ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai bahan kajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh : Judul Penelitian Aditya Supply Priyam Chain bodo Sirkulasi dan Botol Teh Yandra Botol Rahadi Sosro an 2011 (Studi Kasus di PT. Sinar Sosro, Ungaran)
No Peneliti 1.
TESIS
Masalah Penelitian Bagaimana PT. Sinar Sosro mengatur sirkulasi jumlah botol terisi yang beredar di pasaran dan jumlah botol kosong yang harus berada di pabrik untuk diisi ulang
Perbedaan Penelitian Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan Aditya Priyambodo melakukan monitoring pada kinerja persediaan dimana yang menjadi analisis data adalah : 1. Tingkat perputaran persediaan 2. Rata-rata jumlah hari bisa beroperasi dengan persediaan yang
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
Persamaan Hasil Penelitian Penelitian Persamaan 1. Sistem penelitian supply chain ini adalah management aktivitas di PT. Sinar yang di Sosro sudah teliti sistem terlaksana supply dengan baik chain hal ini managemen ditunjukan t sirkulasi dengan botol pengintegrasi produk Teh an sistem botol sosro informasi, terkait mode pengiriman transportasi, produk jadi prosedur dan penanganan penarikan material serta botol sistem kosong pemasaran kembali ke telah terpusat pabrik meskipun (aktivitas masih Reverse terdapat Logistics ) kurang optimalnya pada
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
dimiliki 3. Menghitu ng presentase kesediaan botol kosong ketika diminta oleh pelanggan dengan menentuk an jumlah produksi
2.
TESIS
Mohsen Exploring Attaran the (2004) relationshi p between informatio n technology and business process reengineer ing
Peranan teknologi informasi dalam mengawali dan mempertahan kan PBR dan menguji beberapa perusahaan yang telah
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah bahwa dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada proses bisnis reengineerin g dan
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
penanganan sirkulasi botol kosong yang masih terjadi pengendapan di Kantor Penjualan. 2. Ketersediaan Peti(krat) Botol terkadang menjadi penghambat faktor proses produksi karena botol kosong yang siap diisi di pabrik belum mampu mencukupi target rencana produksi secara kontinyu. Persamaan dengan penelitian dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan unsur teknologi informasi dalam
1. Kecepatan evolusi teknologi informasi dan penurunan biaya merupakan peluang untuk merubah dan meningkatka
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
secara sukses menerapkan teknologi informasi
3.
TESIS
Moh. Arya
Model 1. FaktorPegendalia faktor yang
teknologi informasi sebagai pendukung pencapaian sasaran, sedangkan pada penelitian terdahulu menitikberat kan hubungan antara penerapan PBR dengan kemampuan teknologi informasi yang dimiliki suatu perusahaan serta hambatan yang dihadapi dalam implementasi nya.
Perbedaan dengan
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
9
mendukung n cara pencapaian melakukan PBR bisnis berdasarkan 2. Teknologi peranan informasi yang meruapakan dimiliki oleh cara yang teknologi sangat informasi. efektif dalam PBR, dimana teknologi tersebut akan membantu untuk mencapai tujuan reeningeerin g dalam tiga cara yaitu menyediaka n informasi, meningkatka n kinerja proses dan membantu dalam merekayasa model dengan melakukan penilaian terhadap beberapa konsekuensi yang ditimbulkan Persamaan 1. Model dengan utama yaitu
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.
TESIS
10
Wicaks ana (2011)
n berpengaru Persediaan h terhadap Kemasan kebijakan Galon perusahaan Dengan dalam Memperti mengendali mbangkan kan Tingkat persediaan Pengemba galon, lian Dan 2. Pengemban Permintaa gan model n Produk simulasi Di Perum pengendali Perhutani an Unit III persediaan Jawa Barat galon Dan dengan Banten mengintegr asikan antara tingkat pengembali an galon yang memiliki ketidakpast ian tinggi dan tingkat permintaan produk
penelitian terdahulu adalah metode penelitian yang dilakukan, pada penelitian terdahulu menggunaka n pendekatan kuantitatif dengan menggunaka n uji Kolmogrov Smirnnov dan Uji Anderson Darling dalam menyelesaika n rumusan masalah yang di buat.
penelitian terdahulu adalah permodelan sistem reverse logistics menggunak an aplikasi desktop dengan menggunak an integrasi eksternal.
model prakiraan permintaan, model tingkat pengembalia n galon dan model estimasi persediaan gallon. 2. Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa akan terjadi kekurangan gallon untuk produksi pada periode 8, 10, 13, 14, 28, dan 55. Selain itu, akan terjadi kekurangan produk pada periode 6 dan akan berdampak pada periode 8, 9, 10, dan 11
Hing Kai Chan, Shizhao Yin,
Implement ing Just In Time Philosoph y to
Perbedaan yang dilakukan dengan penelitian
Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah
Model proses dengan JIT dapat memiliki kontrol yang lebih baik dari
Dampak JIT dalam penerapannya di reverse logitics
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Felix T.S. Chan (2010)
Reverse Logistics Systems: A Review
dengan meninjau dari beberapa literatur.
terdahulu terletak pada metode penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu dengan pendekatan studi leteratur dalam penyelesaian rumusan masalah yang diangkat.
11
luaran yang di hasilkan dari penelitian yakni model integrasi reverse logistics pada sistem informasi dan persediaan produk, hanya pada penelitian terdahulu sistem Just in Time masuk untuk mensupport dalam pengintegra sian.
elemen biaya dan efisiensi kegiatan reverse logistics, dan manajemen siklus hidup produk dengan menerapkan JIT membantu untuk merancang produk dengan menganggap aktivitas reverse logistics dalam berbagai model proses.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Reverse Logistics Pengertian reverse logistics menurut Rogers dan Timber Lembke (1999) ialah proses dari suatu perencanaan, pengimplementasian, juga sebagai pengontrol keefesienan dan keefektifan aliran biaya dari bahan baku, proses penempatan barang jadi di gudang. Reverse Logistics juga memiliki tujuan untuk menangkap kembali dari suatu nilai atau pembuangan yang tepat berdasarkan informasi yang
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
terkait dari titik konsumen (point of consumption) menuju ke titik awal (point of origin). Reverse logistics memiliki istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada peran logistik dalam proses daur ulang, pembuangan limbah, dan pengelolaan bahan berbahaya. Perspektif yang lebih luas adalah mencakup semua masalah yang berkaitan dengan kegiatan logistik dilakukan dalam pengurangan sumber daya, daur ulang, substitusi, penggunaan kembali bahan dan pembuangan.(Stock.1992). Menurut M.Fleischman (2000) reverse logistics meliputi tiga aspek berikut: 1.
Pertama-tama, kita melihat reverse logistics sebagai unsur keragaman pertumbuhan sistem logistik. Sebagaimana dicatat oleh Ganeshan et al. (1998) "definisi yang paling umum (dari rantai pasokan) adalah sistem pemasok, produsen, distributor, pengecer, dan pelanggan di mana bahan mengalir mulai hilir dari pemasok kepada pelanggan dan informasi mengalir dalam dua arah."
2.
Kedua, reverse logistics berkaitan dengan mengalirnya barang sekunder dalam arti bahwa hal itu mengacu pada produk yang penggunaan asli telah selesai. Oleh karena itu, reverse logistics berkaitan dengan turunan dari beberapa penggunaan sebelumnya, yang baik direncanakan atau benar-benar terwujud. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan nilai ekonomi yang diberikan produk yang dihasilkan hal ini termasuk pembuangan atau beberapa bentuk pemulihan produk.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.
