ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA
Oleh ANDI ARDIANSYAH H14102053
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
ANDI ARDIANSYAH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pada Industri Sepeda Motor di Indonesia. Di bawah bimbingan SRI MULATSIH. Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa semakin meningkat, hal ini terlihat dari beraneka ragam barang yang dihasilkan baik model, ukuran serta kualitas produk. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada industri sepeda motor di Indonesia. Keberadaan industri sepeda motor menjadi perhatian karena kemampuannya dalam menghadapi perubahan situasi ekonomi dan pasar yang masih luas memungkinkan bagi industri sepeda motor untuk berkembang terus di Indonesia. Dalam industri sepeda motor terdapat asosiasi yang beranggotakan sebagian besar perusahaan-perusahaan sepeda motor. Keberadaan asosiasi dalam suatu industri memungkinkan timbulnya perilaku yang bersifat negatif antara perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota asosiasi. Permasalahan yang dianalisis adalah hubungan struktur, perilaku dan kinerja pada industri sepeda motor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa bagaimana hubungan struktur, perilaku dan kinerja pada industri sepeda motor di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer yang diperoleh dari BPS, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesa (AISI) dan literatur pustaka dengan jumlah observasi 17 tahun, dari tahun 1986 sampai dengan 2003. Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) yang diolah dengan Eviews 4.1. Variabel bebas yang digunakan antara lain CR2, Xeff, Growth dan Dummy krisis moneter pada tahun 1997 yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan (PCM). Dalam menganalisis perilaku yang terjadi pada industri sepeda motor, dilakukan kajian mengenai strategi harga, produk dan promosi. Selanjutnya, peranan asosiasi juga menjadi kajian dalam analisis perilaku industri sepeda motor. Demi menunjang analisis perilaku maka dilakukan proses wawancara dengan pihak yang berkompeten dalam industri sepeda motor. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel utama struktur pasar, yaitu CR2 dengan PCM sebagai variabel kinerja. Begitu pula dengan Xeff yang berhubungan positif terhadap PCM. Variabel Dummy berhubungan negatif terhadap PCM, sedangkan Growth tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen sehingga diduga tidak mempengaruhi model. Para produsen sepeda motor melakukan beberapa perilaku dalam menjalankan usaha seperti penentuan harga yang mengikuti perkembangan harga bahan baku dan produsen menciptakan produk dengan model-mode terbaru serta melakukan promosi melalui media massa, elektronik, pendirian retail serta melakukan purna jual. Kesimpulan yang diperoleh ternyata pada industri sepeda motor telah terjadi hubungan positif antara struktur pasar dan kinerja yang menunjukan tingkat keuntungan.
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PADA INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA
Oleh ANDI ARDIANSYAH H14102053
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Andi Ardiansyah
Nomor Registrasi Pokok
: H14102053
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pada Industri Sepeda Motor di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr NIP : 131849397
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
Juli 2006
Andi Ardiansyah H14102053
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Andi Ardiansyah lahir di Bekasi pada tanggal 27 Juni 1984 dari pasangan Ayah Ma’ih dan Ibu Tarsih. Penulis adalah anak tunggal. Penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar pada tahun 1996 di SD Jaya Sari Cibitung. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP PGRI Cibitung dan lulus pada tahun 1999. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMUN 1 Cikarang. Kemudian di tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Program Studi Ilmu Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi HIPOTESA.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah SWT sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pada Industri Sepeda Motor Di Indonesia”. Penelitian ini
membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi PCM (Price-CostMargin) pada industri sepeda motor. Tujuan utama adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh industri sepeda motor. Selain itu, penelitian ini juga menganalisa berbagai perilaku yang ditunjukkan oleh produsen sepeda motor. Perilaku dianalisa melalui strategi harga, produk, promosi dan peranan asosiasi. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada Ibu
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr yang telah memberikan
bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Ma’ih, Ibu Tarsih, Opah dan Omah serta orang yang selalu memberikan dorongan, yaitu Sri Nuraeni. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman, yaitu Royan, D’hika, Lambok, Uya, Ion Suparlan, Ryan, Ade Holis, Granson, Esti Fitri Lestari, Komeng, Agung, Salim, Ismail Hadikusuma, dan teman-teman yang sebutkan satu persatu.
tidak dapat saya
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai industri sepeda motor untuk semua pihak
Bogor, Juli 2006
Andi Ardiansyah H14102053
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
II.
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5 2.1. Struktur Pasar .................................................................................... 5 2.2. Perilaku Pasar ................................................................................... 8 2.3. Kinerja Suatu Industri ....................................................................... 9 2.4. Hubungan Struktur Perilaku dan Kinerja ..........................................10 2.5. Penelitian Terdahulu .........................................................................12
III.
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................13 3.1. Kerangka Pemikiran .........................................................................13 3.2. Hipotesis Penelitian ..........................................................................14
IV.
METODELOGI PENELITIAN ............................................................16 4.1. Jenis dan Sumber Data ......................................................................16 4.2. Metode Analisis ................................................................................16 4.2.1. Struktur Pasar ..........................................................................17 4.2.2. Analisis Perilaku ......................................................................18
ii
4.2.3. Kinerja ....................................................................................19 4.2.4. Analisis Hubungan Struktur Pasar dan Kinerja .......................19 4.2.4.1. Persamaan Model Analisis...........................................19 4.2.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik OLS ......................21 V.
GAMBARAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA ....... 24 5.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Sepeda Motor ...................................24 5.2. Periode pada Industri Sepeda Motor .................................................26
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAAN ...........................................................27 6.1. Struktur Pasar ....................................................................................27 6.1.1. Pangsa Pasar ............................................................................28 6.1.2. Konsentrasi ..............................................................................29 6.2. Perilaku Pasar ....................................................................................30 6.2.1. Strategi Harga dan Produk ......................................................30 6.2.2. Strategi Promosi ......................................................................31 6.3. Kinerja Industri .................................................................................32 6.4. Hubungaan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja ................34
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................39 7.1. Kesimpulan .......................................................................................39 7.2. Saran .................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................41
iii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Contoh Tipe Pasar ............................................................................................ 6 2. Data Penjualan Masing-Masing Perusahaan (Unit) .........................................27 3. Data Pangsa Pasar Masing-Masing Perusahaan (%) ........................................28 4. Nilai PCM Industri Sepeda Motor ...................................................................32 5. Nilai Efisiensi-X Industri Sepeda Motor ..........................................................33 6. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Sepeda Motor ..........................34 7. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen .......................................................36
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar .................................11 2. Bagan kerangka pemikiran ...............................................................................14
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data hasil Penghitungan Growth Tahun (1987-2003) .....................................43 2. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Taraf 5% .....................44
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa semakin meningkat, hal ini terlihat dari beraneka ragam barang yang dihasilkan baik model, ukuran serta kualitas produk. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada industri sepeda motor di Indonesia. Berbagai kombinasi telah dilakukan untuk memperoleh model dan ukuran yang baru. Pangsa pasar industri sepeda motor di Indonesia cukup besar mulai dari pelajar, mahasiswa, sampai karyawan. Besarnya pasar motor dikarenakan masyarakat membutuhkan sarana transportasi yang lebih efisien sekaligus menjadi alat produksi maupun bisnis terutama motor bebek. Indonesia menjadi pasar sepeda motor ketiga terbesar di dunia, setelah Cina dan India. Sedangkan Thailand dan Vietnam menempati urutan keempat dan kelima. Pasar yang besar tersebut dikuasai oleh tiga perusahaan besar yaitu Honda, Yamaha,dan Suzuki. Sisanya terbagi antara Kawasaki, Piaggio, Kanzen, dan Kymko (AISI, 2005). Saat ini penetrasi pasar sepeda motor di Indonesia baru mencapai 1 di banding 12 orang, sangat jauh di banding Thailand, yang mencapai 1 di banding 3 orang (AISI, 2005). Namun kebutuhan terhadap alat transportasi sepeda motor semakin tinggi, seiring dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, tingkat mobilitas, pembangunan dan perbaikan sarana jalan. Data AISI (2005) menyebutkan pada 2002, penjualan sepeda motor sebesar 2.308.916 unit, pada 2003 naik menjadi 2.806.105 unit dan tahun 2004 mencapai 3.900.518 unit, atau meningkat rata-rata 30,26 persen pertahun. Data di Ditlantas POLRI (2004) menunjukkan jumlah sepeda motor yang terdaftar selama
2
periode 2001; 2002; 2003 mengalami peningkatan masing-masing 15.492.148; 18.061.414 dan 23.312.945, atau meningkat rata-rata 22,83 persen pertahun. Berdasarkan data tersebut Executive Vice President Director Astra Honda Motor, Tossin Himawan (Tempo, 2005) mengatakan bahwa pasar sepeda motor akan tumbuh 10 persen. Artinya, permintaan sepeda motor tahun 2006 akan meningkat menjadi 5,6 juta unit. Pasar yang masih terbuka luas membuat pabrikan motor mancanegara tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satunya adalah TVS Motor Company, produsen dari Chennai, India. Tahun 2006 TVS akan membangun pabrik di Indonesia dengan kapasitas produksi 120.000 unit per tahun, dengan nilai investasi sebesar US$ 100 juta (Tempo, 2005). TVS juga mentargetkan menguasai 5 persen pasar motor dalam waktu tiga tahun. Saat ini pasar motor di Indonesia di dominasi oleh AHM (Astra Honda Motor) yang memiliki pangsa pasar rata-rata 54 persen antara tahun 1987 sampai 2003, dengan total penjualan sepanjang tahun 2005 mencapai 2,5 juta unit (AISI, 2005). Kedudukan perusahaan yang memiliki kekuatan di dalam pasar sering dikaitkan dengan perilaku-perilaku yang dilakukan untuk mempertahankan dominasi kekuatannya. Perusahaan-perusahaan besar sepeda motor di Indonesia berpotensi untuk melakukan perilaku-perilaku tertentu yang dapat merugikan konsumen. Perilaku tersebut ditunjukkan dalam bentuk kekuatan pasar untuk menentukan harga, produksi, dan koordinasi yang erat antar sesama perusahaan sepeda motor.
