19
METODOLOGI
3.1
Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak
pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari 2012).
Gambar 3 Peta Jakarta dan Kelurahan Lenteng Agung
Gambar 4 RW08 Kelurahan Lenteng Agung Sumber: Google Earth, 2010
20
3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera digital, alat
tulis, terrmo-higrometer, laptop, serta software penunjang (Ms. Word, Ms. Excell, Autocad, Photoshop, Corel Draw). Sedangkan bahan yang digunakan adalah peta kawasan dan data penunjang.
3.3
Batasan studi Studi ini mengidentifikasi peranan RTH terhadap pemenuhan kebutuhan
perkotaan berdasarkan presentase luas area dan kebutuhan masyarakat berdasarkan luas per kapita. Hasil akhir dari studi adalah berupa rekomendasi deskriptif untuk pengendalian dan optimalisasi pemanfaatan RTH yang ada serta rekomendasi spasial penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau.
3.4
Metode Proses studi pada lokasi ini terdiri atas lima tahap, yaitu: tahap persiapan,
tahap pengumpulan data, tahap analisis, tahap sintesis, dan tahap perumusan rekomendasi.
penentuan alur penelitian
Tahap Persiapan
perizinan persiapan alat
Tahap Pengumpulan Data
primer sekunder
tipologi RTH
Tahap Analisis
kualitas RTH Tahap Evaluasi kuantitas RTH
Tahap Perumusan Rekomendasi
deskriptif spasial
Gambar 5 Alur Penelitian
21
Uraian mengenai proses evaluasi yang akan dilakukan selama studi sebagai berikut.
3.4.1
Tahap Persiapan Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan yaitu menentukan konsep dan
tujuan identifikasi, persiapan informasi yang berkaitan dengan lokasi, pihak-pihak yang harus dihubungi, yang berkaitan dengan tata ruang kawasan Kelurahan Lenteng Agung.
3.4.2
Tahap Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam studi ini sebagian besar merupakan data
fisik kawasan (Tabel 4). Data ini berupa data primer yang diperoleh dari survey lapang dan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan, dan sumbersumber lainnya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu:
Secara Langsung, yaitu pengumpulan data dilakukan sendiri di lapangan, baik melalui wawancara, foto, maupun pengamatan visual/observasi lapangan secara langsung untuk mendapatkan data primer. -
Teknik Sampling
Teknik sampling ini merupakan salah satu metode pengambilan data yang dilakukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya; mengingat kawasan penelitian cukup kompleks dan waktu penelitian terbatas. Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari sejumlah populasi yang akan diteliti. Populasi merupakan keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki (Nazir dalam Haryanti, 2008). Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah rumah-rumah pada kawasan RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, karena metode ini dibutuhkan dalam menganalisis ruang terbuka hijau privat berupa pekarangan, yang berada pada masing-masing
22
area rumah. Secara umum, jumlah ukuran sampel yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus Slovin dalam Haryanti, 2008 sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = derajat kecermatan (level of significant)
Secara Tidak Langsung, yaitu pengumpulan data instansi terkait yaitu Kelurahan Lenteng Agung dan RW 08 Lenteng Agung untuk mendapatkan data sekunder. Daftar data yang dikumpulkan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4
berikut. Tabel 4 Rekapitulasi Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Aspek, Jenis, Bentuk, dan Sumber Data Aspek Fisik dan Biofisik
Jenis Data Lokasi tapak
Bentuk Data Letak, luas, dan batas wilayah
Sumber Data Survey lapang, studi pustaka
Sirkulasi dan Aksesibilitas Sarana dan prasarana
Pola dan jalur sirkulasi
Survey lapang
Jenis dan jumlah sarana dan prasarana Kondisi topografi
Data Kelurahan, survey lapang Survey lapang
Tanah dan hidrologi
Kondisi iklim wilayah dan iklim mikro Jenis tanah dan hidrologi
Vegetasi dan satwa
Jenis vegatasi dan satwa
Stasiun klimatologi, survey lapang Studi pustaka, survey lapang Survey lapang
Penggunaan lahan
Kondisi penggunaan lahan
RTH
Jumlah, tipe, pemanfaatan
Keadaan masyarakat
Data kependudukan, sosial budaya masyarakat
Pola/tipe pemukiman Kelembagaan
Data pola/tipe pemukiman Data jumlah dan jenis kelembagaan masyarakat.