13
Ketiga, istilah reverse logistics sangat mengungkapkan perspektif pihak penerima. Oleh karena itu, reverse logistik adalah bentuk khusus dari inbound logistics. Reverse logistics merupakan semua aktivitas yang didalamnya terdapat
perencanaan, pemrosesan, mereduksi, membuang limbah berbahaya atau non berbahaya dari produksi, pengemasan dan penggunaan dari produk. Semua aktivitas tersebut termasuk proses dari distribusi reverse (Fleischman et al.2000). Karena pergerakan aliran barang berlawanan dari aliran didalam rantai pasok konvensional reverse logistics sering juga disebut “logistic backward” (Rogers dan Timber Lembke.1999). Dimana aliran forward dari barang mengalir dari supplier ke pelaku manufaktur dan pengecer ke konsumen, reverse logistics berurusan dengan semua aliran dari barang dan informasi yang penting untuk mengumpulkan penggunaan produk, pengemasan material, pembatalan produksi, dan yang lainnya. Lalu membawanya untuk diletakkan dimana barang itu dapat digunakan kembali, remanufaktur, mendaur ulang atau dihancurkan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat diperoleh elemen-elemen pembentuk Reverse logistics sebagaimana dalam Tabel 2.1. Table 2.1 Elemen-elemen Pembentuk Reverse logistics
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
What is? - Proses - Pekerjaan - Ketrampil an & aktivitas
Input - Produk buangan - Produk yang dipakai - Produk atau part yang sebelumnya dikirimkan - Paket dan produk dari limbah berbahaya dan tidak - Informsi - Bahan baku - Inventori yang sedang diproses - Finished goods - Informasi yang berhubungan
Activity - Perencanaan, Implementasi - Pengendalian Efisiensi & Efektivitas Biaya - Pengunpulan - Transportasi - Penyimpanan - Poses - Penerimaan - Recovering - Pengemasan - Pengiriman - Pengurangan - Managing - Disposing
14
Output - Produk dari reusable - Recycling - Remanufactu ring - Disposal - Reducing - Managing - Recapturing value
From Point of consum ption
To - Manufact ur - Central collectio n point - Point of origin
Sumber : Iviana dan Handoko (2012) Rogers dan Timber Lembke (1999) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab adanya reverse logistics, factor tersebut adalah : a. Forecast accuracy/demand variability b. Aktivitas Promosi c. Pengenalan produk baru d. Kebijakan safety stock e. Logistics trade-offs f. Product life cycle g. Kebijakan pembelian h. Legislative issues i. Manajemen aliran kas
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
j. Liberal returns policies k. Customer “no-faults found”
Sumber : Muhammad Umer dan Fayyaz Afzal (2010) Gambar 2.1 Aliran Proses Reverse Logistics 2.2.1.1. Alasan Pengembalian Produk Menurut Daugherty et al (2002) produk dikembalikan atau dibuang dikarenakan produk yang dihasilkan tidak berfungsi secara baik atau dikarenakan oleh fungsi barang tersebut sudah tidak dibutuhkan. Terdapat beberapa alasan retur produk yang ada didalam hierarki rantai pasok, dimulai dengan manufaktur, lalu ke distribusi hingga produk jadi sampai ke konsumen akhir. Oleh sebab itu Dekker membagi alasan pengembalian produk menjadi tiga bagian yaitu Manufacturing Returns, Distribution Returns, dan Customer Returns. 1. Manufacturing Returns Pada manufacturing returns meliputi semua komponen atau barang yang ada di fase produksi. Menufacturing returns meliputi : a. Raw material surplus. b. Quality Control Returns.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
c. Production leftovers/by-products. 2. Distribution Returns Pada distribution returns ialah semua pengembalian yang terdapat pada fase distribusi. Distribution returns meliputi : a. Product recalls Product recalls dimana produk dikumpulkan kembali disebabkan oleh permasalahan kesehatan atau keamanan yang berkaitan dengan produk. b. B2B (Business to Business) Commercial Returns B2B commercial returns (produk tidak terjual, produk rusak atau salah kirim) ialah semua pengembalian dimana pengecer (retailer) mempunyai suatu pilihan kontraktual untuk mengembalikan produk ke pemasok yang disebabkan oleh kerusakan barang saat pengiriman atau kesalahan pengiriman barang. c. Stock Adjustment Stock adjustment mengambil peran ketika pelaku didalam rantai pasok mendistribusi ulang (redistributes) stok (berlaku pada contoh kasus seasonal products). d. Functional Returns (distribution items/ carriers/ packaging). Semua produk yang mempunyai fungsi inheren tetap berjalan secara backward dan forward didalam rantai. 3. Customer Returns Customer return meliputi : a. B2C commercial returns (reimbursement guarantees) b. Warranty returns
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
c. Service returns (repairs, spare parts) d. end-of-use returns, and e. end-of-life returns. 2.2.1.2. Faktor Pendorong Reverse Logistics Terdapat tiga faktor pendorong yang dapat menimbulkan terjadinya reverse logistics yaitu (Yanwen.2008 dalam Handoko 2012): 1. Ekonomi Retur produk dapat dijadikan sumber untuk pemulihan nilai dengen cara menggunakan kembali produk, remanufaktur merupakan suatu bagian yang akan digunakan sebagai cadangan atau sisa daur ulang untuk memulihkan nilai material. 2. Perundang-undangan Perundang-undangan yang dimaksud dimana ada suatu peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk memperbaiki produknya atau mengembalikan ke tempat asalnya. 3. Good-corporate citizenship Corporate citizenship mementingkan suatu nilai atau prinsip dimana dorongan dari organisasi atau perusahaan yang terlibat bertanggung jawab dengan reverse logistics. Suatu perusahaan dapat disebut good corporate citizenship dilihat dari perilaku baik untuk orang disekitarnya.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
2.2.1.3. Perbedaan Forward Logistics dengan Reverse Logistics Menurut Daniel et al (2004) ada beberapa perbedaan besar yang ada antara Forward Logistics dengan Reverse Logistics yaitu : Tabel 2.2 Perbedaan Forward Logistics dan Reverse Logistics Forward Logistics Reverse Logistics Peramalan lebih mudah dilakukan Peramalan lebih sulit Pendistribusiannya dari satu titik ke banyak titik
Pendistribusiannya dari banyak titik menuju satu titik
Kualitas produk seragam Pengemasan seragam Tujuan atau rute jelas Opsi penempatan jelas Kecepatan dapat diperkirakan Biaya dengan mudah dapat dilihat Manajemen inventory konsisten
Kualitas produk tidak merata Pengemasan sering rusak Tujuan atau rute tidak jelas Penempatan tidak jelas Kecepatan tidak dapat diperkirakan Biaya sulit dilihat secara langsung Manajemen inventory tidak konsisten
Product life cycle dapat dikelola dengan baik Negoisasi berjalan lancar (straight forward) Proses lebih jelas Sumber : Daniel et al (2004)
Permasalahan product life cycle lebih kompleks Negoisasi rumit Proses kurang jelas
2.2.2. Pengendalian Persediaan (Inventory Control) 2.2.2.1. Karakteristik Pengendalian Persediaan Berbagai rumusan tentang definisi persediaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun pada prinsipnya persediaan adalah suatu sumber daya yang menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut, yang dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai pada sistem distribusi pada
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
sistem rumah tangga. Dalam sistem manufaktur persediaan dapat ditemui dalam tiga bentuk yaitu : a.
Bahan baku merupakan masukan awal dari proses transformasi menjadi produk jadi
b.
Barang setengah jadi merupakan bentuk peralihan dari bahan baku menjadi produk jadi
c.
Bahan jadi merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan ke konsumen. Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang
akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau suku cadang dari suatu peralatan atau mesin (Burhan dkk. 2009). Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi ataupun suku cadang. Pengendalian persediaan produksi dapat diartikan sebagai semua aktivitas ataupun langkah langkah yang digunakan untuk menentukan jumlah yang tepat untuk persediaan suatu item. Menurut Rosnani (2007:120) pengendalian persediaan juga merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus tersedia, kapan menambah persediaan, dan berapa besar pesanan yang harus diadakan. Persediaan (inventory), dalam konteks produksi, dapat diartikan sebagai sumber daya menggangur (idle resource) (Rosnani.2007:120). Sumber daya menggangur ini belum digunakan karena menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud sengan proses lebih lanjut disini dapat berupa kegiatan produksi seperti
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegaiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Keberadaan persedian atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai tujuan tertentu, alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa didatangkan ketika sumber daya dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Adanya persediaan menimbulkan konsekuensi berupa risikorisiko tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut. Persediaan yang disimpan perusahaan bisa saja rusak sebelum digunakan, selain itu perusahaan juga harus menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan tersebut (Rosnani.2007:121). Waters (2003:11) mengemukakan alasan perlunya persediaan adalah : 1. Transaction
motive
yakni
Menjamin
kelancaran proses
pemenuhan
permintaan barang sesuai dengan kebutuhan pemakai. 2. Precatuianary motive yakni Meredam fluktuasi permintaan/pasokan yang tidak beraturan. 3. Speculation motive yakni alat spekulasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat dikemudian hari. Pengendalian persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dalam bukunya Rosnani (2007:122) mengemukakan bahwa timbulnya persediaan suatu item dapat disebabkan oleh: a.
