ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh:
NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Ni Nyoman Susi Ratna Dewanti. Analisis Persepsi dan Sikap Terhadap Peran Gender Pada Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan HERIEN PUSPITAWATI. Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Tujuan ketiga Millenium Development Goals (MDG) adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2003). Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia terhadap peran gender. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh; (2) Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian; (3) Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik; (4) Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik; (5) Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender; (6) Mengetahui sikap contoh terhadap peran gender; (7) Mengetahui hubungan antar variabel penelitian; (8) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan menggunakan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner. Lokasi penelitian adalah Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2008. contoh dalam penelitian adalah 146 mahasiswa FEMA (Fakultas Ekologi Manusia) IPB tingkat III yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin contoh terdiri dari 43 laki-laki dan 103 perempuan. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa keahlian yang dimiliki mahasiswa FEMA berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuisioner yang meliputi: karakteristik contoh dan keluarganya, persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, latar lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 11.5. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing, entry, cleaning, dan analisis data. Data diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda Independent Sample T-Test, uji korelasi Rank Spearman, dan uji regresi linier berganda. Sebagian besar contoh (76.8%) berada pada kisaran umur 18-20 tahun dan sebagian besar contoh (70.5%) berjenis kelamin perempuan. lebih dari separuh contoh laki-laki (81.4%) berasal dari program studi Komunikasi dan pengembangan Masyarakat (KPM) sedangkan contoh perempuan berasal dari program studi Ilmu keluarga dan Konsumen (IKK). Persentase terbesar umur
ayah contoh (46.6%) berada pada kisaran 51-60 tahun dan persentase terbesar umur ibu contoh (66.4%) berada pada kisaran 41-50 tahun. Persentase terbesar pendidikan ayah contoh (39.0%) adalah tamat SLTA sedangkan persentase terbesar pendidikan ibu contoh (40.4%) juga tamat SLTA. Persentase terbesar pekerjaan ayah contoh (36.3%) adalah PNS/ABRI sedangkan persentase terbesar pekerjaan ibu contoh (54.8%) adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja. Sebagian besar contoh (63.0%) berasal dari keluarga sedang. Proporsi terbesar contoh (27.4%) mempunyai rata-rata pendapatan keluarga (RP/bulan) lebih dari RP 2.500.000, 00. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat extrovert dan tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat introvert. Secara umum tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh perempuan terhadap sifat kepribadian. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik. Selain itu, juga terdapat perbedaan antara lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan serta sikap contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender. Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan ibu mempunyai hubungan positif dan nyata dengan pendapatan keluarga (p<0.01). Pendidikan ayah mempunyai hubungan negatif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik (p<0.05). Jenis kelamin mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap sifat kepribadian (p<0.05), persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik (p<0.01), lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender (p<0.01). Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan positif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan (p<0.01). Hasil Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap peran gender (p<0.05). Hasil Uji Regresi Linier menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik adalah jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Artinya contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik yang lebih berperspektif gender. Jika persepsi terhadap sifat kepribadian cenderung berperspektif gender maka persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik juga cenderung berperspektif gender. Faktor yang berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin. Contoh perempuan mempunyai sikap yang cenderung berperspektif gender.
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
JUDUL
: ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa
: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI
Nomor Pokok
: A54104029
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Herien Puspitawati, MSc, MSc NIP. 131 640 679
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 22 Desember 1986. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga Bapak I Made Suantia dan Ibu Ni Made Siti Widarsih. Pada tahun 1992 penulis menempuh pendidikan di SD Leteh III Rembang, Jawa Tengah sampai tahun 1998 selanjutnya pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Rembang, Jawa Tengah hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SLTA Negeri 1 Rembang, Jawa Tengah sampai tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian pada tahun 2004. Selama menyelesaiikan studi di IPB, penulis pernah menjadi pengurus HIMAGITA periode 2006-2007. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Penelitian Keluarga (IKK 311 ) dan Gender dan keluarga (IKK 214) pada tahun ajaran 2007-2008. Penulis cukup aktif mengikuti kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. Sekarang penulis aktif sebagai anggota Paguyuban Mojang dan Jajaka Kota Bogor tahun 2008.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Tentang Konsep Dan Peran Gender Pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor” berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat yang setinggi-tingginya, penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, kesempatan serta ilmu-ilmunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Terimakasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, MSc selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas arahan, saran serta koreksinya menuju kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Tien Herawati, SP. MSi yang telah memberikan bimbingan, semangat dan arahan selama pembuatan penulisan skripsi ini. 4. Khusus penulis sampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu, Kak Made, Kak Wayan yang saya cintai, keluarga besar di Bali dan di Rembang atas doa dan dukungannya. 5. Sahabat-sahabat terbaikku Alia, Vero, Ari, teman-teman Bali angkatan 41, teman-teman Mojang dan Jajaka Kota Bogor 2008 terimakasih atas persahabatan dan bantuannya. 6. Teman-teman satu bimbingan: Sri dan Monik, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. Seluruh teman-teman GMSK 40 dan 41, IKK 42 dan 43, KPM 42 dan 43 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaannya dan semangatnya. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan dapat dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para pembaca umumnya. Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI............................................................................................viii DAFTAR TABEL.....................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xi PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................ 1 Perumusan Masalah.................................................................... 2 Tujuan.......................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian ................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu ............................................................................. 5 Karakteristik Keluarga ........................................................................... 5 Konsep, Teori, dan Analisis Gender...................................................... 6 Konsep Gender ........................................................................... 6 Teori Gender ............................................................................... 9 Analisis Gender ........................................................................... 11 Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender ........................... 12 Peran Gender ........................................................................................ 15 Konsep dan Pengertian .............................................................. 15 Peran Gender dalam Keluarga ................................................... 16 Peran Gender dalam Masyarakat ............................................... 17 Lingkungan sosial.................................................................................. 18 KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................... 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu ......................................................... 23 Penarikan Contoh ........................................................................ 23 Jenis, Cara Pengumpulan Data, dan Pengukuran Variabel ........ 23 Analisis Data ............................................................................... 25 Definisi Operasional .................................................................... 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................. 30
Karakteristik Contoh dan Keluarganya ........................................ 30 Nilai-nilai dan Nasehat Orangtua................................................. 34 Persepsi Terhadap Peran Gender............................................... 38 Lingkungan Sosial Contoh........................................................... 44 Sikap Contoh Terhadap Peran Gender ....................................... 46 Hubungan Antar Variabel ............................................................ 47 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap terhadap Peran Gender ............................................................................. 50 PEMBAHASAN UMUM ......................................................................... 52 KETERBATASAN PENELITIAN............................................................ 54 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…..............................................................................55 Saran...........................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA................................................................................57 LAMPIRAN..............................................................................................60
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis variabel yang dikumpulkan ................................................. 24 2. Perkembangan jumlah mahasiswa IPB berdasarkan jenis kelamin................................................................................ 30 3. Sebaran contoh berdasarkan umur contoh.................................. 30 4. Sebaran contoh berdasarkan program studi ................................ 31 5. Sebaran contoh berdasarkan umur ayah dan ibu ........................ 32 6. Sebaran contoh berdasarkan jenjang pendidikan ayah dan ibu.. ........................................................... 32 7. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu ................ 33 8. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .............................. 33 9. Sebaran contoh berdasarkan kisaran pendapatan keluarga ....... 34 10. Hasil uji kualitatif nilai-nilai dan nasehat orangtua ....................... 37 11. Persepsi contoh terhadap sifat extrovert-maskulin dan extrovert-feminin.................................................................... 39 12. Persepsi contoh terhadap sifat introvert-feminin dan introvert-maskulin ................................................................. 39 13. Persepsi terhadap sifat kepribadian ............................................ 40 14. Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik ..... 42 15. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik ................ 43 16. Lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender ................. 46 17. Sikap contoh terhadap peran gender .......................................... 47 18. Matriks hubungan antar variabel penelitian ................................. 48 19. Hasil uji regresi linier faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender ..................................... 51
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender .............................. 22
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pengukuran variabel penelitian ............................................. 91 2. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap sifat kepribadian .................................................... 3. Persepsi terhadap sifat kepribadian ...................................... 67 4. Hasil uji beda persepsi terhadap sifat kepribadian ................ 79 5. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik .............................. 60 6. Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik ............................................................... 70 7. Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender dalam sektor domestik ........................................................... 83 8. Persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik ......................................... 62 9. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik ........... 72 10. Hasil uji beda persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik ............................................................... 85 11. Lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan .............. 64 12. Lingkungan sosial ................................................................. 75 13. Hasil uji beda lingkungan sosial ........................................... 88 14. Sikap contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender ....................................................................... 65 15. Sikap terhadap peran gender ............................................... 77 16. Hasil uji beda sikap terhadap peran gender ......................... 89 17. Matriks korelasi Rank Spearman .......................................... 90 18. Rekapitulasi perbedaan persepsi dan sikap contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender .................. 93
PENDAHULUAN Latar Belakang Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang menarik perhatian dunia terutama setelah berakhirnya perang dingin antara blok barat dan blok timur. Perubahan tersebut sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan menuju pendekatan
kesejahteraan
dan
keadilan
(Kementerian
Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Jenis kelamin atau konsep nature berbeda dengan gender atau konsep nurture. Jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan sedangkan konsep gender adalah pembentukan sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis, tetapi karena dikonstruksi oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi. Konsep gender juga merupakan diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh faktor sosial budaya (Megawangi 1999). Pandangan tentang gender dapat bertahan apabila anggota masyarakat dapat menjalankan peran-peran sosial sesuai dengan harapan peranan (role expectation) yang ada dalam masyarakat. Diikuti dengan proses institusional (masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya masyarakat) dan proses internalisasi (masuknya nilai-nilai ke dalam kerangka budaya yang dianut individu). Keluarga juga penting dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Tujuan dari Millenium Development Goals (MDG) adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Salah satu hal yang ingin dicapai Pembangunan Millenium Indonesia adalah menghapus kesenjangan gender. Untuk mencapai target tersebut, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan pendidikan dalam mengelola dan mempromosikan pendidikan berwawasan gender sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesetaraan gender (Bappenas 2007). Elemen yang diteliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa karena mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya (Noviyanti 2002 diacu dalam Desiyani 2003). Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan tinggi perempuan usia 15-24 tahun pada tahun 1992-2002 adalah sebesar 85.73 persen dan terus meningkat
dalam kurun waktu 2003-2006 dengan rata-rata sebesar 97.24 persen per tahun. Data ini menunjukkan terjadinya peningkatan akses perempuan ke perguruan tinggi. Rasio melek huruf perempuan sepanjang tahun 1992 hingga 1998 menunjukkan kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun 19901992 rasio ini baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka tersebut sudah mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang mencapai 99.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek huruf antara perempuan dan laki-laki semakin kecil dari tahun 1990-2006 (Bappenas 2007). Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007).
Perumusan Masalah Masalah gender pada dasarnya adalah menganut prinsip kemitraan dan keharmonisan. Adanya perlakuan marginalisasi, sub ordinasi, beban ganda, dan tindak kekerasan dari satu pihak kepihak lain menyebabkan seluruh kesalahan sering ditimpakan pada kaum laki-laki (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Menurut data Bappenas (2007), Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan tinggi perempuan usia 15-24 tahun pada tahun 19922002 adalah sebesar 85.73 persen dan terus meningkat dalam kurun waktu 2003-2006 dengan rata-rata sebesar 97.24 persen per tahun. Data ini menunjukkan justru terjadi peningkatan akses perempuan ke perguruan tinggi. Rasio melek huruf perempuan sepanjang tahun 1992 hingga 1998 menunjukkan kecenderungan meningkat secara konstan. Jika pada tahun 1990-1992 rasio ini baru mencapai 97.9 persen, maka pada tahun 1998 angka tersebut sudah mencapai 99.5 persen hingga membaik pada tahun 2006 yang mencapai 99.93 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan angka melek huruf antara perempuan dan laki-laki semakin kecil dari tahun 1990-2006. Mengapa perlu memisahkan perbedaan jenis kelamin biologis dan gender adalah karena konsep jenis kelamin biologis yang bersifat permanen dan statis
itu tidak dapat digunakan sebagai alat analisis yang berguna untuk memahami realitas kehidupan dan dinamika perubahan relasi laki-laki dan perempuan. Konsep gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggungjawab, fungsi, antara laki-laki dan perempuan. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita sehingga terkadang orang sering lupa seakanakan hal itu merupakan sesuatu yang permanen (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Gender sampai sekarang masih menjadi perdebatan dalam masyarakat sehingga diperlukan penjelasan mengenai konsep gender. Sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi akhirnya mempengaruhi perkembangan masing-masing jenis kelamin. Misalnya sifat gender laki-laki harus kuat dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih untuk mempertahankan sifat tersebut. Sebaliknya konstruksi sosial bahwa kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak kecil dia sudah terlatih untuk mempertahankan sifat tersebut. Proses tersebut akhirnya membuat sulit untuk membedakan apakah sifat gender tersebut dikonstruksi atau kodrat biologis (Handayani & Sugiarti 2001). Beberapa rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah : 1. Bagaimana persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender? 2. Bagaimana hubungan lingkungan sosial yang berperspektif gender (keluarga, kelompok pergaulan, lingkungan kampus, dan masyarakat) dengan persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender? 3. Bagaimana hubungan persepsi mahasiswa terhadap peran gender dengan sikap mahasiswa terhadap peran gender?
Tujuan Umum: Mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia terhadap peran gender. Khusus: 1. Mengetahui karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Mengetahui persepsi contoh terhadap sifat kepribadian. 3. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik. 4. Mengetahui persepsi contoh terhadap peran gender dalam sektor publik.
5. Mengetahui lingkungan sosial contoh yang berperspektif gender. 6. Mengetahui sikap contoh terhadap peran gender. 7. Mengetahui hubungan antar variabel penelitian. 8. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap contoh terhadap peran gender.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam memahami konsep gender. Penelitian ini diharapkan dapat mengubah atau membentuk persepsi baru tentang konsep gender. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi penjelasan tentang konsep gender yang sebenarnya. Bagi institusi terkait, yaitu Departemen Pemberdayaan Perempuan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan intervensi untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang konsep gender. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk dapat melembagakan pendidikan berwawasan gender. Bagi Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal perkembangan ilmu untuk penelitian lebih lanjut khususnya dalam bidang gender.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu Umur Usia manusia dewasa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu dewasa muda, dewasa madya, dan dewasa lanjut. Dewasa muda memiliki rentang usia 17-39 tahun, dewasa madya memiliki rentang usia 40-59 tahun, sedangkan dewasa lanjut memiliki rentang usia 60-65 tahun (Hayslip & Panek 1989). Jenis Kelamin Jenis kelamin anak akan mempengaruhi proses pengasuhan karena orangtua dan lingkungan sosial mempunyai pengharapan yang berbeda bagi anak laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah keluarga yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan, anak perempuan cenderung tidak mendapat perhatian sebagaimana yang didapat oleh anak laki-laki menurut Harris & Morgan (1991) yang dikutip Martin & Colbert (1997). Menurut Hawadi (2001), keyakinan umum tentang perbedaan jenis kelamin dan peran
yang harus dijalankan sesuai
dengan jenis kelamin memperlihatkan adanya tekanan sosial yang lebih besar pada anak laki-laki agar bertingkah laku sesuai dengan perannya juga dianggap lebih penting daripada anak perempuan. Pendidikan Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non-formal. Pada umumnya tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan formal yang diterima seseorang, mereka akan bersifat terbuka terhadap pembaharuan (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002).
Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua Orangtua berpendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri dan pengetahuannya serta lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan masyarakat dan perkembangan informasi dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan rendah (Pulungan 1993 diacu dalam Widianti 2004). Pendidikan juga merupakan indikator sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi cara pengasuhan (Berns 1997 diacu dalam Wahini 2001).
Pendapatan Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan keluarga terdiri dari pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, pendapatan dari seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, dan pendapatan di luar upah/gaji yang menyangkut usaha lain (Prasetyo 2005 diacu dalam Rezeki 2006). Dilihat dari faktor ekonomi, kondisi ekonomi yang kurang akan berpengaruh terhadap kondisi mental dan psikis individu yang hidup dalam keluarga (Gunarsa & Gunarsa 1995). Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga menyebabkan adanya perbedaan dalam nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. Keluarga dengan tingkat ekonomi rendah umumnya kurang latihan dan penanaman nilai moral (Gunarsa & Gunarsa 2000). Pekerjaan Orangtua Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa, maupun ide (Achir 1985 diacu dalam Widianti 2004). Ibu masa kini disamping mengurus rumah tangga, juga sibuk bekerja di luar rumah baik di organisasi maupun bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Astawan, Santoso, dan Karyadi 1986 diacu dalam Widianti 2004).
Konsep, Teori, dan Analisis Gender Konsep Gender Terdapat dua kelompok atau golongan yang mendefinisikan gender secara berbeda. Kelompok yang pertama adalah sekelompok feminis yang mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak menyebabkan perbedaan peran dan perilaku gender dalam tataran sosial. Kelompok kedua menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin akan menyebabkan perbedaan perlakuan atau peran berdasarkan gender. Misalnya ada perlakuan khusus pada pekerja wanita karena kondisi biologisnya, seperti cuti hamil, cuti haid, pemberian jam kerja malam, dan sebagainya (Megawangi 1999). Gender diartikan sebagai konstruksi sosio kultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis (Moore, 1988 ; 1994 ; 10 diacu dalam Kodiran dkk 2001). Walaupun jenis kelamin laki-laki sering berkaitan erat dengan gender maskulin dan jenis
kelamin perempuan dengan gender feminin, kaitan antara jenis kelamin dengan gender bukan merupakan korelasi absolut (Mosse 1996 diacu dalam Kodiran dkk 2001). Dalam pembahasan mengenai gender terdapat dua konsep teori, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Sandra Bem menjelaskan karakteristik feminin (seperti lembut, manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta) yang sangat erat dengan perempuan dan karakteristik maskulin (seperti berkepribadian keras, tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang sensitif) yang sangat erat dengan laki-laki. Namun demikian, kedua sifat tersebut bercampur di dalam setiap individu baik laki-laki maupun perempuan (Bem 1990 diacu dalam Puspitawati 2006). Berikut ini adalah perbedaan seks dan gender : Karakteristik Sumber pembeda Visi dan misi Unsur pembeda Sifat
Seks Tuhan Kesetaraan Biologis Kodrat, tertentu, tidak dapat dipertukarkan Terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, dan lain-lain sehingga menguntungkan kedua belah pihak
Gender Manusia (masyarakat) Kebiasaan Kebudayaan Harkat, martabat, dapat dipertukarkan Terciptanya normaDampak norma atau ketentuan tentang pantas atau tidaknya peran laki-laki atau perempuan, sering merugikan salah satu pihak Keberlakuan Sepanjang masa, dimana Dapat berubah, saja, tidak mengenal musiman, dan berbeda pembedaan kelas antar kelas (Handayani & Sugiarti 2001). Dalam memahami konsep gender ada beberapa hal yang perlu dipahami, yaitu : 1. Ketidakadilan dan diskriminasi gender Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi tidak adil akibat sistem dan struktur sosial dimana baik laki-laki dan perempuan menjadi korbannya. Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender meliputi : 1. Marjinalisasi (peminggiran/pemiskinan) perempuan.
Pemiskinan atas perempuan maupun atas laki-laki yang disebabkan jenis kelaminnya merupakan salah satu bentuk ketidakadilan gender. 2. Subordinasi. Subordinasi adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting dibandingkan jenis kelamin lainnya. Contohnya, apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar, ia harus mendapat izin dari suami. Namun, jika suami yang akan pergi, ia dapat mengambil keputusan sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri. 3. Pandangan stereotipe. Pelabelan (stereotipe) secara umum selalu melahirkan ketidakadilan. Contohnya, label kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat merugikan mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki, seperti kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi. 4. Kekerasan. Berbagai kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan peran
muncul
dalam
berbagai
bentuk.
