PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP INDEPENDENSI AUDITOR INTERNAL DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS LAPORAN AUDIT INTERNAL (Survei pada Inspektorat Kota Tasikmalaya)
ANNISA NURWIDANIA 123403026
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRACT The purpose of this research to know: (1) emotional intelligence, independence of internal auditors and the quality of internal audit reports to the Inspectorate of Tasikmalaya (2) the effect of emotional intelligence in the independence of the internal auditor (3) the influence of emotional intelligence partially on the quality of the internal audit report (4) the effect of the independence of internal auditors partially on the quality of internal audit reports (5) the effect of emotional intelligence and independence of the internal auditor simultaneously on the quality of internal audit reports. The method which used in this research is analytical descriptive method with survey approach. This analysis tool which used in this research is path analysis with interval scale measurement. A partial hypothesis examination is using t-test and a simultanously hypothesis examination is using F-test with significant level (α) which used equal to 0,05. The result of research indicate that: (1) emotional intelligence, independence of internal auditors and the quality of internal audit reports to the Inspectorate of Tasikmalaya is well done (2) emotional intelligence significantly influence the independence of the internal auditor (3) emotional intelligence is partially significant effect on the quality of reports of internal auditors (4) the independence of the internal auditor partially no significant effect on the quality of the internal auditor's report (5) the emotional intelligence and the independence of the internal auditor simultaneously significant effect on the quality of internal audit reports. Keywords: Emotional Intelligence, independence of the Internal Auditor, Internal Quality Audit Report
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kecerdasan emosional, independensi auditor internal dan kualitas laporan audit internal pada Inspektorat kota Tasikmalaya (2) pengaruh kecerdasan emosional terhadap independensi auditor internal (3) pengaruh kecerdasan emosional secara parsial terhadap kualitas laporan audit internal (4) pengaruh independensi auditor internal secara parsial terhadap kualitas laporan audit internal (5) pengaruh kecerdasan emosional dan independensi auditor internal secara simultan terhadap kualitas laporan audit internal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan 1
pendekatan survei. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan skala pengukuran interval. Pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t dan secara simultan dengan menggunakan uji F dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kecerdasan emosional, independensi auditor internal dan kualitas laporan audit internal pada Inspektorat kota Tasikmalaya telah dilaksanakan dengan baik (2) kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor internal (3) kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan auditor internal (4) independensi auditor internal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan auditor internal (5) kecerdasan emosional dan independensi auditor internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Independensi Auditor Internal, Kualitas Laporan Audit Internal 1. Pendahuluan Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan dan buruknya birokrasi. Menurut Mardiasmo (2005: 189), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kecerdasan emosional dan independensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah inspektorat daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan
tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal (Falah, 2006). Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian, prakteknya sering jauh dari yang diharapkan. Mardiasmo (2005: 192) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, diantaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah, dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan. Seorang auditor dituntut untuk menggunakan kecerdasan emosional. Seorang auditor dalam membuat keputusan pasti menggunakan lebih dari satu pertimbangan rasional, yang didasarkan atas pelaksanaan etika yang berlaku dalam memberikan opini pada laporan hasil audit. Selain kecerdasan emosional dari beberapa penelitian mengenai independensi menunjukan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik. 2
