BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Tahun 2006
2006
Judul Peneliti Penerapan Du Pont Erwien Novianto System Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Tenun Pelanggi Malang)
Analisis Laporan Simbolon Keuangan dengan Menggunakan Analisis Du Pont pada PT. Intraco Penta Tbk Medan
Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Tenun Pelangi Lawang berdasarkan tabel data cross section menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan tenun pelangi baik, karena nilai ROI yang dicapai perusahaan tenun pelangi selalu lebih tinggi dari nilai ROI rasio industri pada tahun yang bersangkutan. Untuk kinerja perusahaan tenun pelangi berdasarkan tabel time series menunjukkan pada tahun 2003 sampai 2004 perkembangannya membaik karena hasil ROI meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi oleh hasil margin laba yang meningkat yang dipengaruhi oleh Harga Pokok Penjualan yang relatif rendah Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan analisis Du Pont, penurunan ROI disebabkan oleh adanya penurunan pada NPM dan TATO, sedangkan peningkatan ROI disebabkan oleh meningkatnya NPM. Berdasarkan analisis korelasi Spearman dibuktikan bahwa NPM memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap ROI, sedangkan TATO memiliki hubungan positif yang kurang signifikan terhadap ROI pada PT. Intraco Penta Tbk Medan
2007
Analisis Hubungan Net Hasibuan Profit Margin dan Total Asset Turnover terhadap Return On Investment pada PT.Harfa Rahmat Utama Medan
2004
Analisis Kinerja Welas Keuangan dengan Pendekatan Sistem Du Pont (Studi Empirik pada Perusahaan Rokok yang Sudah Go Public Periode 2000 – 2004)
2008
Penilaian Kinerja David Lianto Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Du Pont pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna
14
Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPM dan TATO memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap ROI, artinya baik NPM maupun TATO tidak memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk ROI. Hubungan NPM dan ROI serta hubungan TATO dan ROI masih diperantarai oleh variabel lain yang tidak dapat dilihat secara langsung yaitu beban usaha yang terlalu tinggi dan persediaan yang sangat sedikit jumlahnya dalam satu periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sistem pemeringkatan diantara perusahaan yang di teliti yang di nilai dari beberapa faktor antara lain dari tingkat rata-rata Return On Investment (ROI) selama periode penelitian, tingkat rata-rata Profit Margin (PM) dan dilihat dari rata-rata Assets Turn Over (ATO) perusahaan yang di teliti. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan dua perusahaan yang di nilai berdasarkan ROI, PM dan TATO memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga bisa di nilai perusahaan mana yang berdaya saing tinggi dan berkinerja baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya.
B. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan : “ Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk schedule dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses
pelaporan
keuangan
yang
lengkap,
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
15
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain menurut Harahap (2004:2) memberikan definisi tentang analisis laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih mendalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu. Ada banyak laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan, tetapi yang umum digunakan adalah : 1. Laporan Laba Rugi Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh 16
suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses). 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses). 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. Laba / Rugi merupakan laporan yang menyajikan tentang pendapatan, biaya-biaya, dan laba perusahaan selama periode tertentu. Biasanya laporan ini disusun melalui dua pendekatan, yakni pendekatan kontribusi dan pendekatan fungsional. Pendekatan kontribusi membagi biaya-biaya kedalam dua sifat pokok yakni biaya variabel dan biaya tetap. Pendekatan ini digunakan untuk pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perencanaan biaya, volume dan laba. 17
2. Neraca Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of financial position. Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow report. Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya yang satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya, misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripadainventory (apabila penjualan dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi
kas
hanya
membutuhkan
satu
langkah
sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. 18
saja,
Dengan kata lain, aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).
19
Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang ditahan. Neraca merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai jumlah harta, utang dan modal perusahaan pada saat tertentu. Secara garis besar, neraca memberikan gambaran mengenai sumber dan penggunaan dana perusahaan. Bentuk neraca yang lazim digunakan adalah sebagai berikut: 1. Bentuk skontro, dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang serta modal tercantum sebelah kanan/kredit. 2. Bentuk vertikal, dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya diikuti hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal. 3. Laporan Perubahan Laba Ditahan Laporan Perubahan Laba Ditahan menunjukkan laba yang diperoleh perusahaan dan dividen yang dibayarkan selama satu periode sehingga menyebabkan perubahan laba ditahan.
20
4. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas merupakan ringkasan arus kas selama satu periode. Laporan ini menunjukkan perubahan arus kas yang terjadi karena kegiatan operasi, investasi dan financial sehingga posisi/saldo kas berubah. Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk memberikan informasi penting atau yang relevan mengenai penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran kas selama periode berjalan. Adapun bentuk penyajian Laporan Arus Kas ini dibagi menjadi empat, yakni : 1. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Operasi seperti Penjualan Tunai, Pelunasan Hutang, Pembayaran Biaya-biayanya. 2. Diklasifikasikan
berdasarkan
Aktivitas
Investasi
seperti
menginvestasikan dana yang tidak terpakai. 3. Diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Pendanaan seperti dana pinjaman dari luar perusahaan (Hutang Jangka Panjang) 4. Disesuaikan dengan bisnis perusahaan Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memiliki keterbatasan dan disusun berdasarkan ketentuan yang pada umumnya tidak keseluruhannya dipahami oleh pihak-pihak yang tidak mendapat atau mempelajari tentang akuntansi. 21
Berbagai asumsi metode dan istilah yang bersifat teknik digunakan dalam akuntansi. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang bersifat teknis berdasarkan pada metode dan prosedur yang memerlukan penjelasan agar tujuan dan maksud untuk menyediakan informasi yang bermanfaat itu bisa di capai. Untuk
melakukan
analisa
rasio
keuangan,
diperlukan
perhitungan-perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan laba rugi. C. Pengertian dan Manfaat Analisa Laporan Keuangan Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan Keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena. Laporan keuangan perusahaan merupakan alat penting untuk memperoleh informasi yang menyangkut posisi keuangan, hasil usaha serta perkembangan perusahaan.
