ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA
OLEH ELBY JULIAN PUTRA H14051824
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ELBY JULIAN PUTRA. Analisis Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia (dibimbing oleh SRI HARTOYO). Agroindustri merupakan salah satu sektor industri yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia pada saat ini adalah industri pulp dan kertas. Pertumbuhan sektor industri pulp dan kertas yang pesat memungkinkan bermunculannya perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal yang kuat dan berskala besar. Fenomena yang selanjutnya terjadi adalah timbulnya kekuatan-kekuatan ekonomi yang mengarah kepada terbentuknya konsentrasi kekuatan pasar. Kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi struktur pasar di dalam industri. Kecenderungan yang akan timbul adalah terbentuknya struktur pasar yang mengarah pada monopoli ataupun oligopoli. Selanjutnya struktur pasar tersebut akan mempengaruhi perilaku-perilaku perusahaan-perusahaan pada industri ini sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar, perilaku dan kinerja serta hubungan antara struktur dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan data sekunder dari tahun 1989 hingga tahun 2006. Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) digunakan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia dilihat dari tingkat keuntungan melalui Price Cost Margin (PCM) menggunakan model regresi yang diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Tingkat keuntungan (PCM) diduga dipengaruhi oleh rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), tingkat pertumbuhan produksi (GROWTH), efisiensi internal (XEF), hambatan masuk pasar (MES), ekspor dan krisis ekonomi. Perkembangan PCM selama periode 1990-2006 mengalami fluktuasi setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 30,91 persen. Efisiensi internal terendah diperoleh pada tahun 2000 sebesar 30,7 persen dan tertinggi pada tahun 1997 sebesar 79,4 persen. Hambatan masuk pasar industri didapat nilai rata-rata sebesar 33 persen/ tahun. Nilai hambatan masuk tertinggi dicapai pada tahun 1990 yaitu sebesar 42 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil analisis SCP didapatkan bahwa struktur pasar industri pulp dan kertas di Indonesia adalah oligopoli ketat. Dari segi kinerja industri pulp dan kertas dapat dilihat dari tingkat keuntungan (PCM) dan nilai efisiensi-X (XEF). Perilaku pasar dalam industri pulp dan kertas dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan strategi distribusi. Berdasarkan hasil analisis OLS yang digunakan untuk mengestimasi Price Cost Margin (PCM) atau tingkat keuntungan, diperoleh bahwa variabel tingkat pertumbuhan produksi, efisiensi internal, hambatan masuk pasar, dan ekspor
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan. Sedangkan variabel rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dan krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan. Bagi pemerintah, mengingat industri pulp dan kertas adalah padat modal perlu dikeluarkan kebijakan baru yang mengatur mengenai investasi di industri ini yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja industri. Bagi para pelaku industri diharapkan agar tetap mengembangkan penelitian dan pengembangan sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing tidak hanya dari sisi harga tetapi juga dari sisi kualitas.
ANALISIS STRUKTUR PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA
OLEH: ELBY JULIAN PUTRA H14051824
Skripsi Sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi : ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PULP DAN KERTAS DI INDONESIA Nama
: Elby Julian Putra
NIM
: H14051824
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Sri Hartoyo NIP: 19500209 198203 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Rina Oktaviani, Ph.D NIP: 19641023 198903 2 002
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, September 2009
Elby Julian Putra H14051824
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Elby Julian Putra, lahir pada tanggal 14 Juli 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan Alm. Mulyadi dan Dwi Erty. Pendidikan penulis di mulai di Taman Kanak Kanak (TK) Sari Pembangunan pada tahun 1991. Pada Tahun 1992-1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Pejaten Timur 05 Pagi, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 41 Jakarta. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikannya di SMUN 109 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan studi di Politeknik Negeri Jakarta jurusan D3 Teknik Telekomunikasi sampai tahun 2005 (tidak diselesaikan). Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor jalur SPMB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. Selama studi penulis aktif di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) sebagai staf Departemen Perekonomian & Kewirausahaan pada periode 2006-2007. Penulis aktif pada kepanitiaan-kepanitiaan di kampus, antara lain : Ketua Pelaksana Bazar FEM MART pada tahun 2007, Dies Natalis FEM 2007, Humas Lomba Cepat Tepat (LCT 2007) dan lain-lain. Pada April 2009 penulis juga pernah bekerja sebagai freelance di RBS ABN AMRO. Sebagai sarana menyalurkan salah satu hobi, selama masa perkuliahan penulis telah merintis usaha sejak tahun kedua kuliah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur Perilaku Dan Kinerja Industri Pulp Dan Kertas Di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas selama periode 1990-2006. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dan selamat bagi penulis yaitu : 1. Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Fifi Diana Thamrin, M.Si sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, M. Sc. yang telah menjadi pembimbing akademik selama penulis menjalani perkuliahan. 5. Kedua Orang tua penulis, yaitu (Alm) Mulyadi dan Dwi Erty serta kakakkakak dan adik-adik penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. 6. Pegawai dan staf Biro Pusat Statistik (BPS) Pusat Jakarta, Departemen Perindustrian, APKI yang telah membantu menyediakan data selama penelitian berlangsung.
7. Keluarga besar Departemen Ilmu Ekonomi yang sangat banyak membantu selama masa pendidikan, serta kehangatan dan kekeluargaan yang dirasakan penulis. 8. Teman-teman dekat selama kuliah: Adi, Retno, Rian Co, Tio, Icha, Sarah, Iqbal, Mario, Nchi. Terima kasih atas segala keceriaan maupun kebersamaan kalian yang telah menemani penulis selama menempuh studi. 9. Teman-teman satu bimbingan (Maryam, Nazrul, Max) atas kebersamaan dan masukan yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini. 10. Teman-teman di Pondok As-Salam, khususnya Hafidz, Udin, Bang Napi, Charjo, Konde, Andi yang telah seperti menjadi keluarga selama penulis tinggal di Bogor. 11. Riska atas segala perhatian yang diberikan dan telah setia menjadi tempat bertukar pikiran. 12. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor,
September 2009
Elby Julian Putra H14051824
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
v
I. PENDAHULUAN......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................
2
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................
4
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian......................................
4
1.5. Manfaat Penelitian...............................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN....................
6
2.1. Pendekatan Struktur Perilaku Kinerja.................................................
6
2.1.1. Struktur Pasar............................................................................
7
2.1.2. Perilaku Pasar...........................................................................
10
2.1.3. Kinerja Pasar.............................................................................
11
2.2. Tinjauan Penelitian Tentang Struktur Perilaku Kinerja......................
13
2.3. Tinjauan Penelitian Tentang Industri Pulp Dan Kertas.......................
14
2.4. Kerangka Teori....................................................................................
16
III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................................
19
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................
19
3.2. Jenis Dan Sumber Data.......................................................................
19
3.3. Metode Analisis...................................................................................
19
3.3.1. Analisis Struktur Industri..........................................................
20
3.3.2. Analisis Perilaku Industri..........................................................
21
3.3.3. Analisis Kinerja Industri...........................................................
22
3.3.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja..........
24
3.4. Uji Ekonometrika................................................................................
25
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI...........................................................
27
4.1. Sejarah Industri Pulp dan Kertas.........................................................
27
4.2. Profil Industri Pulp dan Kertas............................................................
28
4.3. Perkembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia.............................
33
4.4. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia...........................................................................
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
39
5.1. Analisis Struktur Pasar Industri Pulp dan Kertas di Indonesia...........
39
5.1.1. Analisis Rasio Konsentrasi.......................................................
39
5.1.2. Analisis Hambatan Masuk Industri...........................................
44
5.2. Analisis Perilaku Pasar Industri Pulp dan Kertas di Indonesia...........
45
5.2.1. Strategi Harga...........................................................................
45
5.2.2. Strategi Produk.........................................................................
46
5.2.3. Strategi Distribusi.....................................................................
46
5.3. Analisis Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia......................
47
5.4. Analisis Hubungan Struktur dengan Kinerja......................................
49
5.4.1. Uji Asumsi Model.....................................................................
49
5.4.2. Estimasi Model.........................................................................
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
54
6.1. Kesimpulan..........................................................................................
54
6.2. Saran....................................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
56
LAMPIRAN...............................................................................................
58
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1. Contoh Tipe Pasar.....................................................................................
8
2.2. Ciri-ciri dan Tipe Pasar.............................................................................
12
4.1. Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Golongan Tahun 2007................................................................................................
28
4.2. Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Status Modal Tahun 2007................................................................................................
29
4.3. Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Distribusi Lokasi Tahun 2007................................................................................................
30
4.4. Empat Perusahaan Penghasil Pulp & Kertas Terbesar di Indonesia.........
33
4.5. Perkembangan Produksi Hasil Hutan dan Perkebunan Tahun 2003-2007..................................................................................................
33
4.6. Perkembangan Kapasitas Terpasang Hasil Hutan dan Perkebunan Tahun 2003-2007......................................................................................
34
5.1. CR4 Industri Pulp dan Kertas Berdasarkan Kode ISIC dan Jumlah Perusahan dari Tahun 1996-2006 di Indonesia............................
40
5.2. Pangsa Pasar Beberapa Perusahaan Berdasarkan Kapasitas Terpasang Tahun 2006..............................................................................
44
5.3. PCM, Growth dan XEF Industri Pulp dan Kertas di Indonesia................
48
5.4. Hasil Estimasi PCM Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 1989-2006......................................................................................
50
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.1. Nilai Tambah Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 1989-2006.......
2
2.1. Kerangka Pemikiran dari Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia..........................................
18
5.1. Grafik Rasio Konsentrasi Industri Pulp dan Kertas di Indonesia dari Tahun 1996-2006...............................................................................
43
5.2. Perkembangan nilai MES..........................................................................
45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. CR4 dan CR1 Industri Pulp dan Kertas Indonesia 1989–2006................
59
2. Hasil Estimasi PCM...................................................................................
62
3. Uji Autokorelasi.........................................................................................
63
4. Uji Heteroskedastisitas...............................................................................
63
5. Uji Normalitas............................................................................................
63
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Agroindustri merupakan salah satu sektor industri yang memegang
peranan penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini disebabkan karena produk agroindustri memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Salah satu sektor agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia pada saat ini adalah industri pulp dan kertas. Produksi pulp yang dihasilkan Indonesia pada tahun 1993 yaitu sebesar 900 ribu M.ton, kemudian pada tahun 2000 mengalami peningkatan lagi menjadi 4,089 juta M.ton atau nilainya meningkat sebesar 50,57 % per tahun. Sementara itu produksi kertas pada tahun 1993 adalah sebesar 2,572 juta M.ton dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 6,849 juta M.ton atau nilainya meningkat sebesar 23,71 % per tahun (Biro Pusat Statistik, 2009). Peningkatan produksi pulp dan kertas menyebabkan peningkatan nilai tambah. Pada tahun 1990 nilai tambah dari industri ini sebesar 820,90 milyar, meningkat menjadi 21045,48 milyar pada tahun 2002, atau nilainya meningkat sebesar 213,64% per tahun (Biro Pusat Statistik, 2009). Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri penyumbang devisa terbesar. Pada tahun 2003 industri ini menyumbangkan devisa
sebesar US$
2029,60 juta dan nilainya meningkat menjadi US$ 3923,12 juta pada tahun 2008 atau rata-rata sebesar 18,66 % per tahun. Sejak tahun 2005 nilai ekspor pulp dan kertas nilainya lebih besar bila dibandingkan nilai impornya (Biro Pusat Statistik, 2009).
Sumber : BPS, 1989-2006 (diolah) Gambar 1.1. Nilai Tambah Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 19892006 Peranan industri pulp dan kertas dalam penyerapan tenaga kerja juga cukup tinggi. Pada tahun 1973 jumlah tenaga kerja pada industri ini sebanyak 7464 orang meningkat menjadi 21582 orang pada tahun 1985 dan meningkat lagi pada tahun 2002 menjadi 105627 orang atau nilainya meningkat sebesar 37, 24 % per tahun (Biro Pusat Statistik, 2009).