Kekerasan
tidak
hanya
menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual, ancaman, dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau lakilaki yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya. 5. Beban kerja. Sebagai suatu bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban kerja yang harus dijalankan oleh salah satu jenis kelamin tertentu. Berbagai observasi menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga sehingga bagi perempuan yang bekerja di luar rumah, selain bekerja di sektor publik mereka juga masih harus mengerjakan pekerjaan domestik (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Sebenarnya istilah diskriminasi tidak tepat karena secara de jure, tidak ada hambatan bagi perempuan untuk dapat setara dengan laki-laki. Secara de facto, banyak perempuan secara suka rela tidak dapat melepaskan faktor biologisnya (biological essentialism). Hambatan perempuan untuk dapat setara dengan laki-laki biasanya berasal dari dalam diri perempuan itu sendiri. Para feminis yang menginginkan kesetaraan gender sangat tidak setuju dengan hal
tersebut. Namun, awal tahun 1980-an beberapa feminis justru menggunakan teori biological essentialism untuk menonjolkan sifat khas feminin karena mereka menganggap sifat tersebut adalah sifat yang dapat memperbaiki kondisi dunia yang didominasi oleh kualitas maskulin (Megawangi 1999). 2. Kesetaraan dan keadilan gender Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, dan seimbang. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Kaum egalitis menginginkan masyarakat yang setara 50/50, yaitu kondisi yang tidak ada ketimpangan dalam segala sendi kehidupan manusia. Jika diterapkan dalam konsep gender, maka kesetaraan 50/50 berarti tidak ada keragaman biologis manusia dan tidak ada pembagian peran (division of labor) dalam keluarga. Usaha kaum egalitis dan feminis ini menggunakan landasan ideologi sosial-konflik karena keragaman biologis dianggap sama dengan diskriminasi sehingga harus dihilangkan. Namun, landasan ideologi strukturalfungsional justru bertentangan dengan konsep kesetaraan gender 50/50 karena keseimbangan dan ketertiban bersumber dari adanya struktur-struktur dan differensiasi peran dalam keluarga (Megawangi 1999). Teori Gender Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), teori gender dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Teori nurture Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Aliran nurture melahirkan konsep sosial konflik menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum penindas (borjuis) dan perempuan sebagai kaum tertindas (proletar). Bagi kaum proletar tidak ada pilihan lain kecuali dengan perjuangan menyingkirkan penindas demi mencapai persamaan. 2. Teori nature Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga harus diterima. Aliran nature melahirkan konsep struktural fungsional yang menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara demokratis.
3. Teori equilibrium (keseimbangan) Teori keseimbangan menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. 4. Teori adaptasi awal Pada prinsipnya teori ini menyatakan bahwa adaptasi awal manusia merupakan dasar pembagian kerja secara seksual, sekaligus dasar subordinasi perempuan. 5. Teori teknik lingkungan Teori ini didasarkan pada apa yang dianggap sebagai hukum alam, yaitu kelangkaan sumber daya alam dan tekanan penduduk. Dalam konteks ini, perempuan berakar pada peran reproduktif mereka. 6. Teori struktural Serangkaian teori yang dikelompokkan dalam kategori struktural dibangun berdasarkan asumsi bahwa subordinasi perempuan adalah kultural dan struktural. Satu kelompok teori yang beranggapan bahwa perempuan berstatus lebih rendah sekaligus otoritas yang lebih sedikit daripada laki-laki karena perempuan berhubungan dengan area domestik. 7. Teori struktural-fungsionalis Teori ini mengakui adanya keanekaragaman dalam kehidupan sosial. Dalam kondisi seperti itu, dibuatlah suatu sistem yang dilandaskan pada konsensus nilai-nilai agar terjadi adanya stabilitas dan keseimbangan. Manusia memerlukan kemitraan dan kerjasama secara sruktural dan fungsional. Lakilaki maupun perempuan memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan sosial dan keluarga ada pembagian tugas (division of labor). Paham struktural-fungsionalis menerima perbedaan peran asalkan dilakukan secara demokratis dan dilandasi kesepakatan antara suami dan istri dalam keluarga atau antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat. 8. Teori konflik sosial Teori ini meyakini bahwa inti perubahan dalam sistem sosial dimotori oleh konflik. Konflik ini timbul karena adanya kepentingan dan kekuasaan. Teori ini juga memandang institusionalisasi sebagai sistem yang melembagakan pemaksaan. Hal ini termasuk juga hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan (gender). Konsep sosial konflik menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum penindas dan perempuan sebagai kaum tertindas. Bagi kaum
tertindas tidak ada pilihan lain kecuali dengan menyingkirkan penindas demi untuk mencapai kebebasan dan persamaan. Analisis Gender Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), ada beberapa model teknik analisis gender yang pernah dikembangkan oleh para ahli, antara lain : 1. Teknik Analisis Model Harvard Model ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkatan mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi pembagian tiga kegiatan (kegiatan produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan) berdasarkan jenis kelamin, rincian sumber-sumber apa yang dikuasai oleh laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian kerja berdasarkan gender. 2. Teknik Analisis Model Moser Model ini mencakup penyusunan pembagian kerja berdasarkan gender dan mengembangkan kebutuhan gender dari sudut perempuan. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan praktis gender (kebutuhan yang harus segera dipenuhi) dan kebutuhan strategis gender (kebutuhan yang disebabkan posisi subordinat mereka). 3. Teknik Analisis Model SWOT Model ini mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan serta secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal dan eksternal tersebut dipertimbangkan dalam rangka menyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran. 4. Teknik Analisis Model GAP Model ini digunakan untuk mengetahui kesenjangan gender dengan melihat aspek akses, peran, manfaat, dan kontrol yang diperoleh laki-laki dan perempuan. Metode ini dapat digunakan oleh perencana dan pelaksana program di tingkat pusat dan daerah. 5. Teknik Analisis Model PROBA Penggunaan model ini dimulai dari analisis masalah gender, menelaah kebijakan, membuat formulasi kebijakan baru yang responsif gender, penyusunan kegiatan intervenís. Langkah terakhir dalam model ini adalah melakukan monitoring dan evaluasi sehingga dapat melakukan perbaikan apabila diperlukan.
Pengertian Persepsi Tentang Konsep Gender Persepsi adalah proses berbagi dan menginterpretasikan informasi. Persepsi akan membuat kita mengartikan dunia di sekitar kita dan memberi arti masukan sensori (Zanden 1984 diacu dalam Desiyani 2003). Persepsi juga merupakan pandangan atau penilaian seseorang objek tertentu yang dihasilkan oleh kemampuan mengorganisasi indera pengamatan (Alfian 1985 diacu dalam Desiyani 2003). Sedangkan menurut Sarwono (1997) diacu dalam Desiyani (2003), persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus di dalam lingkungan (Atkinson 1991 diacu dalam Ginting 2003). Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses perseptual dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Di dalammya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadiankejadian (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Menurut Baltus (1983) diacu dalam Ginting (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah : 1. Kemampuan dan keterbatasan fisik dari alat indera. 2. Kondisi lingkungan. 3. Pengalaman
masa
lalu.
Bagaimana
cara
individu
untuk
menginterpretasikan suatu stimulus tergantung dari pengalaman masa lalunya. 4. Kebutuhan dan keinginan. Ketika seorang individu membutuhkan dan menginginkan sesuatu maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkan dan diinginkan tersebut. 5. Kepercayaan, prasangka, dan nilai. Individu akan lebih menerima orang lain yang memiliki kepercayaan dan nilai yang sama dengannya, sedangkan prasangka dapat menimbulkan bias dalam mempersepsikan sesuatu. Sedangkan menurut Chaplin (1999) diacu dalam Ginting (2003), persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasi. Persepsi antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda tergantung faktor-faktor tersebut. Persepsi adalah suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang terbentuk dari nilai-nilai yang diproduksi individu tersebut.
Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu. Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan, pengaruh media massa, atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007). Persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007). Bias gender merupakan penyimpangan yang berhubungan dengan aspek budaya dan pandangan hidup dalam masyarakat Indonesia (Anonymous 2005). Bias-bias gender terlihat dalam peran dan aktivitas yang dilakukan perempuan dan laki-laki. Perilaku seseorang yang sudah terpola menyangkut hak dan kewajiban
serta
berhubungan
dengan
status
pada
kelompok
ataupun
masyarakat tertentu pada situasi sosial yang khas menyebabkan munculnya bias gender (Mastri 2005). Persepsi individu terhadap realita dapat menimbulkan bias disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah stereotipe (Bloom et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002). Stereotipe gender merupakan deskripsi ringkas tentang maskulinitas dan feminitas. Perempuan dipandang kecil dan lemah sementara laki-laki dipandang besar dan kuat. Peran laki-laki dan perempuan juga dibedakan. Perempuan melakukan pekerjaan yang ringan sementara laki-laki melakukan pekerjaan yang berat. Perempuan biasanya dihubungkan dengan sifat introvert. Orang yang mempunyai sifat introvert biasanya tidak mempunyai emosi, tidak ramah, kurang bisa bergaul, tenang, kalem, berpengalaman dalam emosi yang kuat, tetapi mereka menutupinya. Sedangkan laki-laki biasanya dikaitkan dengan sifat extrovert. Orang extrovert biasanya dingin, sombong, cenderung emosional, realistik, praktis, pekerja keras, cenderung untuk muncul seorang diri, dan selalu mencari sesuatu yang baru (Jung diacu dalam Anonymous 2007). Stereotipe membentuk suatu penghargaan, dimana menurut gender, individu akan
bertingkah laku, berpenampilan, dan memiliki perasaan tertentu. Penghargaan ini juga mempengaruhi bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan orang lain (Martam 1994 diacu dalam Saleha 2003). Perspektif gender menekankan bahwa maskulin maupun feminin sebenarnya merupakan pilihan. Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan (Suwasana
2001
diacu
dalam
Widyatama
2006).
Responsif
gender
memperhatikan perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan kepentingan laki-laki dan perempuan (Puspitawati 2007). Sedangkan persepsi yang netral gender adalah persepsi yang menganggap bahwa suatu sifat pantas dimiliki laki-laki dan perempuan dan suatu peran pantas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dengan kata lain persepsi yang netral gender tidak memihak pada salah satu jenis kelamin dan menyebabkan terjadinya pergeseran yang pesat terhadap nilai-nilai gender yang menyangkut persepsi mengenai sifat maupun peran gender di kalangan mahasiswa (Rahasthera & Prasodjo 2007). Menurut W. A. Gerungan, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Menurut S. S. Sargent, sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek, dan situasi. Menurut Sarlito Wirawan, sikap adalah kecenderungan antara kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Santosa 2004). Perilaku setiap individu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (tindakan) (Bloom et al 1956 ; Gagne & Briggs 1977 diacu dalam Mugniesyah dkk 2002). Perilaku individu sangat dipengaruhi baik oleh karakteristik individu (motivasi, pendidikan, pengalaman, masalah yang dihadapi, aspirasi, dan kebutuhan), juga dipengaruhi oleh aspek-aspek yang berkenaan dengan budaya (nilai), struktur sosial, kondisi lingkungan dimana ia hidup. Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan atas dasar realita itu sendiri. Tindakan manusia di bawah pengaruh otak bawah sadar adalah melakukan pilihan atas dasar pengalaman, kesan, dan cerita masa lalu serta persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008).
Peran Gender Konsep dan Pengertian Peran gender adalah peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi lakilaki dan perempuan. Laki-laki diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental atau berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah, sedangkan
perempuan
melakukan
peran
yang
bersifat
ekspresif
yang
berorientasi pada emosi manusia (Megawangi 1999). Peran gender terbentuk melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai adaptasi, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan (Vries 2006). Diferensiasi peran (division of labor) antara laki-laki dan perempuan bukan disebabkan oleh adanya perbedaan biologis melainkan lebih disebabkan oleh faktor sosial budaya. Sebelum adanya teknologi alat-alat kontrasepsi, tugas utama perempuan adalah melahirkan, menyusui, dan segala aktivitas yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Keadaan ini telah menciptakan institusi dimana division of labor menjadi suatu norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini, perempuan berperan sebagai figur ekspresif dan laki-laki sebagai figur instrumental. Dengan adanya penemuan teknologi, perempuan dapat mengatur jumlah anak yang dilahirkan dan tidak perlu menyusui lagi sehingga akan menghilangkan kendala biologis yang menghambat mereka bekerja di sektor-sektor yang tadinya didominasi kaum laki-laki. Perbedaan peran gender yang selama ini berlangsung bukan disebabkan perbedaan nature lakilaki dan perempuan melainkan disebabkan oleh konstruksi sosial budaya (Megawangi 1999). Scanzoni (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), membedakan pandangan peran gender menjadi dua bagian, yaitu : 1. Peran gender tradisional. Pandangan ini membagi tugas secara kaku berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki yang mempunyai pandangan peran gender tradisional tidak ingin perempuan menyamakan kepentingan dan minat diri sendiri dengan kepentingan keluarga secara keseluruhan. Istri diharapkan mengakui kepentingan dan minat suami adalah untuk kepentingan bersama dalam arti lain kekuasaan kepemimpinan dalam keluarga berada ditangan suami.
2. Peran gender modern. Tidak ada lagi pembagian tugas yang berdasarkan jenis kelamin, kedua jenis kelamin diperlakukan sejajar. Cara pandang ini melahirkan konsep androgini dalam diri individu. Androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku secara instrumental maupun ekspresif tanpa terikat pada jenis kelaminnya (Lamanna 1981 diacu dalam Supriyantini 2002). Adanya cara pandang yang lebih modern pada laki-laki dan perempuan membentuk munculnya konsep androgini dalam diri individu. Menurut Lamana (1981) diacu dalam Supriyantini (2002), androgini adalah kondisi sosial dan psikologis dimana individu dapat berpikir, merasa, dan bertingkah laku tanpa terikat pada jenis kelaminnya sehingga dapat melakukan berbagai peran secara fleksibel. Peran Gender dalam Keluarga Kehidupan rumah tangga jika dilihat dari aktivitasnya terdiri atas 2 unit pekerjaan, yaitu pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan pasar. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang dilakukan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup anggotanya baik barang maupun jasa. Pekerjaan pasar adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperoleh upah di pasar tenaga kerja (Guhardja et al 1992). Guhardja et al (1992) mengemukakan bahwa aktivitas pekerjaan rumah tangga menurut jenisnya dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis pekerjaan, yaitu : 1. Berbelanja bahan makanan dan memasak. 2. Menyiapkan makanan dan keperluannya termasuk mencuci peralatan makan dan minum. 3. Membersihkan dan memelihara rumah. 4. Mencuci pakaian. 5. Menyediakan air untuk mandi dan cuci anggota rumah tangga. 6. Mengasuh, merawat, dan mendidik anak. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005), mendefinisikan pembagian kerja atau pembagian peran berdasarkan gender adalah sebagai kerja atau peran yang diwajibkan oleh masyarakat kepada perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah maupun di dalam komunitas. Di dalam keluarga, perempuan berperan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga seperti mengurus anak dan suami, memasak, mencuci,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Laki-laki berkewajiban melindungi anggota keluarga dan mencari nafkah untuk semua anggota keluarga. Dengan adanya pembagian tugas yang baik dan seimbang antara laki-laki dan perempuan maka perbedaan gender tidaklah menjadi suatu masalah karena peran perempuan dan laki-laki akan menguntungkan kedua belah pihak. Peran gender dalam keluarga juga berkaitan dengan harapan terhadap peran dan tugas yang disepakati antara ayah dan ibu. Harapan dan tugas ayah adalah untuk memiliki fisik yang kuat, mampu mencari nafkah, dan mampu melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Sedangkan harapan dan tugas ibu adalah dapat menyiapkan anak-anak secara fisik dan emosional serta sebagai pendidik anak-anak. Dengan demikian terjadi ”gap” yang besar dari harapan peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu. Gap tersebut kemudian berdampak pada perilaku orang tua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender (Day et al 1995 diacu dalam Puspitawati 2006) Peran Gender dalam Masyarakat Merrey & Baviskar (1998) ; Simatauw et al (2001) ; Mugniesyah (2002) diacu dalam Fausia & Nasyiah (2005), membedakan peranan perempuan menjadi tiga kategori, yaitu : 1. Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor formal dan informal. 2. Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya. 3. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) mencakup kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat, volunter, dan tanpa upah. Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal
secara
status/kekuasaan.
politik,
biasanya
dibayar
dan
meningkatkan
Hasil penelitian Hartoyo et al (2003) diacu dalam Puspitawati (2006) pada keluarga miskin di kota Bogor dan hasil penelitian Tambingon (1999) diacu dalam Puspitawati (2006) melaporkan bahwa pembagian kerja aktivitas domestik sebagian besar dilakukan oleh ibu, seperti perawatan fisik anak, pemeliharaan rumah tangga, menyediakan makanan, dan lain-lain. Penelitian Sukesih (2001) diacu dalam Puspitawati (2006), pembagian kerja aktivitas publik di sektor ekonomi sebagian besar dilakukan oleh suami, sedangkan aktivitas sosial kemasyarakatan dilakukan oleh istri dan suami. Banyak sedikitnya lot (kekuasaan atau hak-hak) yang diperoleh laki-laki atau perempuan tergantung persepsi individu. Persepsi ini tergantung pada kondisi, aspirasi, dan kebutuhan (Megawangi 1999). Persepsi perempuan tentang ketertinggalannya dalam kehidupan publik menyebabkan perempuan berusaha untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya
(Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
Lingkungan Sosial Keluarga
adalah
lingkungan
yang
pertama
kali
mempersiapkan
anggotanya untuk dapat berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimana ia berada. Keluarga juga berfungsi agar setiap anggota keluarga dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi diri masingmasing. Keluarga diharapkan dapat mengadopsi nilai-nilai baru dan selanjutnya nilai-nilai tersebut dilestarikan dalam keluarga. Misalnya, perkembangan perilaku perempuan yang sebagai pribadi dan sebagai ibu/istri kini makin banyak memperlihatkan aspirasi baru, yaitu perempuan juga dapat bekerja di luar rumah. Talcot
Parsons
&
Bales
(1902-1979)
diacu
dalam
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu, peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak. Bentuk pengasuhan anak perempuan yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak laki-laki dan bagaimana cara mengahargai laki-laki, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, memotivasi anak perempuan untuk mau belajar kejenjang yang lebih tinggi, mengajarkan sifat mandiri. Bentuk pengasuhan anak laki-laki yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak perempuan dan bagaimana cara
menghargai perempuan, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, dan mengajarkan bahwa laki-laki memasak, mencuci, menyetrika, dan membersihkan tempat tidur sendiri (Puspitawati 2007). Pada masyarakat patriarki Indonesia, perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan telah mengakibatkan adanya pembedaan gender, yaitu pembedaan perilaku, peran, dan perlakuan antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh masyarakat melalui proses sosial dan budaya yang panjang. Dalam keluarga Indonesia pada umumnya, orangtua atau orang-orang terdekat lainnya, secara langsung maupun tidak langsung telah mensosialisasikan peran anak laki-laki dan perempuannya secara berbeda. Anak laki-laki diminta membantu orang tua dalam hal-hal tertentu saja, bahkan seringkali diberi kebebasan untuk bermain dan tidak dibebani tanggung jawab tertentu. Anak perempuan sebaliknya diberi tanggung jawab untuk membantu pekerjaan yang menyangkut urusan rumah (membersihkan rumah, memasak, dan mencuci). Halhal semacam ini secara tidak sengaja telah mengarahkan anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan (Wiludjeng, Habsjah, & Dhevy, 2005). Ditinjau dari penyerapan nilai-nilai baru, keluarga Indonesia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu keluarga tradisional dan keluarga neo tradisional. Keluarga tradisional merupakan keluarga yang pola berkeluarganya ditandai oleh adanya nilai-nilai tradisi yang secara ketat masih dianut dan dipertahankan. Keluarga neo tradisional ditandai oleh pola berkeluarga yang secara aktif mencari penyesuaian pada perubahan nilai yang berlangsung (Sadli 1993). Secara ideologis, keluarga merupakan wadah dalam menerapkan praktik nilainilai feminitas dan maskulinitas. Keluarga merupakan instrumen utama dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Nilai adalah kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi sub sistem personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan. Ciri-ciri nilai dalam keluarga antara lain : 1. Nilai absolut : merupakan pegangan yang benar-benar kuat dan cenderung tidak berubah serta merupakan suatu pegangan hidup.
