BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Peta Pemikiran Konseptual
Dasar pemikiran untuk mendapatkan isu bisnis PT Rattanland Furniture yaitu dari faktor eksternal dan internal perusahaan. Dalam tesis ini faktor eksternal perusahaan (environmental factors) dibatasi hanya menggunakan analisis PEST (Political Economic Social Technological) dan 5 (lima) struktur industri Porter (Porter's Five Forces model). Sedangkan faktor internal perusahaan (organizational factors) dibatasi hanya menggunakan analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities Threat), Bauran Pemasaran (Marketing Mix 4P) dan evaluasi Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga terbentuk peta pemikiran konseptual seperti gambar dibawah ini.
Situasi Bisnis PT RATTANLAND FURNITURE - Penurunan Peningkatan Penjualan 2006
Tinjauan Pustaka dan Wawancara
Faktor Eksternal Perusahaan - Analisis PEST - Struktur Industri
Solusi Bisnis - Optimasi Website - Peraturan Pemerintah - SDM - Analisis Industri - Bauran Pemasaran - Aksi analisis SWOT
Faktor Internal Perusahaan - Analisis SWOT - Bauran Pemasaran - SDM
Alternatif Solusi Bisnis - Pameran - Franchise - Go Public
Rencana Implementasi
Kesimpulan
Gambar 2.1 Peta Konseptual
14
2.2 Analisis Situasi Bisnis
Situasi bisnis saat ini di PT Rattanland Furniture adalah terjadinya penurunan peningkatan penjualan tahun 2006. Peningkatan penjualan tidak seperti biasanya, hanya 27% dari tahun sebelumnya. Data penjualan PT Rattanland Furniture terlihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1. Prosentase Kenaikan Penjualan per Tahun TAHUN 1999
PENJUALAN (US$)
PROSENTASE
$29,650.00 424%
2000
$155,240.00 48%
2001
$229,919.00 30%
2002
$299,919.00 68%
2003
$505,118.00 48%
2004
$746,148.00 50%
2005
$1,120,314.00 27%
2006
$1,417,559.00
Dari tabel 2.1 terlihat terjadi penurunan kenaikan penjualan pada tahun 2001 ke tahun 2002, tahun 2003 ke tahun 2004, dan tahun 2005 ke tahun 2006. Kemungkinan yang terjadi penurunan kenaikkan penjualan tahun 2001-2002 adalah karena pada awal tahun 2001 ibunda dari direktur utama meninggal dunia. Pada saat itu PT Rattanland Furniture belum memiliki tim pemasaran, sehingga pemasaran terpusat di direktur utama. Pada tahun 2001 direktur utama PT Rattanland Furniture tidak mencoba mencari pembeli baru, dan berkonsentrasi pada urusan agama. Sedangkan tahun 2003-2004 walaupun terjadi penurunan kenaikkan penjualan tetapi masih cukup tinggi hampir 50%.
15
Dan penurunan kenaikan penjualan tahun 2005-2006 mungkin karena beberapa masalah. Salah satunya berkembang pesatnya negara China sebagai eksportir furniture rotan, sebagai pesaing baru dari Indonesia, Vietnam, Philippines, dan Malaysia. Melihat tren seperti ini PT Rattanland harus memiliki strategi pemasaran baru atau produk baru yang menjadi tren market saat ini dan akan datang. Yang menjadi momentum penting PT Rattanland Furniture adalah pada saat tahun 2010 terjadinya globalisasi negara-negara maju. Hal itu membuat persaingan makin ketat, sehingga dibutuhkan strategi yang baru untuk membenahi diri, jangan sampai terlindas oleh globalisasi dunia.
2.2.1 Faktor Eksternal Perusahaan (environmental factors)
Faktor eksternal perusahaan adalah faktor di luar perusahaan, di luar struktur organisasi perusahaan, di luar dari operasi perusahaan dan memiliki implikasi untuk semua perusahaan dan tidak memiliki pengaruh terhadap pengaturan suatu organisasi.