1.2.
Perumusan Masalah Pertumbuhan sektor industri pulp dan kertas yang pesat memungkinkan
bermunculannya perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal yang kuat dan berskala besar. Dalam kenyataannya, perusahaan-perusahaan besar yang bermodal kuat ini akan memiliki kekuatan yang besar di dalam pasar. Kekuatan ini bisa diperoleh karena perusahaan-perusahaan mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan kebijakan proteksi dan penanaman modal asing. Fenomena yang selanjutnya terjadi adalah timbulnya kekuatan-kekuatan ekonomi yang mengarah kepada terbentuknya konsentrasi kekuatan pasar. Kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi struktur pasar di dalam industri.
Kecenderungan yang akan timbul adalah terbentuknya struktur pasar yang mengarah pada monopoli ataupun oligopoli. Selanjutnya struktur pasar tersebut akan mempengaruhi perilaku-perilaku perusahaan-perusahaan pada industri ini sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Struktur pasar pada industri pulp dan kertas termasuk ke dalam struktur pasar oligopoli, hal ini bisa kita lihat pada tingkat konsentrasi (ISIC 3 Digit) industri pulp dan kertas Indonesia yang memiliki tingkat konsentrasi lebih besar dari 40. Dengan struktur pasar yang berbentuk oligopoli, perusahaan-perusahaan yang ada pada industri ini mampu mempengaruhi tingkat harga di pasar. Selain itu perilaku suatu perusahaan yang mempunyai market power, akan mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya. Pada umumnya perusahaan yang memiliki kedudukan sebagai monopolis akan cenderung untuk menjual outputnya dengan harga yang lebih tinggi. Dengan keadaan semacam ini maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan lebih besar. Selanjutnya terjadi peralihan kesejahteraan dari konsumen kepada produsen dengan diambilnya sebagian konsumen surplus. Jika hal ini dibiarkan berlanjut maka pengaruhnya akan buruk sekali terhadap kesejahteraan dalam perekonomian dengan terjadinya inefisiensi alokasi sumber daya dilihat dari sudut pandang pemerintah. Berdasarkan paradigma SCP (Structure Conduct Performance), struktur dalam suatu industri, industri ini akan mempengaruhi kinerja suatu perusahaan melalui perilaku-perilakunya di dalam pasar. Struktur suatu perusahaan dapat dilihat dari konsentrasinya pada suatu pasar. Berdasarkan teori, semakin tinggi
konsentrasi suatu pasar maka semakin tinggi kinerja perusahaan, hal ini karena semakin terkonsentrasinya suatu pasar semakin mudah perusahaan menetapkan harga monopoli di pasar melalui perilaku kolusi. Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan industri pulp dan kertas yang muncul untuk dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah : 1.
Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia.
1.4.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah industri pulp dan kertas Indonesia
berdasarkan kode ISIC 3 Digit yang berkaitan dengan kondisi dasar dari struktur, perilaku, dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang tersedia di Biro Pusat Statistik hanya sampai pada
tahun 2006. Penelitian ini juga hanya terbatas pada skala domestik dan tidak menganalisis aspek pangsa pasar industri pulp dan kertas di pasar internasional.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak,
antara lain: 1. Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan mengenai industri pulp dan kertas di Indonesia dan juga sebagai sarana untuk mengembangkan intelektualitas. 2. Bagi pemerintah maupun lembaga atau instansi terkait, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan bahan rujukan untuk pengembangan industri pulp dan kertas di Indonesia. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi bahan referensi ataupun rujukan untuk penelitian berikutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja Dalam teori organisasi industri, terdapat sebuah konsep SCP, atau
structure, conduct and performance. Teori tersebut menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar dianggap akan mempengaruhi perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan perilaku akan mempengaruhi kinerja. Ada beberapa model pendekatan SCP yaitu SCP School dan Chicago School, serta The New Industrial Economics. 1.
Structure-Conduct-Performance (SCP School) Pandangan ini menekankan bahwa tingkat konsentrasi dan keuntungan
yang tinggi diinterpretasikan sebagai indikator penguasaan dan penyalahgunaan penguasaan pasar. Dengan demikian masyarakat akan merasakan dampak negatifnya dan pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk membatasi perilaku perusahaan (Lubis, 1997). 2.
Chicago School Aliran Chicago School mempunyai argumen bahwa tingkat konsentrasi
dan keuntungan yang tinggi merupakan ukuran keberhasilan perusahaan. Hanya perusahaan yang efisien dan inovatif yang mampu mendapatkan keuntungan dan memperbesar pangsa pasar serta meningkatkan konsentrasi pasar. Sebaliknya, perusahaan yang efisien justru menguntungkan konsumen melalui tingkat harga yang lebih rendah maupun kualitas produk yang lebih baik. Berbeda dengan pandangan klasik, pandangan ini menyatakan arah hubungan yang terbalik, di
mana tingkat efisiensi perusahaan merupakan determinan posisi suatu perusahaan dalam pasar dan perilakunya. Aliran ini juga menyatakan bahwa sumber utama terjadinya kekuatan monopoli adalah pemerintah, sehingga agar tercapai kinerja pasar yang diinginkan diserahkan pada mekanisme pasar (Yunianti, 2001). 3.
New Industrial Economics Pandangan ini memberi perhatian lebih pada peran perilaku yaitu apresiasi
terhadap dimensi strategis dari keputusan perusahaan. Perusahaan ini tidak hanya bereaksi dan beradaptasi terhadap kondisi eksternal, tapi juga berusaha agar lingkungan ekonomi dimana ia berada dapat memberi keuntungan kepadanya dengan pertimbangan bahwa pesaingnya juga akan melakukan hal yang sama (Lubis, 1997). 2.1.1. Struktur Pasar Struktur pasar dapat menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual dan pembeli melalui proses terbentuknya harga dan jumlah produk yang ditawarkan dalam pasar (Jaya, 2001). Struktur pasar memiliki beberapa elemenelemen penting yaitu pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan masuk pasar. Elemen-elemen tersebut akan menggambarkan ukuran perusahaan-perusahaan yang bersaing di dalam suatu pasar. 1.
Pangsa pasar (Market Share) Pangsa pasar adalah persentase pendapatan perusahaan dari total
pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga 100 persen (Jaya, 2001). Semakin tinggi pangsa pasar, semakin tinggi pula kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang tinggi
akan menciptakan monopoli yang mengejar keuntungan semaksimal mungkin. Apabila setiap perusahaan pangsa pasarnya rendah maka akan tercipta persaingan yang efektif. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa tipe pasar yang tercipta mulai dari monopoli murni sampai dengan persaingan murni. Tabel 2.1. Contoh Tipe Pasar TIPE PASAR KONDISI UTAMA Monopoli Suatu perusahaan menguasai Murni 100 persen dari pangsa pasar. Perusahaan Suatu perusahaan yang Dominan menguasai 50-100 % dari pangsa pasar dan tanpa pesaing kuat. Oligopoli Ketat Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100%. Kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah. Oligopoli Penggabungan 4 perusahaan Longgar terkemuka yang memiliki 40% atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin. Persaingan Banyak pesaing yang efektif, Monopolistik tidak satupun yang memiliki lebih dari 10% pangsa pasar Persaingan Lebih dari 50 pesaing yang Murni mana tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti. Sumber : Jaya (2001). 2.
CONTOH PLN, Telkom, PAM Surat kabar lokal/nasional, film kodak, batu baterai Perbankan lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kredit dan semen. Kayu, perkakas rumah, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu batery, obat-obatan. Pedagang eceran, pakaian Sapi dan unggas
Konsentrasi (Concentration) Menurut Jaya (2001) konsentrasi adalah kombinasi pangsa pasar dari
perusahaan-perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari dua sampai delapan
perusahaan. Kombinasi pangsa pasar mereka membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Terdapat empat indeks konsentrasi, yaitu : 1) Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran-ukuran perusahaan yang memimpin pasar. 2) Indeks Hirschman-Herfindahl merupakan penjumlahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. 3) Indeks Rosenbluth didasarkan pada peringkat setiap perusahaan dan pangsa pasarnya. 4) Indeks entropy mengukur pangsa pasar semua perusahaan. 3.
Hambatan Untuk Masuk (Barrier To Entry) Menurut Asian Development Bank (2001) barrier to entry dapat
didefinisikan sebagai setiap bentuk karakteristik pasar yang menghambat pendatang (entrant) baru untuk bersaing atas dasar yang sama dengan perusahaan yang sudah ada. Dalam definisi ini, kombinasi biaya yang hilang (sunk cost) dan skala ekonomi dapat menjadi barrier to entry. Menurut Bain (1956) penentu utama kondisi entry adalah skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk dan keuntungan biaya absolut antara perusahaan yang ada dengan yang baru. Kondisi sangat menentukan degree of competition baik yang aktual maupun yang potensial sehingga dapat diduga mempengaruhi kinerja dan struktur. Pesaing potensial adalah perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya (Jaya, 2001).
Menurut Shepherd (1990) menyatakan bahwa dengan adanya hambatan masuk akan menghalangi pesaing yang potensial untuk memasuki pasar dan menjadi pesaing yang sesungguhnya. Apapun yang mengurangi kemungkinan skala atau kecepatan dari masuknya perusahaan disebut sebagai hambatan masuk. 2.1.2. Perilaku Pasar Hasibuan (1993) menyatakan bahwa dalam menilai derajat persaingan suatu pasar perlu diperhatikan perilaku dari perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Suatu industri melakukan penyesuaian untuk melakukan peranannya di dalam pasar sehingga tercapai tujuannya. Perilaku ini jelas terlihat pada penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian koordinasi terjadi sangat luas seperti kolusi. Pada kondisi pasar oligopoli, perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh suatu perusahaan. Berbeda dengan kondisi pasar persaingan sempurna di mana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga. Pada kondisi pasar yang dipimpin oleh suatu perusahaan dominan, umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti perusahaan monopoli yang akan menaikkan harga untuk memperoleh keuntungan lebih dan menggunakan diskriminasi harga. Sedangkan pada pasar oligopoli, tindakan yang mereka lakukan terkait oleh strategi di mana pilihan tindakannya seringkali tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pesaing terdekatnya (Jaya, 2001).
2.1.3. Kinerja Pasar Kinerja pasar atau industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri (Hasibuan, 1993). Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memilki banyak aspek, namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok, yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keadilan (Jaya, 2001). a.
Efisiensi Yang dimaksud efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang
maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi internal (X-eff) yang menggambarkan perusahaan dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimal dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Efisiensi ini diukur dengan perbandingan nilai tambah dan nilai input setiap perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumberdaya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai dari output (Jaya, 2001). b.
Keadilan Keadilan yaitu keseimbangan dalam distribusi. Keadilan mempunyai tiga
dimensi, yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Keseimbangan mempengaruhi etika dan terdapat kriteria etika yang harus dikombinasikan, yaitu kesamarataan, upaya, dan kontribusi atau produktivitas (Jaya, 2001). c.
