ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN CIANJUR
Oleh: FLORIYANA INDRA PUTRA H14080122
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
FLORIYANA INDRA PUTRA. Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur (dibimbing oleh ALLA ASMARA)
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dan fokus pembangunan Kabupaten Cianjur. Ini dikarenakan kontribusi pariwisata yang saat ini cukup tinggi terhadap perekonomian dan potensi pariwisata yang masih tinggi untuk dikembangkan. Share sektor pariwisata terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cianjur saat ini cukup tinggi dengan kisaran 34,03 hingga 36,76 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif dari PAD Pariwisata ternyata menunjukkan pertumbuhan semu sektor pariwisata karena ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke objek wisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Cianjur menyatakan bahwa sebelas dari total lima belas objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur sudah berkembang, tetapi hanya objek wisata yang ada di kawasan Puncak-Cipanas saja yang saat ini sudah menjadi objek wisata favorit wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Kemudian, menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap industri pariwisata tersebut. Setelah itu, memberikan rekomendasi berupa saran kebijakan apa yang perlu diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis dayasaing menggunakan metode Competitiveness Monitor. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan metode regresi metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Perkembangan posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dianalisis dengan menggunakan metode competitiveness monitor, cenderung menurun di beberapa indikator. Indikator perkembangan infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang negatif. indikator sosial, indikator sumberdaya manusia, indikator lingkungan, dan indikator dayasaing tingkat harga cenderung konstan. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bogor, hanya indikator lingkungan dan indikator dayasaing tingkat harga yang menunjukkan posisi yang lebih baik. Sedangkan, indikator pengaruh pariwisata, indikator perkembangan infrastruktur, dan indikator keterbukaan berada di posisi yang lebih rendah. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata yang dianalisis dengan metode regresi kuadrat terkecil menunjukan bahwa jumlah restoran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pariwisata Cianjur, sedangkan jumlah hotel, jalan berkualitas baik, presentase tingkat hunian kamar hotel, dan presentase tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien masing-masing variabel; 3,0994, 0,5584, 0,05470, dan 0,04364. Pemerintah Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan posisi dayasaing pariwisata agar wisatawan lebih tertarik untuk datang. Indikator-indikator yang
berada di posisi lebih rendah harus lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah, selain itu faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pariwisata juga harus lebih diperhatikan lagi untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Pemerintah juga harus lebih fokus terhadap pembangunan pariwisata di wilayah Cianjur Tengah dan Cianjur Selatan karena disana masih banyak potensi wisata yang dapat dieksplorasi.
ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN CIANJUR
Oleh FLORIYANA INDRA PUTRA H14080122
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur.
Nama
: Floriyana Indra Putra
NIM
: H14080122
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. NIP. 19730113 199702 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2012
Floriyana Indra Putra H14080122
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1990 dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ir. H. Staji Muhamad dan Hj. Juariah Murkana, S.Pd. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1998 di SD Negeri 1 Tegallega. Kemudian pindah ke SD Negeri 1 Cipanas pada tahun 1998 hingga lulus di tahun 2002. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2002 sampai tahun 2005 di SMP Negeri 1 Pacet. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen (FEM)
pada Departemen Ilmu Ekonomi dengan
Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tingkat pertama penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Tjianjur (HIMAT) sebagai anggota. Tingkat dua penulis aktif di Organisasi Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) dan Sharia Economics Student Club (SES-C). Tingkat tiga penulis kembali aktif di organisasi SES-C sebagai Koordinator Divisi Eksternal serta Badan Pengawas HIPOTESA (BP-Hipotesa) yang diamanahkan sebagai Ketua.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurah ke Rasulullah Muhammad SAW dan kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur” ini merupakan hasil karya penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakutlas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Namun pada akhirnya, karya ini berhasil penulis selesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya.
2.
Ayah dan Ibu tercinta yang selalui memberikan do’a, dukungan, dan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kakak dan adik yang memberikan semangat dan dukungan moral tanpa henti.
3.
Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si., atas bimbingan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4.
Dr. Muhammad Firdaus, sebagai penguji utama dan Dr. Muhammad Findi, sebagai penguji komisi pendidikan atas kritik dan masukan yang positif dalam penyempurnaan penulisan.
5.
Seluruh dosen khususnya staf dosen Ilmu Ekonomi yang tanpa pamrih memberikan ilmu serta pengalamannya dalam empat tahun penulis belajar di Institut Pertanian Bogor.
6.
Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten
Cianjur, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses pencarian data. 8.
Fatia Ajeng Lestari atas kebersamaan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9.
Seluruh rekan-rekan di Ilmu Ekonomi 45, Sharia Economics Student Club (SES-C), Formasi, dan DR D 15.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan positif dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin ya Robbal’ alamin.
Bogor,
Juni 2012
Floriyana Indra Putra H14080122
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
v
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................
9
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................
9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
10
II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................
11
2.1. Tinjauan Pustaka ..........................................................................
11
2.1.1. Pengertian Pariwisata ..........................................................
11
2.1.2. Industri Pariwisata ..............................................................
12
2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian ............................
14
2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan ...........................................
16
2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran ............................................
16
2.1.6. Teori Dayasaing ..................................................................
18
2.1.7. Competitiveness Monitor ....................................................
19
2.2. Penelitian Terdahulu .....................................................................
20
2.3. Kerangka Pemikiran .....................................................................
24
III.METODE PENELITIAN ....................................................................
27
3.1. Jenis dan Sumber Data..................................................................
27
3.2. Metode Analisis Dayasaing ..........................................................
28
3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor .......................................
28
3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen..............................................
30
3.3. Metode Analisis ............................................................................
31
3.3.1. Analisis Regresi Berganda ..................................................
31
ii
3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata Kabupten Cianjur ..............................................
32
3.4. Identifikasi Model ........................................................................
34
3.4.1. Uji Kriteria Statistik ............................................................
34
3.4.2. Uji Kriteria Ekonometrika ...................................................
37
IV. GAMBARAN UMUM ......................................................................
42
4.1. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur .............................................
42
4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Cianjur ........................................
44
4.2.1. Daya Tarik Wisata Alam ..................................................
45
4.2.2. Daya Tarik Wisata Budaya ...............................................
51
4.2.3. Daya Tarik Wisata Buatan ................................................
54
4.3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ..............................................
55
4.4. Akomodasi Pariwisata Kabupaten Cianjur ..................................
56
V. PEMBAHASAN ...............................................................................
59
5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur .........
59
5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur .....................................................................
69
5.2.1. Identifikasi Model ............................................................
70
5.2.1.1. Uji Kriteria Statistik ..............................................
70
5.2.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika ....................................
70
5.2.2. Estimasi Koefisien ............................................................
72
5.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur .........................
74
VI. KESIMPULAN .................................................................................
77
6.1. Kesimpulan ................................................................................
77
6.2. Saran ..........................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
80
LAMPIRAN ...........................................................................................
83
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikatorindikator Makro Ekonomi Indonesia ..............................................
2
1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005-2009 .......................................................................................
3
1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor .....
5
1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 ........................................................
5
2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata .......................................
13
2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur.......................................
24
3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data .......................................................
27
4.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten Cianjur ............................................................................................
55
4.2. Akomodasi Pariwisata yang Terdapat di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 .....................................................................................
56
4.3. Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap di Kabupaten Cianjur Tahun 2008-2010 ............................................................................
57
5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2006-2010........................................
59
5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2009 dan 2011 ..................................................................
63
5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur periode 2006-2010 ..............
66
5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor ............................................................................................
68
5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur .........................................................
69
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran ........................................................................
26
4.1. Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur ..................................................
58
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur............................................................
Halaman
83
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World Tourism Organizaton (UNWTO) melaporkan pertumbuhan industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka 980 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisatawan ini menunjukkan peningkatan sebesar 4-5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan industri pariwisata dunia yang positif berdampak juga terhadap sektor pariwisata Indonesia. Pertumbuhan pariwisata Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,5 persen di tahun 2010. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 4.871.351 wisatawan. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat hingga mencapai 7.002.944 wisatawan pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia, khususnya sektor pariwisata, semakin dikenal masyarakat internasional. Dari tahun 2000 hingga 2008, pertumbuhan kontribusi industri pariwisata terhadap beberapa indikator makro menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian apabila dilihat dari segi nilai, hampir semua indikator menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2000, output sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp.238,60 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp.499,67 triliun pada
2
tahun 2008. Kontribusi GDP meningkat dari Rp.128,31 triliun menjadi Rp.232,93 triliun. Berbeda dengan indikator lainnya, kesempatan kerja mengalami pertumbuhan negatif dimana kontribusi kesempatan kerja sektor pariwisata yang sebelumnya sebanyak 7,36 juta orang di tahun 2000 turun menjadi 7,02 juta orang di tahun 2008. Tabel 1.1.
Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikator-indikator Makro Ekonomi Indonesia (%)
Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Output 9,27 7,88 6,15 6,01 5,43 5,15 4,62 4,62 5,06 GDP 9,38 7,72 6,14 5,55 5,01 5,27 4,30 4,29 4,70 Pajak Tidak 8,29 8,84 7,77 5,87 7,81 0,18 4,12 4,09 4,32 Langsung Gaji & Upah 9,87 8,42 6,41 5,49 4,66 4,56 4,44 4,43 4,49 Kesempatan 8,11 8,57 8,48 8,28 9,06 6,97 4,65 5,22 6,84 Kerja Sumber: BPS dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2009
Selain pertumbuhan nilai GDP, peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap devisa negara. Dalam Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2006 nilai devisa dari sektor pariwisata cenderung stagnan dan mengalami penurunan peringkat. Pada tahun 2007 sampai 2008 peringkat devisa dari sektor pariwisata naik kembali dan nilainya meningkat. Pada tahun 2009, peringkat devisa pariwisata mengalami perbaikan posisi tetapi nilainya turun dari tahun sebelumnya. Meskipun nilainya cenderung berfluktuatif, tetapi sumbangan devisa dari sektor pariwisata selalu berada di peringkat 10 besar penyumbang devisa terbanyak dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pariwisata merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia.
