9 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No
Nama
1.
Sri Yulianti Persepsi (2013)
Judul
Teori
Metodologi
Hasil
Model S-
Deskriptif
Hasilpenelitian mengenai persepsi
Kuantitatif
masyarakat tentang
Masayarak O-R, at Tentang
Individu
program acara reality show
Program
al
“Catatan Si Olga” di Kelurahan
Acara
Differenc
Gunung Lingai
Reality
es
Kecamatan Sungai Pinang
Show
Theory
Samarinda dapat disimpulkan
Catatan Si
bahwa pada
Olga di
masyarakat Kelurahan Gunung
Kelurahan
Lingai Kecamatan Sungai Pinang
Gunung
juga tak bisa
Lingai
lepas dari kegiatan media massa
Kecamata
terutama media televisi.
n Sungai
Masyarakat daerah
Pinang
Kelurahan Gunung Lingai yang
Samarinda
mayoritas penduduknya adalah
(E-jurnal
pegawai
Ilmu
swasta sangat membutuhkan
Komunika
media informasi dan hiburan
si,
dilingkungan hidup
volume1.
mereka. Program acara reality
Nomor1,
show “Catatan Si Olga” telah
2013:46-
mampu menjadi
61)
obat penawar kebutuhan masyarakat khususnya dalam hiburan. Sebagai program acara yang telah menjadi
9
10 bagian dari kehidupan masyarakat daerah Kelurahan Gunung Lingai, tentu hal ini menimbulkan persepsi di masyarakat akan program acara tersebut. Melalui suatu hal yang bisa dilihat seperti isi acara keseluruhan, pesan apa yang disajikan serta pembawa acaranya, semua tidak terlepas dari penilaian dan tanggapan masyarakat. Program acara ini telah mampu membuat persepsi yang “Cukup Baik” di masyarakat Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda. 2.
Mustika
Pengaruh
Model
Deskriptif
Ada pengaruh tayangan berita
Dewi
Tayangan
Teori S-
Kuantitatif
kriminal di televisi terhadap
(2013)
Berita
O-R dan
kecemasan ibu rumah tangga akan
Kriminal
Cultivati
tindak kejahatan pada anak di RT
Di
on
24 Kelurahan Gunung Kelua Kota
Televisi
Theory
Samarinda, dimana semakin
Terhadap
tinggi intensitas ibu rumah tangga
Kecemasa
menyaksikan tayangan berita
n Ibu
kriminal maka semakin tinggi
Rumah
pula kecemasan ibu rumah tangga
Tangga
tersebut akan tindak kekerasan
Akan
yang terjadi pada anak dan
Tindak
sebaliknya semakin rendah
Kejahatan
intensitas ibu rumah tangga
11 Anak di
menyaksikan tayangan berita
Samarinda
kriminal maka semakin rendah
(e-jurnal
pula kecemasan ibu rumah tangga
Ilmu
tersebut akan tindak kejahatan
Komunika
pada anak.
si, 2013)
2. Tayangan berita kriminal mempengaruhi kecemasan ibu rumah tangga sebesar 28,3% dan selebihnya 71,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti misalnya pengalaman individu akan tindak kriminal, interaksi individu serta informasi yang diperoleh melalui media massa selain televisi seperti koran, radio dan internet.
3.
Sarah
IMAGES
Sympath
Deskriptif
This blurring of fiction and reality
Eschholz
OF PRIME
eict
Kuantitatif
may influence viewers’
Matthew
TIME JUSTICE:
Roles,
perceptions of the criminal justice
Mallard
A
Cultivati
system and criminal justice
Stacey
CONTENT
on model
problems in the United States.
Flynn
ANALYSIS
Using a content analysis of the
(2004)
OF “NYPD
2000-
BLUE” AND “LAW
01 season of both “Law & Order”
& ORDER
and “NYPD Blue,” this study
(Jurnal of
explores the way “justice” is
Criminal
done on television crime dramas
Ana Populer
by focusing on the race and
Culture, 10 (3) 161-180)
gender composition of television offenders, victims, and criminal justice personnel, civil rights violations, “control talk,” which
12 emphasizes an “us” against “them” mentality, and finally, the clearance rates for television offenders. Each of these issues will be compared to relevant statistics in the real world in an attempt to gauge the degree that these programs depart from reality. Implications of these findings for the social construction of crime, race, gender and justice are discuss 4.