2.2.1.1 Analisis PEST
Analisis PEST adalah analisis diluar perusahaan menyangkut lingkungan makro yang mempengaruhi semua perusahaan. Faktor-faktor analisis PEST yaitu: faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi. x
Faktor Politik
Semenjak pemerintahan SBY-JK indutri furniture rotan mengalami penurunan drastis, dikarenakan mulai tahun 2005 dibuka kran ekspor bahan baku rotan mentah. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Permenperdag No.12/2005, membolehkan ekspor rotan asalan dan setengah jadi dengan kuota ekspor 77.000 ton. Yakni 25.000 ton rotan asalan jenis taman/sega dan irit, 16.000 ton rotan setengah jadi dalam bentuk kulit dan hati rotan yang diolah dari jenis taman/sega dan irit, dan 36.000 ton rotan setengah jadi dalam bentuk rotan poles, hati dan kulit rotan yang diolah bukan dari jenis rotan taman/sega dan irit. Sejak diberlakukan Permendag tsb, banyak pembeli yang membeli rotan asalan/mentah, untuk mencoba memproduksi sendiri di negaranya. Negara pesaing Indonesia dalam hal ekspor furniture rotan 16
adalah China, Vietnam, Malaysia, dan Filipina. China terkenal dengan produk murahnya dengan kualitas yang rendah, Vietnam sedang banyak dikunjungi pembeli, sedangkan Filipina terkenal dengan desainnya yang bagus dan harga yang mahal.
Kondisi ekspor furniture rotan Indonesia saat ini adalah sbb:
Tabel 2.2. Data Ekspor Indonesia Produk Rattan Furniture (BPS,15/3/2007) YEAR 1997
HS CODE COMMODITY 940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
1998
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
1999
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2000
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2001
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2002
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2003
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2004
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2005
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
2006*
940150100 SEATS OF RATTAN 940150900 OTHER SEATS CANE,OSIER,BAMBOOS
*Data tahun 2006 hanya Januari-Oktober. Data Ekspor dari BPS berada di Lampiran 2A-2I
17
FOB VALUE (US$) 100,325,635.00 1,327,563.00 101,653,198.00 30,347,591.00 196,761.00 30,544,352.00 172,596,586.00 8,010,218.00 180,606,804.00 180,371,043.00 7,245,941.00 187,616,984.00 165,863,280.00 7,052,274.00 172,915,554.00 176,918,542.00 5,841,896.00 182,760,438.00 194,619,226.00 5,846,916.00 200,466,142.00 187,752,672.00 17,916,217.00 205,668,889.00 169,258,791.00 21,749,477.00 191,008,268.00 139,285,154.00 20,028,979.00 159,314,133.00
Data Gambar 2.2 diambil dari Tabel 2.2 sehingga menjadi sebagai berikut: 250,000,000 200,466,142
200,000,000
180,606,804
205,668,889
187,616,984
191,008,268 182,760,438
172,915,554
USD
150,000,000
159,314,133 101,653,198
100,000,000
50,000,000 30,554,542
0 1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 2.2 Grafik Ekspor Produk Furniture Rotan Indonesia (BPS, 2007)
x
Faktor Ekonomi
Perkembangan ekonomi dunia, terutama negara tujuan ekspor, selalu berubah tergantung keadaan ekonomi negara tersebut. Tetapi hasil wawancara didapat informasi jika mata uang rupiah melemah, maka pesanan dari pembeli di luar negeri meningkat. Sedangkan jika rupiah menguat, pesanan pembeli akan menurun. Karena jika rupiah menguat, eksportir akan menaikkan harga jualnya ke pembeli, hal ini akan menjadi hambatan untuk menaikkan penjualan dari perusahaan eksportir. x
Faktor Sosial dan Budaya
