PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA PASAR SAHAM (Sensus Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Tia Sintia Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRACT The research aims to know (1) corporate social responsibility, return on equity, and stock market price in mining company was listing at Bursa Efek Indonesia 2012, (2) the influence of corporate social responsibility to return on equity, (3) the influence of corporate social responsibility and return on equity partially and simultaneously to stock market price. The research method uses descriptive method with census approach and analysis method uses path analysis. Testing of hypothesis partially by using t test and simultaneously by using F test. The data is taken from annual report mining company year of 2012. Result of this research shows that (1) corporate social responsibility, return on equity, and stock market price is variation, (2) corporate social responsibility has influential not significant to return on equity, (3) corporate social responsibility and return on equity has influential not significant partially and simultaneously to stock market price. Keywords: Corporate Social Responsibility, Return on Equity, Stock Market Price. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) corporate social responsibility, return on equity, dan harga pasar saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) pengaruh corporate social responsibility terhadap return on equity, (3) pengaruh corporate social responsibility dan return on equity terhadap harga pasar saham secara parsial maupun simultan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan sensus. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur. Pengujian hipotesis secara parsial menggunakan uji t dan secara simultan menggunakan uji F. Data diambil dari laporan tahunan perusahaan tahun 2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) corporate social responsibility, return on equity, dan harga pasar saham bervariatif, (2) corporate social responsibility berpengaruh tidak signifikan terhadap return on equity, (3) corporate social responsibility dan return on equity secara parsial maupun simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham. Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Return On Equity, Harga Pasar Saham PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal dan komunitas secara lebih luas (Sankat Clement K, 2002 dalam Bambang dan Melia, 2007). Program CSR ini timbul karena adanya dampak negatif dari industri. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi pergeseran makna program CSR menjadi salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan kualitas kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Kinerja perusahaan itu sendiri dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Equity dan Harga Pasar Saham. Menurut Suad Husnan (2006) Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Maka dari itu ROE disebut juga dengan rentabilitas modal sendiri. ROE dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri yang biasanya merupakan MS rata-rata. Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak per rupiah modal sendiri. Harga pasar saham menurut Hartono (2000) adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu, pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan. Perusahaan yang melaksanakan CSR akan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat untuk tergerak dalam menggunakan produknya sehingga perusahaan tersebut mendapatkan loyalitas dari konsumen. Peningkatan penggunaan produk oleh konsumen berarti meningkatkan penjualan perusahaan. Hal tersebut akan meningkatkan laba bersih perusahaan, sehingga rasio antara laba bersih dengan modal sendiri (ROE) perusahaan pun akan meningkat. Sama halnya seperti yang dituturkan Noke Kiroyan, dalam Sayekti dan Wondabio (2007) bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuanganya dalam jangka panjang. Begitu juga Dahlia dan Siregar (2008) yang mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggungjawab sosial terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan (laba) dan peningkatan kinerja keuangan. Dalam melakukan investasi di pasar modal, baik dalam bentuk saham, obligasi, ataupun bentuk investasi lainnya, investor yang rasional umumnya melakukan serangkaian analisis tentang investasi yang akan dilakukannya. Analisis fundamental menggunakan informasi yang berasal dari pergerakan laba, prospek dividen, tingkat suku bunga yang diharapkan serta evaluasi risiko perusahaan dalam menentukan harga saham. Sedangkan
analisis teknikal menggunakan pola pergerakan harga saham dalam mengestimasi harga saham (Bodie dkk, 2002 dalam Junaedi, 2005). Junaedi (2005) mengatakan bahwa tingkat pengungkapan yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan dan pengembalian yang dapat diberikan perusahaan. Menurut penelitian Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui fluktuasi harga saham yang semakin naik dari periode ke periode dan sebaliknya jika perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut dan direspon negatif dengan fluktuasi harga saham perusahaan di pasar yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Dapat dipahami bahwa dalam menginvestasikan dananya, investor melakukan pertimbangan dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Sehingga jika dalam laporan tersebut terdapat laporan mengenai fluktuasi harga saham yang meningkat juga memuat laporan mengenai CSR akan menjadi nilai tambah bagi perusahaan. Karena investor berpendapat bahwa perusahaan yang melaksanakan CSR bukan hanya akan meningkatkan keuntungan tapi juga memiliki masa umur yang panjang. Dengan begitu perusahaan yang melaksanakan CSR akan mudah menarik investor dalam menginvestasikan sahamnya. Meningkatnya minat investor berarti akan meningkatkan harga saham pula. Bukan hanya CSR yang dapat meningkatkan minat investor dalam menginvestasikan dananya, namun Return On Equity (ROE) perusahaan yang meningkat juga dapat menarik perhatian investor. ROE merupakan alat analisis yang sering digunakan investor untuk menilai seberapa efisien perusahaan menggunakan dana investor dalam menghasilkan laba yang nantinya akan dibagikan kepada investor. ROE yang semakin tinggi akan menarik minat investor sehingga harga saham perusahaan pun akan ikut naik. Perusahaan pertambangan merupakan salah satu perusahaan yang cukup rentan terhadap masalah CSR, karena proses produksi dari perusahaan ini dapat merusak lingkungan di masyarakat sekitar jika tidak dilakukan dengan benar. Perusahaan ini memberikan dampak yang cukup besar dalam hal polusi, keamanan produk, tenaga kerja dan sosial. Sebagaian besar pengamat lingkungan pun menyatakan bahwa perusahaan pertambangan dan perkebunan merupakan perusahaan yang mendominasi kerusakan lingkungan (Ema Fitriyani, www.majalahbisnisglobal.com).