3
Perusahaan-perusahaan besar juga berpeluang memimpin pasar yang memiliki kemampuan untuk menghambat masuknya perusahaan baru di dalam pasar. Bentuk hambatan masuk diperlihatkan melalui berbagai tindakan yang dilakukan perusahaan besar seperti iklan dan paten.
1.2. Rumusan Masalah Dalam skala nasional, pengembangan industri sepeda motor mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menyokong pertumbuhan ekonomi dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Dari sisi permintaan, kebutuhan sepeda motor di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan sepeda motor merupakan alat transportasi yang sangat efisien untuk digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada industri sepeda motor, terdapat asosiasi yang beranggotakan perusahaan-perusahaan besar dan menengah. Keberadaan asosiasi dari tahun ke tahun semakin diperhitungkan dalam perekonomian Indonesia. Karena dengan adanya asosiasi tersebut memungkinkan munculnya perilaku-perilaku tertentu dari perusahaan-perusahaan yang tergabung didalamnya seperti kolusi. Permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PCM (Price-Cost Margin)? 2. Bagaimana perilaku yang dilakukan oleh produsen industri sepeda motor di Indonesia ?
4
1.3. Tujuan Penelitian Beradasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi PCM (Price-Cost Margin). 2. Mengkaji perilaku yang dilakukan oleh produsen industri sepeda motor di Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat sebagai: 1. Informasi mengenai industri sepeda motor di Indonesia, 2. Pembelajaran bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan, 3. Bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Shepherd (1979) ekonomi industri adalah cabang dari ilmu makroekonomi yang menganalisis perusahaan, pasar, dan industri. Menurut Koch (1980) ekonomi industri adalah suatu studi teoritis dan empiris tentang kajian struktur pasar dan perilaku penjual maupun pembeli yang mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan ekonomi. Sedangkan menurut Jaya (2001) teori-teori yang terdapat dalam ekonomi industri menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja sehingga tercapai tingkat efisiensi bagi perusahaan, industri serta perekonomian nasional secara keseluruhan. Hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja adalah suatu konsep yang dipelajari dalam ekonomi industri.
2.1. Struktur Pasar Struktur pasar dapat menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual dan pembeli melalui proses terbentuknya harga dan jumlah produk yang ditawarkan dalam pasar (Jaya, 2001). Struktur pasar memiliki beberapa elemenelemen penting yaitu pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan masuk pasar. Elemen-elemen tersebut akan menggambarkan ukuran perusahaan-perusahaan yang bersaing di dalam suatu pasar. 1. Pangsa Pasar Pangsa pasar adalah persentase perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga 100 persen (Jaya, 2001). Semakin tinggi pangsa pasar, akan semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki
6
perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang tinggi akan menciptakan monopoli yang mengejar keuntungan semaksimal mungkin. Apabila setiap perusahaan pangsa pasarnya rendah maka akan tercipta persaingan yang efektif. Tabel 2.1 menunjukan beberapa tingkatan pangsa pasar dan tipe pasar yang tercipta mulai dari monopoli murni sampai dengan persaingan murni. Tabel 2.1. Contoh Tipe Pasar PANGSA PASAR (%) 100 %
TIPE PASAR
CONTOH
Monopoli
PLN, Telkom, PAM.
60-100 %
Oligopoli Ketat
Perbankan lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku.
50-100 %
Perusahaan Dominan
Surat kabar lokal/nasional, film kodak, batu baterai.
40-60 %
Oligopoli Longgar
Kayu, perkakas rumah, perangkat keras, obat-obatan.
10 %
Persaingan Monopolistik
Pedagang eceran, pakaian.
<5%
Persaingan Murni
Sapi dan unggas.
Sumber : Jaya (2001).
2. Konsentrasi Menurut Jaya (2001) konsentrasi adalah kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari dua sampai delapan perusahaan. Kombinasi pangsa pasar mereka membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Sedangkan menurut Legowo (1996) rasio konsentrasi
7
adalah suatu ukuran dalam angka persentase yang menunjukkan tingkat konsentrasi produksi atau penjualan dari perusahaan-perusahaan yang ada di dalam suatu industri. Penghitungan tingkat konsentrasi yang dipakai dalam analisis SCP (Struktur-Conduct-Performance) adalah rasio konsentrasi. Pengukuran rasio konsentrasi dapat menggunakan ukuran-ukuran perusahaan terbesar seperti dua perusahaan terbesar, empat perusahaan terbesar, dan delapan perusahaan terbesar. 3. Hambatan Masuk Pasar Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sah seperti paten dan franchise (Jaya, 2001). Faktor lain dari hambatan masuk adalah dengan pengukuran Minimum Efficiency Scale (MES). Pesaing baru tidak akan masuk kecuali yakin akan memperoleh keuntungan setelah masuk ke dalam pasar. Jika MES relatif besar terhadap pasar, perusahaan baru tidak akan dapat membuka pabrik yang beroperasi secara efisien tanpa meningkatkan output industri. Sedangkan perusahaan yang di bawah MES tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan yang telah ada di pasar. Hambatan masuk seringkali diperlukan sebagai subjek perusahaan monopoli dan oligopoli untuk mengambil strategi dalam menghadapi pendatang baru. Hal ini akan dapat meningkatkan kekuatan pasar yang menghambat perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Perusahaan baru dapat saja masuk ke pasar, akan tetapi biaya yang mereka keluarkan akan
8
lebih tinggi dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang telah lama ada. Kondisi ini membuat suatu batasan antara pendatang baru dengan perusahaan yang sudah lama berdiri.