Mekanisme atas pemenuhan permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang
tersebut tidak ada tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan suatu barang diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, sehingga dengan adanya persediaan hal seperti ini dapat diatasi. b.
Keinginan untuk meredam ketidakpastian Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti
dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu memproduksi barang cenderung tidak konstan, dan waktu tenggang yang cenderung tidak pasti karena banyak factor tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan persediaan. c.
Keinginan untuk melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
2.2.2.2. Fungsi Pengendalian Persediaan Fungsi utama pengendalian persediaan adalah menyimpan untuk melayani kebutuhan perusahaan akan bahan mentah/barang jadi dari waktu ke waktu (Daniel.2000). Adapun fungsi ataupun manfaat pengendalian persediaan adalah mengatasi resiko keterlambatan pengiriman, mengatasi resiko kesalahan pengiriman, mengatasi resiko kenaikan harga, mengatasi ketergantungan pada musim, mendapatkan keuntungan dari pembelian, untuk melayani konsumen dengan baik, kelangsungan operasional perusahaan (Waters..2003:440). Dalam
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
bukunya Waters (2003: 442) mengemukakan fungsi ini ditentukan oleh berbagai kondisi seperti: 1.
Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif
lama maka
perusahaan perlu persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama jangka waktu pengiriman. 2.
Seringkali jumlah yang dibeli lebih besar daripada yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena anggapan pada umumnya, membeli dan memproduksi dalam jumlah yang besar pada umumnya lebih ekonomis sehingga barang/bahan yang belum dipakai disimpan sebagai persediaan.
3.
Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan.
4.
Persediaan diperlukan, apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau kehabisan barang/bahan (stockout cost) relatif besar.
Menurut Waters (2003) pengendalian persediaan bertujuan untuk: a.
Menjaga jangan sampai terjadi kehabisan persediaan.
b.
Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar.
c.
Menghindari pembelian secara kecil-kecilan, karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar. Sistem ini diharapkan dapat menentukan dan menjamin tersedianya
persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Dengan kata lain,
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
tujuan pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari barang yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dalam suatu sistem persediaan, apabila jumlah persediaan lebih besar disbanding permintaan, hal ini dapat menimbulkan dana besar yang tertanam dalam persediaan, menambah biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan lebih sedikit dibanding permintaan, akan menyebabkan kekurangan persediaan (stock out) yang berakibat proses produksi berhenti, bahkan dapat berakibat berkurangnya pelanggan. Persoalan yang demikian sering timbul dalam persediaan, sehingga setiap kali ada permintaan, permintaan tersebut dapat segera dilayani dengan jumlah biaya minimum. 2.2.2.3. Jenis – Jenis Persediaan Handoko (2004) menjelaskan bahwa setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas : a.
Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumbersumber alam atau dibeli dari supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
b.
Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. c.
Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d.
Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
e.
Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan. Persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya ke dalam empat jenis
sebagai berikut (Hung Lai dan Cheng.2009): a.
Fluctuation stock Merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang
tidak
diperkirakan
sebelumnya
dan
untuk
mengatasi
jika
kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi,
terjadi atau
pengiriman barang. b. Anticipation stock Merupakan jenis persediaan untuk mengahadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya: pada musim permintaan tinggi tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. Daniel (2000), menjelaskan bahwa seringkali perusahaan mengalami kenaikan permintaan dilakukan program promosi. Untuk memenuhi hal itu, maka diperlukan persediaan produk jadi agar tak terjadi stock out. Keadaan yang lain adalah bila suatu ketika diperkirakan pasokan bahan baku akan terjadi kekurangan. Jadi, tindakan menimbun persediaan bahan baku terlebih dahulu adalah merupakan tindakan rasioanal. Disamping itu, Gasperz (2008) menyatakan bahwa perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pemesanan kembali sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra atau safety inventories. c.
Lot-size inventory Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar
daripada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (potongan kuantitas) karena pembelian dalam jumlah (lotsize) yang besar atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. d.
Pipeline inventory Merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal
ke tempat di mana barang itu digunakan. Misalnya: barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan yang dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu. 2.2.2.4. Biaya Persediaan
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan. Gasperz (2008) mengemukakan adapun komponen-komponen biaya persediaan terdiri atas biaya pembelian, biaya pesan, biaya simpan, biaya kekurangan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat setiap elemen berikut : 1.
Biaya Pembelian Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian tergantung pada jumlah baran yang dibeli dari harga satuan barang, tidak jarang dijumpai dalam kenyataannya bahwa ada hubungan antara jumlah barang dengan harga barang, semakin banyak barang yang dibeli biasanya harga satuan barang tersebut akan semakin murah. Elemen biaya pembelian ini dalam teori persediaan yang ada kebanyakan tidak dimasukkan didalam harga satuan barang tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga elemen biaya pembelian suatu produk waktu tertentu (satu tahun) konstan dan ini tidak akan memberikan jawaban yang optimal.
2.
Biaya Pengadaan Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai dengan asal-usul dari barang tersebut yaitu biaya pemesanan (order cost) dan biaya setting (set-up cost) a.
Biaya pemesanan (order cost) Adalah semua biaya pengeluaran yang ditimbulkan untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan supplier,
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
biaya mereview persediaan sebelum dilakukan pemesanan dan sebagainya, biasanya ini diasumsikan tetap untuk setiap kali pemesanan barang. b.
Biaya setting (set-up cost) Biaya setting dalah semua biaya pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang, biaya ini biasanya timbul didalam pabrik yang meliputi elemen-elemen biaya menyetel mesin biaya mempersiapkan gambar benda kerja.
3.
Biaya Simpan (Carrying Cost) Biaya simpan adalah semua biaya pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang, biaya ini meliputi : a. Biaya memiliki persediaan Barang yang menumpuk digudang bukanlah suatu hal yang gratis, tetapi mempunyai penumpukan
nilai. modal
Dengan seperti
demikian diketahui
penumpukan bahwa
barang berarti
modal
perusahaan
mempunyai biaya yang dapat diukur dengan suku bunga uang di bank, oleh sebab itu biaya yang ditimbulkan karena dimilikinya persediaan harus diperhitungkan didalam biaya persediaan. Biaya memiliki persediaan biasanya dinyatakan dengan persentase seharga nilai persediaan tersebut untuk suatu satuan waktu tertentu. b. Biaya gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat untuk penyimpanan (gudang) dan peralatannya, oleh sebab itu menimbulkan biaya gudang, baik gudang
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
dan fasilitas peralatannya disewakan maka biaya gudan merupakan biaya depresiasinya. c. Biaya kerusakan penyusutan Barang yang disimpan dapat menglami kerusakan bahkan dapat pula mengalami penyusutan. Biaya yang ditimbulkan karena faktor kerusakan dan penyusutan ini biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan prosentasenya. d. Biaya kedaluwarsa (absolence) Adakalanya barang-barang yang disimpan mengalami penurunan nilai karena adanya model baru yang lebih baik, hal ini banyak ditemui pada barang-barang elektronik. Besarnya biaya kedaluwarsa ini biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual barang tersebut. e. Biaya asuransi Untuk menhindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran, huruhara dan sebagainya, maka barang yang disimpan baiknya diasuransikan terlebih dahulu. Biaya yang dikeluarkan untuk ini disebut biaya asuransi, besarnya biaya tergantung pada perjanjian dengan perusahaan asuransinya serta jenis barang yang diasuransikan. f. Biaya administrasi Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya. g. Biaya lain-lain
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Adalah biaya semua penyimpanan yang belum dimasukan kedalam elemen-elemen diatas, biasanya bergantung pada situasi dan kondisi perusahaan. Didalam manajemen persediaan terutama yang berkaitan dengan kuantitatif maka biaya simpan per-unit diasumsukan linier terhadap jumlah barang yang disimpan. 4.
