ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA
OLEH NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT NURUL MAISARAH S FATHAN. Structure, Conduct and Performance Analysis of Non-Oil and Gas Mining in Indonesia (led by ARIEF DARYANTO). This study aims to analyze the structure, conduct and performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia and the factors that influence the performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia. The data used are secondary data, the concentration ratio data, output value, value of inputs, value added, wages, production value and export value of minerals are available in a catalog issued by Statistics Indonesia Central Bureau of Statistics, in 2003 until 2007. Descriptive method used to analyze the behavior. Quantitative methods was two approaches, the SCP approach to analyze the structure and performance of non-oil mining and to analyze the performance of non-oil mining Indonesia using fixed effect panel data models. Market structure that occurs in non-oil mining is visible from a tight oligopoly concentration ratio of the two largest companies of each mineral that was 93.08 percent. Market entry barriers seen from the average MES each mineral was at 77.94 percent means that the barriers to entry to this sector was high. Market behavior can be seen from the pricing strategy used by companies as price takers because the prices prevailing in the mining sector is the market price (the seller and buyer agreements) of the world. Product strategy used by the business is to improve the quality of the products that can compete in world markets, while the promotion strategy, the company issued a publication through print and electronic media that shows the quality of products and companies. Performance seen from the estimates that show all the variables (X-efficiency, exports, productivity and the concentration ratio of the two largest firms) made positive effect on rates of return (PCM). Variables that have the greatest influence improve performance (PCM) is the efficiency-X (XEFF) and exports (EX).
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA
Oleh NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN NURUL MAISARAH S FATHAN. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO). Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio konsentrasi, nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2003 sampai 2007. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja pertambangan non-migas dan untuk menganalisis kinerja pertambangan non-migas Indonesia menggunakan panel data fixed effect model. Struktur pasar yang terjadi pada pertambangan non-migas adalah oligopoli ketat terlihat dari rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar masing-masing barang tambang yaitu 93,08 persen. Hambatan masuk pasar dilihat dari rata-rata MES masing-masing barang tambang berada pada 77,94 persen berarti bahwa hambatan masuk untuk sektor ini tinggi. Perilaku pasar dapat terlihat dari strategi harga yang digunakan perusahaan adalah sebagai price takers karena harga yang berlaku dalam sektor pertambangan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Strategi produk yang digunakan para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar dunia, sedangkan strategi promosi, perusahaan mengeluarkan publikasi melalui media cetak maupun elektronik yang menunjukkan kualitas produk dan perusahaan. Kinerja sektor terlihat dari estimasi yang menunjukkan semua variabel (efisiensi-X, ekspor, produktivitas dan konsentrasi rasio dua perusahaan terbesar) berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan (PCM). Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar meningkatkan kinerja (PCM) adalah efisiensi-X (XEFF) dan ekspor (EX).
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Nurul Maisarah S Fathan
Nomor Induk Mahasiswa
: H14052099
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec. NIP.19610618 198609 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP.19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Februari 2010
Nurul Maisarah S Fathan H14052099
RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama lengkap Nurul Maisarah S Fathan lahir pada tanggal 11 November 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Syamsul AL Fathan dan Tuti Supriatini. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Chandra Indah bekasi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 67 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikir dan memperluas jaringan silaturrahmi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi setelah melalui masa Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi baik di dalam maupun di luar kampus IPB. Penulis aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama penulis menjabat sebagai staf Menteri Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB. Sejak 2005-sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB dan menjabat sebagai badan pengurus harian yaitu sekretaris tahun 2006-2007, ketua Departemen PSDM 2007-2008 dan bidang Penelitian dan pengembangan Kebudayaan 2008-2009. Di luar kampus penulis aktif sebagai anggota komunitas Kampung Bogor dan menjabat sebagai pengurus bidang kebudayaan Daya mahasiswa Sunda (DAMAS) pada tahun 2007-2009. Penulis pernah dinobatkan sebagai Duta Budaya 2008 Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pada tahun yang sama menerima beasiswa unggulan aktivis bidang kebudayaan dari DIKTI berupa studi banding ke Universitas Malaysia Sabah, Malaysia. Selain itu, pada tahun 2009 penulis bersama teman-teman Gentra Kaheman juga mendapat kesempatan dari Departemen Pendidikan Indonesia untuk mengadakan pagelaran kebudayaan dengan tema “Sparkling Indonesia” di University Sains Malaysia di Penang, Malaysia.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada : 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
11.
Kedua Orang Tua penulis, yaitu Papa H. Syamsul AL Fathan, Mama Tuti Supriatini, dan adik-adik penulis yaitu Muhammad Nurul Abdul Qadri S Fathan, Muhammad Nurul Habibi S Fathan dan Desi Dwiyanti serta keluarga besar Gunung Putri, terutama Bibi Eni S Munawar sebagai panutan hidup penulis dan keluarga besar Pondok Ranji atas do’a, semangat, keceriaan dan dorongan materi serta moral yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis. Dr. Ir. Arif Daryanto, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan saran maupun kritik dalam penyelesaian skripsi ini. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim dan Bapak Alla Asmara, M. Sc selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini. Haikal Abdurrohman Malik (ITK ‘40) atas do’a, motivasi, dukungan, semangat, pengalaman, kesabaran dan kasih sayang. Informan dari Indonesian Mining Association, Bapak Fori Hardika, dkk. Seluruh staf dan dosen departemen Ilmu Ekonomi yang banyak membantu penulis dalam kelancaran perkuliahan, seminar dan sidang. Teman-teman sebimbingan, yaitu Yuli Widyaningsih, Dhamar Kuncoro Dan Nugradiki Asariduan atas bantuan dan kerjasamanya. Teman-teman organisasi Gentra Kaheman, Beasiswa Unggulan Aktivis, daya Mahasiswa Sunda, dll. Khususnya Emma Pratiwi, Ajeng Trimaharini, Desmia Tri Sujianti, Abdal Permana, Mulyadi, Teh Dita, Teh Fini, Teh Resti, Kang Badi, A’yun, Amel, Mei, Poppy, Mas Edi, Dede Rosyana, Syahrul Rifa’i, Punjung Renjani, Teh Ela, Roy Rimansyah, Asep Zanuarsyah, Agus Heriyanto, Icank, Didie, Yogi, Hadi, Nunu, K’Amal, Dayat, Febi, Vina, Didot, Mba Zikra, Mba Vita, Mba Wulan, Dion, Lilis, Putri dan teman-teman UMS, USM dan Korea yang selalu member dukungan. Teman-teman Ilmu Ekonomi 42 dan kostan Fricy Nien Adji Fitriadini, Dina Nikmatina Ritonga, Riri Haerina Purnamasari, Wijayanti Tanjungsari, Rina Rachmawati Ruswandi, Istiana Mustika, Meikhal Saputra, Rian Novati Sandi, Suryarisman Pratama, Sundoro Ary, ahmad Wihono, Elby Julian Putra, Hendra, Dwi Maharani Purba, Khairani Putri, Echi, Rajiv, Joger, Aji, Murti, dll. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis. Tak lupa juga kepada Mba Rina yang membantu penulis dalam mengolah data penelitian. Teman-teman semasa SMA, Harini (Nene), Mega, IA, Dilah, Puji (Bebeh), Dede, Tika, Adisa, Iwang, Fadil, Imam dan yang lainnya yang selalu saling mendukung walaupun kita berbeda universitas dan daerah. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi yang tidak disebutkan satu per satu.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan NonMigas di Indonesia”. Pertambangan Non-Migas merupakan salah satu komoditi yang membanggakan di Indonesia. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2010
Nurul Maisarah S Fathan H14052099
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...............................................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi I.
II.
III.