2. Nilai normatif : Patokan-patokan tertentu yang dianut dan dapat berubah dengan adanya perubahan lingkungan, misalnya dahulu perempuan dinilai tidak pantas untuk mendapatkan pendidikan seperti laki-laki, tetapi sekarang perempuan dinilai memerlukan pendidikan tergantung kemampuannya untuk meraih pendidikan yang diinginkan. 3. Nilai relatif : nilai relatif akan berbeda bagi individu/kelompok yang satu dengan individu/kelompok yang lain tergantung dari keadaan dan lingkungan tempat tinggal (Guhardja dkk, 1992). Peran budaya juga dimulai dari keluarga, dimana anak mengamati adanya perbedaan perilaku pada keluarga ke dalam sistem kategorinya. Pada skala yang lebih besar, struktur, dan organisasi sosial, misalnya struktur keluarga dalam suatu masyarakat merupakan sumber data dimana seorang anak menggunakannya untuk membentuk stereotype peran gender (Frieze 1978 diacu dalam Nauly 2002). Salah satu faktor pembeda budaya adalah prinsip keturunan, yaitu patrilineal dan matrilineal. Prinsip keturunan ini berperan dalam menentukan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan di lingkungan masyarakat.
Kelompok
masyarakat
matrilineal,
misalnya
suku
Minang
menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan patrilineal. Pada kelompok masyarakat patrilineal, misalnya suku Jawa dan Batak peran laki-laki dan perempuan tidak egaliter (Nauly 2002), suami diharapkan menangani urusan di luar rumah tangga dan istri menangani urusan rumah tangga (Megawangi 1999). Agama mempunyai kekuatan yang sangat besar di dalam kehidupan bangsa karena agama merupakan tolak ukur kebenaran dan merupakan normanorma yang berisi konsep-konsep untuk menata tindakan manusia. Oleh karena itu, ajaran agama juga berperan dalam mensosialisasikan kesetaraan dan keadilan gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005).
KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Gender Harvard dan Moser dalam melihat peran gender di tingkat keluarga dalam aspek domestik dan publik. Keluarga merupakan institusi utama dalam mempengaruhi nilai-nilai dan proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Nilai adalah kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi sub sistem personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan (Guhardja dkk, 1992). Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007). Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses perseptual dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Komponen dari persepsi mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadiannya (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi adalah kondisi lingkungan, kemampuan dan keterbatasan alat indera, pengalaman masa lalu, kebutuhan dan keinginan serta nilai-nilai (Baltus 1983 diacu dalam Ginting 2003). Menurut S. S. Sargent, sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek, dan situasi (Santosa 2004). Persepsi terhadap peran gender dihubungkan dengan sikap terhadap peran gender karena sikap manusia dipengaruhi oleh persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008). Kerangka pemikiran yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Karakteristik Contoh : - Umur - Jenis kelamin - Program studi
Nilai-nilai Gender dari Keluarga
- Persepsi terhadap kepribadian - Persepsi terhadap gender dalam pek domestik - Persepsi terhadap gender dalam blik
Karakteristik Keluarga : - Umur, pendidikan, pekerjaan orangtua - Pendapatan keluarga - Besar keluarga
Lingkungan sosial : Keluarga, , kampus, kelompok pergaulan, masyarakat disekitar tempat tinggal Gambar 1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Mahasiswa Terhadap Peran Gender
METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Disain penelitian ini adalah cross sectional study dengan menggunakan metode wawancara dibantu dengan menggunakan kuisioner. Desain penelitian ini dilakukan untuk melihat persepsi mahasiswa IPB tentang konsep dan peran gender. Lokasi penelitian adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret hingga bulan April 2008.
Teknik Penarikan Contoh Pemilihan lokasi penelitian dan pemilihan contoh dilakukan secara purposive. Populasi contoh dalam penilitian ini adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Contoh dalam penelitian adalah 146 mahasiswa FEMA (Fakultas Ekologi Manusia) IPB tingkat III yang mengambil mata kuliah Gender dan Keluarga serta Metode Penelitian Keluarga. Contoh dibedakan berdasarkan jenis kelamin, yaitu terdiri dari 43 laki-laki dan 103 perempuan. Pemilihan contoh berdasarkan pertimbangan bahwa keahlian yang dimiliki mahasiswa FEMA berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat.
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Cara Pengukuran Variabel Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer dikumpulkan melalui pengisian kuisioner oleh responden itu sendiri ditambah dengan wawancara. Kuisioner meliputi: karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap mahasiswa terhadap peran gender. Secara rinci, jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Variabel yang Dikumpulkan Variabel
Skala
Satuan
Jumlah Item
α Cronbach
Rasio Nominal Nominal
Tahun
1 1 1
-
Rasio Rasio Nominal Rasio
Tahun Tahun
1 1 1 1
-
Ordinal Ordinal
66 44
0.926 0.901
Ordinal
68
0.943
Lingkungan sosial
Ordinal
15
0.549
Sikap terhadap peran gender
Ordinal
14
0.584
Karakteristik Contoh Umur contoh Jenis kelamin Program studi Karakteristik Keluarga Umur orangtua Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Besar keluarga Persepsi Tehadap Peran Gender Persepsi terhadap sifat kepribadian Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik
RP/bulan
Cara pengukuran data adalah sebagai berikut : 1. Persepsi terhadap sifat kepribadian : Variabel ini terdiri dari 66 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai sifat seseorang yang meliputi sifat yang pantas dimiliki laki-laki, pantas dimiliki perempuan, dan pantas dimiliki keduanya. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008). 2. Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik : Variabel ini terdiri dari 44 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai kegiatan (pekerjaan) dalam keluarga yang pantas dilakukan laki-laki, pantas dilakukan perempuan serta pantas dilakukan laki-laki dan perempuan. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008). 3. Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik : Variabel ini terdiri dari 68 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai kegiatan (pekerjaan) dalam masyarakat yang pantas dilakukan laki-laki, pantas dilakukan perempuan serta pantas dilakukan laki-laki dan perempuan. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008). 4. Lingkungan Sosial : Variabel ini terdiri dari 15 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai konsep atau peran gender yang ditanamkan di lingkungan
keluarga, masyarakat, kampus, dan kelompok pergaulan. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008). 5. Sikap terhadap peran gender : Variabel ini terdiri dari 14 pertanyaan dengan skala likert 1-3 mengenai bagaimana sikap responden terhadap konsep atau peran gender. Hal yang ditanyakan contohnya adalah pernyataan “saya memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai potensi yang sama, “saya memandang laki-laki sebagai pemimpin”, “saya menginginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah”, dan sebagainya. Pertanyaan tersebut merujuk pada Puspitawati (2008).
Pengolahan dan Analisis Data Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuisioner dilakukan dalam beberapa kali pertemuan. Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 10.0 dan 11.5. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pengambilan data primer, transfer data, coding, editing, data entry, data cleaning, dan analisis data. Berikut urutan kegiatan dalam pengolahan data: 1) Penyusunan code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data 2) Setelah data dientri, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Reliabilitas data dicek dengan menyajikan statistik deskriptif untuk setiap peubah 3) Pemberian skor terhadap jawaban kuisioner 4) Kategorisasi terhadap data. Karakteristik contoh terdiri dari umur, jenis kelamin, dan program studi. Umur dikategorikan menjadi 18-20 tahun dan 21-23 tahun. Jenis kelamin dikategorikan 1 = laki-laki dan 2 = perempuan. Karakteristik keluarga terdiri dari umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga. Umur orang tua dikategorikan menjadi 30-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan ≥61 tahun. Pendidikan orang tua dikategorikan 1-10 dengan keterangan berturut-turut, yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3. Pekerjaan orang tua dikategorikan 1-6 dengan keterangan berturut-turut, yaitu PNS/ABRI, pegawai swasta/BUMN/pengacara, petani/buruh, wiraswasta, IRT/tidak bekerja, pensiunan/pemuka agama, dan tidak ada jawaban. Pendapatan keluarga dikategorikan menjadi <500 000, 500 000-750 000, 750 001-1 000 000, 1000
001-1 250 000,1 250 001-1 500 000, 1 500 001-1 750 000, 1 750 001-2 000 000, 2 000 001-2 250 000, 2 250 001-2 500 000, dan >2 500 000. Data yang diperoleh dianalisis dengan beberapa analisis statistik, yaitu : 1. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menyajikan gambaran berbagai variable yang diteliti. 2. Untuk melihat persepsi terhadap sifat kepribadian seseorang, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender digunakan analisis deskriptif dan untuk mengetahui perbedaan persepsi, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender pada contoh perempuan dan laki-laki digunakan uji beda Independent Sample T-Test. 3. Untuk melihat hubungan antar variabel penelitian digunakan uji korelasi spearman. 4. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap mahasiswa terhadap peran gender digunakan analisis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut : Model 1 Y = β0 + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + € Y = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor Publik β = Parameter X1 = Karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga) X2 = Karakteristik contoh(jenis kelamin) X3 = Lingkungan sosial X4 = Persepsi terhadap sifat kepribadian Model 2 Y = β0 + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 + β5X5 + € Y = Sikap terhadap peran gender β = Parameter X1 = Karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga) X2 = Karakteristik contoh (jenis kelamin) X3 = Lingkungan sosial X4 = Persepsi terhadap sifat kepribadian
X5 = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik Variabel persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender pada pengolahannya diskoring. Nilai masing-masing variabel diberi skor, kemudian skor dijumlahkan dan dikategorikan. Kategorisasi terhadap data skor dilakukan sesuai rumus berikut ini. Interval kelas (A) = skor maks* – skor min* Jumlah kategori Kategori : Kurang perspektif gender : NR sampai [(NR+A)+A] Perspektif gender : [(NR+A)+A] sampai NT Keterangan : * adalah skor sesuai dengan jumlah pertanyaan dan skala di kuisioner Variabel persepsi terhadap sifat kepribadian, pemberian skornya adalah pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (lebih baik dimiliki laki-laki) maka bernilai (direcode) satu, jawaban dua (lebih baik dimiliki perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga (netral) bernilai dua. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 66-98) dan perspektif gender (99-132). Persepsi terhadap sifat extrovertmaskulin (33-48) dan extrovert-feminin (49-66), jika jawabannya satu direcode satu, jawaban dua direcode satu, dan jawaban tiga direcode dua. Persepsi terhadap sifat introvert-feminin (33-48) dan introvert-maskulin (49-66), jika jawabannya satu direcode satu, jawaban dua direcode satu, dan jawaban tiga direcode dua. Variabel persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, pemberian skornya adalah pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (lebih baik dilakukan laki-laki) maka bernilai (direcode) satu, jawaban dua (lebih baik dilakukan perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga (netral) bernilai dua. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 44-65) dan perspektif gender (6688). Variabel persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, pemberian skornya adalah pada masing-masing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu
(lebih baik dilakukan laki-laki) maka bernilai (direcode) satu, jawaban dua (lebih baik dilakukan perempuan) bernilai satu, dan jawaban tiga (netral) bernilai dua. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 68-101) dan perspektif gender (102-136). Variabel lingkungan sosial, pemberian skornya adalah pada masingmasing pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (saya tidak seperti itu) maka bernilai tiga, jika jawabannya dua (saya kadang-kadang seperti itu) maka bernilai dua, dan jika jawabannya tiga (saya sering seperti itu) maka bernilai satu. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 15-29) dan perspektif gender (30-45). Variabel sikap terhadap peran gender, pemberian skornya adalah pada beberapa pertanyaan, yaitu jika jawabannya satu (saya tidak seperti itu) maka bernilai tiga, jika jawabannya dua (saya kadang-kadang seperti itu) maka bernilai dua, dan jika jawabannya tiga (saya hampir selalu seperti itu) maka bernilai satu. Kemudian skor ditotal dan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kurang perspektif gender (skor 14-27) dan perspektif gender (28-42).
Definisi Operasional Bias gender adalah persepsi yang membedakan suatu peran yang hanya pantas dilakukan oleh salah satu jenis kelamin saja (tidak dapat dipertukarkan). Contoh adalah individu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang mengambil mata kuliah Gender dan Keluarga dan Metode Penelitian Keluarga. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khas contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, dan program studi. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi umur orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan keluarga. Keluarga adalah instrumen utama dalam membentuk dan mempengaruhi bentuk nilai-nilai melalui proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga. Kelompok pergaulan adalah kelompok yang mensosialisasikan peraturanperaturan sosial dan budaya tentang konsep gender pada mahasiswa. Lingkungan kampus adalah lembaga pendidikan mengajarkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, tempat dimana peran gender banyak mengalami perubahan.
Lingkungan Sosial adalah kondisi lingkungan yang meliputi keluarga, masyarakat, kelompok pergaulan, dan kampus yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Masyarakat adalah suatu lingkungan dengan skala yang besar yang merupakan tempat terjadinya proses sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi persepsi tentang konsep dan peran gender. Nilai-nilai tentang konsep dan peran gender adalah patokan-patokan tentang konsep dan peran gender yang dianut oleh seseorang. Pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang diterima anggota keluarga, dapat berasal dari kepala keluarga, istri, anak, maupun anggota keluarga yang lain. Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dilalui oleh orangtua. Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan utama yang dilakukan oleh orangtua yang memberikan penghasilan terbesar. Persepsi terhadap peran gender adalah proses menginterpretasikan informasi tentang gender yang dapat dinilai melalui nilai-nilai yang dianut dan latar belakang lingkungan. Pengukuran persepsi tentang konsep dan peran gender dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Adapun variabel-variabel yang akan diukur antara lain persepsi tentang sifat kepribadian seseorang, persepsi tentang peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi tentang peran gender dalam sektor publik, persepsi tentang pemilihan program studi, persepsi tentang peran gender secara umum. Perspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan peran antara lakilaki dan perempuan serta peran tersebut dapat dipertukarkan. Responsif gender adalah memperhatikan perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, permasalahan, dan kepentingan laki-laki dan perempuan. Sikap terhadap peran gender adalah perilaku mahasiswa tentang konsep dan peran gender yang dipengaruhi oleh persepsi tentang konsep gender itu sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor adalah kampus yang modern dengan visi adalah menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan serta misinya
adalah
menyelenggarakan
pendidikan
tinggi
bermutu
tinggi,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat, dan mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak asasi manusia (Anonymous 2008). Jumlah mahasiswa IPB dari tahun 19982005 cenderung meningkat, tahun 1998 jumlah mahasiswa IPB sebanyak 2642 mahasiswa dan pada tahun 2005 mencapai 2868 mahasiswa. Jumlah mahasiswa perempuan dari tahun 1998-2005 selalu lebih besar dibandingkan jumlah mahasiswa laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah mahasiswa IPB berdasarkan jenis kelamin (Anonymous 2007). Tabel 2. Perkembangan Jumlah Mahasiswa IPB Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Tahun masuk kelamin
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
laki-laki
1199
1144
1337
1230
1250
1204
1205
1269
Perempuan 1443
1402
1558
1575
1539
1522
1600
1599
Total
2546
2925
2805
2789
2726
2805
2868
2642
Karakteristik Contoh dan Keluarganya Umur dan Jenis Kelamin Contoh Kisaran umur contoh adalah 18-20 tahun dan 21-23 tahun dengan proporsi terbesar contoh (76.8%) berada pada kisaran umur 18-20 tahun (Tabel 3). Lebih dari dua pertiga contoh (70.5%) berjenis kelamin perempuan dan kurang dari sepertiga contoh (29.5%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 3. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Contoh Umur (tahun) n % 18-20 112 76.8 21-23 34 23.3 Total 146 100
Program Studi Contoh Hasil menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat contoh laki-laki (81.4%) adalah mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM). Hampir dua pertiga contoh perempuan adalah mahasiswi Program Studi Ilmu keluarga dan Konsumen (IKK) (Tabel 4). Sebagian besar mahasiswa berasal dari Fakultas Ekologi Manusia, tetapi ada sebagian kecil mahasiswa yang berasal dari fakultas lain. Hal itu disebabkan sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Gender dan Keluarga serta Metode Penelitian Keluarga dan yang mengambil mata kuliah tersebut bukan hanya mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, tetapi juga mahasiswa dari fakultas lain. Tabel 4. Sebaran Contoh Berdasarkan Program Studi Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan n % n % 3.9 4 Agronomi dan Hortikultura (AGH) 0 0 Pemanfaatan Sumberdaya 7.8 8 2 4.7 Perikanan (PSP) Teknologi dan Manajemen 5.8 6 0 0 Perikanan Tangkap (TMPT) 1 1 2 4.7 Ilmu Teknologi Pangan (ITP) 1 1 0 0 Geofisika dan Meteorologi (GFM) 1 1 0 0 Matematika (MAT) 1.9 2 0 0 Ilmu Ekonomi (IE) 5.8 6 0 0 Manajemen (MAN) 4 9.3 Ilmu Keluarga dan Konsumen 69.9 72 (IKK) 1.9 2 Komunikasi dan Pengembangan 35 81.4 Masyarakat (KPM) Total 43 100 103 100 Umur Ayah dan Ibu Contoh Hasil menunjukkan bahwa umur ayah dan ibu contoh berada pada kisaran 30-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari atau sama dengan 61 tahun. Proporsi terbesar contoh (46.6%) mempunyai ayah dengan kisaran umur 51-60 tahun dan proporsi terkecil contoh (2.1%) mempunyai ayah dengan kisaran umur 30-40 tahun. Proporsi terbesar contoh (66.4%) mempunyai ibu dengan kisaran umur 41-50 tahun dan proporsi terkecil contoh (0.7%) mempunyai ibu dengan kisaran umur lebih dari atau sama dengan 61 tahun (Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Ayah dan Ibu Umur (tahun) Ayah Ibu n % n 30-40 3 2.1 18 41-50 63 43.3 97 51-60 28 68 46.6 ≥61 5 3.5 1 Total 139* 95.5 144*
% 12.4 66.4 19.2 0.7 98.7
Keterangan : * Ada data missing (tujuh orang untuk jawaban umur ayah dan dua orang untuk jawaban umur ibu) karena ada contoh yang tidak menjawab
Pendidikan Ayah dan Ibu Contoh Pendidikan
mempunyai
peranan
yang
sangat
penting
dalam
meningkatkan mutu kehidupan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenis pendidikan yang pernah dialami atau lamanya mengikuti pendidikan formal atau non-formal (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002). Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase terbesar pendidikan ayah contoh (39.0%) adalah tamat SLTA, sedangkan persentase terbesar pendidikan ibu contoh (40.4%) juga tamat SLTA. Tabel 6. Sebaran Contoh Berdasarkan Jenjang Pendidikan Ayah dan Ibu Jenjang Ayah Ibu Pendidikan n % n % 4.8 7 4.1 6 Tidak tamat SD 13.7 20 8.9 13 Tamat SD 9.6 14 6.8 10 Tamat SLTP Tamat SLTA 40.4 59 39.0 57 13.0 19 38.4 56 Tamat D1-D3 14.4 21 2.8 4 Tamat S1 4.1 6 0.0 0 Tamat S2-S3 Total 146 100 146 100 Pekerjaan Ayah dan Ibu Contoh Bekerja dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk menghasilkan/mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa, maupun ide (Achir 1985 diacu dalam Widianti 2004). Tabel 7 menunjukkan bahwa persentase terbesar pekerjaan ayah contoh (36.3%) adalah PNS/ABRI, sedangkan persentase terbesar pekerjaan ibu contoh (54.8%) adalah ibu rumah tangga/tidak bekerja.