3
Tabel 1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 20052009 Jenis Komoditas 2005 Minyak dan gas bumi 19.231,59 Pariwisata 4.521,90 Pakaian Jadi 4.966,91 Alat listrik 4.364,11 Tekstil 3.703,95 Minyak kelapa sawit 3.756,28 Kayu olahan 3.086,16 Karet olahan 3.545,68 Kertas dan barang dari kertas 2.324,66 Bahan kimia 2.079,91 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
Nilai (Juta USD) 2006 2007 2008 2009 21.209,50 22.088,60 29.126,30 19.018,30 4.447,97 5.345,98 7.377,00 6.298,02 5.608,16 5.712,87 6.092,06 5.735,60 4.448,74 4.835,87 5.253,74 4.580,18 3.908,76 4.177,97 4.127,97 3.602,78 4.817,64 7.868,64 12.375,57 10.367,62 3.324,97 2.264,00 2.821,34 2.272,32 5.465,14 6.179,88 7.579,66 4.870,68 2.859,22 2.697,38
3.374,84 3.402,58
3.796,91
3.405,01
Pada saat terjadi krisis global di tahun 2008, industri pariwisata dapat secara konsisten tetap memperlihatkan kinerja yang positif. Total nilai ekspor nasional turun sampai dengan 14 persen, tetapi industri pariwisata tetap mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,36 persen. Lebih lanjut, dampak dari krisis global juga dirasakan oleh penerimanaan devisa dimana nilai devisa dari industri pariwisata turun menjadi $6.298,02 juta di tahun 2009. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat menjadi 6,4 juta wisatawan. Pertumbuhan industri pariwisata yang positif di masa krisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata dapat bertahan di masa krisis sekali pun. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memerhatikan sektor ini dengan mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada di daerah-daerah. Salah satu daerah yang menjadikan pariwisata sebagai program unggulan daerah adalah Kabupaten Cianjur. Industri/sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan Kabupaten Cianjur. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan tersebut
4
dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan dayatarik wisata serta kontribusi terhadap pendapatan asli daerah yang cukup besar saat ini. Kabupaten Cianjur memiliki kekayaan alam yang lengkap yang berpotensi menjadi objek wisata yang menarik. Cianjur bagian utara terdapat daerah pegunungan, perkebunan, dan persawahan. Kondisi yang sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata alam dan agrowisata. Cianjur bagian tengah difokuskan sebagai lokasi pusat cenderamata dan oleh-oleh khas Cianjur bagi wisatawan. Terakhir, Cianjur bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil dan juga kawasan pantai yang juga berpotensi sebagai dayatarik wisata alam. Beberapa objek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang dan menjadi primadona bagi wisatawan. Diantaranya, Taman Bunga Nusantara di Kecamatan Sukaresmi dan Kebun Raya Cibodas di Kecamatan Cipanas. Saat ini, keduanya menjadi tempat wisata favorit di akhir pekan bagi wisatawan domestik, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Jabodetabek. Daerah-daerah lain pun sudah mulai mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki. Objek wisata danau Cirata dan Jangari di Cianjur bagian tengah sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah daerah, tetapi pengembangan tersebut masih belum optimal sehingga belum dapat menarik wisatawan yang datang secara masiv. Sektor pariwisata merupakan bagian dari sektor tersier. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan kontribusi sektor-sektor pembentuk Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur berdasarkan kelompok sektor. Dapat dilihat pada tabel, sektor tersier dalam lima tahun terakhir memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB. Selama periode
5
dari tahun 2006 hingga 2010, sektor tersier menunjukkan share yang terus meningkat terhadap PDRB Kabupaten Cianjur dengan kisaran 48,87 persen hingga 54,11 persen. Berbanding terbalik dengan perkembangan kontribusi sektor primer yang share-nya terus menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa perekonomian Kabupaten Cianjur mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke sektor jasa/tersier. Tabel 1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor (%) Kelompok 2006 2007 2008 2009 2010 Sektor Primer 44,03 42,31 39,96 39,08 37,79 Sekunder 7,10 7,41 7,72 7,92 8,11 Tersier 48,87 50,28 52,32 53,00 54,11 Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2011
Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan. Data yang ada menunjukkan kontribusi industri pariwisata terhadap pembentukan PAD Kabupaten Cianjur cukup tinggi. Kontribusi pariwisata terhadap pembentukan PAD berkisar antara 34,03 persen hingga 36,76 persen. Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PAD menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang penting bagi Kabupaten Cianjur. Tabel 1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 (Rupiah) Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Hotel 2.633.117.053 2.822.859.491 3.559.646.814 3.692.571.019 Restoran 1.910.237.490 1.917.292.522 1.980.937.123 2.272.440.320 645.160.100 664.202.061 Hiburan 579.660.875 674.121.165 Jumlah 5.266.234.106 5.645.718.982 7.119.293.628 7.385.142.038 Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, 2011
3.878.915.132 2.349.772.470 704.833.850 7.757.830.264
6
Lebih lanjut, pertumbuhan share dari sektor pariwisata terhadap PAD terus mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif. Laju pertumbuhan share yang dicapai sektor pariwisata pada periode 2006-2010 berkisar -3,25 persen hingga 5,11 persen. Meskipun laju pertumbuhan share sektor pariwisata berfluktuatif, tetapi nilainya terus menunjukkan peningkatan. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja sektor pariwisata cukup baik. Pariwisata sudah menjadi suatu industri yang populer terutama karena manfaat-manfaat ekonomisnya. Sehingga, setiap daerah sudah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki agar menjadi tujuan wisata. Dayasaing pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan penerimaan daerah. Daerah yang memiliki dayasaing pariwisata yang lebih unggul dari daerah lain tentunya akan lebih menarik minat wisatawan untuk datang. Keunggulan dayasaing ini dapat dilihat dari pengembangan potensi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang memadai, serta pelayanan yang baik dan memuaskan (Sholeh, 2010). Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan daerah dari sektor pariwisata selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini memerlihatkan bahwa potensi pariwisata daerah yang ada sudah dapat memberikan kontribusi yang cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata masih dapat ditingkatkan melihat masih banyaknya potensi wisata yang belum berkembang. Sehingga diperlukan suatu penelitian yang dilakukan agar pengembangan potensi yang ada berjalan secara optimal.
7
1.2. Perumusan Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, dengan pendekatan melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur. Pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai dari kontribusi PAD Pariwisata selalu meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif ini ternyata menunjukkan pertumbuhan semu dari sektor pariwisata. Pertumbuhan ini ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke objek wisata di Kabupaten Cianjur. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke objek-objek wisata di Kabupaten Cianjur terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek dan dayatarik wisata mencapai 1.888.531 wisatawan; jumlah ini meningkat menjadi 2.538.574 wisatawan di tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1.761.730 wisatawan atau turun hingga 69,40 persen. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung masih terus terjadi hingga tahun 2011, dimana jumlah wisatawan yang datang hanya berjumlah 813.769 wisatawan. (Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Cianjur). Apabila dilihat lebih lanjut, proporsi jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Cianjur masih terfokus pada objek wisata yang berada di Cianjur Utara atau kawasan Puncak-Cipanas. Berdasarkan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah, Kebun Raya Cibodas menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dari tahun 2006 hingga 2010, share wisatawan yang datang ke Kebun Raya Cibodas terhadap total kunjungan
8
wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah daerah berada kisaran 72-79 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa objek wisata di kawasan Cianjur Selatan dan Tengah masih kurang menarik wisatawan. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Salah satunya adalah persaingan dalam menarik wisatawan dengan objek wisata di daerah destinasi lain. Kabupaten Bogor sebagai daerah yang berdekatan tentunya menjadi pesaing utama bagi Kabupaten Cianjur untuk menarik wisatawan. Karakteristik objek wisata yang ditawarkan di kedua destinasi wisata memiliki kesamaan yaitu dayatarik wisata alam. Karakteristik wisatawan yang datang pun memiliki kesamaan, dimana mayoritas wisatawan berasal dari Jabodetabek. Karakteristik yang sama ini memerlihatkan bahwa kedua destinasi tersebut menawarkan daya tarik wisata yang sejenis ke pasar yang sama. Dayasaing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap kunjungan wisatawan. Dayasaing pariwisata bisa dilihat dari beberapa indikator, seperti infrastuktur, kondisi lingkungan, tingkat harga, kenyamanan dan keamanan, keterbukaan, serta teknologi. Posisi dayasaing yang semakin baik akan semakin meningkatkan dayatarik wisata sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung pun meningkat. Implikasinya pendapatan daerah dari sektor pariwisata akan meningkat akibat kenaikan wisatawan yang datang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur?
9
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata di Kabupaten Cianjur? 3. Kebijakan apa yang telah diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan daerah di sekitarnya khususnya Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis kebijakan yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sumber informasi dan referensi bagi masyarakat mengenai potensi pariwisata Kabupaten Cianjur. 2. Menjadi referensi bagi pemerintah dan dinas-dinas di Kabupaten Cianjur dalam pengambilan kebijakan dalam memajukan sektor pariwisata.
10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Agar penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang lingkup penelitian, yaitu: 1. Analisis tentang dayasaing industri pariwisata difokuskan untuk melihat dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur yang kemudian dibandingkan dengan dayasaing pariwisata daerah lainnya, yaitu Kabupaten Bogor. Analisis ini
difokuskan
terhadap
beberapa
indikator
yang
dianggap
dapat
merepresentasikan dayasaing industri pariwisata, antara lain; pendapatan asli daerah, infrastruktur, lingkungan, harga, teknologi, keterbukaan, dan keamanan serta kenyamanan tempat wisata. Namun, indikator teknologi tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. Periode waktu yang digunakan dalam analisis dayasaing adalah dari tahun 2006 hingga 2010. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator yang dianalisis. 2. Analisis tentang
faktor-faktor yang
memengaruhi industri pariwisata
menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, yang terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, sebagai proksi dari industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain jumlah hotel, jumlah restoran, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Pariwisata Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Lebih lanjut, Damanik dan Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Heriawan (2004) memaparkan bahwa tidak semua yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Dengan demikian, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif.
Kemudian, Rahayu
(2006) memaparkan ciri-ciri dari kegiatan pariwisata. Beberapa ciri-ciri pariwisata, diantaranya adalah sebagai berikut: seseorang yang melakukan perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya, perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (berkelompok atau grup), perjalanan itu dilakukan dengan tujuan rekreasi dan usaha-usaha untuk menyenangkan dirinya sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, selama dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu
12
tempat/akomodasi, dan dalam melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat transportasi darat, laut atau udara.
2.1.2. Industri Pariwisata Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Gomang, 2003). Istilah industri pariwisata (Tourism Industry) lebih banyak bertujuan memberikan dayatarik agar pariwisata dapat dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu negara, terutama pada negara-negara sedang berkembang. Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggambarkan pariwisata secara konkret, dengan demikian dapat memberikan pengertian yang lebih jelas (Yoeti, 2008). Industri pariwisata berbeda dengan industri manufaktur. Industri wisata tidak berdiri sendiri seperti industri semen, garmen, atau industri sepatu. Melainkan lebih bersifat tidak berwujud (intangible), sehingga industri pariwisata sering disebut sebagai industri tanpa cerobong asap (smokeless industry). Industri wisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata (Freyer, 1993) dalam Damanik & Webber. Industri pariwisata dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu: 1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dll. Secara faktual hotel menjadi pihak
13
paling utama yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, kemudian diikuti oleh biro perjalanan. 2. Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produkproduk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan sebagainya. Batasan pariwisata sebagai industri, seperti dijelaskan oleh Yoeti (2008), dimana kelompok perusahaan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan bila datang berkunjung pada suatu tempat wisata. Tanpa bantuan kelompok perusahaan ini, wisatawan tidak akan memeroleh kenyamanan (comfortable), keamanan (security), dan kepuasan (satisfaction) dalam mencari kesenangan yang diinginkan. Perusahaan-perusahaan dimaksudkan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata No Jenis Perusahaan Fungsi dan tugasnya 1 Tour operator / Wholesaler Memberi informasi/advis/paket wisata 2 Maskapai Penerbangan Menyediakan seats dan baggages services 3 Angkutan Pariwisata Melayani transfer service dari dan ke airport 4 Akomodasi Hotel, Motel, Menyediakan kamar, laundry, dll Inn, dll 5 Restoran dan sejenisnya Menyediakan makanan dan minuman 6 Impresariat, Amusement, dll Menyediakan atraksi wisata dan hiburan 7 Lokal tour operator Menyelenggarakan city-sighseeing & tours 8 Shopping Center/Mall, dll Menyediakan cenderamata dan oleh-oleh 9 Bank/Money Changer Melayani penukaran valuta asing 10 Retail Servis Bermacam-macam keperluan wisatawan Sumber: Yoeti, 2008
14
2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian Pariwisata merupakan industri jasa yang diyakini dapat mendorong perekonomian suatu daerah bahkan dunia, dalam hal ini disebabkan industri pariwisata terkait dengan industri-industri lainnya seperti industri perhotelan, restoran, dan jasa hiburan. Jika dilihat dari kewilayahan, sektor pariwisata telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan pariwisata dan pusatpusat pelayanan yang tersebar di seluruh nusantara (Tjitroresmi (2003) dalam Febriawan (2009)). World Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah menjadi fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan pergaulan global antar bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi penting bagi kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara berkembang. Sektor pariwisata memiliki fungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri, antara lain akan sangat berperan dalam (Yoeti, 2008): 1. Peningkatan perolehan devisa negara. 2. Memperluas dan memercepat proses kesempatan berusaha. 3. Memperluas kesempatan kerja. 4. Mempercepat pemerataan pendapatan (Distribution of Income). 5. Meningkatkan penerimaan pajak negara dan retribusi daerah. 6. Meningkatkan pendapatan nasional.
15
7. Memperkuat posisi neraca pembayaran. 8. Mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas. Selain itu, menurut Gomang (2003), pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional, misalnya: 1.
Meningkatkan
urbanisasi
karena
pertumbuhan
pembangunan
dan
pembaharuan suprasarana pariwisata. 2.
Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata misalnya; usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan, dan lain-lain), yang memerlukan perluasan beberapa industri seperti misalnya; peralatan hotel dan kerajinan tangan.
3. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambah pemakaiannya. 4.
Memperluas pasar barang-barang lokal.
5.
Menunjang pendapatan negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional.
6.
Memberi dampak positif pada tenaga kerja di negara, karena pariwisata memperluas lapangan kerja baru (tugas baru di hotel atau di tempat penginapan lainnya, usaha perjalanan, di kantor-kantor pemerintah yang mengurus pariwisata-pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya).
16
2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan yang dimaksudkan dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DTW) tertentu. World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata.
2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun yang potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan (2004), sektor inti dari pariwisata mencakup: hotel, restoran, transportasi domestik dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta biro perjalanan (paket tour).
17
Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari triple A, yang terdiri dari: 1. Atraksi Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, seperti Danau Kelimutu atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya. 2. Aksesibilitas Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Moda transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). 3. Amenitas Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank, pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual
18
buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam unsur ini.
2.1.6. Teori Dayasaing Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, mendefinisikan dayasaing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampunan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Lebih lanjut, dayasaing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Dayasaing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan dengan lainnya. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya dayasaing karena tiga hal berikut: (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.