2.2. Perilaku Pasar Menurur Hasibuan (1993) perilaku pasar adalah pola tanggapan dan penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan didalam pasar untuk mencapai tujuannya. Biasanya perilaku itu dilakukan dengan melihat kondisi pasar yang akan dimasuki atau kondisi pasar ketika mereka berusaha. Pada pasar monopoli dimana terdapat kekuatan pasar pada perusahaan tertentu, perilaku perusahaan bertujuan untuk menggapai kondisi perekonomian secara umum bukan untuk menghadapi pesaing. Perilaku perusahaan monopoli dalam menetapkan harga dan jumlah produk bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Monopoli juga menetapkan tingkat harga secara administratif bukan melalui mekanisme pasar. Perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan pada kondisi pasar oligopoli. Berbeda halnya dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga, pada kondisi pasar oligopoli yang dipimpin oleh suatu perusahaan dominan pada umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti halnya perusahaan monopoli. Perusahaan monopoli akan menaikan harga untuk memperoleh keuntungan lebih. Sedangkan pada pasar oligopoli, tindakan yang dilakukan terkait dengan kebijakan yang diambil oleh pesaing terdekat (Jaya, 2001).
9
2.3. Kinerja Suatu Industri Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku pasar (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dalam ekonomi memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001). Dalam mengukur kinerja suatu industri, variabel yang paling umum digunakan adalah Price-Cost Margin (PCM). Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja pertama kali digunakan oleh Collins dan Preston pada tahun 1968. Selain PCM, pengukuran kinerja dapat juga dilakukan dengan metode rasio dari kelebihan keuntungan terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari aset atau modal, dan nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan. PCM didefinisikan sebagai suatu indikator kinerja yang merupakan perkiraan pasar dari keuntungan perusahaan. PCM dapat diperoleh dengan membagi antara nilai tambah dikurangi upah yang harus dibayarkan terhadap nilai barang yang dihasilkan (Jaya, 2001). Nilai tambah adalah nilai total output dikurangi nilai total input. Upah yang dibayarkan merupakan total pengeluaran perusahaan untuk membayar tenaga kerja sedangkan nilai barang yang dihasilkan adalah bagian dari nilai output perusahaan yang menunjukan jumlah total dari hasil produksi. Perumusan PCM akan digunakan sebagai proksi keuntungan dalam melakukan penelitian ini.
10
2.4. Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja Struktur perilaku dan kinerja saling berinteraksi yang mempengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat dengan efektif dan efisien. Keterkaitan itu dapat terlihat dari garis panah yang putus-putus yang menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya (Gambar 1). Hubungan ini tidak hanya bersifat satu arah tetapi dapat berhubungan timbal balik. Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep SCP dalam ekonomi industri (Jaya, 2001). Struktur pasar dapat ditandai dengan berbagai indikator seperti jumlah penjual, jumlah pembeli, skala pembeli dan ukuran distribusi perusahaan. Struktur pasar dapat pula diketahui dengan ada atau tidaknya hambatan bagi pendatang baru, kondisi integrasi horizontal dan intergrasi vertikal serta diferensiasi produk. Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar terutama dalam hal sikapnya terhadap kebijakan harga, strategi pengembangan usaha serta strategi dalam produk. Selanjutnya struktur dan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan akan mempengeruhi kinerja dalam perkonomian. Kinerja yang baik terutama mencangkup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan. Hubungan struktur dan kinerja, dapat dilihat dari variabel CR (Consentration
Rasio)
atau
HHI
(Indeks
Hirschman-Herfindahl)
yang
dibandingkan dengan PCM. Apabila PCM memiliki hubungan positif dengan konsentrasi, maka hipotesis SCP dibenarkan. Pada pasar yang terkonsentrasi perusahaan-perusahaan didalamnya mudah untuk meraih keuntungan yang tinggi, sesuai dengan teori kekuasaan pasar yaitu bahwa konsentrasi yang tinggi
11
menandakan adanya kekuasaan pasar yang menyebakan keuntungan yang diraih akan semakin tinggi pula.
KONDISI PASAR Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
Elastisitas Tingkat pertumbuhan Substitusi Strategi pemasaran Cara pembelian Sifat-sifat siklis dan musiman
Bahan baku Teknologi Ketahanan produk Nilai atau berat Sikap bisnis Organisasi buruh
STRUKTUR PASAR Jumlah pembeli Skala pembeli Diferensiasi produk Kondisi entry Konglomerasi
Jumlah penjual Kondisi ongkos Integrasi vertikal Integrasi horizontal
PERILAKU Strategi harga Strategi produk Strategi promosi
Paksaan Taktik legal Advertensi Penelitian dan inovasi
KINERJA Efisiensi alokatif Efisiensi teknis Efek inflasi Pemerataan
Kemajuan teknologi Kualitas produk Kesempatan kerja Laba
Sumber : Hasibuan (1993)
Gambar 1. Kerangka Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja
12
2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang ekonomi industri dengan menggunakan analisis SCP sudah umum digunakan. Penelitian yang sudah dilakukan antara lain analisis SCP pada industri rokok kretek (Putri, 2004), industri ban (Delima, 2005) dan industri tepung terigu pasca penghapusan monopoli bulog (Alistair, 2004). Penelitian-penelitian di atas memiliki tujuan yang sama yaitu melihat hubungan antara struktur pasar dan perilaku usaha terhadap kinerja suatu industri. Hasil dari penelitian-penelitian di atas berbeda-beda, terutama hubungan antara konsentrasi dengan proksi keuntungan. Konsentrasi dengan proksi keuntungan ada yang berhubungan negatif dan ada pula yang berhubungan positif. Struktur pasarnya diukur dengan metode CR2 dan kinerja pasar diukur dengan PCM. Indikator yang digunakan untuk mengetahui kekuatan pasar dalam suatu industri adalah tingkat konsentrasi, nilai tambah, rasio modal dan tenaga kerja, luas pasar, skala perusahaan, serta hambatan untuk masuk pasar. Sedangkan indikator untuk kinerja perusahaan yang digunakan adalah tingkat upah pekerja. Adanya perilaku yang kondusif diukur dari perilaku-perilaku industri terhadap sesamanya dan juga pemerintah. Bentuk perilaku tersebut biasanya diwujudkan dalam bentuk asosiasiasosiasi dan perusahaan-perusahaan yang melakukan kerja sama dan persetujuan dalam pasar untuk menetapkan tingkat harga. Dari penelitian-penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja industri sepeda motor seperti faktor eksogen contohnya kebijakan pemerintah. Kebijakan
13
dapat mempengaruhi secara langsung kepada perilaku perusahaan dan kemudian membentuk struktur tertentu yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja industri.
13
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian mengenai hubungan struktur pasar dengan kinerja industri biasanya menggunakan indikator tingkat konsentrasi dan keuntungan. Dalam penelitian hubungan struktur pasar dengan kinerja industri sepeda motor ini tingkat konsentrasi yang diukur adalah CR2. Ketersedian data menjadi hambatan untuk menentukan variabel yang dapat digunakan. Sehingga variabel yang digunakan dalam menganalisis hubungan struktur pasar dan kinerja pada industri sepeda motor adalah PCM, kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi keuntungan adalah efisiensi internal (Xeff), pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan dimana faktor ini menunjukkan permintaan pasar (Growth), dan variabel dummy krisis. Dengan analisis menggunakan pendekatan SCP untuk melihat struktur, perilaku dan kinerja industri sepeda motor, dapat juga dilihat permasalahan apa saja yang dihadapi industri sepeda motor saat ini. Setelah menganalisis struktur dan kinerja
serta melihat bagaimana
hubungannya kemudian akan dianalisis perilaku dari perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam industri sepeda motor. Dalam analisis perilaku dari industri sepeda motor dilakukan secara deskriptif. Pada bagan kerangka pemikiran (Gambar 3) menunjukkan bahwa kotak dengan garis putus-putus tidak masuk kedalam penelitian ini.