Tabel 7. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ayah dan Ibu Pekerjaan Ayah Ibu n % n % 27.4 40 PNS/ABRI 36.3 53 3.4 5 23.3 34 Pegawai swasta/BUMN/Pengacara 4.1 6 5.5 8 Petani/buruh 8.2 12 20.5 30 Wiraswasta 4.1 6 IRT /tidak bekerja 54.8 80 0.7 1 4.8 7 Pensiunan/pemuka agama 1.4 2 5.5 8 Tidak tahu Total
146
100
146
100
Besar Keluarga Besar keluarga pada penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu 1) Keluarga kecil yang jumlah anggotanya kurang dari atau sama dengan empat orang; 2) Keluarga sedang yang jumlah anggotanya antara 5-7 orang; 3) Keluarga besar apabila jumlah anggota keluarganya lebih dari atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1981). Hasil penelitian menunujukkan bahwa persentase terbesar contoh (63.0%) mempunyai keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang (Tabel 8). Tabel 8. Sebaran Contoh Berdasarkan Besar keluarga Besar Keluarga n % ≤4
39
26.7
5-7
92
63.0
≥8
15
10.3
Total
146
100
Rata-rata Pendapatan Keluarga Contoh Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga atau rumah tangga ekonomi. Pendapatan keluarga terdiri dari pendapatan dari upah atau gaji yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh, pendapatan dari seluruh anggota rumah tangga yang berupa pendapatan kotor, dan pendapatan di luar upah/gaji yang menyangkut usaha lain (Prasetyo 2005 diacu dalam Rezeki 2006). Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh (27.4%) mempunyai pendapatan keluarga (rata-rata/bulan) lebih dari RP 2.500.000, 00 dan persentase terkecil contoh (11.0%) mempunyai pendapatan keluarga (ratarata/bulan) kurang dari RP 500.000, 00
Tabel 9. Sebaran Contoh Berdasarkan Kisaran Pendapatan Keluarga Per Bulan Kisaran Rata-rata Pendapatan n % Keluarga (RP/bulan) <500000 16 11.0 500000-1000000 21 14.4 1000001-1500000 26 17.8 1500001-2000000 22 15.1 2000001-2500000 20 13.7 >2500000 40 27.4 Total 146 100
Nilai-nilai dan Nasehat-nasehat OrangTua (Nilai-nilai Keluarga) Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki tentang keluarga antara lain orangtua harus adil pada anakanaknya, laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga, tegas, bijaksana, laki-laki bekerja sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik, laki-laki dan perempuan harus menjaga diri (kehormatan), dan lain-lain. Nasehat orangtua yang diperoleh contoh perempuan tentang keluarga hampir sama dengan nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki, tetapi terdapat nasehat yang berbeda yaitu laki-laki harus mau membantu pekerjaan domestik, perempuan harus bisa mengelola rumah tangga meskipun bekerja, dan laki-laki tidak harus menjadi kepala rumah tangga (Tabel 10). Nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki tentang menjadi anak perempuan antara lain perempuan harus menjaga keperawanannya, mandiri, kuat, sabar, pintar, mengurus rumah tangga, berhak mempunyai kedudukan dan pendidikan, tetapi ada orangtua yang memberi nasehat bahwa perempuan tidak harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat yang diperoleh contoh perempuan hampir sama dengan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki, tetapi terdapat nasehat yang berbeda yaitu perempuan harus rapi, rajin, sopan, dan perempuan juga harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki tentang menjadi anak laki-laki antara lain laki-laki harus penyayang, tidak agresif, pelindung, bertanggungjawab, mandiri, pemimpin yang baik, berani, jantan, dan maskulin, harus mempunyai pendidikan tinggi. Nasehat yang diperoleh contoh perempuan hampir sama dengan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki, tetapi ada nasehat yang berbeda yaitu laki-laki harus kuat, tegar, disiplin, jujur, dan laki-laki harus mau mengerjakan pekerjaan domestik. Nasehat orangtua yang diperoleh contoh laki-laki dan perempuan tentang budaya/etos kerja antara lain perempuan dan laki-laki sama-sama mempunyai etos kerja dan
cita-cita tinggi, memaksimalkan potensi, disiplin, pantang menyerah, mematuhi peraturan, kerja keras, dan menjunjung tinggi budaya. Nasehat orangtua yang diperoleh
contoh
laki-laki
dan
perempuan
tentang
kegiatan
sosial
kemasyarakatan yaitu laki-laki dan perempuan berhak bersosialisasi dan berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (Tabel 10). Secara umum, hasil uji kualitatif menunjukkan ada persamaan dan perbedaan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki dengan nasehat yang diperoleh contoh perempuan. Persamaan nasehat tentang keluarga yang diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan, yaitu ciptakan keluarga sakinah, mawwadah, warohmah, keluarga harus diutamakan, dan saling menghormati antar anggota keluarga. Persamaan nasehat tentang menjadi anak perempuan yang diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan, yaitu perempuan harus menjaga keperawanannya. Persamaan nasehat tentang menjadi anak laki-laki yang diperoleh contoh laki-laki dan contoh perempuan, yaitu laki-laki harus tanggungjawab, bijaksana, tegas, pandai, mandiri, cerdas. Persamaan nasehat tentang budaya/etos kerja yang diperoleh contoh laki-laki dan perempuan, yaitu harus disiplin, maksimalkan potensi, kerja keras, patuhi peraturan. Persamaan nasehat tentang kehidupan sosial kemasyarakatan yang diperoleh contoh laki-laki dan perempuan, yaitu bersosialisasi, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan bisa beradaptasi. Terdapat perbedaan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki dan perempuan, yaitu nasehat tentang keluarga. Contoh perempuan memperoleh nasehat bahwa perempuan harus bisa mengelola rumah tangga meskipun bekerja sedangkan contoh laki-laki memperoleh nasehat bahwa laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga, tegas, dan bijaksana. Dalam hal nasehat menjadi anak perempuan, ada contoh laki-laki yang memperoleh nasehat bahwa perempuan tidak harus mempunyai pendidikan tinggi dan hal itu berbeda dengan nasehat yang diperoleh contoh perempuan. Dalam hal nasehat menjadi anak laki-laki, ada contoh perempuan yang memperoleh nasehat bahwa laki-laki harus membantu pekerjaan domestik dan hal itu berbeda dengan nasehat yang diperoleh contoh laki-laki (Tabel 10). Talcot
Parsons
&
Bales
(1902-1979)
diacu
dalam
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Oleh karena itu,
peranan keluarga semakin penting dalam masyarakat modern terutama dalam hal pengasuhan dan pendidikan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasehat orangtua sudah cenderung berperspektif gender. Sesuai pustaka dari Puspitawati (2007), bentuk pengasuhan anak perempuan yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi tentang anak laki-laki dan bagaimana cara menghargai laki-laki, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, memotivasi anak perempuan untuk mau belajar kejenjang yang lebih tinggi, mengajarkan sifat mandiri. Bentuk pengasuhan anak laki-laki yang berperspektif gender antara lain memberi sosialisasi
tentang
anak
perempuan
dan
bagaimana
cara
menghargai
perempuan, memberi sosialisasi tentang kemitraan laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, dan mengajarkan bahwa laki-laki memasak, mencuci, menyetrika, dan membersihkan tempat tidur sendiri. Peran budaya juga dimulai dari keluarga, dimana anak mengamati adanya perbedaan perilaku pada keluarga ke dalam sistem kategorinya (Frieze 1978 diacu dalam Nauly 2002). Salah satu faktor pembeda budaya adalah prinsip keturunan, yaitu patrilineal dan matrilineal. Prinsip keturunan ini berperan dalam menentukan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan di lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar contoh berasal dari suku Jawa (77.4%). Pada kelompok masyarakat patrilineal, misalnya suku Jawa peran laki-laki dan perempuan tidak egaliter (Nauly 2002), suami diharapkan menangani urusan di luar rumah tangga dan istri menangani urusan rumah tangga (Megawangi 1999) dan dalam hasil penelitian ditunjukkan dengan adanya nasehat bahwa laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga dan istri mengerjakan pekerjaan domestik.
Tabel 10. Hasil Uji Kualitatif Nilai-nilai dan Nasehat Orangtua No
n
Laki-laki %
a
Nasehat tentang keluarga Orang tua harus adil pada anak, tidak membedakan anggota keluarga
1
2.3
5
4.9
b
Perempuan harus bisa mengelola rumah tangga meskipun bekerja, hormat pada suami
0
0.0
15
14.6
0
0.0
1
1.0
5
11.6
0
0.0
3
7.0
4
3.9
3
7.0
4
3.9
31
72.1
74
71.8
43
100.0
103
100.0
0 10 2
0.0 23.3 4.7
9 47 17
8.7 45.6 16.5
1
2.3
11
10.7
1
2.3
2
1.9
1
2.3
0
0.0
8
18.6
15
14.6
1
2.3
2
1.9
19 43
44.2 100.0
0 103
0.0 100.0
0
0.0
2
1.9
5
11.6
7
6.8
7
16.3
18
17.5
20
46.5
26
25.2
7
16.3
9
8.7
2 0 2 0 43
4.7 0.0 4.7 0.0 100.0
0 2 0 39 103
0.0 1.9 0.0 37.9 100.0
2
4.7
6
5.8
1
2.3
2
1.9
0
0.0
1
1.0
1
c
Nasehat orangtua
d
Laki-laki membantu mengerjakan pekerjaan domestik Laki-laki harus menjadi kepala rumah tangga, bertanggungjawab, jujur, tegas, bijaksana
e
Laki-laki bekerja dan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik
d
Laki-laki & perempuan harus jaga diri (kehormatan) Lain-lain (ciptakan keluarga sakinah, mawwadah, warohmah, keluarga harus diutamakan, saling menghormati antar anggota keluarga Total Nasehat menjadi anak perempuan Rapi, rajin, sopan Harus jaga diri (keperawanan) Mandiri, kuat, sabar, pintar Perhatian, simpati, peka, lembut, penyayang, tdk agresif, ramah, bisa bersosialisasi
e
Berhak menjadi pemimpin, mempunyai kedudukan, berpendidikan
f g
2 a b c
f g h i 3 a b c d e f g h i 4 a b c
Tidak harus mempunyai pendidikan tinggi Mengurus rumah tangga (pekerjaan domestik), taat pada suami, perempuan menentukan kualitas anak Lain-lain (nikmati dan syukuri posisi sebagai perempuan, jaga dan hargai perempuan, perempuan adalah makhluk mulia Nor applicable (NA) Total Nasehat menjadi anak laki-laki Kuat, tegar, disiplin, jujur Pelindung, sopan, tidak agresif, penyayang, perhatian, soleh, berbakti pada orangtua Pemimpin yang baik, menjadi berhasil/sukses Tanggungjawab, bijaksana, tegas, pandai, mandiri, cerdas Berani, jantan, maskulin, jangan mau diperdaya perempuan Harus mempunyai pendidikan tinggi Harus membantu pekerjaan domestik Lain-lain (hati-hati memilih teman, jaga diri) Nor applicable (NA) Total Nasehat tentang budaya/etos kerja Laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai etos kerja dan cita-cita Perempuan boleh mencari nafkah tanpa melupakan keluarga Perempuan melakukan pekerjaan ringan
Perempuan n %
Tabel 10. Hasil Uji Kualitatif (Lanjutan) Laki-laki No
d
Perempuan
Nasehat orangtua n
%
n
%
Disiplin, tanggungjawab, maksimalkan potensi, kerja keras, patuhi peraturan, pantang menyerah, kerja keras Suami dan istri harus saling membantu Menjunjung tinggi nilai budaya dan agama Total
31
72.1
83
80.6
0 9 43
0.0 20.9 100.0
1 10 103
1.0 9.7 100.0
a
Nasehat tentang kehidupan sosial kemasyarakatan Bersosialisasi,berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, saling menghormati, bisa beradaptasi
38
88.4
88
85.4
b
Laki-laki&perempuan mempunyai hak sama untuk beraktivitas dan bersosialisasi dalam masyarakat
0
0.0
5
4.9
5
11.6
10
9.7
43
100.0
103
100.0
e f
5
c
Lain-lain (hati-hati dalam bergaul, jaga nama baik keluarga, jaga kepercayaan orang lain, tidak ada diskriminasi gender) Total
Persepsi Terhadap Peran Gender Persepsi Contoh Terhadap Sifat Kepribadian Individu Sesuai pustaka dari Jung diacu dalam Anonymous (2007), perempuan biasanya dihubungkan dengan sifat introvert. Orang yang mempunyai sifat introvert biasanya tidak mempunyai emosi, tidak ramah, kurang bisa bergaul, tenang, kalem, berpengalaman dalam emosi yang kuat, tetapi mereka menutupinya. Sedangkan laki-laki biasanya dikaitkan dengan sifat extrovert. Orang extrovert biasanya dingin, sombong, cenderung emosional, realistik, praktis, pekerja keras, cenderung untuk muncul seorang diri, dan selalu mencari sesuatu yang baru. Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat extrovert. Hal ini mengindikasikan bahwa contoh perempuan lebih mempunyai persepsi bahwa sifat extrovert, seperti mandiri, tegas, kuat pribadinya, agresif, pemimpin yang baik, dan lain-lain (merujuk pada Lampiran 2) dapat dimiliki oleh karakter maskulin (extrovert-maskulin) dan karakter feminin (extrovert-feminin). Hasil pada Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat introvert. Artinya contoh
laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai persepsi bahwa sifat introvert, seperti pemalu, pendiam, tertutup, pandai menyembunyikan perasaan, dan lainlain (merujuk pada Lampiran 2) dapat dimiliki oleh karakter feminin (introvertfeminin) dan karakter maskulin (introvert-maskulin). Tabel 11. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Extrovert-Maskulin dan Extrovert Feminin Persepsi Terhadap Sifat ExtrovertLaki-laki Perempuan Maskulin dan Extrovert-Feminin n % n % Extrovert-Maskulin (33-48) 20 46.5 29 28.2 Extrovert-Feminin (49-66) 23 53.3 74 71.8 Total Skor min Skor maks Rata-rata±SD
43
100 33 66 48.65±8.07
Uji beda
103
100 33 66 52.89±6.78
0.001*
Tabel 12. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Introvert-Feminin dan Introvert Maskulin Persepsi Terhadap Sifat IntrovertLaki-laki Perempuan Feminin dan Introvert-Maskulin n % n % Introvert-Feminin (33-48) 15 34.9 26 25.2 Introvert-Maskulin (49-66) 28 65.1 77 74.8 Total Skor min Skor maks Rata-rata±SD
43
100
103
33 66 51.77±8.55
Uji beda
100
33 66 53.89±7.06 0.122
Persepsi tentang sifat kepribadian dikategorikan menjadi persepsi yang kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Persepsi yang kurang berperspektif gender adalah persepsi yang cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya (misalnya perempuan dianggap kecil dan lemah sedangkan laki-laki dianggap besar dan kuat). Persepsi yang sudah berperspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan). Hasil pada Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap sifat kepribadian berada pada kategori
berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh perempuan terhadap sifat kepribadian. Hal ini menunjukkan bahwa contoh lakilaki
dan
perempuan
sama-sama
sudah
berperspektif
gender
dalam
mempersepsikan sifat kepribadian individu Tabel 13. Persepsi Contoh Terhadap Sifat Kepribadian Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian Laki-laki Perempuan n % n % Kurang berperspektif gender (66-98) 19 44.2 28 27.2 Berperspektif gender (99-132) 24 55.8 75 72.8 Total 43 100 103 100 Skor min 66 66 Skor maks 132 132 Rata-rata±SD 103.37±12.89 105.55±15.12 Uji beda 0.409 Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa •
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran memperbaiki alat, memelihara peralatan rumah, dan menggunakan sarana sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh perempuan mempersepsikan peran mencari nafkah sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral) sedangkan contoh laki-laki mempersepsikan peran tersebut sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran berbelanja bahan makanan dan memasak serta menyiapkan makanan dan keperluannya sebagai peran yang lebih baik dilakukan perempuan.
•
Contoh perempuan mempersepsikan aktivitas sosial kemasyarakatan sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral), tetapi contoh laki-laki mempersepsikan peran tersebut sebagai peran yang lebih baik dilakukan perempuan.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran pengasuhan anak, membersihkan lingkungan rumah, perencanaan dan pengaturan keuangan, pengambilan keputusan dalam keluarga, domestik subsisten, merawat kesehatan, menyediakan air, dan mencari tambahan pekerjaan sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran gender dalam pekerjaan domestik sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki. Adanya sebagian besar peran dalam keluarga (domestik) yang
dipersepsikan sebagai peran yang netral berarti terdapat pergeseran persepsi terhadap peran domestik menjadi lebih longgar (Rahasthera & Prasodjo 2007). Meskipun sebagian besar peran dalam keluarga (domestik) dipersepsikan sebagai peran yang netral, masih terdapat segregasi yang cukup kuat dalam mempersepsikan peran dalam keluarga (peran domestik). Berdasarkan hasil penelitian, peran domestik yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat instrumental atau pekerjaan yang berat dipersepsikan sebagai peran yang maskulin. Sedangkan peran domestik yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat emosional dipersepsikan sebagai peran feminin. Hal ini sesuai dengan pustaka dari Megawangi (1999), perempuan berperan sebagai figur ekspresif dan laki-laki sebagai figur instrumental. Persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dikategorikan menjadi persepsi yang kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Persepsi yang kurang berperspektif gender adalah persepsi yang cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya
(misalnya
perempuan
pekerjaan
ringan
sedangkan
laki-laki
mengerjakan pekerjaan berat). Persepsi yang sudah berperspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan). Hasil pada Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi contoh laki-laki terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada kategori kurang berperspektif gender. Sebagian besar persepsi contoh perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hal ini berarti bahwa persepsi contoh perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test juga menunjukkan hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan lakilaki. Contoh perempuan dalam penelitian ini mempunyai pendidikan yang tinggi
sehingga akan mempengaruhi persepsinya terhadap peran gender menjadi lebih berperspektif gender karena ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan formal yang diterima seseorang, mereka akan bersifat terbuka terhadap pembaharuan (Widjaya 1986 diacu dalam Tejo 2002). Hal ini berarti jika perempuan mempunyai pendidikan tinggi maka pandangannya terhadap peran gender akan lebih modern. Tabel 14. Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik Persepsi Terhadap Peran Gender Laki-laki Perempuan dalam Pekerjaan Domestik n % n % Kurang berperspektif gender (44-65) 25 58.1 37 35.9 Berperspektif gender (66-88) 18 41.9 66 64.1 Total 43 100 103 100 Skor min 44 44 Skor maks 88 88 Rata-rata±SD 62.28±8.19 68.36±7.10 Uji beda 0.000* Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa •
Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran mencari nafkah sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki.
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan profesi yang rendah, seperti pedagang asongan, tukang pijat, pesuruh kantor, dan lain-lain sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan profesi yang tinggi, seperti DPR/DPRD, direktur, Ketua Departemen di Perguruan Tinggi, Dekan Fakultas, dan lain-lain sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral).