Darrin
Consumin
A Uses
Pendekatan
drama viewership. To the best of
Brown,Shar
g
and
penelitian:
our knowledge, this theory has not
on
Television
Gratifica
Kuantitatif
yet specifically been applied to
Lauricella
Crime
tion
this genre, thus providing a basis
,Aziz Douai
Drama: A
Approch
for the research study. Three
Arshia
Uses and
independent variables (age, sex,
Zaidi
Gratificati
frequency of crime drama
(2012)
ons
viewing) were tested against four
Approach
dependent variables
(American
(curiosity/information,
Communi
identification, social interaction,
cation
and entertainment), as well as all
Journal
variables together (full
2012
gratification) in order to
winter,
determine if they were statistically
volume
significant predictors of each
14,issue 1)
specific type of gratification. Results indicated that frequency of viewing crime dramas was a statistically significant predictor for only full gratification and
13 curiosity/information 5.
Rahmat
Pengaruh
Media
Kuantitatif-
Dari hasil penelitian, berdasarkan
Sawempi
Tayangan
massa
Metodologi
penghitungan koefisien korelasi
1201003932 Jejak
Kognitif
Tipe Riset
Pearson Product Moment, didapat
Binus
Petualang
sosial
Populasi
hasil sebesar 0,680. Hal ini
University
di Trans7
Televisi
dan sampel
menunjukkan bahwa terdapat
Terhadap
Komuni
Keabsahan
hubungan yang kuat dari tayangan
Perilaku
kasi
Penelitian
Jejak Petualangterhadap perilaku
Menjaga
Massa
Teknik
menjaga kelestarian alam anggota
Kelestaria
Komuni
Analisis
UKM KLIFONARA Angkatan
n Alam
kasi
2012. 3. Tayangan Jejak
Perilaku
Petualang memiliki peranan
Media
sebesar 46,3% terhadap perilaku
massa
menjaga kelestarian alam anggota UKM KLIFONARA angkatan 2012 di Universitas Bina Nusantara. Sedangkan sisanya sebesar 53,7%
2.2
Landasan Teori
2.2.1. Teori Komunikasi Pengertian
komunikasi
secara
etimologis
berasal
dari
kata
Latin,
Communicatio. Istilah ini bersumber dari perkataan Communis yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Effendi. (2003). Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi (communication actor) yakni komunikator dan komunikan itu, dengan kata lain komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dikutip dari buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Mulyana. (2008). Beberapa definisi komunikasi yaitu: 1. Komunikasi: Transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur,
14 grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi (Bernard dan Gary A. Steiner). 2.
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima (Theodore M. Newcomb).
3.
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan
rangsangan
(biasanya
lambang-lambang
verbal)
untuk
mengubah perilaku orang lain (kominikate) (Carl I. Hovland). 4.
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesankepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi penerima (Everett M. Rogers).
5.
Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan dimaksudkan komunikator (Raymond S. Ross).
6.
Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana (Harold Laswell) ?
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagai pengalaman Mulyana (2008). Komponen komunikasi adalah hal hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell, komponen-komponen komunikasi adalah: 1. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. 2. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. 3. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara. 4. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
15 5. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. 6. Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan (Protokol).