Topografi Iklim
Sosial dan Ekonomi
Pemerintah daerah, foto udara, survey lapang Survey lapang, wawancara Survey lapang, Kelurahan Lenteng Agung Survey lapang Pemerintah daerah, wawancara
23
Masing-masing jenis ruang terbuka hijau memiliki perlakuan metode pengumpulan data yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi dan distribusi eksisting setiap ruang terbuka hijau. Metode tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Metode Pengumpulan Data berdasarkan Jenis Ruang Terbuka Hijau Jenis RTH
Jenis Data
Metode
Keterangan
Pekarangan
Tipologi, ukuran, elemen lanskap
Rumus
Jalur Hijau Jalan
Jenis, distribusi, tipologi, ukuran, elemen lanskap Jenis, distribusi, tipologi, ukuran, elemen lanskap Tipoogi, elemen lanskap Tipologi, elemen lanskap Tipologi, elemen lanskap
Sampling Sebanyak 88 dari 700 rumah Pengamatan setiap lokasi
RTH pada Fasilitas Umum dan Sosial RTH pada Bantaran Sungai RTH pada Bantaran Rel Kereta RTH Pemakaman
3.4.3
Sampling
Pengamatan keseluruhan Pengamatan keseluruhan Pengamatan keseluruhan
Tahap Analisis Pada tahap ini, analisis yang dilakukan terhadap tapak adalah analisis
pemanfaatan ruang terbuka hijau. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi tipologi ruang terbuka hijau berdasarkan fisik, kepemilikan, bentuk, dan fungsi. Fisik Kepemilikan Bentuk Fungsi
: Alami dan Non Alami : Privat dan Publik : Area dan Jalur : Produksi, Ekologi, Sosial Budaya, dan Estetika
Untuk analisis fungsi, pada masing-masing jenis RTH akan dilihat keberadaan dari setiap fungsi, apakah memenuhi atau tidak. Sedangkan pada RTH yang memiliki distribusi beragam ataupun lebih dari satu lokasi, masing-masing fungsi akan dinilai secara presentase sehingga dihasilkan diagram pemenuhan fungsinya. Selain itu dilakukan pula identifikasi elemen lanskap baik hard materials maupun soft materials untuk dikaitkan dengan pemanfaatan pada tapak. Selain tipologi dan elemen lanskap pada ruang terbuka hijau, aktivitas oleh pengguna mencerminkan pemanfaatan yang terjadi. Pada beberapa tapak, pemanfaatan di dalamnya dapat disimpulkan dari pengamatan aktivitas pengguna.
24
3.4.4
Tahap Evaluasi Tahap ini merupakan hasil penilaian ruang-ruang terbuka hijau terhadap
pengaruhnya bagi aktivitas mesyarakat di dalamnya. Proses evaluasi dilakukan terhadap kualitas dan kuantitas masing-masing ruang terbuka hijau. Unsur penilaian dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6 Proses Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Jenis Evaluasi Evaluasi Kualitas RTH
Evaluasi Kuantitas RTH
Aspek 1. Penutupan lahan oleh vegetasi 2. Pengukuran indeks kenyamanan
Keterangan Klasifikasi kelas penutupan lahan Perhitungan nilai THI berdasarkan suhu dan kelembaban rataan 1. Berdasarkan persen UU No. 26 Tahun 2007 luas wilayah tentang Penataan 2. Berdasarkan luasan per Ruang kapita Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan
Keterangan mengenai rangkaian proses evaluasi serta metode yang digunakan akan dijelaskan sebagai berikut. 1.
Evaluasi Kualitas Ruang Terbuka Hijau Analisis ini digunakan untuk mengetahui kualitas ruang terbuka hijau yang
terdapat pada kawasan penelitian. Pengamatan mencakup kondisi penutupan lahan oleh vegetasi dan tingkat kenyamanan pengguna pada masing-masing jenis ruang terbuka hijau. Penutupan lahan oleh vegetasi akan diklasifikasikan dalam beberapa kelas penutupan oleh ground cover, semak, dan pohon, yang terdiri atas: Kelas 1: Sangat Rendah (hamparan rumput/penutup tanah) Kelas 2: Rendah (rumput/penutup tanah dan semak) Kelas 3: Sedang (penutup tanah dan pohon) Kelas 4: Tinggi (semak dan pohon) Kelas 5: Sangat tinggi (penutup tanah, semak, dan pohon membentuk kerapatan tinggi)
25
Sedangkan tingkat kenyamanan pengguna akan didapatkan melalui perhitungan suhu dan kelembaban. Kemudian nilai THI pada masing-masing ruang terbuka hijau akan dibandingkan antara kondisi tanpa naungan pohon dengan di bawah naungan pohon. Dari hasil perbandingan akan diketahui selisih tingkat kenyamanan yang merupakan pengaruh dari keberadaan pohon dalam tapak. 2.
Evaluasi Kuantitas Ruang Terbuka Hijau Analisis ini berfokus pada identifikasi luasan ruang terbuka hijau eksisting
tapak, yaitu dengan membandingkan luas ruang terbuka hijau yang sudah ada dengan standar yang telah ditetapkan. Perhitungan standar luas ruang terbuka hijau menurut Endes (2004) dapat dihitung secara parsial yaitu berdasarkan persen luas area dan luasan per kapita. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa luasan ruang terbuka hijau kota minimal sebesar 30% dengan 20% milik publik dan 10% privat. Sedangkan perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan luasan per kapita mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, yaitu kebutuhan RTH tiap penduduk berdasarkan cakupan wilayah administrasi. Keluaran yang diharapkan dari analisis ini adalah informasi mengenai status pemenuhan jumlah ruang terbuka hijau apakah telah mencukupi atau belum.