•
Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan profesi-profesi dalam sektor publik lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki. Meskipun sebagian besar peran publik dipersepsikan sebagai peran yang
netral, tetapi masih ada contoh yang memiliki persepsi bahwa peran dengan karakter atau fungsi tertentu lebih baik dilakukan oleh jenis kelamin tertentu, misalnya
menurut
mempersepsikan
sebagian
peran
besar
mencari
contoh
nafkah
dan
laki-laki profesi
dan
perempuan
tertinggi,
seperti
Presiden/Wapres, lebih baik dilakukan oleh laki-laki. Ada contoh laki-laki dan perempuan yang mempersepsikan profesi yang rendah, seperti pembantu
sebagai peran yang lebih baik dilakukan perempuan. Persepsi contoh mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007). Persepsi contoh tentang peran gender dalam sektor publik dikategorikan menjadi persepsi yang kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Persepsi yang kurang berperspektif gender adalah persepsi yang cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya (misalnya perempuan mengerjakan pekerjaan ringan dan laki-laki mengerjakan pekerjaan berat). Persepsi yang sudah berperspektif gender adalah persepsi yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan). Hasil pada Tabel 15 menggambarkan bahwa sebagian besar persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan hasil yang signifikan antara persepsi contoh lakilaki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan lakilaki. Kesadaran perempuan atas ketertinggalannya dalam kehidupan publik mendorong
perempuan
untuk
memperjuangkan
haknya
dalam
mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat persepsi perempuan lebih berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Tabel 15. Persepsi Contoh Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik Persepsi Terhadap Peran Gender Laki-laki Perempuan dalam Sektor Publik n % n % Kurang berperspektif gender (68-101) 15 34.9 10 9.7 Berperspektif gender (102-136) 28 65.1 93 90.3 Total 43 100 103 100 Skor min 68 68 Skor maks 136 136 Rata-rata±SD 106.44±15.69 114.27±11.40 Uji beda 0.001*
Lingkungan Sosial Contoh Lingkungan sosial yang diteliti meliputi lingkungan masyarakat, keluarga, kampus, dan kelompok pergaulan. Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa •
Dalam lingkungan keluarga contoh laki-laki, orangtua tidak memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin, orangtua tidak pernah menerapkan
diskriminasi
gender,
kadang-kadang
mengarahkan bermain dengan sesama jenis kelamin,
orangtua terdapat
pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, orangtua menerapkan pola asuh yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan,
anak
laki-laki
dan
perempuan
mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, orangtua adil dalam mencurahkan kasih sayang, terdapat perbedaan peran antara suami dan istri atau antara anak laki-laki dan perempuan serta orangtua menanamkan ajaran agama tentang konsep gender. •
Dalam kelompok pergaulan contoh laki-laki kadang-kadang masih menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama.
•
Contoh laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan kampus dan tidak pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender.
•
Dalam lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal contoh laki-laki kadang-kadang masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, sering terdapat kegiatan yang melibatkan perempuan seperti PKK.
•
Contoh laki-laki tidak pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakatnya.
•
Dalam lingkungan keluarga contoh perempuan, orangtua tidak memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin, orangtua tidak pernah menerapkan diskriminasi gender, orangtua tidak mengarahkan
bermain dengan sesama jenis kelamin, kadang-kadang terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, kadang-kadang orangtua menerapkan pola asuh yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan, kadang-kadang terdapat perbedaan peran antara suami dan istri atau antara anak laki-laki dan perempuan anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan, orangtua adil dalam mencurahkan kasih sayang serta orangtua menanamkan ajaran agama tentang konsep gender. •
Dalam kelompok pergaulan contoh perempuan kadang-kadang masih menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama.
•
Contoh perempuan tidak pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan
kampus
dan
kadang-kadang
mengikuti
pelatihan/seminar tentang gender. •
Dalam lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal contoh perempuan kadang-kadang masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan, sering terdapat kegiatan yang melibatkan perempuan seperti PKK.
•
Contoh perempuan tidak pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakatnya.
Lingkungan sosial contoh dikategorikan menjadi lingkungan kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Lingkungan yang kurang berperspektif gender adalah lingkungan yang cenderung masih bias gender, tetapi masih ada sisi perspektif gendernya. Lingkungan yang sudah berperspektif gender adalah lingkungan yang tidak membedakan perlakuan pada laki-laki dan perempuan. Hasil pada Tabel 20 menunjukkan bahwa proporsi terbesar lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test pada Tabel 16 menunjukkan hasil yang signifikan antara lingkungan sosial contoh laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan contoh laki-laki dan perempuan berbeda dalam hal penanaman konsep gender. Lingkungan sosial contoh perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Sesuai pustaka dari Day et al (1995) diacu dalam Puspitawati (2006), adanya gap yang besar dari harapan
peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu berdampak pada perilaku orang tua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya juga terbias oleh gender sehingga akan terbentuk strereotype anak tentang peran gender dalam keluarga dan dalam skala yang lebih besar (Frieze 1978 diacu dalam Nauly 2002). Tabel 16. Lingkungan Sosial Contoh Berdasarkan Perspektif Gender Latar Belakang Lingkungan Laki-laki Perempuan n % n % Kurang berperspektif gender (15-29) 6 14.0 0.0 0.0 Berperspektif gender (30-45) 37 86.0 103 100.0 Total 43 100 103 100 Skor min 15 15 Skor maks 45 45 Rata-rata±SD 33.88±3.97 35.74±2.70 Uji beda 0.001*
Sikap Contoh Terhadap Peran Gender Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan antara kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang tertentu (Santosa 2004). Hasil penelitian yang tersaji pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa •
Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan mempunyai sikap, antara lain memandang setiap laki-laki dan perempuan mempunyai potensi yang sama, melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas, memandang lakilaki sebagai pemimpin, menghormati perempuan yang berprestasi, menghormati laki-laki yang berprestasi, memandang peran suami adalah kepala rumah tangga serta memandang istri adalah ibu rumah tangga. kadang-kadang
masih
memandang
laki-laki
boleh
menceraikan
perempuan, tetapi perempuan tidak boleh menceraikan laki-laki. •
Sebagian
besar
contoh
perempuan
mempunyai
sikap,
seperti
menginginkan suami yang mendukung karir saya dan menginginkan suami yang mau membantu pekerjaan domestik. •
Sebagian besar contoh laki-laki kadang-kadang masih mempunyai sikap, seperti mengiginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengatur
kegiatan
rumah
tangga
dan
ada
juga
contoh
yang
menginginkan istri dapat bekerja sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Sikap contoh terhadap peran gender dikategorikan menjadi sikap yang kurang berperspektif gender dan sudah berperspektif gender. Sikap yang kurang berperspektif gender adalah sikap yang cenderung masih bias gender, tetapi masih terdapat sisi perspektif gendernya (misalnya perempuan mengerjakan pekerjaan ringan dan laki-laki mengerjakan pekerjaan berat). Sikap yang sudah berperspektif gender adalah sikap yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan (Tidak ada kewajiban bahwa laki-laki harus menampilkan dirinya sebagai sosok maskulin dan feminin bagi perempuan). Hasil pada Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan mempunyai sikap yang berada pada kategori berperspektif gender. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test menunjukkan hasil yang signifikan antara sikap contoh laki-laki dengan sikap contoh perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap contoh perempuan terhadap peran gender lebih berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Sikap dipengaruhi oleh persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008). Jika persepsi contoh perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan persepsi contoh laki-laki maka sikap contoh perempuan juga cenderung lebih berperspektif gender dibandingkan contoh lakilaki. Tabel 17. Sikap Contoh Terhadap Peran Gender Sikap Contoh Terhadap Peran Gender Laki-laki Perempuan n % n % Kurang berperspektif gender (14-27) 17 39.5 7 6.8 Berperspektif gender (28-42) 26 60.5 96 93.2 Total 43 100 103 100 Skor min 14 14 Skor maks 42 42 Rata-rata±SD 28.74.±2.67 31.07±2.98 Uji beda 0.000*
Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel dalam penelitian dalam hal ini karakteristik contoh, yaitu jenis kelamin dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender. Karakteristik keluarga yang terdiri dari pendidikan ayah dan ibu serta pendapatan keluarga dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan sosial, dan sikap terhadap peran gender. Persepsi terhadap
sifat kepribadian dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik serta sikap terhadap peran gender. Hubungan antar variabel tersebut disajikan pada tabel 18. Tabel 18. Matriks Hubungan Antar Variabel Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
X1 1.000 -.059 .042 .040 .177* .289** .244** .379**
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
1.000 .508** .477** -.093 -.168* -.044 -.087
1.000 .357** .072 .063 .048 -.087
1.000 .083 -.065 -.013 .043
1.000 .606** .050 .173*
1.000 .124 .140
1.000 .045
1.000
Keterangan : * signifikan pada taraf p<0.05 ** signifikan pada taraf p<0.01 X1 : Jenis kelamin X2 : Pendidikan ayah X3 : Pendidikan ibu X4: Pendapatan keluarga X5 : Persepsi terhadap sifat kepribadian X6 : Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik X7 : Lingkungan sosial X8 : Sikap terhadap peran gender
Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap sifat kepribadian (p<0.05), persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik (p<0.01), lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender (p<0.01). Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik serta sikap yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Perempuan semakin menyadari ketertinggalannya dengan kaum lakilaki sehingga mendorong kaum perempuan untuk memperjuangkan haknya dalam
mengaktualisasikan
diri. Hal
ini
menyebabkan
perempuan
lebih
berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Contoh perempuan juga mempunyai lingkungan sosial yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Gap yang besar dari peran gender dalam keluarga antara ayah dan ibu berdampak pada perilaku orangtua dalam melakukan pengasuhan pada anaknya sehingga pengasuhannya menjadi bias gender (Day et al 1995 diacu dalam Puspitawati 2006). Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa pendidikan ayah dan ibu mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan pendapatan keluarga (p<0.01). Hal ini berarti semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu maka
pendapatan keluarga juga tinggi. Ibu yang berpendidikan cenderung sibuk bekerja untuk menambah pendapatan keluarga (Astawan, Santoso, dan Karyadi 1986 diacu dalam Widianti 2004). Pendidikan ayah mempunyai hubungan yang negatif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik (p<0.05). Hal ini berarti semakin rendah pendidikan ayah maka persepsi contoh terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik semakin tinggi. Pendidikan juga merupakan indikator sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi cara pengasuhan (Berns 1997 diacu dalam Wahini 2001). Pengasuhan dalam keluarga misalnya sosialisasi nilai-nilai yang dianut di keluarga, tetapi nilai-nilai tersebut dapat berubah dengan adanya perubahan lingkungan (Guhardja dkk, 1992) dan menurut Baltus (1983) diacu dalam Ginting (2003) nilai tersebut akan mempengaruhi persepsi seseorang. Hal ini berarti jika pendidikan ayah rendah dan pengasuhan yang dilakukan bias gender maka belum tentu akan menyebabkan persepsi anak menjadi bias gender juga karena nilai-nilai yang diperoleh melalui pengasuhan akan berubah seiring dengan perubahan lingkungan dan akan mempengaruhi persepsi seseorang. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan positif dan nyata dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik (p<0.01). Hal ini berarti semakin baik (berperspektif gender) persepsi terhadap sifat kepribadian individu maka semakin baik (berperspektif gender) juga persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pustaka dari Rahasthera & Prasodjo (2007), persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin. Hasil Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap sifat kepribadian juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap peran gender (p<0.05). Hal ini berarti, jika persepsi terhadap sifat kepribadian berperspektif gender maka sikap terhadap peran gender juga berperspektif gender. Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan atas dasar realita itu sendiri Anonymous (2008). Sikap perempuan yang berperspektif gender dipengaruhi oleh persepsinya yang berperspektif gender.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Terhadap Peran Gender Hasil Uji Regresi Linier pada Model 1 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik adalah jenis kelamin (β = 0.573 dan p = 0.003) pada taraf 5 persen dan persepsi terhadap sifat kepribadian (β = 0.573 dan p = 0.000) pada taraf 1 persen. Model 2 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin (β = 0.342 dan p = 0.000) pada taraf 1 persen (Tabel 19). Berdasarkan hasil Uji Regresi Linier pada Model 1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik adalah jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Perkembangan
zaman
menyebabkan
perempuan
semakin
menyadari
ketertinggalannya dalam kehidupan publik dan mendorong perempuan untuk memperjuangkan haknya dalam mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat persepsi perempuan lebih berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Faktor lain yang berpengaruh adalah persepsi terhadap sifat kepribadian. Jika persepsi terhadap sifat kepribadian berperspektif gender maka persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik juga cenderung berperspektif gender. Hasil penelitian ini sesuai dengan pustaka dari Rahasthera & Prasodjo (2007), persepsi mahasiswa/mahasiswi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin. Hasil Uji Regresi Linier pada Model 2 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap sikap terhadap peran gender adalah jenis kelamin.
Hal ini berarti contoh perempuan mempunyai sikap yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Sesuai pustaka dari Anonymous (2008), Perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi atas suatu realita bukan atas dasar realita itu sendiri. Persepsi perempuan yang berperspektif gender akan ditunjukkan melalui sikapnya, yaitu berperan dalam pembangunan dan berusaha mendapat akses yang sama dalam pembangunan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Tabel 19. Hasil Uji Regresi Linier Variabel-variabel yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Terhadap Peran Gender No
Variabel Independent
1 2 3 4 5 6
Jenis kelamin (1=L; 2=P) Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pendapatan keluarga Lingkungan sosial Persepsi terhadap sifat kepribadian Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik
7
N df F R2
Variabel Dependent Model 1 Model 2 Y1 Y2 β P β P 0.573* 0.003 0.342** 0.000 -0.128 0.113 -0.062 0.551 0.101 0.181 0.125 0.200 0.059 0.417 -0.023 0.807 0.076 0.243 -0.055 0.510 0.573** 0.000 0.103 0.322 -
-
146 144 20.416(0.000) 0.447
-0.057
0.601
146 144 2.981(0.006) 0.088
Keterangan : Y1 = Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik Y2 = Sikap terhadap peran gender β = Standardized Beta, R2 = Adjusted R-square, * = Berpengaruh nyata pada α = 5%, ** = Berpengaruh nyata pada α = 1%
Pembahasan Umum Terdapat dua konsep teori gender, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada
hakekatnya
adalah
hasil
konstruksi
sosial
budaya
(Kementerian
Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Peran gender adalah peran yang diciptakan oleh masyarakat bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental atau berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah, sedangkan perempuan melakukan peran yang bersifat ekspresif yang berorientasi pada emosi manusia (Megawangi 1999). Peran gender terbentuk melalui berbagai system nilai termasuk nilai-nilai adaptasi, pendidikan, agama, politik, ekonomi, dan sebagainya. Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan (Vries 2006). Keluarga merupakan institusi utama dalam mempengaruhi nilai-nilai dan proses sosialisasi terhadap lingkungan keluarga (Pundi 2007). Nilai adalah kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi. Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi sub sistem personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang perlu dilakukan (Guhardja dkk, 1992). Mahasiswa atau mahasiswi selaku individu juga mempelajari nilai gender baik dari keluarga maupun masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai gender yang dipelajari dari lingkungan keluarga dapat bertambah kuat, bertahan atau berubah dalam kesadaran mahasiswa karena adanya penguatan atau sebaliknya ada tarik-menarik dan tantangan dari nilai-nilai gender yang berbeda yang dipelajari dari dunia di luar keluarga seperti dalam institusi pendidikan atau sektor kehidupan masyarakat lainnya (Rahasthera & Prasodjo 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap sifat kepribadian. Hal ini berarti perempuan dan laki-laki sama-sama berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara contoh laki-laki dan perempuan dalam hal persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik, persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik, lingkungan
sosial, dan sikap terhadap peran gender. Hal ini berarti perempuan lebih berperspektif gender dibandingkan laki-laki. Hasil Uji Korelasi Spearman juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender. Pendidikan ayah berhubungan nyata negatif dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik. Selain itu, persepsi terhadap sifat kepribadian berhubungan signifikan dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik. Hubungan yang nyata positif juga terlihat pada variabel persepsi terhadap sifat kepribadian dengan sikap terhadap peran gender. Hasil Uji Regresi menunjukkan bahwa persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan sektor publik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Sikap terhadap peran gender dipengaruhi oleh jenis kelamin. Persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indra. Proses dimulai dengan perhatian yaitu merupakan proses pengamatan selektif. Di dalammya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta kejadiankejadian (Chaplin 1999 diacu dalam Ginting 2003). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi
adalah
kondisi
lingkungan,
kemampuan
dan
keterbatasan alat indera, pengalaman masa lalu, kebutuhan dan keinginan serta nilai-nilai yang dianut (Baltus 1983 diacu dalam Ginting 2003). Persepsi mengenai peran gender akan sesuai jika dikaitkan dengan persepsinya mengenai sifat gender. Peran-peran gender yang berkaitan dengan sifat-sifat maskulin juga akan dipersepsikan sebagai peran maskulin. Sebaliknya, sifat-sifat feminin tercermin dalam peran-peran yang feminin (Rahasthera & Prasodjo 2007). Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA (2005) mengakui bahwa perkembangan zaman sekarang menyebabkan perempuan semakin menyadari ketertinggalannya dalam kehidupan publik dan mendorong
perempuan
untuk
memperjuangkan
haknya
dalam
mengaktualisasikan dirinya sehingga membuat persepsi perempuan lebih berperspektif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA 2005). Menurut W. A. Gerungan, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Menurut S. S. Sargent, sikap adalah
kecenderungan untuk bereaksi secara senang atau tidak terhadap orang, objek, dan situasi (Santosa 2004). Sikap manusia dipengaruhi oleh persepsi manusia itu sendiri (Anonymous 2008).
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner sehingga ada keterbatasan dalam studi. Pengisian yang dilakukan oleh responden sendiri tanpa wawancara dan waktu pengisian kuisioner yang terbatas dapat mempengaruhi pencarian informasi. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir secara luas untuk semua populasi mahasiswa karena kerangka sampling yang dilakukan adalah secara purposive. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study sehingga tidak dapat melihat urutan proses sampai munculnya output.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Contoh penelitian ini berjumlah 146 orang, yang terdiri dari 43 mahasiswa laki-laki dan 103 mahasiswa perempuan. Sebagian besar berumur antara 18-20 tahun. Lebih dari separuh contoh perempuan berasal dari IKK (Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen) sedangkan contoh laki-laki berasal dari KPM (Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat). Sebagian besar contoh (63.0%) berasal dari keluarga berukuran sedang. Umur ayah berkisar antara 51-60 tahun dan umur ibu berkisar antara 41-50 tahun. Persentase terbesar (39.0%) pendidikan orangtua adalah tamat SLTA. Persentase terbesar pekerjaan ayah adalah PNS/ABRI dan pekerjaan ibu adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga). Persentase terbesar pendapatan keluarga contoh adalah lebih dari Rp 2.500.000, 00 (rata-rata/bulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat extrovert dan tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan tentang sifat introvert. Secara umum tidak terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan contoh perempuan terhadap sifat kepribadian. Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran gender dalam pekerjaan domestik sebagai peran yang lebih baik dilakukan laki-laki maupun perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki. Proporsi terbesar persepsi contoh laki-laki terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada kategori kurang berperspektif gender sedangkan proporsi terbesar persepsi contoh perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik. Contoh perempuan lebih banyak mempersepsikan peran dalam sektor publik lebih baik dilakukan laki-laki dan perempuan (netral) dibandingkan contoh laki-laki. Proporsi terbesar persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik berada pada kategori sudah berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan antara persepsi contoh laki-laki dan perempuan terhadap peran gender dalam sektor publik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh perempuan mempunyai lingkungan yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Contoh laki-laki kurang berperspektif gender dalam hal kesempatan mendapat pendidikan. Selain itu, contoh laki-laki dan perempuan juga mempunyai sikap yang berada pada kategori berperspektif gender. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang signifikan antara sikap contoh laki-laki dengan sikap contoh perempuan. Artinya contoh perempuan mempunyai sikap yang lebih berperspektif gender dibandingkan contoh laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan nyata positif antara : (1) jenis kelamin dengan persepsi terhadap sifat kepribadian, persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik, lingkungan sosial serta sikap terhadap peran gender; (2) Pendidikan ayah dan ibu dengan pendapatan keluarga; (3) Persepsi terhadap sifat kepribadian dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik; (4) Persepsi terhadap sifat kepribadian dengan sikap terhadap peran gender.