2.2.2. Fungsi Komunikasi Dikutip dari buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Effendi (2003) membagi fungsi komunikasi menjadi 5 : a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence)
2.2.3 Model Komunikasi Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut.Menurut Sereno dan Monterseb, suatu model komunikasi merupaka deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Mulyana. (2008) Menurut Stewart L. Tubss dan Sylvia Moas dikutip dari buku Sosiologi Komunikasi, Bungin. (2007) menjelaskan 3 model komunikasi : 1. Model Komunikasi Linear Yaitu model komunikasi satu arah (one-way view of communication). Dimana komunikator memberikan suatu stimulus dan komunikan memberikan respon atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Seperti teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory), asumsi-asumsi teori ini yaitu ketika seseorang menguasai orang lain, maka ia “menyuntikkan satu ampul” persuasi kepada orang lain itu, sehingga orang lain tersebut melakukan apa yang ia kehendaki. 2. Model Komunikasi Dua Arah Adalah model komunikasi interaksional, merupakan kelajutan dari pendekatan linier. Pada model ini, terjadi komunikasi umpan balik (feedback) gagasan. Ada pengirim (sender). Dengan demikian, komunikasi berlangsung dalam proses dua arah (two-way) maupun proses peredaran atau perputaran arah (cyclical process), sedangkan setiap pratisipan memiliki peran ganda, di mana pada satu waktu
16 bertindak sebagai sender, sedangkan pada waktu lain berlaku sebagai receiver, terus seperti itu sebaliknya. 3. Model komunikasi Transaksional Yaitu komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di antara dua orang atau lebih. Proses komunikasi ini menekankan semua perilaku adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi memiliki konten pesan yang dibawanya dan saling bertukar dalam transaksi.
2.2.4 Proses Komunikasi Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya Effendy (2008). Dikutip dari buku Dinamika Komunikasi, Effendy (2008). Beliau mengatakan bahwa yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni: 1) Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya, di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah bekisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan. 2) Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekadar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3) Dampak behavioral yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam benuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
2.2.5 Komunikasi Massa Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) di sini ialah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada
17 umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Effendi. (2003). Dikutip dari buku Sosiologi Komunikasi Bungin (2007) komunikator dalam komunikasi massa adalah: 1. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan epat ditangkap oleh publik. 2. Komunikator
dalam
penyebaran
informsi
mencoba
berbagi
informasi,
pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar di mana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. 3. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu. Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yakni diuraikan sebagai berikut, Effendi. (2003): a. Komunikasi Massa Bersifat Umum Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk
semua
orang. Benda-benda tercetak, film, radio, dan televisi apabila dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi yang tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa. b. Komunikan Bersifat heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunya pekerjaan yang berjenis-jenis; oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.Komunikan dalam komunikasi massa adalah sejumlah orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama. Meskipun demikian, orang-orang yang tersangkut tidak saling mengenal., berinteraksi secara terbatas., dan tidak terorganisasikan. c. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Yang dimaksud keserempakan disini ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini
18 melebihi media tercetak, karena yang teakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif. d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum.
2.2.6 Fungsi Komunikasi Massa Dikutip dari buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Komala. (2007), fungsi komunikasi massa menurut Dominick terdiri dari : Pengawasan (surveillance) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: a. Pengawasan Peringatan (warning or beware surveillance) Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk menayangkan
sebuah
peringatan
atau
menayangkannnya
dalam jangka panjang. Sebuah surat kabar memuat secara berseri, bahaya polusi udara dan pengangguran. Kendari banyak informasi yangmenjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu. b. Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance) Fungsi
pengawasan
instrumental
adalah
penyampaian
atau penyebaran
informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khayalak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan dibioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental. c. Penafsiran (Interpretation) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran
terhadap
19 kejadian-kejadian
penting.
Organisasi
atau industri media memilih dan
memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khayalak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus di belakang peristiwa yang menjadi berita utama, misalnya tentang kebijakan pemerintah, pemilihan umum dan lainnya. d. Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. e. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi ini juga disebut sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibanding kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat membentuk sosialisasi bagi anak muda yang menontonnya, yang membuat anak muda berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup. f. Entertainment (Hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pu n radio siaran, siarannya banyak memuat acara hiburan.
20 Memang ada beberapa stasiun televisi dan radio siaran yang lebih mengutamakan tayangan berita. Demikian pula halnya dengan majalah.Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khayalak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakunan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).
2.2.7 Media Massa Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.
Dalam
menjalankan paradigmanya media massa berperan. Bungin. (2007) a. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. b. Selain itu, media massa juga manjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat
menyampaikan informasi
kepada
masyarakat. Dengan informasi yang
terbuka dan jujur dan benar disampaikan media massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi, sebaiknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dpat berpartisipasi dengan berbagai kemampuannya. c. Terakhir, media massa sebagai hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agent of change yang dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.