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 4 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6 2.1 Tinjauan Teori ......................................................................................... 6 2.1.1 Pengertian Pertambangan ............................................................ 6 2.1.2 Batubara....................................................................................... 7 2.1.3 Bauksit ......................................................................................... 7 2.1.4 Granit ........................................................................................... 8 2.1.5 Emas dan Perak ........................................................................... 8 2.1.6 Nikel ............................................................................................ 9 2.1.7 Tembaga ...................................................................................... 10 2.1.8 Timah........................................................................................... 11 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 12 2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 13 2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis....................................................... 13 2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja ................... 13 2.3.1.1.1 Struktur ....................................................... 14 2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar ............................. 15 2.3.1.1.1.2 Konsentrasi ............................... 16 2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar ............ 16 2.3.1.1.2 Perilaku....................................................... 16 2.3.1.1.3 Kinerja ........................................................ 17 2.3.1.1.3.1 Efisiensi .................................... 17 2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi ................ 17 2.3.1.1.3.3 Keseimbangan Distribusi ......... 18 2.4 Kerangka Pemikiran Operasional............................................................ 18 2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 19 METODE PENELITIAN ................................................................................. 21 3.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 21 3.2 Metode Analisis Pengolahan Data .......................................................... 21
3.2.1
Analisis Struktur .......................................................................... 22 3.2.1.1 Pangsa Pasar .................................................................... 22 3.2.1.2 Rasio Konsentrasi ............................................................ 22 3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar ................................................... 23 3.2.2 Analisis Perilaku.......................................................................... 23 3.2.2.1 Strategi Harga .................................................................. 24 3.2.2.2 Strategi Produk dan Promosi ........................................... 24 3.2.3 Analisis Kinerja ........................................................................... 25 3.2.4 Analisis Panel Data ..................................................................... 26 3.2.4.1 Pendekatan Kuadrat Terkecil .......................................... 28 3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap .................................................... 29 3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak..................................................... 29 3.2.5 Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ........................ 30 3.2.5.1 Chow Test ........................................................................ 30 3.2.5.2 Hausman Test .................................................................. 31 3.2.6 Evaluasi Model ............................................................................ 32 3.2.6.1 Multikolinearitas ............................................................. 32 3.2.6.2 Autokorelasi .................................................................... 33 3.2.6.3 Heteroskedastisitas .......................................................... 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 35 4.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia .......................................................................... 35 4.1.1 Analisis Struktur Pasar Pertambangan Non-Migas ..................... 35 4.1.1.1 Analisis rasio Konsentrasi ............................................... 35 4.1.1.2 Analisis hambatan Masuk Sektor .................................... 36 4.1.2 Analisis Perilaku Pertambangan Non-Migas ............................. 38 4.1.2.1 Strategi Harga .................................................................. 38 4.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi ........................................... 39 4.1.3 Analisis Kinerja Pertambangan Non-Migas ................................ 40 4.2 Analisis Panel Data ................................................................................. 42 4.2.1 Indikator Kebaikan Model........................................................... 43 4.2.2 Hasil Estimasi .............................................................................. 45 V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 47 5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 47 5.2 Saran ........................................................................................................ 48 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 49 LAMPIRAN ............................................................................................................... 52
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Tipe-tipe Pasar ..................................................................................................... 15 4.1 Hasil estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) .......................... 43
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.1 1.2
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 ........................................................ 1 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia ......................................... 3
2.1
Barang Tambang Non-Migas ............................................................................ 12
2.2 2.3 3.1 4.1
Keterkaitan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja ............................................ 14 Skema Penelitian Operasional .......................................................................... 19 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ............................. 28 Konsentrasi Dua Perusahaan Terbesar Sektor Pertambangan Non-Migas di Indonesia ................................................................................... 36 Presentase Pangsa Pasar Perusahaan Terbesar Pertambangan Non-Migas Indonesia........................................................................................ 37 Price Cost Margin Pertambangan Non-Migas Indonesia ................................. 41 Efisiensi-X Pertambangan Non-Migas Indonesia ............................................ 42
4.2 4.3 4.4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tabel Hasil Poduksi Barang Tambang Non-Migas Indonesia ....................... 53 PCM : Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap Nilai Output ............... 54 Tabel Volume Penjualan Barang Tambang Non-Migas per Perusahaan per Tahun .................................................................................... 55 Tabel Presentase Pangsa Pasar per Perusahaan per Tahun ............................ 57 Efisiensi-X : Rasio Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap Nilai Input ...................................................................................................... 59 Produktivitas : Rasio Nilai Output terhadap Input Tenaga Kerja .................. 60 Nilai Ekspor Barang Tambang Non-Migas Indonesia ................................... 61 Output Eviews Hasil Estimasi model PCM ................................................... 62 Output Eviews hasil Uji Chow dan Uji Hausman ......................................... 63
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dalam perekonomian dan pembangunan, pertambangan merupakan salah
satu sektor yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertambangan merupakan sektor ekonomi yang telah berkembang sejak jaman kolonial dan sampai sekarang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia karena mampu berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam jumlah yang cukup besar. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa kontribusi pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 sebesar 11,14 persen yang merupakan penyumbang terbesar ke-empat dalam PDB nasional.
Agrobisnis 10%
Pertambangan dan Penggalian manufaktur
14%
8% 11% 6%
Listrik, gas dan air minum Bangunan jasa pariwisata pengangkutan dan komunikasi perkantoran
15% 27%
jasa-jasa
8% 1%
Sumber: BPS, 2008 (diolah)
Gambar 1.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 (persen).
Dengan situasi yang semakin kompetitif dan berubah sangat cepat, mendorong pertambangan untuk terus berproduksi dalam menyediakan barang modal, bahan baku dan bahan penolong bagi sektor-sektor lain baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini ditunjang dengan melimpahnya barang tambang di Indonesia. Penelitian ini memfokuskan pada barang tambang non-migas. Hal ini disebabkan oleh potensi barang tambang non-migas yang merupakan barang tambang potensial dalam jumlah yang cukup besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya, membuka usaha hingga membuka lahan untuk menggali potensi tersebut. Hal tersebut menyebabkan barang tambang non-migas layak menjadi objek dalam penelitian ini, serta masih sedikit penelitian dan berbagai potensi yang belum teroptimalkan dalam stuktur, perilaku dan kinerja sektor pertambangan non-migas di Indonesia. 1.2.
Perumusan Masalah Kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2005 yang berdampak pada
kenaikan inflasi sebesar 17,11 persen memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di berbagai sektor, termasuk juga didalamnya sektor pertambangan. Penerapan kebijakan dalam sektor ini akan berdampak pada proses produksi, distribusi hingga permintaan komoditi yang dihasilkan. Kegiatan ekspor sangat terkait erat dengan kinerja industri di dalam negeri. Dari sisi permintaan, permintaan pasar luar negeri untuk barang-barang tambang berkembang sangat pesat. Sementara dari sisi penawaran, pengadaan sarana dan prasarana pertambangan rendah serta aspek teknologi dan sumberdaya manusia
yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang hasil pertambangan yang lebih berdaya saing di pasar luar negeri sulit ditemukan. Untuk memperkuat daya saing, perlu adanya kerjasama dan didukung oleh kebijakan di bidang investasi yang dapat mendorong produksi untuk dapat bersaing di pasar internasional, karena modal merupakan hal terpenting bagi pelaku usaha di sektor pertambangan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian merupakan sektor penyumbang devisa terbesar kedua setelah pariwisata. Ekspor hasil barang tambang selama priode 2003 sampai 2007 mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 95,82% persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 333,98 % dengan nilai ekspor mencapai 8.310 juta dolar dan pada tahun 2007 nilai ekspor pertambangan mencapai 9.092 juta dolar atau naik 0,60% dari tahun 2006.
nilai ekspor (000 US$)
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 2003
2003.5
2004
2004.5
2005
2005.5
2006
2006.5
2007
Tahun
Sumber : Dirjen ESDM, 2007.
Gambar 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia Pertumbuhan nilai ekspor yang cukup tinggi ada tahun 2006 dipengaruhi oleh meningkatnya nilai hasil ekspor tambang bijih nikel sebesar 800% dan lonjakan nilai ekspor bijih tembaga sebesar 1.409%. Secara nominal, posisi nilai ekspor bijih nikel pada tahun 2007 mencapai 1,922 juta dolar dan nilai ekspor
bijih tembaga mencapai 5,793 juta dolar. Nilai ekspor bijih nikel mengalami kenaikan 60,3% sedangkan nilai ekspor bijih tembaga menurun 3,57% dari tahun sebelumnya (Charoen Pokphand Indonesia, 2007). Berdasarkan gambaran di atas, studi tentang struktur, perilaku dan kinerja pertambangan non migas di Indonesia perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana ketiga aspek tersebut saling mendukung dalam meningkatkan daya saing sektor pertambangan non-migas Indonesia, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia?
2.
Bagaimana
perilaku
perusahaan
pertambangan
non-migas
di
Indonesia? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia? 1.3
Tujuan Penelitian Sesuai perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia.