Kemajuan Teknologi
Kemajuan mengacu pada keefektifan dalam pemeliharaan pasar dari perubahan hasil yang baru dan lebih baik serta teknik produksi yang lebih baik. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang lebih baik bagi perusahaan, dengan adanya perubahan dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang lebih baik dan proses produksi menjadi lebih baik (Jaya, 2001). Berdasarkan elemen-elemen yang diketahui, maka dapat diketahui bagaimana ciri-ciri dan tipe pasar yang dihadapi oleh suatu industri. Tabel 2.2. Ciri-ciri dan Tipe Pasar Ciri-ciri
Monopoli
Perusahaan Dominan Menguasai 50 persen sampai dengan 100 persen pangsa pasar tanpa pesaing kuat
Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif dan tidak satu pun memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar
Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang tidak satu pun memiliki pangsa pasar yang berarti
Kondisi utama **
Memiliki 100 persen pangsa pasar
Indeks HirschmanHerfindahl (HHI) * Jumlah Produsen* Entry/exit barrier* Diferensiasi produk* Kekuatan menentukan* Persaingan selain harga* Informasi*
HHI=1000
2500
Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa pasarnya 60 persen sampai dengan 100 persen 1000
1000
HHI<100
Satu
Banyak
Sedikit
Banyak
Relatif rendah Relatif
Tinggi
Relatif rendah
Sangat banyak Rendah
Sangat tinggit Relatif
Relatif
Relatif
Tidak ada
Sangat besar Tidak ada
Relatif
Relatif
Sedikit
Tidak ada
Besar
Besar
Besar
Tidak
Terbatas
Cukup terbuka
Terbuka
Agak berlebih Kurang baik
Normal Cukup baik
Normal Baik
Sangat Cukup terbatas terbuka Profit* Berlebih Berlebih Efisiensi* Kurang Kurang baik baik Sumber: * Hasibuan (1993) ** Jaya (2001)
Oligopoli
Dalam mengukur kinerja suatu industri, variabel yang paling umum digunakan adalah Price-Cost-Margin (PCM). Penggunaan PCM sebagai variabel kinerja pertama kali oleh Collins dan Presto (1968-1969). Selain PCM, pengukuran kinerja juga dapat dilakukan dengan metode-metode lain. Pada umumnya, pengukuran kinerja dalam studi empiris terbagi menjadi empat macam. Selain PCM, pengukuran lain yang dapat digunakan adalah rasio dari kelebihan profit terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari asset atau modal, dan yang terakhir adalah dengan mengukur nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan.
2.2.
Tinjauan Penelitian Tentang Struktur Perilaku Kinerja Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukkan bahwa struktur pasar pada
industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel XEF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variabel DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga, produk, promosi dan distribusi. Pada penelitian ini tidak dijelaskan pengaruh dari bea masuk impor baja terhadap kinerja industri besi baja indonesia. Menurut Winsih (2007) yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia dengan menggunakan panel data menyatakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar pada peningkatan
kinerja adalah produktivitas, dan efisiensi-x. Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar, pertumbuhan nilai produksi, ekspor dan impor tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan. Perilaku pasar dalam industri manufaktur dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan promosi, strategi distribusi dan perilaku kolusi. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak menganalisis daya saing industri manufaktur di pasar luar negeri karena selama ini industri manufaktur sudah menjadi prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional bagi kebanyakan negara berkembang.
2.3.
Tinjauan Penelitian Tentang Industri Pulp Dan Kertas Situmorang (2005), menganalisis penawaran dan permintaan pulp dan
kertas Indonesia di pasar domestik dan internasional. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dua tahap (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, produksi domestik pulp tidak responsif terhadap perubahan domestik harga pulp dan biaya produksi, sedangkan ekspor pulp Indonesia hanya responsif terhadap produksi domestik pulp. Permintaan domestik pulp tidak responsif terhadap perubahan harga domestik kertas dan harga impor, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang, dan impor pulp oleh Indonesia juga tidak responsif terhadap permintaan domestik pulp dan harga impor pulp. Harga domestik pulp hanya responsif terhadap perubahan produksi domestik pulp. Peningkatan penawaran pulp Indonesia di pasar domestik dapat dilakukan dengan cara meningkatkan harga domestik pulp, sedangkan penawaran pulp
Indonesia di pasar internasional dapat ditingkatkan melalui peningkatan harga ekspor pulp dan devaluasi rupiah. Peningkatan penawaran kertas di pasar domestik dan internasional dapat dicapai melalui pengurangan tarif impor dan peningkatan harga ekspor kertas Indonesia. Permintaan domestik pulp dan kertas dapat ditingkatkan melalui pengurangan (penghapusan) tarif impor. Kebijakan domestik yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat domestik adalah devaluasi rupiah karena dapat meningkatkan penerimaan devisa. Dari penelitian ini yang belum dimasukkan dalam model padahal diduga dapat mempengaruhi model adalah variabel dummy larangan ekspor kayu bulat. Menurut Ningrum (2006) yang melakukan analisa permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia mengungkapkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan pada tahun 1980-2005. Kenaikan tersebut dikarenakan produksi pulp dan kertas meningkat karena kebutuhan akan kertas di dunia semakin meningkat. Hasil analisis model permintaan ekspor kertas 1980-2005 menunjukkan harga ekspor kertas, nilai tukar, dan produksi kertas berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kertas Indonesia. Harga ekspor kertas berhubungan negatif dengan permintaan kertas, sedangkan nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor kertas. Penelitian Heldini (2008) menganalisis pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kemampuan komparatif dalam memproduksi kertas yang dapat dilihat dari kemampuannya
memiliki luas hutan terbesar di dunia dan tenaga kerja yang berlimpah. Berdasarkan hasil dari regresi variabel pendapatan per kapita negara Amerika tidak mempengaruhi pangsa pasar. Sedangkan variabel harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, populasi negara Amerika, serta dummy ekolabeling berpengaruh secara signifikan terhadap pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Harga domestik dan harga ekspor berpengaruh negatif terhadap pangsa pasar sedangkan nilai tukar, populasi negara Amerika, dan dummy ekolabeling berpengaruh positif terhadap pangsa pasar. Dari berbagai telaah penelitian terdahulu tentang industri pulp dan kertas Indonesia telah memberikan gambaran tentang perkembangan industri dan perdagangan pulp dan kertas serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di tingkat nasional maupun internasional. Namun demikian, analisis stuktur perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia belum diteliti secara lebih mendalam. Oleh karena itu, pada penelitian ini dianalisis struktur perilaku kinerja serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Variabel-variabel ekonomi yang digunakan yaitu, tingkat keuntungan, rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar, efisiensi internal, pertumbuhan produksi, hambatan masuk perusahaan untuk masuk pasar, nilai ekspor dan variabel krisis ekonomi kondisi perekonomian negara sebelum dan sesudah krisis tahun 1997.
2.4.
Kerangka Teori Kerangka Pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct
Performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur,
perilaku dan kinerja itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu industri mempengaruhi kinerja dari industri mempengaruhi perusahaan
yang
ada
di
dalamnya,
kemudian
perilaku
tersebut
akan
mempengaruhi kinerja dari industri tersebut. Analisis mengenai struktur pasar menggunakan pangsa pasar, tingkat konsentrasi empat perusahan terbesar (CR4) dan hambatan masuk pasar. Konsentrasi ini akan menunjukkan bentuk pasar yang dihadapi oleh industri. Struktur pasar akan berdampak pada perilaku industri. Perilaku dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Perilaku yang terjadi dianalisis dengan melihat strategi harga, strategi promosi, strategi produk, strategi distribusi dan kemungkinan terjadinya kolusi oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Perilaku pasar akan berdampak pada kinerja industri. Kemudian akan dilihat bagaimana kinerja industri yang ditinjau dari PCM (Price Cost Margin) dan efisiensi internal (XEF). PCM digunakan sebagai proksi yang mencerminkan tingkat keuntungan dari suatu industri. Selain itu juga akan dibahas mengenai hubungan antara struktur dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Pada struktur pasar variabel yang digunakan adalah CR4 dan hambatan masuk (MES) kemudian variabel lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap keuntungan antara lain efisiensi internal (XEF), pertumbuhan output (Growth), ekspor dan krisis ekonomi dengan nilai XEF yang tinggi diduga dapat meningkatkan keuntungan.
Industri Pulp dan Kertas di Indonesia
Struktur • CR4 • MES
Faktor lainnya: Growth, Ekspor,krisis ekonomi
Perilaku
Kinerja
Kinerja
• Strategi Harga • Strategi Produk • Strategi Distribusi
PCM
X‐efisiensi
Pengaruh Struktur Terhadap Kinerja
Analisis Regresi dengan metode OLS
Kesimpulan dan Saran Keterangan :
hubungan satu arah hubungan variabel eksogen dengan endogen variabel eksogen variabel endogen
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran dari Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan secara nasional dengan melihat perkembangan
industri pulp dan kertas di Indonesia. Penelitian ini dimulai dari bulan Maret sampai Juli 2009.
3.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series (data deret
waktu) tahun 1989 hingga tahun 2006. Data yang digunakan meliputi data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan krisis ekonomi. Data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), literatur dan jurnal dari berbagai perpustakaan dan hasil penelitian terdahulu.
3.3.
Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar dibagi atas
dua, yaitu: metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis lebih lanjut tentang perilaku industri pulp dan kertas di Indonesia. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis struktur dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia. Metode ini biasanya dilakukan melalui pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) yang diolah melalui Ordinary Least Square (OLS).
3.3.1. Analisis Struktur Industri a)
Pangsa Pasar (MS) Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar yang berbeda dan berkisar antara
0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.
Di mana : Msi = pangsa pasar perusahaan i (persen) Si = penjualan perusahaan i (rupiah) Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) Sumber: Hasibuan (1993) b)
Konsentrasi Industri Tingkat konsentrasi dapat dihitung dengan melihat Concentration Ratio
(CR). Untuk mengetahui tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar digunakan rumus rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, yang merupakan persentase dari total pendapatan penjualan. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen maka bentuk pasarnya adalah monopoli (Jaya, 2001).
Di mana : CRm = rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%).
msi
= pangsa pasar perusahaan ke-i (%).
c)
Hambatan Masuk Pasar (Barrier to Entry) Hambatan masuk pasar dapat dilihat dari mudah atau tidaknya pesaing-
pesaing potensial untuk masuk ke pasar. Jika pesaing-pesaing baru dapat dengan leluasa masuk dan mengurangi kekuatan pasar perusahaan-perusahaan lama, maka dapat dikatakan hambatan tersebut tidak ada. Hambatan ini tidak hanya dalam bentuk perangkat-perangkat yang legal, tetapi juga dapat terjadi secara alami. Hambatan masuk pasar dibagi menjadi dua yaitu hambatan teknis yang terjadi karena ketidakmampuan teknis dan hambatan legal berupa undang-undang khusus atau hak khusus seperti hak paten. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan yang menguasai pasar lebih dari 50 persen. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan total output industri. Data ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES),
3.3.2 Analisis Perilaku Industri Analisis mengenai perilaku industri ini akan dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Elemen-elemen dalam perilaku pasar dapat dijelaskan sebagai berikut : •
Strategi harga Strategi penetapan harga suatu industri tergantung dari beberapa faktor
produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini akan dilihat bagaimana strategi penetapan harga yang dilakukan oleh industri serta apakah ada perilaku
kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat. •
Strategi produk Perusahaan yang bergerak di dalam industri akan melakukan strategi
dalam mengeluarkan produknya. Dalam hal ini yang akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk. •
Strategi distribusi Produsen melakukan strategi distribusi yang bertujuan agar produk yang
dihasilkan dapat didistribusikan secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. 3.3.3. Analisis Kinerja Industri Analisis kinerja dilakukan dengan menggunakan analisis Price-Cost Margin (PCM) dan efisiensi internal (XEF). Efisiensi internal menunjukkan kemampuan perusahaan dalam suatu industri dalam menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin efisien suatu perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Untuk mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dengan input industri tersebut (Jaya, 2001).
Nilai tambah diperoleh dengan mengurangkan biaya input terhadap nilai outputnya. Nilai output itu sendiri adalah nilai dari seluruh barang dan jasa juga sebagai
produk
yang
dihasilkan
oleh
sektor-sektor
produksi
dengan
memanfaatkan faktor produksi yang tersedia. Sementara itu nilai input memiliki pengertian yang dibagi dua, yaitu: 1.