14
Industri sepeda motor
Kondisi Dasar Kondisi permintaan - Elastisitas harga - Elastisitas silang - Elastisitas pendapatan
Struktur Konsentrasi (CR2)
X-efisiensi (Xeff) Pertumbuhan (growtrh) Dummy
Kinerja Price-Cost Margin
Perilaku Kolusi Strategi Harga Promosi
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran
3.2. Hipotesis Penelitian Penelitian sebelumnya mengenai hubungan struktur pasar dan kinerja menunjukkan sebagian besar terdapat hubungan yang positif antara tingkat konsentrasi dengan tingkat keuntungan. Beberapa mendapatkan hubungan yang negatif, hal ini dikarenakan adanya perbedaan proksi yang digunakan dalam setiap
15
penelitian. Konsentrasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap efisiensi industri. Pengaruh negatif terjadi apabila konsentrasi tinggi akan menciptakan monopoli, yang selanjutnya akan menimbulkan kerugian sosial berupa inefisiensi. Sedangkan pengaruh positif terjadi bila perusahaan yang memiliki kekuatan pasar, demi mempertahankan posisinya akan cenderung memperhatikan efisiensi internal dalam berproduksi. Hipotesis yang dapat dirumuskan mengenai SCP industri sepeda motor yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Efisinsi-X (Xeff) memiliki hubungan positif dengan PCM; 2. Dummy memiliki hubungan negatif dengan PCM; 3. Konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2) memiliki hubungan yang positif terhadap PCM; 4. Growth memiliki hubungan positif dengan PCM.
16
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur yang dilakukan kepada Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, BPS dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Data ini digunakan untuk melengkapi informasi untuk menunjang hasil penelitian yang dilakukan. Data sekunder yang digunakan adalah data industri sepeda motor. Data yang dikumpulkan dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2003 meliputi data nilai input, nilai output,nilai tambah, nilai barang yang dihasilkan, serta pengeluaran upah pekerja. Data sekunder yang diperlukan adalah data perkembangan produksi masing-masing perusahaan sepeda motor dari tahun 1986 sampai dengan tahun 2003. Data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terkait antara lain Departemen Perindustrian dan Departemen Pedagangan, BPS, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. Selain data sekunder yang diperoleh dari lembaga dan instansi-instansi terkait, sumber-sumber data penelitian juga diperoleh dari literatur koran, buku, dan media elektronik. Data yang digunakan adalah data aktual yang tercantum dalam pustaka yang kemudian diolah lebih lanjut.
4.2. Metode Analisis Data yang telah didapatkan dianalisis secara deskriptif, kuantitatif, dan kualitatif. Analisis deskriptif untuk memberikan gambaran hasil penelitian.
17
Analisis kuantitatif untuk melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan. Sedangkan analisis kualitatif untuk melakukan kajian mengenai perilaku yang ditumbulkan oleh produsen dan pihak terkait di dalam industri sepeda motor.
4.2.1. Struktur Pasar Elemen struktur pasar yang diteliti dalam penelitian ini adalah pangsa pasar dan konsentrasi. a.
Pangsa pasar Menurut literatur Neo-Klasik landasan posisi pasar suatu perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Rumus untuk mengukur pangsa pasar adalah : msi =
si x 100 % stot
(4.1)
Dimana: msi : Pangsa pasar perusahaan ke-i (%) si
: Penjualan perusahaan ke-i
stot : Penjualan total seluruh perusahaan b.
Konsentrasi Tingkat konsentrasi merupakan suatu variabel. Berdasarkan tingkat konsentrasi dapat diketahui tipe pasar yang dihadapi oleh suatu industri. Rumus yang digunakan adalah :
18
CRm =
m
∑ ms i =1
i
(4.2)
Dimana: CRm = Rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%) msi = Pangsa pasar perusahaan ke-i (%)
4.2.2. Analisis Perilaku Perilaku perusahaan ataupun pihak terkait di dalam industri sepeda motor, dapat dilihat dari analisis hubungan antara struktur pasar dengan kinerja. Beberapa elemen dalam perilaku pasar diantaranya strategi harga, strategi promosi dan strategi produk. 1. Strategi Harga Strategi ini tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan oleh industri sepeda motor serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat. 2. Strategi Promosi Dalam suatu industri terdapat pula kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi dalam menarik konsumen. 3. Strategi Produk Industri sepeda motor akan melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini yang akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk.
19
4.2.3. Kinerja Kinerja diukur dengan menggunakan analisis Price-Cost Margin (PCM) dan efisiensi-X. Analisis PCM menggunakan rumus : PCM =
nilai tambah − upah total x100% Nilai output
(4.3)
Efisiensi yang dihitung dalam hal ini adalah efisiensi internal (efisiensi-X) yang menggambarkan suatu produksi dan perusahaan dikelola dengan baik.Rumus untuk menghitung efisiensi-X adalah : Xeff =
nilai tambah industri x100% nilai input industri
(4.4)
4.2.4. Analisis Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja 4.2.4.1. Persamaan Model Analisis Analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri sepeda motor mengacu kepada penelitian terdahulu yaitu analisis SCP pada industri rokok kretek (Putri, 2004), industri ban (Delima, 2005) dan industri tepung terigu pasca penghapusan monopoli bulog (Alistair, 2004) yang menggunakan model persamaan PCM. Variabel PCM digunakan sebagai penentu kinerja selanjutnya sebagai proksi keuntungan. Data keuntungan masingmasing perusahaan tidak selalu dipublikasikan untuk menjaga kepentingan perusahaan, sehingga digunakan PCM sebagai proksinya. Variabel struktur pasar yang utama adalah CR2. Varibel CR2 merupakan ukuran yang baik dalam menentukan struktur pasar dan kekuatan pasar. Semakin
20
tinggi rasio konsentrasi pada suatu industri, maka potensi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk memperoleh keuntungan semakin besar. Variabel
efisiensi-X
digunakan
dalam
model
persamaan
karena
kemampuan perusahaan dalam menekan biaya produksi, dapat menciptakan kontribusi terhadap nilai tambah yang diperoleh. Pada akhirnya nilai tambah tersebut akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Variabel Growth diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Jika permintaan pasar terhadap suatu barang meningkat, maka perusahaan akan meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada. Adanya peningkatan dalam jumlah produksi akan berdampak terhadap meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : PCMt = β0 + β1CR2t + β2Xefft + β3Dummyt + β4Growth + ut
(4.5)
Keterangan : PCM
: Proksi keuntungan total industri
CR2
: Rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar
Xeff
: Efisiensi internal dalam industri
Dummy
: Variabel pembeda periode sebelum dan sesudah krisis (D=0, sebelum krisis dan D=1, setelah krisis)
Growth
: Pertumbuhan nilai produksi yang menunjukkan permintaan pasar
β0
: Nilai konstanta
β1, β2, β3
: Nilai koefisien masing-masing variabel bebas
21
t
: Tahun penelitian dari tahun 1987 sampai 2003
ut
: Unsur gangguan (stochastic disturbance)
Pertumbuhan (Growth) nilai produksi dihitung dengan menggunakan rumus :
Output riil pada tahun t − Output riil pada tahun (t - 1) (4.6) x100% Output riil pada tahun (t - 1) Pengujian model persamaan regresi berganda ini, menggunakan metode
Growth =
kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares, OLS). Analisa model persamaan PCM, digunakan program Eviews 4.1 dan Minitab. Estimasi tanda dari koefisien variabel bebas adalah β1>0, β2>0, β3>0 yang artinya, masing-masing variabel bebas memiliki hubungan positif terhadap PCM. Semakin besar nilai F-statistik dan semakin kecil probability F-statistik, maka akan memberi pengaruh nyata terhadap PCM.