21 2.3
Televisi Televisi merupakan media massa yang paling luas jangkauannya dalam hal
meraih penggunanya. Televisi mampu menyajikan informasi secara serentak dan secara langsung dapat disaksikan di seluruh dunia. Televisi sendiri berasal dari kata “Telel” yang berarti jauh, dan berasal dari kata “Vision” yang berarti pengelihatan. Menurut Adi Badjuri (2010), televisi adalah ,edia pandang sekaligus media pendengar yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengaratau mencerna narasi dari gambar yang ditampilkan tersebut. Menurut Effendy, pengertian televisi bahwa bila dipandang dari segi jauhnya siudahakan oleh prinsip radio. Berdasarkan pengertian televisi diatas dapat disimpulkan bahwa televisi adalah media massa yang menyajikan informasi dengan dua fungsi indera sekaligus. Televisi memiliki fungsi yang sama dengan media lainnya, yakni: 1.
Memberi informasi
2.
Mendidik
3.
Menghibur
4.
Membujuk Meskipun televisis memiliki fungsi yang sama dengan media massa yang
lainnya, namun fungsi menghibur ebih dominan pada media televisi. Dimana khalayak menonton televisi pada umumnya untuk memperoleh hiburan agar kejenuhan hilang setelah melakukan aktivitas sehari-hari, kemudian setelah itu untuk memperoleh informasi. Televisi sebagai media massa tentunya memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: (Elvinaro 2007) 1.
Audi visual Televisi memiliki kelebihan dibandingkan media komunikasi lainnya, yaitu televisis dapat menampilkan suara sekaligus gambar dalam penyampainnya informasinya kepada khalayak. Namun demikian, dalam tayangannya pada televisi suara dan gambar harus disajikan saling berkesinambungan antara narasi dengan gambar yang keluar pada layar. Penonton pada umumnya akan merasa terpenuhi keingintahuannya bila setiap acara pada televisi memiliki keharmonisan antara suara dan gambarnya.
22 2.
Berpikir dalam gambar Naskah yang dibuat dalam acara televsi harus seperti berpikir dalam gambar, begitu pula dengan komunikator yang menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, harus dapat melakukan berpikir dalam gambar. Berpikir dalam gambar dilakukan dalam dua tahap, yaitu visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objekobjek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga mengandung suatu makna. Tanpa berpikir dalam gambar yang kedua adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
3.
Pengoperasian lebih kompleks Pengoperasian pada televisi tentunya lebih suit dari pada media komunikasi massa lainnya. Dalam pengoperasiannya televisi membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dan membutuhkan peralatan yang lebih rumit dari media massa elektronik lainnya sehingga harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan terampil. Dengan demikian media televisi ebih mahal dari pada media lainnya. Setelah melihat fungsi serta karakteristik dari televisi itu sendiri, pesan yang
disampaikan tentunya perlu diperhatikan. Pesan yang disampaikan dalam sebuah informasi harus mengandung fakta dan opini yang penting dan menarik sehingga layak untuk dikonsumsi khalayak. Namun pesan yang disampaikan melalui media televisi juga harus dipertimbangkan dalam beberapa hal agar pesan tersebut dapat diterima oleg khalayak. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adaah sebagai berikut: 1.
Pemirsa Faktor pemirsa dalam komunikasi melalui sebuah media elektronik khususnya televisi harus lebih diperhatikan, dimana komunikator harus memahami kebiasaan dan mnat pemirsanya sebagai target audence. Jadi, setiap acara yang ditayangkan melalui televisi benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang ditayangkan begitu saja.
2.
Waktu Faktor waktu tayang perlu dipertimbangkan agar setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran.
23 Yang dipertimbangkan dalam faktor waktu ini bagaimana penyesuaian waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. 3.
Durasi Durasi tentunya berkaitan dengan waktu, durasi merupakan jumlah menit dalam setiap tayangan acara. Durasi acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah.
4.