Faktor sosial dan budaya ini berpengaruh kepada penjualan jenis produk tertentu ke negara tertentu. Faktor ini meliputi kondisi kultural, ekologis, pendidikan di negara pembeli. Ada kesukaan khusus tiap negara dalam membeli produk furniture rotan. Faktor ini hanya dapat diketahui jika sudah berpengalaman dalam melakukan ekspor ke negara tertentu dalam waktu yang lama. Contohnya kesukaan pembeli dari negara Inggris yaitu anyaman rotan, tidak mau anyaman eceng gondok, pelepah pisang dll. Kemudian bahan kain penutup jok (cushion) harus tahan api. Berbeda dengan negara lain di eropa, mereka membeli produk anyaman eceng gondok, pelepah pisang. Kesukaan pembeli dari negara Canada yaitu produk furniture dengan bahan dasar
18
rotan batangan dengan sedikit anyaman. Modelnya pun sangat simpel tanpa banyak asesoris. x
Faktor Teknologi
Faktor ini disebabkan oleh perubahan teknologi yang mempengaruhi kebutuhan pembeli. Contohnya seperti perkembangan teknologi informasi, hampir seluruh pembeli menggunakan e-mail sebagai alat komunikasi dengan pihak eksportir. Saat ini pembeli sering chatting dengan para pemasar jika ada permintaan khusus. Misalnya produk penting yang harus dimasukkan ke dalam kontainer.
Dari analisis PEST ini, yang paling berpengaruh terhadap industri furniture rotan adalah faktor politik, yaitu adanya peraturan pemerintah yang membolehkan ekspor bahan baku rotan.
2.2.1.2 Struktur Industri
Analisa untuk menguji tingkat daya saing dalam bidang bisnis menggunakan ”5 kekuatan” dari Michael E. Porter. Dalam model Porter, terdapat 5 (lima) kekuatan dasar yang harus diperhatikan dalam rangkan menguji daya saing perusahaan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Ancaman dari pemain baru (the threat of new entrant) Kekuatan tawar penbeli (the bargaining power of buyers) Kekuatan tawar pemasok(the bargaining power of suppliers) Ancaman produk pengganti(the threat of substitute product and services) Persaingan diantara perusahaan sejenis(the intensity of rivalry among competitors in an industry) (Porter,1998)(Wheelen, 2005)
Elemen-elemen struktur industri tersebut ada dibawah ini: 1. Persaingan Industri (rivalry) Persaingan di antara perusahaan yang sejenis biasanya paling berpengaruh diantara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil jika strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan industri ini timbul sebagai akibat persaingan antara perusahaan yang memproduksi produk yang sama pada pasar yang sama. Persaingan ini diikuti oleh kondisi: a. Perilaku konsumen b. Pesaing yang meningkat 19
c. Pertumbuhan permintaan yang lambat d. Kebutuhan biaya tinggi untuk bertahan dalam persaingan
2. Ancaman Masuknya Pendatang Baru (the threat of new entrant) Apabila ada perusahaan baru dengan mudahnya masuk industri tertentu, intensitas persaingan di antara perusahaan akan meningkat. Akan tetapi, hambatan untuk masuk dapat termasuk keperluan skala ekonomi dengan cepat, keperluan untuk memperoleh teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, loyalitas pelanggan yang kuat, pilihan merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses ke bahan baku, kepemilikan patent, lokasi yang tida menguntungkan, serangan balik dari perusahaan yang bertahan, dan kejenuhan potensi pasar.
3. Kekuatan Tawar Pemasok (the bargaining power of suppliers) Kekuatan tawar dari pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, terutama apabila jumlah pemasok banyak, apabila sedikit bahan pengganti yang baik, atau apabila biaya mengganti bahan baku sangat tinggi. Pemasok akan memiliki kekuatan bila: a. Supplier input tersebut adalah hal yang penting bagi industri. b. Pasokan tersebut sifatnya unik seingga industri tidak akan beralih kepada pemasok lainnya. c. Mendominasi beberapa produsen besar yang posisi pasarnya aman dan tidak dalam kondisi persaingan ketat.
