III. METODOLOGI 3.1. Metode Kajian Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif 3). Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara lengkap dan mendetail tentang kehidupan para buruh tani di Desa Tangsi Mekar, khususnya buruh tani yang mengerjakan usaha benang sebagai pekerjaan tambahan. Responden dalam kajian ini adalah 20 orang buruh tani di Desa Tangsi Mekar Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Para buruh tani tersebut sebagian memiliki pekerjaan sebagai pengrajin benang, sebagian lagi hanya bekerja sebagai buruh tani. Informan diambil dari tokoh masyarakat, aparat desa dan pemborong (pemilik modal) sebagai yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan dalam masalah kajian. 3.2. Lokasi dan Waktu Kajian Lapangan Kajian pengembangan masyarakat ini terdiri dari tiga tahap kegiatan Praktek Kerja Lapangan. Lokasi yang dipilih adalah Desa Tangsi Mekar Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan I dilakukan pada tanggal 13 November sampai dengan 20 Desember 2003, untuk memperoleh peta sosial masyarakat Desa Tangsi Mekar. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan II dilakukan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 13 Maret 2004, untuk mengevaluasi program pengembangan masyarakat yang telah dilakukan. Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat dilakukan pada tanggal 12 Juni sampai dengan 12 Agustus 2004, dengan fokus utama merancang program pemberdayaan bersama dengan masyarakat secara partisipatif.
2)
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:3), metode kualitatif didefinisikan “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati”. Sedangkan menurut Abdul Aziz dalam Bungin (2003:19) Metode kualitatif pada dasarnya merupakan penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu 2) Karena kajian menggunakan data kualitatif, maka data yang di olah berupa ucapan-ucapan/ tulisan dari subyek kajian yaitu responden dan informan. Data kualitatif menurut Handari dan Martini (1995), merupakan pandangan atau pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapantanggapan dan lain-lain tentang sesuatu keadaan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
18
Pemilihan Desa Tangsi Mekar sebagai lokasi kajian didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu adanya kasus yang menarik perhatian pengkaji dan lokasinya mudah dijangkau. Lokasi Desa Tangsi Mekar cukup strategis dan berada pada jalur penghubung antara Cicalengka dan Majalaya. Angkutan umum menuju wilayah ini tersedia 24 jam, dengan kondisi jalan beraspal yang dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak tempuh Desa Tangsi Mekar dari Kabupaten Bandung + 2 jam perjalanan. 3.2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dalam tiga tahap sebagai berikut: Pada Praktek Lapangan I dikumpulkan data kondisi geografis, kependudukan, sistem ekonomi, dan struktur komunitas. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan tokoh formal (aparat desa), tokoh informal (pemuka masyarakat, guru pengajian, pemborong (pemilik modal), dan warga komunitas, serta pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder meliputi kondisi geografis, kependudukan dan sistem ekonomi diperoleh dari Kantor Desa Tangsi Mekar. Pada Praktek Lapangan II dikumpulkan data berupa informasi mengenai pengembangan masyarakat dalam mengatasi kemiskinan yaitu Program Raksa Desa dan Program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Hal ini meliputi gambaran petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program meliputi penyelenggara, sumber biaya, tahun, sasaran dan pelaksanaannya di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: (a) Wawancara dengan informan kunci (Kepala Desa Tangsi Mekar, sekretaris desa, kader, tokoh masyarakat) dan warga masyarakat. Wawancara ini terdiri dari panduan pertanyaan yang dilakukan terhadap individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik dan keadaan wilayahnya. Topik dikembangkan berdasarkan proses tanya jawab dengan responden;(b) Pengamatan langsung, yakni dengan melakukan kunjungan lapangan ke para buruh tani yang juga sebagai buruh pengrajin benang; (c) Data sekunder yang diperoleh dari kantor desa, kader-kader PKK. Praktek Lapangan III merupakan kajian pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Dalam proses pemberdayaan ini, masyarakat mempunyai peran utama dalam identifikasi masalah, potensi dan kebutuhan serta perencanaan
