BAB 2
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left
TINJAUAN PUSTAKA Formatted: Justified, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art) Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh Astrid Sheil,
Michelle
T.
Violanti,
Kevin Slusarki
yang bertujuan
untuk
mengeksplorasi persamaan dan perbedaan antara organisasi pemadam kebakaran yang menggunakan dan tidak menggunakan media sosial untuk situasi krisis / darurat. Menggunakan Adaptive Structuration Theory (AST), hasil survei eksplorasi kami dari 129 responden pertama menunjukkan inovasi media sosial yang melampaui kemampuan Pios 'untuk secara efektif menerapkan dan memanfaatkan strategi media sosial. Dari mereka yang tidak menggunakan media sosial, mereka telah mempertimbangkan menggunakannya untuk tujuan informasi-penyebaran saja; perbedaan utama antara mereka yang melakukan dan tidak menggunakan media sosial adalah persepsi mereka tentang hambatan untuk mengimplementasikannya (pelatihan, waktu, sumber daya) dan apakah mereka menggunakannya dalam kehidupan pribadi mereka. Penelitian selajutnya dilakukan oleh Cendera Rizkry Anugrah Bangun. Dalam penelitiannya membahas tentang peranan Departemen Korporasi Komunikasi PT Darya Varia Laboratoria Tbk dalam mensosialisasikan nilai-nilai perusahaan menggunakan media komunikasi internal mereka, khususnya bulletin internal perusahaan. Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa Departemen Korporasi Komunikasi menjadi pelaku dalam menyampaikan pesan, atau sebagai distributor pesan, telah membantu proses sosialisasi nilai perusahaan untuk menciptakan kesadaran identitas perusahaan bagi karyawannya. Sosialisasi nilai BERSATU yang dilakukan oleh Departemen Korporasi Komunikasi PT Daya-Varia Laboratoria Tbk menggunakan media-media komunikasi internal yang dimiliki oleh departemen ini, seperti Bersatu Newsletter, SMS Blast, e-mail blast, Pop-up, dan HR Info. Penelitian juga telah dilakukan oleh Ivan Malbasic dan Ruza Brcic, dimana penelitian ini berfokus pada cara mengkomunikasikan nilai organisasi kepada seluruh stakeholder, dari manajerial, karyawan, pemegang saham, sampai pelanggan. Dari hasil penelitian ini ditekankan bahwa nilai organisasi sangat penting dan dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi manajerial adalah hal yang paling penting dalam
7
8 penciptaan dan pemeliharaan nilai-nilai dalam mengkomunikasikannya ke seluruh stakeholders. Penelitian yang dilakukan Singkoh memiliki persamaan dengan penelitian Malbasic dan Brcic, yaitu pemimpin mengambil suatu peranan yang sangat penting terhadap proses sosialisasi yang terjadi di dalam sebuah perusahaan. Proses sosialisasi juga sangat ditentukan dari tahapan encounter yang terjadi dalam diri karyawan. Diperlukan komunikasi dalam perusahaan, karena proses komunikasi tidak akan pernah berhenti dalam suatu siklus di mana masih terdapat komunikan dan komunikator di dalamnya. Inkonsistensi informasi yang dialirkan dari atas ke bawah membuat komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik. Kekayaan bahasa yang dimiliki oleh pemimpin masih kurang mampu untuk menyalurkan informasi yang memuaskan ketika di sosialisasikan ke bawah. Di samping itu perusahaan juga belum memiliki perencanaan proses komunikasi organisasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan dalam tiap-tiap peran dan jabatan yang dimiliki. Anggapan bypass yang dilakukan oleh pimpinan kepada para karyawannya yang membuat kebingungan yang dialami oleh para bawahan kepada pimpinan. Sedangkan penelitian lainnya, oleh Loizos Heracleous dilakukan untuk mengeksplorasi tantangan metodologi dalam teori struktur ketenagakerjaan. Teori strukturasi
dikatakan dapat memberikan bimbingan yang cukup besar untuk
pekerjaan empiris melalui penyediaan pertajaman konsep untuk membingkai penelitian,
menganalisis
data,
dan
menafsirkan
hasil.
teori strukturasi sering menantang untuk menafsirkan secara lebih konkret, Secara operasional, yang menciptakan tantangan metodologis. Hasil penelitian mengatakan bahwa dalam menginterpretasi dimensi temporal dalam praktik keseharian, rentang kehidupan individu, dan proses institusi dapat menggunakan arahan empiris berupa studi longitudinal dengan meningkatkan sensitivitas percakapan yang dikaitkan dengan institusi. Untuk konsep dualitas struktur dalam pengertian, dominasi, dan legitimasi melalui praktik berulang dalam keseharian dapat menggunakan pembuatan rumusan aksi komunikasi setiap waktu dan meningkatkan makna, kekuatan, dan legitimasi. Sedangkan untuk pengetahuan agen, seperti kesadaran praktis, kesadaran implicit agen mengenai kondisi sistem dan kondisi aksi mereka menggunakan arahan dengan mempekerjakan pendekatan analitik yang dapat mengidentifikasi pendapat
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left + Not at 0.5 cm
9 terselubung,
membenarkan
kepercayaan-kepercayaan,
dan
mengeksplor
kepercayaan-kepercayaan itu dalam tingkat institusi. Melalui tinjauan ini diketahui bahwa penelitian yang dilakukan Malbasic & Brcic, dan Singkoh melihat bahwa peran pemimpin sangat besar dalam penanaman nilai-nilai perusahaan. Pada penelitian Singkoh, ketidak mampuan pemimpin dalam menyediakan komunikasi yang jelas membuat pengertian karyawan mengenai nilai perusahaan menjadi bias. Sedangkan Cendera Rizkry dalam penelitiannya menemukan fakta bahwa adanya Departemen Korporasi Komunikasi menunjang kelancaran informasi dari organisasi yang disampaikan melalui media internal. Dapat disimpulkan bahwa penelitian Cendera menggunakan aliran informasi secara serentak. Di samping itu penelitian Handayani menawarkan fakta lainnya, sosialisasi nilai juga dapat dilakukan pada karyawan, baik karyawan baru atau lama. Bagi karyawan baru sosialisasi dilakukan dalam training dan bagi karyawan lama terdapat pertemuan sebulan sekali untuk evaluasi. Untuk lebih mengingatkan karyawan perusahaan memberikan simbol-simbol yang ditempatkan di tiap-tiap ruangan terkait nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Sheil, Violanti, Slusarki, dan Heracleous menggunakan Teori Penstrukturan Adaptif sebagai dasar penelitian mereka. Sheil dan lainnya menggunakan Teori Penstrukturan Adaptif untuk mengetahui perbedaan anggota organisasi yang menganjurkan dan tidak menganjurkan penggunaan inovasi media,