Independensi merupakan standar umur nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Jadi dalam upaya peningkatan kualitas laporan auditor yang akan menyajikan analisis, penilaian dan rekomendasi perbaikan kegiatan operasional pemerintahan sehingga dapat melahirkan pengawasan dan pengendalian yang baik perlu adanya kecerdasan emosional dan sikap independensi yang tinggi dalam diri auditor sehingga suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan terhindar dari kemungkinan terjadinya kecurangan dalam organisasi. Kasus yang menarik perhatian di pemerintahan kota/kab Tasikmalaya adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun Anggaran (TA) 2014. Hal ini diketahui berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya tahun 2014 yang memuat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dengan Nomor 45.A/LHP/XVIII.BDG/05/2015, tanggal 5 Mei 2015. Dari hasil pemeriksaan, BPK menemukan ketidakpatuhan Pemerintah Kota Tasikmalaya terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaporan keuangan seperti adanya kelebihan pembayaran dana tambahan penghasilan PNSD Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, dan Kesiapan Pemerintah Kota Tasikmalaya menuju persiapan laporan keuangan berbasis akrual belum optimal sehingga BPK merekomendasikan kepada Wali Kota Tasikmalaya agar memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya melaksanakan pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan pengelolaan yang menjadi tanggung jawabnya secara optimal. Dari kasus tersebut membuktikan bahwa di pemerintahan peran auditor internal dinilai masih belum berarti, hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2015 masih menemukan banyaknya kelemahan terkait sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan. Kecerdasan emosional dalam mengelola emosi sebagai auditor masih rendah sehingga kinerja yang mereka berikan juga belum optimal. Dengan adanya kecurangan dalam pelaporan laporan audit internal yang berdampak pada kualitas laporan audit internal tersebut, maka pentingnya merevitalisasi peran auditor internal pemerintah untuk menegakkan good governance diperlukan, dengan adanya kemampuan profesional dan independensi audit internal yang memadai agar tidak memihak sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi layak dan menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kecerdasan Emosional, Independensi Auditor Internal, dan Kualitas Laporan Audit Internal pada Inspektorat di Kota Tasikmalaya. 2. Bagaimana pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Independensi Auditor Internal pada Inspektorat di Kota Tasikmalaya. 3. Bagaimana pengaruh Kecerdasan Emosional secara parsial terhadap Kualitas Laporan Audit Internal pada Inspektorat di Kota Tasikmalaya. 4. Bagaimana pengaruh Independensi Auditor Internal secara parsial terhadap Kualitas Laporan Audit Internal pada Inspektorat di Kota Tasikmalaya. 5. Bagaimana pengaruh Kecerdasan Emosional dan Independensi Auditor Internal secara simultan terhadap Kualitas Laporan Audit Internal pada Inspektorat di Kota Tasikmalaya. 3
penting dalam menentukan keberhasilan organisasi ketika menghadapi tantangan, yang menunjukkan indikasi bahwa faktor dominan yang menentukan keberhasilan karir bukanlah kecerdasan otak, melainkan seperangkat kecerdasan lainnya yang kemudian dipopulerkan oleh Goleman sebagai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menurut Goleman (2009) adalah kemampuan untuk mengenal perasaan sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kogniktif murni yang diukur dengan Intelectual Quentient. Goleman (2001:513) membagi kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja ke dalam lima bagian utama yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial. Independensi auditor menurut Tugiman (2006) bahwa para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektivitas para auditor internal. Laporan audit internal menurut Sawyers (2006) yang diterjemahkan oleh Desi Adhariani merupakan ringkasan eksekutif, dirancang untuk menkomunikasikan perbaikan-perbaikan yang disarankan dan rencana-rencana manajemen opersional untuk melaksanakan perbaikan tersebut. Laporan audit sebaiknya akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, lengkap dan tepat waktu. Kecerdasan emosional dapat mempengaruhi independensi auditor internal, karena dengan kecerdasan emosional yang baik, seseorang dapat berbuat tegas mampu membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan, tetap teguh, dan tidak tergoyah oleh
2. Kerangka Pemikiran Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) telah terjadi sorotan masyarakat dan dianggap sebagai suatu hal yang lazim terjadi di negara ini. Tuntutan masyarakat akan menyelenggarakan pemerintah yang bersih dan bebas KKN dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan pemerintah dan pengelolaan keuangan negara untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah di tetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara baik. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi pemerintah telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan intern atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Inspektorat sebagai internal audit pemerintah dan merupakan sumber informasi yang penting bagi auditor eksternal (BPK) dan menjadi ujung tombak untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah, karena hasil audit yang berkualitas merupakan sumber informasi penting dalam memberikan keyakinan kepada pihak pemerintah, DPRD dan BPK. Salah satu faktor kunci keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi organisasi adalah kualitas sumber daya manusianya. Hal ini konsisten dengan pendapat Neo, et al dalam Lirik Hendri (2010:5) mengatakan bahwa sumber daya manusia mempunyai fungsi 4