2. Menganalisis perilaku perusahaan pertambangan non-migas di Indonesia. 3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. 1.4
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai
regulator dalam menetapkan kebijakan yang mendukung kinerja pertambangan
Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha Industri pertambangan non-migas untuk meningkatkan kinerja Industri Indonesia di masa mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan informasi untuk peneitian-penelitian selanjutnya. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian meliputi struktur, perilaku dan kinerja industri
pertambangan
non-migas
Indonesia
ini
hanya
menganalisis
produksi
pertambangan menurut jenis barang dari katalog BPS : 1401 Statistik Indonesia.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.1
Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga
dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak, granit dan bijih mangaan. Tahapan
kegiatan
pertambangan
meliputi
Prospeksi,
Eksplorasi,
Eksploitasi dan Pemurnian atau Pengilangan. Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan bagian endapan bahan galian atau mineral berharga. Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar ratarata dan besarnya cadangan serta “studi kelayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. Eksploitasi adalah suatu kegiatan pertambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucuian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran. Sedangkan Pengolahan/pemurnian/pengilangan adalah suatu pekerjaan memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut yang dapat dilakukan dengan cara kimia (BPS, 2004).
2.1.2
Batubara Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari
tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.3
Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral
dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.4 Granit Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abuabu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.5 Emas dan Perak Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung
pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa dan lain-lain. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran dan lain-lain. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.6 Nikel Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai sektor logam. Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta
sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.7 Tembaga Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam sektor peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan sektor, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidangbidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi
tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan sektor yang berhubungan dengan larutan, sektor konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin sektor non elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007). 2.1.8 Timah Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain. Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun (Dirjen ESDM, 2007).
Batubara
Bauksit
Nikel
Emas dan Perak
Tembaga
Timah
Granit
Sumber : Dirjen ESDM, 2007.
Gambar 2.1 2.2
Barang tambang Non-Migas
Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukkan bahwa struktur pasar pada
industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel X-EFF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variable DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari sektor besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja Indonesia. Perilaku yang terjadi antara adalah strategi harga, produk dan promosi dan distribusi. Penelitian lain dilakukan oleh Winsih (2007) mengenai analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa faktor-faktor sektor manufaktur yang mempengaruhi kinerja sektor manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (X-EFF), produktivias (PROD), pertumbuhan nilai produksi (PROD), pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat perilaku pasar dalam sektor manufaktur melalui strategi harga, strategi produk, strategi promosi dan strategi distribusi dan perilaku pasar. 2.3
Kerangka Pemikiran
2.3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Dasar Paradigma Stucture Conduct Performance (SCP) atau Struktur Perilaku dan Kinerja dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard tahun 1939, mengemukakan bahwa struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan maupun kolusi antar produsen. Keragaan atau kinerja suatu industri diukur dari antara lain dari derajat inovasi, efisiensi dan proftabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Keterkaitan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja 2.3.1.1.1 Struktur Jaya (2001) mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi ukuran penting dalam mengamati variasi dan kinerja industri,, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar juga menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yang dapat dijelaskan yaitu pangsa pasar (market market share), share konsentrasi pasar (market market concertration) conc dan hambatan-hambatan hambatan untuk masuk pasar (barrier ( to entry).
2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar Pangsa pasar adalah pangsa dari penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Shepherd, 1990). Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tipe-tipe pasar yang digambarkan berdasarkan pangsa pasar perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 2.1. Tipe-tipe Pasar Tipe Pasar Monopoli murni Perusahaan yang dominan
Oligopoli ketat
Oligopoli longgar
Persaingan monopolistic
Persaingan murni
Sumber : Jaya, 2001
Kondisi Pasar Suatu pasar yang memiliki 100% pangsa pasar Suatu perusahaan yang yang memiliki 50-100% pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60100% kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40% atau kurang, kesepakatan diantara mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 % pangsa pasar Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun yang memiliki pangsa pasar yang berarti
Contoh PLN, TELKOM, PAM Surat kabar lokal atau nasional, film Kodak, batu baterai Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan
Pedagang eceran, penjual pakaian Sapi dan unggas
2.3.1.1.1.2 Konsentrasi Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan memperoleh sumberdaya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tariff dan kuota). Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive deadling). Kelima, berupa differensiasi produk. 2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis hambatan masuk pasar, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen, merupakan hambatan untuk ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, difesifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri. 2.3.1.1.2 Perilaku Perilaku menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar juga dalam kebijakan produk. Perilaku terbagi menjadi tiga
jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi. 2.3.1.1.3 Kinerja Menurut Jaya (2001), kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur perilaku. Menurut para ekonom, kinerja biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. 2.3.1.1.3.1 Efisiensi Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumberdaya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai output. 2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga.
2.3.1.1.3.3 Keseimbangan dalam Distribusi Menurut istilah ekonomi, keseimbangan dalam distribusi disebut dengan keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. 2.4
Kerangka Pemikiran Operasional Pertambangan di Indonesia merupakan sektor yang strategis karena
merupakan salah satu penggerak pembangunan dan tanpa sektor pertambangan, sektor lain sulit untuk berjalan. Eksistensi sektor ini harus mendapat perhatian agar pembangunan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang itulah menarik untuk menganalisa struktur, perilaku dan kinerja pertambangan di Indonesia. Pada alur kerangka operasional (Gambar 2.1) menggambarkan bentuk bagan alur yang saling berkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Kerangka pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct Performance (SCP), dimana suatu sektor tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja sektor itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu sektor mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada dialamnya, kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerjanya.
Gambar 2.3. Skema Penelitian Operasional 2.5
Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis dari kerangka analisis adalah sebagai berikut: 1.
Struktur pasar yang ada pada lapangan usaha pertambangan di Indonesia diduga berbentuk perusahaan dominan dominan dan diduga pula bahwa kinerja lapangan usaha pertambangan memiliki efisiensi serta perolehan tingkat keuntungan yang cukup tinggi.
2.
Mengenai hubungan antara struktur pasar pasar dan kinerja, diduga variabel struktur pasar (CR2 dan MES) berpengaruh positif terhadap rhadap PCM. Semakin banyak perusahaan maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh sektor.. Sementara tingkat konsentrasi berpengaruh negatif terhadap
persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat persaingan akan menurun dan sebaliknya. 3.
Faktor lain yang mempengaruhi keuntungan (PCM) yakni efisiensi-X diduga berpengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi produk karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan meningkat.
4.
Produktivitas diduga memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga kerja. Semakin tinggi nilai output maka akan meningkatkan nilai prodiktivitas suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukkan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.
5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. 6. Diduga ada perilaku-perilaku dari perusahaan dalam lapangan usaha pertambangan baik dalam strategi harga, produk, promosi dan distribusi yang menjelaskan hubungan yang terjadi antara struktur pasar dan kinerja.
III.
3.1
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu tahunan yaitu dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Untuk data barang tambang penulis hanya memasukkan barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan pusat Statistik yang tersedia sejak tahun 2003 sampai 2007 sedangkan barang tambang yang tidak menyediakan data lengkap pada periode tersebut tidak diikutsertakan dalam estimasi secara kuantitatif, sedangkan untuk data penjualan perusahaan penulis hanya memasukkan perusahaan yang telah ikut serta dalam survey yang dilakukan Indonesian Mining Association (IMA). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor. Data tersebut berasal dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral dan Indonesian Mining Asociation (IMA). 3.2
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku lapangan usaha pertambangan. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja lapangan usaha pertambangan dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengruhi kinerja lapangan usaha pertambangan Indonesia akan menggunakan
pendekatan panel data. Penelitian ini menggunakan bantuan Software Microsoft Office Excel 2007 dan E-Views 5. 3.2.1
Analisis Struktur
3.2.1.1 Pangsa Pasar Setiap Perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur Neo-Klasik landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.
100%
(3.1)
dimana: MSi = pangsa pasar perusahaan i (%) Si
= penjualan perusahaan i (rupiah)
Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) 3.2.1.2 Rasio Konsentrasi Tingkat Konsentrasi dapat dihitung melalui Consentration Ratio (CR). Tingkat Konsentrasi merupakan suatu variabel yang dapat diukur. Penggunaan CR dalam menjelaskan struktur pasar dilakukan agar konsisten dengan penjelasan hubungan struktur dan profitabilitas dimana CR menggambarkan struktur pasar pada hubungan tersebut. Rasio konsentrasi merupakan presentase dari total output lapangan usaha atau pendapatan penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total output lapangan usaha yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan di dalamnya. Semakin besar angka persentasenya
(mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi dari produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dengan demikian maka CRm dapat disimpulkan sebagai berikut:
∑ X 100%
(3.2)
dimana: CRm
= rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%)
MSi
= pangsa pasar perusahaan terbesar ke-i (%)
3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Salah satu cara yang paling efektif yang digunakan untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).