Biaya kekurangan persediaan Apabila dijumpai tidak ada barang pada saat diminta maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian yang sangat berarti, karena proses produksi menjadi terganggu maupun hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Satu hal yang sangat penting dari keadaan ini adalah beralihnya konsumen ketempat lain dan hal ini merupakan kerugian yang susah untuk dinilai. Untuk menentukan besarnya biaya biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari : a.
Kuantitas yang tidak dapat terpenuhi Biasanya hal ini diukur dari profit yang hilang (Rp/Unit) karena tidak dapat memenuhi barang yang diminta atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi.
b. Waktu pemenuhan Lama waktu pada saat gudang kosong akan berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak dapat menikmati keuntungan, oleh sebab itu waktu dapat diartikan uang yang hilang. c. Biaya pengadaan darurat
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Pengadaan biaya persediaan secara darurat biasanya memerlukan biaya yang lebih besar pada pengadaan biasa. Kelebihan biaya ini dapat kita jadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan. Dalam menentukan kebijakan persediaan, biaya persediaan yang diperhitungkan adalah biaya-biaya yang bersifat variabel, sedangkan biaya yang bersifat tidak perlu untuk diperhitungkan karena tidak akan terpengaruh oleh optimalisasi yang diperoleh. 2.2.2.5. Metode-Metode Pengendalian Persediaan Menurut Rosnani (2007:126) dalam mencari jawaban atas permasalahan umum dalam pengendalian persediaan, secara kronologis metode pengendalian persediaan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Metode pengendalian persediaan secara statistic Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistic sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan : a. Jumlah ukuran pemesanan dinamis (EOQ) b. Titik pemesanan kembali (Reorder Point) c. Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan Metode ini sering juga disebut metode pengendalian tradisional karena memberi dasar lahirnya metode baru yang lebih modern, seperti MRP di Amerika dan Kanban di Jepang. Metode pengendalian persediaan secara statistik ini biasanya diguanakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas (dependent) dan dikelola saling tidak bergantung. Yang dimaksud permintaan
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk. 2.
Metode perencanaan kebutuhan material Metode pengendalian tradisional akan tidak efetif bila digunakan untuk
permintaan yang bersifat tidak bebas (independent), yang dimaksud permintaan tidak bebas adalah permintaan yang tergantung kepada kebutuhan suatu komponen/material dengan komponen material lainnya. Dengan kata lain kebutuhan tidak bebas adalah kebutuhan yang tunduk pada fungsi operasi produksi. Metode perencanaan kebutuhan material (MRP) ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan jadwal induk produksi. Kehadiran MRP sangat berarti dalam meminimasi investasi persediaan , memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang diperlukan dan sebagai alat pengendalian produksi dan persediaan. Dalam perkembangan selanjutnya, MRP dapat diterapkan juga pada pengendalian persediaan dalam sistem manufaktur, baik untuk tipe job shop, tipe produksi massal maupun tipe lainnya. 3.
Metode persediaan Just In Time (JIT) Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep Just In Time
(JIT), yang dikembangkan dalam sistem produksi Toyota Motor Co. Dalam JIT digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan Kanban. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
dari proses sebelumnya pada saat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Jenis dan jumlah unit yang dibutuhkan tersebut ditulis dalam suatu kartu yang disebut Karta Kanban. Sistem ini digunakan kereta sebagai tempat komponen, dengan jumlah tetap. Didalam tiap kereta terdapat dua kartu, sebuah kartu menandakan pesanan pada produksi, dan sebuah lagi menandakan pengambilan unit. Perbedaan utama dalam sistem ini dengan kedua sistem sebelumnya terletak pada karakteristik pertimbangan yang digunakan untuk mengatur jadwal produksi. Pada dua sistem terdahulu, dilakukan proyeksi permintaan yang akan dating dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut, penjadwalan mendorong produksi (Push System). Sedangkan dalam sistem Kanban jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan actual (Pull System). 2.2.3. Pengertian Sistem Pengertian sistem tergantung pada latar belakang cara pandang orang yang mencoba mendefinisikannya. Menurut hukum, sistem dipandang sebagai kumpulan aturan-aturan yang membatasi, baik oleh kapasitas sistem itu sendiri maupun lingkungan di mana sistem itu berada, untuk menjamin keserasian dan keadilan. Menurut rekayasa, sistem dipandang sebagai proses masukan (input) yang ditransformasikan menjadi keluaran (output) tertentu. Menurut awam, sistem dipandang sebagai cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan. Secara garis besar sistem dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (Jogianto. 2001). Selain definisi di samping, sistem juga dapat diartikan sebagai jalinan dari berbagai bagian yang saling berinteraksi. Sistem ditandai dengan adanya masukan (input) dan keluaran (output). (Mubiar P, 2000) Dengan demikian sistem dapat berupa kesatuan yang terdiri atas jaringan kerja kausal dari bagian-bagian yang saling bergantungan. Pilihan terhadap hubungan antara tiap-tiap bagian ini akan ditentukan oleh tujuan spesifik dari sistem. Singkatnya, sistem adalah kumpulan objek-objek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Objek yang dimaksudkan di sini adalah bagian-bagian dari sistem, seperti input, proses, output, pengendalian umpan balik, dan batasan-batasan, dimana setiap bagian ini memiliki beberapa nilai atau harga yang bersama-sama menggambarkan keadaan sistem pada suatu saat tertentu. Interaksi ini menghasilkan suatu ikatan antar objek-objek dalam proses sistem, antara sistem dan subsistem, sehingga dihasilkan suatu perilaku sistem tertentu. Setiap perilaku mengarah pada suatu performansi (unjuk kerja) yang mengendalikan dan mengarahkan sistem pada suatu tingkat prestasi tertentu. (Simatupang, 1995). 2.2.3.1. Unsur Utama Sistem Menurut Simatupang (1995) semua definisi tentang sistem mencakup tujuh unsur utama yang terdapat dalam sistem, yaitu : 1. Komponen Sistem (Components) Komponen dari sistem tidak harus merupakan benda-benda fisik. Komponen tersebut dapat berupa benda abstrak, seperti informasi, numerical variabel
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
seperti biaya, dan lainnya. Suatu komponen dikatakan memiliki arti jika terdapat satu atau lebih atribut padanya pada saat tertentu. Komponen yang sama dapat mempunyai arti yang berbeda jika komponen tersebut ada pada sistem yang lain dan atau atribut yang lain padanya yang turut diperhitungkan. 2. Hubungan Sistem (Relationship) Setiap sistem memiliki hubungan baik satu atau beberapa sistem lainnya. Dalam arti setiap sistem harus berinteraksi satu dengan lainnya. Biasanya penjelasan tentang sistem dapat juga dibuat sampai kepada level-level yang lebih rinci, sehingga sistem sering dijelaskan sebagai sistem yang mengandung subsistem-subsistem yang saling berinteraksi. Subsistem-subsistem ini sendiri juga dipandang sebagai sistem-sistem yang lebih rendah tingkatannya yang juga memiliki subsistem-subsistem sendiri yang juga saling berinteraksi, dan demikian seterusnya. 3. Aktivitas Sistem (Activities or Transformation Process) Aktivitas di sini merupakan aspek kepentingan primer dari sang analis. Kegiatan dari sistem ini biasanya merupakan tranformasi dari input menjadi output. Aktivitas ini merupakan sebuah proses yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan. 4. Lingkungan Sistem (Environment) Merupakan berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi kegiatan sistem dan tidak secara signifikan terpengaruh oleh sistem yang ada tersebut. Lingkungan sistem ini lebih dilihat sebagai bagian di luar sistem, bukan
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
sebagai bagian sistem itu sendiri. Unsur ini memberikan input terhadap sistem yang ada dan menerima output dari sistem tersebut. 5. Masukan Sistem (Input) Input adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh sistem untuk berfungsi yang diproduksi oleh lingkungan sistem. Input ini dapat berupa bahan mentah, informasi, ataupun konstrain yang menentukan standar kualitas suatu output. 6. Keluaran Sistem (Output) Adalah hasil dari energi yang telah diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran di sini tidak selalu berpengaruh secara signifikan terhadap environment system yang ada, meskipun output ini dihasilkan oleh input sistem yang berasal dari environment system. Interaksiintrakasi yang terjadi di dalam suatu sistem terkadang memungkinkan bahwa output dari beberapa subsistem dapat menjadi input bagi subsistem-subsistem yang lain. 7. Sasaran Sistem (Special Interest of the Observer) Setiap sistem pasti memiliki tujuan atau sasaran. Sasaran sistem merupakan tujuan yang hendak dicapai dengan adanya sistem tersebut. 2.2.3.2. Sistem Informasi Pada hakekatnya manusia yang bekerja secara bersamaan dalam sebuah organisasi, secara tidak langsung mereka bekerja sebagai sebuah sistem. Jenis apapun pekerjaan itu apakah itu pembelian, penjualan, transportasi, pengiriman dan lain sebagainya. Secara alami sistem informasi dihasilkan dari manusia yang bekerja dengan manusia. Menurut Whitten (2002) mengemukakan bahawa sistem