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi.
2.
Input primer adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi antara lain tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahaan. Variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja yang lainnya adalah
proksi dari keuntungan Price Cost Margin (PCM). PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya produksi. PCM juga diidentifikasikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tingkat PCM yang tinggi umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi. PCM diperoleh dengan membagi selisih antara nilai tambah dikurangi upah terhadap output yang dihasilkan (Jaya, 2001).
Variabel pertumbuhan output (Growth) diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan output (Growth) adalah dengan membagi selisih antara output pada tahun ke-i dan output tahun sebelumnya.
3.3.4. Hubungan Struktur dan Faktor Lainnya dengan Kinerja Hubungan struktur dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Pemilihan metode OLS untuk meramalkan model disebabkan oleh mudahnya penggunaan serta pendeskripsian hasil regresi. Di samping itu merupakan salah satu metode yang sering digunakan peneliti di bidang ekonomi untuk melihat hubungan antar variabel ekonomi. Hubungan struktur dan faktor lain yang mempengaruhi kinerja dapat dilihat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Penggunaan variabel PCM sebagai proksi keuntungan telah digunakan oleh Collins dan Preston (1968,1969) lalu Shepherd (1972) dan semakin banyak digunakan dalam penelitian ilmiah. PCMt = β0 + β1CR4(-1) + β2GROWTH(-1) + β3XEFt + β4MESt + β5EKSPORt + β6KRISISt + Ut......................................................................................(7) Dimana : PCMt
= tingkat keuntungan industri pada tahun ke-t (%)
CR4(-1)
= konsentrasi industri dari empat perusahaan terbesar pada tahun sebelumnya (%)
GROWTH(-1)
= pertumbuhan nilai produksi pada tahun sebelumnya (%)
XEFt
= efisiensi internal industri pada tahun ke-t (%)
MESt
= hambatan masuk industri pada tahun ke-t (%)
EKSPORt
= jumlah komoditi yang diekspor pada tahun ke-t (ton)
KRISISt
= krisis ekonomi pada tahun 1997, dengan nilai 0 sebelum krisis dan 1 setelah krisis.
Ut
= error
β0
= intersep (β0 > 0)
βi
= koefisien parameter yang diduga
nilai dugaan diharapkan βi>0
3.4.
Uji Ekonometrika
1.
Uji Autokorelasi Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antar unsur
gangguan (galat) pada tahun sekarang dengan galat tahun sebelumnya. Autokorelasi bisa terjadi pada deret waktu (time series). Pengujian autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan Breusch-godfrey serial Correlation LM Test, yang hasil kesimpulannya dapat diketahui dari nilai Probability Obs*Rsquared. Jika nilai Probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata, maka terjadi autokorelasi di dalam model persamaan. Begitu pula sebaliknya, jika nilai Probability Obs*R-squared ternyata lebih besar dari taraf nyata maka tidak terjadi autokorelasi pada model persamaan yang digunakan. Teknik mengatasi autokorelasi di antaranya dengan menggunakan (1) Evaluasi model, (2) Metode Pembedaan Umum/ Generalized Differences, (3) Metode Pembedaan Pertama, (4) Estimasi ρ berdasarkan Durbin Watson, (5) Estimasi ρ berdasarkan residual. 2.
Uji Heteroskedastisitas Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas
(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama.
Heteroskedastisitas tidak merusak ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (yaitu asimtotik) (Gujarati, 1978). Gejala adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh probability
Obs*R-squared pada uji Heteroskedasticity Test: Breusch-
Pagan-Godfrey. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared > taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas Obs*R-squared < taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan mengalami heteroskedastisitas. Teknik mengatasi Heteroskedastisitas di antarnya dengan menggunakan Metode Generalized Least Squares (GLS), Transformasi dengan , Transformasi dengan Logaritma. 1.
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas didefinisikan sebagai adanya korelasi yang kuat antar
variabel bebas pada model persamaan. Multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien bebas cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 12 maka dapat disimpulkan terjadi multikolinearitas pada model persamaan yang digunakan. Teknik mengatasi multikolinearitas:
(1)
Membuang
peubah
bebas
yang
mempunyai
multikolinearitas tinggi terhadap peubah bebas lainnya, (2) menambah data pengamatan/ contoh, dan (3) melakukan transformasi terhadap peubah-peubah bebas yang mempunyai kolinearitas atau menggabungkan menjadi peubah-peubah bebas baru yang mempunyai arti.
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI
4.1.
Sejarah Industri Pulp dan Kertas Industri pulp dan kertas dapat digolongkan menjadi dua, yaitu industri
pulp dan kertas integrated dan non-integrated. Industri kertas integrated merupakan industri kertas dimana dalam satu industri dapat menghasilkan pulp dan kertas. Dalam industri kertas integrated, bahan baku diproses untuk menghasilkan pulp yang kemudian pulp tersebut digunakan untuk menghasilkan produk kertas. Sedangkan pada industri kertas non-integrated, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pulp dan kertas dilakukan secara terpisah, sehingga hanya pulp atau kertas saja yang dihasilkan dalam satu pabrik (APKI, 2007). Industri kertas mulai didirikan pada tahun 1928 yaitu pada zaman Hindia Belanda dengan nama NV. Padalarangsche Papier Fabriek yang merupakan anak dari perusahaan NV. Papier Fabriek Nijmegens di Belanda. Tujuan pendirian pabrik tersebut adalah menghasilkan berbagai jenis kertas untuk keperluan kantor sebagai substitusi impor kertas dari Belanda yang mengalami hambatan pengiriman karena adanya Perang Dunia I. Pada tahun 1970-an industri kertas mulai berkembang, terutama setelah dikeluarkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968. Adanya kedua Undang-Undang tersebut, telah memicu berkembangnya pabrik kertas baik yang berstatus PMA maupun PMDN.
Berdasarkan APKI (2007), jumlah perusahaan pulp dan kertas Indonesia terus berkembang. Mulai dari 40 perusahaan pada tahun 1989 yang terbagi atas 15 perusahaan sebagai perusahaan integrated (pabrik menghasilkan pulp dan kertas) dan 25 perusahaan sebagai perusahaan non-integrated (pabrik yang hanya menghasilkan pulp saja atau kertas saja) menjadi 84 perusahaan dengan 10 perusahaan integrated dan 74 perusahaan non-integrated. Dari total 74 perusahaan non-integrated, 71 perusahaan industri kertas dan 3 perusahaan industri pulp yang berkembang di Indonesia. Industri kertas yang ada di Indonesia ini umumnya lebih mengarah pada pasar internasional di mana Indonesia telah melakukan ekspor kertas sejak tahun 1980-an (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Golongan Tahun 2007 Status Golongan
Jumlah Kapasitas Perusah Terpasang Pulp (Ton) aan
Kapasitas Terpasang Kertas (Ton) 2.697.000
Integrated (Pulp 10 5.268.100 dan Kertas) Non Integrated Kertas 71 8.328.080 Pulp 3 1.215.000 Total 84 6.483.100 11.025.080 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2007
4.2.
Persentase Persentase Pulp (%) Kertas (%) 81,0
24,0
19,0 100,0
76,0 100,0
Profil Industri Pulp dan Kertas Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun
2007, Indonesia mempunyai perusahaan kertas dengan status modal Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebanyak 69 perusahaan, 12 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan 3 perusahaan Negara. Industri
kertas memiliki kapasitas total sebesar 11.025.080 ton yang terdiri dari kapasitas terpasang perusahaan swasta-negara sebesar 337.900 ton, investasi dalam negeri swasta sebesar 7.479.380 ton, dan investasi luar negeri sebesar 3.207.800 ton. Sedangkan untuk industri pulp, Indonesia mempunyai 3 perusahaan produsen pulp. Industri pulp memiliki kapasitas total sebesar 6.483.100 ton yang terdiri dari kapasitas perusahaan swasta sebesar 240.000 ton, investasi dalam negeri swasta sebesar 3.048.100 ton, dan investasi luar negeri sebesar 3.195.000 ton (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Status Modal Tahun 2007 Status Jumlah Kapasitas Kapasitas Pulp (%) Kertas Perusahaan Terpasang Terpasang (% ) Pulp Kertas (Ton) (Ton) Perusahaan 3 240.000 337.900 4,0 3,0 Negara Swasta Investasi Dalam 69 3.048.100 7.479.380 47,0 68,0 Negeri Swasta Investasi Luar 12 3.195.000 3.207.800 49,0 29,0 Negeri Total 84 6.483.100 11.025.080 100,0 100,0 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2007 Dari total 81 perusahaan kertas, sebagian besar lokasinya berada di pulau Jawa dengan persentase kapasitas terpasang kertas sebanyak 85 %. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat konsumsi kertas di pulau Jawa dibandingkan daerah lain. Bahan baku kertas yang utama adalah pulp dan beberapa perusahaan ada yang mendaur ulang kembali kertas bekas untuk diproduksi menjadi kertas akibat dari tingginya tingkat konsumsi kertas di pulau Jawa. Sedangkan dari 13 perusahaan pulp dengan 3 perusahaan non-integrated dan 10 perusahaan integrated yang berkembang di Indonesia pabriknya sebagian besar ada di pulau
Sumatera dengan persentase kapasitas terpasang pulp sebesar 86 persen. Hal ini disebabkan bahan baku pulp berupa pohon akasia dan eucalyptus tersedia di Sumatera dalam jumlah yang banyak dan untuk jangka waktu yang panjang (Tabel 4.3). Tabel 4.3.
Industri Pulp dan Kertas Indonesia Berdasarkan Distribusi Lokasi Tahun 2007 Kapasitas Persentase Persentase Lokasi Jumlah Kapasitas Pulp (%) Kertas Terpasang Perusahaan Terpasang (%) Kertas Pulp (Ton) (Ton) Jawa 66 340.500 9.345.440 5,0 85,0 Sumatera 16 5.578.000 1.679.640 86,0 15,0 Kalimantan 2 564.600 9,0 Total 84 6.483.100 11.025.080 100,0 100,0 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2007 Profil Beberapa Perusahaan Industri Pulp dan Kertas 1.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk PT. Indah Kiat didirikan pada tahun 1976 oleh perusahaan Indonesia, PT.
Berkat Indah Agung bekerjasama dengan dua perusahaan Taiwan, Chung hwa pulp Corporation dan Yuen poong Yu paper Manufacturing Company Ltd. Chung hwa pulp adalah penghasil pulp yang utama di Taiwan sedang Yuen Poong Yu Paper adalah sebagai produsen kertas di Taiwan. Sekarang ini, PT. Indah Kiat adalah sebuah penghasil pulp, kertas, dan produk packaging terintegrasi. Perusahaan ini menghasilkan kertas tulis dan cetak, blached hardwood kraft pulp (BHK Pulp), container board dan polding board. Perusahaan ini juga membuat converted products, seperti cut-sized photocopier paper (berasal dari uncoated presheet) corrugated boxes. Produk Indah Kiat sangat terintegrasi karena BHK pulp yang dihasilkan digunakan sebagai bahan
baku utama asli bagi pembuatan bermacam-macam kertas tulis dan cetak selain dari kertas bekas yang dipakai untuk membuat corrugated boxes (kotak karton bergelombang). 2.