hal
ini
membuktikan
bahwa
hal
yang
menjadi
kendala
dalam
penyelenggaraan inovasi media baru adalah pola pikir anggota terdahulu. Namun Heracleous melakukan penelitian mengenai metode-metode yang mengarahkan atau memandu perwujudan konsep Teori Penstrukturan Adaptif. Setelah melihat penelitian yang telah dilakukan oleh lima orang sebelumnya, terdapat perbedaan sudut pandang yang ditemukan. Penelitian sebelumnya menggunakan komunikasi untuk memberi pandangan atau pengertian terhadap nilai perusahaan agar nilai-nilai tersebut diwujudkan. Sedangkan dalam penelitian ini komunikasi dipandang sebagai aturan-aturan berinteraksi agar memproduksi suatu nilai yang ingin diwujudkan. Anggota kelompok secara sengaja meyesuaikan aturan dan sumberdaya untuk mencapai nilai-nilai perusahaan, maka peneliti menggunakan Teori Penstrukturan Adaptif sebagai pedoman untuk memahami organisasi. Teori Penstrukturan Adaptif dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk melihat komunikasi organisasi, namun dalam penelitian Sheil, teori tersebut digunakan untuk melihat hasil integrasi sosial, namun juga ditemukan persamaan metode yang
10 dilakukan perusahaan dengan metode yang telah dikemukakan Heracleous. Di samping itu penelitian ini juga melihat bagaimana cara pemimpin organisasi turut berperan dalam penciptaan makna dan bagaimana organisasi merancang strategi aksi penyediaan sumber daya untuk mewujudkan nilai perusahaan.
Tabel 2.1 State of The Art No.
Nama Peneliti dan
Lokasi
Tahun
Hasil Penelitian
Judul Penelitian 1.
Penelitian ini berangkat untuk
Astrid Sheil
Virginia,
Michelle T. Violanti
United
mengeksplorasi persamaan dan
Kevin Slusarki
State
perbedaan antara organisasi
2011
pemadam kebakaran yang menggunakan dan tidak menggunakan media sosial untuk situasi krisis / darurat.
Explaining Attitudes Toward
and
Experiences
Menggunakan Adaptive Structuration Theory (AST), hasil survei eksplorasi kami
with
dari 129 responden pertama
Social Media among
menunjukkan inovasi media
Public
sosial yang melampaui
Officers
Information through
kemampuan Pios 'untuk secara
Adaptive
efektif menerapkan dan
Structuration Theory
memanfaatkan strategi media sosial. Dari mereka yang tidak menggunakan media sosial, mereka telah mempertimbangkan menggunakannya untuk tujuan informasi-penyebaran saja; perbedaan utama antara mereka yang melakukan dan tidak menggunakan media sosial adalah persepsi mereka tentang hambatan untuk mengimplementasikannya
11 (pelatihan, waktu, sumber daya) dan apakah mereka menggunakannya dalam kehidupan pribadi mereka.
2.
Cendera Rizky
Jakarta,
Anugrah Bangun
Indonesia
2012
Makalah ini membahas tentang peranan Departemen Korporasi Komunikasi PT Darya Varia Laboratoria Tbk dalam
Analisis
mensosialisasikan nilai-nilai
Peranan Departemen
perusahaan
Corporate
menggunakan media
Communication
komunikasi internal mereka,
Dalam Melakukan
khususnya bulletin internal
Sosialisasi Nilai
perusahaan. Dalam
Perusahaan Melalui
penelitian didapatkan fakta
Bulletin Internal PT
bahwa Departemen
Darya-Varia
corporate communication
Laboratoria Tbk
menjadi pelaku dalam menyampaikan pesan, atau sebagai distributor pesan, telah membantu proses sosialisasi nilai perusahaan ini untuk menciptakan kesadaran identitas perusahaan bagi karyawannya. Sosialisasi nilai BERSATU yang dilakukan oleh departemen corporate communication PT Darya-Varia Laboratoria Tbk menggunakan media-media komunikasi internal yang
12 dimiliki oleh departemen ini, yaitu bulletin internal (BERSATU Newsletter), SMS Blast, e-mail blast, Pop-up, HR Info, dll. 3.
Ivan Malbasic, Ruza
Varaždin,
Brcic
Croatia
2012
Penelitian ini berfokus pada cara mengkomunikasikan nilai organisasi kepada seluruh stakeholder, dari manajerial, karyawan,
Organizatinal Values
pemegang saham, sampai
In Managerial
pelanggan. Dari hasil
Communication
penelitian ini ditekankan bahwa nilai organisasi sangat penting dan dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi manajerial adalah hal yang paling penting dalam penciptaan dan pemeliharaan nilai-nilai dalam mengkomunikasikannya ke seluruh stakeholders.
4.
Chandra Janaiver
Surabaya,
Singkoh
Indonesia
2013
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi di PT. XYZ atas sistem
Proses Sosialisasi
"sembilan alur kerja" yang
Sistem “Sembilan
mereka miliki. Perusahaan
Alur Kerja” di PT.
atau yang dapat dikatakan
XYZ Surabaya (Ex
sebagai pemilik
CV. MNO)
berkeinginan untuk
13 memperbaiki sistem yang mereka miliki dari yang terdahulu. Dibuatlah sistem sembilan alur kerja, dalam sistem ini terdapat alur komunikasi yang membentuk dan membangun sistem ini agar dalam pelaksanaannya karyawan dapat melihat bagaimana sistem sembilan alur kerja ini dapat berjalan. Namun yang terjadi dalam perusahaan ini adalah justru 80% karyawan menyatakan untuk mengundurkan diri dalam tempo waktu yang singkat. Pimpinan dalam mensosialisasikan alur komunikasi tersebut menggunakan momen rapat umum untuk mensosialisasikan alur Komunikasi tersebut. Namun follow up dalam prakteksasi alur tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dikarenakan dengan beberapa hal yang menjadi penghalang 5.