Metode penyiaran Cara penyajian suatu acara televisi juga harus diperhatikan, bagaimana mnecari cara acara non hiburan tetap menarik untuk disaksikan masyarakat, dan bagaimana acara non informasi tetap memiliki bobot sehingga layak untuk disaksikan oleh masyarakat.
2.4
Reality Show Reality show berasal dari kata real yang berarti asli, tidak direkayasa. Kejadian
diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat apa adanya. Reality show merupakan program televisi yang menayangkan realties atau realita kehidupan seseorang, biasanya bukan seorang public figure, melainkan masyarakat biasa atau orang awam. Program ini mencoba menyajikan sesuatu yang nyata (real) dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Sesuai dengan namanya, maka program menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan, atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Terdapat beberapa bentuk reality show, yaitu: a.
Hidden camera atau kamera tersembunyi : Ini merupakan program yang paling realitas yang menunjukkan situasi yang dihadapi seseorang secara sebenarnya. Kamera ditempatkan secara tersembunyi yang mengamati gerak-gerik atau tingkah laku subjek yang berada di tengah situasi yang sudah disiapkan sebelumnya (rekayasa)
b.
Competition show : Program ini melibatkan beberapa orang yang saling bersaing dalam kompetisi yang berlangsung selama beberapa hari atau minggu untuk memenangkan perlombaan permainan (game) atau pertanyaan. Setiap peserta akan tersingkir satu persatu melalui pemungutan suara (voting), baik oleh peserta sendiri ataupun audien. Pemenangnya adalah peserta yang paling akhir bertahan.
c.
Relationship show : Seorang kontestan harus memilih satu orang dari sejumlah orang yang berniat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing
24 untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dari permainan.pada setiap episodenya ada satu peminat yang harus disingkirkan. d.
Fly on the wall : Program yang memperlihatkan kehidupan sehari- hari dari seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam hal ini kamera membuntuti kemana saja orang bersangkutan pergi.
e.
Mistik : Program ini berkaitan dengan hal-hal supranatural menyajikan tayangan-tayangan yang terkaiit dengan dunia gaib, paranormal, klenik, praktik spiritual magis, mistik, kontak dengan roh, dan lain-lain. Program mistik merupakan program yang paling diragukan realitasnya. Apakah peserta benarbenar melihat makhluk halus atau tidak, dan apakah penampakan itu betul-betul ada atau tidak. (Morisan, M.A. , 2008).
2.5
Citra
2.5.1 Definisi Citra Menurut David A.Arker John & G Mayer menjelaskan bahwa citra adalah seperangkat anggapan, impresi atau gambaran seseorang/sekelompok orang mengenai suatu objek yang bersangkutan. (Nova, 2011). Menurut Canton menjelaskan citra adalah kesan, perasaan, gambaran, diripublik terhadap perusahaan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi. (Goenawan, 2011). Citra dari suatu lembaga atau organisasi dan bentuk pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh public relations dalam sistem informasi terbuka pada era globalisasi serba kompetitif tersebut, intinya tidak terlepas
dari
bentuk
kualitas
jasa
pelayanan
yang
telahdiberikan,
nilai
kepercayaan dan merupakan amanah dari publiknya, serta goodwill (kemauan baik) yang ditampilkan oleh lembaga atau perusahaan bersangkutan. (Ruslan, 2010). Citra merupakan gambaran yang ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra adalah persepsi publik tentang perusahaan menyangkut pelayanan nya, kualitas produk, budaya perusahaan, prilaku perusahaan, atau prilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik, apakah mendukung, netral atau memusuhi. (Krisyantono, 2008)
25 2.5.2 Jenis Citra Ada beberapa jenis citra menurut Frank Jefkins (dalam Ruslan, 2004) yaitu: 1.
Mirror Image (Citra Bayangan) Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita.
2.
Current Image (Citra yang Berlaku) Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihakpihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya
informasi
yang
dimiliki
oleh
mereka
yang
mempercayainya. 3.
Multiple Image (Citra Majemuk) Citra majemuk yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita.
4.
Corporate Image (Citra Perusahaan) Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
5.
Wish Image (Citra Yang Diharapkan) Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya.
6.
Citra Penampilan (Performance Image) Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.