4. Kekuatan Tawar Pembeli (the bargaining power of buyers) Kekuatan tawar pembeli timbul dalam keadaan sebagai berikut: a. Produk standar (tidak ada perbedaan) b. Konsumen banyak dan pembelian berjumlah besar. c. Prosentase pembelian pelanggan merupakan bagian terbesar dari total penjualan.
20
5. Ancaman Produk Pengganti (the threat of substitute product and services) Ancaman produk substitusi diakibatkan karena keunggulan dalam segi kualitas, bahan baku, harga, merek, dan fungsi yang sama yang dapat mengancam perusahaan dalam penawaran produknya di pasar. Misalnya produk furniture dari kayu atau rotan akan tersaingi dengan produk furniture plastik. Karena proses produksi furniture bahan baku hasil bumi lebih lama dibandingkan dengan furniture berbahan baku plastik. Dan saat ini ada produk furniture plastik yang menyerupai kayu dan rotan.
Ancaman Pendatang Baru
Kekuatan Tawar
Persaingan di antara Perusahaan yang ada
Kekuatan Tawar
Pemasok
Pembeli ( Pesaing Industri )
Ancaman Produk / Jasa Pengganti
Gambar 2.3 Struktur Industri Furniture Rotan Ekspor
Dari gambar 2.3 menunjukkan bahwa kekuatan tawar pembeli lebih besar dari manufaktur. Kekuatan tawar manufaktur dengan pemasok, menunjukkan bahwa pemasok masih bisa mengikuti harga yang ditawarkan perusahaan. Ancaman produk yang paling sering terjadi adalah produk dengan bahan plastik. Jadi PT Rattanland Furnitureharus menghasilkan produk yang tidak bisa digantikan oleh material plastik. Dibukanya kran ekspor bahan baku, akan tumbuhnya pemain-pemain baru di pasar furniture rotan. Akan terjadi persaingan ketat, tidak hanya di negara eksportir sekarang, tetapi jangka panjang bisa bersaing dengan produk dari negara importir.
21
2.2.2 Faktor Internal Perusahaan
Faktor internal perusahaan adalah faktor-faktor di lingkungan perusahaan yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Faktor internal dalam tesis ini yang dibahas adalah tentang bauran pemasaran, analisis SWOT dan sumber daya manusia.
2.2.2.1 Bauran Pemasaran (4P)
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah Bauran Pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya. Bauran pemasaran sekumpulan alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran pada pasar sasarannya. Pengklarifikasian alat ini ke dalam empat kelompok yang disebut 4P, yaitu: product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi), yang seringkali digunakan untuk produk manufaktur terdapat di Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Strategi Marketing Mix (4P) (Philip Kotler, 2003) Product
Place
Promotion
Price
Quality
Channels
Advertising
List price
Features
Coverage
Personal selling
Discounts
Options
Locations
Sales promotion
Allowances
Style
Inventory
Publicity
Payment periods
Brand name
Transport
Credit items
Packaging Sizes Service Warranties
22
Produk (Product) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.
Produk yang ditawarkan dapat berupa kursinya saja, sofanya saja, ataupun dalam bentuk set. Dan bisa pula menggunakan bahan anyaman selain yang ditawarkan. Sehingga pembeli mempunyai pilihan untuk mengatur sendiri pembeliannya.
PT Rattanland Furniture seharusnya sudah memiliki izin Patent International terhadap merk Rattanland.
Ditinjau dari sisi desain, produk terdiri dari dua kelompok: x
Desain murni dari perusahaan
x
Desain meniru atau turunan dari pembeli.
Ditinjau dari sisi fungsi produk terdiri dari: x
Kursi, meja, pembatas ruangan, tempat tidur, rak, keranjang.