pihak manapun (Goleman 2009). Begitu sebaliknya apabila seorang auditor tidak mampu mengelola emosinya dengan baik maka akan tergoyahkan sehingga menjadikan auditor tersebut tidak independen. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Santy Try Agustin (2009), Lirik Henry Ristanto (2009). Selain itu kecerdasan emosional juga akan berpengaruh terhadap kualitas laporan auditor internal, karena menurut Ginanjar (2009) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan segala bidang. Auditor dengan kecerdasan emosional yang baik akan mampu berfikir jernih walaupun dalam tekanan, bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan berprestasi agar pelaksanaan pekerjaan menjadi layak sehingga menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Taufik Hidayatulloh (2010). Independensi auditor internal berpengaruh terhadap kualitas laporan audit internal, karena dengan independensi, internal auditor dapat memberikan pertimbangan yang tidak bias dan tidak memihak sehingga pelaksanaan pekerjaannya menjadi layak dan menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Apabila auditor intern berjalan secara independensi dengan memiliki status organisasi yang tinggi makan akan menghasilkan kualitas laporan audit intern yang baik yang tidak memihak pada
kepentingan tertentu. Dengan demikian independensi yang dimiliki auditor intern merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas laporan audit intern bahwa hasil yang diperoleh benar-benar dapat diandalkan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan Ni Putu Eka Desyanti (2007), Muh. Taufiq Efendy (2010). Kedua variabel ini, kecerdasan emosional dan independensi auditor internal memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan audit internal, karena laporan yang baik mencerminkan pekerjaan auditor yang sistematis dan efektif. Sebaliknya laporan dengan kualitas jelek sering dikonotasikan dengan proses audit dan pengelolaan audit internal yang tidak sistematis dan tidak terencana. Kemampuan profesional auditor internal menjadi salah satu faktor pendukung dalam penyusunan laporan audit yang berkualitas (Abdul Halim. 2003:29). Oleh karena itu diperlukan kemampuan profesional berupa kecerdasan emosional dan independendi auditor internal yang dijadikan sebagai alat kontrol untuk menggukur dan mengevaluasi sistem tersebut agar menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat diandalkan. Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Septian Galeri Paramadita (2011). Kerangka pemikiran dapat diuraikan seperti pada Gambar 1.
Kecerdasan Emosional Kualitas Laporan Audit Internal Independensi Auditor Internal Gambar 1 Kerangka Pemikiran 5
menyatakan bahwa metode survey digunakan untuk mendapatkan data-data dari tempat tertentu yang alamiah, tetapi penelitian ini melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengadakan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebaagainya. Jenis investigasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dan kausal. Tujuan utama riset kausal ini adalah untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat (cause-and-effect relationships) diantara variabel-variabel penelitian. Penelitian deskriptif biasanya lebih dahulu dilakukan sebelum penelitian kausal (Sugiman, 2008:40). Berdasarkan perspektif dimensi/horizon waktu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian Cross Sectional yaitu, tipe studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subjek pada waktu tertentu. Cross sectional adalah salah satu tipe untuk mengumpulkan data/informaasi dari berbagai sampel yang ditarik dari suatu elemen-elemen populasi (Sarwono, 2010:22). Studi Cross sectional berbeda dengan studi time series yang menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu.
3. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Kecerdasan Emosional berpengaruh signifikan terhadap Independensi Auditor Internal 2. Kecerdasan Emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Auditor Internal 3. Independensi Auditor Internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Auditor Internal 4. Kecerdasan Emosional dan Independensi Auditor Internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Audit Internal 4. Objek Penelitian Objek penelitian atau sering disebut unit pengamatan sesuatu yang akan menghasilkan karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang akan menjadi perhatian peneliti (Ahmad, Harapan:2003). Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian mengenai permasalahan yang berkenaan dengan pengaruh kecerdasan emosional dan independensi auditor internal terhadap kualitas laporan audit internal di inspektorat. Dengan subjek pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, dimana Inspektorat ini merupakan suatu lembaga pengawasan di lingkungan pemerintahan daerah, baik untuk tingkat provinsi, kabupaten, atau kota.
6. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 6.1 Kecerdasan Emosional Auditor Intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya Dari hasil penelitian penulis tentang Kecerdasan Emosional auditor intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka auditor intern Inspektorat Kota Tasikmalaya memiliki kecerdasan emosional yang sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari klasifikasi penilaian untuk setiap indikator kecerdasan emosional menunjukan nilai yang sangat baik. Artinya, auditor intern memiliki kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan social yang sangat baik jadi secara keseluruhan dengan kecerdasan emosional yang baik maka independensi auditor internal akan baik pula.
5. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan survey. Metode deskriptif adalah mengumpulkan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut dan menyimpulkannya berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau pada masa sekarang. Metode yang digunakan survey, menurut (Sugiono, 2009:11) 6
Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai kualitas laporan audit internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka auditor internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya dapat menghasilkan kualitas laporan audit internal yang sangat baik. Hal ini terlihat dari klasifikasi penilaian untuk setiap indikator kualitas laporan audit internal menunjukan nilai yang sangat baik. Artinya kualitas laporan audit internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, telah menyajikan laporannya sesuai dengan kriteria akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu. 6.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Independensi Auditor Internal Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap independensi auditor internal, penulis menggunakan path analysis. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 diperoleh seperti nampak pada Gambar 2.
6.2 Independensi Auditor Internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai independensi auditor internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka auditor internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya sudah berjalan secara independen. Hal ini dapat terlihat dari klasifikasi penilaian untuk setiap indikator independensi auditor internal menunjukan nilai yang sangat baik. Artinya secara keseluruhan auditor intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya sudah berjalan secara independen, dengan memiliki status organisasi yang tinggi, sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain dan melakukan pertimbangan secara objektif dalam melakukan penilaian. 6.3 Kualitas Laporan Audit Internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya
X1
= 0,986
X2
rX1X2 Gambar 2 Nilai koefisien jalur antara variabel X1 dan X2 Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (hasil perhitungan terlampir) diperoleh data mengenai nilai R Square/R2 (koefisien determinasi). Nilai koefisien determinasi atau R2 menunjukkan besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap independensi auditor internal, yaitu sebesar 0,972 atau 97,2%. Artinya 97,2% variabilitas variabel independensi auditor internal dipengaruhi oleh variabel bebas yang dalam hal ini adalah kecerdasan emosional. Pengaruh faktor lainnya (faktor residu) terhadap independensi auditor internal selain kecerdasan emosional adalah sebesar 2,8%. Pengaruh faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi independensi auditor internal selain kecerdasan emosional diantaranya adalah
politik, budaya organisasi, dan aturan yang berlaku dalam organisasi tersebut. Dengan kriteria tolak Ho jika thitung > ttabel, maka berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran 6 diperoleh nilai thitung sebesar 23,435, dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel sebesar 2,120, sehingga thitung > ttabel, maka tolak Ho atau terima Ha, dengan kata lain kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor internal. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa kecerdasan emosional pada auditor intern di Inspektorat Kota Tasikmalaya sudah dilaksanakan dengan sangat baik, sehingga independesi yang dimiliki auditor pada 7
Inspektorat Kota Tasikmalaya sangat baik pula. Sesuai dengan teori Goleman (2009) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi independensi auditor internal, karena dengan kecerdasan emosional yang baik, seseorang dapat berbuat tegas mampu membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan, tetap teguh, dan tidak tergoyah oleh pihak manapun. Begitu sebaliknya apabila seorang auditor tidak mampu mengelola emosinya dengan baik maka akan tergoyahkan sehingga menjadikan auditor tersebut tidak independen. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lirik Henry Ristanto (2009) yang mengkaji pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku etis pada auditor pemerintahan daerah yang berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintahan daerah. 6.5 Pengaruh Kecerdasan Emosional Secara Parsial terhadap Kualitas Laporan Audit Internal Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional secara parsial terhadap kualitas laporan audit intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka dilakukan uji atas hipotesis. Dimana hipotesis tersebut sebagai berikut: “Kecerdasan Emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Audit Intern”, artinya apabila auditor memiliki kecerdasan emosional yang baik maka akan menghasilkan kualitas laporan audit intern yang berkualitas. Untuk menguji hipotesis diatas, maka dilakukan pengolahan atas data hasil penelitian. Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (hasil perhitungan terlampir) diperoleh nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,366 (0,6052), menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kualitas laporan audit internal adalah sebesar 36,6%. Artinya 36,6% variabilitas variabel kualitas laporan audit internal dipengaruhi secara parsial oleh variabel bebas yang dalam hal ini adalah kecerdasan emosional.
