 (tiga) dimensi analitis yaitu sistem level, fungsi dan struktur yang saling berhubungan. Maka, di dalam penelitian ini penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut, yang digunakan yaitu dimensi sistem level : organisasional, karena Corporate Communication Manager dan Corporate Public Relations berkomunikasi di dalam organisasi yaitu BINA NUSANTARA untuk mengerjakan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. Selain itu juga digunakan dimensi fungsi, dimana dalam penelitian ini menggunakan fungsi produksi karena terdapat
pengarahan,
koordinasi
dan
kontrol
ketika
Corporate
Communication Manager berkomunikasi dengan Corporate Public Relations saat project event ini. Dalam penelitian ini juga menggunakan dimensi struktur yang mengakibatkan pola – pola atau aturan – aturan dalam penyampaian pesan pada setiap level, karena perbedaan level jabatan diantara Corporate
Communication
Manager
dan
Corporate
Public
Relationsdalamberkomunikasi saat project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera. Berdasarkan ketiga dimensi diatas, maka dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut akan mempengaruhi cara Corporate Public Relationssaat berkomunikasi ke atas, yaitu saat berkomunikasi secara langsung dengan Corporate Communication Manager, apa hambatan dan solusi yang diambil untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi dengan Corporate Communication Manager tersebut pada saat project event ini.
Selain itu dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana ke 3 dimensi tersebut akan mempengaruhi cara Corporate Communication Manager berkomunikasi ke bawah, yaitu saat Corporate Communication Manager berkomunikasi secara langsung dengan Corporate Public Relations ketika mempersiapkan project event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera, apa hambatan dan solusi yang diambil untuk mengatasi hambatan tersebut. Dimana nantinya, berdasarkan komunikasi vertikal yang mereka lakukan saat mempersiapkan event Topping Off BINUS UNIVERSITY di Alam Sutera ini, dapat melihat optimal atau tidak optimalnya komunikasi ke atas yang dilakukan oleh Corporate Public Relations dan komunikasi ke bawah yang dilakukan Corporate Communication Manager pada saat project event ini.