19
2.1.7. Competitiveness Monitor Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing. Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008): 1. Indikator Pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. 2. Indikator Persaingan Tingkat Harga, menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. 3. Indikator
Perkembangan
Infrastruktur,
menunjukkan
perkembangan
infrastruktur di daerah tujuan wisata. 4. Indikator Lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. 5. Indikator Kemajuan Teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk berteknologi tinggi di daerah tujuan wisata. 6. Indikator Sumberdaya Manusia Pariwisata, menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. 7. Indikator Keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata terhadap perdagangan internasional dan turis internasional.
20
8. Indikator Sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi.
2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pariwisata dan dayasaing sudah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas sektor/industri pariwisata, antara lain : Yulianti (2009) dalam penelitiannya yang menganalisis faktor-faktor penentu
dayasaing
dan preferensi
wisatawan dalam
berwisata
dengan
menggunakan pendekatan Porter’s Diamond dan metode Probit menyebutkan bahwa potensi dan kondisi faktor-faktor yang memengaruhi dayasaing kepariwisataan kota Bogor menarik dan beragam namun tidak diiringi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan fasilitas kepariwisataan masih kurang mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu juga anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai pengingkatan kualitas maupun kuantitas kepariwisataan kota Bogor. Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor menurut penelitian ini adalah variabel pendidikan, intensitas biaya, dan kenyamanan. Semua variabel signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini memperlihatkan semakin besar nilai variabel-variabel tersebut maka semakin besar pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke kota Bogor. Oleh karena itu, strategi yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan anggaran,
21
promosi pariwisata serta koordinasi dengan pihak swasta yang lebih intens untuk memajukan kepariwisataan kota Bogor. Trisnawati, et al (2007) dalam penetiannya dalam analisis dayasaing industri pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakara dengan menggunakan alat analisis competitiveness monitor menyatakan indeks dayasaing pariwisata di Yogyakarta memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Price Competitiveness Indicator (PCI), Yogyakarta mempunyai indeks yang lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Infrastructure Development Indicator (IDI) menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata, namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Environment Indicator (EI) menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata. Technology Advancement Indicator (TAI) menunjukkan indeks nilai Yogyakarta lebih tinggi. Human Resources Indicator (HRI) menunjukkan bahwa indeks pendidikan di destinasi Yogjakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Openess Indicator (OI) dayasaing pariwisata destinasi Yogyakarta kembali menunjukkan angka yang lebih tinggi. Indikator terakhir, Social Development Indicator (SDI) menunjukkan bahwa rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di Surakarta. Dayasaing industri pariwisata Surakarta secara menyeluruh lebih rendah dibandingkan Yogjakarta. Indikator-indikator yang digunakan menunjukkan bahwa pariwisata Yogjakarta lebih unggul. Santri (2009) dalam skripsinya melakukan analisis mengenai potensi sektor pariwisa untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,
22
dengan menggunakan tabel Input-Output tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen. Penelitian ini memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 yang mencapai 36,00 persen dari jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total permintaan akhir. Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30,75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Investasi terhadap sektor pariwisata mencapai 8,79 persen dari total investasi provinsi Bali. Struktur ekspor dan impor pariwisata menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69,30 persen dan nilai impor 26,29 persen. Sektor pariwisata di Provinsi Bali memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya dari hulu hingga ke hilir. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar. Sholeh (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis dayasaing dan pegaruh industri pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode analisis Competitiveness Monitor untuk mengukur trend
23
perkembangan dayasaing dan metode regresi untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi PAD Pariwisata Kabupaten Bogor. Analisis dayasaing menggunakan Kota Yogyakarta sebagai daerah pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dari Human Tourism Indicator, Price Competitiveness Indicator, Human Resources Indicator, dan Social Development Indicator sejak tahun 2004 hingga 2008 terus meningkat. Environtment Indicator dan Technology Advancement Indicator mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Openess Indicator memiliki perkembangan yang konstan. Analisis pengaruh industri pariwisata terhadap pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan pajak hiburan. Hasil analisis memperlihatkan semua variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yulianti (2009) dan Santri (2009) adalah metode yang digunakan. Yulianti (2009) dalam melihat posisi dayasaing pariwisata Kota Bogor menggunakan pendekatan Porter’s Diamond sedangkan penelitian ini menggunakan alat analisis Competitiveness Monitor. Yulianti (2009) menggunakan analisis Tabel Input-Ouput untuk melihat peranan serta pengaruh pariwisata terhadap perekonomian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Trisnawati,et al (2007) dan Sholeh (2010) adalah daerah penelitian, variabel, dan periode data yang digunakan. Daerah yang dianalasisis pada penelitian ini adalah Kabupaten Cianjur. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu dari tahun 2001 hingga 2011.
24
2.3. Kerangka Pemikiran Kabupaten Cianjur mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah. Kabupaten Cianjur sangat kaya akan potensi alam yang beraneka ragam. Di bagian utara, terdapat kawasan Cipanas-Puncak dengan daerah pegunungan dan bukit. Wilayah bagian selatan terdapat pantai yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Tabel 2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur No Obyek Wisata Lokasi 1 Kebun Raya Cibodas Cipanas 2 Bumi Perkemahan Mandala Kitri Cipanas 3 Wanasata Mandalawangi Cipanas 4 Pendakian Gunung Gede- Cipanas Pangrango 5 Istana Cipanas Cipanas 6 Taman Bunga Nusantara Sukaresmi 7 Wisata Tirta Jangari Mande 8 Wisata Tirta Calincing Ciranjang 9 Wisata Ziarah Makam Dalam Cikalongkulon Cikundul 10 Pantai Jayanti Cidaun 11 Pantai Apra Sindangbarang 12 Sumber Air Panas Sukasirna Agrabinta 13 Air Terjun Citambur Pagelaran 14 Situs Megalith Gunung Padang Campaka 15 Agrowisata Perkebunan Teh Pacet Gedeh
Keterangan Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Sudah berkembang Potensi Potensi Potensi Potensi
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2009
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan sebelas dari total lima belas obyek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang. Potensi obyek wisata yang sudah berkembang didominasi oleh obyek wisata di kawasan PuncakCipanas. Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dengan total kunjungan ke obyek wisata tersebut sebanyak 1.156.319 wisatawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur,
25
2006). Objek wisata yang sudah berkembang membuat sektor-sektor pendukung pariwisata sepeti hotel dan restoran ikut berkembang di kawasan ini. Bahkan, semua hotel berbintang yang berada di Kabupaten Cianjur pun berada di kawasan Puncak-Cipanas. Kemajuan objek wisata di kawasan Puncak-Cipanas yang notebene merupakan bagian dari Cianjur bagian Utara tidak diikuti oleh perkembangan objek wisata di kawasan timur dan selatan. Pemerintah daerah harus lebih fokus dalam pembangunan pariwisata di kawasan timur dan selatan Kabupaten Cianjur. Potensi objek pariwista Kabupaten Cianjur masih besar untuk bisa dikembangkan. Oleh karena itu, kebijakan yang tepat dibutuhkan agar potensi yang ada dapat berkembang secara optimal. Analisis perkembangan dayasaing industri pariwisata penting untuk dilakukan. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata pun diperlukan. Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor atau variabel apa saja yang memberikan pengaruh signifikan terhadap industri pariwisata. Sehingga dapat membantu pemerintah daerah Kabupaten Cianjur untuk mengambil kebijakan dengan menjadikan hasil analisis ini sebagai acuan. Untuk lebih jelas, diagram alur berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
26
Perkembangan Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur
Potensi Objek Pariwisata yang cukup banyak tetapi masih kurang berkembang
Meningkatkan Kontribusi Industri Pariwisata
Analisis Perkembangan Dayasaing
Analisis faktor-faktor yang Memengaruhi Pariwisata
Rekomendasi Kebijakan Kepada Pemerintah untuk Meningkatkan Kinerja Industri Pariwisata
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan: -------- = Ruang Lingkup Penelitian
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang memengaruhi pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan 2011. Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas pemerintahan Kabupaten Cianjur, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendapatan Daerah, dan Kantor Lingkungan Hidup. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di perpustakaan IPB, media massa, dan internet. Data yang digunakan dalam pembentukan variabel dependen dan independen untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data Variabel Satuan Simbol PAD Pariwisata Rupiah PADPar Jumlah Hotel dan Unit JHot Akomodasi lainnya Jumlah Restoran Unit JRes Jalan Beraspal Kualitas Km JKB Baik Tingkat Pendidikan Persen TPPar Tenaga Kerja Pariwisata Tingkat Hunian Hotel Persen THH
Sumber Dispenda Kab.Cianjur Budpar dan BPS Kab.Cianjur Disbudpar Kab. Cianjur BPS Kab. Cianjur BPS Kab. Cianjur BPS Kab. Cianjur
28
3.2. Metode Analisis Dayasaing 3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor Metode yang digunakan dalam penelitian dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur adalah metode Competitiveness Monitor (CM). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks dayasaing pariwisata yang dibentuk dari delapan indikator penentu dayasaing pariwisata yang telah ditetapkan oleh World Tourism Organization (WTO). Kedelapan indikator tersebut adalah sebagai berikut (World Tourism Organization, 2008),: 1. Indikator Pengaruh Pariwisata Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Indikator ini diukur dengan menggunakan Tourism Impact Index (TII). Besarnya TII dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝑇𝐼𝐼 =
PAD Pariwisata PDRB Total
2.Indikator Dayasaing Tingkat Harga (IDTH) Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah Purchasing Power Parity (PPP) dan rata-rata tarif minimum hotel berbintang. IDTH = f (PPP, rata-rata tarif minimum hotel berbintang)
29
3. Indikator Perkembangan Infrastruktur (IPI) Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah panjang jalan beraspal dan kualitas jalan. Rumus dari indikator ini adalah sebagai berikut: IPI = f (panjang jalan beraspal, kualitas jalan) 4. Indikator Lingkungan Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks kepadatan penduduk, dan indeks kualitas udara. Kepadatan Penduduk =
Jumlah Penduduk Luas Wilayah
Kualitas Udara = f (kadar CO, kadar debu, temperatur, kebisingan) 5. Indikator Sumberdaya Manusia (ISM) Indikator ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks pendidikan yang dapat
diukur
dengan rumus berikut: ISM = f (angka melek huruf, rata-rata lama sekolah) 6. Indikator Keterbukaan (IK) Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Rumus untuk mengukur Indikator Keterbukaan adalah sebagai berikut: IK =
Jumlah Turis Asing yang Menginap di Hotel Total Tamu Hotel
30
7. Indikator Sosial Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi. SDI = Rata-rata masa tinggal turis. 8. Indikator Kemajuan Teknologi Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks ekspor, yang dapat dihitung dengan rumus berikut: Indeks Ekspor =
Jumlah Ekspor elektronik ,obat −obatan ,dan kamera Jumlah Ekspor Total
Metode Competitiveness Monitor tidak memiliki standar baku untuk melihat tinggi atau rendahnya nilai dayasaing dari setiap indikator. Analisis ini hanya membandingkan hasil pengukuran dayasaing Kabupaten Cianjur dengan daerah pembandingnya, yaitu Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai daerah pembanding dilakukan secara sengaja dengan justifikasi bahwa daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Bogor memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Kabupaten Cianjur.
3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen. Uji t digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu grup sampel berbeda dengan grup sampel lainnya (Pratisto, 2004). Setelah mendapatkan nilai masingmasing indikator, maka dapat dilakukan uji t untuk melihat signifikansi perbedaan
31
dayasaing di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Uji t yang dilakukan menggunakan software Minitab 14. Hipotesis: H0
: β1 ≥ 0
H1
: β1 < 0
i = 1,2,3,....0
Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: Jika t-hitung ≥ t 𝛼/2(𝑛−𝑘 ) maka tolak H0 Jika t-hitung < t 𝛼 /2(𝑛 −𝑘) maka terima H0 Jika t-hitung > t-tabel ( t 𝛼 /2(𝑛−𝑘) ), maka tolak H0 , artinya dayasaing Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan dayasaing Kabupaten Bogor. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t 𝛼 /2(𝑛 −𝑘) ), maka terima H0 , hal ini berarti dayasaing Kabupaten Cianjur relatif sama atau lebih tinggi dibandingkan dayasaing Kabupaten Bogor.