Dengan kriteria tolak Ho jika thitung > ttabel, maka berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran 6 diperoleh nilai thitung sebesar 0,3029. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel sebesar 2,120 sehingga thitung < ttabel (0,3029 < 2,120) dengan tingkat signifikansi 0,008 < 0,05. Dikarenakan thitung < ttabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah terima Ho atau terima Ha, artinya kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. 6.6 Pengaruh Independensi Auditor Internal Secara Parsial terhadap Kualitas Laporan Auditor Internal Untuk mengetahui pengaruh independensi auditor intern secara parsial terhadap kualitas laporan audit intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka dilakukan uji atas hipotesis. Dimana hipotesis tersebut sebagai berikut: “Independensi Auditor Intern secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Audit Intern”, artinya apabila auditor intern berjalan secara independensi dengan memiliki status organisai yang tinggi maka akan menghasilkan kualitas laporan audit intern yang baik. Untuk menguji hipotesis diatas, maka dilakukan pengolahan atas data hasil penelitian. Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (hasil perhitungan terlampir) diperoleh nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,151 (0,3892), menunjukkan bahwa besarnya pengaruh independensi auditor internal terhadap kualitas laporan audit internal adalah sebesar 15,1%. Artinya 15,1% variabilitas variabel kualitas laporan audit internal dipengaruhi secara parsial oleh variabel bebas yang dalam hal ini adalah independensi auditor internal. Dengan kriteria tolak Ho jika thitung > ttabel, maka berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran 6 diperoleh nilai thitung sebesar 1,948. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka ttabel sebesar 2,120 sehingga 8
thitung < ttabel (1,948 < 2,120) dengan tingkat signifikansi 0,070 > 0,05. Dikarenakan thitung < ttabel dan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah terima Ho atau tolak Ha, artinya independensi auditor internal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. Yang menyebabkan tidak berpengaruh signifikan karena selain kecerdasan emosional faktor yang menunjang laporan audit berkualitas juga ditentukan oleh Intelectual Quentient (IQ) yang dimiliki seorang auditor.
internal, yaitu sebesar 0,983 atau 98,3%. Artinya 98,3% variabilitas variabel kualitas laporan audit internal dipengaruhi secara simultan oleh variabel bebas yang dalam hal ini adalah kecerdasan emosional dan independensi auditor internal. Pengaruh variabel lainnya (faktor residu) terhadap kualitas laporan audit internal selain kecerdasan emosional dan independensi auditor internal adalah sebesar 1,7%. Dengan kriteria tolak Ho jika Fhitung > dari Ftabel, maka berdasarkan perhitungan SPSS pada lampiran 6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 434,646. Dengan mengambil taraf signifikansi α sebesar 5% maka Ftabel sebesar sehingga Fhitung > Ftabel (434,646 > 3,68) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari tingkat α = 0,05. Dikarenakan Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah tolak Ho atau terima Ha, artinya kecerdasan emosional dan independensi auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. Secara lengkap pengaruh antara variabel kecerdasan emosional (X1) dan variabel Independensi Auditor Internal (X2) terhadap variabel Kualitas Laporan Audit Internal (Y) dapat dilihat dalam gambar 3. Dari Gambar 3 dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel, yang disajikan dalam Tabel 1.