4.2.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik OLS Dalam melakukan analisis metode OLS perlu diperhatikan masalah pelanggaran asumsi klasik. Model persamaan yang baik harus terhindar dari pelanggaran asumsi model linier klasik. Pelanggaran yang harus dihindari dalam proses pengujian model persamaan regresi adalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Gujarati, 1978). Multikorelasi didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas pada model persamaan. Multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien variabel bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat koefisiensi korelasi antar variabel
22
bebas yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari |0.8| maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas pada model persamaan yang digunakan. Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antara unsur gangguan (galat) pada tahun sekarang dengan galat pada tahun sebelumnya Autokorelasi bisa terjadi pada data deret waktu (time series). Pengujian Autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan Breusch-godfrey serial Correlation LM Test, yang hasil kesimpulannya dapat diketahui dari nilai Probability Obs*R-squared. Jika nilai Probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata, maka tidak terjadi autokorelasi didalam model persamaan. Begitu pula sebaliknya, jika nilai probability Obs*R-squared ternyata lebih besar dari taraf nyata, maka terjadi autokorelasi pada model persamaan yang digunakan. Taraf nyata (α) didefinisikan sebagai resiko kesalahan maksimum yang dapat ditolerir dalam menyimpulkan hipotesis H1. H1 merupakan hipotesis alternatif dari hipotesis yang ingin diuji atau hipotesis nol (H0). Taraf nyata (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%, artinya hanya sebesar 0.05 resiko kesalahan yang dipilih untuk menerima kesimpulan hipotesis H1. Untuk melihat besarnya pengaruh nyata pada model persamaan yang dipakai, maka dilakukan uji probability t-statistik dan F-statistik. Probability tstatistik menunjukan besarnya pengaruh nyata untuk masing-masing variabel. Apabila probability untuk masing-masing variabel bebas bernilai lebih kecil dari α (prob<5%), maka dapat disimpulkan variabel bebas tersebut berpengaruh nyata
23
pada taraf 5%. Begitu pula sebaliknya, jika probability lebih besar dari α, maka variabel bebas tersebut tidak mempengaruhi PCM pada taraf 5%. Probability F-statistik digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara keseluruhan dari variabel bebas terhadap PCM. Hipotesis untuk melakukan uji F-statistik adalah : H0 : semua βi = 0, artinya tidak ada variabel bebas yang berpengaruh terhadap PCM. H1 : βi ≠ 0, artinya minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap PCM. Apabila probability F-statistik kurang dari α (prob<5%), maka kesimpulannya adalah tolak H0, artinya minimal ada satu variabel bebas yang mempengaruhi PCM secara nyata. Namun sebaliknya, jika probability F-statistik lebih besar dari α (prob>5%), maka dapat disimpulkan terima H0, artinya tidak ada varibel bebas yang berpengaruh terhadap PCM.
24
V. GAMBARAN INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA
5.1. Sejarah Pertumbuhan Industri Sepeda Motor Industri sepeda motor sudah cukup lama berada di Indonesia. PT Astra Honda Motor adalah salah satu contoh pabrik tertua di Indonesia. Pada tanggal 11 Juni 1971 PT Astra Honda Motor berdiri tetapi dengan nama PT Federal Motor, baru setelah tanggal 31 Oktober 2000 mengganti namanya dengan PT Astra Honda Motor. Pada saat awal terbentuknya perusahaan, keseluruhan komponen masih didatangkan dari Jepang dalam bentuk terurai. Baru mulai tahun 1971 seiring dengan ketentuan pemerintah untuk melakukan program lokalisasi komponen secara bertahap komponen mulai dibuat di dalam negeri. Jumlah produksi mengalami peningkatan secara bertahap. Total produksi yang sekitar 1.500 unit selama tahun 1971, meningkat menjadi 30.000 unit pada tahun 1972. Saat ini kandungan lokal untuk tipe bebek sudah mencapai 92 persen. Ini berarti hanya tinggal 8 persen komponen yang perlu diimpor dari luar, yaitu yang berkaitan dengan bagian mesin saja. Jumlah akumulasi produksi PT Astra Honda Motor lebih dari 15 juta unit sejak didirikan pada tahun 1971 sampai dengan 22 September 2005 (AISI, 2005). PT Astra Honda Motor merupakan sinergi keunggulan teknologi jaringan pemasaran di Indonesia, antara Honda Motor Company Limited, Jepang dan PT International Tbk, Indonesia. PT Astra Honda Motor adalah perusahaan dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Keunggulan teknologi Honda Motor diakui di seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dalam berbagai kesempatan seperti di jalan raya
25
maupun di lintasan balap, sehingga menjadikannya sebagai pelopor kendaraan yang ekonomis. Sejak pemerintahan Orde Baru UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mulai diberlakukan. Kebijakan tersebut telah merangsang dan meningkatkan investasi di berbagai bidang perekonomian termasuk industri sepeda motor. Peningkatan dilakukan dengan cara pembangunan pabrik-pabrik sepeda motor baru dan perluasaan pabrik-pabrik yang telah ada. Pada tahun 1972 berdiri pabrik sepeda motor kedua yaitu PT Dan Motor Vespa Indonesia dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berkantor pusat
di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Meskipun sepeda motor dengan tipe scooter ini tidak terlalu banyak peminatnya, akan tetapi PT Dan Motor Vespa Indonesia masih dapat bertahan hingga saat ini. Tahun 1974 kembali berdiri dua pabrik sepeda motor ketiga PT Yamaha Indonesia Motor dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (yang berkantor pusat di Jl. Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat) dan PT Indomobil Suzuki International (yang berkantor di Wisma Indomobil). PT Indomobil Suzuki International langsung mengambil penjualan di posisi kedua sedangkan PT Yamaha Indonesia Motor berada pada posisi ketiga. Pada tahun 1989 penjualan PT Yamaha Indonesia Motor meningkat hingga mengalahkan PT Indomobil Suzuki International hingga tahun 2001. Pada tahun 1994 berdiri kembali pabrik sepeda motor yaitu PT Kawasaki Motor Indonesia dengan Penanaman Modal Asing, PT Kawasaki Motor Indonesia mengambil posisi penjualan keempat pada tahun 1995.
26
5.2. Periode pada Industri Sepeda Motor Pada tahun 1985-1987 Kelesuan ekonomi dunia yang mulai tampak tahun1983-1984, dan puncaknya terjadi pada tahun 1985-1987, berimbas pada penurunan perekonomian di Indonesia. Sebagian besar sektor industri mengalami penurunan besar. Namun penjualan pada industri sepeda motor mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia membutuhkan alat transportasi yang lebih efisien daripada sebelumnya. Sebelum terjadi krisis moneter (Juli 1997), kegiatan usaha industri sepeda motor menunjukkan performance yang sangat menggembirakan. Pengaruh krisis moneter terhadap industri sepeda motor mulai terasa pada bulan September 1997. Hal ini terjadi karena melemahnya nilai tukar Rp terhadap US$ yang secara langsung berpengaruh kepada ketersediaan suku cadang kendaraan bermotor yang komponen bahan baku impornya masih tinggi. Tahun 1998, penjualan sepeda motor menurun menjadi 517.914 unit dibandingkan tahun 1997 yang mencapai 1.852.906 (Tabel 6.1). Pada tahun 1999, bangsa Indonesia mulai pulih dari krisis dan sedikit demi sedikit membangun kembali perekonomian. Sehingga mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2003, penjualan industri sepeda motor di Indonesia mengalami peningkatan kembali. Industri sepeda motor di Indonesia merupakan industri yang tahan terhadap krisis. Krisis hanya menyebabkan penurunan PCM pada industri sepeda motor namun tidak membuat produsen sepeda motor menutup usahanya.