3.2.2
(3.3)
Analisis Perilaku Perilaku lapangan usaha pertambangan dianalisis secara deskriptif dengan
tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan-perusahaan. Perilaku menganalisis tingkah laku serta penerapan srategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang mencerminkan
perilaku sifatnya kulitatif yang sulit dikuantitatifkan. Elemen-elemen dalam perilaku antara lain dapat dijelaskan berikut ini: 3.2.2.1
Strategi Harga Strategi penetapan harga tergantung dari beberapa faktor produksi
terutama bahan baku. Dalam hal ini dapat dilihat bagaiman astrategi penetapan harga yang dilakukan oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat. Strategi penentuan harga penting dalam perilaku karena harga merupakan unsur yang menghasilkan pendapatan (revenue) bagi produsen. Harga juga merupakan unsur yang paling flexibel dimana unsur ini dapat berubah dengan cepat. 3.2.2.2
Strategi Produk dan Promosi Perusahaan–perusahaan akan melakukan strategi dalam mengeluarkan
produknya karena konsumen akan mempertibangkan tiga hal, yakni: nilai, biaya dan kepuasan. Dalam hal ini akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk. Selain strategi harga dan produk, terdapat pula kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi dalam menarik konsumen. Promosi merupakan suatu bagian yang penting dalam menjual produk dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan diri dan mendapatkan laba.
3.2.3
Analisis Kinerja Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis Price
Cost Margin (PCM). PCM ini digunakan sebagai indikator hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi
empat
perusahaan
terbesar,
nilai
efisiensi-X,
produktivitas,
pertumbuhan nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : PCM$% &' ( & ) ( &) * + ,--$% ( &. /012 ( &3 ( 4
(3.4)
dimana : PCMit
= rasio keuntungan industri pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%)
CR2it
= konsentrasi industri dari dua perusahaan terbesar pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%)
X-effit
= efisiensi-X pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%)
Prodit
= produktivitas pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%)
Exit
= nilai komoditi yang diekspor pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (rupiah)
β0
= intersep
βn
= slope masing-masing variabel bebas
εit
= simpangan/error pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t Penggunaan variabel PCM sebagai proxi dari keuntungan telah dilakukan
oleh Winsih (2007), PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan
sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan proxi nilai tambah yang diperoleh, artinya semakin tinggi nilai tambah, maka efisiensi kinerja industri tersebut dalam rangka meminimumkan biaya semakin besar sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM juga didefinisikan sebagai presentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut :
/
5 678 5 9
* 100%
(3.5)
Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukkan besarnya nilai kontribusi penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri. Efisiensi dan produktivitas sebagai variable independen yang mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006), variablevariabel yang dimasukkan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai output yang diperoleh, sedangkan produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan produktivitas dapat ditulis dalam persamaan berikut :
-:,;: + *
5 6
/012<=>?>@:
5
* 100%
5 9 5 6A BC
(3.6)
* 100%
(3.7)
3.2.4.Analisis Panel Data Dalam ekonometrika dikenal tiga bentuk data yaitu data deret waktu, (time series), data kerat lintang (cross section) dan data panel (pooled data). Data panel
merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis masalah yang tidak dapat diestimasi jika hanya menggunakan salah satunya saja. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya adalah seabagai berikut (Baltagi, 1995) : 1. Mampu mengontrol heterogenitas individu 2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variable, meningkatkan degree of freedom dan lebih efisien. 3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustment. 4. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni. 5. Dapat menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks. Dalam pengelolaan panel data ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pooled (OLS), fixed effect model (LSDV) dan random effect model (GLS). Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditunjukkan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Alur pengujian statisik untuk memilih model yang digunakan dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1.
POOLED LEAST SQUARE
Chow Test
FIXED EFFECT RANDOM
Hausman Test
EFFECT Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.4.1 Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) Model Pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu : Y$% E ( &X$% ( 4
%$(3.8)
dimana : Yit
= variable endogen pada unit industry (cross section) ke-i pada tahun ke-t
Xit
= peubah bebas ke-k pada unit industri
α
= intersep
β
= slope
i
= industri ke-i,
t
= periode tahun t
ε
= error/ simpangan
3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model) Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubahyang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu :
F E' ( &*G ∑) E H ( 4
(3.9)
dimana : Yit
= variable endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t
Xit
= peubah bebas pada unit industri
α0
= intersep model
αi
= intersep industry ke-i
Di
= variable dummy
β
= slope
i
= industri ke-i, t
ε
= error/ simpangan
= periode tahun t
3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model) Keputusan untuk memasulkan variable dummy akan menimbulkan konsekwensi (trade off). Penambahan variable dummy ini akan mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, hal inilah yang disebut sebagai model efek acak. Dalam model ini parameter-parameter antar daerah maupun antar waktu dimasukkan kedalam error. Oleh karena itu, model efek acak
sering disebut juaga model komponen error (error componen model). Bentuk model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:
Y$% E ( ∑ &* ( 4
(3.10)
4 < ( ? ( I
(3.11)
dimana : < ~KL0, N) O = komponen cross section error ? ~KL0, NP) O = komponen time series error I ~KL0, NQ) O = komponen error kombinasi Dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling berkorelasi. 3.2.5 Pemilihan model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.5.1 Chow Test Chow Test atau beberapa buku menyebutnya pengujian F Statistics adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Seperti kita ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section memiliki perilaku berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa berikut : H0 : Model Pooled Least Square H1 : Model Fixed Effect Dasar penolakan terhadap gipotesis nol adalah dengan menggunakan F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow :
RST
LUVV7UVV)O/LX7O UVV)/LXY7X7ZO
(3.11)
dimana : ESS1 = Residual Sum Square hasil Pendugaan model fixed effect ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel Penjelas Statistik Chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,
NT-N-K). jika nilai CHOW Statistics (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut seagai Chow Test yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter (stability test). 3.2.5.2 Hausman Test Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model. Seperti yang telah dijelaskan diatas, penggunaan fixed effect model mengadung suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variable dummy. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut ; H0
: Random Effect model
H1
: Fixed effect model Sebagai dasar penolakan hipotesis nol tersebut digunakan dengan
menggunakan pertimbangan Statistic Chi Square ([2) tabel. Hausman-test dapat dilakukan dengan bahasa pemprograman Eviews sebagai berikut : “jika hasil dari
hausman-test signifikan (probability dari Hausman < α) maka H0 ditolak, artinya fixed effect digunakan” : Statistic Hausman dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : L& + \O L'7 O7 L& + \O ] * ) L=O
(3.12)
dimana β adalah vektor untuk statistik variable fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect model dan M1 adalah matriks kovarian dugaan fixed effect model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari [2-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu juga sebaliknya. 3.2.6
Evaluasi Model
3.2.6.1 Multikolinearitas Indikasi mulikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya adalah : 1.
Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel.
2.
Standar error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang kepercayaan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar.
3.
Jika
multikolinearitasnya
tinggi
kemungkinan
menerima hipotesis yang salah menjadi besar.
probabilitas
untuk
4.
Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data.
5.
Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995). Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah melalui
correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari |0.80|, melalui correlation matrix ini dapat pula digunakan uji klien dalam mendeteksi multikolinearitas (Gujarati, 1995). Apabila terdapat nilai korelasi yang lebih dari |0.80|, maka menurut uji klien multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tidak lebih dari nilai Adjusted R-squared. Selain itu, Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga baik t statistic maupun F hitung menjadi signifikan. 3.2.6.2 Autokorelasi Autokorelasi adalah gejala adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autukorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Hal ini mengakibatkan hasil uji-t dan uji-F menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan (Gujarati, 1995). Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak autokorelasi adalah uji Durbin Watson Statistic (D-W). namun, karena di dalam pengujian DW ini terdapat kelemahan yaitu apabila nilai D-W jatuh pada daerah ragu-ragu
maka hasil uji tidak disimpulkan. Oleh karena itu digunakan pengujian lain, yaitu dengan menggunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test. Akan tetapi apabila kita gunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test maka jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata tertentu, maka persamaan ini tidak mengalami autokorelasi. Bila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari pada taraf nyata tertentu maka persamaan ini mengandung autokorelasi. 3.2.6.3 Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear klasik adalah varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka varian residual tidak lagi bersifat konstan disebut dengan heteroskedastisitas. Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang diamati terjadi heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan uji WhiteHeteroskedasticity. Apabila nilai probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata berarti terdapat gejala heteroskedastisitas pada model, namun bila nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Sektor Pertambangan Non-
Migas 4.1.1
Analisis Struktur Pasar Sektor Pertambangan Non-Migas Analisis struktur pasar pada sektor pertambangan non-migas di Indonesia
dapat diketahui dengan melihat rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2) masing-masing barang tambang dan besarnya hambatan masuk. Rasio Konsentrasi diperoleh dengan mengukur besarnya kontribusi penjualan dua perusahaan terbesar terhadap total penjualan, sedangkan hambatan masuk dapat diproksi berdasarkan presentase output perusahaan terbesar terhadap total output perusahaan di bidang pertambangan non-migas Indonesia. 4.1.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaanperusahaan “oligopolis” dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Untuk menganalisis struktur pasar pada pembahasan kali ini dengan menggunakan rasio konsentrasi. Pengukuran rasio konsentrasi dilakukan pada dua perusahaan terbesar (CR2) dalam lapangan usaha pertambangan non-migas di Indonesia. Pengelompokan dua perusahaan terbesar didasarkan pada output yang dihasilkan oleh dua perusahaan terbesar dalam lapangan usaha pertambangan. Rasio Konsentrasi diperoleh dengan mengukur besarnya kontribusi output yang dihasilkan oleh dua perusahaan terbesar terhadap total output lapangan usaha pertambangan non-migas.