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
informasi dapat diartikan Sistem informasi merupakan kumpulan dari manusia, data, proses, tampilan informasi, dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk perkembangan sebuah operasi dari hari ke hari serta mendukung aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen maupun pengguna sistem tersebut. Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi. Dengan kata lain, SI merupakan kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang akan mendukung pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Pada saat ini, banyak organisasi menganggap sistem informasi dan teknologi informasi sebagai bagian yang penting dalam persaingan. Kebanyakan organisasi bisnis menyadari bahwa semua pekerjanya harus berpartisipasi dalam pengembangan sistem informasi itu sendiri. 2.2.3.3. Struktur Bangunan Sistem Informasi (Information System Building Blocks) Whitten (2002) mengemukakan bahwa dalam membangun sebuah sistem informasi, terdapat beberapa fokus utama yang harus diperhatikan, diantaranya adalah : 1. Fokus Pada Manusia (Focus on People)
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Secara garis besar arsitektur sistem informasi menyediakan pondasi bagi pengorganisasian berbagai macam komponen dari sistem informasi yang akan dibangun. Kita dapat memulainya dari perspektif sistem itu sendiri. Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda satu dengan yang lain mengenai sebuah sistem informasi. Manajer, pengguna (user), dan spesialis teknik lainnya kita menyebutnya sebagai system stakeholder. Ada beberapa macam system stakeholder yaitu: a. Pemilik Sistem (System Owner) Pemilik
sistem
melakukan
pembayaran
terhadap
pembangunan
dan
pemeliharaan sistem, menentukan prioritas dari sistem dan menentukan aturanaturan yang akan digunakan pada sistem tersebut. Pada beberapa kasus pemilik bisa saja sekaligus sebagai pengguna (user). System owners cenderung tertarik pada bagaimana nantinya sistem yang akan dibuat ini memberikan keuntungan pada bisnisnya. Apakah tujuan dari sistem tersebut? Apakah sasaran dari sistem tersebut? Berapa biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan sistem itu? Berapa biaya yang dikeluarkan bila sistem itu beroperasi? Apakah semua biaya yang dikeluarkan dapat mengimbangi keuntungan yang didapat? b. Pengguna Sistem (System Users) Adalah orang yang biasanya mengoperasikan sistem tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengguna mendefinisikan spesifikasi kebutuhan dan ekspektasi performa dari sistem yang akan dibangun. Tidak seperti system owners, system users tidak terlalu memperhatikan biaya dan keuntungan dari sistem tersebut.. Terdapat 3 jenis system users, yaitu:
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
1. Internal Users 2. External Users 3. Remote and Mobile Users c. Desainer Sistem (System Designer) Adalah spesialis teknik yang mendesain sistem agar sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pengguna. Pada beberapa kasus desainer juga merupakan pembagun sistem. Desainer sistem lebih tertarik pada pemilihan teknologi informasi yang akan digunakan dan desain dari sistem itu sendiri dalam batasan teknologi yang telah dipilih. Pada saat ini, desainer sistem lebih memfokuskan diri pada kemampuan teknikal seperti basis data, network, user interface, ataupun perangkat lunak. d. Pembangun Sistem (System Builder) Adalah spesialis yang mentransfer sistem dalam sebuah operasi. Pembangun sistem ini membangun sistem informasi yang berdasarkan spesifikasi desain yang telah dibuat oleh desainer sistem. Biasanya pembangun sistem itu merupakan programmer,
programmer, database
baik
itu
application
programmer,
network
programmer,
systems
administrators,
dan
microcomputer software specialist. e. Analis Sistem (System Analysts) Adalah fasilitator pembangunan sistem informasi dengan tetap menjembatani komunikasi antara pemilik, pengguna, desainer dan pembangun sistem. System analyst harus berinteraksi dengan semua system stakeholders karena system analyst harus bisa menjembatani semua bagian dari system stakeholders.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Seperti yang dikemukakan oleh Whitten (2002) terdapat enam langkah yang harus dilakukan oleh analis sistem, antara lain: 1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada 2. Menganalisa dan mengerti permasalahan tersebut 3. Mengidentifikasi kebutuhan untuk mendapatkan solusi 4. Mengidentifikasi alternatif solusi dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan 5. Mendesain dan mengimplementasikan solusi yang terbaik 6. Mengevaluasi hasilnya. f. Vendor dan Konsultan Adalah fasilitator penjualan hardware, software dan pelayanan terhadap korporasi yang bersangkutan. Vendor dan konsultan di sini bukan lagi hanya merupakan pemain di luar sistem, tetapi juga telah menjadi partner bagi bisnis yang dijalankan. 2. Fokus Pada Data (Focus on Data) Istilah sistem informasi dan sistem informasi manajemen, pemakaian istilah data dan informasipun sering kali dibaurkan. Secara konseptual data dan informasi mempunyai arti yang berbeda. Data merupakan kata jamak dari datum yang berarti gambaran mengenai fakta, statistik dan lain sebagainya, yang belum memiliki “makna”. Sedangkan informasi didefinisikan sebagai kumpulan dari fakta, statistik dan lain-lain yang memiliki “makna”. Jadi yang membedakan data dari informasi adalah makna yang dikandungnya. Oleh karena itu tidak heran kalau pemakaian kata data dan informasi sering kali dipertukarkan.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Untuk lebih memperjelas perbedaan data dan informasi kita lihat definisi sebagai berikut: Data adalah fakta dasar tentang sebuah organisasi maupun transaksi bisnis. Kebanyakan data memiliki makna yang terbatas dan hanya berguna untuk diri mereka sendiri. Informasi adalah data yang dihasilkan dan diorganisasikan melalui suatu proses dan mempunyai maksud tertentu bagi yang menggunakannya. (Whitten, 2002) Setelah memahami perbedaan data dan informasi di atas, Kadir (2010) mengemukakan dalam membangun sebuah sistem informasi sangat penting untuk mengetahui mengenai perancangan skema basis data (database) yang di dalamnya terdapat beberapa pemahaman penting sebagai berikut: 1) Basis Data Basis data merupakan komponen terpenting dalam pembangunan Sistem Informasi, karena basis data merupakan tempat untuk menampung dan mengorganisasikan seluruh data yang ada dalam sistem, sehingga dapat dieksplorasi untuk menyusun informasi-informasi dalam berbagai bentuk. Basis data merupakan himpunan kelompok data yang saling berkaitan. Data tersebut diorganisasikan sedemikian rupa agar tidak terjadi duplikasi yang tidak perlu, sehingga dapat diolah atau dieksplorasi secara cepat dan mudah untuk menghasilkan informasi. 2) Entitas Sebuah entitas merupakan kumpulan atau satu kesatuan data yang memiliki karakteristik yang sama. Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata (eksistensinya) dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Sekelompok entitas yang sejenis dan berada dalam lingkup yang sama
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
membentuk sebuah Himpunan Entitas (Entitas Set). Sederhananya, entitas menunjuk pada individu suatu objek, sedang Himpunan Entitas menunjuk pada rumpun (Family) dari individu tersebut. Seseorang memang dapat menjadi sebuah entitas, tapi dapat berada pada Himpunan Entitas yang berbeda dengan seseorang yang lain. Entitas bisa berupa nama orang, tempat, benda atau kejadian. Sebagai contoh dalam bidang manufaktur, yang termasuk entitas adalah suplier, bahan baku, pengadaan dan pengeluaran bahan baku. Sedang himpunan entitas contohnya suplier dan entitas semua nama suplier, bahan baku dengan semua nama bahan baku dan sebagainya. Entitas terkadang disebut tipe entitas atau kelas entitas, dapat menyatakan kejadian, atau objek. 3) Atribut Atribut adalah item data yang menjadi bagian dari dari suatu entitas. Istilah lain dari atribut adalah properti yang dimiliki oleh sebuah entitas. 4) Atribut Kunci (Primary Key) Beberapa atribut mempunyai sifat, bahwa dengan mengetahui nilai yang diberikan oleh sebagian atribut dari entitas tertentu, dapat diidentifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam atribut-atribut lain pada entitas yang sama. Elemen penentu di atas disebut sebagai atribut kunci. Dalam sebuah entitas, dimungkinkan adanya lebih dari satu atribut kunci, yang secara unik dapat mengidentifikasikan sebuah entitas. Data atributatribut kunci ini merupakan suatu calon (candidates key) untuk menjadi
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
atribut kunci utama. Pemilihan elemen kata kunci ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. 5) Atribut Tamu (Foreign key) Merupakan atribut yang berasal dari entitas lain yang berada di suatu entitas tertentu, atau pointer record file yang berbeda dari sebuah database. Atribut tamu merupakan penghubung antar entitas satu dengan entitas lainnya. (Whitten, 2002) 6) Relasi Relasi menunjukkan adanya hubungan diantara sejumlah entitas yang berasal daris himpunan entitas yang berbeda. 3.