26 Dalam penelitian Citra yang digunakan adalah Mirror Image (Citra Bayangan), yang gunanya mengangkat citra polisi di masyarakat, karena selama ini Citra polisi dimata masyarakat selalu negatif. Kotler dalam buku Crisis Public Relation (2011) mengatakan media utama untuk mengkomunikasikan citra, yaitu: 1. Lambang (Simbol) Citra sebuah perusahaan dapat diperkuat dengan menggunakan simbol atau lambang yang dapat menggambarkan identitas merek persusahaan tersebut. 2. Media Citra yang dipilih harus ditampilkan dalam iklan yang menyampaikan suatu cerita suasana hati, pertanyaan sesuatu yang jelas berbeda dengan yang lain. Nantinya, pesan yang ditampilkan tersebut akan tampak pada laporan tahunan perusahaan atau kartu nama perusahaan. 3. Suasana Ruang fisik yang ditempati organisasi merupakan pencipta citra yang kuat lainnya. Misalnya, tata ruang, warna, atau dekorasi suatu perusahaan, nantinya akn menggambarkan citra keseluruhan perusahaan itu sendiri. 4. Peristiwa Suatu perusahaan dapat membangun suatu identitas melalui jenis kegiatan yang di sponsorinya. Contohnya, majalah ELLE sendiri suka menjadi sponsor dalam acara-acara fashion show Jadi, menurut kesimpulan penulis citra dan persepsi berkaitan erat karena persepsi suatu masyarakat mengenai sesuatu hal yang nantinya akan menggambarkan citra yang dimiliki seorang polisi. Apabila persepsi masyarakat mengenai polisi itu positif maka citra polisi tersebut otomatis dimata masyarakat akan positif juga, akan tetapi apabila persepsi masyarakat negatif maka citra polisi akan negatif dimata masyarakat. Dan semua itu berbalik lagi dengan bagaimana cara polisi dalam melakukan komunikasi dengan masyarakatnya sehingga menimbulkan persepsi yang positif terhadap polisi sehinga membuat polisi memiliki citra yang positif.
2.5.3 Bentuk Citra Menurut Alma (Prihastiti & Kusumastuti, 2012) menyatakan bahwa “ citra dibentuk berdasarkan impresi, yaitu berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang
27 terhadap sesuatu sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan”. Dengan kata lain, terbentuknya citra sesuai dengan apa yang telah dilakuan oleh perusahaan terhadap khalayaknya. Menurut Jhon S. Nimpoeno (Soemirat dan Ardianto, 2008) menjelaskan bawha proses pembentukan citra dalm struktur kognitif sebagai berikut :
Pengalaman CITRA
Kognisi Stimulus
Respons Persepsi
Sikap ( Afeksi)
Gambar 2.1 motivasi Proses pembentukan citra sumber : Public relations praktis : 40
1. Persepsi “Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan”. Maksudnya adalah persepsi dapat diartikan sebagai pandangan seseorang, sehingga seperti apa pandangan atau persepsi seseorang terhadap sesuatu. Nanti pandangan orang tersebut yang akan membentuk suatu citra. 2. Kognisi “Suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus”. Maksud dari keyakinan disini berarti, keyakinan akan timbul apabila sesorang atau individu telah mengerti akan rangsangan yang ditujukan kepadanya, sehingga nantinya informasi-informasi
yang
diterima
dapat mempengaruhi
perkembangan
kognisinya. 3. Motivasi “Keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan”.
28 Seseorang pasti memiliki motif setiap melakukan sesuatu, pada saat seseorang melakukan sesuatu perlu diketahui apa motifnya, karena apabila ia tidak mempunyai motif maka ia tidak akan mencapai tujuannya itu. 4. Sikap “Kecendrungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai”. Maksudnya adalah, sikap berarti cara seperti apa yang akan seseorang lakukan dalam melakukan atau menhadapi sesuatu. Cara ia bertindak, cara ia berpersepsi atau pola pikir termasuk sikap. Jadi menurut kesimpulan penulis sesuai dengan model pembentukan citra diatas, untuk seorang polisi dapat terbentuk suatu citra yang positif harus melakukan hal-hal seperti yang diatas, karena dengan begitu polisi akan mengetahui dari perspektif atau komentar masyarakat lain yang nantinya akan membentuk citra polisi itu sendiri.