Berdasarkan hasil anlisis pada lampiran 3, rata-rata rata rata rasio dua perusahaan terbesar (CR2) dalam sektor pertambangan non-migas migas selama periode 2003-2007 2003 adalah sebesar 93,08 persen. Jika dilihat dari rata-rata rata rata rasio dua perusahaan terbesar tiap barang tambang selama periode tersebut, tidak terdapat variasi struktur pasar yang terjadi dalam sektor pertambangan non-migas migas di Indonesia. Semua Sektor barang tambang memiliki rasio diatas 60 persen. Menurut Jaya (2001) menyatakan bahwa gabungan dua perusahaan terbesar terbesar yang memiliki rasio konsentrasi di atas 60 persen dikatakan memiliki struktur pasar oligopoli ketat, dimana kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relaif lebih mudah.
Presentase
100% 80% 2003 2004 2005 2006 2007
60% 40% 20% 0%
Barang Tambang Sumber : IMA, 2007 (diolah).
Gambar 4.1
Konsentrasi Dua Perusahaan Terbesar Terbes Sektor Pertambangan NonNon Migas Indonesia
4.1.1.2 Analisis Hambatan Masuk Sektor Hambatan masuk pasar merupakan segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru. Masuknya pendatang baru akan menimbulkan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, misalnya kapasitas yang menjadi bertambah, terjadinya perebutan pasar (market share)) serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada (Jaya, 2001). 2001).
Salah satu yang dapat menjadi hambatan masuk pasar adalah keberadaan perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam sebuah sektor. sektor Ini dapat dilihat dari MES. Nilai MES diperoleh dari presentase output perusahaan terbesar terhadap total output sektor pertambangan non-migas. migas. Tingginya MES dapat menjadi peghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu sektor.
Presentase
100% 80%
2003
60%
2004
40%
2005
20%
2006
0%
2007
Barang Tambang Sumber : IMA, 2007 (diolah).
Gambar 4.2
Presentase Pangsa Pasar Perusahaan Terbesar Sektor Pertambangan Non-Migas Migas Indonesia
Berdasarkan erdasarkan hasil analisis, didapat hasil rata-rata rata rata MES dalam sektor pertambangan non-migas migas Indonesia pada tahun 2003 sampai tahun 2007 sebesar 77,94 persen (Lampiran 4). Jika dilihat dari rata-rata rata rata pangsa pasar perusahaan terbesar tiap barang tambang selama selama periode tersebut, tidak terdapat variasi struktur pasar yang terjadi dalam sektor pertambangan non-migas migas di Indonesia. Semua Sektor barang tambang memiliki rasio diatas 10 persen. Menurut Comanor dan Wilson (1967) dalam Alistair (2004), MES yang lebih besar sar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu sektor.. Nilai MES yang tinggi tersebut dapat menjadi penghalang bagi masuknya perusahaan baru ke dalam pasar sektor pertambangan di Indonesia. menurut Umar (2000) ada beberapa faktor yang yang bisa menghambat masuknya
pendatang baru ke dalam suatu sektor, yaitu skala ekonomi, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan peraturan pemerintah. 4.1.2
Analisis Perilaku Sektor dalam Sektor Pertambangan Non-Migas Perilaku perusahaan di pasar merupakan kebijakan perusahaan tentang
produk dan jasa dari barang yang dijual tersebut sebagai akibat dari struktur pasar yang dihadapinya, termasuk didalamnya kemungkinan adanya perubahan kebijakan yang dibuat sebagai reaksi terhadap kebijakan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing,. Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar dalam lapangan usaha pertambangan non-migas di Indonesia adalah bersifat oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku yang dilakukan oleh para pelaku sektor pada sektor pertambangan non-migas di Indonesia. perilaku yang dilakukan tersebut antara lain adalah strategi harga, produk, promosi, disribusi, dan perilaku kolusi. 4.1.2.1 Strategi Harga Pada umumnya strategi dalam penentuan harga dimiliki oleh setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu sektor. Pada sektor pertambangan nonmigas perusahaan bersifat “price takers”, harga produk yang ditetapkan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Adanya penetapan harga tersebut maka produsen harus bersaing secara sehat. Berdasrkan hasil analisis struktur pasar (MES) dikatakan bahwa di dalam indusri pertambangan non-migas terdapat perusahaan yang mendominasi pasar. Dengan adanya perusahaan dominan tersebut hal ini akan menyebabkan
perusahaan lain tidak bisa menentukan harga melainkan hanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang dominan tersebut, karena jika menetapkan harga yang lebih tinggi maka perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen. Perusahaan dominan juga dapat melakukan pemotongan harga bagi pelanggan baru atau konsumen yang membeli dalam jumlah yang sangan besar. 4.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi Keistimewaan yang dimiliki oleh barang yang diproduksi oleh perusahaan oligopoli merupakan sumber lain yang dapat menghambat new entry. Pada strategi harga yang menjadi pokok permasalahan hanyalah perusahaan yang menaikkan, menurunkan atau bahkan tidak merubah harga, maka strategi produk dan promosi mencakup banyak alternatif yang tersedia. Strategi produk yang dilakukan perusahaan dominan pada sektor pertambangan non-migas dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah peningkatan mutu melalui pengembangan kualitas produk yang sesuai dengan Standar Internasional, melakukan inovasi, menciptakan produk baru (desain produk) serta memberikan ketersediaan produk dalam jumlah yang cukup. Setiap alternatif strategi produk akan dapat menimbulkan reaksi yang bermacammacam dari perusahaan pesaing, namun seringkali reaksi perusahaan pesaing akan timbul lebih lama bila dibandingkan dengan strategi harga sehingga jarang dapat membalas dengan cepat. Persaingan akan berjalan sempurna apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan yang lain, sehingga perusahaan dalam sebuah sektor harus dapat membedakan produknya dari produk pesaing untuk merebut pasar. Dengan adanya diferensiasi produk, persaingan akan menjadi tidak efektif karena
perbandingan produk yang satu dengan yang lainnya menjadi sulit untuk dilakukan karena berbeda. Diferensiasi produk sangat erat kaitannya dengan kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan penjualannya. Promosi produk dilakukan oleh produsen yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada para konsumen tentang adanya suatu produk di pasar, untuk meningkatkan penjualan serta untuk merebut pangsa pasar dari produsen lain. Strategi promosi dalam sektor pertambangan non-migas dapat dilakukan melalui advertensi di berbagai media seperti media elektronik (televisi dan internet) dan media cetak (majalah dan koran), free samples, pelayanan yang lebih baik dan lain-lain. 4.1.3
Analisis Kinerja Sektor Pertambangan Non-Migas Kinerja suatu sektor mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar
terhadap harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan dapat dilihat melalui Price Cost Margin (PCM) dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X (X-eff). Nilai PCM dalam sektor pertambangan non-migas merupakan presentase nilai tambah menurut faktor produksi dikurangi upah total terhadap nilai output. Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 2 diketahui bahwa selama periode 20032007 rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh sektor perambangan non-migas mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh tersebut adalah sebesar 73,07 persen. Tingkat keuntungan terbesar yang diperoleh selama perode tersebut adalah sebesar 78,09 persen pada tahun 2005, hal ini disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak yang berdampak pada nilai
tambah yang meningkat sebesar 37 persen yang diperoleh namun upah total yang dibagikan tidak bergerak secara signifikan walaupun jumlah output meningkat. Pada tahun 2006 upah total baru terkena dampak kenaikan harga minyak dunia karena para pekerja menuntut kenaikan upah. 80.0 78.1
78.0 76.0
74.5
74.0 72.0
71.9
71.9 Rata-rata
70.0 68.0
68.9
66.0 64.0 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber : BPS, 2007 (diolah).