6.7 Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Independensi Auditor Internal Secara Simultan Terhadap Kualitas Laporan Auditor Internal Untuk mengetahui kecerdasan emosional dan independensi auditor internal secara simultan terhadap kualitas laporan audit internal, maka dilakukan uji atas hipotesis. Hipotesis yang diajukan adalah “Kecerdasan emosional dan Independensi auditor internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas laporan audit internal”, yang berarti apabila kecerdasan emosional dan independensi auditor intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya dilaksanakan dengan baik, maka akan menghasilkan laporan audit internal yang berkualitas. Untuk menguji hipotesis diatas, maka dilakukan pengolahan atas data hasil penelitian. Dari hasil perhitungan SPSS versi 16.0 (hasil perhitungan terlampir), diperoleh data mengenai nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya pengaruh antara kecerdasan emosional dan kualitas laporan audit internal terhadap kualitas laporan audit
9
ρYX1 X1
ε
=0,018
= 0,605
rx1x2
Y
= 0,986
ρYX2 X2
= 0,389
Gambar 3 Nilai Koefisien Jalur Antara Kecerdasan Emosional Dan Independensi Auditor Internal Dengan Kualitas Laporan Audit Internal Tabel 1 Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian No. 1.
Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh Langsung Y X1 Y = (YX1)2 = (0,605)2
Total Pengaruh 0,367
Y X1 X2 Y = (YX1)(x2 X1) (YX2)+ (YX1)(x2 X1) (YX2)
0,464
= (0,605)(0,986)(0,389)+ (0,605)(0,986)(0,389) Total Pengaruh X1 terhadap Y 2.
3. 4.
0,367 + 0,464
Y X2 Y = (YX2)2 = (0,389)2
0,831 0,151
Total Pengaruh X2 terhadap Y Total Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y
0,151 0,982
Pengaruh faktor residu Y ( Y 2 )2
(0,134)2
10
0,018
Dari hasil analisis berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel X1 (kecerdasan emosional) terhadap variable Y (kualitas laporan audit internal) adalah sebesar 0,605. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y adalah sebesar 0,367 yang artinya pengaruh langsung kecerdasan emosinal terhadap kualitas laporan audit internal sebesar 36,7%. Koefisien jalur variabel X2 (independensi auditor internal) terhadap variabel Y (kualitas laporan audit internal) adalah sebesar 0,389. Dengan demikian pengaruh langsung X2 terhadap Y adalah sebesar 0,151 yang artinya bahwa pengaruh langsung penerapan independensi auditor internal pada kualitas laporan audit internal sebesar 15,1%. Koefisien jalur variabel X1 (kecerdasan emosional) dengan variabel X2 (independensi auditor internal) adalah sebesar 0,986 yang berarti hubungannya sangat kuat. Total pengaruh X1 dan X2 terhadap Y yang merupakan pengaruh simultan antara variabel X1, X2, terhadap Y adalah sebesar 0,982 atau sebesar 98,2%. Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang mempengaruhi kualitas laporan audit internal yang tidak masuk dalam variabel penelitian adalah sebesar 0,018 atau sebesar 1,8%.
2.
3.
4. 7. Penutup 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap independensi auditor internal dan dampaknya pada kualitas laporan audit internal, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Kecerdasan Emosional, independensi auditor internal, dan kualitas laporan audit internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil penelitian telah berjalan dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari interpretasi nilai total jawaban responden mengenai kecerdasan emosional dan independensi auditor
5.
11
internal menunjukan kategori sangat tinggi. Artinya ruang lingkup kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan social juga independensi auditor internal yang meliputi status organisasi dan objektivitas telah dilaksanakan dengan baik oleh auditor intern pada Inspektorat Kota Tasikmalaya. Inspektorat kota Tasikmalaya telah menghasilkan laporan audit yang berkualitas dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari interpretasi nilai total jawaban responden mengenai kualitas laporan audit internal menunjukkan kategori sangat tinggi. Dengan demikian kualitas laporan audit internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya diukur dengan akurat, objektif, jelas, singkat, konstrukif, lengkap dan tepat waktu telah mencapai hasil yang sangat baik. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan path analysis, maka kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor internal. Artinya semakin baik kecerdasan emosional, maka akan semakin baik pula independensi auditor internal pada Inspektorat kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan taraf signifikansi sebesar 5% dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal, sedangkan independensi auditor internal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa, kecerdasan emosional dan independensi auditor internal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan audit internal. Artinya apabila kecerdasan emosional dan independensi auditor internal dilaksanakan secara bersamaan dengan
baik oleh Inspektorat Kota Tasikmalaya, maka kualitas laporan audit internal pada Inspektorat Kota Tasikmalaya akan lebih meningkat. 7.2 Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut: 1.