Hasil penelitian juga
menunjukkan hubungan nyata negatif antara pendidikan ayah dengan persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik. Hasil menunjukkan bahwa persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik dan publik dipengaruhi oleh jenis kelamin dan persepsi terhadap sifat kepribadian. Jika persepsi terhadap sifat kepribadian cenderung berperspektif gender maka persepsi terhadap peran gender juga cenderung berperspektif gender. Persepsi dan sikap terhadap peran gender dipengaruhi oleh jenis kelamin. Contoh perempuan mempunyai persepsi dan sikap terhadap peran gender yang lebih berperspektif gender.
Saran Penelitian mengenai persepsi terhadap peran gender perlu dilakukan secara bekelanjutan dan lebih mendalam karena masih banyak faktor-faktor yang belum diteliti, misalnya faktor budaya dapat diteliti lebih mendalam. Penelitian mengenai sikap terhadap peran gender juga perlu dilakukan secara berkelanjutan dan mendalam, misalnya dengan studi kasus. Perlu adanya intervensi untuk memperbaiki persepsi mahasiswa terhadap peran gender terutama yang masih bias gender, misalnya dengan mengembangkan mata kuliah gender dan mengadakan seminar atau pelatihan gender.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous a. 2005. Pemberdayaan Perempuan. www.jipsnet.or.id. __________b. 2007a. Analitis Kepribadian Kenji Goh dengan Teori Jung. www.aryaverdiramadhani.blogspot.com. (21 Juli 2008). __________c. 2007b. Pidato Rektor IPB. www.ipb.ac.id. __________d. 2008a. Persepsi dan Perilaku Manusia. http://haryantoruz.wordpress.com. (23 Maret 2008). __________ e. 2008b. Visi dan Misi IPB. www.ipb.ac.id. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2007. Laporan Perkembangan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2007. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006 No. 47/IX/1. www.bps.go.id. (2 Maret 2008). Desiyani, F. 2003. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Mahasiswa IPB Tentang Kepemimpinan Laki-laki dan Perempuan : Suatu Pendekatan Analisis Gender. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fausia, L & Nasyiah. 2005. Gender Dalam Kawasan DAS Citanduy : Kajian Aktivitas Reproduktif Dan Produktif Perempuan Dalam Sumberdaya Alam. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor & Partnership for Governance Reform in Indonesia UNDP. Ginting, E D. 2003. Hubungan Persepsi Terhadap Program Pengembangan Karir dengan Kompetisi Kerja. www.library.usu.ac.id. Guhardja, S ; Herien, P ; Hartoyo ; Hastuti, D M. 1992. Manajemen Sumberdaya Keluarga (diktat). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gunarsa, S D & Y S D Gunarsa. 1995. Psikologis Praktis : Anak, Remaja, Keluarga. Gunung Mulia, Yakarta. . 2000. Psikologis Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Handayani, T & Sugiarti. 2001. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Hawadi, R A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Gramedia Widiasarana, Jakarta. Hayslip, B & Panek, P. 1989. Adult Development and Aging. Harper & Row Publisher, New York. Kodiran, dkk. 2001. Peningkatan Partisipasi Wanita Dan pengembangan Hubungan Industrial Yang Berwawasan Gender Di Kawasan Timur Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII/3 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001. Martin, C a & K K Colbert. 1997. Parenting : A Life Span Perspective. The Mc Graw-Hill, New York. Mastri, N I. 2005. Meneguhkan Pendidikan Berperspektif Gender. www.groups.yahoo.com.
Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru Relasi Gender. Mizan Pustaka, Bandung. Mugniesyah, S S M, Winarti, W, Endang, H. 2002. Jender Dan Perilaku Masyarakat Petani Lahan Kering Dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Pusat Studi Wanita Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Nauly, M. 2002. Konflik Peran Gender Pada Pria : Teori dan Pendekatan Empirik. JUrnal Psikologi, 1-14. Pundi. 2007. Ideologi Gender dan Subjektivitas Perempuan. www.cangkeman.wordpress.com. Puspitawati, H. 2008. Draft Diktat Gender dan Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Puspitawati, H. 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan, Teman, dan Sekolah Terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor. Disertasi Institut Pertanian Bogor. Puspitawati, H. 2007. Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang Pendidikan Dalam Menyongsong Era Globalisasi. Prosiding : Pengarusutamaan Gender Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan ISBN 978-979-15786-1-5. Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Rahasthera, W A & Nuraini W Prasodjo. 2007. Hubungan Persepsi Gender Mahasiswa Dengan Pilihan Program Studi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Dan Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2002/2003). Prosiding : Pengarusutamaan Gender Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan ISBN 978-979-15786-1-5. Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Rezeki, A S. 2006. Peran Gender dalam Kehidupan Keluarga Miskin Penerima Subsidi Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak di Kota dan Kabupaten Bogor. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sadli, S. 1993. Peranan Keluarga dalam Proses Modernisasi dan Pelestarian Nilai-nilai Budaya, dalam Seminar Mengisi Hari Keluarga Nasional 1993 dan Menyongsong Tahun keluarga Internasional 1994. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Saleha,Q. 2003. Manajemen Sumberdaya Keluarga : Suatu Analisis Gender dalam kehidupan keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan Timur. Tesis Institut Pertanian Bogor. Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. PT. Bumi Akasara, Jakarta.
Supriyantini, S. 2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender dengan Keterlibatan Suami dalam Kegiatan Rumah Tangga. Jurnal Psikologi, 1-21. Tejo, P A. 2002. Pola Asuh, Status Gizi, dan Perkembangan Sosial Anak Balita Pada keluarga Korban Kerusuhan Sambas di Provinsi Kalimantan Barat. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. Bunga Rampai : Panduan dan Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta. Vries, D W. 2006. Gender Bukan Tabu Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok Perempuan di jambi. CIFOR, Bogor. Wahini, M. 2001. Hubungan Pola Asuh Penerimaan-Penolakan dengan Kepribadian Anak Pada Keluarga Perkotaan dan Pedesaan (Studi Kasus di Kelurahan Bantarjati dan Desa Leuwiliang-Bogor). Tesis, Institut Pertanian Bogor. Widianti, S. 2004. Analisis Gender Tentang Karakteristik Individu dan Perilaku Kenakalan Pelajar Putra dan Pelajar Putri Sekolah Menengah Kejuruan Tehnik Industri dan Sekolah Menengah Umum di Kota Bogor. Skripsi Sarjana Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Widyatama, R. 2006. Bias gender Dalam Iklan Televisi. Media Pressindo, Yogyakarta. Wiludjeng, H, Attashendartini, H , Dhevy, SW. 2005. Dampak Pembakuan Peran Gender Terhadap Perempuan Kelas Bawah di Jakarta. Jakarta : LBH-APIK.
Lampiran 1. Pengukuran Variabel Penelitian Variabel
Skala
Skor
Jumlah Item
α Cronbach
Rasio Nominal Nominal
-
1 1 1
-
Rasio Rasio Nominal Rasio
-
1 1 1 1
-
Ordinal
66-198
66
0.926
Ordinal
44-132
44
0.901
Ordinal
68-204
68
0.943
Lingkungan sosial
Ordinal
15-45
15
0.549
Sikap terhadap peran gender
Ordinal
14-42
14
0.584
Karakteristik Contoh Umur contoh Jenis kelamin Program studi Karakteristik Keluarga Umur orangtua Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan keluarga Besar keluarga Persepsi Tehadap Peran Gender Persepsi terhadap sifat kepribadian Persepsi terhadap peran gender dalam pekerjaan domestik Persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik
Lampiran 2.Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Sifat Kepribadian No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Stereotype
Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Introvert feminim Extrovert maskulin
Pertanyaan
Penolong Mandiri Tegas Kuat Pribadinya Kuat fisiknya/ atletis Pemimpin berkualitas Sensitif pada kebutuhan org lain Pengertian Cepat terharu/ iba Tulus hati Senang menghibur hati org lain Dominan Hangat Suka berkuasa Mesra Bersahabat Agresif Pemimpin yang baik Berjiwa kompetitif Lemah lembut/ halus Tidak suka belajar sendiri
Lebih baik dimiliki laki-laki Laki-laki Perempuan n % n %
Lebih baik dimiliki perempuan Laki-laki Perempuan n % n
%
1
2,3
3
2,9
3
7,0
1
1,0
8
18,6
4
3,9
2
4,7
1
1,0
23
53,5
22
1,4
2
4,7
1
1,0
13
30,2
8
7,8
1
2,3
3
2,9
39
90,7
62
60,2
0
0,0
0
0,0
27
62,8
48
46,6
0
0,0
2
1,9
0
0,0
1
1,0
13
30,2
33
32,0
1
2,3
3
2,9
9
20,9
17
16,5
0
0,0
1
1,0
30
69,8
78
75,7
0
0,0
0
0,0
8
18,6
19
18,4
1
2,3
1
1,0
10
23,3
15
14,6
28
65,1
46
44,7
2
4,7
0
0,0
4
9,3
4
3,9
8
18,6
26
25,2
35
81,4
79
76,7
1
2,3
2
1,9
2
4,7
9
8,7
14
32,6
4
3,9
2
4,7
0
0,0
3
7,0
6
5,8
24
55,8
69
67,0
3
7,0
7
6,8
26
60,5
49
47,6
0
0,0
1
1,0
14
32,6
9
8,7
1
2,3
2
1,9
0
0,0
0
0,0
33
76,7
77
74,8
8
14,0
6
5,8
15
34,9
27
26,2
Bertindak mendadak tanpa dipikirkan dahulu Rasa humor tinggi
23
53,5
32
31,1
7
16,3
32
31,1
18
41,9
16
15,5
1
2,3
6
5,8
Tidak suka repot-repot (cuek) Mobilitas tinggi
26
60,5
69
67,0
3
7,0
2
1,9
22
51,2
48
46,6
2
4,7
2
1,9
23
53,5
43
41,7
1
2,3
3
2,9
15
34,9
19
18,4
3
7,0
5
4,9
11
25,6
6
5,8
3
7,0
10
9,7
38
68,4
87
84,5
3
7,0
2
1,9
Ambisius Analitis/kritis Cepat menyesuaikan/ adaptasi Individualistik Maskulin
30 31 32 33 34 35
Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim
Berani berdebat Simpatik
beragumen/
Bersaing Boros Pendiam Pemalu
16
37,2
15
14,6
2
4,7
4
3,9
5
11,6
4
3,9
4
9,3
18
17,5
16
37,2
25
24,3
1
2,3
2
1,9
10
23,3
22
21,4
15
34,9
36
35,0
1
2,3
11
10,7
27
62,8
57
55,3
0
0,0
2
1,9
30
69,8
73
70,9
Lampiran 2. (Lanjutan) No
Stereotype
Lebih baik dimiliki laki-laki
Pertanyaan
Laki-laki n % 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin
Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert maskulin Extrovert
Mawas diri Kutu buku Tipe serius Banyak pertimbangan diputuskan Tidak suka hura-hura Suka disiplin
Punya banyak teman
5 4 13
11,6 9,3 30,2
3 5 29
2,9 4,9 28,2
7 14 9
16,3 32,6 20,9
18 10 3
17,5 9,7 2,9
7 6
16,3 14,0
19 9
18,4 8,7
13 10
30,2 23,3
33 17
32,0 16,5
7 6 5
16,3 14,0 11,6
7 16 24
6,8 15,5 23,3
3 10 22
7,0 23,3 51,2
2 15 30
1,9 14,6 29,1
7 7 7
16,3 16,3 16,3
23 17 23
22,3 16,5 22,3
21 14 20
48,8 32,6 46,5
38 22 26
36,9 21,4 25,2
9
20,9
7
6,8
2
4,7
5
4,9
10
23,3
14
13,6
13
30,2
34
33,0
5
11,6
4
3,9
2
4,7
6
5,8
2
4,7
0
0,0
19
44,2
50
48,5
27
62,8
73
70,9
2
4,7
1
1,0
13
30,2
33
32,0
16
37,2
36
35,0
24
55,8
37
35,9
2
4,7
1
1,0
25
58,1
30
29,1
0
0,0
2
1,9
7
16,3
2
1,9
16
37,2
54
52,4
12
27,9
12
11,7
2
4,7
3
2,9
20
46,5
55
53,4
12
27,9
7
6,8
21 3
48,8 7,0
36 0
35,0 0,0
10 7
23,3 16,3
31 24
30,1 23,3
sbl
Kontrol emosi Tetutup Pandai menyembunyikan perasaan Teguh menjaga rahasia pribadi Tidak dapat berterus terang Mudah bergaul Suka pesta
Perempuan n
Lebih baik dimiliki perempuan Lakilaki Perempuan % n % n %
Butuh teman untuk ‘curhat’ Tidak suka ‘curhat’ Meredam perasaan sendiri Suka tantangan Berani mengambil resiko Menuruti kata hati Dinamis Pintar berkelit Mudah emosi Ramah
60 61 62 63 64 65 66
maskulin Introvert feminim Extrovert maskulin Extrovert maskulin Introvert feminim Introvert feminim Extrovert maskulin Introvert feminim
Sabar 5
11,6
0
0,0
8
18,6
28
27,2
11
25,6
3
2,9
1
2,3
5
4,9
28
65,1
56
54,4
1
2,3
3
2,9
2
4,7
0
0,0
19
44,2
45
43,7
3
7,0
2
1,9
4
9,3
13
12,6
16
37,2
24
23,3
9
20,9
34
33,0
7
16,3
6
5,8
8
18,6
34
33,0
Percaya diri Pengambil resiko tinggi Pecinta anak-anak/ kasih sayang Loyal/ setia/ dapat dipercaya Tidak efisien Mampu membujuk orang lain
Lampiran 3. Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian Seseorang Stereotype
ert feminim vert maskulin vert maskulin vert maskulin vert maskulin vert maskulin ert feminim
ert feminim ert feminim ert feminim ert feminim vert maskulin ert feminim vert maskulin ert feminim ert feminim vert maskulin vert maskulin vert maskulin ert feminim ert feminim vert maskulin
ert feminim vert maskulin
Pertanyaan
Penolong Mandiri Tegas Kuat Pribadinya Kuat fisiknya/ atletis Pemimpin berkualitas Sensitif pada kebutuhan org lain Pengertian Cepat terharu/ iba Tulus hati Senang menghibur hati org lain Dominan Hangat Suka berkuasa Mesra Bersahabat Agresif Pemimpin yang baik Berjiwa kompetitif Lemah lembut/ halus Tidak suka belajar sendiri Bertindak mendadak tanpa dipikirkan dahulu Rasa humor tinggi Tidak suka repot-repot (cuek)
Lebih baik dilakukan laki-laki n 4 12 45 21 101 75
Lebih baik dilakukan perempuan n % 4 2.7 4 2.7 3 2.1 4 2.7 0 0.0 2 1.4
S
% 2.7 8.2 30.8 14.4 69.2 51.4
1 4 1 27 2 74 8 114 11 2 93 75 23 0 12
0.7 2.7 0.7 18.5 1.4 50.7 5.5 78.1 7.5 1.4 63.7 51.4 15.8 0.0 8.2
46 26 108 0 25 2 34 3 18 9 10 1 3 110 42
31.5 17.8 74 0.0 17.1 1.4 23.3 2.1 12.3 6.2 6.8 0.7 2.1 75.3 28.8
99 116 37 119 119 70 104 29 117 135 43 70 120 36 92
55 34 95
37.7 23.3 65.1
39 7 5
26.7 4.8 3.4
52 105 46
n 138 130 98 121 45 69
Lampiran 3. (Lanjutan) Stereotype
vert maskulin vert maskulin vert maskulin ert feminim vert maskulin vert maskulin ert feminim ert feminim vert maskulin ert feminim ert feminim vert maskulin ert feminim ert feminim ert feminim ert feminim vert maskulin ert feminim ert feminim ert feminim ert feminim ert feminim vert maskulin vert maskulin vert maskulin
Pertanyaan
Mobilitas tinggi Ambisius Analitis/kritis Cepat menyesuaikan/ adaptasi Individualistik Maskulin Berani beragumen/ berdebat Simpatik Bersaing Boros Pendiam Pemalu Mawas diri Kutu buku Tipe serius Banyak pertimbangan sbl diputuskan Tidak suka hura-hura Suka disiplin Kontrol emosi Tetutup Pandai menyembunyikan perasaan Teguh menjaga rahasia pribadi Tidak dapat berterus terang Mudah bergaul Suka pesta Punya banyak teman
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 70 47.9 66 45.2 34 23.3 17 11.6 125 85.6 31 21.2 9 6.2 41 28.1 32 21.9 12 8.2 2 1.4 8 5.5 9 6.2 42 28.8 26 17.8 15 10.3 14 9.6 22 15.1 29 19.9 30 20.5 24 16.4 30 20.5 16 11.0 24 16.4 9 6.2
Lebih baik dilakukan perempuan n % 4 2.7 4 2.7 8 5.5 13 8.9 5 3.4 6 4.1 22 15.1 3 2.1 51 34.9 84 57.5 103 70.5 25 17.1 24 16.4 12 8.2 46 31.5 27 18.5 5 3.4 25 17.1 52 35.6 59 40.4 36 24.7 46 31.5 7 4.8 47 32.2 8 5.5
S n 72 76 104 116 16 109 115 102 63 50 41 113 113 92 74 104 127 99 65 57 86 70 123 75 129
Lampiran 3. (Lanjutan) Stereotype
overt maskulin vert feminim vert feminim overt maskulin overt maskulin vert feminim overt maskulin overt maskulin overt maskulin overt maskulin vert feminim overt maskulin overt maskulin vert feminim vert feminim overt maskulin vert feminim
Pertanyaan
Butuh teman untuk ‘curhat’ Tidak suka ‘curhat’ Meredam perasaan sendiri Suka tantangan Berani mengambil resiko Menuruti kata hati Dinamis Pintar berkelit Mudah emosi Ramah Sabar Percaya diri Pengambil resiko tinggi Pecinta anak-anak/ kasih sayang Loyal/ setia/ dapat dipercaya Tidak efisien Mampu membujuk orang lain
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 2 1.4 68.5 100 46 31.5 61 41.8 55 37.7 9 6.2 24 16.4 51.4 75 39.0 57 3 2.1 5 3.4 14 9.6 57.5 84 2 1.4 5 3.4 40 27.4 13 8.9
Lebih baik dilakukan perempuan n % 69 47.3 3 2.1 35.6 52 3 2.1 2 1.4 47.9 70 5 3.4 19 13.0 41 28.1 31 21.2 36 24.7 6 4.1 4 2.7 64 43.8 17 11.6 43 29.5 42 28.8
Sif n 75 43 48 82 89 67 117 52 48 112 105 126 58 80 124 63 91
Lampiran 4. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Sifat Kepribadian Pertanyaan Penolong
Mandiri
Tegas
Kuat Pribadinya
Kuat fisiknya/ atletis
Pemimpin berkualitas