Ditinjau dari sisi bahan dibagi 2: x
Murni rotan, seluruh produk terbuat dari rotan
x
Campuran dari bahan lain, seperti kayu mangga, serat abaca (pelepah pisang), eceng gondok dsb.
Harga (Price) Harga suatu produk atau jasa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pasar. Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan dan bagian pasar dari perusahaan. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang memberikan hasil pada perusahaan dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan.
Penentuan harga jual berdasarkan profit minimum 10% maksimum 30%. Tergantung persaingan terhadap produk sejenis tersebut. Karena sebagai perusahaan manufaktur, yang menjual produknya dengan hitungan kontainer, yang diutamakan adalah volume dari penjualan. Harga jual yang diberikan disesuaikan dengan jenis usaha pembelinya. Pembelinya bisa sebagai importer murni, distributor ataupun toko 23
retailer. Keuntungan dari PT Rattanland Furniture untuk pembeli dari toko retail lebih besar daripada pembeli jenis importer. Data pembeli ini diketahui dari form pengiriman email dari website. Sehingga para marketer mengetahui langsung jenis usaha pembeli yang sedang bernegosiasi.
Perhitungan harga jual seperti dibawah ini: Price = Cost + Profit Cost = biaya yang dikeluarkan dari awal pekerjaan sampai selesai, meliputi biaya sub kontraktor pembuat barang mentah, biaya sub kontraktor finishing, dan biaya pengeluaran untuk mendatangkan container ke pabrik. Profit = keuntungan diambil antara 10% sampai 30%, tergantung persaingan produk tersebut. Misalnya model produk yang biasa-biasa saja profitnya lebih kecil dibandingkan dengan model produk unik, yang tidak semua eksportir bisa buat. Price = harga jual ke pembeli dalam dollar amerika (USD). Penetapan nilai dollar diambil dari harga USD sekarang dikurangi Rp 500,-. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga harga jual dari fluktuasi nilai Rp terhadap USD.
Harga yang ditawarkan oleh PT Rattanland Furniture hanya dengan metode FOB (Free On Board), untuk menghindari modal besar yang terpakai. Karena harga FOB, barang yang dibeli hanya sampai pelabuhan, selanjutnya tanggungjawab dari pembeli. Berbeda dengan harga CIF (Cost Insurance and Freight), eksportir bertanggungjawab terhadap barang yang dijual sampai dengan pelabuhan pembeli. Jadi biaya transportasi laut dari pelabuhan penjual menuju pelabuhan pembeli ditanggung penjual. Hal ini membuat permodalan dari pembelian 1 kontainer menjadi besar. Sedangkan profit tetap untuk setiap pesanan dari pembeli.
24
Distribusi (Place) Aktivitas PT Rattanland Furniture untuk menyediakan produknya di pasar pada waktu yang tepat berhubungan erat dengan sistem distribusi yang diterapkan. Dalam melaksanakan distribusi ada 2 alternatif yang dapat digunakan, yaitu: x
Distribusi langsung Yaitu perusahaan yang membangun saluran distribusinya sendiri, biasanya perusahaan bersangkutan memiliki finansial yang kuat serta kemampuan manajemen dan pemasaran yang baik.
x
Distribusi tidak langsung Yaitu perusahaan yang menggunakan perantara dalam melakukan distribusi produknya.
Saat ini PT Rattanland Furniture menjual produknya dengan 2 sistem distribusi ke semua negara. Hal ini membuat pembeli-pembeli di satu negara mendapatkan perbedaan harga walaupun produknya sama. Ini terjadi karena pembeli tersebut memilik tipe perusahaan yang berbeda, distributor dan retailer. Harga jual untuk retailer lebih tinggi dibandingkan ke distributor. Dengan asumsi pembeli distributor membeli lebih banyak daripada pembeli retailer. Promosi (Promotion) Promosi merupakan salah satu aktifitas pemasaran yang memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan membujuk pelanggan untuk membeli produknya.