2.
Bagi Pihak Inspektorat Diharapkan dapat melaksanakan kecerdasan emosional dan independensi auditor internal dengan sebaik mungkin sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ada. Termasuk dalam pencapaian kualitas laporan audit internal yang dihasilkan. Hal ini dapat dibentuk dengan meningkatkan teknik dan prosedur dalam melakukan audit, dengan cara lebih mempersiapkan terlebih dahulu audit kinerja dengan matang, melakukan pengujian pengendalian manajemen secara rutin, melakukan pengukuran dan pengujian Key Performance Indicator (KPI) atau yang disebut Indikator Kinerja Kunci (IKK) dengan baik, melakukan review operasional, pembuatan kertas kerja audit yang sesuai dengan standard yang berlaku, pelaporan hasil audit secara tepat waktu, serta melakukan pemantauan tindak lanjut terhadap audit. Dengan adanya kecerdasan emosional dan independensi auditor intern diharapkan pada Inspektorat Kota Tasikmalaya agar pelaksanaan audit dapat terlaksana dan membantu dari waktu ke waktu secara efektif dan efisien.
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas laporan audit internal karena dalam penelitian ini hanya variabel kecerdasan emosional dan independensi auditor internal yang masuk dalam model analisis penelitian. Sehingga hasil penelitian tersebut dapat diperbandingkan dengan hasil penelitian penulis.
DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Jilid Dua Edisi Tiga. Jakarta: FE UI. Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing Akmal. 2006. Pemeriksaan Intern (Internal Auditing). Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Arens, Alvin A dan Elder, ranjal J dan Beasley, Mark S. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi Edisi Kesembilan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Boynton, Johnson dan Kell. 2001. Modern Auditing Edisi Tujuh. Jakarta: Erlangga. . 2003. Modern Auditing Jilid Dua Edisi Tujuh. Jakarta: Erlangga. Cooper R K dan Sawaf. A. 1998 : Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia Desyanti, Ni Putu Eka. 2007. Pengaruh Independensi, Keahlian, Profesional dan Pengalaman Kerja Pengawasan Intern Terhadap Efektifitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, (Survei pada BPR Kab.Bandung). http//iejournal.UNPAS.ac.id
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang sama, disarankan memperluas ukuran sampel untuk memperoleh hasil penelitian dan dasar justifikasi yang optimal.
Goleman, Daniel. 2009. Working With Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
12
Halim, Abdul. 2003. Auditing 1 (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta: AMP YPKN. Hiro Tugiman. 2006. Standar Profesi Audit Internal. Yogyakarta: Kanisius. Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta. Lilik Henry . 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Perilaku Etis Terhadap Kinerja Auditor Pemerintahan. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi UNDIP Maya R Atmawinata, Susilawati. 2014. Pengaruh Profesionalisme dan Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit, studi pada Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Meyer, J. 2000. EQ dan Kesuksesan Kerja. 12 Desember 2004. http://www.epsikologi.com. Tanggal akses : 20 April 2011 Mulyadi. 2002. Auditing Buku Satu. Yogyakarta: YPKN. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian Cetakan Keenam. Bogor: Gahlia Indonesia. Nirwan Sitepu. 1994. Path Analysis. Jakarta : Ghalia Indonesia
Sayogya, Nataline. 2004. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Kerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. . 2009. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Suryanti dan Ika 2004, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, September: hal 261-281
Tunggal, Amin W. 2010. Audit Mutu (Quality Auditing). Jakarta: Rineka Cipta. Widagdo, Badjoeri, Ph.D. 2001. Kecerdasan Emosi. Manajemen, Juni 2001 Willy Susilo. 2002. Audit SDM. Jakarta: PT. Vorgistama Bina Mega.
Sawyers, Lawrence B. 2005. Sawyers Internal Audit Buku Satu Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat.
13