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk mengacu pada Undang-undang Negara
Republik Indonesia No.6 Tahun 1968 juncto Undang-undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Akta N0.9 tanggal 2 Oktober 1972. Perusahaan ini merupakan bagian kelompok usaha Sinar Mas. Kelompok Sinar Mas adalah salah satu dari kelompok industri terbesar di Indonesia dengan kurang lebih 200 perusahaannya yang bergerak di berbagai usaha yang besar termasuk industri pulp dan kertas, real estate, minyak goreng, produksi bahan makanan, hotel dan perumahan, bidang kimia, perbankan dan jasa keuangan. Pada tahun 1994, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia telah menerima sertifikat ISO 9002 dari Det Norske Veritas Industry B.V, Rotterdam, Belanda, yang merupakan pengakuan bertaraf internasional terhadap sistem dalam proses produksi yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan. Bidang usaha utama perusahaan ini adalah menghasilkan kertas tulis dan cetak bermutu tinggi, kertas HVS mengkilap, dan kertas HVS biasa untuk kebutuhan sekolah dan perkantoran. Selain kertas tulis dan cetak serta hasil-hasil produksi kertas, perusahaan kertas ini juga memproduksi produk-produk kemasan, di antaranya dus (boxboard) yang dipergunakan untuk kemasan rokok, minyak wangi, kertas tissue, dan sereal. 3.
Pindo Deli Pulp & Paper Mills
Pindo Deli Pulp & Paper Mills didirikan di Jakarta mengacu pada Undangundang No.6 tahun 1968 tentang PMDN, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970, dengan Akta No.75 tanggal 31 Januari 1975, Akta Perubahan No.5 tanggal 3 April 1975, Akta Perubahan No. 59 tanggal 26 1975, Akta Perubahan No.6 tanggal 4 Juli 1975 dan Akta Perubahan No.69 tanggal 25 Februari 1976. Perusahaan ini juga merupakan bagian dari kelompok usaha Sinar Mas. Perusahaan ini mempunyai pabrik kertas yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Jenis produk yang dihasilkan adalah coated writing-printing paper, non coated paper & board, tissue paper. 4.
PT. Fajar Surya Wisesa Tbk PT. Fajar Surya Wisesa Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 20
tanggal 13 Juni 1987 dari Lenny Budiman, S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1737-HT.01.01.TH.88 tanggal 29 Februari 1988 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 36, Tambahan No. 1623 tanggal 4 Mei 1990. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 16 tanggal 18 April 2000 dari Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H., pengganti dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan modal ditempatkan dan disetor penuh. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-12358-HT.01.04.TH.2000
tanggal 26 Juni 2000 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 88, Tambahan No. 314 tanggal 3 Nopember 2000. PT. Fajar Surya Wisesa Tbk mempunyai pabrik di Cikarang Barat, Jawa Barat. Perusahaan ini mulai memproduksi usahanya sejak tahun 1989 dengan produk yang dihasilkan adalah coated duplex board, corrugating medium, kraft liner, sack kraft paper. Tabel 4.4. Empat Perusahaan Penghasil Pulp & Kertas Terbesar di Indonesia Nama Perusahaan Kapasitas produksi kertas ton/ tahun (%) 2001 2003 2005 2007 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0,40 0,38 19,56 18,90 PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills 11,91 11,15 13,57 12,82 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 8,49 7,94 9,67 9,92 PT. Fajar Surya Wisesa Tbk 4,07 3,80 4,63 6,12 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, berbagai tahun
4.3. Perkembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia Dari Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa untuk perkembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, industri pulp dan kertas menjadi primadona di sektor ini. Tabel 4.5. Perkembangan Produksi Hasil Hutan dan Perkebunan Tahun 2003-2007 Jenis Komoditi Produksi Hasil Hutan dan Perkebunan/ tahun (dalam juta ton) 2003 2004 2005 2006 2007 Pulp 5,19 5,21 5,46 6,23 6,28 Kertas 7,26 7,68 8,20 8,64 8,68 Furniture Kayu 1,55 1,61 1,51 1,46 1,47 Rotan Olahan 0,38 0,39 0,39 0,37 0,37 Wood Working 4,12 4,20 4,78 4,84 4,85 Crumb Rubber 1,78 1,91 1,90 2,17 2,21 Sumber : Departemen Perindustrian, 2009
Ini dilihat dari jumlah produksi pulp dan kertas yang setiap tahunnya selalu lebih besar dibandingkan dengan jenis komoditi lainnya. Produksi industri pulp dan kertas cenderung terus mengalami peningkatan. Untuk industri pulp, pada tahun 2003, jumlah produksinya sebesar 5,19 juta ton naik menjadi 6,23 juta ton dan 6,28 juta ton pada tahun 2006 dan 2007. Jumlah produksi untuk industri kertas juga mengalami peningkatan selama periode yang sama, yaitu dari 7,26 juta ton naik menjadi 8,64 juta ton dan 8,68 juta ton pada tahun 2006 dan 2007. Tabel 4.6.
Perkembangan Kapasitas Terpasang Hasil Hutan dan Perkebunan Tahun 2003-2007 Jenis Komoditi Kapasitas Terpasang Hasil Hutan dan Perkebunan/ tahun (dalam juta ton) 2003 2004 2005 Pulp 6,29 6,29 6,45 Kertas 10,04 10,04 10,05 Furniture Kayu 2,14 2,14 2,21 Rotan Olahan 0,54 0,55 0,55 Wood Working 8,55 8,57 8,59 Crumb Rubber 1,65 2,06 2,25 Sumber : Departemen Perindustrian, 2009
2006 6,70 10,29 2,22 0,55 8,61 2,47
2007 6,70 10,36 2,22 0,55 8,61 2,47
Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas juga cenderung terus mengalami peningkatan. Untuk industri pulp, pada tahun 2003, kapasitas terpasangnya sebesar 6,29 juta ton naik menjadi 6,45 juta ton dan 6,70 juta ton pada tahun 2005 dan 2007. Kapasitas terpasang untuk industri kertas juga mengalami peningkatan selama periode yang sama, yaitu dari 10,04 juta ton naik menjadi 10,29 juta ton dan 10,36 juta ton pada tahun 2006 dan 2007. Secara rinci perkembangan peningkatan kapasitas terpasang pulp dan kertas selama periode 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Jumlah produksi dan kapasitas terpasang industri pulp dan kertas yang besar ini disebabkan Indonesia mempunyai bahan
baku yang cukup besar, serta biaya tenaga kerja dan energi yang dimiliki Indonesia relatif lebih murah dibandingkan negara-negara produsen lainnya.
4.4.
Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia Dalam rangka meningkatkan peranan industri pulp dan kertas untuk
memenuhi kebutuhan domestik maupun tujuan ekspor, pemerintah mengambil kebijaksanaan sebagai berikut (Gloria, 1997) : a.
Kebijakan investasi Industri pulp dan kertas secara umum masih terbuka untuk investasi baru,
kecuali industri pulp yang menggunakan sulfit dalam proses produksinya. Pemerintah memberikan keistimewaan kepada industri ini mengingat peranan kertas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Keistimewaan yang diberikan tersebut tertuang dalam Paket Deregulasi 23 Mei 1995, yang isinya antara lain tidak dilarang membuka proyek perluasan maupun proyek investasi baru bagi perusahaan-perusahaan yang dinilai mampu mengelola hasil hutan untuk keperluan industri pulp dan kertas melalui program Hutan Tanaman Industri (HTI). Kesempatan investasi tersebut terbuka, baik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri. Dengan adanya kebijakan ini maka minat para investor dalam negeri maupun luar negeri untuk melakukan investasi semakin meningkat, termasuk untuk perluasan usaha. b.
Kebijakan Ijin Membuka Industri Berdasarkan Paket Deregulasi 23 Mei 1995 pemerintah melakukan
penyempurnaan perijinan industri meliputi jenis perijinan dan kemudahan
memperoleh ijin usaha dan perluasan industri. Dalam ketentuan tersebut, industri yang melakukan proses produksi yang tidak membahayakan lingkungan dan tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan akan langsung diberikan ijin usaha tanpa perlu tahap persetujuan prinsip. Khusus untuk pulp, pemerintah mengharuskan agar para investor memperhatikan kelestarian pasokan bahan baku serta kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan cara melakukan proses produksi yang tidak membahayakan dan menyertakan program hutan tanaman industri. Selain memberikan ijin usaha industri dan perluasan perusahaan, pemerintah juga memberikan kemudahan melalui insentif kepada perusahaan yang
melakukan
restrukturisasi.
Perusahaan-perusahaan
yang
melakukan
penambahan investasi untuk restrukturisasi diberi kemudahan memperoleh ijin, jika menyediakan sekurang-kurangnya 30 persen dari besarnya investasi peralatan dan mesin yang tercantum dalam pengajuan ijin usaha industri. Kemudahan lain yang diberikan adalah keringanan bea masuk dan bea masuk tambahan lain. Besarnya keringanan bea masuk tersebut dapat mencapai 100 persen, sehingga bea masuk produk perusahaan tersebut menjadi 0 persen untuk impor mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong. c.
Standarisasi Produk Pada akhir tahun 1995 pemerintah menetapkan kebijakan baru di sektor
industri dengan tujuan meningkatkan efisiensi biaya dan daya saing produk industri dalam negeri. Berdasarkan Paket Deregulasi 23 Mei 1995, pemerintah menetapkan bea masuk bagi semua komoditas termasuk impor pulp dan kertas.
Khusus untuk kertas, walaupun industri ini merupakan industri tertua di Indonesia, akan tetapi standarisasi dari produk kertas dan prosesnya baru dikeluarkan secara resmi mulai tahun 1980-an. Dengan Paket Deregulasi 23 Mei 1995, standarisasi produk dan prosesnya disempurnakan dan ketentuanketentuannya yang berkaitan dengan uji mutu dan prosesnya dirangkum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) bidang industri. d.
Kebijakan Ekolabeling Ekolabeling dapat didefinisikan sebagai sebuah label pada sebuah mata
dagang yang menerangkan bahwa produksi mata dagang tersebut memenuhi persyaratan tidak merusak lingkungan. Saat ini kebijakan mengenai ekolabel banyak diberlakukan di negara-negara maju seperti Eropa Barat, Amerika Utara, Jerman, Jepang, Singapura, Korea dan beberapa negara lainnya. Dengan adanya ekolabel ini, maka banyak negara mengharuskan komoditas yang diperdagangkan memiliki label ramah lingkungan. Dengan adanya masalah ekolabel ini, maka pemerintah Indonesia bersikap proaktif dengan mendirikan lembaga sertifikat independen LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) yang khusus mengembangkan ekolabel bidang kehutanan, sedangkan ekolabel bidang industri diserahkan kepada Direktorat Pengembangan Teknik, Bapedal. Dalam rangka mengembangkan ekolabel bidang industri, Bapedal melakukan langkah-langkah : (1) mengharuskan pabrik pulp yang beroperasi sesudah tahun 1990 untuk menggunakan minimal ECF (Elementally Clorine Free) untuk proses pemutihannya, (2) menghimbau pabrik-pabrik pulp yang beroperasi
sebelum tahun 1990 yang masih menggunakan chlorine agar secara bertahap merubahnya dengan ECF/ TFC, (3) melarang industri menggunakan proses sulfit, melarang penggunaan proses merkuri pada CAP (Chlor Alkali Plant), mempromosikan penggunaan proses alkalin yang lebih ramah lingkungan untuk proses pembuatan kertas dan mempromosikan penerapan cleaner production pada industri pulp dan kertas.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Analisis Struktur Pasar Industri Pulp dan Kertas di Indonesia.