2.5.4 Tujuan Citra Tujuan dari citra menurut Yulianita (2005) adalah sebagai berikut: 1.
Menciptakan public understanding (pengertian publik). Dalam hal ini publik memahami organisasi/perusahaan apakah itu dalam hal produk/jasanya, aktifitas - aktifitasnya, reputasinya, perilaku manajemen, dan sebagainya.
2.
Public Confidence (adanya kepercayaan publik terhadap organisasi atau perusahaan kita). Publik percaya bahwa hal - hal yang berkaitan dengan organisasi atau perusahaan adalah benar adanya.
3.
Public Support (adanya unsur dukungan dari publik terhadap organisasi kita) baik dalam bentuk material (membeli produk kita) maupun spiritual (dalam bentuk pendapat/fikiran untuk menunjang keberhasilan perusahaan kita).
4.
Public Cooperation (adanya kerjasama dari publik terhadap organisasi kita) Jika ketiga tahapan diatas dapat dapat terlalui maka akan mempermudah adanya kerjasama dari pubik yang berkepentingan terhadap organisasi kita guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Dengan memiliki citra yang positif, sebuah organisasi atau perusahaan akan
lebih mudah dalam mendapatkan pengertian, kepercayaan, serta dukungan dari masyarakat(publik). Jika pengertian, kepercayaan serta dukungan dari publik telah diperoleh maka organisasi atau perusahaan akan
mudah juga dalam menjalin
kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak.
29 2.6
Teori Khusus
2.6.1 Teori Uses and Effect Menurut (Sendjaja, 2002), teori uses and effect pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media yang akan memberikan jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media dapat memiliki banyak arti.Ini dapat berarti exposure yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua. Misalnya, bagaimana media itu digunakan dan menimbulkan efek atas penggunaan media tersebut sebagai sumber informasi. Kegunaan teori uses and effect pada penelitian ini adalah, media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar individu. Program tayangn Si Bolang telah memberikan tayangan dengan jalan cerita yang berbeda dan unik untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan pengetahuan penonton nya. Semakin banyak frekuensi seseorang dalam menonton sebuah progam televisi, besar kemungkinan akan timbul efek kepada penontonnya itu sendiri terutama anak-anak yang masih memiliki rasa keingintahuan terhadap suatu tayangan dengan meniru adegan-adegan yang mereka tonton.
30 2.7 Kerangka pemikiran
Program 86 net
Citra Polisi di Masyarakat (Benda Jaya IV RT.007 • Dampak • Tayangan • Reality Show • penonton • Permasalahan sosial
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran diatas diperoleh satu konsep kerangka pemikiran dengan definisi konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta- fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin (2001). Definisi konsep dari tayangan Program 86 NET terhadap Citra Polisi di Masyarakat (Benda Jaya IV RT 007 RW 012) adalah: a. Dampak Pengertian Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) yaitu : “Dampak adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatam seeorang.” b. Tayangan Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tayangan adalah sesuatu program acara yang dipertunjukkan oleh stasiun televisi. c. Reality Show Vivian (2005) dalam bukunya “The media of Mass Communication” menyebutkan pengertian dari reality show adalah program acara yang dibintangi oleh orang-orang yang bukan aktordan aktris, tetapi walaupun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang ditulis oleh produser. d. Pengetahuan Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah bertambahnya tingkat pengetahuan dan intelektualitas.
31 e. Penonton Penonton disini adalah Masyarakat (Benda Jaya IV RT.007 RW.012) yang pernah menyaksikan tayangan yang peneliti ambil. Untuk dapat melakukan penelitian ini maka harus memperjelas operasional konsepnya. Dan untuk mengetahui efek kognitif tayangan Program 86 NET akan diketahui dari operasional konsep. f. Permasalahan Sosial Permasalahan sosial disini adalah mengenai apa saja yang menjadi sumber meningkatnya pengetahuan penonton di tayangankan mengenai kegiatan polisi melakukan pencegahan dan penanganan permasalahan sosial.
32