Gambar 4.3 Price Cost Margin Pertambangan Non-Migas Indonesia Peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan nilai tambah,dengan nilai tukar harga pasar yang meningkat yang didapat dalam proses penjualan sehingga meskipun nilai output stabil pada periode tersebut tetapi pendapatan penjualan yang didapat lebih besar sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2006 sampai 2007 tingkat keuntungan tersebut mengalami penurunan karena nilai output lebih besar sedangkan nilai tambah cenderung menurun. Pengukuran X-EFF diperoleh dari perbandingan nilai tambah dengan nlai input dalam sektor pertambangan non-migas. Pada lampiran 5 dapat dilihat X-eff pada lapangan usaha pertambangan non-migas tahun 2003 sampai 2007 cenderung menurun dengan rata-rata sebesar 3,56 persen. Nilai X-eff tertinggi pada sektor pertambangan non-migas berada pada tahun 2005 sebesar 4,31 persen. Nilai
X-eff
tersebut
mencerminkan
kekurang
mampuan
sektor
untuk
meminimumkan biaya input (faktor produksi dan tenaga kerja) yang digunakan untuk proses produksi, artinya perusahaan belum dikelola dengan baik. 4.50
4.31
4.00
3.93 3.60
3.50
3.07
3.00
2.88
Rata-rata
2.50 2.00 1.50 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber : BPS, 2007 (diolah).
Gambar 4.4 4.2
Efisiensi-X Sektor Pertambangan Non-Migas Indonesia
Analisis Panel Data Analisis panel data digunakan untuk melihat factor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dalam lapangan usaha pertambangan non-migas. Estimasi ini dilakukan dengan menggunakan program eviews 5 dan metode panel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model efek tetap (fixed effect model). Pemilihan model efek tetap ini dimaksudkan untuk melihat heterogenitas tiap individu dari barang tambang, membiarkan intersep bervariasi antar individu dan perbedaan nilai konstanta diasumsikan sebagai perbedaan antar unit individu. Dasar statistik pemilihan model efek tetap yang digunakan untuk mengestimasi PCM yaitu Uji Chow. Berdasarkan Uji Chow maka didapatkan nilai statistik 6,99 dengan nilai probabilitas (P-Value) sebesar 0,0002 yang berarti kita tolak hipotesis untuk memilih model Pooled Least Square. Hasil Uji Hausman yang dilakukan tidak dapat digunakan karena standar error dianggap tidak konsisten dengan asumsi perhitungan varian Uji Hausman yang disebabkan varian cross section-nya invalid sehingga nilai statistik Hausman 0,000. Berdasarkan
hasil pengujian tersebut maka model efek tetap digunakan untuk mengestimasi PCM. Hasil estimasi dengan mengguanakan model efek tetap dijelaskan dalam tabel 4.1. 4.2.1
Indikator Kebaikan Model Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh dari tabel 5.1, menurut Gujarati
(1995), model ekonometrika yang baik harus memnuhi kriteria ekonometrika dan kriteria statistik. Berdasarkan kriteria ekonometrika, model harus sesuai dengan asumsi klasik yang artinya harus terbebas dari gejala multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Kesesuaian model dengan kriteria statistik dilihat dari hasil uji koefisiensi determinasi (R2), uji F dan uji t. Tabel 4.1. Variabel Konstanta
Hasil estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) Koefisien
t-hitung
Probabilitas
Keterangan
-8.007348
0.649895
0.0000
signifikan
CR 2
0.244667
4.843647
0.0001
signifikan
X-eff
3.287937
9.580687
0.0000
signifikan
LnProd
0.952141
4.843647
0.0001
signifikan
LnEx
3.418840
4.696220
0.0001
signifikan
R-squared
96% F -statistik
Adj R-Square
95% Prob ( F -statistik)
Durbin- Watson Stat Sumber : Lampiran 2,3,5,6 dan 7 (diolah).
2.019599
64.94861 0.0000
Nilai R-Square (R2) atau koefisien determinasi sebesar 0,96 menunjukkan bahwa 96 persen keragaman PCM pada lapangan usaha pertambangan non-migas dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya (CR2, X-eff, PROD dan EX), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini diperkuat dengan probabilitas F-statistik yang signifikan pada tingkat α = 10 persen yaitu sebesar 0,00 yang berarti bahwa minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Untuk uji signifikasi individu (uji-t) maka menggunakan t-statistik dengan taraf nyata α = 10 persen yang memiliki t kritis sebesar 1,64 dan membandingkan dengan nilai mutlak t-statistik
dari hasil
estimasi fungsi PCM. Indikasi multikolinearitas tercermin dengan melihat hasil probabilitas tstatistik dalam regresi. Model pada tabel 4.1 menunjukkan tidak teradapat multikolinearitas. Berdasarkan hasil estimasi PCM tidak ada variabel yang tidak signifikan pada tarat nyata 10 persen. Kriteria ekonometrika kedua adalah Autokolerasi, pada tabel 5.1 tidak ditemukan adanya autokorelasi dimana nilai Durbin Watson, 2
4.2.2
Hasil Estimasi Berdasarkan hasil estimasi model PCM yang diperoleh, variabel bebas X-
eff, PROD, EX dan CR2 berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen (α = 0,10) terhadap PCM. Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan (PCM) pada lapangan usaha pertambangan non-migas di Indonesia. Nilai koefisien dapat dilihat pada tabel 5.1. Untuk variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam meningkatkan kinerja (PCM) adalah efisiensi-X (X-eff) dan ekspor (EX). Nilai koefisien efisiensi-X (X-eff) signifikan pada taraf nyata 10 persen dengan nilai koefisien sebesar 3,28 menunjukkan bahwa setiap peningkatan efisiensi-X sebesar satu persen, maka tingkat keuntungan yang dihasilkan akan meningkat sebesar 3,28 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin efisien suatu perusahaan maka memungkinkan perusahaan tersebut untuk memproduksi sebuah produk dengan sumber daya yang lebih sedikit atau sama, karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang akan lebih murah. Dengan adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat. Produktivitas (PROD) signifikan pada taraf nyata 10 persen dengan nilai koefisien sebesar 0,95 menunjukkan bahwa setiap peningkatan produktivitas sebesar satu persen maka tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh lapangan usaha pertambangan non-migas akan meningkat sebesar 0,95 persen. Hal ini berarti bahwa produktivitas yang meningkat menunjukkan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
Volume koefisien ekspor (EX) signifikan terhadap PCM pada taraf nyata 10 persen dengan nilai koefisien 3,41 menunjukkan bahwa setiap peingkatan ekspor sebesar satu persen, maka tingkat keuntungan yang dihasilkan akan meningkat sebesar 3,41 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan keuntungan lapangan usaha pertambangan non-migas, karena bahan baku yang tersedia di dalam negeri mencukupi untuk kegiatan produksi maka komponen bahan baku yang digunakan pada sektor pertambangan non-migas menjadi lebih murah. Oleh karena itu peningkatan ekspor berpengaruh signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh sektor. Variabel CR2 signifikan terhadap peningkatan PCM pada taraf nyata 10 persen (α=0,10). Hal ini disebabkan semakin banyak perusahaan yang masuk ke dalam pasar maka keuntungan yang diperoleh akan semakin meningkat karena semakin banyak yang besar keuntungan yang diperoleh sektor. Sehingga peningkatan CR2 berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan dan peningkatan kinerja dalam lapangan usaha pertambangan non-migas.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap sektor pertambangan non-migas di
Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu : 1.
Berdasarkan hasil analisis Structure Conduct Performance didapatkan bahwa sektor pertambangan non-migas mempunyai struktur oligopoli, dimana tingkat oligopolinya seragam pada oligopoli ketat. Dari segi kinerja sektor pertambangan non-migas dapat dilihat dari margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) dan nilai efisiensi-X (X-EFF). Perilaku pasar dalam sektor pertambangan non-migas dapat dilihat dari strategi harga yang menunjukkan bahwa perusahaan dalam sektor ini berperan sebagai price takers dari harga kesepakatan penjual dan pembeli dunia, strategi produk dan promosi yang dapat dilihat dari publikasi yang dikeluarkan masing-masing perusahaan yang mencakup keunggulan kualitas produk dan perusahaan, dan strategi distribusi yang terjadi dengan adanya kesepakatan antara produsen dan konsumen.