3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Metode analisis yang digunakan adalah metode Regresi Linear Berganda (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software Minitab. Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang merupakan akibat. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode
32
yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel, namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya. Menurut Walpole (1995), model regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y = 𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑥1 + 𝑏2 𝑥2 + 𝑏𝑟 𝑥𝑟 keterangan: r = 1, 2, 3, ..., N 𝑏0 = intersep
3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan antara lain jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata. Setelah melalui beberapa tahapan spesifikasi, model persamaan terbaik yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi Sektor Pariwisata adalah sebagai berikut: PADPart = α0 + α1JHott + α2JKBt + α3JRest + α4TPPart + α5THHt + εt keterangan: PADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode (Rupiah) JHott
= Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Unit)
JKBt
= Jalan Beraspal Kualitas Baik pada Periode t (Km)
33
JRest
= Jumlah Restoran pada Periode t (Unit)
TPPart
= Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t (Persen)
THHt
= Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)
εt
= Error Term Langkah selanjutnya adalah merubah data-data yang berada pada
persamaan tersebut ke dalam bentuk logaritma untuk mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen. LnPADPart = α0 + α1LnJHott + α2LnJKBt + α3LnJRest + α4TPPart + α5THHt + εt keterangan: LnPADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode (Persen) LnJHott
= Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Persen)
LnJKBt
= Jalan Beraspal Kualitas Baik pada Periode t (Persen)
LnJRest
= Jumlah Restoran pada Periode t (Persen)
TPPart
= Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t (Persen)
THHt
= Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)
εt
= Error Term Kemudian, model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji
agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis Ordinary Least Square
(OLS),
seperti
terbebas
heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.
dari
masalah-masalah
autokorelasi,
34
3.4. Identifikasi Model 3.4.1. Uji Kriteria Statistik Tujuan pengujian kriteria adalah untuk melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji Koefisien Determinasi. 1. Uji Koefisien Regresi secara Individual (Uji-t) Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, apakah variabel bebas berpengaruh atau tidak tehadap variabel tak bebas. Perbandingan antara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan daerah atau wilayah penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak. Hipotesis: H0
: β1 = 0
H1
: β1 ≠ 0
i = 1,2,3,....0
Statistik uji yang dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut: t-hitung =
b−B Sb
Kemudian hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = 1,96). Keterangan: b = koefisien regresi parsial sampel B = koefisien regresi parsial populasi Sb = Simpangan baku koefisien dugaan Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: Jika t-hitung > t 𝛼/2(𝑛−𝑘) maka tolak H0 Jika t-hitung < t 𝛼 /2(𝑛 −𝑘) maka terima H0
35
Jika t-hitung > t-tabel (t 𝛼 /2(𝑛−𝑘) ), maka tolak H0 hal ini berarti variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada taraf nyata α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t 𝛼 /2(𝑛−𝑘) ), maka terima H0 , hal ini berarti variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya pada taraf α. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F-hitung. Uji F juga digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan untuk menduga parameter yang ada pada persamaan. Hipotesis: H0 : β0 = β1 = β2 = ⋯ = βn = 0
(variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas)
H1 : minimal ada salah satu β1 ≠ 0
(paling sedikit ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas)
β = dugaan parameter Statistik uji yang dilakukan dalam uji F adalah sebagai berikut: F-hitung =
R 2/k−1 1−R 2 /n−k
Kemudian hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F-tabel (F𝛼(𝑘 −1,𝑛 −𝑘) ).
36
Keterangan: R2 = Koefisien determinasi n = Banyaknya data K = Jumlah koefisien regresi dugaan Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut : Jika F-hitung > (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘) ), maka tolak H0 Jika F-hitung < (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘) ) maka terima H0 Jika hasil F-hitung > F-tabel (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘) ), maka tolak H0 , hal ini seperti minimal terdapat variabel bebas yang nilainya tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘 ) ), maka terima H0 hal ini berarti tidak ada variabel bebas yang dapat menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel bebas. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2 ) dan Adjusted R2 Koefisien determinasi ( R2 ) dan Adjusted R2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan pada model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1995) terdapat dua sifat R-squared, yaitu: a. Merupakan besaran non-negatif b. Batasnya adalah 0 ≤ R2 ≥ 1. Jika R2 bernilai 1 ada suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas.
37
Nilai koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑆𝑆
R2 = 𝑇𝑆𝑆 dimana :
ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum square) TSS = Jumlah kuadrat total (total sum square) Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-squared untuk menilai baik buruknya suatu model adalah akan selalu mendapatkan nilai yang terus naik seiring dengan pertambahan variabel bebas ke dalam model sehingga Adjusted Rsquared juga bisa digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel bebas. Adjusted R-squared
secara umum
memberikan hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai Adjusted R-squared tidak akan pernah melebihi nilai R-squared, bahkan dapat menurunkan daya prediksi jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. 𝜎2
R2 = 1 − 𝑆 2 𝑦
dimana : 𝜎 2 = Variabel residual 𝑆𝑦2 = Varian sampel dari Y
3.4.2. Uji Kriteria Ekonometrika Permasalahan yang dapat ditemukan ketika menggunakan metode OLS adalah masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.
38
1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi secara normal (Firdaus, 2004). Model regresi seperti ini disebut model regresi linear normal klasik. Regresi normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ϵi didistribusikan secara normal dengan: 1. Rata-rata : E (ϵi) = 0 2. Varians : E (ϵi) = σ2 3. Cov (ϵi, ϵj) : E (ϵi, ϵj) = 0, i ≠ j 2. Uji Autokorelasi Masalah yang sering ditemukan pada berbagai penelitian adalah adanya hubungan serius antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan estimasi obserbasi yang lain. Nisbah antara obserbasi inilah yang disebut sebagai menjadi tidak bias, nilai galat baku terkorelasi sehingga ramalan menjadi tidak efisien, dan ragam galat berbias. Uji Durbin Watson (Uji DW) biasa digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi pada model. Nilai hitung statistik d dibandingkan dengan d tabel, yaitu dengan bataas bawah (dL) dan batas atas (dU). Hasil pebandingan akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Jika d < dL, berarti ada autokorelasi positif. 2. Jika d > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif. 3. Jika dL < d < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif 4. Jika dL ≤ d ≤ dU atau 4-dU ≤ d ≤ 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993):
39
a. Menghilangkan variabel bebas yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak bebas. b. Apabila terjadi kesalahan dalam hal spesifikasi model, hal ini dapat diatasi dengan mentransformasi model, misalnya dari model linier menjadi model non-linier atau sebaliknya. 3. Uji Heteroskedastisitas Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai konstan. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang minimum (efisiensi). Menurut Gujarati (1993), jika terjadi heteroskedastisitas maka akan berakibat sebagai berikut : a. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varian yang minimum atau estimator tidak efisien. b. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan mempunyai varian yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien. c. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varian. Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditujukan dengan White-Heteroskedastisity Test, dimana tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
40
Hipotesis : H0 : 𝛾 = 0 (homoskedastisitas) H1 ∶ 𝛾 ≠ 0 (heteroskedastisitas) Jika nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H0 diterima yang berarti tidak terdpat gejala heteroskedastisitas pada model. Jika nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang digunakan,
maka
hipotesis
H0
ditolak
yang
berarti
terdapat
gejala
heteroskedastisitas pada model. Solusi dari masalah ini adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error term dengan varian yang konstan. 4. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel yang ada pada model. Multikolinearitas menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Multikolinearitas dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain; 1) Kesalahan teoritis dalam pembentukan model fungsi regresi yang digunakan, 2) Terlampau kecilnya jumlah pengamatan yang akan dianalisis dalam model. Gujarati (1993) mengemukakan tanda-tanda adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut : a. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan. b. R-squared-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak bahkan tidak ada yang nyata. c. Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (r𝑖𝑗 tinggi) d. R2 < r𝑖𝑗 menunjukkan adanya masalah multikolinearitas.
41
Solusi untuk mengatasi masalah multikolinieritas menurut Gujarati (1993) adalah sebagai berikut : a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya. b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu. c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi. d. Mentransformasikan data. e. Mendapatkan tambahan data baru.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur secara geografis terletak di antara 6 021-7025 Lintang Selatan dan 106042 – 107025 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut: 1. sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, 2. sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, 3. sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia, 4. sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Cianjur memiliki luas 350.148 Ha yang secara administratif pemerintahan terdiri dari 30 Kecamatan, 342 Desa, dan 6 Kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Cianjur dibagi ke dalam 3 wilayah, yaitu: 1. Cianjur Bagian Utara, terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian 2.962 meter dengan kombinasi pegunungan, perkebunan dan pesawahan. 2. Cianjur Bagian Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil. 3. Cianjur Bagian Selatan, merupakan dataran rendah yang diselingi bukit-bukit dan pegunungan yang melebar sampai dengan Samudra Indonesia Visi Kabupaten Cianjur adalah “Cianjur Lebih Sejahtera dan Berakhlakul Karimah”, yang diikuti oleh beberapa misi, antara lain: 1. Meningkatkan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Pendidikan yang Bermutu. 2. Meningkatkan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu.
43
3. Meningkatkan Dayabeli Masyarakat. 4. Memantapkan Pelasanaan Reformasi Birokrasi. 5. Aktualisasi Nilai-nilai Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 mencapai 2.168.514 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,09 persen. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cianjur, masing-masing sebanyak 170.224 jiwa dan 140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya diatas 100.000 jiwa antara lain; Kecamatan Cibeber, Kecamatan Warungkondang, dan Kecamatan Karangtengah. Sedangkan, Kecamatan yang jumlah penduduknya terendah adalah Kecamatan Cikandu dengan jumlah penduduk 36.212 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur mencapai 123 jiwa per km dengan sex rasio 106,93. Beberapa kecamatan memiliki kepadatan penduduk di antara 3.000 sampai 6.000 penduduk per km2.. Kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan yang tinggi tersebut mayoritas berada di Cianjur bagian utara antara lain; Kecamatan Cianjur, Kecamatan Karangtengah, dan Kecamatan Cilaku. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah kecamatan Naringgul, yaitu sebanyak 92 sampai 159 jiwa per km2 (BPS Kabupaten Cianjur, 2010). Perbedaan ini sangat menunjukkan ketimpangan kepadatan penduduk antara Cianjur bagian Utara, Tengah, dan Selatan. Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun antara 1.000 sampai 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari per tahun. Kondisi iklim tersebut menjadikan kekayaan alam Kabupaten Cianjur subur dan
44
mengandung keanekaragaman kekayaan sumberdaya alam yang potensial. Dari total luas wilayah sebesar 350.148 Ha, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71%) berupa hutan produktif dan konservasi, 58.101 Ha (16,59%) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76%) berupa lahan pertanian kering tegalan 57.735 Ha (16,49%) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,1%) berupa tanah dan penggembalaan/pekarangan, 1.239 Ha (0,035%) berupa tambak/kolam, 25.261 Ha (7,2%) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6,42%) berupa penggunaan lain-lain. Kabupaten Cianjur mempunyai lima fokus pembangunan unggulan yang diharapkan mampu memacu pertumbuhan perekonomian wilayah, penetapan keenam sektor unggulan tersebut dilakukan dengan melihat kontribusi sektorsektor tersebut saat ini dan potensi serta peluang pengembangan yang dimiliki. Fokus pembangunan perekonomian Kabupaten Cianjur, antara lain: 1.
Agribisnis,
2.
Pariwisata,
3.
Kerajinan Rumah Tangga,
4.
Industri Manufaktur, dan
5.
Perdagangan dan Jasa.
4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur mempunyai objek dan daya tarik pariwisata yang tersebar di berbagai wilayah. Potensi-potensi ini dibagi kedalam tiga bagian berdasarkan lokasinya, yaitu (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah, 2008):
45
1. Satuan Kawasan Pengembangan I (SKPP I), merupakan wilayah bagian utara Kabupaten Cianjur yang meliputi kawasan Puncak-Cipanas. 2. Satuan Kawasan Pengembangan II (SKPP II), meliputi bagian tengah Kabupaten Cianjur. 3. Satuan Kawasan Pengembangan III (SKPP III), meliputi bagian selatan Kabupaten Cianjur. Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Cianjur, daya tarik wisata menurut sumberdayanya dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan. Berikut ini adalah objek dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Cianjur: 4.2.1. Daya Tarik Wisata Alam 1. Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) Taman Nasional Gede Pangrango terletak di Kecamatan Cipanas dengan jarak 17 km dari Kota Cianjur dan 103 km dari ibukota Jakarta. Pengelolaannya berada di bawah naungan PHPA dan Kementerian Kehutanan. Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang memiliki keragaman flora, seperti bunga edelweiss dan fauna. Atraksi wisata lain yang menarik untuk dikunjungi adalah air terjun, kawah-kawah yang aktif dan beberapa puncak gunung yang digemari oleh para pendaki. TNGP memiliki luas 15,96 Ha dengan ketinggian Gunung Gede 2.958 mdpl dan Gunung Pangrango 3.019 mdpl. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan antara lain pendakian gunung dan berkemah. Untuk kegiatan hiking, mendaki sudah tersedia jalur lintas daki.