19
kegiatan. Sedangkan pengkaji berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi proses identifikasi masalah, potensi dan kebutuhan serta perencanaan kegiatan 3). Teknik pengumpulan data menggunakan metode triangulasi dengan cara diskusi kelompok, pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Data yang dikumpulkan dalam identifikasi meliputi potensi, permasalahan serta kebutuhan dalam kegiatan usaha kerajinan benang. Warga yang mengikuti diskusi kelompok berjumlah 20 orang pengrajin dari masing-masing RT, ketua RW dan
sekretaris desa. Diskusi kelompok
terfokus dilaksanakan di rumah ketua RW tanggal 5 Juli 2004 jam !6.00 sampai dengan jam 17.30. Hal yang utama dalam melakukan identifikasi adalah berkembangnya kesadaran dan persepsi tentang potensi, dan permasalahan serta kebutuhan
yang dihadapi melalui pelaksanaan kegiatan. Dalam perencanaan
kegiatan secara partis ipatif dilakukan 2 pertemuan (pada tanggal 11 Juli 2004 dan 16 juli 2004). Pada pertemuan ini terjadi proses belajar dan proses penyadaran untuk membuat kegiatan bersama pada tingkat komunitas serta menimbulkan perasaan kebersamaan dan tanggung jawab komunitas. 3.3. Penyusunan Program Metode perancangan program dalam kajian ini menggunakan metode Logical Framework (LFA) seperti dikemukakan oleh Sumardjo dan Saharudin (2003) dengan tahapan yang dilakukan sebagai berikut: TAHAP PERTAMA: Melaksanakan analisis masalah melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok dan Metodology for Participatory Assessment (MPA) yang menghasilkan prioritas masalah. Tahap ini dilakukan bersama-sama pengrajin benang dimulai dengan pertemuan terpisah antara pemborong sebagai pemililik modal dan para pengrajin sebagai buruh yang diikuti oleh 20 orang pengrajin, pengurus RW, RT dan tokoh setempat. Dalam pertemuan tersebut diawali dengan penyampaian hasil temuan tentang para pengrajin yang meliputi kegiatan usahanya dan harapan pengrajin. Setelah itu dilakukan pengidentifikasian masalah yang dilakukan oleh peserta pertemuan. Dari hasil masukan peserta 3) Beberapa alasan menyertakan masyarakat menurut Mitchell et al. (2000) dikutip oleh Sumardjo dan Saharudin (2003) adalah (1) merumuskan permasalahan lebih efektif, (2) terungkapnya informasi riil dan pemahaman masyarakat, (3) terumuskannya alternatif penyelesaian masalah secara sosial dapat diterima, dan (4) terbentuknya rasa memiliki pada masyarakat terhadap rencana dan penyelesaian program, sehingga memudahkan penerapan.
20
mengenai identifikasi masalah, kemudian oleh penulis dituangkan pada diagram alir yang menggambarkan sebab dan akibatnya. (lihat bab VI gambar 5 hal 66). TAHAP KEDUA: Melaksanakan analisis tujuan. Berdasarkan analisis masalah yang telah dirumuskan dan telah menghasilkan prioritas masalah. Tahap ini digunakan untuk menganalisis masalah dan merumuskan tujuan yang akan dicapai, meyusun informasi secara sistematika, dan pada akhirnya menghasilkan sebuah rencana program atau kegiatan yang menggambarkan tindakan hasil (lihat babVI gambar 6 hal 68). TAHAP KETIGA: Melaksanakan matrik analisis alternatif kegiatan berdasarkan analisis tu juan dirumuskan analisis alternatif strategi pemberdayaan pengrajin benang. Pada tahap ini dilakukan setelah masyarakat menentukan sendiri apa permasalahan yang sedang dirasakan, potensi-potensi apa yang dimiliki dan kebutuhan-kebutuhan apa yang sangat mendesak. Dalam pertemuan tersebut diawali dengan penyampaian rumusan masalah dan penentuan prioritas masalah yang
dihasilkan,
kemudian
peserta
pertemuan
menentukan
alternatif
pemecahannya. (lihat babVI tabel Tabel 9 hal 69). TAHAP KEEMPAT: Menyusun analisis p ihak terkait berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan. Pada tahap ini disusun matrik mengenai siapa saja pihak terkait yang dapat dimanfaatkan dalam perancangan program serta dianalisis mengenai kekuatan dan keterbatasan masing-masing pihak terkait.(lihat bab VI Tabel 10 hal 70). TAHAP
KELIMA:
Menyusun
Rencana
Kegiatan.