5.1.1. Analisis Rasio Konsentrasi Dalam penelitian ini, penghitungan rasio konsentrasi untuk melihat struktur pasar industri pulp dan kertas dilakukan dengan menghitung Rasio Konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4). Hasil penghitungan rasio konsentrasi pasar industri pulp dan kertas di Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.1. Selama periode tahun 1996-2006, rata-rata nilai CR4 industri ini adalah sebesar 64 persen. Dengan melihat nilai dari CR4 tersebut, industri pulp dan kertas digolongkan memiliki struktur pasar oligopoli ketat, dimana empat perusahaan terbesar mempunyai pangsa pasar lebih dari 60 persen. Pada tahun 1996 rata-rata CR4 industri pulp dan kertas secara keseluruhan ialah 70 persen dan pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 66 persen. Selama periode tahun 1996 sampai 2006 terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang masuk sehingga menyebabkan penurunan rasio konsentrasi selama periode tersebut. Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan pada tahun 1996 adalah sebanyak 359 unit perusahaan, sedangkan pada tahun 2006 naik menjadi 506 perusahaan. Dari ketujuh subsektor industri pulp dan kertas, subsektor industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton merupakan subsektor yang memiliki rasio konsentrasi yang paling kecil jika dibandingkan dengan subsektor industri pulp dan kertas lainnya. Rasio konsentrasi untuk subsektor tersebut tahun 1996
adalah sebesar 39 persen dan pada tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi 40 persen. Jumlah perusahaan yang masuk pada industri ini mengalami kenaikan sebesar 108 perusahaan. Tabel 5.1
CR4 Industri Pulp dan Kertas Berdasarkan Kode ISIC dan Jumlah Perusahaan dari Tahun 1996-2006 di Indonesia
Kode ISIC (341) Pulp Jumlah perusahaan Kertas Budaya Jumlah perusahaan Kertas Industri Jumlah perusahaan Kertas tissue
Tahun 1996 1997 1,00 0,90 4 5
1998 0,92 5
1999 0,93 4
2000 0,97 4
2001 0,93 7
2002 0,93 7
2003 0,88 8
2004 0,93 7
2005 0,88 9
2006 0,87 10
Rata2 0,92
0,70
0,58
0,68
0,75
0,71
0,73
0,55
0,85
0,78
0,68
0,78
0,70
54
54
24
64
66
61
41
35
30
43
40
0,91
0,92
0,75
0,71
0,76
0,55
0,19
0,64
0,74
0,81
0,48
34
29
41
41
40
40
21
40
35
28
36
0,69
0,48
0,68
0,69
0,68
0,70
0,31
0,86
0,81
0,71
0,78
Jumlah perusahaan
32
31
35
33
32
29
17
23
29
28
28
Kertas lainnya Jumlah perusahaan Kotak kertas & karton Jumlah perusahaan Kertas & karton yang tidak termasuk dalam golongan Jumlah perusahaan Rata-rata Total jumlah perusahaan
0,72
0,42
0,50
0,52
0,52
0,55
0,77
0,82
0,81
0,72
0,65
18
20
16
16
14
21
33
35
22
26
48
0,39
0,38
0,37
0,39
0,60
0,42
0,40
0,38
0,26
0,27
0,40
172
166
176
177
180
161
142
177
190
203
280
0,54
0,60
0,53
0,42
0,63
0,42
0,31
0,54
0,60
0,57
0,71
45
40
62
58
51
58
68
46
47
55
64
0,70 359
0,61 345
0,63 359
0,63 393
0,69 387
0,61 377
0,49 329
0,71 364
0,70 360
0,66 392
0,66 506
0,67
0,67
0,63
0,39
0,53
0,64
Sumber : Diolah dari data BPS tahun 1996-2006. Sementara itu subsektor industri pulp memiliki rasio konsentrasi yang paling besar. Dimana pada periode tahun 1996 sampai tahun 2006, rata-rata rasio konsentrasinya adalah 92 persen. Melihat angka rasio konsentrasi yang dimiliki oleh subsektor ini dapat disimpulkan bahwa struktur pasar dari subsektor industri
pulp adalah oligopoli ketat. Jumlah perusahaan pada subsektor ini mengalami peningkatan dari 4 perusahaan pada tahun 1996 menjadi 10 perusahaan pada tahun 2006. Penambahan 6 perusahaan yang masuk industri menyebabkan penurunan rasio konsentrasi sebesar 13 persen, dari 100 persen pada tahun 1996 menjadi 87 persen pada tahun 2006. Untuk industri subsektor kertas budaya konsentrasinya rata-rata 70 persen. Pada tahun 2002 terjadi penurunan rasio konsentrasi sebesar 18 persen. Penurunan rasio konsentrasi ini diikuti juga dengan penurunan jumlah perusahaan dari 61 perusahaan menjadi 41 perusahaan. Secara teori, seharusnya penurunan rasio konsentrasi disebabkan oleh adanya pesaing baru yang masuk dalam suatu pasar atau industri. Tetapi dalam hal ini penurunan konsentrasi diikuti juga dengan adanya penurunan jumlah perusahaan. Penurunan konsentrasi tersebut diduga karena adanya peningkatan impor kertas dari negara-negara yang menjual produk kertasnya dengan harga dumping. Harga dumping tersebut jauh lebih murah dan hampir sama dengan bahan baku yang digunakan produsen kertas dalam negeri. Akibatnya, produsen dalam negeri tidak dapat bersaing secara sehat sehingga menyebabkan penurunan jumlah perusahaan. Industri subsektor kertas industri konsentrasinya rata-rata 67 persen. Pada tahun 2002 terjadi penurunan rasio konsentrasi sebesar 36 persen yang diikuti juga dengan penurunan jumlah perusahaan. Hal ini diduga disebabkan juga oleh adanya peningkatan impor kertas dengan harga dumping dari negara-negara Finlandia, India, Malaysia, Korea Selatan, Jepang dan Jerman.
Penurunan konsentrasi yang paling besar terjadi pada industri subsektor kertas tissue. Penurunan konsentrasi sebesar 39 persen salah satunya disebabkan oleh peningkatan impor kertas dengan harga dumping. Perusahaan yang mempunyai market share terbesar untuk subsektor ini adalah PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills. Sedangkan subsektor industri kertas lainnya konsentrasinya rata-rata 63 persen. Pada tahun 1997 terjadi penurunan konsentrasi rasio sebesar 30 persen. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan jumlah perusahaan dari 18 perusahaan menjadi 20 perusahaan. Tetapi pada tahun 1998 terjadi kenaikan rasio konsentrasi menjadi 50 persen dengan jumlah perusahaan sebesar 16 perusahaan. Kenaikan rasio konsentrasi ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah perusahaan. Selama periode tahun 1996 sampai 2006 terjadi kenaikan jumlah perusahaan dari 18 perusahaan pada tahun 1996 menjadi 48 perusahaan pada tahun 2006. Menurut tipenya, struktur pasar industri subsektor kertas lainnya merupakan pasar oligopoli dengan rata-rata konsentrasi rasio empat perusahaan sebesar 63 persen. Industri subsektor kertas dan karton yang tidak termasuk dalam golongan konsentrasinya rata-rata sebesar 56 persen. Rasio konsentrasi tertinggi untuk subsektor ini pada tahun 2006 yaitu sebesar 71 persen sedangkan terendah pada tahun 2002 yaitu sebesar 31 persen. Kenaikan rasio konsentrasi terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 23 persen. Hal ini dikarenakan berkurangnya pesaing yang ada di dalam industri dengan menurunnya jumlah perusahaan sebesar 22 perusahaan.
Sumber: Diolah dari data BPS, tahun 1996-2006 Gambar 5.1. Grafik Rasio Konsentrasi Industri Pulp dan Kertas di Indonesia Dari Tahun 1996-2006 Pada tahun 2006, yang mempunyai market share (pangsa pasar) terbesar berdasarkan kapasitas terpasang dalam industri pulp dan kertas adalah perusahaan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Perusahaan ini mempunyai pangsa pasar sebesar 30,71 persen untuk pulp dan 20,56 persen untuk kertas. Sementara itu, Pindo Deli Pulp & Paper Mills mempunyai perolehan pangsa pasar untuk kertas sebesar 13,4 persen, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dengan share 10,79 persen untuk kertas. Ketiga perusahaan tersebut tergabung dalam anak perusahaan Sinar Mas Grup. Kemudian, PT. Fajar Surya Wisesa Tbk dengan share 6,66 persen untuk kertas. PT. Riau Andalan Pulp & Paper Tbk dengan share 31,02 persen untuk pulp. Pangsa pasar beberapa perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Pangsa Pasar Beberapa Perusahaan Berdasarkan Kapasitas Terpasang Tahun 2006 Nama Perusahaan Market share Market share pulp (%) kertas (%) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 30,71 20,56 Pindo Deli Pulp & Paper Mills 13,94 PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 10,79 PT Fajar Surya Wisesa Tbk 6,66 PT. Riau Andalan Pulp & Paper 31,02 PT. Kiani Kertas 8,14 PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper 6,97 PT. Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas 4,63 Tbk Sumber : APKI (2007)
5.1.2. Analisis Hambatan Masuk Industri Hambatan masuk pasar merupakan segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru. Masuknya perusahaan pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas yang menjadi bertambah, terjadinya perebutan pasar (market share) serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada (Jaya, 2001). Menurut Puspasari (2006), ada beberapa faktor yang bisa menghambat masuknya pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan peraturan pemerintah. Keberadaan perusahaan terbesar yang telah ada sebelumnya dalam sebuah industri merupakan salah satu hal yang dapat menjadi hambatan masuk. Untuk melihat bagaimana hambatan masuk dapat diproksi dengan Minimum Efficiency Scale (MES). Penghitungan MES didapatkan dari perbandingan output
perusahaan terbesar dengan output total. Tingginya MES dapat menjadi penghalang bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu industri.
Sumber: BPS, 1990-2006 (diolah) Gambar 5.2 Perkembangan nilai MES Pada Gambar 5.2 MES industri pulp dan kertas periode 1990-2006 cenderung mengalami fluktuasi. Pada periode tersebut didapat nilai rata-rata sebesar 33 persen/ tahun. Menurut Safitri (2006), MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk yang tinggi pada suatu industri. Nilai MES tertinggi dicapai pada tahun 1990 yaitu sebesar 42 persen.
5.2.
Analisis Perilaku Pasar
5.2.1. Strategi Harga Pada umumnya, strategi dalam penentuan harga dimiliki oleh setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Dengan struktur pasar dari industri pulp dan kertas yang bersifat oligopoli ketat mengakibatkan terdapat perusahaan yang mendominasi pasar. Perusahan yang dominan menyebabkan perusahaan lain tidak bisa menentukan harga melainkan hanya mengikuti harga
yang ditetapkan oleh perusahaan dominan tersebut. Hal ini terlihat pada ketidakberdayaan konsumen ketika pihak perusahaan industri pulp dan kertas secara sepihak menaikkan harga kertas koran dan HVS pada Oktober 1994 dan berlanjut pada Januari dan April 1995 yang pada akhirnya terjadi krisis kertas koran. 5.2.2. Strategi Produk Produk adalah suatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuh keinginan atau kebutuhan (Puspasari, 2006). Dalam memasarkan produknya, industri pulp dan kertas memilih untuk meningkatkan produk yang memiliki nilai tambah lebih besar dan mengolahnya lebih lanjut menjadi seperti buku tulis dan kertas fotocopy. Strategi produk lain yang dilakukan perusahaan industri pulp dan kertas dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah peningkatan mutu melalui pengembangan kualitas produk serta memberikan ketersediaan produk dalam jumlah yang cukup. 5.2.3. Strategi Distribusi Perusahaan pulp dan kertas di Indonesia dalam mendistribusikan produknya dikoordinasikan dengan baik oleh tim pemasaran yang berpengalaman dan profesional ke negara negara lain untuk ekspor dan untuk kebutuhan domestik. Jalur pendistribusiannya di tingkat domestik melalui berbagai tahapan, mulai dari perusahaan-perusahaan distributor di berbagai daerah di Indonesia kemudian dijual melalui agen tertentu yang dijual kembali ke pedagang eceran. Pada akhirnya konsumen mendapatkan produk dari pedagang eceran tersebut.
5.3.