46
Aktivitas pendakian dapat dikategorikan sebagai aktivitas minat khusus dengan jalur-jalur pendakian yang cukup sulit dan dapat dijangkau melalui tiga pintu masuk yang terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. 2. Bumi Perkemahan Mandala Wangi Lokasi Bumi Perkemahan Mandalah Wangi terletak di kawasan administrasi Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas. Bumi perkemahan ini dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur. Bumi Perkemahan Mandala Wangi berada di kawasan Wana Wisata milik Perum Perhutani. Daya tarik wisata utamanya adalah area perkemahan seluas ± 10 Ha dengan iklim sejuk, pemandangan pegunungan Gunung Gede Parango dalam lingkungan ekosistem hutan pinus, kayu putih dan damar. Dengan kontur lahan yang berbukit-bukit dan suasana alam yang teduh menjadikan bumi perkemahan ini menarik. Atraksi wisata berupa danau dan pemandian alam menambah nilai daya tarik wisata alam di kawasan ini. 3. Bumi Perkemahan Mandala Kitri. Objek daya tarik wisata Bumi Perkemahan Mandala Kitri terletak di Rarahan, Kecamatan Pacet. Bumi perkemahan ini dikelola oleh Yayasan Pramuka Kwartir Cabang Cianjur. Bumi Perkemahan Mandala Kitri merupakan tempat perkemahan yang diperuntukkan untuk anak-anak dan biasanya diisi oleh para pramuka dan pelajar. Dengan areal seluas 5 Ha, bumi perkemahan ini mampu menampung sekitar 1000 orang. Daya tarik wisata yang terdapat disini adalah bentukan lahan yang mayoritas datar dengan tanaman pepohonan pinus, kayu putih, dan damar.
47
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan selain berkemah adalah jungle survival yaitu kegiatan pengujian fisik dan mental dengan area khusus yang tidak terlalu luas, wall climbing yaitu kegiatan mendaki dengan alat bantu dinding yang menyerupai dinding batuan yang terdapat di dekat pintu masuk dan aktivitas outbond yang dimanfaatkan untuk latihan kepemimipinan dan kerjasama kelompok. 4. Kebun Raya Cibodas Kebun Raya Cibodas terletak di Kaki Gunung Gede Pangrango, tepatnya di Cibodas, Rarahan, Desa Cimacan, Kecamatan Cipanas dengan jarak 17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaannya berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kebun Raya Cibodas merupakan kawasan konservasi alam/cagar alam dengan luas 125 Ha. Koleksi pepohonan langka dan spesies, serta fauna kera dan babi hutan. Daya tarik wisata lainnya adalah Air Terjun Cibodas, rumah kaca dengan koleksi kaktus (350 spesies), anggrek (360 spesies), dan tanaman langka yang beraneka ragam, serta taman air mancur. Kebun raya yang terletak pada ketinggian 150 mdpl ini memiliki iklim yang sejuk dan lingkungan alam yang bersih serta tertata. 5. Calincing – Waduk Cirata. Objek wisata Calincing – Waduk Cirata terletak di Desa Sindangjaya Kecamatan Ciranjang. Berjarak ±20 km dari pusat kota Cianjur. Pengelolaan Calincing – Waduk Cirata berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk Cirata, bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Kegiatan wisata di danau ini
48
terbatas pada berperahu melayari danau, membeli ikan, dan memancing. Kegiatan lain yang biasa dimanfaatkan sebagai kegiatan wisata potensial adalah berperahu mengunjungi area-area jaring terapung. Sebagai objek wisata alam, Danau Waduk Cilincing belum tertata sebagai tempat wisata. Kondisi danau yang dipenuhi oleh jaring apung dan tempat tinggal nelayan yang terapung di atas air menyebabkan perairan danau sebagai daya tarik utama tertutup peralatan dan bangunan sementara yang kurang sedap dipandang mata. Secara umum, kualitas lingkungan alam di kawasan tersebut sangat rendah karena jumlah dan tata letak fasilitas yang tidak teratur dan pemanfaatan sumberdaya
air
untuk
budidaya
ikan
yang
berlebihan
menyebabkan daya tariknya menurun. 6. Jangari – Waduk Cirata. Objek wisata Jangari – Danau Cirata terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande. Berjarak ±17 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaan kawasan wisata ini berada di bawah naungan Badan Pengelola Waduk Cirata, bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Peternakan serta Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. Danau Cirata – Waduk Jangari merupakan danau buatan yang terbentuk dari bendungan Sungai Citarum. Objek wisata ini merupakan daya tarik utama yang sama dengan objek wisata Danau Cilincing yaitu berupa danau/waduk yang dimanfaatkan sebagai tempat pembudidayaan ikan yang menggunakan jaring apung. Kondisi objek wisata ini terlihat kurang tertata sebagai tempat berwisata karena permukaan danau dipenuhi oleh jaring-jaring terapung dan tempat
49
tinggal nelayan. Secara umum, kualitas lingkungan alam di kawasan tersebut sangat rendah karena jumlah dan tata letak fasilitas yang tidak teratur dan pemanfaatan sumberdaya air untuk budidaya ikan yang berlebihan. 7. Pantai APRA Pantai ini terletak di Desa Seganten, Kecamatan Sindangbarang dengan jarak tempuh ±110 km dari pusat Kota Cianjur. Pemberian nama APRA di pantai ini didasarkan karena dulu pada masa revolusi pantai ini merupakan tempat pendaratan pasukan Belanda, yaitu pasukan APRA. Objek wisata ini berada pada rangkaian wisata pantai selatan bagian tengah yang meliputi Pantai APRA – Pantai Sereg – Pantai Karangtopong. Pantai APRA yang berada pada muara Sungai Cisadea yang membentuk laguna, memiliki daya tarik berupa pantai yang masih alami berpotensi dikembangkan sebagai atraksi wisata bahari. Objek wisata ini memiliki luas ±4 Ha, memiliki hamparan pantai yang luas dengan panjang pantai ±2 km dan lebar 50-100 m, berpasir abu-abu kecoklatan dan bertekstur halus. Kondisi perairan yang mempunyai kekayaan biota laut dengan ketinggian gelombang 13 m dengan karakteristik umum sebagai kawasan pantai. Daerah belakang pantai yang masih alami dengan dominasi kelapa dan semak, material tanah berpasir serta tingkat pencemaran yang rendah dan visibilitas bebas serta kualitas bentang alam yang cukup mempesona. 8. Pantai Ciwidig, Pantai Batukukumbung, Pantai Jayanti dan Hutan Cagar Alam Jayanti-Bojonglarang. Ketiga pantai ini berada dalam rangkaian kawasan wisata pantai selatan bagian barat yang terletak dalam wilayah Kecamatan Cidaun yang berjarak
50
±130km dari pusat Kota Cianjur. Dari ketiga rangkaian wisata pantai ini, Pantai Jayanti lebih berkembang dibandingkan kedua pantai lainnya. Daya tarik wisata pada kegiatan ini memiliki karakteristik iklim dan topografi yang sama yaitu pantai yang landai dan berpasir coklat abu-abu halus, memiliki lebar ±50-100 m dan daerah belakang pantai yang didominasi oleh perkebunan kelapa dan semak, serta daya pandang yang bebas. Perbedaannya, pada Pantai Jayanti terdapat daya tarik wisata Cagar Alam Bojong Lorong yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dan teluk yang dijadikan sebagai pelabuhan nelayan atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan Pelelangan Ikan (PPI). Sementara itu, di Pantai Baku Kukumbung terdapat situs sejarah berupa bekas telapak kaki manusia tempo dulu pada batu karang besar dan seperangkat meja dan kursi terbuat dari batu karang peninggalan jaman dahulu. 9. Sumber Air Panas Sukasirna Sumber air panas Sukasirna merupakan objek wisata potensial yang belum dikembangkan. Terletak di Desa Sukasirna Kecamatan Agrabinta dengan jarak ±169 km dari pusat Kota Cianjur. Dengan mengutamakan sumber air panas sebagi daya tarik wisata, objek ini menjadi satu-satunya daya tarik wisata di Kabupaten Cianjur yang menawarkan sumber air panas dengan lingkungan ekosistem yang masih alami. 10. Agrowisata Perkebunan Teh Gedeh Perkebunan Teh Gedeh terletak di Kecamatan Cugenang dan berjarak ±10 km dari pusat Kota Cianjur. Pengelolaan dan kepemilikan berada di bawah PTP Nusantara VIII. Dayatarik wisata utama adalah perkebunan teh dengan
51
luas 910,95 Ha. Selain itu atraksi wisata lain yang dapat dinikmati wisatawan adalah proses pemetikan dan pembuatan teh, serta pemandangan alam perkebunan serta iklim yang sejuk. 11. Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro Curug Citambur dan Rawa Leuwi Soro terletak dalam kawasan wana wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Cianjur, yaitu di Desa Karangjaya Kecamatan Pagelaran yang berjarak ±85 km dari pusat Kota Cianjur. Daya Tarik Utama di kawasan wisata ini adalah air terjun yang cukup deras dengan ketinggian 40 m serta lingkungan/ekosistem rawa. Daya tarik lainnya adalah legenda mengenai pohon kiara dan rawa leuwi sowo; dikatakan pohon dan rawa tersebut merupakan tempat bersemayam roh-roh karuhun dan cerita legenda tersebut masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Atraksi wisata yang terdapat di Curug Citambur ini adalah lahan untuk berkemah dengan kapasitas 5-10 tenda.
4.2.2. Daya Tarik Wisata Budaya 1. Istana Cipanas. Istana Cipanas merupakan Istana Kepresidenan, terletak di kaki Gunung Gede, Kecamatan Cipanas. Luas areal komplek istana ini lebih kurang 26 Ha, dengan 7.760 m2 digunakan untuk bangunan. Sisanya dipenuhi dengan tanaman dan kebun tanaman hias yang asri, kebun sayur, dan tanaman lain yang ditata seperti hutan kecil. Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliu Yudistira, Paviliun Bima, dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara
52
bertahap pada tahun 1916. Di bagian belakang terdapat Gedung Bentol yang dibangun pada 1954. Terakhir, dua bangunan terbaru yang dibangun pada tahun 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa. Setiap ruangan di Istana ini dilengkapi dengan perabot yang terbuat dari kayu. Selain itu, tersimpan berbagai koleksi ukiran Jepara dan lukisan dari maestro seni lukis Indonesia seperti Basuki Abdullah, Dullah Sujoyono, dan Lee Man Fong. 2. Situs Megalith Gunung Padang Situs Gunung Padang merupakan peninggalan sejarah yang terletak di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka. Berjarak ±50 km dari Pusat Kota Cianjur. Daya tarik utama dari Situs Gunung Padang ini adalah peninggalan megalitik berbentuk punden berundak berupa bangunan seluas 900 m2 dengan luas lahan sekitar 3 Ha. Punden berundak Gunung Padang dibangun dengan batuan jenis vulkanik berbentuk persegi panjang. Kondisi Punden berundak pada saat ini sudah tidak utuh, hanya menyisakan kerangka suatu bangunan yang terpecah menjadi kepingan batuan yang berserakan hampir menutupi puncak bukit Gunung Padang. Punden berundak ini memiliki nilai daya tarik arkeologis, historis, dan geologis. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa Situs Gunung Padang merupakan istana yang dibangun Prabu Siliwangi dalam semalam, namun tidak berhasil dilaksanakan sehingga balok-balok bebatuan dibiarkan berserakan.
53
3. Wisata Ziarah Makam Dalam Cikundul Makam Dalem Cikundulk yang memiliki luas sebesar 2,5 Ha terletak di Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon atau ±22 km dari pusat Kota Cianjur dan dikelola oleh Yayasan Wargi Cikundul. Daya tarik utama adalah makam Sembah Dalem Cikundul yang dikenal gelar Raden Aria Wira Tanu yang merupakan pendiri Cianjur. Nilai sejarah yang terkandung pada makam ini berkaitan dengan pendirian Cianjur pada abad XVII dengan pusat kepemerintahan di Cikundul, sehingga menambah daya tarik wisata tersendiri. Daya tarik lainnya adalah Upacara Tawasul setiap malam Jumat. 3. Kesenian dan Upacara Adat Cianjur Kabupaten Cianjur memiliki kesenian tradisional yang bervariasi. Pemeliharaan dan pengembangan seni tari, seni musik, seni vokal, seni beladiri, serta upacara-upacara yang berkaitan dengan adat-istiadat Cianjur berada dibawah pembinaan Dewan Kesenian Cianjur dan sanggar-sanggar budaya. Kesenian daerah yang merupakan ciri khas Kabupaten Cianjur antara lain; tari Goong Rentang, Pencak Silat, Mamaos, dan Upacara adat helaran. 4. Kerajinan Cianjur Kerajinan Cianjur sudah cukup dikenal oleh wisatawan. Daya tarik wisata kerajinan ini cukup potensial bila dikembangkan dan dikemas dengan lebih menarik. Kerajinan yang terdapat di Cianjur adalah sebagai berikut: - Kerajinan Sangkar Burung - Kerajinan Bambu -
Kerajinan Lampu Gentur
-
Makanan Khas Cianjur (Tauco dan Manisan buah-buahan)
54
-
Beras Cianjur.