Loizos Heracleous,
Coventry, UK
2013
Makalah ini dibuat untuk mengeksplorasi tantangan metodologi dalam teori
14 The Employment of
struktur ketenagakerjaan.
Structuration Theory
Teori strukturasi dikatakan
in Organizational
dapat memberikan
Discourse: Exploring
bimbingan yang cukup besar
Methodological
untuk pekerjaan empiris
Challenges
melalui penyediaan pertajaman konsep untuk membingkai penelitian, menganalisis data, dan menafsirkan hasil. teori strukturasi secara operasional, menciptakan tantangan metodologis. Hasil penelitian mengatakan bahwa dalam menginterpretasi dimensi temporal dalam praktik keseharian, rentang kehidupan individu, dan proses institusi dapat menggunakan arahan empiris berupa studi longitudinal dengan meningkatkan sensitivitas percakapan yang dikaitkan dengan institusi. Untuk konsep dualitas struktur dalam pengertian, dominasi, dan legitimasi melalui praktik berulang dalam keseharian dapat menggunakan pembuatan rumusan aksi komunikasi
15 setiap waktu dan meningkatkan makna, kekuatan, dan legitimasi. Sedangkan untuk pengetahuan agen, seperti kesadaran praktis, kesadaran implicit agen mengenai kondisi sistem dan kondisi aksi mereka menggunakan arahan dengan mempekerjakan pendekatan analitik yang dapat mengidentifikasi pendapat terselubung, membenarkan kepercayaan-kepercayaan, dan mengeksplor kepercayaan-kepercayaan itu dalam tingkat institusi. karyawan untuk mengerti dan memahami Sistem baru yang mereka harus patuhi dan lakukan. Diperlukan komunikasi dalam perusahaan, karena proses komunikasi tidak akan pernah berhenti dalam suatu siklus di mana masih terdapat komunikan dan komunikator di dalamnya. Inkonsistensi informasi yang dialirkan dari atasan ke bawahan membuat komunikasi tidak dapat
16 berjalan dengan baik.
6
Shirley
Jakarta, Indonesia
2014
Komunikasi
dipandang
sebagai
aturan-aturan
berinteraksi
agar
memproduksi
suatu
yang
diwujudkan.
ingin
nilai
Karena anggota kelompok secara sengaja meyesuaikan aturan
dan
sumberdaya
untuk mencapai nilai-nilai perusahaan, maka peneliti menggunakan
Teori
Penstrukturan
Adaptif
sebagai
pedoman
untuk
memahami organisasi. Di samping itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemimpin organisasi turut berperan
penting
dalam
17 penciptaan
makna
serta
menjadi faktor kunci dalam menghadapi
tantangan
adaptasi Top 3 Priorities. Di samping itu penelitian ini menunjukkan
bagaimana
organisasi
merancang
strategi
aksi
sumber mewujudkan
daya
penyediaan untuk nilai
perusahaan.
2.2. Landasan Teori dan Konsep
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left + 1.25 cm, Left
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Pace & Faules, 2005, p. 33). Organisasi dianggap sebagai orang-orang yang berinteraksi dan memberi makna kepada interaksi tersebut, komunikasi menjadi suatu fungsi pembentuk organisasi alih-alih sekedar fungsi pemeliharaan organisasi. Berdasarkan perspektif ini, Smirchich mengatakan bahwa komunikasi organisasi akan berpusat pada simbol-simbol yang memungkinkan kehidupan organisasi. (Pace & Faules, 2005, p. 35) Apakah gagasan dan konstruk (Top 3 Priorities) yang mendorong, mengkoordinasikan, dan mewujudkan aktivitas (We Serve) terorganisasikan dalam situasi spesifik? Pertanyaan ini akan dilihat melalui sudut pandang Teori Penstrukturan Adaptif.
2.2.1. Teori Penstrukturan Adaptif Dalam Teori Penstrukturan Adaptif, Giddens membuat perbedaan antara konsep system dan struktur. Istilah sistem (system), dalam hal ini, merujuk pada kelompok atau organisasi itu sendiri dan perilaku yang dilaksanakan oleh kelompok ini untuk mencapai tujuannya. Istilah struktur (structure) merujuk pada aturanaturan dan sumber daya yang digunakan para anggotanya untuk menciptakan dan mempertahankan sistem, dan juga untuk mengarahkan perilaku mereka. (West & Turner, 2007, pp. 301-308)
Formatted: Normal, Indent: First line: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1 cm, Left + 1.25 cm, Left
18 Penstrukturan (structuration) dalam kelompok dideskripsikan sebagai “proses di mana sistem diproduksi dan direproduksi melalui pemakaian aturan dan sumber daya oleh anggota-anggota”. Penstrukturan memungkinkan orang untuk memahami pola-pola perilaku mereka-struktur dari sistem sosial mereka. Poole et al. dalam West & Turner menyimpulkan bahwa kunci untuk memahami kelompok adalah melalui analisis dari struktur yang mendasari mereka. aturan dan sumber daya untuk komunikasi biasanya dipelajari melalui organisasi itu sendiri dan juga dari pengalaman masa lalu dan aturan pribadi anggota-anggotanya. Aturan-aturan dan sumber daya ini ditekankan kembali sebagai hasil dari penerapan atau penggunaan mereka; kelompok ini mungkin akan memutuskan untuk membiarkan mereka tetap dalam format yang sama atau mengubah mereka untuk memenuhi perubahan kebutuhan dalam kelompok. Asumsi dasar dan Elemen yang terkandung dalam Teori Penstrukturan Adaptif yang mengarahkan teori ini.