Promosi yang dilakukkan PT Rattanland Furniture sekarang hanya online marketing yaitu pemasaran melalui internet.
Tidak melakukan pameran-pameran dagang
produk ekspor. Website yang saat ini digunakan menggunakan bahasa inggris saja.
25
2.2.2.2 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness), dan ancaman (threats). (Freddy Rangkuti, Analisis SWOT, 1997, 18) Manfaat dari analisis SWOT (Colin Barrow, Robert Brown, Liz Clarke, The Successfull Entrepreneur’s, 2006) x x x x
Sebuah ringkasan dari elemen-elemen kunci dari bisnis yang dijalankan Laporan singkat yang tidak terlalu singkat Fokus ke permasalahan yang dihadapi perusahaan Aksi yang akan dilakukan dari laporan singkat SWOT
26
Tabel 2.4 Kekuatan dan Kelemahan PT Rattanland Furniture
Kekuatan (strengths) 1.Konsumen (customer) 2. Produk (product)
Rattanland memiliki pembeli di seluruh dunia Rattanland memiliki produk yang bervariasi
3. Distribusi (place)
Distribusi ke importir dan retailer tanpa perantara
4. Promosi (promotion)
Rattanland memiliki peringkat tinggi di search engines.
Penghematan, karena tidak melakukan pameran
5. Harga (price)
6. Keuangan (finance)
7. Operasi (operation)
Harga yang ditawarkan cukup bagus hanya profit 10%-30% Setiap bulan selalu membukukan keuntungan 5%-10% dari total penjualan Rattanland buka online 24 jam sehari, 7 hari seminggu untuk menerima permintaan pembeli dari website.
Kelemahan (weaknesses) Tidak memiliki pembeli yang besar dan terkenal. Karena memiliki banyak produk, pembeli menjadi bingung. Terjadinya konflik dari kepentingan importir dan retailer. Peringkat di search engines hanya sementara, tergantung dengan pesaing yang menggunakan kata kunci sama. Tidak melakukan pameran dagang ekspor, hilang kesempatan untuk mencari pembeli baru. Harga mengikuti harga pesaing.
tren
Kadangkala terjadi klaim dari kualitas produk yang cacat, akibat proses loading, unloading dan kelalaian QC Perbedaan waktu kerja dengan pembeli, sehingga hanya bisa menggunakan email, tidak bisa berkomunikasi langsung.
Rattanland menggunakan Tenaga outsource yang tenaga outsource, untuk susah diatur jika waktu mengurangi biaya kerja ditambah overhead.
Dari data kekuatan, perusahaan dapat memperkuat dan mempertahankan, dan dari data kelemahan, perusahaan dapat memperbaiki sehingga bukan menjadi kelemahan lagi.
27
Tabel 2.5 Peluang dan Ancaman PT Rattanland Furniture 8. Pasar (market)
9. Politik (political)
10.Teknologi (technology)
Peluang (opportunities) Ancaman (threats) Penjualan Rattanland Terjadi penurunan tiap tahun masih naik peningkatan penjualan tahun 2006 Globalisasi negara maju Jika PP tentang bahan 2010 dan negara baku tidak dirubah, berkembang 2015 globalisasi akan menghancurkan eksportir furniture rotan dari Indonesia Rattanland sudah Tenaga SEO yang menggunakan tenaga digunakan masih SEO (Search Engines outsource, mereka bisa Optimizer) dari Bali dan saja bekerjasama dengan Perancis. manufaktur furniture rotan lainnya. Penghematan biaya karena menggunakan teknologi lama di proses finishing produk
11.Kompetisi (competition)
Proses finishing yang dilakukan masih menggunakan teknologi lama.