-
Ayam Pelung.
4.2.3. Daya Tarik Wisata Buatan 1. Taman Bunga Nusantara Taman Bunga Nusantara merupakan salah satu objek pariwisata yang menjadi unggulan Kabupaten Cianjur. Objek wisata ini berjarak 100 km dari Jakarta, atau 90 km dari Bandung. Koleksi bunga yang terdapat di Taman Bunga mencapai 300 variates bunga dari seluruh dunia. Taman yang terbentang diatas lahan seluas 45 Ha terletak di sisi jalur menuju Puncak, tepatnya di Desa Kawung Luwuk, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Disini terdapat 10 taman dengan tema-tema yang terdiri dari aneka jenis bunga yang ditata dengan sangat harmonis. Taman-taman tersebut terlihat asri dan tradisional yang meliputi Taman Prancis, Taman Mediterania, Taman Jepang, Taman Bali, Taman Amerika, dan taman dengan spesifikasi jenis bunga seperti taman air, taman mawar, taman palem, dan taman labyrint. Tumbuh-tumbuhan yang berasal dari mancanegara mendominasi kesepuluh taman tersebut. Atraksi wisata lain yang terdapat di Taman Bunga Nusantara, antara lain; rumah kaca, mini teater raflesia yang merupakan wahana informasi mengenai Taman Bunga Nusantara secara lengkap melalui audio visual, area piknik berdaya tampung 1.000-3.500 orang, danau angsa putih, serta wahana bermain anak-anak.
55
2. Taman Rekreasi Kota Bunga Kota Bunga terletak di Kecamatan Pacet, tidak berjauhan dengan lokasi Taman Bunga Nusantara. Taman ini dikelola oleh Developer Perumahan Real estate Kota Bunga yang pada awalnya merupakan kawasan rekreasi yang diperuntukkan bagi para penghuni perumahan real estate Kota Bunga. Daya tarik wisata yang dimiliki mampu memenuhi kebutuhan rekreasi keluarga, sehingga mampu menarik pengunjung dari luar Kabupaten Cianjur untuk berkunjung.
4.3. Perkembangan Jumlah Wisatawan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah unggulan destinasi pariwisata di Jawa Barat dengan dibuktikan oleh prestasi sebagai salah satu dari 10 Kabupaten/Kota Terfavorit se-Indonesia pada ajang Indonesia Tourism Award di tahun 2010. Namun secara faktual, daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Cianjur menurun. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur. Tabel 4.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten Cianjur Tahun Jumlah Wisatawan (Orang) 2006 2.862.325 2007 1.761.730 2008 1.175.071 2009 2.150.778 2010 748.661 2011 813.769 Sumber: Dinas Budaya dan Pariwisata dan BPS Kabupaten Cianjur, beberapa tahun
56
Tabel diatas menunjukkan penurunan jumlah wisatawan yang sangat signifikan dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Pada tahun 2006, wisatawan yang berkunjung mencapai 2.862.325 wisatawan. Namun, jumlah tersebut berkurang sangat signifikan pada tahun 2011 dengan jumlah wisatawan yang datang ke Objek Wisata di Kabupaten Cianjur hanya berjumlah 813.769 wisatawan.
4.4. Akomodasi Pariwisata Kabupaten Cianjur Akomodasi pariwisata tidak dapat dipisahkan dari aktivitas wisata. Akomodasi pariwisata merupakan salah satu faktor penarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu objek wisata. Hotel, restoran, penginapan, kafe, dan sarana pendukung lainnya yang terdapat di kawasan wisata merupakan bagian dari industri pariwisata. Tabel 4.2. Akomodasi Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 No Jenis Akomodasi Jumlah (Unit) 1. Hotel Bintang 15 2. Hotel Melati/Non-Bintang 65 3. Pondok Wisata 90 4. Pondok Remaja 1 5. Rumah Makan 215 6. Cafetaria 17 7. Toko Manisan 64 8. Villa Estate 57 9. Villa Non-Estate 8.123 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2011
Sejak tahun 2008, data statistik hotel menunjukkan jumlah wisatawan yang menginap di hotel yang terdapat di Kabupaten Cianjur terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel pada tahun 2010 tercatat 864.789 orang. Jumlah ini meningkat cukup signifikan dari tahun
57
sebelumnya dengan jumlah 683.503. Rata-rata masa tinggal wisatawan berkisar 1,34 hingga 1,51 hari. Tabel 4.3. Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap di Kabupaten Cianjur Tahun 2008-2010 Tahun Jumlah Tamu Menginap (Orang) Rata-rata Tamu Menginap (Hari) 2008 500.773 1,34 2009 684.491 1,29 2010 867.979 1,51 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
58
Gambar 4.1 Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur
V. PEMBAHASAN
5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2006-2010 Indikator
2006
2007
2008
2009
2010
Persentase Jalan Beraspal Kualitas Baik Indeks Pendidikan
Kab. Cianjur
62,61
62,65
75,73
38,37
22,72
Kab. Bogor
46,29
55,69
47,99
74,42
79,44
Kab. Cianjur Kab. Bogor
0,792 0,785
0,804 0,782
0,804 0,784
0,802 0,796
0,804 0,811
Rata-rata Lama Tinggal wisatawan (hari) Tourism Impact Index
Kab. Cianjur
1,37
1,42
1,34
1,29
1,51
Kab. Bogor
1,39
1,51
1,38
1,23
1,37
Kab. Cianjur Kab. Bogor
0,00042 0,00087
Indikator Keterbukaan
Kab. Cianjur Kab. Bogor
0,0029 0,0191
Purchasing Power Parity (ribu rupiah)
Kab. Cianjur
-
Kab. Bogor
-
0,00039 0,00039 0,00039 0,00037 0,00087 0,00101 0,00113 0,0013 0,0052 0,0172
0,0049 0,0273
0,006 0,0116
0,0037 0,0158
-
612,1
613,26
614,83
-
627,74
628,34
629,62
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur (diolah)
1. Indikator Perkembangan Infrastruktur Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata. Infrastruktur merupakan variabel penting bagi industri pariwisata karena infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang. Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat
60
meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini. Pertumbuhan jalan yang berkualitas baik di Kabupaten Cianjur dari tahun 2006 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2006, jalan beraspal yang memiliki kualitas baik di Kabupaten Cianjur memiliki panjang 545,78 km atau 62,61 persen dari total panjang jalan beraspal. Hingga tahun 2008, kualitas jalan yang baik mengalami peningkatan menjadi 683,79 km atau tumbuh sebesar 13,12 persen dari tahun 2006. Perbaikan kualitas jalan ini merupakan salah satu respon pemerintah daerah Kabupaten Cianjur terhadap beroperasinya jalan tol Cipularang. Menurut Suherlan (2008), dampak dari beroperasinya tol Cipularang terhadap sektor pariwisata Kabupaten Cianjur menyebabkan melambatnya pertumbuhan usahausaha pariwisata secara keseluruhan, terutama sektor restoran. Hal ini dikarenakan berkurangnya intensitas pergerakan yang melewati jalur Cianjur. Sehingga perbaikan jalan dilakukan untuk menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung atau sekedar melewati kawasan Cianjur. Namun, kualitas jalan beraspal mulai mengalami degradasi kualitas yang sangat signifikan sejak tahun 2009. Jalan yang berkualitas baik mengalami penurunan menjadi 343,69 km. Bahkan pertumbuhan kualitas jalan yang negatif masih berlanjut hingga tahun 2010. Kualitas jalan baik hanya tersisa sepanjang 263,29 km atau hanya 22,72 persen dari total jalan beraspal yang ada di Kabupaten Cianjur. Lebih parahnya lagi, salah satu jalur jalan yang rusak merupakan jalan utama menuju tempat wisata unggulan Kabupaten Cianjur, yaitu Kota Bunga dan Taman Bunga Nusantara.
61
Tabel 5.1 juga menunjukkan kualitas jalan yang ada di Kabupaten Bogor. Kondisi kualitas jalan di Kabupaten Bogor mengalami hal yang berbalik dengan apa yang terjadi di Kabupaten Cianjur. Dari tahun 2006 hingga 2010, pertumbuhan kualitas jalan mengalami pertumbuhan yang positif. Panjang jalan yang berkualitas baik pada tahun 2006 adalah 734,83 km atau 46,29 persen dari total panjang jalan. Kemudian meningkat menjadi 1.282,30 km atau 79,44 persen pada tahun 2010. Indikator ini memperlihatkan bahwa dayasaing infrastruktur Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Infrastruktur yang baik tentunya meningkatkan nilai aksesibilitas ke tempat wisata. Kualitas jalan yang buruk
dapat menurunkan minat wisatawan untuk datang ke objek wisata di
Kabupaten Cianjur. Wisatawan akan lebih memilih untuk berwisata ke objek wisata yang berada di Kabupaten Bogor karena akses ke tempat wisata lebih nyaman untuk dilalui. 2. Indikator Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam segala aspek sosial. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia di suatu daerah maka berbanding lurus dengan hasil dari aktivitas yang dikerjakan. Proksi yang digunakan dalam indikator ini adalah indeks pendidikan. Indikator ini dihitung dengan menggunakan dua variabel yaitu Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah. Dapat dilihat pada tabel 5.1, kualitas pendidikan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor hampir berimbang. Sejak tahun 2007 hingga tahun 2010, indeks pendidikan Kabupaten Cianjur menunjukkan nilai yang konstan di kisaran 0,802
62
hingga 0,804. Pertumbuhan angka melek huruf Kabupaten Cianjur periode 20062010 konstan di kisaran 97-98 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angka melek huruf di Kabupaten Bogor dengan persentase antara 94-95 persen. Sedangkan apabila dilihat dari faktor rata-rata lama sekolah, pertumbuhan Kabupaten Bogor lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Cianjur. Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Cianjur di periode 2006 hingga 2010 sangat rendah, yaitu 6,77 tahun. 3. Indikator Sosial Kenyamanan dan keamanan daerah tempat wisata menjadi salah satu faktor penting dalam industri pariwisata.Wisatawan akan lebih menikmati rekreasi di tempat yang memiliki kenyamanan dan keamanan yang tinggi. Lama rata-rata masa tinggal wisatawan dijadikan proxy untuk menunjukkan kenyamanan dan keamanan suatu daerah tujuan wisata. Dapat diasumsikan bahwa semakin lama wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata maka daerah tersebut semakin nyaman dan aman untuk didatangi. Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan rata-rata lama tinggal wisatawan di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor cenderung berfluktuatif dan juga lamanya tidak lebih dari dua hari. Rata-rata masa tinggal wisatawan di kedua Kabupaten tersebut adalah antara 1,23 hari hingga 1,51 hari. Hal ini menunjukkan bahwa daerah wisata di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor memiliki nilai kenyamanan dan keamanan yang relatif sama bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Cianjur mayoritas berasal dari wilayah Jabodetabek, sehinggga setelah puas berekreasi di objek wisata yang dikunjungi, wisatawan cenderung langsung pulang tanpa
63
tinggal terlebih dahulu di kawasan wisata. Selain itu, hotel-hotel dan tempat akomodasi lainnya yang ada di Kabupaten Cianjur lebih banyak digunakan untuk kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) yang biasanya hanya menghabiskan waktu kurang dari dua hari (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2012). 4. Indikator Lingkungan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten Cianjur didominasi oleh objek wisata alam. Kualitas lingkungan tentunya merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada. Indikator ini menunjukkan hubungan antara kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Indikator yang digunakan adalah kepadatan penduduk dan kualitas udara. Tabel 5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2009 dan 2011 Baku Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor Mutu Tahun 2009 2011 2009 2011 Kepadatan Penduduk 2 (orang/km ) 628,41 619,32 1.945,02 1.887,93 30.000 Kadar CO (Mg/Nm3) 1.260 1.680 780,5 779,9 3) 230 Kadar Debu (Mg/m 109,5 180 223,67 357,44 Tingkat Kebisingan (dBA) 70 62-81 63-80 67,32-84 73,14-86 Rata-rata Temperatur Udara (0C) 23,0 26,0 33,6 34,8 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor, 2009 dan 2011
Kualitas lingkungan merupakan faktor penting bagi industri pariwisata. Kualitas lingkungan dan jumlah wisatawan memiliki hubungan yang menarik. Semakin baik kualitas lingkungan yang dimiliki oleh suatu kawasan wisata, maka wisatawan akan semakin tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Namun kualitas lingkungan suatu daerah bisa semakin menurun oleh aktivitas manusia,
