BAB. III METODOLOGI A. TAHAPAN KAJIAN Tahapan kajian penelitian ini dilakukan seperti terlihat pada Gambar 3. bagan alir penelitian dengan uraian dibawah ini. 1. Pengumpulan data sekunder pengawasan PJAS. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data hasil laporan Pengawasan PJAS dari Balai Besar/Balai POM seluruh Indonesia dari tahun 2004
sampai
dengan tahun 2007, yang dihimpun melalui Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM. 2. Seleksi data sekunder , pemilihan data sekunder ditentukan sesuai kriteria yang ditetapkan berdasarkan Petunjuk Teknis Sampling PJAS dari Badan POM tahun 2006 (Lampiran 1), antara lain yaitu : a. PJAS yang sering dan diduga mengandung Bahan Tambahan Pangan terlarang/cemaran. b. Sebagai tindak lanjut karena adanya kasus /masalah dari suatu produk PJAS yang terbukti tidak memenuhi syarat berdasarkan hasil sampling tahun sebelumnya. c. PJAS yang sangat diminati anak-anak sekolah. d. PJAS yang produsennya berada di Wilayah Balai Besar/Balai POM di ibu kota propinsi yang bersangkutan dengan skala kelas menengah ke bawah. e. PJAS yang peredarannya luas 3. Untuk menarik sampel pangan jajanan anak sekolah yang dijual di sekitar sekolah dapat digambarkan seperti terlihat dalam gambar 2 sebagai berikut :
13
Gambar 1 :
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Plot lokasi sekolah dasar dan sekolah dasar yang terpilih untuk kegiatan
pengawasan
PJAS Keterangan : .
= Sekolah dasar = Sekolah dasar yang terpilih untuk intervensi
a. Inventarisasi lokasi seluruh sekolah dasar yang terdapat di sekitar ibukota propinsi. b. Lokasi seluruh sekolah dasar yang telah diinventarisasi diplotkan pada peta ibukota propinsi sehingga tergambar penyebarannya. c. Menentukan jumlah sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi untuk kegiatan sampling pangan jajanan anak sekolah, yaitu dihitung sama dengan v n, dimana n = jumlah seluruh sekolah dasar yang tedapat di ibukota. Contoh: Atas dasar inventarisasi, diketahui jumlah sekolah dasar di seluruh ibukota propinsi adalah 100 buah, maka jumlah sekolah dasar yang harus diambil sebagai sampel sekolah dalam kegiatan sampling ini adalah v 100= 10 buah. Pada diagram di atas, secara acak 10 sekolah dasar ditetapkan sebagai sampel sekolah dasar yang masuk dalam kegiatan sampling. Penyebaran kesepuluh sekolah dasar tersebut diupayakan merata di seluruh ibukota. 12 pedagang pangan jajanan per sekolah dasar: • Minuman berwarna merah • Es berwarna merah • Sirop berwarna merah • Mie • Baso • Snak (tahu si, cilok, dsb)
Sekolah Dasar
Gambar 2. Pengambilan Sampel dari Pedagang PJAS
14
Keterangan:
Dari setiap sekolah dasar dipilih sebanyak 12
pedagang jajanan yang menjual minuman, es, dan sirop berwarna merah, serta pedagang jajanan yang menjual mie, baso, dan snak yang terbuat dari bahan tepung seperti tepung terigu, tepung beras, tapioka, atau sagu. Selanjutnya setiap jenis pangan yang dijual diambil 2 sampel dari 2 pedagang yang berbeda, sehingga ada 12 sampel pangan dari setiap sekolah. a.
Memilih sekolah-sekolah dasar sejumlah yang ditetapkan pada butir 3 c di atas pada peta lokasi sekolah-sekolah dasar tersebut di atas, sedemikian rupa sehingga lokasi sekolah-sekolah dasar yang terpilih itu tersebar merata di seluruh ibukota propinsi.
b.
Melakukan survey awal untuk melihat apakah pedagang yang mejajakan pangannya di sekitar sekolah-sekolah dasar itu cukup banyak jumlahnya dan cukup beragam jenis pangan yang dijajakannya.
Jenis pangan yang akan diambil sampelnya
adalah minuman, sirop atau jeli-jeli dan agar-agar serta es berwarna merah, snak seperti bakwan, tahu isi, cilok, serta mie dan baso. Jika di sekitar sekolah dasar yang diukunjungi tidak terdapat cukup banyak pedagang yang berjualan, maka lokasi sampel ini dapat diganti dengan lokasi sekolah dasar lainnya yang berdekatan. c.
Mengambil enam jenis produk pangan yang dijajakan untuk dijadikan sampel surveilan, yaitu tiga dari kelompok minuman yang berwarna merah untuk pengujian rhodamin B dan kadar pemanis buatan (misalnya minuman, es, sirop, jeli-jeli, agaragar), dan tiga dari kelompok lainnya (misalnya mie, baso, bakwan atau tahu isi) untuk pengujian bahan kimia yang dilarang digunakan dalam pangan seperti boraks dan formalin. Enam jenis sampel diambil dari dari beberapa pedagang jajanan, minimum dua padagang atau pengrajin yang berbeda.
4. Identifikasi produk dan daerah yang paling bermasalah mengenai keragaman penggunaan siklamat pada jajanan anak sekolah antar
15
propinsi dengan
70 % (cut-off) produk terbanyak menggunakan
siklamat 5. Penetapan produk dan lokasi yang dijadikan obyek kajian Kriteria penetapan tempat sampling adalah : •
Provinsi dimana berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan tingkat kesesuaian yang tinggi antara petujuk teknis prioritas sampling jajanan anak sekolah yang dikeluarkan Badan POM tahun 2006.
•
Kesuaian antara jumlah Sekolah Dasar yang dijadikan sasaran sampling apakah telah sesuai dengan akar n, dimana n adalah jumlah SD di Kota ibu kota Provinsi berdasarkan data dari Depdiknas. (Lampiran 7).
•
Penggunaan siklamat melebihi batas yang diizinkan pada jajanan anak sekolah dengan 70 % produk terbanyak menggunakan siklamat.
6. Wawancara pendalaman
data
dan
informasi
untuk
menjawab
pertanyaan terkait karakteristik sosial ekonomi konsumen dan pedagang 7. Analisa data dan informasi yang didapatkan dari hasil pengumpulan data sekunder maupun wawancara, dengan menggunakan metode SPSS 8. Sintesis butir-butir penting terkait denga n pengaturan keamanan pangan `di Indonesia khususnya siklamat. 9. Penyusunan hasil kajian untuk kontribusi dalam kebijakan penggunaan siklamat PJAS di Indonesia.
B. TEMPAT DAN WAKTU KAJIAN Kajian dilaksanakan di Jakarta, untuk pengambilan data sekunder dilakukan di 26 ibu kota propinsi di sejumlah sekolah dasar melalui laporan hasil pengawasan pangan jajanan anak sekolah pada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan 2006 - 2007, dan untuk data primer dilakukan di Bengkulu, Jakarta, Yogyakarta, dan Mataram yang diharapkan dapat merepresentasikan gambaran permasalahan jajanan anak sekolah di Indonesia. Waktu pengkajian dilakukan pada bulan November 2007 – April 2008.
16
C. RANCANGAN KAJIAN DAN ANALISIS DATA Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 13. Perangkat lunak ini dikembangkan oleh SPSS, Inc. sejak tahun 1968 dan telah mengalami perkembangan hingga versi terbarunya, yakni versi 16. Perangkat lunak ini merupakan perangkat yang umumnya digunakan untuk menganalisis data. Banyak pengujian statistik yang terdapat di dalam sotware tersebut, diantaranya fasilitas untuk pengolahan data statistik nonparametrik (Chi-square, Mann-Whitney, Mc Nemar Ttest) dan untuk pengolahan data regresi baik linear maupun multi linear. Data kuesioner yang terkumpul terlebih dahulu akan dientrikan ke dalam SPSS ini, kemudian dianalisis berdasarkan parameter yang telah ditentukan. Misalnya, analisis regresi linear akan digunakan untuk mengetahui korelasi antara tingkat perekonomian produsen dengan penggunaan pemanis buatan dsb., sehingga dapat menjawab hipotesahipotesa yang telah dikemukakan.
17
Data-data Hasil Laporan Pengawasan PJAS
Kriteria menurut Juknis BPOM
Tidak sesuai Juknis Sampling BPOM
Tidak dipakai
Ya Identifikasi produk dan daerah yang paling bermasalah
Penetapan Lokasi kajian
Karakter Konsumen, Pedagang
Pendalaman Data dan informasi untuk menjawab hipotesa mengenai karakteristik social ekonomi konsumen (murid sekolah) dan pedagang
Analisis data Kuesioner dengan Program SPSS
Sintesis Butir-butir Penting
Regulasi pembanding di berbagai negara
Rekomendasi
Gambar 3. bagan alir penelitian
18