2.
Berdasarkan hasil analisis panel data dengan menggunakan uji Chow dan Hausman, pemilihan model penelitian ini adalah dengan menggunakan model efek tetap (Fixed Effect Model). Pemilihan model efek tetap ini digunakan untuk mengesimasi PCM. Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja (PCM) adalah efisiensi–X
(X-EFF) dan ekspor (EX). Selain itu variabel konsentrasi dua perusahaan terbesar
dan
produktivitas
juga
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan keuntungan. 5.2
Saran Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat dituliskan untuk peningkatan kinerja sektor pertambangan non-migas Indonesia sebagai berikut: 1.
Bagi para produsen dalam sektor pertambangan non-migas di Indonesia harus dapat meningkatkan mutu produk dengan menggunakan mesin berteknologi tinggi agar dapat lebih berdaya saing di pasar internasional dengan meningkatkan nilai tambah menurut harga pasar dunia dan dapat melakukan penjualan ekspor yang lebih tinggi lagi agar tingkat keuntungan bagi Indonesia meningkat.
2.
Saran untuk penelitian selanjutnya, perlu menganalisis daya saing sektor pertambangan non-migas di Indonesia karena sudah menjadi prioritas utama pembangunan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Alistair, A. 2004. Analisis Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja pada Industri Tepung Terigu di Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli Bulog [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. IPB, Bogor. Andiani, I. 2006. Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Susu di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2003/2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. -----------------------------2005. Statistik Indonesia 2004/2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. -----------------------------2006. Statistik Indonesia 2005/2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ------------------------------2008. Laporan Perekonomian Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik, Jakarta. ------------------------------2008. Indikator Ekonomi. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bain, Joe S. 1956. Barriers to New Competition. Harvard University Press, Cambridge. Baltagi, H. B. 1995. Econometric Analysis of Panel Data. Biddles Ltd, Great Britain. Charoen Pokphand Indonesia. 2007. Analisis Ekonomi Mingguan IV - April 2007. Economic & Business Research, page : 1.
Djojodipuro, M. 1994. Pengantar Ekonomi untuk Perencanaan. UI-Press, Jakarta. Greer, D. F. 1992. Industrial Organization and Public Policy Third Edition. Macmillan Publishing Company, Singapore. Gujarati, D. N. 1995. Basic Econometrics 3rd Edition. McGraww-Hill International Edition. New York. Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan Regulasi. LP3ES, Jakarta. Indonesian Mining Association dan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia. 2009. Mine Indonesia 2008* Tinjauan Tahunan Atas Trend Industri Pertambangan Indonesia. PricewaterhouseCoopers, Jakarta. Jaya, W. K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Ke-2. BPFE, Yogyakarta. Keraf, A. Sonny, Priyo Pribadi Sumarno, dan Ryad Chairil. Januari-Februari 2009. “UU Minerba : Nasionalisasi dan Privatisasi”. Newsletter Indonesian Mining Association – IMA: 9-25. Pusat Data dan Informasi. 2007. Data Warehouse ESDM. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. Puspasari, C. 2006. Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Mie Instan di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Safitri, S. 2006. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Shepherd, W. G. 1997. The Economics of Industrial Organization. Fourth Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Sigit,
Soetaryo.
1992.
Pengantar
Pertambangan
Indonesia.
Asosiasi
Pertambangan Indonesia, Jakarta. Waldman, Don E. dan Elizabeth J. Jensen. 2007. Industrial Organization; Theory and Practice, Third Edition. Pearson Education, London. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winsih. 2007. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur di Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Menejemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel hasil Produksi Barang Tambang Non-Migas indonesia Jenis Barang
satuan
Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga
m.ton m.ton m.ton m.ton kg m.ton
Sumber: BPS, 2007
2003 71 695 114 610 123 1 262 705 4 395 429 426 224 3 238 306
2004 70 338 126 850 806 1 330 827 4 118 980 355 376 2 810 333
2005 78 404 146 842 665 1 273 734 3 390 849 471 954 3 553 808
2006 80 933 180 753 1 502 4 354 409 527 2 223 678
2007 58 086 139 130 1 251 7 113 386 818 2 814 952
Lampiran 2 PCM : nilai tambah menurut harga pasar terhadap nilai output (persen)
Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit Rata-rata Sumber: BPS, 2007
2003
2004
2005
87.23 66.02 44.39 92.77 68.48 56.96 66.47 68.90
86.75 75.14 49.81 88.98 75.00 59.14 68.80 71.95
86.01 76.35 62.44 82.52 81.90 88.60 68.80 78.09
2006 85.02 72.92 72.92 72.93 72.92 72.92 71.97 74.51
2007 83.23 72.92 57.39 80.94 74.57 70.27 63.86 71.88
Rata-rata 85.65 72.67 57.39 83.63 74.57 69.58 67.98 73.07
Lampiran 3 Tabel volume penjualan barang tambang per perusahaan per tahun Batubara (juta ton) nama perusahaan Adaro Energy Tbk Arutmin Indonesia Kaltim Prima Coal Kideco Coal Bukit Asam Tbk
2003
2004
2005
2006
16 610
14 520 21 380
26 298 16 870 27 530
9 434
9 675
9 916
2007
34 720 15 100 34 900 18 900 10 900
37 550 15 680 39 720 22 000 12 800
Bauksit (juta ton) nama perusahaan
2004
2005
2006
1 326 559
1 039 380
1 536 542
2004
2005
2006
1 093 965
1 326 559
1 039 380
1 536 542
nama perusahaan
2003
2004
2005
2006
2007
Aneka Tambang Tbk International Nickel Ind
3 239 598 71 521
3 907 042 72 484
3 688 477 76 113
4 309 134 71 713
6 907 459 76 657
Aneka tambang Tbk
2003 1 093 965
2007 964 282
Timah (juta ton) nama perusahaan Aneka tambang Tbk
2003
2007 964 282
Bijih Nikel (juta ton)
Granit (juta ton) nama perusahaan karimun Granite
2003
2004
2005
2006
2007
3 279 660
3 498 873
3 856 074
5 160 623
684 948
Tembaga (juta ton) nama perusahaan Freeport Indonesia Newmont Nusa Tenggara Rio Tinto
2003
2004
2005
2006
721 054 287 442 23 514
512 948 323 575 19 312
784 732 270 046 18 844
611 532 204 649 17 989
2004
2005
2007 581 899 203 653 16 718
Emas dan Perak (juta Kg) nama perusahaan Aneka Tambang Tbk Avocet Bolaang Mongodouw Freeport Indonesia Galuh Cempaka Indo Muro Kencana Kelian Equatorial Mining Newmont Minahasa Raya Newmont Nusa Tenggara Nusa Halmahera Minerals
2003 28 707
6 942
284 458
193 616
22 895 2 892 60 284 1 171
13 245 2 064 69 949 12 729
2006
2007
10 011 357 328 467 4 2 626 2 815
9 556 1 900 225 974 15 9 543
31 968 2 420 248 566
67 343 11 269
63 804 18 528
68 635 24 462
11 636
Tabel CR2 Perusahaan Barang Tambang Non-Migas Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit Rata-rata
2003
2004
2005
2006
2007
100% 100% 100% 100% 100% 64% 79% 67% 61% 60% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 86% 88% 94% 88% 82% 98% 98% 98% 98% 98% 100% 100% 100% 100% 100% 92.54% 94.97% 94.02% 92.43% 91.45%
Sumber: IMA, 2007 (diolah).