64
artinya semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka kualitas lingkungan suatu kawasan wisata dapat mengalami degradasi. Pada tahun 2011, kepadatan penduduk di Kabupaten Cianjur mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang awalnya 628,41 orang/km2 menjadi 619,32 orang/km2. Penurunan kepadatan penduduk juga terjadi di Kabupaten Bogor yang sebelumnya 1.945,02 orang/km2 menjadi 1.887,93 orang/km2. Seharusnya, penurunan tersebut membuat daerah tujuan wisata menjadi lebih nyaman dikunjungi karena kepadatan berkurang. Namun, penurunan kepadatan penduduk di kedua Kabupaten ternyata dikarenakan oleh banyaknya penghitungan ganda yang terjadi dalam sensus penduduk sebelumnya, sehingga tidak dapat dipastikan bahwa penurunan kepadatan penduduk yang terjadi membuat tempat wisata menjadi semakin nyaman. Dalam rentang waktu dari 2009 hingga 2011, hampir seluruh indikator lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar nilai. Kadar karbonmonoksida (CO) mengalami kenaikan dari sebelumnya 1.260 Mg/m3 menjadi 1.680 Mg/m3. Rata-rata temperatur udara naik dari 230C menjadi 260C. Peningkatan paling signifikan terjadi pada kadar debu yang mengalami peningkatan dari 109,5 Mg/m3 menjadi 180 Mg/m3. Hanya tingkat kebisingan yang nilainya konstan yang dari sekitar 62-81 dBA menjadi 63-80 dBA. Apabila dibandingkan dengan indikator lingkungan Kabupaten Bogor, maka kualitas lingkungan di Kabupaten Cianjur lebih baik karena kadar nilai seluruh indikator lingkungan yang terdapat di Kabupaten Cianjur tidak ada yang melebihi batas baku mutu. Sedangkan indikator lingkungan di Kabupaten Bogor
65
menunjukkan adanya indikator yang melebihi batas baku mutu, yaitu kadar debu dan tingkat kebisingan. 5. Indikator Pengaruh Pariwisata Indikator Pengaruh Pariwisata digunakan untuk melihat sejauhmana kontribusi industri pariwisata terhadap perekonomian. Proksi yang digunakan adalah Tourism Impact Index. Perkembangan
Indikator
Pengaruh
Pariwisata
Kabupaten
Cianjur
menunjukkan tren yang berfluktuatif namun cenderung menurun. Pertumbuhan positif hanya ditunjukkan pada tahun 2008, sedangkan tahun-tahun lainnya cenderung mengalami pertumbuhan yang negatif. Dalam perkembangannya selama kurun waktu dari 2006 hingga 2010, nilai Tourism Impact Index turun dari 0,000424 menjadi 0,000371. Namun, apabila dilihat dari pertumbuhan nilainya, PAD sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006 hingga tahun 2010 sebesar 7,22 persen. Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Tourism Impact Index Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan nilai TII Kabupaten Bogor. Nilai TII Kabupaten Bogor hampir selalu dua kali lebih besar dan juga pertumbuhannya dari tahun ke tahun selalu menunjukkan nilai yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi sektor pariwisata Kabupaten Cianjur terhadap perekonomian daerah masih cukup rendah dan kurang optimal. 6. Indikator Keterbukaan Keterbukaan merupakan faktor penting dalam industri pariwisata. Semakin tinggi tingkat keterbukaan suatu kawasan pariwisata, maka semakin mudah
66
informasi yang didapat mengenai tempat wisata yang ada di daerah tersebut dan juga semakin mudah pula akses ke tempat wisata yang dituju, yang implikasinya akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Proksi yang digunakan untuk melihat tingkat keterbukaan destinasi wisata dalam penelitian ini adalah jumlah tamu mancanegara yang menginap di hotel berbintang dan non-bintang. Pertumbuhan nilai
Indikator
Keterbukaan
di
Kabupaten Cianjur
menunjukkan nilai yang berfluktuatif, namun perubahan nilainya tidak terlalu signifikan. Nilai terendah ditunjukkan pada tahun 2006 dengan nilai 0,0029, sedangkan nilai tertinggi adalah 0,0060 pada tahun 2009. Apabila dilihat jumlahnya, wisatawan mancanegara yang menginap di hotel yang terdapat di Kawasan Cianjur cukup mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga 2010. Dapat dilihat pula bahwa penurunan nilai Indikator Keterbukaan pada tahun 2010 bukan hanya dikarenakan menurunnya jumlah tamu mancanegara yang menginap, namun lebih dikarenakan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke hotel yang ada di Kabupaten Cianjur. Tabel 5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke akomodasi Hotel di Kabupaten Cianjur periode 2006-2010 (orang) Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Nusantara 388.372 512.221 498.353 572.984 864.789 Mancanegara 1.113 2.658 2.420 3.420 3.190 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
Keterbukaan pariwisata Kabupaten Bogor lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Cianjur, hal ini dibuktikan oleh nilai Indikator Keterbukaan Kabupaten Bogor yang lebih tinggi dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2008, pada saat nilai keterbukaan Kabupaten Cianjur cenderung konstan, nilai keterbukaan
67
Kabupaten Bogor malah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi hingga nilainya mencapai 0,0273. 7. Indikator Dayasaing Tingkat Harga Indikator ini digunakan untuk melihat bagaimana persaingan harga yang terjadi di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Proksi yang digunakan adalah Purchasing Power Parity (PPP) atau kemampuan dayabeli dan tarif hotel minimum pada hotel berbintang empat. Tabel 5.1 menunjukkan pertumbuhan Purchasing Power Parity Kabupaten Cianjur terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, artinya harga barang dan jasa untuk kebutuhan sehari-hari cenderung meningkat. Namun, kemampuan dayabeli di Kabupaten Cianjur masih lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan dayabeli Kabupaten Bogor, yang berarti harga barang dan jasa di Cianjur lebih rendah dibandingkan dengan harga di Kabupaten Bogor. Tingkat harga barang dan jasa yang lebih rendah di Kabupaten Cianjur seharusnya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan preferensi wisatawan agar datang berkunjung. Secara ekonomi, konsumen tentunya akan lebih memilih barang yang harganya lebih murah. Lebih lanjut, dilihat dari rata-rata tarif hotel berbintang per malam, Kabupaten Cianjur bertarif lebih murah dibandingkan tarif hotel di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, rata-rata tarif hotel berbintang di Kabupaten Cianjur adalah Rp. 551.667,00 per malam. Sedangkan, rata-rata tarif hotel di Kabupaten Bogor berada di kisaran Rp. 745.000,00 per malam. Tarif hotel yang lebih rendah di Kabupaten Cianjur merupakan potensi yang sangat baik untuk menarik
68
wisatawan untuk menginap di hotel-hotel yang ada di kawasan wisata Kabupaten Cianjur. Untuk melihat apakah perbedaan dayasaing pariwisata antara Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor signifikan maka dilakukan uji-t. Hasil uji-t dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Indikator t-value Probabilitas Perkembangan Infrastruktur -0,78 0,229 Sumberdaya Manusia 1,63 0,929 Pengaruh Pariwisata -7,8 0,000* Sosial 0,17 0,566 Keterbukaan -5,16 0,000* Dayasaing Tingkat Harga -15,70 0,000* Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5 persen
Hasil analisis uji-t memperlihatkan beberapa indikator dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Indikator Pengaruh Pariwisata dan Indikator Keterbukaan menunjukkan nilai yang signifikan, artinya posisi dayasaing indikator-indikator tersebut lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Berbeda dengan indikator lainnya Indikator Dayasaing Tingkat Harga memperlihatkan nilai yang signifikan, artinya posisi dayasaingya lebih baik karena harga barang dan jasa di Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan Kabupaten Bogor. Sedangkan, Indikator Perkembangan Infrastruktur, Indikator Sumberdaya Manusia, dan Indikator Sosial tidak signifkan yang artinya dayasaing indikator-indikator ini relatif sama atau lebih baik dibandingkan Kabupaten Bogor. Namun apabila dilihat perkembangannya, Indikator Perkembangan Infrastruktur nilainya cenderung menurun dari tahun ke tahun, bahkan selama dua tahun terakhir penurunan yang terjadi sangat signifikan.
69
Penurunan kualitas jalan dari tahun ke tahun ini menunjukkan dayasaing Indikator Perkembangan Infrastuktur yang menurun.
5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil estimasi model faktor-faktor yag memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan menggunakan software Minitab dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Variabel Koefisien Probabilitas VIF Konstanta 12,288 0,043 Jumlah Hotel 3,0994 0,002* 4,3 Jalan Beraspal Kualitas 0,5584 0,152*** 2,3 Baik Jumlah Restoran -1,766 0,228 3,4 Tingkat Hunian Hotel 0,05470 0,086** 1,9 Tingkat Pendidikan Tenaga 0,04364 0,050* 2,8 Kerja Pariwisata 14,68 0,005 F-Statistik 0,936 R-Squared 0,872 R-Squared (Adj) 2,31478 Durbin Watson Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%, **signifikan pada taraf nyata 10%, ***signifikan pada taraf nyata 15 %
Berdasarkan hasil dari tabel diatas, dugaan persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: LnPADPart = 12,288 + 3,0994LnJHott + 0,5584LnJKBt - 1,766LnJRest + 0,04364TPPart + 0,05470THHt
70
5.2.1. Identifikasi Model Setelah model persamaaan regresi didapat, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi model dengan melakukan pengujian terhadap model. Pengujian yang dilakukan adalah uji kriteria statistik dan uji kriteria ekonometrika. 5.2.1.1. Uji Kriteria Statistik Hasil estimasi
yang
dihasilkan dari
analisis
faktor-faktor
yang
memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur adalah nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 93,6 persen. Artinya, 93,6 persen keragaman variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata) dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independennya, yaitu Jumlah Hotel, Jumlah Restoran, Jalan Beraspal Kualitas Baik, Tingkat Hunian Hotel, dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata.
Sedangkan, sisanya sebesar 6,3 persen
keragaman yang tidak dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Nilai probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,005 yang menunjukkan variabel-variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya pada taraf nyata 5 persen. 5.2.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov yang terdapat di software Minitab. Hasil yang didapat dari uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat dari tabel yang menunjukkan bahwa pola sisaan terdistribusi secara normal.
71
Normal Probability Plot of the Residuals (response is PAD Pariwisata)
99
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0,0 Residual
0,1
0,2
0,3
0,4
2. Uji Heteroskedastisitas Hasil pengujian melalui grafik menunjukkan bahwa sebaran plot menyebar secara acak yang berarti unsur ragam yang digunakan adalah homogen sehingga tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model persamaan yang digunakan. Residuals Versus the Fitted Values (response is PAD Pariwisata)
0,2
Residual
0,1
0,0
-0,1
-0,2 22,5
23,0
23,5 Fitted Value
24,0
24,5
72
3. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada sisaan yang menyebar bebas pada model. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai DurbinWatson Statistik. Dari hasil estimasi, nilai Durbin-Watson Statistik yang diperoleh adalah 2,31478. Artinya, tidak terdapat autokorelasi karena nilai Durbin-Watson Statistik mendekati dua. 4. Uji Multikolinearitas Gejala multikolineritas dapat dilihat melalui faktor inflasi ragam (Variance Inflation Factor) atau VIF, yaitu pengukuran multikolinearitas untuk peubah bebas ke-i. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 dapat menunjukkan adanya multikolinearitas (Neter et al dalam Ulpah). Berdasarkan hasil estimasi pada model, nilai VIF variabel-variabel yang digunakan tidak ada yang melebihi 10. Artinya, tidak ada indikasi model regersi yang digunakan memiliki gejala multikolinearitas.