Fokus Pada Proses (Focus on Process) Dalam perancangan sebuah sistem informasi terdapat beberapa alat
pengembangan sistem yang dapat digunakan untuk merancang sebuah skema aktivitas atau proses dalam sistem tersebut. Untuk itu diperlukan adanya sebuah alat pengembangan sistem yang berorientasi pada proses dalam merancang sebuah sistem informasi. Ada beberapa macam alat pengembangan sistem yang berorientasi pada proses, diantaranya adalah seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. a. Diagram Konteks (Context Diagram)
Diagram konteks merupakan pola penggambaran yang berfungsi untuk memperlihatkan interaksi SI tersebut dengan lingkungan di mana sistem tersebut ditempatkan. serta untuk menentukan jangkauan dari sistem.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
Dalam penggambaran itu, sistem dianggap sebagai sebuah objek yang tidak dijelaskan secara rinci karena yang ditekankan adalah interaksi sistem dengan lingkungan yang akan mengaksesnya. (Sutedjo, 2002). Dalam pembentukan diagram konteks, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Kelompok pemakai, baik pihak internal atau eksternal perusahaan, dan departemen yang terkait. Di mana sistem itu akan digunakan, harus diidentifikasi secara rinci dan jangan sampai ada yang terlewatkan. 2. Kemungkinan kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam penggunaan sistem harus diidentifikasi secara lengkap. 3. Arah anak panah yang menunjukkan aliran data jangan sampai terbalik agar dapat memberikan pemahaman yang benar terhadap seluruh proses sistem yang akan dibentuk. 4. Setiap kejadian digambarkan dalam bentuk tekstual yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembuat sistem (Sutedjo, 2002). Whitten (2002), menjelaskan bahwa dalam DFD terdapat beberapa komponen penting yaitu : 1. Proses, digambarkan dalam bentuk persegi panjang bersudut tumpul (bentuk Gane dan Sarson) yang menyatakan proses atau bagaimana tugas dikerjakan. Pada umumnya, proses didefinisikan dengan kata tunggal atau kalimat sederhana. 2. Agen Eksternal (external agent), digambarkan dengan persegi empat (bentuk Gane dan Sarson) yang mendefinisikan orang, unit organisasi,
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
sistem lain, atau organisasi lain, yang berada di luar lingkup proyek itu tetapi berinteraksi dengan sistem. 3. Aliran data, merupakan komunikasi antara proses dan lingkungan sistem. Komponen ini digambarkan dengan menggunakan anak panah menuju ke/dari proses. Aliran data dari data store ke proses mengindikasikan bahwa data tersebut akan di-”baca” untuk tujuan tertentu. Sedangkan aliran data dari proses menuju data store mengindikasikan bahwa data akan dibuat, dihilangkan, atau diperbarui. 4. Data Store, sebagian besar sistem informasi mengcapture data untuk digunakan kemudian. Data tersebut disimpan dalam data store, simbol akhir dalam diagram aliran data. Simbol tersebut dinyatakan dengan kotak open-end (bentuk Gane dan Sarson). Data store adalah “inventori” data. Sinonimnya antara lain file dan database. b. Use Case List atau Event Response
Use Case List atau Event Responsedisusun untuk mengidentifikasi dan menentukan response yang harus disediakan oleh sistem bila terjadi sebuah event. Event adalah bagian dari unit logical yang harus diselesaikan secara keseluruhan. Dalam arti event ini dipacu oleh sebuah input yang kemudian baru akan berakhir bila sebuah proses sudah memberikan output. Pada beberapa situasi, event juga disebut juga sebagai transaksi. c. Hierarcy plus Input-Output-Prosess (HIPO)
HIPO (Hierarchy Plus Input-Process-Output) merupakan alat dokumentasi program yang dikembangkan dan didukung oleh IBM. Tetapi kini HIPO juga
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
telah banyak digunakan sebagai alat bantu untuk merancang dan mendokumentasikan siklus pengembangan sistem. HIPO telah dirancang dan dikembangkan untuk menggambarkan struktur bertingkat guna memahami fungsi dari modul-modul suatu sistem. HIPO juga dirancang untuk menggambarkan modul-modul yang harus diselesaikan oleh pemrogram. HIPO tidak dipakai untuk menunjukkan instruksi-instruksi program yang akan digunakan, disamping itu HIPO menyediakan penjelasan yang lengkap terhadap input yang akan digunakan, proses yang akan dilakukan serta output yang diinginkan (Sutedjo, 2002). 4.
Fokus Pada Tampilan (Focus on Interface) Sistem informasi harus dirancang sedemikian rupa dalam hal interface
dengan tujuan agar sistem tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna sistem dan pemakai informasi. Selain itu sistem juga harus dirancang agar memiliki compatibility dengan sistem lainnya yang diperlukan. Dalam merancang interface pada sistem informasi terdapat beberapa aspek sudut pandang dari stakeholder system yang dipertimbangkan antara lain:
Sudut pandang pemilik sistem Kebanyakan pemilik sistem tidak tertarik mengenai bagai mana data mentah itu ada, tetapi lebih tertarik pada bagai mana sebuah sistem informasi dapat menambahkan pengetahuan yang baru (Bussiness Knowledge) yang didalamnya menyangkut akurasi dan informasi yang relevan.
TESIS
Sudut pandang pengguna sistem
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Data yang merepresentasikan kebutuhan pengguna baik itu dalam hal enitas, atribut, hubungan antar data dan aturan-aturan yang berlaku dalam sistem tersebut.
Sudut pandang desainer sistem Setelah pengguna mengutarakan kebutuhannya akan data, selanjutnya desainer sistem menerjemahkan data-data tersebut kedalam sebuah skema database.
Sudut pandang pembangun sistem Mengaplikasikan skema database ke dalam bahasa pemrograman.
5.