22
Untuk memperoleh gambaran tentang keadaan perusahaan baik dari segi likuiditas, kemampuan memperoleh laba maupun solvabilitas, perlu dilakukan analisa laporan keuangan. Hasil analisa tersebut merupakan dasar atau panduan yang dapat digunakan untuk menyusun rencana, kebijakan dan pendukung pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Berkaitan dalam melakukan analisa atas suatu laporan keuangan, Sugiono .A dan Untung .E (2008:11) mengemukakan : “ Perlunya menganalisa laporan keuangan adalah untuk dapat memperluas serta mempertajam informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan serta dapat menggali serta mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi “ Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisa laporan keuangan mempunyai manfaat sebagai berikut : a. Untuk memberikan informasi yang mendalam terhadap laporan keuangan itu sendiri b. Untuk mengungkapkan hal – hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan c. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan lain atau dengan perusahaan lain secara industri (vertikal) d. Untuk memahami situasi dan kondisi keuangan perusahaan e. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan 23 D. Metode Analisis Laporan Keuangan
Metode analisis laporan keuangan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Du Pont Ada beberapa pengertian mengenai metode Du Pont diantaranya adalah menurut Sawir (2005:28), analisis Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan. Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):
24 ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover
Laba Bersih Penjualan ROA = ------------------- x -----------------Penjualan Total Aset Laba Bersih ROA = ------------------Total Aset Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan margin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Margin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan margin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan margin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban. Dalam penelitian ini digunakan Metode Du Pont untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT. Pertamina (Persero) dinilai dari tingkat efisiensi usaha dan tingkat profitabilitasnya.
25
Metode ini menggabungkan laba/rugi dan neraca sebagai elemen analisisnya dan menguraikan hubungan pos-pos laporan keuangan secara mendetail. Berikut Bagan Du Pont pada PT. Pertamina (Persero) untuk Tahun 2009, 2010, dan 2011.
26
GAMBAR 2.1 BAGAN DU PONT PT.PERTAMINA (PERSERO) Beban Pokok Penjualan dan Beban Langsung Lainnya
Penjualan
ditambah
Total Beban
Pendapatan Bersih
dikurang
Profit Margin
dibagi
Beban Usaha
Penjualan
ditambah Pengembalian atas Investasi (ROI)
dikali
Beban Lain-lain
Aktiva Lancar ditambah
Penjualan Perputaran Total Aktiva (TATO)
dibagi
Aktiva Tetap
Total Aktiva
ditambah Aktiva Lain-lain
27
Bagan Du Pont di atas merupakan uraian rumus yang dipakai dalam menganalisa laporan keuangan, dapat dijelaskan sebagai berikut : Rumus ini dimulai dari Return On Investment (ROI) dalam analisisnya, ROI merupakan persentase kemampuan dari modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto, ROI terdiri dari dua komponen yang dihitung sebagai berikut : Return On Investment = Marjin laba bersih x Total Asset Turn Over (TATO) Margin laba bersih diambil dari laporan laba rugi sedangkan total asset turn over diambil dari neraca. Tampak jelas bahwa metode ini menganalisis laporan keuangan secara integratif (terpadu). Return on Investment atau yang sering juga disebut dengan Return to Total Asset adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2002:63). Sejalan dengan definisi tersebut, Harahap (2004:300) menyatakan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang digambarkan oleh return on investment. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini penulis mengukur tingkat profitabilitas melalui pengukuran return on investment yang diperoleh dari analisis Du Pont. Profit Margin adalah persentase keuntungan neto per rupiah penjualan, di hitung sebagai berikut : Marjin Laba = Laba setelah pajak x 100 % Penjualan 28
Berdasarkan rumus tersebut dapat dilihat bahwa margin laba dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada besar kecilnya laba bersih dalam hubungannya dengan penjualan. Total Asset Turn Over adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang di investasikan untuk menghasilkan revenue, yang dihitung sebagai berikut : Total Asset Turn Over =
Penjualan Total Asset
Menurut Purba (2002:109), bertambah tingginya perputaran total aktiva perusahaan maka bertambah efisien penggunaan total aktiva perusahaan tersebut. Menurut Syamsudin (2002:62), total asset turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa total asset turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran total aktiva pada satu periode tertentu. Pendapatan bersih adalah keuntungan bersih perusahaan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi harga pokok penjualan, biaya operasi, bunga dan pajak penghasilan dihitung sebagai berikut : Pendapatan Bersih = Penjualan – (Harga Pokok Penjualan + Biaya Operasi + Bunga + Pajak Penghasilan)
29
Penjualan adalah seluruh total tagihan yang diperoleh dari pelanggan atas barang atau jasa yang dibeli secara tunai atau kredit, dihitung sebagai berikut : Penjualan Bersih = Penjualan Kotor – (retur dan pengurangan penjualan + potongan Penjualan) Total Aktiva adalah seluruh aset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan, dihitung sebagai berikut : Total Aktiva = Aktiva Lancar + Aktiva Tetap + Aktiva Lain-lain Aktiva Lancar adalah seluruh aktiva jangka pendek yang diharapkan diterima dalam bentuk tunai dalam jangka waktu satu tahun. Aktiva lancar sendiri terdiri dari : Kas + Surat Berharga + Piutang Dagang + Persediaan Dalam perkembangannya Metode Du Pont mengalami modifikasi dari format awalnya yakni dengan menambahkan pos tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) setelah return on investment (ROI) dengan rumus : ROE = ROI : 1 – Total Hutang Total Aktiva
30