2.2.1.1
Elemen Teori Penstrukturan Adaptif Dalam Teori Penstrukturan Adaptif terdapat tiga elemen yang terkandung di
dalamnya, yaitu, agensi dan reflektivitas, dualitas struktur, dan integrasi sosial.
2.2.1.1.1 Elemen 1: Agensi dan Refleksivitas Teori Penstrukturan Adaptif didasarkan pada pemikiran sederhana bahwa kegiatan manusia merupakan sumber yang menciptakan dan menciptakan kembali lingkungan sosial di mana kita berada. Oleh karena itu, agensi (agency) didefinisikan sebagai perilaku atau kegiatan tertentu yang dilakukan manusia dan yang diarahkan oleh aturan dan konteks di mana interaksi itu terjadi. Agen (Agent) merujuk pada orang yang terlibat dalam perilaku-perilaku ini. Teori Penstrukturan Adaptif menyatakan bahwa kelompok dan organisasi terlibat di dalam proses refleksivitas. Reflektivitas (reflexivity) pada dasarnya merujuk pada kemampuan para actor untuk memonitor tindakan-tindakan dan perilaku mereka. sebagian besar dari reflesivitas didasarkan pada aturan dan pengalaman di masa lalu yang dimiliki oleh seorang agen. Oleh karenanya, agen memiliki tingkat kesadaran mengenai perilakunya dan dapat menjelaskan mengapa sebuah perilaku tertentu dipilih dibandingkan yang lain. Kesadaran ini dapat terjadi dalam dua level. Kesadaran diskursif (discursive consciousness) merujuk pada kemampuan dari seseorang untuk menyatakan
Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left
19 pemikirannya di dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh anggota organisasi lainnya. Dengan kata lain, kesadaran ini berkaitan dengan pengetahuan yang dapat dikemukakan melalui kata-kata kepada orang lain. Kesadaran praktis ( practical consciousness) tindakan atau perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan katakata.
2.2.1.1.2 Elemen 2: Dualitas Struktur Dualitas struktur merujuk pada aturan-aturan dan sumber daya yang memiliki peran ganda dalam organisasi. Anggota sebuah organisasi bergantung pada aturan dan sumber daya untuk menuntun keputusan mereka mengenai perilaku dan tindakan yang mereka gunakan dalam komunikasi mereka. Aturan (rules) digunakan merujuk pada hal-hal yang bersifat rutin yang telah dimiliki atau diikuti oleh suatu kelompok dalam mencapai tujuannya. Daripada melihat aturan sebagai suatu tata cara yang kaku untuk mengapa harus dilakukan, akan lebih berguna jika melihat aturan sebagai instruksi manual tentang bagaimana sebuah tujuan mungkin dapat dicapai. Sumber daya (resource) merujuk pada kekuasaan yang dibawa actor ke dalam kelompok atau organisasi. Kekuasaan ini berpengaruh karena hal ini menuntun seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan atau memulai perubahan. Sebuah organisasi dapat menggunakan dua tipe sumber daya. Sumber daya alokatif (allocative resource) merujuk pada bantuan material yang diberikan oleh sebuah organisasi untuk membantu kelompok dalam mencapai tujuannya. Sumber daya otoritas (authoritative resource) merujuk pada karakteristik interpersonal yang digunakan selama interaksi komunikasi. Sumber daya yang tersedia dalam organisasi tidak luput dari penggunaan komunikasi interpersonal karena komunikasi interpersonal adalah alat utama melalui mana sebuah organisasi mampu terlibat dalam proses aktivitas. Salah satu tujuan utama dari komunikasi interpersonal adalah mempengaruhi orang lain.
2.2.1.1.2.1 Kekuasaan Hubungan, Personal, dan Pesan Salah satu tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk mempengaruhi, baik dalam mempengaruhi sikap atau perilaku orang lain. Dalam mengadaptasi Top 3 Priorities peran kekuasaan sangat besar, para pemimpin perlu melakukan
Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left
20 komunikasi interpersonal bagi setiap bawahannya agar Top 3 Priorities dimengerti dan dipraktikan dalam lingkungan kerja di perusahaan. (Devito, 2013, pp. 318-323)
2.2.1.1.2.1.1 Kekuasaan Dalam Hubungan Seseorang dapat mengkomunikasikan kekuasaannya di dalam hubungan. Berikut adalah beberapa tipe kekuasaan sosial: 1.
Kekuasaan
referen
merupakan
kemampuan
individu
untuk
mendapatkan ketaatan berdasarkan pada fakta bahwa hubungan pribadi telah terbentuk antara kedua partisipan. 2.
Kekuasaan legitimasi, ketika seseorang menggunakan pengaruhnya dengan dasar posisi atau jabatannya.
3.
Kekuasaan pakar merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan pengaruhnya terhadap orang lain berdasarkan pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya.
4.
Kekuasaan informasi atau persuasi, merupakan kemampuan individu untuk memberikan komunikasi secara logis dan persuasif, ketika seseorang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain atau ketika seorang individu yang memiliki informasi dan dapat menggunakan informasi
tersebut
dengan
argumen-argumen
yang
berasalan
untuk
mendapatkan ketaatan. 5.
Kekuasaan koersif dan penghargaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk memberikan hukuman dan penghargaan. Seseorang mungkin akan mematuhi permintaan orang lain untuk menghindari konsekuensi negatif, dan apabila tugas dapat diselesaikan dengan baik seseorang akan mendapatkan penghargaan.
2.2.1.1.2.1.2 Kekuasaan Personal Besarnya kekuatan yang anda miliki tergantung dari kredibilitas yang anda tunjukkan, hal ini mempengaruhi sejauh mana orang lain menganggap anda dapat dipercaya dan layak untuk diikuti. Tiga hal yang mempengaruhi kredibilitas anda: 1.
Kompetensi, yang ditunjukkan ketika orang lain melihat pengetahuan dan keahlian anda, hal ini sama dengan kekuatan pakar yang telah dibahas sebelumnya. Semakin anda memiliki banyak pengetahuan, maka semakin mudah orang lain untuk mempercayai anda.
21 2.