Normalisasi Normalisasi dapat didefinisikan sebagai upaya pemodelan basis data dari
bentuk yang hubungan datanya tidak terstruktur ke bentuk basis data yang lebih terstruktur dan jelas hubungannya dengan data lainnya. Proses normalisasi dilakukan dengan memecah relasi menjadi dua atau lebih relasi yang lebih kecil dengan jumlah atribut yang lebih kecil pula hingga menjadi bentuk normal. (Abdul Kadir, 2001). Bentuk normal adalah suatu aturan yang dikenakan pada relasi-relasi dalam basis data dan harus dipenuhi oleh relasi-relasi tersebut pada level-level normalisasi. Beberapa level yang biasa digunakan pada normalisasi adalah : a. Bentuk Tidak Normal
Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan di rekam, tidak ada keharusan mengikuti format tertentu, sehingga terdapat kemungkinan data
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
tersebut tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai dengan saat melakukan input. b. Bentuk Normal Pertama (First Normal Form / 1-NF)
Langkah pertama dari proses normalisasi adalah mentransformasikan ke dalam bentuk tabel dua dimensi. Perpotongan antara baris dan kolom hanya memuat satu nilai data, tidak boleh ada pengulangan nilai pada perpotongan antara baris dan kolom. Bentuk normal pertama mempunyai ciri yaitu setiap data dibentuk dalam flat file, data dibentuk dalam satu demi satu record dan nilai dari field-field berupa ”atomic value” (bagian yang masih memiliki sifat induknya, bila dipecah lagi maka ia tidak memiliki sifat induknya), tidak ada set atribut yang berulang atau atribut bernilai ganda, tiap field hanya memiliki satu pengertian, bukan kumpulan data yang memiliki arti mendua, hanya satu arti saja dan juga bukanlah pecahan kata-kata sehingga artinya lain. c. Bentuk Normal Kedua (Second Normal Form / 2-NF)
Bentuk normal kedua memiliki syarat yaitu bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal pertama, atribut bukan kunci (atribut yang bukan merupakan bagian kunci primer) haruslah bergantung sepenuhnya secara fungsi pada kunci primer (primary key). Sehingga untuk membentuk normal kedua haruslah ditentukan kunci-kunci field. Kunci field harus unik dan dapat mewakili atribut lain yang menjadi anggotanya.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Setiap relasi bentuk normal kedua juga termasuk dalam bentuk normal pertama, sebaliknya relasi dalam bentuk normal pertama belum tentu termasuk dalam bentuk normal kedua. d. Bentuk Normal Ketiga (Third Normal Form / 3-NF)
Relasi dikatakan memiliki bentuk normal ketiga yaitu jika sudah berada dalam bentuk normal kedua, dan setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap kunci primer (Abdul Kadir, 2001) 2.2.3.4. System Development Process Menurut Jeffery, L Whitten dalam System Analysis and Design Methode 5th Edition, System Development Process (2002) merupakan sekumpulan aktivitas, metode dan peralatan yang dibutuhkan oleh stakeholder system dalam membangun dan memelihara sistem. Adapun fase aktivitas tersebut dibagi dalam tujuh langkah dasar yaitu: 1. Investigasi Awal (Preliminary Investigation) Tujuan dari investigasi awal ada dua, yang pertama menjawab pertanyaan “Apakah keuntungan yang didapat dari pembangunan sistem yang bersangkutan?” Untuk menjawab pertanyaan ini harus mendefinisikan permasalahan secara jelas, peluang keberhasilan, petunjuk yang menjadi pemicu adanya proyek. Kedua, fasa ini juga harus menghasilkan Project Charter, yaitu berupa membangun perencanaan aktivitas, identifikasi awal kebutuhan dan batasan pada sistem, pihak yang berpartisipasi dalam proyek, biaya yang dibutuhkan dan jadwal. 2. Tahap Analisis Permasalahan (Problem Analysis)
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
Pada fasa ini diidentifikasi sistem yang telah ada sekarang, baik itu dari segi proses-proses aliran informasi yang ada, entitas yang terlibat, dokumendokumen dari aliran informasi. Pada tahap ini akan digambarkan secara garis besar sistem yang ada sekarang untuk selanjutnya dianalisis permasalahan dan kelemahannya, lalu ditindaklanjuti dalam bagian perancangan sebagai bagian yang akan diperbaiki. Di sini tim pembangun sistem diharapkan mengetahui secara lebih detail mengenai apa yang menjadi penyebab diadakannya pembangunan sistem dengan menjawab pertanyaan “Apakah keuntungan perbaikan sistem ini akan melebihi biaya yang dibutuhkan dalam perbaikan sistem?” 3. Tahap Analisis Kebutuhan (Requirement Analysis) Sebelum melangkah lebih jauh pada tahap desain sistem, terlebih dahulu harus mengetahui apa yang harus dilakukan oleh sistem yang akan dibangun, bukan bagaimana sistem tersebut harus melakukan sesuatu. Dengan demikian akan dapat didefinisikan apa yang dibutuhkan oleh sistem. Secara esensial, tujuan dari analisis kebutuhan sistem adalah untuk mengidentifikasikan data, proses dan interface yang dibutuhkan dalam sistem yang akan dibangun. 4. Tahap Analisis Keputusan (Decision Analysis) Pada tahapan sebelumya, yaitu tahap analisis kebutuhan mungkin saja terdapat banyak alternatif untuk mendesain sistem infomasi yang akan dibangun. Untuk itu pada fasa ini terdapat beberapa pertanyaan yaitu: a. Berapa banyak sistem yang harus terkomputerisasi?
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
b. Haruskah kita membeli software atau membuat sendiri? c. Apakah sistem hanya terbatas pada jaringan internal, atau berbasis WEB? d. Apa jenis teknologi informasi yang tepat digunakan dalam aplikasi yang akan dibuat? 5.
Tahap Perancangan Sistem Tujuan dari tahap ini adalah untuk mentransformasikan kebutuhan sistem ke dalam desain sesuai spesifikasi yang dibutuhkan oleh tahap pembangunan sistem. Dengan kata lain tahap ini mengalamatkan pada bagaimana teknologi yang akan diterapkan pada sistem yang baru. Desain membutuhkan ide dan pendapat dari berbagai pihak, terutama stakeholder dari sistem itu sendiri. Pada tahap ini desainer mengimplementasikan target sistem yang telah ditetapkan pada tahapan sebelumnya.
6. Tahap Pembangunan (Construction) Merupakan implementasi dari desain yang telah dibuat ke dalam bahasa pemrograman. Pada tahapan ini tim proyek harus menyusun database, aplikasi
dan
interface
dari
sistem
dengan
menggunakan
bahasa
pemrograman seperti Visual Basic, Java, C++, atau Delphi. 7. Tahap Implementasi Merupakan tahap peralihan dari sistem lama ke sistem baru. Pada tahapan ini tim pembangun sistem harus memastikan apakah sistem yang baru berjalan dengan baik. Pada tahapan ini terdapat banyak aktivitas yang dilakukan, antara lain : a. Pemrograman dan pengujian.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Pemrograman adalah aktivitas pembuatan program atau sederetan instruksi yang digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai dengan maksud masing-masing instruksi. setiap program menjalani pengujian secara individual untuk memastikan bahwa program bebas dari kesalahan. b. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak. c. Konversi
Konversi merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama. d. Pelatihan kepada pemakai. e. Dokumentasi.
Dokumentasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena akan menjadi acuan pada tahapan operasi dan pemeliharaan. Pada tahapan implementasi, dokumentasi yang dibuat dapat dibagi menjadi tiga jenis, pertama, dokumentasi operasi yang meliputi jadwal pengoperasian, cara pengoperasian peralatan, faktor-faktor keamanan, dan masa berlakunya suatu berkas. Kedua, dokumentasi pengembangan yang menjabarkan sistem secara lengkap, mencakup deskripsi sistem, bentuk keluaran, bentuk masukan, bentuk basis data, bagan alir program, dan hasil pengujian. Ketiga, dokumentasi pemakai yang berisi petunjuk untuk menggunakan masing-masing program dan juga mencakup materi pelatihan (kadir, 2001)
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
2.2.4. Reengineering Proses Bisnis Menurut Hammer & Champy pengertian re-engineering bisnis proses adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal ukuran-ukuran kinerja yang penting dan kontemporer, seperti biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan. Menurut Attaran (2004), bisnis proses re-engineering merupakan langkah strategis dan memerlukan pemahaman yang jelas terhadap pelanggan, pasar, industri dan arah persaingan usaha, sehingga konsistensi antara strategi bisnis dan visi organisasi sangat diperlukan, dimana didalamnya terdapat pemahaman terhadap kekuatan, kelemahan dan peluang pasar organisasi. Menurut Terviosky (2003), bisnis proses re-engineering merupakan salah satu alat intervensi manajemen yang telah dipergunakan dengan menggabungkan berbagai macam kesuksesan, dimana pencapaian utama peningkatan kinerja perusahaan yaitu profitabilitas menjadikan bisnis proses reengineering berbeda dengan alat manajemen lainnya. 2.2.4.1. Tahapan Dalam Melakukan Re-engineering Proses Bisnis Menurut Cameron et.all (2004), metodologi awal dalam melakukan penilaian terhadap bisnis proses reengineering terdiri dari bebeapa sub bagian secara umum yaitu : 1.