27
VI. HASIL DAN PEMBAHASAAN
6.1. Struktur Pasar Untuk melihat bagaimana struktur pasar industri sepeda motor di Indonesia maka hal pertama yang perlu diketahui adalah perkembangan penjualan sepeda motor. Tabel 6.1 menunjukkan data penjualan masing-masing perusahaan pada tahun 1987 sampai dengan 2003. Tabel 6.1. Data Penjualan Masing-Masing Perusahaan (Unit)
Tahun
PT Astra Honda Motor
PT Kawasaki Motor Indonesia
PT Danmotor Indonesia
PT Indomobil Suzuki International
PT Yamaha Indonesia Motor
Total
1987
133.934
22.883
60.037
30.138
246.992
1988
150.570
19.559
44.676
43.268
258.073
1989
168.390
17.052
50.006
56.638
292.086
1990
236.138
18.491
68.155
91.915
414.699
1991
253.408
13.272
76.157
97.345
440.182
1992
264.285
13.451
84.818
124.360
486.914
1993
364.800
14.545
81.169
161.030
621.544
1994
425.997
17.488
128.644
213.075
785.204
1995
520.725
21.747
20.567
200.464
272.095
1.035.598
1996
693.150
51.775
17.413
300.246
364.318
1.426.902
1997
886.942
80.060
16.095
378.745
491.064
1.852.906
1998
286.308
16.148
3.105
84.406
127.947
517.914
1999
291.562
30.321
3.638
97.040
164.841
587.402
2000
489.527
52.678
5.943
162.591
268.683
979.422
2001
942.003
66.709
6.690
299.643
335.725
1.650.770
2002
1.437.934
53.890
5.209
442.396
369.487
2.308.916
66.726
3.100
584.254
574.130
2.806.105
1.577.895 2003 Sumber: AISI, 1987-2003
Perusahaan terbesar yang menguasai penjualan pada tahun 1987 sampai dengan 2003 adalah PT Astra Honda Motor. Posisi kedua pada tahun 1987-1988 ditempati oleh PT Indomobil Suzuki International, Tahun 1989-2001 oleh PT Yamaha Indonesia Motor, dan pada tahun 2002-2003 kembali diambil oleh PT
28
Indomobil Suzuki International. Posisi keempat ditempati oleh PT Danmotor Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan 1994. Setelah PT Kawasaki Motor Indonesia memasuki pasar pada tahun 1995 maka posisi keempat diambil alih oleh PT Kawasaki Motor Indonesia sampai dengan tahun 2003.
6.1.1. Pangsa Pasar Dari data penjualan dapat diperkirakan pangsa pasar setiap perusahaan sepeda motor di Indonesia. Pangsa pasar ini mencerminkan kecenderungan penguasaan pasar sepeda motor di Indonesia. Tabel 6.2 menunjukkan data pangsa pasar masing-masing perusahaan dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2003. Tabel 6.2. Data Pangsa Pasar Masing-Masing Perusahaan (%)
Tahun
PT Astra Honda Motor
PT Kawasaki Motor Indonesia
PT Danmotor Indonesia
PT Indomobil PT Yamaha Suzuki Indonesia International Motor
Total
CR2
1987
54,23
0,00
9,26
24,31
12,20
100,00
78,53
1988
58,34
0,00
7,58
17,31
16,77
100,00
75,66
1989
57,65
0,00
5,84
17,12
19,39
100,00
77,04
1990
56,94
0,00
4,46
16,43
22,16
100,00
79,11
1991
57,57
0,00
3,02
17,30
22,11
100,00
79,68
1992
54,28
0,00
2,76
17,42
25,54
100,00
79,82
1993
58,69
0,00
2,34
13,06
25,91
100,00
84,60
1994
54,25
0,00
2,23
16,38
27,14
100,00
81,39
1995
50,28
2,10
1,99
19,36
26,27
100,00
76,56
1996
48,58
3,63
1,22
21,04
25,53
100,00
74,11
1997
47,87
4,32
0,87
20,44
26,50
100,00
74,37
1998
55,28
3,12
0,60
16,30
24,70
100,00
79,99
1999
49,64
5,16
0,62
16,52
28,06
100,00
77,70
2000
49,98
5,38
0,61
16,60
27,43
100,00
77,41
2001
57,06
4,04
0,41
18,15
20,34
100,00
77,40
2002
62,28 2003 52,29 Sumber: AISI, 1987-2003
2,33
0,23
19,16
16,00
100,00
81,44
2,21
0,10
19,36
19,03
93
71,66
29
Dari tahun 1987 sampai dengan 2003 pangsa pasar PT Astra Honda Motor selalu menjadi yang terbesar diantara perusahaan yang lainnya. Pangsa pasar terbesar diraih PT Astra Honda Motor pada tahun 2002 (62,28 persen). PT Indomobil Suzuki International berada pada posisi kedua pada tahun 1987-1989. Tahun 1989 sampai dengan 2001 posisi kedua ditempati oleh PT Yamaha Indonesia Motor, dan diambil lagi oleh PT Indomobil Suzuki International pada tahun 2002 sampai dengan 2003. Posisi keempat ditempati oleh PT Danmotor Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan 1994. Pada tahun 1995 sampai dengan 2003, posisi keempat diambil oleh PT Kawasaki Motor Indonesia. Pada tahun 2003, motor Cina dan Korea masuk ke dalam pasar dan memiliki pangsa pasar sebesar 7 persen. Data diatas menunjukkan bahwa industri sepeda motor cukup mempunyai persaingan di antara para pelaku pasar. Walaupun perusahaan-perusahaan sepeda motor tergabung dalam suatu asosiasi yaitu Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI).
6.1.2. Konsentrasi Penelitian ini menggunakan perhitungan rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2). CR1 yang merupakan pangsa pasar dari satu perusahaan terbesar digunakan untuk membandingkan antara pangsa pasar satu perusahaan terbesar dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang terdapat dalam industri sepeda motor di Indonesia.
30
CR1 dan CR2 industri sepeda motor di Indonesia dapat dilihat pada lampiran 2. Konsentrasi CR1 dan CR2 menunjukkan perusahaan besar sepeda motor yang ada di Indonesia cukup menguasai pasar. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata CR1 selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 54.66 persen dan CR2 selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 78.33 persen. CR1 selama tahun 1987 sampai dengan 2003 berasal dari pangsa pasar PT Astra Honda Motor yang selalu menempati posisi pertama. Penggabungan pangsa pasar dari dua perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar sebesar 60 persen sampai dengan 100 persen akan membentuk tipe pasar oligopoli ketat. Industri sepeda motor di Indonesia termasuk kedalam tipe pasar oligopoli ketat karena memiliki rata-rata CR2 sebesar 78,33 persen.
6.2. Perilaku Pasar 6.2.1. Strategi Harga dan Produk Pada suatu industri, para produsen perlu memiliki strategi tertentu dalam penetapan harga. Hal ini juga diperlukan untuk menghadapi persaingan dengan produk-produk sejenis. Dalam pasar oligopoli ketat umumnya para pesaing saling tergantung dalam hal penetapan harga, baik dengan adanya kesepakatan yang terbuka maupun dengan sinyal perubahan harga. Harga sepeda motor sangat dipengaruhi oleh perkembangan harga bahan baku yang selanjutnya akan mempengaruhi harga pokok produksi. Penjualan sepeda motor sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rp terhadap US$.
31
Ketidakstabilan nilai tukar akan membuat produsen sulit untuk menentukan dan menyesuikan harga jual. Strategi produk merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh para produsen sepeda motor. Ada beberapa strategi yang dilakukan diantaranya mengembangkan jenis produk dengan cara memodifikasi karateristik jenis produk, mengembangkan kualitas sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia), dan menambah model-model terbaru. Para produsen sepeda motor di Indonesia memiliki suatu asosiasi yang mampu membela kepentingan para produsen anggotanya. Meskipun ada AISI tetap saja terjadi persaingan antar perusahaan. Asosiasi tersebut adalah Asosisi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI).
6.2.2. Strategi Promosi Strategi promosi merupakan strategi lainnya yang dilakukan oleh produsen selain melakukan strategi harga dan produk. Strategi promosi dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan dan menarik pelanggan karena dengan strategi promosi yang baik akan menarik konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan sehingga akan meningkatkan penjualan. Promosi dilakukan melalui penyebaran informasi mengenai produk melalui media massa baik dalam bentuk media cetak dan media elektronik. Selain melalui media massa, promosi juga dapat dilakukan melalui retail. Selain berfungsi sebagai tempat untuk menjual produk, retail tersebut juga berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan informasi mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh produsen. Produsen
32
sepeda motor juga melakukan layanan purna jual sebagai salah satu strategi promosi. Layanan purna jual bertujuan untuk memberikan kepuasan serta mempertahankan konsumen yang telah ada.