Namun disisi lain perusahaan pertambangan juga menjadi sumber pendapatan negara dengan kegiatan ekspornya yang cukup tinggi. Berikut adalah perbandingan ekspor pertambangan dengan sektor lain:
Sektor Industri non-migas Minyak dan Gas Pertambangan non-migas Pertanian
Tabel 1.1 Perbandingan Ekspor Persentase Jumlah Ekspor Ekspor 60% US$ 122 miliar 20, 43% US$ 41 miliar 17,02% US$ 34 miliar 2,54% US$ 3,1 miliar
Sumber: data sekunder yang diolah, 2014
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertambangan non-migas dan gas memberikan pendapatan ekspor yang cukup besar bagi pemerintah yaitu berkisar 37,45%. Walaupun industri non-migas memberikan pemasukan terbesar, namun industri non-migas tersebut terdiri dari beberapa sektor industri seperti industri makanan dan minuman 11,26%, industri tekstil 9,2%, industri otomotif dan alat berat 28,2%, industri elektronik 5,8%, sedangkan sisanya oleh industri lain (Aprilia, www.neraca.co.id). Perbandingan dalam tabel tersebut mengindikasikan bahwa disamping memberikan dampak negatif, perusahaan pertambangan juga merupakan perusahaan yang memiliki andil cukup besar dalam membangun perekonomian dan sosial bagi negara, yang secara tidak langsung
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
mengurangi
tingkat
pengangguran karena dapat menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu perusahaan pertambangan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi investor sehingga banyak investor yang ingin menanamkan dananya pada perusahaan pertambangan. Walau terdapat manfaat dari perusahaan pertambangan, namun kerusakan yang terjadi seharusnya dapat membuat lembaga yang berwenang cukup selektif untuk memberikan ijin penambangan. Akan tetapi tidak sedikit penambangan yang mudah mendapat ijin lahan dan semakin diminati investor, hal ini mungkin saja karena program CSR yang telah dibuat dalam rencana aktivitas perusahaan dalam menanggulangi efek negative yang mungkin ditimbulkan. B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana: a. Corporate Social Responsibility, Return On Equity, dan Harga Pasar Saham b. Corporate Social Responsibility secara parsial berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham c. Return On Equity secara parsial berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham d. Corporate Social Responsibility secara parsial berpengaruh terhadap Return On Equity
e. Corporate Social Responsibility dan Return On Equity secara simultan berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham
METODE PENELITIAN Sumber data yang diperoleh merupakan data sekunder berupa laporan tahunan yang diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi dan website www.idx.co.id. Bentuk analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif karena data yang digunakan merupakan data dari semua anggota populasi. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2007) penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Path (analisis regresi jalur). Analisis Path merupakan analisis yang melihat hubungan kausalitas antara kejadian satu dengan kejadian lain. Hubungan kausalitas yang ingin dilihat bisa berupa hubungan langsung maupun tidak langsung (Augusty Ferdinand, 2002). y = ρyx1 + ρyx2 + ε
Persamaan dalam penelitian ini yaitu: Dimana : y
: Harga Pasar Saham
x2
: Return On Equity
x1
: Corporate Social Responsibility
ε
: error term
Dari struktur path analisys diatas, langkah-langkah analisis data yang dapat digunakan menurut Riduwan dan Engkos (2010), yaitu: 1. Menghitung koefisien korelasi (r) Koefisien korelasi ini akan menentukan tingkat keeratan hubungan antara variabel yang diteliti, rumusnya sebagai berikut: n
rXi Xj = n
n 2 h=1 X ih
n h=1 X ih X jh
−
−
n 2 h=1 X ih
n h=1 X ih
n
n 2 h=1 X jh
2. Menghitung koefisien jalur (ρ) 2
ρyx = byx i i
X Y2
Keterangan: ρyxi = koefisien jalur dari Xi terhadap Y byxi = koefisien regresi dari variabel Xi trhadap variabel Y 3. Menguji faktor residual/sisa
n h=1 X jh
−
2 n h=1 X jh
ρYεi = Dimana: R2yx 1 x 2 …..x k =
1 − R2 yx1 x2 … . . xk
k i=1 ρyx 1 ryx 1
4. Pengujian hipotesis operasional a. Pengujian secara simultan Ho : ρYX1 = ρYX2 = 0
Ha : ρYX1 = ρYX2 ≠ 0
;
Dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel F=
Uji signifikansi dengan menggunakan rumus:
n−k−1 R 2 k(1−R 2 )
Statistik uji ini menggunakan distribusi F dengan derajat bebas V1 = k dan V2 = n–k–1 b. Pengujian secara parsial Ho : ρYXi = 0
;
Ha : ρYXi ≠ 0
Uji signifikansi satu arah dimana kaidah keputusannya sebagai berikut: Terima Ho jika –t1/2α ≤ thitung ≤ t1/2α;
Tolak Ho jika –t1/2α > thitung atau thitung > t1/2α
Uji statistik menggunakan rumus : ti =
ρyx i 1 − R2 n − k − 1 1 − R2
Keterangan: ρYXi R
2
= koefisien jalur (besarnya pengaruh) Xi terhadap Y = koefisien yang menyatakan determinasi total dari semua variabel X terhadap Y (ρYXi . rYXi + ρYXj . rYXj)
Statistik uji diatas menggunakan distribusi t dengan derajat bebas n – k – 1 5. Mencari variabel langsung dan tidak langsung X1, X2, terhadap Y Tabel 2.1 Mencari Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Variabel X1, X2, Terhadap Y Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh Y←X1→Y : (ρYX1)2 A Y←X1→X2→Y : B {(ρYX1)(rX2X1)(ρYX2) x 2} Y←X2→Y : (ρYX2)2 C Total pengaruh X1X2→Y A+B+C Pengaruh faktor residual 1 – (A + B + C) Rancangan Pengujian Hipotesis 1. Penetapan Hipotesis Operasional
a. Ho : ρyx 1 = 0
CSR secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham
b. Ha : ρyx 1 ≠ 0
CSR secara parsial berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham
c. Ho : ρyx 2 = 0
ROE secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham
d. Ha : ρyx 2 ≠ 0
ROE secara parsial berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham
e. Ho : ρyx 1 = ρyx 2 = 0 f. Ha : ρyx 1 = ρyx 2 ≠ 0
CSR dan ROE secara simultan tidak berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham CSR dan ROE secara simultan berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham
2. Penetapan Tingkat Signifikasi Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Keyakinan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 0,95, tingkat kesalahan yang ditolelir atau alpha (α) sebesar 0,05. 3. Uji Signifikasi Untuk menguji signifikasi dilakukan dua pengujian yaitu, secara parsial menggunakan uji t dan secara simultan menggunakan uji F. 4. Penetapan Kriteria Pengambilan Keputusan Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan rs tabel dengan tingkat signifikasi (α = 0,05), dapat dirumuskan sebagai berikut: -
Secara parsial, tolak Ho jika t < -t ½ atau t > t ½ , dan terima Ho jika –t½ t t ½
-
Secara simultan, tolak Ho jika F hitung > F tabel dan terima Ho jika F hitung F tabel
5. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diatas, peneliti akan menganalisis secara kuantitatif kemudian menarik kesimpulan dari analisis tersebut apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak.
PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mengenai data CSR, ROE, dan harga pasar saham pada perusahaan pertambangan. Berikut ini adalah data dari perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012:
Variabel CSR Indeks Roe Harga Saham
N 28 28 28
Tabel 3.1 Statistik Deskriptif Maximum Minimun 0.57 0.14 0.7420 -1.7990 41,550 50
Sumber: data sekunder yang diolah, 2014
Mean 0.35 0.085273 3,065.286
Std. Dev 0.105 0.293 7,774.18
Berdasarkan hasil penilaian indeks CSR diatas perusahaan yang memiliki nilai CSR terbesar adalah PT Elnusa Tbk. dengan nilai 0.57. Perusahaan pertambangan yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi ini memiliki nilai tertinggi dengan keunggulannya pada pengelolaan lingkungan hidup dengan program utama yaitu penghematan energy dan material melalui efisiensi, pengurangan dampak lingkungan dari aktivitas bisnis, aktivitas hijau untuk perbaikan lingkungan, serta kampanye lingkungan hidup. Contoh program tersebut yaitu mengefisiensikan penggunaan energy langsung meliputi bensin, solar, dan kerosene, pemantauan pemanfaatan material daya gel seismic. Pengelolaan dampak aktivitas bisnis dengan menerapkan STP yaitu metode pengolahan limbah dari aktivitas kerja karyawan. Penanaman 5.000 pohon bakau untuk merehabilitasi area akresi. Nilai CSR terkecil ada pada PT Garda Tujuh yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Perusahaan ini memiliki nilai yang kecil yaitu 0.14, karena pengungkapan pada laporan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut tidak dijelaskan secara terperinci hanya menjelaskan sebagian aspek ekonomi dan aspek lingkungan, sementara aspek sosial, ketenagakerjaan, produk, dan hak asasi manusia tidak dijelaskan dalam laporan tanggungjawab sosial perusahaan tersebut. Rata-rata nilai CSR dari 28 perusahaan pada penelitian ini yaitu 0.35. Perusahaan yang nilai CSRnya berada diatas rata-rata diantaranya PT Adaro, PT Bumi Resource Minerals, PT Energy, PT Golden Energy Mines, PT Harum Energy, PT Indo Tambangraya Megah, PT Bayan, PT Bumi, PT Elnusa, PT Medco, PT ABM Investama, PT Antam, PT Atlas, dan PT SMR Utama. Perusahaan-perusahaan tersebut menjelaskan program-program CSR secara terperinci dan mengungkapkan point-point yang ada pada indeks CSR dalam laporan tanggungjawab sosialnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai CSR berada dibawah rata-rata diantaranya PT ATPK Resources, PT Petrosea, PT Benekat Petroleum Energy, PT Darma Henwa, PT Berau Coal Energy, PT Borneo Lumbung Energy, PT Garda Tujuh, PT Ancora Indonesia Resources, PT Indika Energy Tbk, PT Perdana Karya Perkasa Tbk, PT Resource Alam Indonesia Tbk, PT Vale Indonesia Tbk, PT Timah Tbk, PT Toba Bara Sejahtera Tbk. Ini artinya pengungkapan CSR oleh perusahaan tersebut tergolong rendah dan perlu memperhatikan standar mengenai pengungkapan CSR berdasarkan standar GRI sebagai panduannya. Secara umum pelaporan CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia cukup baik. Dari 28 perusahaan terdapat 14 perusahaan yang memiliki nilai
CSR diatas rata-rata. Ini menunjukan pelaporan CSR pada perusahaan pertambangan telah memenuhi standar pelaporan GRI yang umum digunakan oleh kebanyakan perusahaan. Standar deviasi pada program CSR ini adalah 0.105. Nilai standar deviasi yang mendekati nol (0) menunjukan bahwa variasi nilai data CSR sangat kecil atau tidak terlalu bervariasi. Nilai tersebut menunjukan bahwa data yang diteliti cukup baik karena penyimpangan data dari nilai rata-rata hanya sedikit. Return On Equity pada Perusahaan Pertambangan Dari data diatas dapat diketahui bahwa ROE terbesar dimiliki oleh PT Garda Tujuh yang bergerak dibidang pertambangan batu bara dengan nilai ROE 0.74. Perusahaan ini berhasil menjalankan visi strategisnya yaitu dengan menempatkan dirinya pada jalur pertumbuhan yang dipercepat dengan peningkatan produktivitas, daya saing, dan profitabilitas dalam rangka memenuhi permintaan yang semakin meningkat dengan tetap memperhatikan lingkungan dan sosial. Total ekuitas PT Garda Tujuh meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp. 1.269.467.000.000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 327.563.000.000. Begitu juga dengan laba bersih perusahan ini meningkat pesat pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 941,906,000,000,- dibandingkan pada tahun sebelumnya 2011 yang hanya sebesar Rp. 73,867,000,000,-. Peningkatan ini dikarenakan peningkatan produksi yang kuat serta harga jual yang lebih baik dengan kontrak produksi yang baik berhasil menciptakan performa keuangan yang sangat memuaskan pada PT Garda Tujuh. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi pasar global batubara yang terjadi penurunan. Peningkatan penjualan batubara pada perusahaan ini dikarenakan pertumbuhan permintaan batubara tingkat rendah. Peningkatan tajam harga batubara termal selama tahun 2011, memaksa konsumen untuk membeli batubara dengan biaya rendah. Serta permintaan batubara termal dari India dan China yang diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2017 untuk perbaikan infrastruktur di negaranya. Nila ROE terendah dimiliki oleh PT Bumi Tbk yang bergerak dibidang pertambangan batubara yaitu -1,799. Nilai ROE yang bersifat negative berarti perusahaan ini sedang mengalami kerugian, jumlah kerugian yang dialami oleh perusahaan pada tahun 2012 pun cukup besar yaitu sebesar USD 705.626.038. PT Bumi Tbk. merupakan perusahaan eksportir batubara termal terbesar di dunia. Pada tahun 2012 penjualan batubara termal menurun karena konsumen beralih pada batubara tingkat rendah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga laba bersih yang dihasilkan perusahaan ini harus turun drastis.