Kesiapan reengineering yang mencakup dukungan manajemen, kondisi saat ini, serta tujuan dan target organisasi yang akan dicapai.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.
53
Perencanaan tindakan yang mencakup perencanaan visi di masa depan secara menyeluruh, merancang rangkaian untuk melakukan perubahan.
3.
Melakukan training tim dan mengkomunikasikan terhadap organisasi mengenai bisnis proses reengineering.
4.
Melakukan penilaian terhadap budaya organisasi dengan melakukan pertemuan dan workshop dan mendorong partisipasi aktif.
5.
Melakukan benchmarking dan dukungan external melalui konsultan.
6.
Melakukan penilaian terhadap organisasi dengan mengidentifikasi proses kritis yang mengarah pada keunggulan kompetitif dan mengorganisir ulang struktur departemen untuk merefleksikan pengenalan terhadap aktivitas berbasis proses.
7.
Melakukan pemetaan terhadap rencana reengineering proses bisnis yang mencakup pemetaan terhadap tool yang dipilih, proses yang ada, membangun aktivitas workflow, dukungan teknologi, serta melakukan brainstorming berdasarkan peta yang dimiliki.
8.
Melakukan proses redesain yang meliputi identifikasi terhadap proses baru kemudian dibandingkan dengan situasi yang ada, menentukan sistem informasi yang sesuai, mereview bentuk dan kondisi proses yang didesain ulang, menentukan kemungkinan implementasi dan memastikan komitmen manajemen untuk mengimplementasikan sistem yang baru.
9.
Mendesain ulang sisten organisasi mencakup penentuan penerimaa organisasi untuk memulai proyek tersebut, dengan melakukan survey atau interwiew personal,
TESIS
menilai
lingkungan
bisnis
dan
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
membangun
peran
dan
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
pertanggungjawaban personel yang dimasukkan dalam batasan-batasan proses yang baru. 10. Melakukan reengineering terhadap implementasi pelaksanaannya yang mencakup pembangunan perencnaan implementasi 11. Melakukan pengukuran dan monitoring
mengarah pada peningkatan
berkelanjutan. 2.2.4.2. Peranan Re-engineering Proses Bisnis Terhadap Perusahaan Menurut Cameron et.al (2004), reengineering terhadap proses bisnis spesifik dan mampu menghasilkan efisiensi merupakan daya tarik dan mampu memberikan nilai bagi kebanyakan perusahaan. Menurut Venkatraman (1991), jangkauan kemampuan aplikasi bisnis proses reengineering sangat mungkin diterapkan. Ketika aplikasi tersebut digunakan
untuk
meningkatkan
efisiensi
proses
individual
perusahaan,
kemungkinan mampu memprediksi pekerjaan awal dan juga mempertimbangkan hirarki rekonfigurasi bisnis dari eksploitasi lokal hingga internal integrasi dan redesain bisnis proses hingga redesain bisnis network dan akhirnya bisnis scoope. 2.2.4.3. Identifikasi proses bisnis yang perlu direkayasa ulang Menurut Hammer dan Champy (1996), organisasi menggunakan tiga kriteria utama dalam menentukan pilihan proses mana yang akan direkayasa ulang antara lain sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi proses mana yang memiliki kinerja buruk dengan gejalagejala sebagai berikut :
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
a. Adanya pertukaran informasi secara luas dan berlebihan, pencocokan ulang yang mengarah pada doble entry, dimana pekerjaan seharusnya hanya dilakukan sekali dan mampu diproses ulang tanpa melakukan tabulasi data lagi. b. Ketidakpastian tentang persediaan dan respon dari sistem yang ada sangat lambat, sehingga tidak terdapat titik temu tentang jumlah persediaan, kebutuhan pelanggan, pasokan dari supplier. c. Perlunya kontrol yang tinggi untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehingga menimbulkan aktivitas pemilhan dimana seharusnya kontrol tidak perlu dilakukan namun dengan memperbaiki akar permasalahan. d. Adanya pengerjaan ulang (rework) atas produk yang telah dihasilkan, sehingga menimbulkan pemborosan biaya. e. Kompleksitas, pengecualian dan kasus-kasus yang bersifat khusus sehingga menimbulkan proses-proses lain yang sederhana. 2. Kepentingan terhadap proses yang memiliki dampak terhadap pelanggan Kepentingan tersebut meliputi isu-isu yang menjadi titik perhatian pelanggan seperti biaya produk, ketepatan waktu penyampaian, keistimewaan barang. Dari isu yang berkembang kemudian ditarik ke arah bisnis proses mana yang mempengaruhi isu-isu tersebut untuk kemudian dilakukan rekayasa ulang bisnis proses. 3. Proses-proses yang dinilai paling mudah untuk dilakukan rekayasa ulang. Kelayakan yang ada akan dinilai berdasarkan serangkaian faktor-faktor yang menjadi pengaruh signifikan terhadap pencapaian arah dan strategi perusahaan.
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
2.2.5. Pengendalian Persediaan dan Reverse Logistics Salah satu konsen reverse logistics adalah manajemen persediaan (Fleischman et al. 2000). Mekanisme kontrol yang tepat diperlukan untuk mengintegrasikan arus balik produk yang digunakan menjadi bahan perencanaan produsen. Seberapa jauh metode manajemen persediaan tradisional memadai untuk aktivitas ini tergantung pada elemen yang terlibat dalam kegiatan reuse dan fungsinya masing-masing. Perusahaan yang melakukab proses daur ulang khusus pembelian produk dan / atau bahan dari pihak ketiga yang digunakan mungkin dapat mengandalkan metode pengendalian persediaan tradisional (Fleischman et al. 2000).
Sumber : Fleischman et al. 2000 Gambar 2.3.Framework Inventory Management with Return
Produsen biasanya memiliki sedikit kontrol pada arus balik dari segi kuantitas, kualitas dan waktu. Ini merupakan konsekuensi dari kewajiban
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
pengambilan kembali dikenakan oleh undang-undang lingkungan saat ini, yang mencerminkan tanggung jawab produsen ditingkatkan. Efek dari arus balik dalam situasi ini ada dua. Di satu sisi mungkin akan lebih murah untuk merombak produk lama daripada untuk menghasilkan yang baru. Di sisi lain perencanaan yang dapat diandalkan menjadi lebih sulit karena meningkatnya ketidakpastian yang dapat menyebabkan tingkat safety stock yang lebih tinggi. Untuk menghindari kelebihan persediaan dari menggunakan produk pembuangan dapat menjadi pilihan tambahan (mungkin menambah biaya). Kerangka yang diuraikan di atas berbeda dengan situasi pengendalian persediaan tradisional pada dasarnya dalam tiga aspek. Pertama, sebagai konsekuensi dari kembalinya aliran tingkat persediaan antara pengisian kembali komponen baru tidak lagi harus menurun tetapi dapat meningkatkan juga. Hilangnya monotonicity signifikan merumitkan model matematika yang mendasari. Sebuah titik awal yang mungkin untuk analisis lebih dekat dari aspek ini adalah model cash-balancing yang terdiri dalam dan arus keluar (Constantinides.1976) dalam Fleischman.2000). Dalam prakteknya situasi ini sering direduksi menjadi pengaturan tradisional dengan hanya 'netting' permintaan terhadap pengembalian. Kedua, dua alternatif untuk memenuhi permintaan memaksakan paket tambahan keputusan yang akan diambil. Perintah eksternal dan pemulihan harus dikoordinasikan. Hal ini dapat dibandingkan dengan dua sistem pasokan modus persediaan dengan properti khusus yang pasokan satu modus tidak dapat sepenuhnya dikendalikan. Ketiga, dengan membedakan antara produk belum dirombak dan
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
serviceables situasi yang dijelaskan di atas secara alami mengarah pada sistem persediaan dua-eselon. Dengan demikian, investigasi pada strategi kontrol stok eselon yang memadai, seperti push terhadap kebijakan pull relevan dalam konteks ini (Fleischman et al. 2000)
TESIS
DESAIN SISTEM REVERSE LOGISTICS......
ABDURRAHMAN FARIS IH