6.3. Kinerja Industri Keuntungan merupakan salah satu indikator yang
dapat menunjukan
kinerja pasar suatu industri namun kendala yang dihadapi adalah tidak tersedianya data laba perusahaan maupun industri. Untuk mengatasi kendala tersebut maka digunakan pendekatan Price-Cost-Margin (PCM) sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tabel 6.3 menunjukkan nilai PCM industri sepeda motor di Indonesia (1987-2003). Tabel 6.3. Nilai PCM Industri Sepeda Motor Pengeluaran Tenaga Kerja (Rp) 142.170.817 19.961.031 1987 98.285.389 17.337.963 1988 412.893.188 25.865.661 1989 135.992.057 23.055.404 1990 674.341.606 28.109.765 1991 905.716.955 41.992.416 1992 896.410.759 36.460.138 1993 1.660.538.392 52.924.717 1994 2.052.834.299 80.038.343 1995 2.826.801.001 128.138.782 1996 5.467.151.000 138.490.317 1997 2.866.711.204 113.810.697 1998 1.774.918.198 191.272.174 1999 3.182.146.416 256.687.562 2000 5.668.156.571 414.492.510 2001 14.856.926.755 66.393.650 2002 27.172.205.065 650.573.413 2003 Rata-Rata Keterangan: tahun dasar 1993 (1993=100) Sumber: BPS, 1987-2003, diolah Tahun
Nilai Tambah (Rp)
Output (Rp) 415.178.676 496.075.279 1.195.604.398 748.043.103 1.682.971.492 1.498.074.085 1.666.027.179 2.716.589.178 3.548.181.703 6.939.078.190 11.233.563.000 7.835.388.666 9.793.697.354 20.799.451.644 19.779.067.224 34.435.544.108 51.375.446.950
PCM (%) 29,44 16,32 32,37 15,10 38,40 57,66 51,62 59,18 55,60 38,89 47,44 35,13 16,17 14,07 26,56 42,95 51,62 37,44
33
Rata-rata margin keuntungan industri sepeda motor selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 37,44 persen. Penerimaan margin terbesar didapat industri sepeda motor pada tahun 1994 yaitu sebesar 59,18 persen. Tabel 6.4. Nilai Efisiensi-X Industri Sepeda Motor Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Input (Rp) 266.396.720 373.034.350 738.889.913 598.556.784 1.008.607.798 592.192.909 769.250.487 1.042.571.721 1.472.406.380 4.109.745.768 5.581.633.000 4.960.690.732 7.813.571.390 17.430.577.785 14.052.652.230 18.581.537.716 24.161.911.189 Rata-Rata
Nilai Tambah (Rp) 142.170.817 98.285.389 412.893.188 135.992.057 674.341.606 905.716.955 896.410.759 1.660.538.392 2.052.834.299 2.826.801.001 5.467.151.000 2.866.711.204 1.774.918.198 3.182.146.416 5.668.156.571 14.856.926.755 27.172.205.065
Xeff (%) 53,37 26,35 55,88 22,72 66,86 152,94 116,53 159,27 139,42 68,78 97,95 57,79 22,72 18,26 40,34 79,96 112,46 77,39
Efisiensi-X industri sepeda motor di Indonesia selama tahun 1987 sampai dengan 2003 dapat dilihat pada Lampiran 4. Rata-rata efisiensi-X industri sepeda motor pada tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 sebesar 77,39 persen. Efisiensi-X terbesar diraih pada tahun 1994 yaitu sebesar 159,27 persen. Nilai efisiensi-X (efisiensi internal) tersebut cukup tinggi. Efisiensi internal yang tinggi menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, usaha yang maksimum dari para pekerja, dan terhindarnya kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan.
34
6.4. Hubungaan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja Pendekatan SCP mengatakan bahwa struktur akan mempengaruhi profitabilitas secara positif dan hal ini menjadi hipotesis pada analisis hubungan SCP untuk industri sepeda motor Indonesia. Struktur pasar dianalisis dengan menggunakan CR2 yang menunjukkan bahwa industri sepeda motor masuk kedalam tipe oligopoli ketat. Tingkat keuntungan perusahaan yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan didekati dengan menggunakan PCM. Analisis hubungan struktur dan kinerja pada penelitian ini juga menggunakan variabel-variabel bebas yang diperkirakan mempengaruhi tingkat keuntungan diantaranya konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2), pertumbuhan nilai produksi yang menunjukkan permintaan pasar (Growth), efisiensi-X(Xeff), dan dummy untuk membedakan periode sebelum dan sesudah krisis. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.5. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Sepeda Motor Variabel Koefisen C -178.0353 CR2 2.496645 Xeff 0.482291 Dummy -12.83159 Growth -0.048239 R-Squared 0.941432 Adjusted R-Squared 0.920135 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Uji White Heteroskedasticity
Prob. T-statistic 0.0234 0.0157 0.0000 0.0155 0.3473 Prob (F-Statistic) Prob Obs*R-Squared Prob Obs*R-Squared
0.000001 0.078055 0.326533
Keterangan : menggunakan taraf nyata 5 %
Model yang menggambarkan hubungan struktur dan kinerja pada industri sepeda motor di Indonesia pada penelitian ini adalah PCMt = β0 + β1CR2t +
β2Xefft + β3Dummyt + β4Growth + ut. Syarat-syarat ekonometrika yang harus
35
dipenuhi model yaitu tidak terdapatnya gejala autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM. Apabila nilai probability obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata (α) maka hasil regresi tidak mengandung autokorelasi. Hasil pada Tabel 6.5 menunjukkan bahwa probability obs*R-Squared yang didapatkan adalah sebesar 0,078055 yang lebih besar dari taraf nyata yaitu 5 persen. Dengan demikian maka disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji white heteroskedasticiy. Apabila nilai probability obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata (α) maka hasil regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Hasil pada Tabel 6.1 menunjukkan bahwa probability obs*R-Squared yang didapatkan adalah sebesar 0,326533 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung heteroskedastisitas. Pengujian yang terakhir adalah pengujian multikolinearitas dimana suatu model diasumsikan terdapat gejala multikolinearitas apabila terdapat hubungan kausalitas pada variabel-variabel bebasnya (Tabel 6.2). Jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari ⏐0.8⏐ maka pada model regresi yang digunakan terdapat gejala multikolinearitas.