Karakter, orang akan melihat anda kredibel ketika mereka melihat anda sebagai orang yang memiliki karakter moral yang tinggi, seseorang yang jujur, dan seseorang yang dapat mereka percaya. Ketika orang lain merasa niat anda baik, mereka akan berpikir bahwa anda kredibel dan mereka akan mempercayai anda.
3.
Kharisma merupakan kombinasi dari kepribadian dan kedinamisan yang dilihat orang lain dalam diri anda. Jika anda terlihat ramah dan menyenangkan daripada terlihat pendiam atau suka menyendiri, dan dinamis daripada berbicara ragu-ragu, mereka akan anggap anda kredibel.
2.2.1.1.2.1.3 Kekuasaan Dalam Pesan Anda dapat mengkomunikasikan kekuatan sebanyak mungkin dalam setiap pesan. Kekuatan pesan dapat anda lakukan dengan mengetahui strategi verbal umum, pilihan bahasa secara spesifik, pesan non-verbal, dan mendengarkan.
a.
Strategi Verbal umum Dalam The Interpersonal Communication Book, Guerrero, Andersen, dan
Afifi mengelompokan strategi pengaruh verbal menjadi beberapa kategori 1.
Permintaan langsung, strategi ini adalah hal yang paling sering dilakukan untuk menciptakan kepatuhan, dan yang paling sering digunakan juga oleh penguasa.
2.
Tawar-menawar dan memberikan janji, membuat persetujuan untuk melakukan sesuatu jika seseorang mengerjakan sesuatu.
3.
Menjilat, tunjukkan keramahan anda.
4.
Memanipulasi, membuat orang lain merasa bersalah atau cemburu untuk melakukan apa yang anda inginkan.
5.
Menantang, memberikan peringatan pada orang lain terkait hal yang tidak menyenangkan yang akan terjadi ketika mereka tidak melakukan apa yang anda inginkan.
b.
Pilihan Bahasa Spesifik Cara-cara
yang
menunjukkan
powerfulness
dan
powerlessness
dikomunikasikan melalui bahasa spesifik yang telah menarik perhatian banyak peneliti. Hindari bentuk-bentuk di bawah ini.
22 1.
Ragu-ragu, berbicara dengan gagap atau tidak lancar membuat anda terdengar kurang persiapan dan menjadi sulit dimengerti.
2.
Membatalkan, seperti “saya tidak membaca artikel tersebut, tapi…” atau “saya tidak melihat kecelakaan tersebut, tapi…” hal ini membuat anda menjadi tidak kompeten dan menimbulkan perasaan ketidak pastian.
3.
Tag
pertanyaan,
memberikan
pertanyaan
sebagai
permintaan
persetujuan orang lain membuat anda telihat anda perlu persetujuan dan menjadikan diri anda tidak pasti. 4.
Mengkritik diri, hal ini membuat anda menjadi terlihat tidak percaya diri.
5.
Slank dan ekspresi vulgar, menunjukkan kesan bahwa anda di kelas sosial yang rendah dan memiliki kekuatan yang kecil.
c.
Bahasa non-verbal Banyak peneliti fokus pada faktor non-verbal yang dikaitkan dengan
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (Burgoon, Guerrero, & Floyd, 2010). Contohnya, cara berpakaian, dan simbol-simbol kekuasaan lainnya
yang dapat
membantu orang untuk mempengaruhi orang lain. Anggukan, ekspresi wajah, dan gesture membantu anda mengekspresikan perhatian anda kepada orang lain, suatu interaksi, dan juga untuk meningkatkan kharisma anda. d. Mendengarkan Semakin banyak anda mengkomunikasikan kekuatan dan kekuasaan anda melalui
kata-kata
atau
ekspresi
non-verbal
anda,
anda
juga
dapat
mengkomunikasikan kekuatan dengan mendengarkan. Selama anda mendengarkan, anda juga mengkomunikasikan pesan kepada orang lain, dan anda dapat mengomentari pesan-pesan ini melalui cara kekuasaan anda.
2.2.1.1.3 Elemen 3: Integrasi Sosial Social integration, merupakan sebuah proses yang terus-menerus di mana para anggota dalam organisasi atau kelompok menjadi saling mengenal satu sama lain dan membentuk harapan berdasarkan kesan atau informasi sebelumnya yang mereka pelajari. Jika anggota kelompok berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk pertama kali, pengetahuan mereka mengenai satu sama lain akan sedikit terbatas, dan proses integrasi sosial akan menjadi lebih luas. Sebaliknya, ketika para anggota telah
Formatted: Normal, Indent: Left: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left
23 mengenal satu sama lain, proses integrasi sosial bergantung hampir sepenuhnya pada struktur yang diingat kembali dari interaksi sebelumnya. Setiap partisipan membawa latar belakang, pengalaman, dan harapan pada
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left + Not at 0.5 cm
sebuah peristiwa komunikasi. Akan tetapi, sebagai seorang anggota organisasi atau kelompok, seorang individu membawa pengetahuan pada situasi yang bergantung pada perubahan berdasarkan pada pengaruh baik sumber internal maupun eksternal. Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left
2.2.2 Komunikasi dalam Grup dan Tim Dalam dunia kerja, sebuah tim merupakan sekelompok individu yang berbagi sebuah tujuan yang menjadi pemersatu mereka. organisasi menggunakan tim untuk
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left + 0.5 cm, Left + 1.25 cm, Left Formatted: Indent: First line: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left + 3.75 cm, Left
menghadapi setiap tantangan yang disebabkan oleh kurangnya pengertian dan komunikasi, serta membawa bersama orang-orang yang berpengetahuan untuk menyelesaikan masalah. Tim memungkinkan organisasi untuk mengajak orang bersama-sama
bertangungjawab
untuk
mengimplementasikan
tujuan
dan
melaksanakan visi organisasi. Salah satu strategi mengatur tim adalah dengan membangun strategi
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left
kepemimpinan yang efektif. Faktanya, kekuatan kepemimpinan yang real muncul dari kesuksesan pemimpin mengelolah komunikasi grup, termasuk memilih anggota tim, mengklarifikasi tujuan (goal) individu dan tim, memfasilitasi komunikasi, membangun konsensus, mencari dan menyediakan informasi, membuat tugas-tugas, mengevaluasi, meringkas, dan memberi laporan, merayakan kesuksesan. Berikut adalah penjelasan dengan lebih detail. . (Goodall, et al., 2010, pp. 185-187) 1
Memilih Anggota tim, memilih anggota yang paling sesuai merupakan penghubung dari kesuksesan tim. Faktor kuncinya, dalam tim yang sukses, setiap individu mengerti apa yang ia bawa dan bagaimana ia berkontribusi dalam tim. Pemimpin tim harus menyampaikan alasan memilih mereka secara individu ketika mereka masuk ke dalam tim. Ketika anggota tim mengerti perannya dalam tim, mereka akan lebih bersedia untuk berpartisipasi dan merasa kurang tepat bila menyia-nyiakan waktu dalam projek tim.