Kondisi keuangan PT Bumi Resource Tbk. pada realitanya menghasilkan laba bersih dengan jumlah US$ 428,5 juta dengan total produksi 74,4 juta ton pada tahun 2012 dan harga rata-rata batubara yang sedikit turun dari US$ 92,69 per ton di tahun 2011 menjadi US$ 81,5 per ton. Walaupun laba bersih PT Bumi menghasilkan nilai yang positif, adanya kesenjangan transaksi anak perusahaan yang bersifat negative US$ 344,9 juta menyebabkan meningkatnya beban perusahaan. Kesenjangan tersebut menyebabkan kerugian derivative pada perusahaan. Disamping itu kerugian nilai tukar kurs dan investasi diperusahaan asosiasi memberikan andil yang cukup besar pada keuangan perusahaan. Ketiga hal tersebut menyebabkan perbedaan pembukuan sebesar US$ 500 juta berdasarkan penyesuaian terhadap perlakuan akuntansi baru. Hal inilah yang menyebabkan ROE pada PT Bumi Resource Tbk. bernilai negative. Rata-rata ROE dalam penelitian ini yaitu sebesar 0.085273. Kebanyakan perusahaan memiliki ROE dibawah rata-rata. Perusahaan yang memiliki nilai ROE dibawah rata-rata diantaranya PT ATPK Resources, PT Benakat Petroleum Energy, PT Bumi Resources Minerals, PT Darma Henwa, PT Energy Mega Persada, PT Golden Energy Mines, PT Bayan, PT Elnusa, PT Medco, PT ABM Investama, PT Perdana Karya Perkasa, PT Indika, PT Berau Coal Energy, PT Borneo Lumbung Energy, PT Bumi Resources, PT Ancora Indonesia Resources, PT Vale, dan PT SMR Utama. Ini berarti kinerja perusahaan tersebut kurang memuaskan, baik dari kinerja keuangan maupun non keuangan. Kinerja non keuangan misalnya penundaan pekerjaan dan ketidaksiapan dalam menghadapi resiko yang mungkin terjadi sehingga berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan perusahaanperusahaan yang memiliki ROE diatas rata-rata walaupun belum sepenuhnya baik, namun perusahaan tersebut dapat dikatakan bisa mengahadapi kondisi ekonomi yang belum stabil di tahun 2012. Secara umum nilai ROE pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kurang baik. Dari 28 perusahaan yang diteliti terdapat 18 perusahaan yang memiliki nilai ROE dibawah rata-rata. Ini menunjukan bahwa imbalan yang diberikan perusahaan terhadap equitas perusahaan pertambangan pada umumnya kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak dapat mengahadapi kondisi ekonomi global yang belum membaik serta harga batubara yang turun. Standar deviasi pada ROE bernilai 0.293. Nilai standar deviasi pada ROE ini mendekati nilai nol (0) yang berarti nilai data ROE perusahaan tidak terlalu bervariasi. Hal tersebut menunjukan bahwa penyimpangan data dari nilai rata-rata hanya sedikit, sehingga dapat dikatakan data tersebut merupakan data yang baik.
Harga Pasar Saham pada Perusahaan Pertambangan Perusahaan yang memiliki harga pasar saham tertinggi adalah PT Indo Tambangaraya Megah (ITM) dengan harga saham Rp. 41.550. Hasil ini diraih oleh ITM dengan berbagai kerjakerasnya di tahun 2012 yang penuh dengan tantangan. Di tahun 2012 ini pasar global mencetak penurunan harga batubara hingga 25%, sementara harga batubara ITM hanya mengalami penurunan harga hingga 6% saja. Selain itu ITM juga terlibat dengan sejumlah kontrak lindung nilai untuk secara proaktif mengurangi kerugian finansial perusahaan pada saat harga bahan bakar meningkat atau pada saat harga batubara turun. Dengan mekanisme tersebut perusahaan ITM berhasil memperoleh keuntungan dari peristiwa-peristiwa negative yang mempengaruhi pasar batubara ditahun 2012. Hal tersebut membuat ITM dapat mempertahankan laba bersih yang tinggi dibanding perusahaan lain pada sektor yang sama. Ditambah lagi dengan rasio deviden mencapai 7,7% yang merupakan rasio tertinggi di sektor pertambangan membuat ITM mempunyai daya tarik yang kuat bagi investor. Maka dari itu, seiring dengan meningkatnya jumlah investor yang ingin membeli saham ITM maka harga saham pun meningkat hingga mencapai harga Rp. 41.550 per lembar saham. Perubahan permintaan pasar batubara memberikan efek yang berbeda-beda pada perusahaan. Ada perusahaan yang tetap bertahan dengan kondisi ini, namun ada pula perusahaan yang mengalami kemerosotan kinerja. Contohnya kondisi yang terjadi pada perusahaan dengan harga pasar saham terendah yang dimiliki oleh PT Darma Henwa Tbk. dengan Rp. 50 per lembar saham. Akibat permintaan dan harga batubara menurun namun biaya produksi tidak dapat diminimalisasi sesuai dengan menurunnya harga batubara, misalnya biaya peralatan dan biaya tenaga kerja, membuat banyak pemilik tambang menunda proses produksi karena biaya yang dirasa cukup tinggi. Penundaan ini menyebabkan terjadinya perlambatan laju pertumbuhan kontraktor tambang sehingga meningkatkan hutang perusahaan. Terjadinya curah hujan yang terus menerus juga menyebabkan terganggunya proses penambangan. Serta kerugian nilai tukar valuta asing menyebabkan perusahaan mengalami kerugian selama dua tahun terakhir sehingga tidak dapat memberikan deviden pada investor. Pada akhirnya ini semua mengakibatkan sentimen negative pada PT Darma Henwa sehingga menurunkan harga saham dari tahun sebelumnya Rp. 78 di tahun 2011 menjadi Rp. 50 pada tahun 2012. Dengan kata lain kondisi kesehatan perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham. Perusahaan-perusahaan yang memiliki harga pasar saham diatas rata-rata Rp. 3.065 diantaranya PT Harum Energy, PT Indo Tambangraya Megah, PT Bayan, PT Garda Tujuh, dan PT ABM Investama. Ini berarti perusahaan tersebut telah memiliki kinerja yang cukup