Sensitif pada kebutuhan orang lain
Pengertian
Cepat terharu/ iba
Tulus hati
Senang menghibur hati orang lain
Dominan
Hangat
Suka berkuasa
Mesra
Bersahabat
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
N 43
Mean 2.88
103
2.93
43
2.58
103
2.90
43
1.88
103
2.56
43
2.37
103
2.82
43
1.19
103
1.80
43
1.74
103
2.05
43
2.70
103
2.66
43
2.74
103
2.78
43
2.30
103
2.22
43
2.81
103
2.82
43
2.72
103
2.83
43
1.65
103
2.11
43
2.63
103
2.67
43
1.35
103
1.45
43
2.58
103
2.79
43
2.84
103
2.94
Uji beda 0.464
0.002
0.000
0.000
0.000
0.092
0.672
0.713
0.333
0.982
0.148
0.011
0.692
0.504
0.057
0.081
Lampiran 4. (Lanjutan) Pertanyaan
Agresif
Pemimpin yang baik Berjiwa kompetitif
Lemah lembut/ halus
Tidak suka belajar sendiri
Bertindak mendadak tanpa dipikirkan dahulu
Rasa humor tinggi
Tidak suka repot-repot (cuek)
Mobilitas tinggi
Ambisius
Analitis/kritis
Cepat menyesuaikan/ adaptasi
Individualistik Maskulin
Berani beragumen/ berdebat
Simpatik
Bersaing
Jenis kelamin
N
Mean
Uji beda
Laki-laki perempuan
43 103
1.81 1.59
0.178
Laki-laki perempuan
43
1.79
0.172
103
2.04
43
2.33
103
2.81
43
2.23
103
2.25
43
2.37
103
2.62
43
1.77
103
2.07
43
2.14
103
2.63
43
1.72
103
1.64
43
1.93
103
2.05
43
1.91
103
2.14
43
2.23
103
2.58
43
2.42
103
2.79
43
1.16
103
1.29
43
2.21
103
2.67
43
2.67
103
2.75
43
2.23
103
2.50
laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
0.000
0.801
0.033
0.054
0.001
0.635
0.512
0.203
0.023
0.002
0.271
0.002
0.481
0.108
Lampiran 4. (Lanjutan) Pertanyaan
Jenis kelamin
Boros
Laki-laki perempuan
Pendiam
laki-laki perempuan
Pemalu
Mawas diri
Kutu buku
Tipe serius
Banyak pertimbangan sebelum diputuskan
Tidak suka hura-hura
Suka disiplin
Kontrol emosi
Tetutup
Pandai menyembunyikan perasaan
Teguh menjaga rahasia pribadi
Tidak dapat berterus terang
Mudah bergaul
Suka pesta
Punya banyak teman
laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
N
Mean
43 103 43
2.19 2.22 2.33
103
2.23
43
2.30
103
2.25
43
2.60
103
2.77
43
2.49
103
2.81
43
2.19
103
2.41
43
2.37
103
2.31
43
2.49
103
2.66
43
2.60
103
2.84
43
2.49
103
2.54
43
2.26
103
2.24
43
2.19
103
2.18
43
2.35
103
2.46
43
2.21
103
2.30
43
2.53
103
2.82
43
2.23
103
2.40
43
2.72
103
2.86
Uji beda 0.794 0.397
0.564
0.111
0.002
0.175
0.659
0.157
0.029
0.684
0.925
0.991
0.438
0.521
0.016
0.224
0.131
Lampiran 4. (Lanjutan) Pertanyaan Butuh teman untuk ‘curhat’
Jenis kelamin Laki-laki perempuan
Tidak suka ‘curhat’
laki-laki perempuan
Meredam perasaan sendiri
Suka tantangan
Berani mengambil resiko
Menuruti kata hati
Dinamis
Pintar berkelit
Mudah emosi
Ramah
Sabar
Percaya diri
Pengambil resiko tinggi
Pecinta anak-anak/ kasih sayang
Loyal/ setia/ dapat dipercaya
Tidak efisien
Mampu membujuk orang lain
laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
N
Mean
Uji beda
43 103 43
2.47 2.51 1.70
0.608 0.453
103
1.57
43
2.02
103
2.01
43
1.84
103
2.27
43
1.84
103
2.40
43
2.30
103
2.44
43
2.40
103
2.74
43
1.79
103
1.86
43
1.79
103
2.00
43
2.70
103
2.77
43
2.58
103
2.73
43
2.47
103
2.89
43
1.67
103
1.88
43
2.47
103
2.56
43
2.77
103
2.83
43
2.05
103
2.20
43
2.49
103
2.55
0.927
0.014
0.001
0.221
0.011
0.663
0.175
0.430
0.131
0.000
0.238
0.308
0.431
0.297
0.587
Lampiran 5. Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik No
1 a b 2 a 3 a b c 4 a b 5 a b c 6 a b 7 a b c d 8 a b c d e f
Pertanyaan
Memperbaiki alat Memperbaiki elektronik/ listrik Memperbaiki kendaraan Membersihkan dan memelihara lingkungan rumah Memelihara lingkungan rumah Memelihara peralatan rumah Mencuci pakaian Menyeterika pakaian Mencuci kendaraan Berbelanja bahan makanan dan memasak Memasak Berbelanja bahan makanan Menyiapkan makanan dan keperluannya Menyusun menu/ gizi Menyiapkan makanan Mencuci peralatan makan dan minum Pengasuhan anak Mendidik/ mengasuh anak Membacakan cerita anak Perencanaan dan pengaturan keuangan Mengatur keuangan keluarga Mengatur keuangan usaha ekonomi keluarga Merencanakan keuangan keluarga Hutang/meminjam uang Pengambilan keputusan dalam keluarga Membuat peraturan untuk anggota keluarga Mencari jalan pemecahan masalah keuangan Membuat prioritas kebutuhan keluarga Memilih pendidikan untuk anak Menentukan pengeluaran untuk pangan Menentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan keluarga
Lebih baik dilakukan laki-laki Laki-laki Perempuan n % n %
L n
39 40
90,7 93,0
87 89
84,5 86,4
0 0
1
2,3
0
0,0
10
1 1 33
2,3 2,3 76,7
0 0 67
0,0 0,0 65,0
25 23 3
1 0
2,3 0,0
0 0
0,0 0,0
25 28
0 1 1
0,0 2,3 2,3
0 0 1
0,0 0,0 1,0
30 31 25
0 0
0,0 0,0
0 0
0,0 0,0
12 17
3 12 9 12
7,0 27,9 20,9 27,9
1 9 3 16
1,0 8,7 2,9 15,5
20 6 8 4
10 7 11 4 2
23,3 16,3 25,6 9,3 4,7
9 5 3 0 1
8,7 4,9 2,9 0,0 1,0
4 4 9 4 17
2
4,7
3
2,9
7
Lampiran 5. (Lanjutan) No
9 a 10 a 11 a 12 a
Pertanyaan
Merawat kesehatan Merawat kesehatan keluarga Menyediakan air Menyediakan air untuk mandi Mencari nafkah Mencari nafkah untuk keluarga Mencari tambahan pekerjaan Mencari tambahan pekerjaan
Lebih baik dilakukan laki-laki Laki-laki Perempuan n % n %
L n
0
0,0
0
0,0
18
1
2,3
8
7,8
20
27
62,8
46
44,7
3
18
41,9
21
20,4
6
13 a b c d e 14 a b c d e 15 a b
Domestik subsisten Mencangkul Menanam pohon atau bunga Menebang pohon Memupuk tanaman Memanen tanaman Menggunakan sarana Menyetir mobil Menyetir truk Menyetir becak Menyetir traktor Naik sepeda / sepeda motor Aktivitas sosial kemasyarakatan Mengikuti arisan atau pengajian Mengikuti kerja bakti
40 7 39 9 8
93,0 16,3 90,7 20,9 18,6
86 4 93 5 8
83,5 3,9 90,3 4,9 7,8
0 11 2 11 7
8 41 40 41 5
18,6 95,3 93,0 95,3 11,6
10 93 96 92 0
9,7 90,3 93,2 89,3 0,0
2 0 2 1 3
0 23
0,0 53,5
0 27
0,0 26,2
28 3
Lampiran 6. Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik Pertanyaan
emperbaiki elektronik/ listrik emperbaiki kendaraan encuci pakaian enyeterika pakaian encuci kendaraan emasak enyusun menu/ gizi enyiapkan makanan engatur keuangan keluarga engatur keuangan usaha ekonomi keluarga enjadi petugas posyandu erawat kesehatan keluarga endidik/ mengasuh anak embacakan cerita anak emelihara lingkungan rumah rbelanja bahan makanan encari nafkah untuk keluarga encuci peralatan makan dan minum enyediakan air untuk mandi erencanakan keuangan keluarga embuat peraturan untuk anggota keluarga encari jalan pemecahan masalah keuangan engikuti arisan atau pengajian engikuti kerja bakti embuat prioritas kebutuhan keluarga
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 86.3 126 88.4 129 1 0.7 1 0.7 68.5 100 1 0.7 0 0.0 1 0.7 4 2.7 21 14.4 4 2.7 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0.7 0 0.0 50.0 73 2 1.4 9 6.2 12 8.2 19 13.0 12 8.2 0 0.0 50 34.2 14 9.6
Lebih baik dilakukan perempuan n % 0 0.0 0 0.0 52.1 76 58.9 86 3 2.1 52.7 77 69.2 101 74.7 109 50.7 74 34 23.3 52.7 77 44 30.1 26 17.8 33 22.6 16 11.0 56.2 82 4 2.7 58 39.7 47 32.2 20 13.7 6 4.1 4 2.7 64.4 94 4 2.7 30 20.5
Sifat n 20 17 69 59 43 68 45 36 68 91 65 102 120 113 129 64 69 86 90 114 121 130 52 92 102
Lampiran 6. (Lanjutan) Pertanyaan
emilih pendidikan untuk anak enentukan pengeluaran untuk pangan enentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan luarga encari tambahan pekerjaan utang/meminjam uang emanjat pohon emanjat atap rumah engangkat benda berat enggendong anak yang beratnya sampai 10 kg encangkul enanam pohon atau bunga enebang pohon emupuk tanaman emanen tanaman
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 4 2.7 3 2.1
enyetir mobil enyetir truk enyetir becak enyetir traktor aik sepeda / sepeda motor
Lebih baik dilakukan perempuan n % 6 4.1 56 38.4
n 136 87
5 39 28 123 134 136 59 126 11 132 14 16
3.4 26.7 19.2 84.2 91.8 93.2 40.4 86.3 7.5 90.4 9.6 11.0
14 24 11 1 0 0 6 0 27 2 21 12
9.6 16.4 7.5 0.7 0.0 0.0 4.1 0.0 18.5 1.4 14.4 8.2
127 83 107 22 10 10 81 20 108 12 111 118
18 134 136 133 5
12.3 91.8 93.2 91.1 3.4
2 0 2 1 3
1.4 0.0 1.4 0.7 2.1
126 12 8 12 138
Lampiran 7. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Pekerjaan Domestik Pertanyaan Memperbaiki elektronik/ listrik Memperbaiki kendaraan Mencuci pakaian Menyeterika pakaian Mencuci kendaraan Memasak Menyusun menu/ gizi Menyiapkan makanan Mengatur keuangan keluarga Mengatur keuangan usaha ekonomi keluarga Menjadi petugas posyandu
Sifat
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
N 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103
Mean 1,19 1,31 1,14 1,27 2,37 2,50 2,42 2,39 1,40 1,70 2,37 2,50 2,30 2,31 2,23 2,24 2,40 2,46 2,30 2,55 2,35 2,45
Uji beda 0,322 0,259 0,156 0,743 0,067 0,188 0,921 0,900 0,544 0,060 0,327
Merawat kesehatan keluarga Mendidik/ mengasuh anak Membacakan cerita anak Memelihara lingkungan rumah Berbelanja bahan makanan Mencari nafkah untuk keluarga Mencuci peralatan makan dan minum Menyediakan air untuk mandi Merencanakan keuangan keluarga Membuat peraturan untuk anggota keluarga Mencari jalan pemecahan masalah keuangan Mengikuti arisan atau pengajian Mengikuti kerja bakti
laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103
2,58 2,75 2,72 2,86 2,60 2,84 2,72 2,94 2,35 2,48 1,67 2,10 2,37 2,66 2,49 2,58 2,40 2,83 2,44 2,81 2,58 2,90 2,35 2,36 1,86 2,47
0,046 0,040 0,001 0,000 0,161 0,018 0,002 0,398 0.000 0,003 0,002 0,906 0,000
Lampiran 7. (Lanjutan) Pertanyaan Membuat prioritas kebutuhan keluarga Memilih pendidikan untuk anak Menentukan pengeluaran untuk pangan Menentukan pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan keluarga Mencari tambahan pekerjaan Hutang/meminjam uang Memanjat pohon Memanjat atap rumah Mengangkat benda berat Menggendong anak yang beratnya sampai 10 kg Mencangkul Menanam pohon atau bunga Menebang pohon Memupuk tanaman Memanen tanaman Menyetir mobil Menyetir truk Menyetir becak Menyetir traktor Naik sepeda / sepeda motor
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
N 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103
Mean 2,28 2,74 2,72 2,98 2,51 2,60 2,74 2,87 2,02 2,42 2,35 2,62 1,12 1,39 1,05 1,21 1,05 1,17 1,74 2,32 1,14 1,33 2,42 2,77 1,14 1,19 2,33 2,81 2,47 2,80 2,58 2,81 1,09 1,19 1,09 1,14 1,07 1,21 2,70 3,00
Uji beda 0.000 0,000 0,355 0,117 0,012 0,060 0,037 0,095 0,164 0,001 0,129 0,002 0,592 0.000 0,005 0,063 0,314 0,615 0,154 0.000
Lampiran 8. Persepsi Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik No
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Pertanyaan
Mencari nafkah Mencari nafkah utama Mencari nafkah tambahan Profesi Pedagang asongan Warungan di rumah Pengasuh anak Pembantu Pembantu rumah tangga Tukang Ojeg/ supir Pedagang jamu/ gendongan Pedagang (berjualan) di pasar Satpam perusahaan Satpam perguruan tinggi Pesuruh kantor Penjahit Nelayan Pengolahan hasil laut Tukang pijat Membuka usaha hiasan/ bunga Resepsionis Tenaga Kerja Indonesia Perawat Koki Ulama Sekretaris LSM Bekerja di Industri Besar Bekerja di Industri Kecil Bekerja di sektor pertanian Bekerja di sektor kehutanan Pelukis Bintang sinetron/ artis Desainer interior/ pertamanan Desainer
Lebih baik dilakukan laki-laki Laki-laki Perempuan n % n %
Lebih baik di Laki-laki n %
39 6
90,7 14,0
94 6
91,3 5,8
0 19
0,0 44,2
28 0 0 0 0 36 1 0 32 31 12 1 28 16 4 1 1 7 1 4 26 1 6 10 0 8 19 6 2 2 2
65,1 0,0 0,0 0,0 0,0 83,7 2,3 0,0 74,4 72,1 27,9 2,3 65,1 37,2 9,3 2,3 2,3 16,3 2,3 9,3 60,5 2,3 14,0 23,3 0,0 18,6 44,2 14,0 4,7 4,7 4,7
58 1 0 0 0 88 1 4 84 85 30 1 78 19 7 1 1 17 0 9 52 2 0 18 2 10 37 5 2 8 3
56,3 1,0 0,0 0,0 0,0 85,4 1,0 3,9 81,6 82,5 29,1 1,0 75,7 18,4 6,8 1,0 1,0 16,5 0,0 8,7 50,5 1,9 0,0 17,5 1,9 9,7 35,9 4,9 1,9 7,8 2,9
3 34 29 27 27 0 35 11 2 2 4 16 1 6 11 25 22 8 32 9 1 30 3 2 10 3 2 3 4 5 15
7,0 79,1 67,4 62,8 62,8 0,0 81,4 25,6 4,7 4,7 9,3 37,2 2,3 14,0 25,6 58,1 51,2 18,6 74,4 20,9 2,3 69,8 7,0 4,7 23,3 7,0 4,7 7,0 9,3 11,6 34,9
Lampiran 8. (Lanjutan) No
32 33 34 35 36 37 38
Pertanyaan
Guru TK/ SD Guru SMP/SMA Guru PPKN Guru Agama Guru Olah Raga (OR) Guru BP Guru Fisika
n 0 2 1 6 22 2 4
Lebih baik dilakukan laki-laki Laki-laki Perempuan % n % 0,0 1 1,0 4,7 0 0,0 2,3 3 2,9 14,0 6 5,8 51,2 45 43,7 4,7 2 1,9 9,3 6 5,8
Lebih baik di Laki-laki n % 18 41,9 3 7,0 4 9,3 3 7,0 2 4,7 13 30,2 3 7,0
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Guru Kimia Guru Matematika Guru Geografi Guru Ketrampilan Kepala Sekolah TK Kepala Sekolah SD/ MI Kepala Sekolah SMP/ MTs Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA Dokter Pilot/ astonout Direktur perusahaan perkebunan Direktur perusahaan rekaman Direktur perusahaan industri Militer tingkat perwira ke bawah Militer tingkat perwira ke atas Mahasiswa S1 Mahasiswa S2 Mahasiswa S3 Dosen perguruan tinggi Ketua LPPM Ketua Departemen di Perguruan Tinggi Dekan suatu Fakultas di perguruan Tinggi Guru Besar Wakil Rektor Rektor Perguruan Tinggi Diplomat DPR/ DPRD Presiden/ Wapres
1 1 2 1 4 7 7 9 3 35 18 17 24 27 37 2 3 5 2 16 20
2,3 2,3 4,7 2,3 9,3 16,3 16,3 20,9 7,0 81,4 41,9 39,5 55,8 62,8 86,0 4,7 7,0 11,6 4,7 37,2 46,5
2 1 1 1 8 15 20 22 4 77 28 23 34 60 83 0 2 4 1 27 23
1,9 1,0 1,0 1,0 7,8 14,6 19,4 21,4 3,9 74,8 27,2 22,3 33,0 58,3 80,6 0,0 1,9 3,9 1,0 26,2 22,3
7 3 5 8 9 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2
16,3 7,0 11,6 18,6 20,9 7,0 7,0 7,0 7,0 4,7 4,7 4,7 4,7 7,0 2,3 7,0 4,7 4,7 7,0 4,7 4,7
18
41,9
32
31,1
4
9,3
14 16 26 14 11 32
32,6 37,2 60,5 32,6 25,6 74,4
16 31 56 14 11 52
15,5 30,1 54,4 13,6 10,7 50,5
3 2 2 2 2 0
7,0 4,7 4,7 4,7 4,7 0,0
Lampiran 9. Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik Pertanyaan
Mencari nafkah utama Mencari nafkah tambahan Pedagang asongan Warungan di rumah Dokter Pilot/ astonout Guru TK/ SD Perawat Koki Desainer Dosen perguruan tinggi Guru SMP/SMA Pengasuh anak Pembantu LSM DPR/ DPRD Presiden/ Wapres Direktur perusahaan industri Guru Besar
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 91.1 133 12 8.2 58.9 86 1 0.7 7 4.5 76.7 112 1 0.7 1 0.7 13 8.9 5 3.4 3 2.1 2 1.4 0 0.0 0 0.0 6 4.1 22 15.1 57.5 84 58 39.7 30 20.5
Lebih baik dilakukan perempuan n % 0 0.0 52.1 76 3 2.1 66.4 97 3 2.1 3 2.1 54 37.0 56.8 83 14 9.6 30 20.5 5 3.4 6 4.1 66.4 97 54.1 79 5 3.4 2 1.4 0 0.0 2 1.4 3 2.1
Sifat netral n 13 58 57 48 136 31 91 62 119 111 138 138 49 67 135 122 62 86 113
% 8.9 39.7 39.0 32.9 93.2 21.2 62.3 42.5 81.5 76.0 94.5 94.5 33.6 45.9 92.5 83.6 42.5 58.9 77.4
Tenaga Kerja Indonesia Mahasiswa S1 Mahasiswa S2 Mahasiswa S3 Guru PPKN Guru Agama
24 2 5 9 4 12
16.4 1.4 3.4 6.2 2.7 8.2
10 3 2 2 6 3
6.8 2.1 1.4 1.4 4.1 2.1
112 141 139 135 136 131
76.7 96.6 95.2 92.5 93.2 89.7
Lampiran 9. (Lanjutan) Pertanyaan
Guru Olah Raga (OR) Kepala Sekolah TK Kepala Sekolah SD/ MI Kepala Sekolah SMP/ MTs Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA Rektor Perguruan Tinggi Ulama Sekretaris Pesuruh kantor Militer tingkat perwira ke atas Penjahit Bekerja di Industri Besar Bekerja di Industri Kecil Diplomat Bekerja di sektor pertanian Bekerja di sektor kehutanan Nelayan Pengolahan hasil laut Militer tingkat perwira ke bawah Resepsionis Memubuka usaha hiasan/ bunga Pelukis Bintang sinetron/ artis Desainer interior/ pertamanan Direktur perusahaan perkebunan
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 67 45.9 12 8.2 22 15.1 27 18.5 31 21.2 56.2 82 53.4 78 3 2.1 42 28.8 82.2 120 2 1.4 28 19.2 2 1.4 28 19.2 18 12.3 56 38.4 72.6 106 35 24.0 59.6 87 2 1.4 2 1.4 11 7.5 4 2.7 10 6.8 46 31.5
Lebih baik dilakukan perempuan n % 2 1.4 27 18.5 8 5.5 3 2.1 3 2.1 2 1.4 1 0.7 63 92 4 2.7 1 0.7 34 23.3 2 1.4 24 16.4 2 1.4 4 2.7 2 1.4 1 0.7 14 9.6 3 2.1 67 45.9 55.5 81 4 2.7 6 4.1 9 6.2 4 2.7
Sifat netral n 77 107 116 116 112 62 67 51 100 25 110 116 120 116 124 88 39 97 56 77 63 131 136 127 96
% 52.7 73.3 79.5 79.5 76.7 42.5 45.9 34.9 68.5 17.1 75.3 79.5 82.2 79.5 84.9 60.3 26.7 66.4 38.4 52.7 43.2 89.7 93.2 87.0 65.8