36
Tabel 6.6. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen Xeff CR2
Growth
0.311215
Dummy
0.243545
-0.139547
Xeff
-
-0.168852
-0.307099
Growth
-
-
0.096935
Uji multikoleniaritas menghasilkan nilai yang lebih kecil dari ⏐0.8⏐. Sehingga kesimpulan yang di dapat adalah bahwa pada model persamaan PCM yang digunakan tidak terjadi multikoleniaritas. Setelah dilakukan uji ekonometrika pada model penelitian ini maka tahap yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan interpretasi terhadap hasil dugaan persamaan PCM pada industri sepeda motor Indonesia (Tabel 6.5). Berdasarkan hasil pengolahan model dengan menggunakan E-Views 4 telah didapatkan nilai koefisien determinasi (R-Squared) sebesar 0.941432. Hal ini menunjukkan bahwa variasi PCM industri sepeda motor Indonesia sebagai variabel terikat mampu dijelaskan sebesar 94,14 persen oleh variasi variabel-varibel bebasnya (CR2, Xeff, Growth, Dummy) secara bersamaan sehingga model tersebut dapat diandalkan. Sisanya sebesar 5,86 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai probability F-statistic adalah sebesar 0. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata (5%) yang menunjukkan bahwa minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Berdasarkan Tabel 6.5 telah didapatkan hasil bahwa variabel CR2 signifikan pada taraf nyata sebesar 5 persen dengan nilai koefisien sebesar 2,496645. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan konsentrasi dua
37
perusahaan besar sebesar 1 persen maka PCM akan bertambah sebesar 2,496645 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan teori yang mengatakan bahwa struktur memiliki hubungan positif dengan kinerja. Variabel Growth yang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Berdasarkan taraf nyata tersebut Growth (pertumbuhan nilai produksi yang menunjukkan permintaan pasar) diduga tidak berpengaruh terhadap PCM. Growth tidak signifikan dikarenakan jumlah perusahaan yang bertambah terus. Tetapi pertumbuhan jumlah perusahaan belum mampu menurunkan konsentrasi rasio karena perusahaan-perusahaan baru berskala relatif sedang atau kecil. Tetapi jumlah permintaan pada pasar industri sepeda motor juga relatif terbatas sehingga kenaikan konsentrasi belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan malah sebaliknya menurunkan pertumbuhan (Jaya, 2001). Sehingga Growth tidak signifikan terhadap PCM pada taraf nyata 5 persen karena pada tahun 2003 ada banyak industri sepeda motor yang berasal dari Cina dan Korea yang masuk ke pasar Indonesia. Variabel Xeff (efisiensi-X) signifikan pada taraf nyata 5 persen dan memiliki koefisien sebesar 0,482291. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Xeff 1 persen maka PCM akan bertambah 0,482291 persen. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis dan teori dimana kenaikan efisiensi-X akan meningkatkan proksi keuntungan industri sepeda motor. Variabel dummy signifikan pada taraf nyata 5 persen dan memiliki nilai negatif dengan PCM industri sepeda motor. Hubungan negatif ini diduga terjadi karena krisis nilai tukar menimbulkan dampak negatif bagi produsen diantaranya
38
adalah peningkatan harga bahan baku yang menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi. Selain itu, nilai tukar yang tidak stabil menyebabkan produsen mengalami kesulitan untuk menetapkan dan melakukan penyesuaian harga. Penelitian ini menyimpulkan bahwa krisis menyebabkan terjadinya penurunan PCM pada industri sepeda motor di Indonesia.
39
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Dari hasil analisis yang didapatkan pada industri sepeda motor di Indonesia maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1. Industri sepeda motor di Indonesia termasuk ke dalam tipe pasar oligpoli ketat dimana pasar ini terbentuk dikarenakan penggabungan pangsa pasar dari dua perusahaan besar yang menghasilkan pangsa pasar sebesar 60 persen sampai dengan 100 persen. Rata-rata CR2 dari industri sepeda motor di Indonesia selama tahun 1987 sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 78,33 persen. 2. Dari segi kinerja, industri sepeda motor di Indonesia menerima margin keuntungan atas biaya langsung (PCM) selama tahun 1987 sampai dengan tahun
2003 dengan rata-rata sebsar 37,44 persen dan tingkat efisiensi-X
sebesar 77,39 persen. 3. Hasil regresi yang telah dianalisis maka didapatkan hasil bahwa CR2 dan PCM memiliki hubungan yang positif. Semakin besar tingkat konsentrasi maka menunjukkan adanya kekuatan pasar yang dimiliki, sehingga dengan mudah untuk memperoleh keuntungan bagi produsen. 4. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa variabel Growth diduga tidak berpengaruh terhadap PCM karena hasil yang diperoleh adalah 0,3473 dan lebih besar dari taraf nyata 5 persen.
40
5. Variabel dummy juga signifikan pada taraf 5 persen dan diduga memiliki hubungan negatif dengan PCM. Hubungan negatif ini terjadi karena krisis nilai tukar menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi, produsen mengalami kesulitan dalam penentuan harga. 6. Peningkatan maupun penurunan harga sepeda motor di Indonesia tergantung pada harga bahan baku. Strategi produk menuntut produsen untuk mengembangkan produk dengan cara memodifikasi karakteristik fisik produk, mengembangkan kualitas yang sesuai dengan SNI, dan menambah modelnya. Promosi dilakukan melalui media massa baik media cetak maupun media elektronik. Promosi juga dilakukan melalui retail yang selain berfungsi untuk menjual produk namun juga berfungsi untuk memberikan informasi mengenai produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.
7.2. Saran Penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis Structure-ConductPerformance terhadap industri sepeda motor di Indonesia. Namun karena ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini maka disarankan kepada penelitian berikutnya untuk memasukkan variabel MES terhadap persamaan PCM.
41
DAFTAR PUSTAKA
Alistair, Armytha. 2004. Analisis Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja pada Industri Tepung Terigu di Indonesia Pasca Penghapusan Monopoli Bulog [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. 1986-2005. Laporan Tahunan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1986-2003. Statistik Industri Besar dan Sedang. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Delima, Deassy Kurnielin. 2005. Analisis Structur-Conduct-Performance Industri Ban di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dumairy. 1995. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain, penerjemah. Jakarta. Erlangga. Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan Regulasi. LP3ES. Jakarta. Jaya, Wihana Kirana. 2001. Ekonomi Industri. Yogyakarta:BPFE. Koch, James V. 1980. Industrial Organization and Price. Edisi Kedua. London: Prentice Hall. Legowo. 1996. Persaingan Usaha dan Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: UI-Press. Putri, Ismalianti. 2004. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Rokok Kretek di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Robert, Eddy. 1995. Hubungan Struktur Dengan Kinerja Pasar: Studi Empiris Pada Industri Pemintalan [skripsi]. Depok: FEUI. Shepherd, William G. 1979. The Economics of Industrial Organization. New Jersey: Prentice Hall.
42
Tempo edisi 22 Desember 2005. Pasar Sepeda Motor Makin Luas.
43
Lampiran 1. Nilai Growth Sepeda Motor Indonesia (1987-2003) Tahun
Output Riil (Rp)
Growth (%)
1987
677.921.640,3
0,00
1988
738.017.524,1
-8,14
1989 1990
1.684.095.032 970.219.091,1
-56,18 73,58
1991
1.927.187.330
-49,66
1992
1.595.386.208
20,80
1993
1.666.027.179
-4,24
1994
2.566.386.491
-35,08
1995
2.945.312.426
-12,87
1996
5.473.751.370
-46,19
1997
8.632.150.543
-36,59
1998
3.997.204.735
115,95
1999
3.813.151.127
4,83
2000
7.566.188.303
-49,60
2001
6.848.233.233
10,48
2002
11.731.524.583
-41,63
2003
17.319.123.163
-32,26
Keterangan: tahun dasar 1993 (1993=100) Sumber: BPS, 1987-2003, diolah
44
Lampiran 2. Hasil Estimasi Output Regresi dan Uji Ekonometrika Taraf 5% Dependent Variable: PCM Method: Least Squares Date: 05/25/06 Time: 13:18 Sample: 1988 2003 Included observations: 16 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C Xeff CR2 Dummy Growth
-178.0353 0.482291 2.496645 -12.83159 -0.048239
67.66845 0.051711 0.875108 4.484029 0.049134
-2.630993 9.326677 2.852958 -2.861620 -0.981799
0.0234 0.0000 0.0157 0.0155 0.3473
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.941432 0.920135 8.438777 783.3425 -53.83087 2.910642
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
49.68579 29.86074 7.353858 7.595292 44.20409 0.000001
2.105912 5.100672
Probability Probability
0.177729 0.078055
1.162796 8.069183
Probability Probability
0.414458 0.326533
Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
Uji Multikolinieritas
PCM CR2 Xeff Growth Dummy
PCM
CR2
Xeff
Growth
Dummy
1.000000 0.482530 0.920844 -0.171485 -0.495828
0.482530 1.000000 0.311215 0.243545 -0.139547
0.920844 0.311215 1.000000 -0.168852 -0.307099
-0.171485 0.243545 -0.168852 1.000000 0.096935
-0.495828 -0.139547 -0.307099 0.096935 1.000000