baik dan kondisi keuangan yang sehat sehingga diminati oleh investor dalam menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut dan pada akhirnya membuat perusahaan memiliki harga saham yang tinggi. Sementara itu harga saham perusahaan lainnya masih berada di bawah harga pasar saham rata-rata. Perusahaan-perusahaan tersebut diantaranya, PT Adaro, PT ATPK, PT Petrosea, PT Benakat Petroleum Energy. PT Bumi Resources Minerals, PT Darma Henwa, PT Energy Mega Persada, PT Golden Energy Mines, PT Berau Coal Energy, PT Borneo Lumbung Energy, PT Bumi, PT Elnusa, PT Medco Energy Internas, PT Antam, PT Ancora Indonesia Resources, PT Indika Energy, PT Atlas, PT Perdana Karya Perkasa, PT Resources Alam Indonesia, PT Vale Indonesia, PT Timah, PT SMR Utama, PT Toba Bara Sejahtera. Secara umum Harga Pasar Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dibawah rata-rata. Dari 28 perusahaan yang diteliti hanya ada 6 perusahaan yang memiliki harga saham diatas rata-rata. Namun ini tidak menunjukan bahwa harga pasar saham perusahaan pertambangan buruk. Pada tahun 2007 banyak perusahaan yang melakukan pemecahan nilai nominal saham dengan perbandingan yang berbeda-beda, maka penurunan harga saham pada masing-masing perusahaan pun akan berbeda-beda. Sehingga menurut peneliti, kondisi tersebut kurang mencerminkan kondisi saham yang sebenarnya. Standar deviasi variabel harga pasar saham pada perusahaan pertambangan ini yaitu 7.774,18. Nilai standar deviasi tersebut jauh dari angka nol (0), ini menunjukan bahwa penyebaran nilai harga saham perusahaan sangat bervariasi. Variasi tersebut disebabkan aksi pemecahan nominal saham pada tahun 2007. Pengaruh Corporate Social Responsibility Secara Parsial Terhadap Return On Equity Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh pengaruh X1 terhadap X2 adalah sebesar 0.038. Sehingga dari koefisien korelasi tersebut dapat diperoleh koefisien determinasi (rX2X1)2 = 0.001444 yang berarti bahwa 0.1444% variabilitas dari variabel X2 (ROE) dapat dipengaruhi oleh variabel X1 (CSR), hal ini menunjukan bahwa CSR berpengaruh terhadap ROE. Adanya pengaruh tersebut menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya CSR secara parsial berpengaruh terhadap ROE perusahaan. Untuk menguji signifikansi pengaruh CSR terhadap ROE dapat dilihat dari tabel pengolahan SPSS, diperoleh nilai thitung sebesar -0.192. Dengan kriteria penolakan Ho, jika thitung < -t1/2α maka dari tabel distribusi t diperoleh t1/2α sebesar -2.056, karena thiutng > t1/2α maka Ho diterima. Atau dapat dilihat juga pada tabel korelasi yang menunjukan nilai
signifikansi sebesar 0.849. Dengan mengambil taraf signifikasi sebesar 0.05 maka Ho diterima artinya CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE. CSR tertinggi dimiliki oleh PT Elnusa sebesar 0.57 dengan rasio ROE 6.3%. Sedangkan CSR terendah dimiliki oleh PT Garda Tujuh dengan nilai 0.14 namun memiliki ROE yang paling tinggi yaitu 74,20%. Sedangakn perusahaan dengan ROE terendah yaitu PT Bumi dengan rasio -179,9% namun memiliki CSR yang cukup tinggi yaitu 0.47. Dari data sekunder perusahaan-perusahaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecil ROE pada masing-masing perusahaan yaitu kondisi ekonomi global yang lambat dalam pertumbuhan ekonomi sehingga menyebabkan kerugian pada perusahaan maupun pada anak perusahaan yang mempengaruhi pencatatan laba pada induk perusahaan (kebijakan akuntansi), serta perubahan permintaan jenis produk ke batubara dengan biaya rendah. Sedangakan faktor yang mempengaruhi nilai CSR adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan serta panduan yang digunakan dalam pelaporan CSR, apakah menggunakan GRI atau yang lainnya. Berdasarkan teori CSR dapat berpengaruh terhadap ROE karena meningkatkan citra perusahaan sehingga menciptakan loyalitas konsumen dan peningkatan penjualan, yang akhirnya berpengaruh pada keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Namun dalam penelitian ini CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE, karena loyalitas perusahaan konsumen dipengaruhi oleh kontrak usaha yang mereka sepakati untuk jangka waktu yang panjang serta peningkatan penjualan terjadi pada perusahaan yang mampu menciptakan produk sesuai keinginan konsumen yang pada saat itu dipengaruhi faktor lain yaitu krisis ekonomi global. Pengaruh Corporate Social Responsibility Secara Parsial Terhadap Harga Pasar Saham Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17.0 besarnya pengaruh CSR (X1) terhadap Harga Pasar Saham (Y) ditunjukan dengan koefisien beta (β) sebesar 0.008. Sedangkan koefisien determinasinya (rY2X1)2 yaitu sebesar 0.000604 yang berarti 0.0064% variabilitas variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1. Adanya pengaruh tersebut menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu CSR berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham. Untuk menguji signifikasi pengaruh CSR secara parsial terhadap Harga Pasar Saham dapat dilihat dari tabel pengolahan SPSS, diperoleh nilai thitung sebesar 0.042. Dengan kriteria penolakan Ho, jika thitung > t1/2α maka dari tabel distribusi t diperoleh t1/2α sebesar 2.056. Karena thitung