2 Mengklarifikasi tujuan, tujuan merupakan sesuatu yang konkret dan dapat tercapai. Tujuan merupakan tugas-tugas yang dipenuhi untuk mencapai goal dan tugas-tugas tersebut disertai dengan deadline. Pemimpin tim yang efektif mengerti bahwa seringkali anggota tim bekerja dalam beberapa tim, mengelola beberapa projek, dan menangani beberapa goals dan objectives secara
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 3.17 cm + Indent at: 3.81 cm, Tab stops: 0 cm, Left
24 bersamaan. Sudah merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggota mengklarifikasi dan memberi prioritas dari goals dan tugas-tugas mereka. 3 Memfasilitasi komunikasi, peran pemimpin tim adalah untuk membantu anggota mengerti visi organisasi, objektif, berbagai aktifitas dengan memfasilitasi komunikasi baik dalam tim maupun dengan orang-orang di luar tim. 4 Membangun konsensus, walaupun tim yang baik menyadari bahwa tim terbentuk dari individu-individu, mereka juga harus mengetahui bahwa mereka harus memiliki kemajuan secara bersama-sama. Ini merupakan tugas pemimpin untuk membangun pengertian di antara anggota. 5 Membuat tugas-tugas (assignments), sebuah fungsi penting dari pemimpin tim adalah membuat dan memberi anggota tugas-tugas dengan adil. Tanpa arahan, anggota tim mungkin melangkah sedikit demi sedikit sehingga waktu yang digunakan menjadi tidak efisien. Tanpa adanya keadilan dalam dalam tugas kerja, individu akan frustasi dengan yang lainnya dan membenci pimpinan karena kurangnya keadilan. Dengan penyampaian tugas yang jelas dan penindak lanjutan untuk melihat tugas-tugas yang diberikan selesai tepat waktu dan tingkah laku yang efektif merupakan sebuah demonstrasi kepemimpian. Fungsi vital ini memerlukan pemimpin tim untuk membangun kemampuan yang diperlukan untuk mengevaluasi kontribusi dan keseluruhan usaha tim. 6 Evaluating, Summarizinf, and Reporting, sebuah tim tidak dapat sukses dalam sebuah organisasi tanpa seseorang yang mengevaluasi, meringkas, dan memberi laporan perkembangan tim. Fungsi ini terjadi dalam dua cara: kepada individu dan kepada orang di luar grup yang berkontribusi dengan usaha tim. 7 Merayakan kesuksesan, sering diabaikan, namun hal ini merupakan fungsi penting dari seorang pemimpin tim untuk merayakan kesuksesan. Pemimpin harus menyadari antara kesuksesan individu dan tim, dan bagaimana merayakannya. Hal ini penting agar semua anggota merasa pekerjaanya dihargai. Kesuksesan tim dapat terjadi ketika mereka memiliki visi, penetapan goals, dan pembagian desain komunikasi efektif yang jelas untuk mencapai keseluruhan objektif.
2.2.3 Kesadaran Komunikasi Komunikasi bisnis dan professional merupakan bentuk singkat yang mengacu pada ketentuan berbicara, mendengar, berhubungan, menulis, dan merespon dalam
Formatted: Justified, Indent: Left: 0 cm, First line: 1.25 cm, Line spacing: 1.5 lines
25 dunia kerja, baik melalui manusia maupun melalui media elektronik. Komunikasi manusia melingkupi percakapan, interview, meeting tim dan kelompok, informative briefings,
pidato,
presentasi
persuasive.
Sedangkan
komunikasi
elektronik
melingkupi percakapan di telepon, pesan teks, email, website, satellite conference, dll. (Goodall, et al., 2010, p. 9) Untuk melakukan komunikasi bisnis yang professional kita perlu mengetahui ide-ide penting yang mendukung pengertian tentang kemampuan vital ini. Kesadaran dan kecermatan komunikasi dalam dunia kerja memerlukan beberapa komponen, seperti kesadaran akan kebutuhan dan harapan orang lain (mindful), kesadaran proses komunikasi dengan menggunakan langkah-langkah penyampaian informasi sebagai strategi (awareness), merespek keragaman, menyeimbangkan strategi, etika, dan hasil. Proses
CCCD
merupakan
langkah-langkah
yang
dapat
membantu
keberhasilan komunikasi dalam lingkungan global, antara lain: 1.
Choosing a Communication Goal Menganalisis hasil-hasil yang dapat dicapai dari situasi komunikasi
dengan memperhatikan: a. Kebutuhan dan harapan publik (kebutuhan dekat dalam percakapan, kebutuhan informasi, arahan, solusi, permintaan maaf, kesenangan, dll) b. Hasil komunikasi yang diinginkan. Dengan mengetahui hasil yang public inginkan, kita dapat mengetahui apa hasil komunikasi yang mungkin dapat kita pilih. 1.c. Kriteria yang dapat megukur keberhasilan anda dan timbal balik apa yang anda harapkan mungkin terjadi.
2. Creating The Message Tahap ini merupakan proses pengembangan desain perencanaan untuk mencapai publik spesifik dan melaksanakan strategi yang anda kembangankan di
Formatted: Justified, Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm, Tab stops: Not at 1.27 cm
tahap awal.
3.