Lampiran 9. (Lanjutan) Pertanyaan
Direktur perusahaan rekaman Pedagang jamu/ gendongan Pedagang (berjualan) di pasar Tukang Ojeg/ supir Guru BP Guru Fisika Guru Kimia Guru Matematika Guru Geografi Guru Ketrampilan Wakil Rektor Ketua LPPM Ketua Departemen di Perguruan Tinggi
Lebih baik dilakukan laki-laki n % 40 27.4 2 1.4 4 2.7 84.9 124 4 2.7 10 6.8 3 2.1 2 1.4 3 2.1 2 1.4 47 32.2 43 29.5 43 29.5
Lebih baik dilakukan perempuan n % 2 1.4 82.2 120 19 13 0 0.0 37 25.3 3 2.1 9 6.2 4 2.7 5 3.4 31 21.2 2 1.4 3 2.1 2 1.4
Sifat netral n 104 24 123 22 105 133 134 140 138 113 97 100 101
% 71.2 16.4 84.2 15.1 71.9 91.1 91.8 95.9 94.5 77.4 66.4 68.5 69.2
Dekan suatu Fakultas di perguruan Tinggi Satpam perusahaan Satpam perguruan tinggi Pembantu rumah tangga Tukang pijat
50 116 116 0 11
34.2 79.5 79.5 0.0 7.5
4 2 2 78 25
2.7 1.4 1.4 53.4 17.1
Lampiran 10. Hasil Uji Beda Persepsi Terhadap Peran Gender dalam Sektor Publik Pertanyaan Mencari nafkah utama Mencari nafkah tambahan Pedagang asongan Warungan di rumah Dokter Pilot/ astonout Guru TK/ SD Perawat Koki Desainer Dosen perguruan tinggi Guru SMP/SMA Pengasuh anak Pembantu LSM DPR/ DPRD Presiden/ Wapres Direktur perusahaan industri Guru Besar Tenaga Kerja Indonesia Mahasiswa S1
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki
N 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43
Mean 1,19 1,17 2,28 2,33 1,63 1,87 2,21 2,37 2,79 2,92 1,33 1,50 2,58 2,63 2,21 2,50 2,60 2,78 2,56 2,80 2,84 2,96 2,84 2,97 2,33 2,34 2,37 2,50 2,65 2,98 2,44 2,79 1,51 1,99 1,84 2,34 2,28 2,69 2,49 2,65 2,84
Uji beda 0,914 0,651 0,165 0,069 0,105 0,258 0,587 0,001 0,124 0,011 0,040 0,015 0,869 0,176 0.000 0,008 0,007 0,004 0,005 0,239 0,001
92 28 28 68 110
63.0 19.2 19.2 46.6 75.3
Mahasiswa S2 Mahasiswa S3
perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
103 43 103 43 103
3,00 2,81 2,96 2,72 2,92
N
Mean
Uji beda
43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43
2,86 2,92 2,65 2,88 1,93 2,13 2,60 2,67 2,60 2,66 2,60 2,61 2,51 2,57 1,74 1,91 1,77 1,99 2,26 2,36 2,35 2,42 1,26 1,39 2,58 2,81 2,49 2,65 2,77 2,83 2,30 2,73 2,56 2,80 2,07 2,28 1,67 1,49 2,12 2,55 1,67
0,368
0,033 0,024
Lampiran 10. (Lanjutan) Pertanyaan
Guru PPKN Guru Agama Guru Olah Raga (OR) Kepala Sekolah TK Kepala Sekolah SD/ MI Kepala Sekolah SMP/ MTs Kepala Sekolah SMU/ SMK/ MA Rektor Perguruan Tinggi Ulama Sekretaris Pesuruh kantor Militer tingkat perwira ke atas Penjahit Bekerja di Industri Besar Bekerja di Industri Kecil Diplomat Bekerja di sektor pertanian Bekerja di sektor kehutanan Nelayan Pengolahan hasil laut Militer tingkat perwira ke bawah
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki
0,023 0,279 0,569 0,677 0,961 0,683 0,349 0,220 0,269 0,678 0,337 0,008 0,261 0,459 0,003 0,050 0,231 0,242 0,004 0,364
perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
Resepsionis Memubuka usaha hiasan/ bunga
103 43 103 43 103
1,83 2,44 2,54 2,37 2,44
N
Mean
Uji beda
43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103
2,65 2,89 2,81 2,94 2,79 2,81 2,12 2,44 2,16 2,55 2,14 2,16 2,74 2,84 1,33 1,29 2,60 2,73 2,74 2,88 2,79 2,94 2,88 2,97 2,79 2,98 2,77 2,76 2,21 2,40 2,21 2,47 2,02 2,55 2,07 2,38 1,47 1,37 1,51 1,35 2,37 2,50
0,014
0,290 0,496
Lampiran 10. (Lanjutan) Pertanyaan
Pelukis Bintang sinetron/ artis Desainer interior/ pertamanan Direktur perusahaan perkebunan Direktur perusahaan rekaman Pedagang jamu/ gendongan Pedagang (berjualan) di pasar Tukang Ojeg/ supir Guru BP Guru Fisika Guru Kimia Guru Matematika Guru Geografi Guru Ketrampilan Wakil Rektor Ketua LPPM Ketua Departemen di Perguruan Tinggi Dekan suatu Fakultas di perguruan Tinggi Satpam perusahaan Satpam perguruan tinggi Pembantu rumah tangga
Jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
0,062 0,879 0,057 0,016 0,827 0,225 0,793 0,191 0,141 0,023 0,089 0,002 0,904 0,268 0,122 0,001 0,072 0,505 0,261 0,145
laki-laki perempuan
Tukang pijat
43 103
2,56 2,73
0,125
Lampiran 11. Lingkungan Sosial Contoh Laki-laki dan Perempuan Saya tidak seperti itu Laki-laki Perempuan n % n %
Saya kadang-kadang seperti itu Laki-laki Perempuan n % n %
Saya sering Laki-laki P n %
Apakah dalam keluarga anda terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin?
14
32,6
39
37,9
13
30,2
50
48,5
16
37,2
Apakah di keluarga anda, anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan?
3
7,0
3
2,9
3
7,0
0
0,0
37
86,0
Apakah orang tua anda bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih sayang?
1
2,3
3
2,9
3
7,0
7
6,8
39
90,7
Apakah orang tua anda memberi pola asuh yang berbeda kepada anak laki-laki dan anak perempuan, misalnya anak laki-laki dididik untuk mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminin?
11
25,6
32
31,1
6
14,0
39
37,9
26
60,5
Apakah orang tua anda memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy)?
34
79,1
59
57,3
4
9,3
35
34,0
5
11,6
Apakah ketika anda masih kecil, orang tua mengarahkan anda untuk bermain dengan sesama jenis kelamin?
16
37,2
55
53,4
18
41,9
39
37,9
9
20,9
Apakah di keluarga anda terdapat perbedaan peran antara suami istri atau antara anak laki-laki dan anak perempuan?
8
18,6
21
20,4
17
39,5
56
54,4
18
41,9
8
18,6
9
8,7
17
39,5
44
42,7
18
41,9
27
62,8
74
71,8
9
20,9
25
24,3
7
16,3
Pertanyaan
Keluarga
Apakah orang tua anda menanamkan ajaran agama tentang konsep gender? Apakah orang tua anda menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan? Kelompok pergaulan Apakah kelompok pergaulan anda menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan) ? Kampus Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan kampus? Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender? Masyarakat disekitar tempat tinggal Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan?
5
11,6
9
8,7
22
51,2
61
59,2
16
37,2
34 23
79,1 53,5
91 47
88,3 45,6
7 16
16,3 37,2
10 48
9,7 46,6
2 4
4,7 9,3
10
23,3
14
13,6
19
44,2
65
63,1
14
32,6
Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakat anda?
19
44,2
56
54,4
19
44,2
44
42,7
5
11,6
Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal terdapat kegiatan yang melibatkan perempuan?
6
14,0
8
7,8
9
20,9
27
26,2
28
65,1
1
Lampiran 12. Lingkungan Sosial Contoh Pertanyaan Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan? Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakat anda? Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal terdapat kegiatan yang melibatkan perempuan? Jika ya, sebutkan salah satu contohnya…………… Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender? Apakah kelompok pergaulan anda menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan) ? Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan kampus? Jika ya, sebutkan salah satu contohnya Apakah dalam keluarga anda terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin? Apakah di keluarga anda, anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan? Apakah orang tua anda bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih sayang?
Saya tidak seperti itu n %
Saya sering seperti itu n %
Saya kadangkadang seperti itu
n
%
24
16.4
84
57.5
38
26.0
75
51.4
63
43.2
8
5.5
14
9.6
36
24.7
96
65.8
70
47.9
64
43.8
1 2
8.2
14
9.6
83
56.8
4 9
33.6
12 17 11.6 4 2.7 5 85.6 Sebagian besar contoh (85.6%) tidak pernah mengalami diskriminasi gender di kampus
53
36.3
63
43.2
3 0
20.5
1 3 7
93.8
6
4.1
3
2.1
4
2.7
10
6.8
132
90.4
Apakah orang tua anda memberi pola asuh yang berbeda kepada anak laki-laki dan anak perempuan, misalnya anak laki-laki dididik untuk mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminin? Apakah orang tua anda memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy)? Apakah ketika anda masih kecil, orang tua mengarahkan anda untuk bermain dengan sesama jenis kelamin?
43
29.5
45
30.8
58
39.7
93
63.7
39
26.7
14
9.6
71
48.6
57
39.0
18
12.3
Lampiran 12. (Lanjutan) Pertanyaan
Apakah di keluarga anda terdapat perbedaan peran antara suami istri atau antara anak lakilaki dan anak perempuan? Apakah orang tua anda menanamkan ajaran agama tentang konsep gender? Apakah orang tua anda menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan?
Saya tidak seperti itu
Saya kadangkadang seperti itu
Saya sering seperti itu
n
%
n
%
n
%
29
19.9
73
50.0
44
30.1
17
11.6
61
41.8
68
46.6
10 1
69.2
34
23.3
11
7.5
Lampiran 13. Hasil Uji Beda Lingkungan Sosial yang Berperspektif Gender Pertanyaan Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan? Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan masyarakat anda? Apakah di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal terdapat kegiatan yang melibatkan perempuan? Apakah anda pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gender? Apakah kelompok pergaulan anda menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan) ? Apakah anda sendiri pernah mengalami diskriminasi gender di lingkungan kampus? Apakah dalam keluarga anda terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin? Apakah di keluarga anda, anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan? Apakah orang tua anda bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih sayang? Apakah orang tua anda memberi pola asuh yang berbeda kepada anak lakilaki dan anak perempuan, misalnya anak laki-laki dididik untuk mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminin? Apakah orang tua anda memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy)? Apakah ketika anda masih kecil, orang tua mengarahkan anda untuk bermain dengan sesama jenis kelamin? Apakah di keluarga anda terdapat perbedaan peran antara suami istri atau antara anak laki-laki dan anak perempuan? Apakah orang tua anda menanamkan ajaran agama tentang konsep gender? Apakah orang tua anda menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan?
jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki
N 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43
Mean 2,09 2,10 1,67 1,49 2,51 2,58 1,56 1,62 2,26 2,23 1,26 1,14 2,05
Uji beda 0,973
perempuan laki-laki
103 43
1,76 2,79
0,047
perempuan laki-laki
103 43
2,94 2,88
0,893
perempuan laki-laki
103 43
2,87 2,35
0,020
perempuan laki-laki
103 43
2,00 1,33
0,118
perempuan laki-laki
103 43
1,51 1,84
0,024
perempuan laki-laki
103 43
1,55 2,23
0,149
perempuan laki-laki perempuan laki-laki
103 43 103 43
2,05 2,23 2,40 1,53
perempuan
103
1,32
0,083 0,558 0,587 0,839 0,138 0,031
0,181 0,058
Lampiran 14. Sikap Contoh Laki-laki dan Perempuan Terhadap Peran Gender No
Pertanyaan
1
Saya memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai potensi yang sama
2 3 4 5 6 7 8 9
Saya melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas Saya memandang laki-laki sebagai pemimpin Saya menghormati perempuan yang berprestasi Saya menghormati laki-laki yang berprestasi Saya memandang laki-laki boleh menceraikan perempuan Saya memandang perempuan boleh menceraikan laki-laki Saya memandang peran suami adalah sebagai kepala keluarga Saya memandang istri sebagai ibu rumah tangga
Saya tidak seperti itu Laki-laki Perempuan n % n %
Saya kadang-kadang seperti itu Laki-laki Perempuan n % n %
Saya hampir selalu seperti itu Laki-laki Perempuan n % n %
0
0,0
1
1,0
11
25,6
18
17,5
32
74,4
84
81,6
1
2,3
1
1,0
10
23,3
28
27,2
32
74,4
74
71,8
1
2,3
2
1,9
9
20,9
29
28,2
33
76,7
72
69,9
1
2,3
1
1,0
3
7,0
12
11,7
39
90,7
90
87,4
0
0,0
1
1,0
6
14,0
10
9,7
37
86,0
92
89,3
12
27,9
29
28,2
22
51,2
50
48,5
9
20,9
24
23,3
25
58,1
47
45,6
14
32,6
47
45,6
4
9,3
9
8,7
0
0,0
3
2,9
3
7,0
7
6,8
40
93,0
93
90,3
4
9,3
6
5,8
11
25,6
44
42,7
28
65,1
53
51,5
Lampiran 14. (Lanjutan) Pertanyaan Saya tidak seperti itu No
Laki-laki
Perempuan
Saya kadang-kadang seperti itu Laki-laki
Perempuan
Saya hampir selalu seperti itu Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
11
25,6
0
0,0
22
51,2
0
0,0
10
23,3
0
0,0
10
Saya menginginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengatur kegiatan rumah tangga (apabila anda laki-laki)
11
Saya menginginkan istri yang dapat bekerja sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (apabila anda laki-laki)
12
27,9
0
0,0
25
58,1
0
0,0
6
14,0
0
0,0
12
Saya menginginkan suami yang mendukung karir saya (apabila anda perempuan)
0
0,0
1
1,0
0
0,0
7
6,8
0
0,0
95
92,2
Saya menginginkan suami yang mau membantu pekerjaan domestik (apabila anda perempuan)
0
0,0
2
1,9
0
0,0
22
21,4
0
0,0
79
76,7
saya melakukan pekerjaan domestik (membersihkan rumah, mencuci, mengasuh anak dan lain-lain)
5
11,6
1
1,0
25
58,1
28
27,2
13
30,2
74
71,8
13 14
Lampiran 15. Sikap Terhadap Peran Gender Pertanyaan Saya memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai potensi yang sama Saya melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas Saya memandang laki-laki sebagai pemimpin Saya menghormati perempuan yang berprestasi Saya menghormati laki-laki yang berprestasi Saya memandang laki-laki boleh menceraikan perempuan Saya memandang perempuan boleh menceraikan laki-laki Saya memandang peran suami adalah sebagai kepala keluarga Saya memandang istri sebagai ibu rumah tangga Saya menginginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengatur kegiatan rumah tangga (apabila anda laki-laki) Saya menginginkan istri yang dapat bekerja sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (apabila anda laki-laki) Saya menginginkan suami yang mendukung karir saya (apabila anda perempuan) Saya menginginkan suami yang mau membantu pekerjaan domestik (apabila anda perempuan) saya melakukan pekerjaan domestik (membersihkan rumah, mencuci,
Saya tidak seperti itu n %
Saya kadangkadang seperti itu n %
Saya hampir selalu seperti itu n %
1
0.7
29
19.9
116
79.5
2
1.4
38
26.0
106
72.6
3
2.1
38
26.0
105
71.9
2
1.4
15
10.3
129
88.4
1
0.7
16
11.0
129
88.4
41
28.1
72
49.3
33
22.6
72
49.3
61
41.8
13
8.9
3
2.1
10
6.8
133
91.1
10
6.8
55
37.7
81
55.5
24
16.4
33
22.6
12
8.2
14
9.6
38
26.0
17
11.6
2
1.4
13
8.9
100
68.5
3
2.1
29
19.9
83
56.8
6
4.1
53
36.3
87
59.6
mengasuh anak dan lain-lain)
Lampiran 16. Hasil Uji Beda Sikap Terhadap Peran Gender Pertanyaan Saya memandang setiap laki-laki maupun perempuan mempunyai potensi yang sama Saya melakukan pekerjaan domestik dengan ikhlas Saya memandang laki-laki sebagai pemimpin Saya menghormati perempuan yang berprestasi Saya menghormati laki-laki yang berprestasi Saya memandang laki-laki boleh menceraikan perempuan Saya memandang perempuan boleh menceraikan laki-laki Saya memandang peran suami adalah sebagai kepala keluarga Saya memandang istri sebagai ibu rumah tangga Saya menginginkan istri yang tidak bekerja di luar rumah dan hanya mengatur kegiatan rumah tangga (apabila anda laki-laki) Saya menginginkan istri yang dapat bekerja sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (apabila anda laki-laki) Saya menginginkan suami yang mendukung karir saya (apabila anda perempuan) Saya menginginkan suami yang mau membantu pekerjaan domestik (apabila anda perempuan) saya melakukan pekerjaan domestik (membersihkan rumah, mencuci, mengasuh anak dan lain-lain)
jenis kelamin laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki
N 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 103 43 26 43
Mean 2,74 2,81 2,72 2,71 2,74 2,68 2,88 2,86 2,86 2,88 1,93 1,95 1,51 1,63 2,93 2,87 2,56 2,46 1,98 1,58 1,86
perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan laki-laki perempuan
26 12 103 12 103 43 103
2,35 2,33 2,91 2,25 2,75 2,19 2,71
Uji beda 0,428 0,890 0,482 0,775 0,719 0,870 0,313 0,407 0,371 0,022 0,003 0.000 0,001 0.000