dengan melihat hasil perhitungan signifikansi pada tabel SPSS sebesar 0.967 maka Ho diterima yang artinya CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham. Perusahaan yang memiliki CSR tertinggi yaitu PT Elnusa dengan nilai 0.57 dengan harga pasar saham Rp. 173. Sedangkan CSR terendah yaitu PT Garda Tujuh dengan nilai 0.14 dengan harga pasar saham Rp. 3900. PT ITM merupakan perusahaan yang memiliki harga pasar saham tertinggi yaitu Rp. 41.550 dengan nilai CSR 0.35. Sedangkan harga pasar saham terendah Rp. 50 ada pada PT Darma Henwa dengan nilai CSR 0.33. Berdasarkan teori pelaksanaan CSR akan meningkatkan laba perusahaan serta memiliki masa umur yang panjang, sehingga dapat menarik minat investor dalam menanamkan sahamnya. Meningkatnya minat investor berarti akan meningkatkan harga saham pula. Namun dalam penelitian ini CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham karena aksi pemecahan nominal saham pada tahun 2007 membuat harga pasar saham perusahaan tidak mencerminkan perbandingan yang sebenarnya. Rasio pemecahan nominal saham yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan berbeda-beda tergantung kebijakan perusahaan masing-masing. Bahkan ada pula yang melakukan pemecahan nominal saham beberapa kali dari tahun 2007 hingga 2012. Disamping itu banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Hartono (2000) harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu pendapatan, deviden, aliran kas, dan pertumbuhan perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga pasar saham diantaranya trend pergerakan harga minyak luar negeri, adanya sentimen negative pasar luar negeri, tingkat suku bunga dan inflasi. Pengaruh Return On Equity Secara Parsial Terhadap Harga Pasar Saham Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS besarnya pengaruh ROE (X2) terhadap harga pasar saham (Y) diperlihatkan oleh koefisien beta (β) sebesar 0.26 sedangkan koefisien determinasinya (rYX2)2 sebesar 0.0676 yang berarti 6.76% variabilitas variabel Y dipengaruhi oleh variabel X2. Adanya pengaruh tersebut menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu ROE secara parsial berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham. Untuk menguji signifikansi pengaruh ROE secara parsial terhadap Harga Pasar Saham dapat dilihat dari tabel SPSS, diperoleh nilai thitung sebesar 1.343. Dengan kriteria penolakan Ho (hipotesis operasional), jika thitung>t1/2α yang diperoleh dari tabel distribusi t1/2α sebesar 2.056. Karena thitung lebih kecil maka Ho diterima. Atau dengan mengambil taraf signifikansi 0.05 dengan melihat hasil perhitungan signifikansi pada tabel SPSS sebesar 0.191 maka Ho
diterima yang artinya ROE perusahaan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham. ROE terbesar dimiliki oleh PT Garda Tujuh dengan rasio 74,2% yang memiliki harga saham Rp. 3.900. Sedangkan ROE terkecil dimiliki oleh PT Bumi dengan rasio -179,9% yang memiliki harga saham Rp. 600. Jika yang dilihat harga saham, PT Indo Tambangraya Megah memiliki harga saham tertinggi yaitu Rp. 41.550 dengan ROE 43%, dan harga saham terendah dimiliki oleh PT Darma Henwa yaitu Rp. 50 dengan ROE (-14,99%). Berdasarkan penelitian pada laporan tahunan perusahaan dapat diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi besar kecil ROE adalah dampak ekonomi global, kerugian pada anak perusahaan dan perubahan permintaan jenis produk ke batubara dengan biaya rendah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan yang mempengaruhi harga pasar saham yaitu rasio deviden, kinerja perusahaan baik dari segi keuangan dan non keuangan, serta kesiapan perusahaan dalam menghadapi resiko yang mungkin terjadi seperti kontrak lindung nilai sehingga perusahaan terhindar dari kerugian jika harga batubara turun. Berdasarkan teori, ROE berpengaruh pada harga pasar saham karena ROE dapat memberikan gambaran seberapa efisien perusahaan menggunakan dana investor dalam menghasilkan laba yang nantinya akan dibagikan kepada investor. Sehingga semakin tinggi ROE maka laba yang akan dibagikan pada investor pun akan semakin tinggi. Hal tersebut akan meningkatkan minat investor yang berdampak pada meningkatnya harga pasar saham perusahaan. Namun dalam penelitian ini ROE berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham karena rasio pemecahan nominal saham yang dilakukan pada perusahaan penelitian tahun 2007 berbeda-beda, sehingga terdapat harga saham perusahaan yang jauh diatas harga saham perusahaan lainnya yaitu perusahaan ITM dengan harga pasar saham Rp. 41.550, padahal IHSG mencatat harga saham rata-rata pada tahun berjalan yaitu berkisar Rp. 4.000 dan kisaran Rp. 2.000 pada sektor pertambangan. Perbandingan nilai saham yang sebenarnya pada masing-masing perusahaan dapat terlihat dengan mengalikan harga penutupan saham dengan jumlah saham yang beredar. Pengaruh CSR Dan ROE Terhadap Harga Pasar Saham Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan SPSS yaitu sebesar 0.067 yang artinya 6.7% variabilitas variabel harga pasar saham (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel bebas CSR (X1) dan ROE (X2). Adanya pengaruh tersebut menunjukan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu CSR dan ROE secara simultan berpengaruh terhadap Harga Pasar Saham. Sedangkan sisanya sebesar 94.7% merupakan