Analisis Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia Kinerja suatu industri mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar
terhadap harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat melalui Price Cost Margin (PCM) dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X (XEF). Nilai PCM diperoleh melalui perbandingan selisih antara nilai tambah dan upah dengan nilai output total dalam industri pulp dan kertas. Selama kurun waktu 17 tahun mulai tahun 1990 sampai tahun 2006 didapat nilai rata-rata PCM sebesar 30,91 persen. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa selama periode 1990-2006 rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Tingkat keuntungan terbesar yang diperoleh selama periode tersebut adalah sebesar 40,84 persen pada tahun 1997 dan tingkat keuntungan terendah yang diterima sebesar 19,45 persen pada tahun 1998. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan dalam proses produksi industri, sehingga meskipun tingkat produksi mengalami peningkatan pada tahun 1998 tetapi penggunaan biaya input yang digunakan lebih besar dari penggunaan output sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan. Pengukuran XEF diperoleh dari perbandingan nilai tambah dengan nilai input dalam industri pulp dan kertas. Pada tabel 5.3, dapat dilihat nilai rata-rata XEF dari tahun 1990 sampai 2006 sebesar 57,59 persen/ tahun. Nilai XEF industri pulp dan kertas terendah diperoleh pada tahun 2000 sebesar 30,7 persen
sedangkan nilai XEF industri tertinggi diperoleh pada tahun 1997 sebesar 79,4 persen. Berdasarkan teori yang ada, nilai XEF yang tinggi mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk proses produksi, artinya perusahaan dikelola dengan baik, baik dari sisi tenaga kerjanya maupun dari sisi perusahaan itu sendiri. Variabel pertumbuhan (Growth) diduga dapat mempengaruhi kinerja industri karena variabel ini dapat menunjukkan permintaan pasar. Jika permintaan pasar meningkat maka perusahaan akan meningkatkan outputnya untuk memenuhi permintaan yang ada. Pertumbuhan output paling rendah terjadi tahun 2003. Ini disebabkan adanya peningkatan impor kertas dengan harga dumping dari negaranegara pengekspor pulp dan kertas terbesar dunia. Tabel 5.3. PCM, Growth dan XEF Industri Pulp dan Kertas di Indonesia (dalam persen) Tahun PCM XEF Growth 1990 28,99 47,4 51,2 1991 34,43 36,03 63,7 1992 29,85 20,03 55,5 1993 28,77 -0,94 54,1 1994 27,78 35,11 54,8 1995 27,04 33,35 50,7 1996 28,72 30,33 49,8 1997 40,84 2,40 79,4 1998 19,45 62,97 55,4 1999 33,09 10,41 61 2000 20,90 113,14 30,7 2001 30,69 29,89 50,8 2002 30,07 37,01 46,9 2003 37,46 -14,73 72,1 2004 38,24 0,51 73,9 2005 31,32 20,79 54,7 2006 37,77 5,47 74,4 Rata-rata 30,31 27,76 56,26 Sumber : BPS Tahun 1990-2006, diolah
5.4.
Analisis Hubungan Struktur dengan Kinerja
5.4.1. Uji Asumsi Model Setelah melakukan uji model, maka didapatlah model persamaan terbaik yang dipergunakan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan struktur dengan kinerja. Faktor-faktor tersebut yakni rasio konsentrasi (CR4), efisiensi internal (XEF), pertumbuhan produksi (GROWTH), hambatan masuk pasar (MES), ekspor dan KRISIS. Untuk mendapatkan hasil regresi yang baik, maka keenam variabel tersebut harus dilakukan pengujian heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas agar variabel yang digunakan memenuhi asumsi OLS sehingga estimator variabel penduga tersebut bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimator). Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan korelasi antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Dari hasil Breusch-Godfrey test dapat dilihat bahwa probabilitas Obs*R-squared statistic lebih besar dari taraf nyata yaitu sebesar 0,32 sehingga model tersebut terbebas dari masalah autokorelasi (lampiran 3). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan agar kesalahan penganggu tidak konstan pada semua variabel bebas. Hasil uji ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-square statistic yang lebih besar dari taraf nyata yaitu sebesar 0,26. Nilai tersebut masih lebih besar dibandingkan taraf nyata yang digunakan (α=0,1) sehingga model tersebut terbebas dari masalah heteroskedastisitas dan memenuhi asumsi OLS (lampiran 4).
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear diantara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Pada penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Dari Tabel 5.4 terlihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel lebih kecil dari 12, sehingga model tingkat keuntungan (PCM) tersebut tidak terjadi gejala multikolinearitas. 5.4.2 Estimasi Model Setelah seluruh variabel yang digunakan memenuhi asumsi OLS maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis regresi yang dapat dilihat pada Tabel 5.4 dibawah ini. Tabel 5.4. Hasil Estimasi PCM Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 1990–2006 Dependen Variabel : PCM Variabel Koefisien Probabilitas VIF C -21,91 0,13 CR4(-1) 12,29 0,21 1,50 GROWTH(-1) 0,35 <0,01 1,30 XEF 0,08 0,02 2,20 MES 46,84 0,09 5,00 EKSPOR 2,06 0,06 10,60 KRISIS -2,87 0,23 6,90 R-squared 0,823 Durbin-Watson Stat 2,40 Prob(F-statistic)
<0,01
Mean dependent var
30,91
Berdasarkan hasil estimasi model PCM industri pulp dan kertas Indonesia pada Tabel 5.4 diperoleh nilai R-squared sebesar 0,823 atau 82,3 persen, yang berarti bahwa variasi PCM yang dapat dijelaskan oleh variasi-variasi dari CR4, GROWTH, XEF, MES, EKSPOR dan krisis ekonomi sebesar 82,3 persen.
Variabel CR4 tidak signifikan terhadap peningkatan PCM pada taraf nyata 10 persen. Hal ini disebabkan semakin banyak perusahaan yang masuk ke dalam pasar atau industri maka keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena semakin banyak yang ikut menikmati keuntungan tersebut. Sehingga peningkatan CR4 tidak berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan dan peningkatan kinerja dalam industri pulp dan kertas. Variabel pertumbuhan produksi (GROWTH) mempunyai hubungan positif dengan tingkat keuntungan (PCM). Ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan pertumbuhan produksi akan meningkatkan keuntungan industri pulp dan kertas. GROWTH memiliki koefisien sebesar 0,35. Hal ini berarti bahwa jika GROWTH meningkat sebesar 1 persen, maka keuntungan atau PCM akan meningkat sebesar 0,35 persen, asumsikan ceteris paribus. Variabel XEF (X-efisiensi) mempunyai pengaruh signifikan terhadap PCM dengan koefisien 0,08. Hal ini berarti bahwa jika XEF meningkat 1 persen maka tingkat keuntungan yang diperoleh akan meningkat sebesar 0,08 persen, asumsikan ceteris paribus. Ini sesuai dengan teori awal bahwa variabel bebas efisiensi akan meningkatkan keuntungan industri pulp dan kertas Indonesia. Semakin baik efisiensi akan semakin baik kinerja akibat pengelolaan yang baik pada biaya produksi. Kemampuan perusahaan industri pulp dan kertas dalam menekan biaya produksi terbukti mampu memperbesar nilai tambah yang dihasilkan sekaligus peningkatan keuntungan. Variabel MES menunjukkan nilai koefisien sebesar 46,84 dan mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan (PCM). Koefisien MES sebesar
46,84 persen mempunyai arti bahwa jika MES meningkat sebesar 1 persen maka keuntungan yang diperoleh akan meningkat sebesar 46,84 persen, asumsikan ceteris paribus. Penelitian ini sesuai dengan teori awal yang mengatakan bahwa peningkatan MES dapat meningkatkan nilai PCM di industri pulp dan kertas. Variabel EKSPOR signifikan terhadap PCM dengan koefisien sebesar 2,06. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan ekspor akan meningkatkan keuntungan industri pulp dan kertas. Ekspor memiliki pengaruh positif karena kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Koefisien sebesar 2,06 mempunyai arti bahwa jika EKSPOR meningkat sebesar 1 ton maka keuntungan yang dihasilkan akan meningkat sebesar 2,06 persen, asumsi ceteris paribus. Variabel KRISIS (krisis ekonomi tahun 1997) tidak signifikan terhadap peningkatan PCM. Koefisien yang negatif menunjukkan bahwa adanya krisis ekonomi tahun 1997 akan menurunkan keuntungan industri pulp dan kertas. Ini tidak sesuai dengan teori awal. Artinya, adanya krisis tahun 1997 akan menurunkan keuntungan (PCM). Hal ini menunjukkan bahwa industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang tidak tahan terhadap kondisi kritis. Krisis ekonomi yang terjadi mengakibatkan komponen impor yang digunakan dalam proses produksinya yang nilainya lebih dari 30 % mengalami kenaikan harga produksi sehingga merupakan pukulan yang hebat bagi industri pulp dan kertas. Menurut teori, industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang tahan terhadap kondisi kritis. Ini dapat ditunjukkan dengan diperolehnya tingkat keuntungan terbesar yang diraih pada tahun 1997. Ini disebabkan karena industri
ini memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain. Di antaranya adalah Indonesia lebih banyak mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif murah, komponen impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30% dan juga produk pulp dan kertas banyak yang ditujukan untuk pasar luar negeri. Sehingga dalam masa krisis ekonomi, industri pulp dan kertas masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaan devisa negara.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri pulp dan kertas
di Indonesia dari tahun 1990 sampai tahun 2006 maka dapat diperoleh kesimpulan: 1.
Industri pulp dan kertas di Indonesia mempunyai struktur pasar oligopoli ketat yang diketahui dengan menggunakan rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar. Pangsa pasar terbesar tahun 2006 dikuasai oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
2.
Perilaku pasar dapat dilihat dari strategi harga, produk dan distribusi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan industri pulp dan kertas. Pada strategi harga, perusahaan yang mendominasi pasar mempunyai kekuatan untuk menentukan harga. Strategi produk dengan meningkatkan produk yang memiliki nilai tambah lebih besar. Strategi distribusi dengan berbagai tahapan, mulai dari perusahan distributor hingga pedagang eceran.
3.
Kinerja industri pulp dan kertas dapat dilihat dari tingkat keuntungan melalui Price Cost Margin (PCM) dan tingkat efisiensi dilihat dari efisiensi internal (XEF). Dari hasil penelitian, tingkat keuntungan (PCM) terbesar yang diperoleh selama periode tersebut adalah sebesar 40,84 persen pada tahun 1997 dan tingkat keuntungan terendah yang diterima sebesar 19,45 persen pada tahun 1998. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan dalam proses produksi
industri, sehingga meskipun tingkat produksi mengalami peningkatan pada tahun 1998 tetapi penggunaan biaya input yang digunakan lebih besar dari penggunaan output sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan. 4.
Kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia yang dicirikan dari tingkat keuntungan (PCM) dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan produksi, efisiensi internal, hambatan masuk pasar dan ekspor, sementara itu rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dan krisis ekonomi tidak mempengaruhi tingkat keuntungan.
6.2.
Saran Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan oleh
penulis untuk peningkatan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia adalah sebagai berikut: 1.
Bagi para pelaku industri diharapkan agar tetap mengembangkan penelitian dan pengembangan sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing tidak hanya dari sisi harga tetapi juga dari sisi kualitas.
2.
Bagi pemerintah, mengingat industri pulp dan kertas adalah padat modal perlu dikeluarkan kebijakan baru yang mengatur mengenai investasi di industri ini yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja industri.
3.
Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan untuk menganalisis hubungan struktur dengan kinerja dengan menggunakan metode panel data dengan 7 subsektor industri kode ISIC 5 digit sebagai cross section.