Rata-rata 100.00% 66.12% 100.00% 100.00% 87.56% 97.89% 100.00% 93.08%
Lampiran 4 Tabel presentase pangsa pasar per perusahaan per tahun Batubara nama perusahaan Adaro Energy Tbk Arutmin Indonesia Kaltim Prima Coal Kideco Coal Bukit Asam Tbk
2003
2004
2005
2006
2007
0.00% 0.00% 63.78% 0.00% 36.22%
0.00% 31.86% 46.91% 0.00% 21.23%
32.62% 20.93% 34.15% 0.00% 12.30%
30.32% 13.19% 30.48% 16.50% 9.52%
29.39% 12.27% 31.09% 17.22% 10.02%
2003
2004
2005
2006
2007
Bauksit nama perusahaan Aneka tambang Tbk
100%
100%
100%
100%
100%
Timah nama perusahaan Koba Tin Timah Tbk
2003
2004
2005
2006
2007
39.60% 60.40%
43.76% 56.24%
38.55% 61.45%
33.76% 66.24%
9.08% 90.92%
2003
2004
2005
2006
2007
97.84% 2.16%
98.18% 1.82%
Bijih Nikel nama perusahaan Aneka Tambang Tbk International Nickel Ind
97.98% 2.02%
98.36% 1.64%
98.90% 1.10%
Granit nama perusahaan Karimun Granite
2003 100%
2004 100%
2005 100%
2006 100%
2007 100%
Tembaga nama perusahaan Freeport Indonesia Newmont Nusa Tenggara Rio Tinto
2003
2004
2005
2006
2007
69.87% 27.85% 2.28%
59.94% 37.81% 2.26%
73.09% 25.15% 1.76%
73.31% 24.53% 2.16%
72.53% 25.38% 2.08%
2003
2004
2005
2006
2007
Emas dan Perak nama perusahaan Aneka Tambang Tbk Avocet Bolaang Mongodouw Freeport Indonesia Galuh Cempaka Indo Muro Kencana Kelian Equatorial Mining Newmont Minahasa Raya Newmont Nusa Tenggara Nusa Halmahera Minerals
7.17%
2.33%
2.37%
2.90%
8.25%
0.00% 71.04% 0.00% 0.00% 5.72% 0.72% 15.06% 0.29%
0.00% 64.85% 0.00% 0.00% 4.44% 0.69% 23.43% 4.26%
0.08% 77.67% 0.00% 0.62% 0.67% 0.00% 15.92% 2.66%
0.58% 68.62% 0.00% 2.90% 0.00% 0.00% 19.37% 5.63%
0.62% 64.12% 0.00% 3.00% 0.00% 0.00% 17.70% 6.31%
MES : Hambatan Masuk bagi Perusahaan Baru Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit Rata-rata
2003 60.40% 63.78% 100.00% 97.84% 71.04% 69.87% 100.00% 80.42%
Sumber: IMA, 2007 (diolah).
2004 56.24% 46.91% 100.00% 98.18% 64.85% 59.94% 100.00% 75.16%
2005
2006
2007
61.45% 66.24% 90.92% 34.15% 30.48% 31.09% 100.00% 100.00% 100.00% 97.98% 98.36% 98.90% 77.67% 68.62% 64.12% 73.09% 73.31% 72.53% 100.00% 100.00% 100.00% 77.76% 76.71% 79.65%
Rata-rata 67.05% 41.28% 100.00% 98.25% 69.26% 69.75% 100.00% 77.94%
Lampiran 5 X-eff : rasio Nilai tambah menurut harga pasar terhadap nilai Input Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit Rata-rata
2003
2004
2005
2006
6.774 1.940 0.783 12.562 2.159 1.322 1.977 3.93
6.510 3.015 0.972 8.070 2.999 1.444 2.199 3.60
6.117 3.225 1.655 4.718 4.523 7.761 2.198 4.31
5.637 2.689 2.617 2.684 2.675 2.693 2.556 3.08
2007
Rata-rata
4.933 2.689 1.327 4.230 2.912 2.363 1.761 2.89
5.994 2.712 1.471 6.453 3.053 3.117 2.138 3.563
2006
2007
Sumber: BPS, 2007 (diolah)
Nilai Tambah menurut Harga Pasar (jutaan Rupiah) Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit
2003 2 726 421 16 592 965 51 956 3 878 870 6 029 943 9 406 422 114 672
2004 2 885 839 21 442 081 61 476 3 772 434 10 664 343 8 752 776 136 591
2005 3 069 595 39 158 751 113 332 8 717 514 14 440 718 44 394 838 145 656
3 045 222 38 372 940 200 590 7 070 147 9 922 550 38 098 645 159 861
2 416 852 42 306 244 93 628 14 442 497 8 698 460 35 775 436 56 347
Nilai Input (jutaan Rupiah) Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit
2003 402 486 8 555 218 66 395 308 772 2 793 509 7 114 333 57 993
2004 443 262 7 111 035 63 253 467 465 3 555 491 6 059 675 62 126
2005 501 834 12 141 885 68 466 1 847 658 3 192 686 5 719 887 66 263
2006 540 245 14 270 839 76 660 2 634 244 3 709 821 14 149 180 62 536
2007 489 914 15 733 629 70 539 3 414 236 2 987 324 15 137 309 32 000
Lampiran 6 Produktivitas : Rasio Nilai Output terhadap Nilai Input Tenaga Kerja Jenis Barang
2003
Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit Rata-Rata
946 1 640 90 659 475 2 710 1 142 1 095
2004
2005
2006
2007
1 331 1 862 95 19 999 76 450 1 326 1 029 14 584
1 440 3 375 632 15 071 52 479 6 949 967 11 559
1 018 2 402 126 987 538 24 820 805 4 385
1 019 2 402 126 987 538 24 822 802 4 385
Rata-rata 1 151 2 336 214 7 541 26 096 12 125 949 7 202
Sumber: BPS, 2007 (diolah).
Nilai Output (jutaan Rupiah) Jenis Barang Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit
2003 3 125 603 25 132 856 117 053 4 181 300 8 804 923 16 514 661 172 514
2004 3 326 602 28 537 789 123 432 4 239 687 14 219 648 14 801 287 198 524
2005
2006
3 568 950 51 285 439 181 511 10 564 471 17 633 068 50 107 514 211 700
3 581 950 52 621 868 275 074 9 694 572 13 607 066 52 245 720 222 121
2007 2 903 915 58 015 716 162 520 17 818 686 11 664 093 50 910 694 88 237
Nilai Input Tenaga Kerja (jutaan Rupiah) Jenis Barang
Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas & perak Tembaga Granit
2003
3 304 15 327 1 298 6 342 18 530 6 093 151
2004
2 500 15 327 1 298 212 186 11 164 193
2005
2 479 15 197 287 701 336 7 211 219
2006
3 517 21 911 2 176 9 819 25 305 2 105 276
2007
2 851 24 157 1 286 18 047 21 691 2 051 110
Lampiran 7 Nilai Ekspor (jutaan rupiah) Jenis Barang
Timah Batubara Bauksit bijih nikel emas dan perak Tembaga Granit Rata-rata
2003
2004
313 447 2 119 12 089 78 297 372 960 555 535 16 029 192 925
324 081 2 329 13 708 56 514 395 793 971 813 22 263 255 214
Sumber: Departemen ESDM, 2007
2005
2006
2007
363 376 3 571 20 670 133 258 491 271 383 822 23 695 202 809
309 042 4 865 21 744 1 199 439 956 743 5 793 616 25 376 1 187 261
320 398 5 169 13 917 1 922 678 1 242 538 5 576 198 11 131 1 298 861
Rata-rata
326 069 3 611 16 426 678 037 691 861 2 656 197 19 699 627 414
Lampiran 8 : Output Eviews Hasil Estimasi model PCM Dependent Variable: PCM? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Sample: 2003 2007 Included observations: 5 Cross-sections included: 7 Total pool (balanced) observations: 35 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
X-EFF?
3.287937
0.343184
9.580687
0.0000
PROD?
0.952141
0.163088
5.838219
0.0000
EX?
3.418840
0.727998
4.696220
0.0001
CR2?
0.244667
0.050513
4.843647
0.0001
C
-8.007348
12.32099
-0.649895
0.5219
Fixed Effects (Cross) _TIMAH--C
-1.289890
_BTBR--C
20.13577
_BAUKSIT--C
-2.213680
_BJHIKEL--C
-4.831652
_EMSPRK--C
-2.709200
_TEMBAGA--C
-13.20199
_GRANIT--C
4.110648 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared
0.964365
Mean dependent var
130.0618
Adjusted R-squared
0.949516
S.D. dependent var
75.08467
S.E. of regression
3.833554
Sum squared resid
352.7073
F-statistic
64.94861
Durbin-Watson stat
2.019599
Prob(F-statistic)
0.000000 Unweighted Statistics
R-squared
0.958789
Mean dependent var
73.06686
Sum squared resid
407.8942
Durbin-Watson stat
1.705350
Sumber: Lampiran 2,3,5,6 dan 7 (diolah).
Lampiran 9 Output Eviews hasil Uji Chow dan Uji Hausman 1. UJI CHOW H0 : PLS H1 : FIXED Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Prob.
Cross-section F
6.996135
(6,24)
0.0002
pada output uji chow diatas nilai p < alpha 10% maka tolak H0 artinya model yang cocok adalah FIXED. 2. Uji Hausman H0 : Random H1 : Fixed Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. 0.000000
4
Prob. 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero. ** Warning: robust standard errors may not be consistent with assumptions of Hausman test variance calculation.