Coordinating with Others Koordinasi merupakan tindakan yang diperlukan untuk dibawa setiap orang
secara bersama-sama agar penyampaian komunikasi berhasil. Misalnya, ketika
Formatted: Justified, Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm, Tab stops: 2.5 cm, Left + Not at 1.27 cm
26 menetukan goal, hasil, dan kriteria, anda perlu mengecek kembali dengan anggota tim lainnyauntuk memastikan komunikasi merepresentasikan goal tim.
4.
Delivering The Message Penyampaian pesan yang efektif memerlukan latihan (fluency, naturalness,
vivacity,
nonverbal
competence),
menerima
dan
mengevaluasi
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm, Tab stops: 2.5 cm, Left
feedback,
menggabungkan umpan balik dalam penyampaian anda. Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left
2.2.4 Perencanaan Strategis PR
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left + 2 cm, Left
Dalam sebuah organisasi, Public Relations berperan dalam membantu fungsifungsi manajemen suatu organisasi (Ruslan, 2005, p. 26), yaitu sebagai 1. Communicator, artinya kemampuan sebagai komunikator secara langsung maupun tidak langsung, melalui media cetak atau elektronik dan lisan (spoke
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm
person) atau tatap muka. Disamping itu juga bertindak sebagai mediator sekaligus persuader. 2. Relationship, kemampuan peran PR membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan publik internal maupun eksternal. Dan juga berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi Jefkins menyatakan bahwa public relations merupakan sesuatu yang
Formatted: Normal, Indent: First line: 1.25 cm, Line spacing: 1.5 lines
merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khayalaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian (Morissan, 2010: 8). Jadi, public relations merupakan suatu bentuk komunikasi yang terencana yang bertujuan untuk mencapai visi dan misi perusahaan dan diharapkan dari kegiatan tersebut tentu memberikan efek serta perubahan yang positif untuk perusahaan maupun khayalaknya. Dalam perannya di perusahaan, PR turut berkontribusi dalam komunikasi internal
yang
melayani
beberapa
tujuan.
Pertama,
dimaksudkan
untuk
mengakulturasi karyawan atau menginternalisasi dan membuat mereka paham akan budaya dan nilai organisasi. Kedua, melayani jalur informasi karyawan mengenai pembangunan, peristiwa, dan berita-berita organisasi. Ketiga, sebagai jalur untuk organisasi agar dapat mendengar pertanyaan dan keprihatinan karyawannya.
Formatted: Normal, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 1.25 cm, Left
27 Perencanaan strategis merupakan bagian yang sangat penting dalam program
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0 cm, Left
humas atau public relations. Menurut Jefkins, seorang praktisi PR harus merencanakan program kerjanya, dan ini termasuk manajemen strategis. (Morissan, 2008, p. 148) Dalam buku Public Relations Strategy, Benneth mendeskripsikan strategi sebagai ‘the direction that the organization choose to follow in order to fulfil its
Formatted: Line spacing: 1.5 lines, Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers, Tab stops: 0 cm, Left
mission.’ Arahan yang organisasi pilih dalam rangka untuk memenuhi missinya. (Oliver, 2007, p. 2) Mintzberg menawarkan lima kegunaan dari kata ‘strategi’, di antara lain: 1.
Sebuah rencana berupa tindakan (action) yang dilakukan dengan sadar.
1.2.
Sebuah cara yang digunakan sebagai manuver untuk mengecoh pesaing
1.3.
Sebuah pola yang mewakili aliran tindakan
2.4.
Memposisikan organisasi dalam sebuah lingkungan
1.5.
Suatu perspektif terpadu sebagai cara untuk memahami dunia Kinkead dan Winokur mendefinisikan manajemen strategis sebagai suatu
proses yang memungkinkan setiap organisasi dari perusahaan, asosiasi, lembanga non-profit dan pemerintah untuk mengenal peluang dan ancaman jangka panjang mereka, memobilisasi seluruh aset untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan serta menerapkan satu strategi pelaksanaan yang berhasil (Morissan, 2010:153). Berikut merupakan proses manajemen perencanaan strategis PR: a. mendefinisikan masalah, dengan melakukan analisis mengenai apa yang menjadi masalah, perhatian, atau kesempatan (What’s happening now?) dan juga melakukan analisis SWOT. Melalui analisa-analisa kita dapat menentukan apa permasalahan PR dan peluang program-program yang dapat dilakukan. b. perencanaan dan pemrograman, dengan menetapkan goal dari program terpilih yang disertai dengan penetapan jangka waktu, menetapkan target publik yang akan merasakan dampak dari program, membuat strategi aksi dan taktik dengan menetapkan perubahan internal apa yang harus terjadi untuk mencapai objektif, merancang strategi dan taktik komunikasi seputar konten pesan yang harus disampaikan agar dapat mencapai hasil yang diinginkan, menentukan media yang tepat untuk proses penyampaiannya, serta membuat anggaran dalam pengimplementasian program. c. melakukan aksi dan komunikasi, dengan melakukan koordinasi aksi dan komunikasi, serta pengimplementasian program yang telah direncanakan.
Formatted: Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm, Tab stops: 1.25 cm, Left + Not at 1.27 cm Formatted: Indent: Left: 0.12 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 2.54 cm + Indent at: 3.17 cm, Tab stops: 1.25 cm, Left + Not at 1.27 cm
28 d. mengevaluasi
program,
dengan
melakukan
evaluasi
perencanaan,
dan
menganalisa umpan balik untuk penyesuaian program.
a. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
2.2.5 Gaya Kepemimpinan Resonansi bukan hanya berakar pada kemampuan pemimpin untuk mengatakan suatu hal dengan
benar tetapi juga pada sekumpulan kegiatan
terkoordinasi yang tercakup dalam gaya kepemimpinan tertentu. Secara tipikal, pemimpin terbaik dan terefektif bertindak berdasarkan salah satu dari enam pendekatan kepemimpinan dan dengan terampil mengganti gaya, tergantung pada situasi. (Goleman, et al., 2004) Firma konsultan di Boston, McBer & Company mengumpulkan data yang dianalisis oleh Stephen Kelner Jr., Christine A. Rivers, dan Kathleen H. O’Connel dalam Managerial Style as Behavior Predictor of Organizational Climat. Hasilnya menunjukkan bahwa para pemimpin yang menggunakan gaya-gaya kepemimpinan yang berdampak emosi positif jelas menghasilkan hasil keuangan yang lebih baik dan yang terpenting adalah para pemimpin yang mempunyai hasil terbaik ternyata tidak menggunakan satu gaya saja. Berikut adalah enam gaya kepemimpinan dimana empay gaya pertama akan mendukung terjadinya resonansi dan dua gaya lainnya akan segera menciptakan disonansi apabila tidak digunakan secara efektif. Beberapa gaya yang resonan, di antaranya: 1. Visioner adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan inspirasi bersama dengan ttritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dan karena memang meyakini visi itu, maka dapat membimbing orang-orang menuju visi tersebut dengan tegas. Faktor tranparansi juga penting karena visi yang tidak murni dari seorang pemimpin, orang-orang akan merasakannya. Gaya kepemimpinan ini efektif ketika bisnis mengalami pergeseran selama kemunduran atau ketika membutuhkan visi baru. Namun gaya ini tidak cocok pada situasi dimana pemimpin bekerja dengan tim ahli atau rekan kerja yang lebih berpengalaman (cenderung terlihat sombong atau
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm, Right: 0 cm, Line spacing: 1.5 lines, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.9 cm + Indent at: 2.54 cm, Widow/Orphan control, Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers, Tab stops: 0 cm, Left + Not at 0.5 cm + 3.49 cm + 5.36 cm
29 melenceng dari tugas yang ada). Keterbatasan lainnya adalah jika seorang manajer berusaha menjadi visioner tetapi malah membebani. 2. Pembimbing (seni memimpin perorangan) adalah gaya kepemimpinan yang memiliki focus bimbingan pada perkembangan perorangan, tetapi pada umumnya, gaya ini memprediksi adanya respon emosi positif dan hasil yang lebih baik. Pemimpin melakukan perbincangan pribadi dengan para pegawainya, pemimpin pembimbing akan membangun ikatan dan kepercayaan. Mereka mengkomunikasikan minat yang tulus kepada orang-orangnya, bukan cuma memandang mereka sebagai alat untuk menyelesaikan pekerjaan. Gaya ini akan menciptakan percakapan yang berkelanjutan yang memungkinkan pegawai untuk mendengarkan umpanbalik kinerja mereka dengan terbuka, melihatnya sebagai penunjang aspirasi mereka sendiri, dan bukan hanya untuk kepentingan bos. 1.3.
Gaya afiliatif (pembangunan relasi) adalah gaya kepemimpinan yang sifatnya
saling berbagi emosi secara terbuka, pemimpin menghargai orang-orang dan perasaannya – tidak terlalu menekankan pencapaian hasil dan tujuan, dan lebih menekankan kebutuhan emosi pegawai. Mereka berusaha untuk membuat orangorang senang, menciptakan harmoni-- untuk membangun resonansi tim. Gaya ini kurang efektif sebagai pembangkit motivasi langsung terhadap kinerja namun memiliki dampak positif yang luar biasa pada iklim emosi kelompok. Gaya ini perlu diterapkan ketika pemimpin berusaha meningkatkan harmoni tim, meningkatkan moral, memperbaiki komunikasi, atau memperbaiki kepercayaan yang pernah putus di dalam organisasi. 4. Gaya demokratis (mari kita membicarakannya) adalah gaya kepemimpinan yang dibangun berdasarkan tritunggal kemampuan kecerdasan ekonomi: kerja kelompok dan kolaborasi, pengelolaan konflik, dan pengaruh. Komunikator terbaik adalah pendengar yang baik – mendengarkan adalah kekuatan kunci pemimpin demokratis. Pemimpin menciptakan perasaan bahwa mereka sungguh-sungguh ingin mendengarkan pikiran dan kepedulian pegawai, dan mereka besedia mendengarkan. Mereka juga kolaborator sejati, bekerja sebagai anggota kelompok dan bukan pemimpin yang berposisi di atas. Dan mereka tahu cara meredakan konflik dan menciptkan harmoni – misalnya memperbaiki keretakan dalam kelompok.
30 Sedangkan gaya kepemimpinan lainnya yang dapat menimbulkan efek disonan, antara lain: 1. Penentu kecepatan ( gunakan sekali-sekali saja), pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standar kinerja yang tinggi. Ia bersikap obsesif bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat. Ia akan cepat menunjuk orang-orang yang berkinerja buruk, menuntut lebih banyak dari mereka, dan jika mereka tidak meningkatkannya, ia sendiri yang akan melakukannya. Namun semakin besar tekanan yang diberikan, akan semakin banyak kecemasan yang ditimbulkan. Meskipun tekanan yang moderat dapat menyemangatkan orang-orang (tantangan untuk memenuhi batas waktu) tapi tekanan yang tinggi terus-menerus bisa melumpuhkan. Hasil dari penetu kecepatan adalah peningkatan pendapatan jangka pendek. 1.2.
Memimpin dengan memerintah ( do it because I say so), gaya ini kadang disebut intimidasi, para pemimpin ini menuntut kepatuhan langsung pada perintahnya, tetapi tidak mau repot-repoat menjelaskan alasan yang ada di baliknya. Jika bawahannya tidak mengikuti perintahnya begitu saja, pemimpin ini akan mengancam. Bukannya mendelegasikan kekuasaan, mereka malah ingin mengendalikan setiap situasi dengan ketat dan memauntaunya dengan teliti. Umpan balik kinerja lebih berfokus pada kesalahan, bukan pada apa yang telah dilakukan orang dengan baik. Di smaping kecenderungan negatifnya, gaya ini punya tempat penting dalam perlengkapan emimpin yang cerdas secara emosi, jika digunakan dengan penuh pertimbangan yang tepat. Bisanya berjalan efektif untuk menyingkirkan kebiasan bisnis yang tidak bermanfaat dan mengejutkan orang-orang supaya bersedia melakukan sesuatu dengan cara-cara yang baru.
2.3 Kerangka Pemikiran
31
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran