36
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1 Metode Kajian Metode kajian yang digunakan merupakan metode kajian komunitas eksplanasi, yaitu proses pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek sosial komunitas melalui eksplanasi (menjelaskan) faktor penyebab
suatu
kejadian/
gejala
sosial
yang
dipertanyakan,
atau
mengidentifikasi jaringan sebab-akibat berkenaan dengan suatu kejadian atau gejala sosial melalui data kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini ialah subyektif-mikro, yaitu upaya memahami sikap, pola perilaku, dan upayaupaya yang ada berkaitan dengan masalah yang dipertanyakan dalam kajian, dengan menggunakan strategi studi kasus (Sitorus dan Agusta, 2006). Karena Kajian menggunakan data kualitatif, maka data yang diolah berupa kata-kata lisan/ tulisan dari subyek kajian yaitu informan. Data kualitatif menurut Nasution (2003), merupakan pandangan atau pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapan-tanggapan, dan lain-lain tentang sesuatu keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Strategi studi kasus yang digunakan dalam mengumpulkan data kualitatif merupakan
studi aras
mikro yang menyoroti satu atau lebih kasus terpilih. 3.2 Teknik Kajian 3.2.1 Jenis Data Data adalah informasi sahih dan terpercaya yang dibutuhkan untuk keperluan analisis dalam kajian. Data yang dipergunakan dalam kajian lapangan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer, ialah data yang diperoleh dari informasi dan hasil pengamatan lapangan. Data sekunder, ialah data yang diperoleh dari data statistik, literatur, dan laporan atau publikasi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait serta data pendukung yang ada di desa seperti: data monografi desa, laporan tahunan, daftar isian potensi desa, dan dokumen lain yang diperlukan dalam kajian ini. Data primer yang bersumber dari informasi, yaitu para pengurus LMDH, tokoh formal masyarakat seperti Kepala Desa Glandang dan perangkat desanya
37 (staf desa, ketua RW dan RT), Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Dinas Instansi terkait (Kabupaten, Kecamatan, Lingkungan Hidup) dan LSM. Tokoh informal yang dijadikan informan adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga masyarakat. Data sekunder, diperoleh dengan melakukan kegiatan studi kepustakaan atau literatur yang bersumber dari instansi-instani terkait serta data pendukung yang ada di desa seperti: data monografi desa, laporan tahunan, daftar isian potensi desa dan dokumen lain yang diperlukan dalam kajian ini. Lebih jelasnya cara-cara pengumpulan data dalam kajian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Rincian Informan dan Cara Pengumpulan Data.
No
Tujuan Kajian
Data dan Informasi Yang diperlukan
1.
Mengetahui peran PHBM melalui LMDH
2.
Mengetahui Struktur akses dan faktor-faktor kontrol SDA hutan yang mempengaruhi efektvitas PHBM
3.
4.
Sumber
Keanggotaan, 1. Pengurus LMDH Kepengurusan, 2. Perhutani norma/ aturan dan kelembagaan lain 3. Pesanggem
Metode
Rekaman
- Studi dokumentasi - wawancara
- Catatan harian -Dokumen
1. Pengurus LMDH 2. Tkh.masyarakat 3. Pesanggem 4. Aparat desa
- Wawancara - Pengamatan - Analisis data sekunder
- Catatan harian -Dokumen
Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kapasitas LMDH
Keanggotaan, 1. Pengurus LMDH kepengurusan, 2. Tkh.masyarakat norma/ aturan dan kelembagaan lain 3. Pesanggem 4. Aparat desa
- Wawancara - Diskusi - Pengamatan
- Catatan harian
Menganalisis masalah dan pemecahan masalah kinerja LMDH
Pelayanan, 1. Pengurus LMDH pengelolaan, 2. Tkh.masyarakat kepemimpinan dan 3. Pesanggem manajemen 4. Aparat desa
- Wawancara - Pengamatan - Analisa data sekunder
- Catatan harian - Dokumen
-Dokumen
- Diskusi
5.
Menyusun program Penguatan kapasitas LMDH dan efektivitas PHBM.
Rancangan 1. Pengurus LMDH - Wawancara program dan 2. Tkh.masyarakat - Pengamatan rencana kegiatan 3. Pesanggem - FGD 4. Aparat desa 5. BPD
- Catatan harian -Dokumen - Manuskrip
38 3.2.2 Cara Pengumpulan Data Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data di atas, dilakukan dengan cara : a. Wawancara Mendalam Metode ini merupakan menghimpun data yang berkaitan dengan permasalahan penguatan kapasitas LMDH dan efektivitas PHBM melalui kegiatan temu muka yang dilakukan pengkaji dengan tineliti (informan). Pertanyaan yang diajukan tidak berdasarkan struktur tertentu tetapi terpusat pada satu pokok tertentu. Menurut Sitorus dan Agusta (2006), wawancara mendalam merupakan proses temu muka berulang antara peneliti dan subyek tineliti. Dalam konteks penelitian ini wawancara mendalam ditujukan pada pengurus LMDH (5 orang), anggota LMDH (5), tokoh masyarakat (2 orang), tokoh agama (1 orang), masyarakat (3 orang), aparat desa (2 orang), dan tokoh pemuda (2 orang). Melalui cara ini peneliti hendak memahami pandangan subyek tineliti tentang hidupnya, pengalamannya dan situasi sosialnya kaitannya dengan program pengembangan masyarakat yang ada di Desa Glandang. Guna memudahkan pengkaji membuat pedoman wawancara. b. Observasi Langsung. Metode observasi langsung menurut Adimiharja dan Hikmat (2004), merupakan metode perolehan informasi yang mengandalkan pengamatan langsung dilapangan. Dalam konteks observasi ini dilakuan pada aspek struktur akses PHBM dan kontrol SDA hutan, serta kinerja LMDH baik yang menyangkut obyek, kejadian, proses, hubungan maupun kondisi masyarakat, dan lingkungan alam yang berkaitan dengan proses dialog, penemuan, dan pengembangan masyarakat dalam program PHBM di Desa Glandang. c. Diskusi Kelompok. Merupakan metode pengumpulan data yang biasa terbuka, meluas dan tidak terkontrol. Menurut Sumardjo dan Saharudin (2006), hasil dari kegiatan diskusi kelompok digunakan untuk mengevaluasi atau melengkapi data sebelumnya. Diskusi kelompok diselenggarakan dua kali yang diikuti oleh unsur kelompok yang ada di desa, seperti pengurus LMDH, anggota LMDH, Karang Taruna, perangkat desa, dan tokoh masyarakat.