faktor residu diluar penelitian ini misalnya deviden, pertumbuhan perusahaan, rasio utang perusahaan, kondisi perekonomian global, sentimen pasar global, dll. Untuk menguji signifikansi pengaruh CSR dan ROE secara simultan terhadap Harga Pasar Saham dapat dilihat pada tabel hasil pengolahan SPSS, diperoleh nilai Fhitung sebesar 0.902. Dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel, dari tabel F-snedecore diperoleh nilai F = n-k-1 adalah sebesar 3.39. Karena Fhitung < Ftabel maka Ho. Atau dengan mengambil taraf signifikansi 0.05 dengan melihat hasil perhitungan signifikansi pada tabel pengolahan SPSS sebesar 0.418, maka Ho diterima yang artinya CSR dan ROE secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham. Investor yang tanggap terhadap peningkatan nilai CSR seharusnya memberikan apresiasi terhadap perusahaan. Program CSR bukan hanya sekedar menunaikan kewajiban perusahaan yang bergerak dibidang sumberdaya, namun juga merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang hasilnya dapat dirasakan secara tidak langsung. Keuntungan bagi perusahaan yang melaksanakan CSR diantaranya memberikan nilai positif, membuka pangsa pasar, mereduksi biaya, mereduksi resiko bisnis, yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya, meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat meningkatkan minat investor sehingga harga pasar saham pun akan meningkat. Begitu pula dengan ROE yang meningkat, menunjukan tingkat efektifitas dan kinerja perusahaan dalam menjalankan bisnisnya yang tercermin pada pengembalian hasil penggunaan ekuitas perusahaan. Hal ini pun dapat meningkatkan minat investor pada saham perusahaan yang bersangkutan. Sehingga semakin tinggi ROE, semakin tinggi pula harga pasar saham perusahaan. Namun dalam penelitian ini CSR dan ROE secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap harga pasar saham. Disamping pemecahan nilai nominal saham yang telah dijelaskan sebelumnya, hal tersebut dikarenakan pada tahun penelitian ini yaitu tahun 2012 terjadi banyak hal diluar kendali, misalnya krisis ekonomi yang masih belum membaik, persediaan batubara skala internasional yang terlalu banyak, konsumsi batubara dari China menurun, Amerika memproduksi batubara sendiri dengan menemukan shellgas, menurunnya harga minyak dunia, serta menurunnya harga emas di dunia (kickdahlan.wordpress.com). Walaupun calon investor menginvestasikan dananya pada sektor pertambangan, maka akan dipilih perusahaan mana yang lebih bisa menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Misalnya PT Garda Tujuh Tbk. yang memproduksi batubara yang dapat dicampur sesuai permintaan konsumen. Namun faktor lain yang lebih mempengaruhi minat investor berdasarkan penelitian pada harga saham perusahaan, yaitu rasio deviden dan tingkat
kesehatan perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh perusahaan yang memiliki harga pasar saham paling tinggi yaitu PT Indo Tambangraya Megah Tbk. dengan rasio deviden 7,7%, yang merupakan rasio deviden paling tinggi diantara perusahaan lain pada sektor pertambangan. Disamping itu perusahaan ini pula dapat bertahan ditengah krisis yang melanda ditahun ini, yaitu dengan inisiatif melakukan program kontrak lindung nilai. Kontrak lindung nilai ini dapat melindungi perusahaan dari kerugian pada saat harga bahan bakar meningkat atau pada saat harga batubara turun. Untuk mencari pengaruh langsung dan tidak langsung variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel X1 dan X2 terhadap Y Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh Y←X1→Y : (0.008)2 0.000064 Y←X1→X2→Y:{(0.008)(-.038)(0.26) x 2} -0.000158 2 Y←X2→Y : (0.26) 0.0676 Total pengaruh X1X2→Y 0.067 Pengaruh faktor residual 0.933 Secara lengkap pengaruh variabel CSR (X1) dan ROE (X2) terhadap Harga Pasar Saham (Y) diperlihatkan pada gambar 3.1 berikut:
ε CSR (X1) ρYε = 0.933 ρYX1 = 0.008 ρX2X1 = -0.038 ρYX2 = 0.26
Harga Pasar Saham (Y)
ROE (X2)
Gambar 4.1 Nilai Koefisien Jalur Variabel X1 dan X2 terhadap Y PENUTUP Simpulan 1.a. Secara umum CSR pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI cukup baik. Dari 28 perusahaan terdapat 14 perusahaan yang memiliki nilai CSR diatas rata-rata. Ini menunjukan pelaporan CSR pada perusahaan pertambangan telah memenuhi standar pelaporan GRI yang umum digunakan oleh kebanyakan perusahaan. b. Secara umum nilai ROE pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI kurang baik. Dari 28 perusahaan yang diteliti terdapat 18 perusahaan yang memiliki nilai ROE
dibawah rata-rata. Ini menunjukan kinerja perusahaan pertambangan pada umumnya kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak dapat mengahadapi kondisi ekonomi global yang belum membaik serta harga batubara yang turun. c. Secara umum Harga Pasar Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dibawah rata-rata. Dari 28 perusahaan yang diteliti hanya ada 6 perusahaan yang memiliki harga saham diatas rata-rata. Namun ini tidak menunjukan bahwa harga pasar saham perusahaan pertambangan buruk. Pada tahun 2007 perusahaan melakukan pemecahan nilai nominal saham dengan perbandingan yang berbeda, maka penurunan harga saham pada masing-masing perusahaan pun akan berbeda. Sehingga menurut peneliti kondisi tersebut kurang mencerminkan kondisi saham yang sebenarnya. 2.
CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROE pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012. Hal ini terjadi karena loyalitas perusahaan konsumen dipengaruhi oleh kontrak usaha yang mereka sepakati untuk jangka waktu yang panjang, serta penurunan permintaan batubara dunia yang menyebabkan penurunan laba bersih pada sebagian perusahaan yang diteliti.
3.a. CSR secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Pasar Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang diteliti melakukan pemecahan nominal saham dengan rasio yang berbeda-beda dan beberapa kali mulai dari tahun 2007 sampai 2012. Sehingga penurunan harga saham pada setiap perusahaan akan berbeda-beda dan tidak mencerminkan perbandingan harga saham yang sebenarnya. b. ROE secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Pasar Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Hal ini terjadi karena kebijakan dari pemerintah supaya perusahaan melakukan pemecahan nominal saham pada tahun 2007. Rasio pemecahan nominal saham yang dilakukan perusahaan berbeda-beda tergantung pada kebijakan perusahaan masing-masing, sehingga penurunan harga saham pun akan bervariasi. c. CSR dan ROE secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Pasar Saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Disamping rasio pemecahan nominal saham yang dilakukan perusahaan berbeda-beda sehingga menyebabkan penurunan harga saham yang berbeda-beda pula. Hal tersebut juga dipengaruhi kesiapan perusahaan dalam menghadapi resiko bisnis, baik secara internal maupun eksternal. Misalnya krisis ekonomi yang masih belum membaik, persediaan batubara skala internasional yang terlalu banyak, konsumsi
batubara dari China menurun, Amerika memproduksi batubara sendiri dengan menemukan shellgas, menurunnya harga minyak dunia, serta menurunnya harga emas di dunia. Kesiapan perusahaan dalam menghadapi resiko bisnis dapat mempengaruhi penilaian calon investor terhadap perusahaan. Karena kesiapan dalam mengahadapi resiko bisnis dapat mempengaruhi laba yang akan dihasilkan perusahaan. Selain itu, besarnya rasio deviden yang diberikan perusahaan sangat mempengaruhi minat investor dalam menginvestasikan dananya. Karena dengan rasio deviden yang besar maka keuntungan yang diraih investor pun semakin besar. Saran 1.Bagi Perusahaan - Hasil kegiatan CSR perlu dilaporkan dalam laporan keberlanjutan. Karena kegiatan CSR ini merupakan kewajiban bagi perusahaan yang bergerak di bidang sumberdaya, maka pedoman dalam pelaporan CSR perlu disamakan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya sebagai standar baku. - Kesiapan perusahaan dalam menghadapi resiko bisnis baik secara internal maupun eksternal dapat mempengaruhi penilaian investor, yang dapat menyebabkan naik turunnya permintaan dan Harga Pasar Saham. Karena perusahaan yang telah menyiapkan strategi pemasaran dan strategi dalam mereduksi resiko bisnis dapat menghindari kerugian dan meningkatkan ROE. 2.Bagi Investor CSR bukan hanya kewajiban perusahaan, namun juga kewajiban semua pihak agar terjadi hubungan yang interaktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Maka dari itu sebagai salah satu bentuk kepedulian investor terhadap program CSR ini dapat ditunjukan dengan apresiasi investor terhadap perusahaan-perusahaan yang melaksanakan CSR. Program CSR ini dapat memberikan keuntungan baik secara finansial maupun non finansial dalam jangka panjang bagi semua pihak. 3.Bagi Peneliti Selanjutnya - Bagi peneliti selanjutnya jika berminat melakukan penelitian mengenai variabel CSR sebaiknya dilakukan dengan metode studi kasus yaitu menganalisis satu perusahaan dalam jangka panjang, karena sesuai dengan teori dalam Sayekti dan Wondabio (2007) bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuanganya dalam jangka panjang. - Penelitian mengenai variabel harga pasar saham dapat dipengaruhi oleh pemecahan nominal saham dengan rasio yang berbeda-beda antar perusahaan, sehingga disarankan
memilih varibel dengan rasio seperti rasio deviden atau yang lainnya. Atau dapat juga dengan mengalikan harga saham dengan volume saham rata-rata yang disebut dengan kapitalisasi pasar, atau dapat juga dengan CAR. 4.Bagi Pihak Lain Program CSR yang dilaksanakan dengan maksimal akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi semua pihak. Begitu pula sebaliknya, CSR yang tidak dilaksanakan dengan baik atau tidak mengindahkan peraturan pemerintah yang mewajibkan CSR pada perusahaan yang bergerak dibidang sumberdaya maka akan berdampak negative. Dampak negative tersebut misalnya bencana lumpur panas, kerusakan hutan dan pemanasan global. Maka dari itu disarankan sebaiknya pemerintah menetapkan batas minimal dengan pedoman yang sama dalam pelaksanaan CSR, dan memberikan sanksi yang tegas terhadap perusahaan yang pelaksanaan CSRnya kurang dari batas minimal.
DAFTAR PUSTAKA Aprilia Hariani. Daya Saing Komoditi Ekspor Pertambangan. http://www.neraca.co.id. Diakses tanggal 26 juni 2013. Bambang Rudito dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis Dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains. Bodie, Zvi, Alex Kane, dan Alan J. Marcus. 2006. Investments. Jakarta: Salemba Empat. Dedi Junaedi. 2005. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap Volume Perdagangan dan Return Saham: Penelitian Empiris terhadap PerusahaanPerusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Fitri Agustina. Penurunan Harga Batubara. http://kickdahlan.wordpress.com. Diakses tanggal 18 juni 2013. Jogiyanto Hartono. 2007. Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis. Publisher.
Yogyakarta: Andi
Prasetyo dan Ema Fitriyani. Kerusakan Ekologis Akibat Pertambangan Batubara. http://www.majalahbisnisglobal.com. Diakses tanggal 12 Juli 2013. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2012. Cara Menggunakan Dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yosefa Sayekti dan Luovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coeficient (ERC). Jakarta: Literata Lintas Media.