Sebelum
melakukan
penyusunan program, terlebih dahulu penulis melakukan identifikasi potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat dalam pemberdayaan pengrajin benang, kegiatan ini pada dasarnya dilaksanakan untuk memperoleh informasi atau data tentang kuantitas dan kualitas potensi masyarakat yang dapat digunakan untuk pemberdayaan
pengrajin
benang,
kondisi
yang
menyebabkan
terjadinya
permasalahan tersebut dan kebutuhan pengrajin benang dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya. Kegiatan ini dilakukan melalui wawancara dan diskusi mendalam baik dengan tokoh formal, informal maupun dengan masyarakat serta pengrajin benang. Dalam penyusunan program digunakan metode diskusi dengan
21
mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh pengrajin benang serta tokoh masyarakat. Pada
awal
pertemuan,
sebelumnya yaitu analisis
penulis
menyampaikan
hasil
pertemuan
masalah dan tindakan yang kemudian penulisn
memberikan kesempatan untuk menanggapinya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Pada pertemuan tersebut peserta diminta untuk menuliskan kegiatan-kegiatan yang diinginkan dalam rangka pemberdayaan. Tujuannya setelah kegiatan-kegiatan tersebut teridentifikasi, maka peserta secara bersamasama menentukan indikator dan pelaksanaan program, serta merancang jadwal waktu pelaksanaan program yang sekaligus
dengan sumber biaya kegiatan
tersebut. Dari pertemuan tersebut, pada akhirnya menghasilkan rancangan program dalam rangka pemberdayaan pengrajin benang. (lihat bab VI Tabel 11 hal 75-76).
22
Tabel 2. Data dan Cara Pengumpulan Data pada Kegiatan Kajian di Desa Tangsi Mekar NO
Tujuan Kajian
Data & Informasi yang Diperlukan
1
Menganalisis peta sosial komunitas
2
Mengevaluasi program pengembangan Masyarakat
Data peta sosial desa, Data Geografis, masalah Sosial, kependudukan, mata pencaharian, pendidikan, sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi dan kelembagaan, pengelolaan sumber daya lokal Program kegiatan pengembangan masyarakat yang pernah dilakukan komunitas di Desa Tangsi Mekar Ketidak berdayaan kelompok usaha pengrajin benang dalam mengakses politik dan budaya manfaat kesejahteraan, meningkatkan kemampuan ekonomi, Identifikasi masalah, potensi, dam kebutuhan
Anggota kelompok usaha benang.
3
Mengetahui Aspek-aspek ketidak berdayaan yang dihadapi kelompok usaha benang
4
Menyusun Program; Pembentukan kelompok; Penghimpunan dana masyarakat; Pengajuan kredit; Pembelian bahan baku bersama
Sumber Data
Metode
Rekaman
Laporan praktek Lapangan I Data desa
Data sekunder, wawancara mendalam dan observasi lapangan
Hasil Laporan lapangan I
Responden Kepala desa Ketua W/RT Tokoh masyarakat
Data sekunder, wawancara mendalam dan observasi lapangan Wawancara mendalam, obeservasi Lapangan dan FGD
Hasil laporan lapangan II
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok
Anggota kelompok usaha pengrajin benang, Ketua RW, Ketua RT, Stakeholder
Dokumen
Catatan harian
23