39 d. Focused Group Discussion (FGD) Menurut Sumarjo dan Saharudin (2006), FGD merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman diantara para peserta diskusi dalam satu kelompok untuk membahas satu masalah khusus yang telah terdefinisikan sebelumnya. FGD dilaksanakan satu kali, dengan peserta dari unsur pengurus LMDH, perangkat desa, anggota LMDH, FK.PHBM Desa Glandang, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan tokoh masyarakat. Adapun agenda FGD adalah menganalisis masalah dan pemecahan masalah, serta menyusun program pengembangan masyarakat
berkaitan
dengan program PHBM dan kelembagaan LMDH yang ada di Desa Glandang. e. Studi Dokumentasi/ Studi Arsip Studi dokumentasi, dilakukan dengan menelaah beberapa laporan, buku, arsip, dan catatan tentang program PHBM dan kelembagaan LMDH kaitannya dengan pengembangan masyarakat di Desa Glandang yang relevan dengan masalah kajian. Agar proses pengumpulan data terarah dan teratur, digunakan pedoman pengumpulan data, yang meliputi wawancara, FGD, dan Observasi. Pedoman wawancara, FGD, dan observasi kajian pengembangan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 1. Rincian cara pengumpulan data tersaji pada Tabel 1. 3.2.3 Cara Pengolahan dan Analisis data Data yang terkumpul, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Data yang ada tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabulasi data, sdangkan tekhnik menganalisanya adalah dengan menggunakan analisa data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus dan Agusta (2006), analisis data kualitatif meliputi : a. Reduksi Data, adalah poroses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformai data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. b. Penyajian Data, adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. c. Kesimpulan, adalah proses menemukan makna data, bertujuan memahami tafsiran dalam konteksnya dengan masalah secara keseluruhan. Dalam mendukung prosedur analisis tersebut, pengumpulan data menggunakan
40 metode triangulasi melalui kegiatan diskusi kelompok terfokus, observasi, dan wawancara 3.3 Tempat dan Waktu Kajian 3.3.1 Lokasi dan Alasan Pilihan Komunitas Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Glandang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang. Komunitas ini dipilih karena setelah dilakukan pemetaan sosial dan evaluasi pengembangan masyarakat, ternyata memiliki program-program pengembangan masyarakat yang menarik untuk dikaji. 3.3.2 Waktu Kajian Kajian dilaksanakan dalam tiga tahap meliputi : (1) Praktek Lapangan I yang dilaksanakan di tingkat desa, (2) Praktek Lapangan II yang dilaksanakan di tingkat desa, dan (3) Perancangan program pengembangan masyarakat. Tahapan tersebut dilaksanakan di desa yang sama, dan setiap tahapan merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, artinya data yang diperoleh pada tahap pertama dan kedua dipadukan dengan data tahap ketiga yang kemudian dipergunakan dalam penulisan laporan kajian. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di tingkat desa pada tanggal 26 Desember 2006 sampai dengan 13 Januari 2007 mengenai pemetaan sosial. Kegiatan ini bertujuan memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai keterkaitan dimensi-dimensi sosial masyarakat dengan kegiatan pengembangan masyarakat. Tahap kedua, Praktek Lapangan II di laksaanakan di tingkat desa pada tanggal 12 April 2007 saampai dengan 7 Mei 2007. Kegiatan ini bertujuan mengenali, mengevaluasi dan menganalisis kegiatan pengembangan masyarakat yang pernah di laksanakan di desa. Tahap ketiga, adalah perancangan program pengembangan masyarakat di tingkat desa hingga laporan penulisan yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2007. 3.3.3 Metode Penyusunan Program Metode penyusunan program dalam kajian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Identifikasi potensi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam rangka penguatan kapasitas LMDH dan peningkatan efektifitas PHBM dalam
41 proses pelaksanaan program pengembagan masyarakat. Identifikasi ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara mendalam. Hasil identifikasi ini berupa data potensi yang dimiliki desa yang dapat mendorong dan faktor-faktor yang menghambat pengelolaan hutan bersama masyarakat melalui LMDH. Faktor penghambat tersebut menyebabkan timbulnya permasalahan yang dihadapi masyarakat dan diupayakan akan diselesaikan. b. Data potensi dan permasalahan di atas dikonfirmasikan melalui Focused Group Discussion (FGD). Dalam FGD diupayakan untuk memperoleh kesempatan bahwa rancangan program peningkatan efektivitas PHBM dan penguatan kapasitas LMDH dalam proses pengembangan masyarakat pada pelaksanaannya tidak hanya menjadi tanggung jawab masyarakat Desa Glandang saja. Pelaksanaan program pengembangan masyarakat juga menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait, seperti Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, pemerintah Kabupaten, pihak swasta dan pihak lain yang berkompeten.