Kompetisi di peringkat Algoritma sistem search engines masih pencarian search engines cukup sedikit. selalu berubah tanpa pemberitahuan. Kompetisi antara manufaktur furniture rotan masih di beberapa negara, China, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Eksportir negara China banyak mengambil pembeli yang biasanya membeli dari Indonesia.
Dari Tabel 2.5 tentang peluang dan ancaman, perusahaan memiliki percaya diri karena masih ada peluang yang ada dan ancaman yang ada menjadi dasar untuk membuat perencanaan strategi marketing di masa datang.
28
2.2.2.3 Sumber Daya Manusia
PT Rattanland Furniture memiliki 1 orang Manager Operasi, 5 orang pemasar, 1 orang Kepala Produksi, 1 orang Inventory Auditor, 1 orang PPC, 6 orang Quality Control, 2 orang pengurusan dokumen ekspor, 1 orang IT & Desain grafis, 4 orang Satpam. Dari proses bisnis yang dilakukan PT Rattanland Furniture, banyak sekali melakukan outsource. Metode outsource ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Menurut Facility Management Indonesia menyatakan bahwa: Kelebihan dari perusahaan yang mengunakan outsource, dapat menggunakan tenaga ahli sesuai kompetensinya, problem sdm yang kompleks juga ditanggung oleh perusahaan outsource. Sedang kekurangannya, tenaga outsource kurang koordinatif dengan pihak internal perusahaan yang mengunakan jasa perusahaan outsource.(fm-indonesia , 2007) Dari buku Strategic Management and Business Policy, ada beberapa kesalahan utama di perusahaan yang mengandalkan outsource: 1. Aktifitas Outsourcing yang seharusnya tidak di outsource. Perusahaan bisa gagal dalam aktifitas utama dalam (in house) produksi sendiri. 2. Kesalahan dalam memilih perusahaan outsource Perusahaan tidak dapat dipercaya ataupun kurang ahli di bidangnya. 3. Kontrak outsourcing yang kurang baik Perusahaan tidak dapat memiliki kekuatan (balance power) dalam hubungannya dengan perusahaan outsourcing. 4. Permasalahan personel Pekerja outsourcing tidak memiliki komitmen penuh kepada perusahaan. 5. Kehilangan kontrol terhadap aktifitas outsourcing Perusahaan tidak dapat mengatur terhadap aktifitas yang dikerjakan perusahaan outsource. 6. Biaya tersembunyi dari proses outsource Biaya outsource yang lebih mahal daripada mengerjakan sendiri. 7. Gagal merencanakan Exit Strategi Perusahaan tidak dapat mengadakan sendiri jika perusahaan outsource meyelesaikan kontraknya. Pada saat ini sumber daya yang tidak dimiliki adalah orang bagian personalia dan orang yang mendesain produk baru. Karena selama ini jabatan tsb masih dirangkap. Pengurusan sumber daya manusia (personalia) dilaksanakan oleh manager operasi dan desainer produk dilakukan oleh tim pemasaran. 29
2.3 Akar Masalah
Akar masalah merupakan pernyataan yang lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat mengarahkan dan memusatkan pikiran pada masalah yang akan diteliti.
Permasalahan yang terjadi dari PT Rattanland Furniture adalah: Penurunan peningkatan penjualan tahun 2006.
Beberapa kemungkinan penyebab permasalahan terjadi karena: x
Faktor politik : peraturan pemerintah
x
Stuktur industri yang ada
x
Faktor internal perusahaan
Sehingga penelitian ini, berusaha mencari jawaban untuk menangani pertanyaan berikut di bawah ini. 1. Bagaimana caranya untuk menambah pembeli baru? 2. Bagaimana dampak PP terhadap penjualan PT Rattanland Furniture? 3. Apakah SDM sudah lengkap dalam rangka meningkatkan penjualan? 4. Apakah struktur industri furniture rotan terdapat masalah? 5. Apakah strategi pemasaran yang dijalankan sudah optimal?
30