DAFTAR PUSTAKA
Aleksandrova, A. dan J. Lubys. 2004. “Application of the Structure-ConductPerformance Paradigm in a Transition Economy: Explaining Reported Profitability of the Largest Latvian Firms”. SSE Riga Working Papers. 8: 311. Asian Development Bank dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2001. Analisis Ekonomi Terhadap Persaingan Usaha. Laporan, Jakarta. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. APKI, Jakarta. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 1997. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 1997. APKI, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1989-2006. Statistik Industri Besar dan Sedang Volume IIII 2006 Tahun 1989-2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1997-2006. Indikator Industri Besar dan Sedang Tahun 1997-2006. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bain, J. S. 1956. Barrier to New Competition. Harvard University Press. Cambridge. Departemen Perindustrian. 2009. Perkembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Tahun 2003-2008. Departemen Perindustrian. Jakarta. Gloria, M.K. 1997. Prospek Industri Pulp dan Kertas Indonesia Menyongsong Perdagangan Bebas. Studi Pustaka. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar (Terjemahan S. Zain). Erlangga, Jakarta. Hasibuan, N. 1994. Ekonomi Industri: Persaingan. Monopoli dan Regulasi. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Heldini, N. 2008. Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia Di Pasar Internasional. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lubis, A F. 1997. Struktur dan Kekuatan Pasar: Analisis Panel Industri Pengolahan di Indonesia 1985-1994 (Skripsi). Depok : Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi Depok. Nachrowi, D.N dan H. Usman. 2006. Pendekatan Populer Dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi Dan Keuangan. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Depok.
Ningrum, A. W. P. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pindick, R. S. dan D. L. Rubinfeld. 1991. Econometric Model and Economic Forecast,3rd Edition. Mc-Hill International Editions, New York. Puspasari, C. 2006. Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Mi Instan Di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ramli, R. 2006. Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rosadi, H. R dan Vidyatmoko,D. 2002. "Analisis Pasar Pulp dan Kertas Indonesia”. Pustaka IPTEK. Vol.4, No.5, (Agustus 2002), hal. 194-203. Safitri, S. 2006. Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri Besi Baja di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Santono, F. dan B. Astono. 30 Desember 2002. "Industri Kertas dan Pulp Mesin Ekonomi yang Dimatikan". Kompas. Shepherd, W. G. 1990. The Economics of Industrial Organization. Third Edition. Prentice-Hall, New Jersey. Situmorang, S. Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Winsih, 2007. Analisis Struktur. Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yunianti, S. 2001. Implikasi Kebijakan Tepung Terigu Terhadap Industri Tepung Terigu dan Industri Makanan : Studi Kasus Industri Mie Instan (Tesis). Depok : Program Pasca Sarjana Universitas Indnesia.
LAMPIRAN
Lampiran 1. CR4 dan CR1 Industri Pulp dan Kertas Indonesia 1989 - 2006 KBLI 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34111 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34112 34113 34113 34113 34113 34113 34113
CR4 558411269 906300707 1397443158 2219216495 1522082809 4269872031 6511361472 17493479143 19465973618 34818996849 20292195054 16423449827 24051336843 21186554791 923764583 1227543090 1424251998 1157007198 1486386520 1302204008 1606046558 1508132514 9206634462 11783148347 12635731332 12624580880 7649665253 12013765971 10839840087 15020205147 18248117540 164449288 226269550 388251712 293410343 539835915 1747978727
Total Output 388106708 388492003 536551645 558519769 907699116 1397443158 2219216495 1693878409 4663203078 7030630101 18022998016 20836426860 37607197912 23050680484 17654718488 27193620985 24291210169 1476592120 2124087961 2178631993 1606972866 1818238888 1875303437 2290772182 2608078034 13476880226 15732949273 17850631664 17286792402 2384872786 14195279371 13907419105 22005485333 23357965377 234543315 314942484 472699840 429167783 874218482 1957457359
Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995
1 Terbesar 317233509 317233509 276063533 290219099 481413418 644506247 680705852 412349835 2090377725 2518006114 8456825524 6628020578 20614959502 6639284778 6712685487 7803701445 7461259437 361655426 377661498 710392705 618169854 948241255 468028664 596815409 592963712 6276073300 8189706653 8336391573 6887838000 4253121599 4622089380 4636971153 5630726044 6932539581 58156791 105077347 162063754 105866057 237744465 1259962611
CR4(%) MES(%) 0,00 0,82 0,00 0,82 0,00 0,51 1,00 0,52 1,00 0,53 1,00 0,46 1,00 0,31 0,90 0,24 0,92 0,45 0,93 0,36 0,97 0,47 0,93 0,32 0,93 0,55 0,88 0,29 0,93 0,38 0,88 0,29 0,87 0,31 0,63 0,24 0,58 0,18 0,65 0,33 0,72 0,38 0,82 0,52 0,69 0,25 0,70 0,26 0,58 0,23 0,68 0,47 0,75 0,52 0,71 0,47 0,73 0,40 3,21 1,78 0,85 0,33 0,78 0,33 0,68 0,26 0,78 0,30 0,70 0,25 0,72 0,33 0,82 0,34 0,68 0,25 0,62 0,27 0,89 0,64
Lampiran 1. Lanjutan KBLI 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34113 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34114 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119 34119
CR4 1964135140 2431661010 863370983 696438679 909083330 485208790 2169790362 1410311669 2062263520 3622267307 2026219022 69492170 59170174 67722843 104120501 144273090 166543701 383164152 137266068 393695813 412594417 456089224 411553555 233091356 1904534332 2068991455 1430783625 1493718757 38643789 48997930 91759897 39182979 42491928 90782298 100250593 69503571 82855388 91231154 153165834 126747447 1842486307 2200729674
Total Output 2163019698 2639685045 1157832238 983304739 1191214051 884685346 11354024602 2206201908 2776613051 4476007359 4187184130 77408079 66657350 108068737 180493309 222570790 277284664 558628766 286235209 576624885 595009379 669673468 585959558 745305848 2219367537 2560372174 2017094146 1909772632 38703989 51436515 97510541 46979447 44988597 120269120 138281790 166008605 166406929 175874391 292291745 231277077 2393070264 2679801643
Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
1 Terbesar 1603350649 2047056656 462313872 311708994 311708994 172764788 795656695 488553491 941944000 2284725000 704145703 25485802 21622657 19295885 38045415 44736424 56373339 237455607 40775563 144014903 143313013 157326144 167049126 233091356 1391825899 1378112025 543765301 457568400,4 38396089 42646079 73367832 29544130 21071914 40592947 39890672 69503571 24596706 24684707 53333230 39100000 1128740032 1695568056
CR4(%) MES(%) 0,91 0,74 0,92 0,78 0,75 0,40 0,71 0,32 0,76 0,26 0,55 0,20 0,19 0,07 0,64 0,22 0,74 0,34 0,81 0,51 0,48 0,17 0,90 0,33 0,89 0,32 0,63 0,18 0,58 0,21 0,65 0,20 0,60 0,20 0,69 0,43 0,48 0,14 0,68 0,25 0,69 0,24 0,68 0,23 0,70 0,29 0,31 0,31 0,86 0,63 0,81 0,54 0,71 0,27 0,78 0,24 1,00 0,99 0,95 0,83 0,94 0,75 0,83 0,63 0,94 0,47 0,75 0,34 0,72 0,29 0,42 0,42 0,50 0,15 0,52 0,14 0,52 0,18 0,55 0,17 0,77 0,47 0,82 0,63
Lampiran 1. Lanjutan KBLI CR4 34119 1451857593 34119 1056186932 34119 1556198911 34120 115256052 34120 138099499 34120 159417841 34120 310165442 34120 445486461 34120 543041860 34120 733000006 34120 782364836 34120 927209219 34120 908286416 34120 3433021602 34120 2820419078 34120 3795647656 34120 3594333690 34120 1735895881 34120 1829151650 34120 4991024343 34190 16675559 34190 29717323 34190 12975187 34190 259799093 34190 259021199 34190 37992502 34190 92392595 34190 129962446 34190 266682449 34190 179655918 34190 442109120 34190 399852118 34190 297986239 34190 351450977 34190 483673616 34190 848738985 34190 611406840 Sumber : BPS, 2009.
Total Output 1799842418 1462931629 2386247177 238983232 386604873 632544506 891303062 1275777495 1535869970 1887330602 2043632252 2496922204 2348034799 5702686812 6697016652 9584642663 9568633312 6555329184 6757864049 12571634012 27322354 43733117 26452358 300546539 280013291 69098554 169710079 216130558 505885089 423578414 702118011 941861199 966271473 652183495 805906622 1494960078 861898098
Tahun 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
1 Terbesar 1052280399 613064000 1072304441 33440328 44447908 56061163 113799121 213642905 278592680 408922141 554440321 449673944 444584966 2184716146 1149399494 1464395502 1566552447 544525825 525649158 2908000000 5947885 10472749 5717659 222193412 212551804 14387693 38954087 59648333 100910534 74745733 225912922 131555612 83695579 119693911 235542641 344702627 374697341
CR4(%) MES(%) 0,81 0,58 0,72 0,42 0,65 0,45 0,48 0,14 0,36 0,11 0,25 0,09 0,35 0,13 0,35 0,17 0,35 0,18 0,39 0,22 0,38 0,27 0,37 0,18 0,39 0,19 0,60 0,38 0,42 0,17 0,40 0,15 0,38 0,16 0,26 0,08 0,27 0,08 0,40 0,23 0,61 0,22 0,68 0,24 0,49 0,22 0,86 0,74 0,93 0,76 0,55 0,21 0,54 0,23 0,60 0,28 0,53 0,20 0,42 0,18 0,63 0,32 0,42 0,14 0,31 0,09 0,54 0,18 0,60 0,29 0,57 0,23 0,71 0,43
Lampiran 1. Lanjutan Keterangan : REV2 34111 34112 34113 34114 34119 34120 34190
REV3 21011 21012 21014 21015 21016 21019 21020 21090
DESK1 Industri bubur kertas (pulp) Industri kertas budaya Kertas khusus Industri kertas industry Industri kertas tissue Industri kertas lainnya Industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton Industri barang dari kertas dan karton yg tdk termasuk dlm golongan
Lampiran 2. Hasil Estimasi PCM Regression Analysis: PCM versus CR4(-1). XEF. GROWTH(-1). MES. EX. DUMMY The regression equation is PCM = - 21.9 + 12.3 CR4(-1) + 0.355 XEF + 0.0844 GROWTH(-1) + 46.8 MES + 2.06 EKSPOR - 2.88 KRISIS Predictor Coef Constant -21.91 CR4(-1) 12.29 XEF 0.35531 GROWTH(-1) 0.08436 MES 46.84 EKSPOR 2.060 KRISIS -2.875 S = 3.05704 R-Sq =
SE Coef T P VIF 18.79 -1.17 0.271 14.78 0.83 0.425 1.5 0.07254 4.90 0.001 1.3 0.03900 2.16 0.056 2.2 32.53 1.44 0.181 5.0 1.266 1.63 0.135 10.6 3.910 -0.74 0.478 6.9 82.4% R-Sq(adj) = 71.8%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 10 16
Source CR4(-1) XEF GROWTH(-1) MES EKSPOR KRISIS
Seq SS 0.014 388.332 20.326 0.068 23.604 5.054
DF 1 1 1 1 1 1
SS 437.397 93.455 530.852
Unusual Observations Obs CR4(-1) PCM 9 0.610 19.450
Fit 26.429
MS 72.899 9.345
SE Fit 1.892
F 7.80
P 0.003
Residual -6.979
St Resid -2.91R
R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 2.39468
Lampiran 3. Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.557118 0.990990
Prob. F(1.9) Probabilitas
0.4745 0.3195
Lampiran 4. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.358344 7.633642 5.699151
Prob. F(6.10) Probabilitas Probabilitas
0.3183 0.2662 0.4577
Lampiran 5. Uji Normalitas Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-7.5
-5.0
-2.5
0.0 RESI1
2.5
5.0
-1.67187E-15 2.417 17 0.182 0.138