3.4.5
Tahap Perumusan Rekomendasi Hasil dari proses analisis dan sintesis akan dijadikan dasar pembuatan
rekomendasi. Rekomendasi akan diberikan dalam bentuk deskriptif dan spasial yaitu usulan pengendalian untuk mempertahankan jumlah ruang terbuka hijau yang dapat diterapkan pada kawasan perkotaaan, terutama pada tapak yang serupa dengan RW 08 Kelurahan Lentang Agung. 1.
Rekomendasi Deskriptif Rekomendasi secara deskriptif diproses melalui analisis SWOT yang
kemudian
menghasilkan
strategi-strategi
yang
cocok
berdasarkan faktor internal dan eksternal lokasi setempat.
untuk
diterapkan
26
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengendalian kondisi ruang terbuka hijau kawasan Kelurahan Lenteng Agung secara pendekatan sosial dengan membandingkan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating. Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah: 1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesat-besarnya. 2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. 4. WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta meminimalkan ancaman. Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut: a.
Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal
b.
Penentuan bobot setiap veriabel
c.
Penentuan peringkat (rating)
d.
Penyusunan alternatif strategi
e.
Pembuatan tabel rangking alternatif strategi
Penjelasannya adalah sebagai berikut: a.
Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua
27
kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk menemukan strategi untuk mengendalikan kondisi ruang terbuka hijau kawasan RW 08 Kelurahan Lenteng Agung. b.
Penentuan Bobot Setiap Veriabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal,
terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya. Tabel 7 Formulir tingkat kepentingan fakor internal Simbol S1 S2 S3 Sn Simbol W1 W2 W3 Wn
Faktor Kekuatan (strength)
Faktor Kelemahan (weakness)
Tingkat Kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sedang Tingkat Kepentingan Kelemahan yang tidak berarti Kelemahan yang kurang berarti Kelemahan yang cukup berarti
Tabel 8 Formulir tingkat kepentingan fakor eksternal Simbol O1 O2 O3 On Simbol T1 T2 T3 Tn
Faktor Peluang (opportunities)
Tingkat Kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang yang tinggi Peluang yang rendah
Faktor Ancaman (threats)
Tingkat Kepentingan Ancaman yang besar Ancaman yang sedang Ancaman yang kecil
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.
28
Tabel 9 Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal Faktor Strategis Internal/Ekstenal
A
B
C
D
E
Total
A B C D E Total Sumber: Kinnear and Taylor (1991) Menurut David (2008), penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu: 1: jika indikator vertikal 2: jika indikator vertikal 3: jika indikator vertikal 4: jika indikator vertikal
faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor
Tabel 10 Matriks SWOT Eksternal Internal
Opportunities
Threats
Strenghts
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Weaknesses
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Sumber: Rangkuti (1997)
2.
Rekomendasi Spasial Rekomendasi secara spasial dibuat dengan menetapkan area-area atau
ketentuan
yang
ada
untuk
mendapatkan
potensi
luasan
yang
dapat
dikembangkan.untuk RTH, yaitu menyesuaikan kondisi masing-masing RTH dengan persyaratan ideal menurut regulasi yang terkait, seperti pada Tabel 11 di bawah ini.
29
Tabel 11 Acuan Standar yang Digunakan pada Beberapa Bentuk RTH Jenis RTH Pekarangan Jalur Hijau Jalan
RTH pada Fasilitas Umum dan Sosial
RTH Bantaran Sungai
RTH Bantaran Rel Kereta
RTH Pemakaman
Regulasi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan Tata Cara Perencanaan Bangunan Sekolah SNI 03-1730-2002 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Keterangan RTH privat sebasar 10% dari luas wilayah RTH antara 20-30% dari Ruang Milik Jalan sesuai dengan kelas jalan
Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk sesuai cakupan wilayah administrasi, yaitu: Tingkat RT = 1 m2/kapita Dan RW = 0.5 m2/kapita Luasan minimal RTH sekolah adalah 23% dari luas total Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sekurangkurangnya 50 m dari tepi sungai
Ruang milik jalan kereta untuk pengamanan jalan rel sebesar 6 m dari sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalan kereta Peraturan Menteri Ruang hijau pemakaman Pekerjaan Umum termasuk pemakaman tanpa Nomor: 05/PRT/M/2008 perkerasan minimal 70% tentang Pedoman dari total area Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan
Standar dari masing-masing RTH kemudian disajikan secara spasial sesuai distribusi eksistingnya sehingga menghasilkan rekomendasi penggunaan area hijau.