5.2.2. Estimasi Koefisien Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah hotel berpengaruh secara nyata terhadap PAD sektor Pariwisata. Hal ini dilihat dari uji-t statistik yang memperlihatkan bahwa jumlah hotel berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai koefisien regresinya adalah 3,0994, artinya setiap peningkatan jumlah hotel sebanyak 1 persen akan meningkatkan PAD Pariwisata sebanyak 3,0994 persen (ceteris paribus). Tingginya nilai koefisien dari variabel jumlah hotel menunjukkan bahwa elastisitas dari perubahan jumlah hotel terhadap pembentukan PAD Pariwisata cukup besar. Keberadaan hotel akan semakin
73
meningkatkan dayatarik objek wisata karena dengan adanya hotel sebagai salah satu elemen atraksi pariwisata akan meningkatkan kenyamanan dalam berwisata. Wisatawan akan lebih dapat menikmati berwisata dengan tersedianya akomodasi untuk bermalam. Jalan beraspal kualitas baik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 15 persen dengan koefisien positif sebesar 0,5584, artinya jika jalan beraspal kualitas baik bertambah sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PAD Pariwisata sebesar 0,5584 (ceteris paribus). Jalan berkualitas baik yang berpengaruh positif menunjukkan pentingya peran infrastruktur transportasi dalam industri pariwisata. Kualitas jalan merupakan salah satu bagian dari infrastruktur transportasi yang termasuk elemen aksesibilitas (Damanik dan Webber, 2006). Semakin baik kualitas jalan yang dimiliki destinasi wisata maka wisatawan akan semakin nyaman dan mudah dalam mengakses jalan ke objek wisata yang dituju. Jumlah restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Pariwisata, artinya pengaruh perubahan jumlah restoran terhadap PAD Pariwisata adalah 0. Hal ini diduga disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah restoran yang ada ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan daerah dari pajak restoran. Tingkat hunian hotel berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen dengan koefisien positif sebesar 0,05470, artinya jika tingkat hunian hotel bertambah sebesar 1 persen maka PAD Pariwisata akan meningkat sebesar 0,05470 persen (ceteris paribus). Tingkat hunian hotel dapat merepresentasikan kenyamanan akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur. Pelayanan yang semakin baik dari akomodasi hotel maka akan semakin meningkatkan preferensi wisatawan untuk menginap.
74
Tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap PAD Sektor Pariwisata. Nilai koefisien dari tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata adalah 0,04364, artinya setiap peningkatan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata sebanyak satu persen, maka akan meningkatkan PAD Sektor Pariwisata sebanyak 0,04364 persen. Semakin tinggi tingkat pendidikan tenaga kerja, maka diasumsikan bahwa tingkat pelayanan yang diberikan akan semakin baik sehingga meningkatkan tingkat kenyamanan berwisata yang implikasinya akan meningkatkan preferensi wisatawan untuk datang ke destinasi wisata.
5.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur. Sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan di Kabupaten Cianjur harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Pemerintah mempunyai visi untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai daerah tujuan wisata alam dan budaya andalan Jawa Barat. Saat ini, pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah merancang berbagai macam strategi dan kebijakan untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Strategi dan kebijakan tersebut telah dirancang dalam jangka menengah untuk periode tahun 2005 hingga 2015. Kebijakan-kebijakan tersebut dibagi ke dalam beberapa cakupan, antara lain (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2004); 1. Kebijakan Dasar Pengembangan Kepariwisataan. 2. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata. 3. Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Pariwisata 4. Kebijakan Pengembangan Pasar dan Pemasaran.
75
5. Kebijakan Pengembangan Hubungan antara Kelembagaan Terkait Pariwisata. Secara garis besar, kebijakan-kebijakan tersebut bisa dibagi kedalam beberapa kebijakan pokok, antara lain: 1. Meningkatkan pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya daerah. 2. Meningkatkan kualitas dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya Cianjur. 3. Memanfaatkan dan mendayagunakan kapasitas wilayah, alam, dan aktivitas masyarakat untuk kegiatan kepariwisataan. 4. Mewujudkan pengembangan pariwisata yang lebih merata pada setiap wilayah 5. Pengembangan Sumberdaya Manusia (SdM) di bidang kepariwisataan. 6. Melibatkan pelaku industri pariwisata dan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan. Visi pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Cianjur sebagai destinasi unggulan pariwisata Jawa Barat tampaknya masih membutuhkan waktu. Kebijakan-kebijakan yang sudah dilaksanakan masih belum bisa meningkatkan kinerja sektor pariwisata secara optimal. Hal ini terlihat dari perkembangan posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dilihat dari hasil analisis Competitiveness Monitor, yang cenderung menurun. Indikator-indikator
yang
nilai
dayasaingnya
menunjukkan
tren
pertumbuhan yang negatif antara lain infrastructure development indicator, openness indicator, dan human toursim indicator. Buruknya infrastruktur jalan tentunya bukan merupakan tanggung jawab langsung dinas pariwisata melainkan dinas pekerjaan umum. Namun, hal ini mengindikasikan bahwa masih kurang baiknya koordinasi antar dinas yang seharusnya menjadi salah satu fokus kebijakan. Disbudpar Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan komunikasi
76
ke dinas lain yang memiliki peranan penting terhadap sektor pariwisata Kabupaten Cianjur. Menurunnya openness indicator dan human tourism indicator tampaknya dikarenakan kurangnya promosi dan inovasi dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur. Sejak kebijakan dijalankan hampir tidak ada inovasi-inovasi baru dari objek wisata yang ada untuk bisa menarik wisatawan untuk datang. Berdasarkan hasil analisis, hanya environmental indicator yang nilai dayasaingnya lebih baik. Lebih lanjut, kebijakan yang masih belum optimal juga bisa dilihat dari terlalu berfokusnya pembangunan dayatarik wisata ke kawasan Puncak-Cipanas sedangkan objek wisata yang ada di kawasan Cianjur Selatan masih kurang tertata. Hal ini menyebabkan kurang berkembangnya akomodasi wisata seperti hotel, penginapan, restoran, dan villa yang ada di kawasan Cianjur Selatan karena kurangnya minat investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Bahkan banyak restoran, rumah makan, atau pun tempat-tempat penjualan cenderamata yang sudah ada harus gulung tikar karena sepinya pengunjung yang datang (Disbudpar Kabupaten Cianjur, 2012). Pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Cianjur harus meningkatkan
dayasaing
pariwisata,
terutama
indikator-indikator
yang
menunjukkan pertumbuhan yang negatif dan posisi yang lebih rendah, serta faktor-faktor yang berpengaruh signifikan dari hasil analisis untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata guna mencapai visi sebagai destinasi wisata unggulan Jawa Barat. Selain itu, kawasan wisata Cianjur Tengah dan Selatan juga harus lebih diperhatikan oleh pemerintah karena potensi yang ada di wilayah ini masih sangat besar untuk dieksplorasi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis Competitiveness Monitor, perkembangan indikator perkembangan infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Indikator sosial, indikator lingkungan, indikator sumberdaya manusia, dan indikator persaingan tingkat harga cenderung konstan. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bogor, hanya indikator lingkungan dan indikator dayasaing tingkat harga yang menunjukkan posisi yang lebih baik. Sedangkan, indikator pengaruh pariwisata dan indikator keterbukaan berada di posisi yang lebih rendah. Pertumbuhan indikator-indikator
penentu
dayasaing
Competitiveness
Monitor
yang
cenderung konstan dan negatif perlu menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Cianjur. Lebih lanjut, posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur yang lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Bogor harus menjadi tantangan bagi Kabupaten Cianjur untuk memperbaiki dan meningkatkan faktor-faktor pendukung sektor pariwisata. 2. Jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap industri/sektor pariwisata. Jumlah restoaran ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktorfaktor yang berpengaruh signifikan dapat menjadi acuan bagi pemerintah
78
daerah untuk melihat indikator apa saja yang perlu diprioritaskan dalam pembangunan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur kedepannya.
6.2. Saran 1. Meningkatkan kualitas infrastruktur, salah satunya kualitas jalan. Kualitas jalan yang baik dapat menjadikan akses ke tempat wisata lebih baik dan nyaman dilalui sehingga mendorong wisatawan untuk datang. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum harus ditingkatkan dalam memerhatikan pembangunan infrastruktur terutama yang terkait dengan industri pariwisata. 2. Meningkatkan promosi objek-objek wisata Kabupaten Cianjur. Saat ini Kabupaten Cianjur sudah memiliki Grand Design Pembangunan dan Pengembangan Destinasi Wisata, namun melihat masih rendahnya openness (keterbukaan) pariwisata Kabupaten Cianjur maka diperlukan adanya promosi untuk memperkenalkan program ini kepada wisatawan. Promosi-promosi yang ada saat ini masih kurang efektif. Sarana-sarana yang saat ini sudah ada seperti Tourism Information and Center harus lebih dioptimalkan dalam memberikan informasi kepada wisatawan dan calon wisatawan yang akan datang. Selain itu, dalam promosinya Kabupaten Cianjur juga harus menonjolkan keunggulan kondisi alam yang dimiliki untuk menarik wisatawan. 3. Mendukung industri hotel dan akomodasi laninnya. Berdasarkan hasil analisis, industri hotel dan akomodasi lainnya memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pariwisata Kabupaten Cianjur. Pemerintah harus meningkatkan kerjasama dengan pelaku industri hotel di kawasan wisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi.
79
4. Menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan Kabupaten Cianjur sehingga wisatawan yang datang merasa nyaman dan aman sehingga tidak bosan untuk berwisata di kawasan wisata Kabupaten Cianjur. 5. Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Kabupaten
Cianjur
harus
lebih
memperhatikan pengarsipan data-data yang terkait dengan sektor pariwisata karena dengan tersedianya data yang lengkap dapat memudahkan akademisi ataupun pihak swasta dalam melakukan penelitian dan pengembangan kegiatan wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2006. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2007. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2008. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2009. Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2010. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2011. Badan Pusat Statistik, Cianjur. ________________. 2012. Statistik Daerah Kabupaten Bogor 2012. Badan Pusat Statistik, Cianjur. Damanik&Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke aplikasi. Andi Ofset, Yogjakarta. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur. 2012. Profil Pariwisata Kabupaten Cianjur. Cianjur. Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur. 2011. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Periode Tahun 2001-2011. Cianjur. Febriawan, R. 2009. Analisis Peranan Sektor Hotel dan Restoran Dalam Perekonomian Kota Bandung. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Gomang, F .2003. Manajemen Kepariwisataan. Salah Wahab [penerjemah]. PT. Pradnya Paramit, Jakarta. Gujarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata Pada Perekonomian Indonesia: Suatu Model Pendekatan Model I-O dan SAM [tesis]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
81
Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Mihalic, Tanja. 2000. Environmental Management of a Tourist Destination A Factor Of Tourism Competitiveness.Tourism Management, 21: 65-78 Organisasi Perburuhan Internasional. 2011. Mengukur Lapangan Kerja dalam Industri Kepariwisataan lebih dari Neraca Satelit Pariwisata: Studi Kasus Indonesia. Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2012. Kondisi dan Analisis Perekonomian Kabupaten Cianjur. Cianjur. Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Erlangga, Jakarta. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo, Jakarta. Rahayu, F. 2006. Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Santri, A. 2009. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sholeh, M. 2010. Analisis Dayasaing dan Pengaruh Industri Pariwisata Terhadap Perekonomian Daerah Kabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suherlan, H. Dampak Tol Cipularang Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur. Jurnal Ilmiah Pariwisata: 61-72 Trisnawati, R., Wiyadi dan Priyono, E. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah: (Kajian Perbandingan Daya Saing Pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakarta). Jurnal Ekonomi Pembangunan: 61-70 Ulpah, M. 2006. Kumpulan Makalah Analisis Regresi Terapan. Program Studi Pascasarjana Statistika: IPB, Bogor. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika, Edisi ketiga. Bambang Sumantri [penerjemah]. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. World Tourism Organization. 1995. Concepts, Definitions, and Classifications for Tourism Statistics. World Tourism Organization, Madrid.
82
World Tourism Organization. 2008. Tourism Highlight 2008 Edition. UNWTO Publication Department, Peru. Yoeti, O. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Impelementasi. Kompas, Jakarta. Yulianti, K. 2009. Analisis Faktor-faktor Penentu Daya Saing dan Preferensi Wisatawan Berwisata ke Kota Bogor [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hotel di Bogor. http://www.hargahotel.com/hotel/destination/bogor.html. [2 April 2012] Hotel Bintang. http://www.cianjurkab.go.id/Content_Nomor_Menu_69_6.html. [2 April 2012]
LAMPIRAN
83
Lampiran 1. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur The regression equation is LnPADPar = 12,3 + 3,10 LnJHot + 0,558 LnJKB - 1,77 LnJRes + 0,0547 THH + 0,0436 TPPar Predictor Constant LnJHot LnJKB LnJRes THH TPPar
Coef 12,288 3,0994 0,5584 -1,766 0,05470 0,04364
S = 0,214342
SE Coef 4,566 0,5438 0,3302 1,286 0,02563 0,01695
R-Sq = 93,6%
T 2,69 5,70 1,69 -1,37 2,13 2,57
P 0,043 0,002 0,152 0,228 0,086 0,050
VIF 4,3 2,3 3,4 1,9 2,8
R-Sq(adj) = 87,2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source LnJHot LnJKB LnJRes THH TPPar
DF 1 1 1 1 1
DF 5 5 10
SS 3,37165 0,22971 3,60136
MS 0,67433 0,04594
Seq SS 2,98508 0,00366 0,00003 0,07852 0,30435
Durbin-Watson statistic = 2,31478
F 14,68
P 0,005