ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
OLEH DIAN ASTRIA H14050603
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
RINGKASAN DIAN ASTRIA. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI) Selama lima tahun terakhir industri asuransi telah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini antara lain diindikasikan oleh meningkatnya jumlah kekayaan yang dikelola dan berhasil diperoleh perusahaan-perusahaan asuransi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan yang sangat besar pada tahun 2007. Perkembangan kinerja industri asuransi jiwa di Indonesia tidak terlepas dari kontribusi industri asuransi jiwa syariah. Sampai dengan akhir 2007, usaha asuransi jiwa syariah terus mencatat pertumbuhan. Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, perkembangan produk-produk asuransi jiwa dengan prinsip syariah tidak sebaik di Malaysia. Salah satu produk asuransi jiwa syariah yang muncul dipelopori oleh P.T. Syarikat Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, dengan anak perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang berkonsentrasi pada asuransi jiwa. P.T. Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama sekaligus yang terbesar di Indonesia. Pendapatan premi P.T. Asuransi Takaful Keluarga menguasai hampir setengah penerimaan premi total dari industri asuransi jiwa syariah secara keseluruhan. Namun besarnya pendapatan premi ini tidak diikuti dengan laba yang diterima perusahaan asuransi jiwa syariah tersebut. Laba usaha yang kecil ini disebabkan oleh beban usaha dibandingkan dengan pendapatan usahanya pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang sangat besar. Hal ini mengindikasikan bahwa P.T. Asuransi Takaful Keluarga kurang efisien dalam menjalankan usahanya. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka bisnis perusahaan ini bisa terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan menganalisa pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini menggunakan analisis metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa laba dari P.T. Asuransi Takaful Keluarga terus mengalami fluktuasi, dimana kerugian terbesar terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar Rp. 18,36 miliar dan laba tertinggi diraih pada tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 8,045 miliar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam model penelitian, yaitu pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional, dan dummy krisis moneter, secara statistik signifikan pada taraf nyata 5 % ( =5%) artinya kelima variabel bebas tersebut memengaruhi perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Semua koefisien regresi variabel bebas memenuhi
3
hipotesis yang diharapkan. Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif dimana semakin tinggi pendapatan premi dan hasil investasi semakin tinggi pula laba yang dapat diperoleh. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif, dimana semakin besar beban klaim dan beban operasional maka semakin kecil laba yang dapat diperoleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis, krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba yang diperoleh perusahaan dibanding sebelum krisis. Berdasarkan hasil penelitian, agar P.T. Asuransi Takaful Keluarga dapat meningkatkan labanya, maka terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh perusahaan ini. Pertama, meningkatkan modal usaha sehingga perusahaan dapat melakukan promosi dengan lebih gencar, dan memperkuat struktur dan infrastruktur perusahaan. Kedua, meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) dalam perusahaan dengan cara sertifikasi hingga tingkat agen. Ketiga, melakukan diversifikasi portfolio dengan cara menempatkan dana investasi pada instrumeninstrumen investasi yang memberikan hasil yang terbaik, hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat risiko pada setiap instrumen investasi yang dipilih serta tetap memenuhi kaidah-kaidah syariah agar mendapat hasil investasi yang optimal. Keempat, meningkatkan efisiensi dalam melakukan operasi, hal ini dapat dilakukan dengan cara memangkas beban atau biaya operasional yang kurang memberikan kontribusi terhadap penjualan produk asuransi dan berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dapat benar-benar meningkatkan produktivitas.
4
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga
Nama
: Dian Astria
NIM
: H14050603
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Jaenal Effendi, M.A. NIP : 19740729 200604 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Rina Oktaviani, Ph.D. NIP : 19641023 198903 2 002
Tanggal Lulus :
5
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR
HASIL
DIGUNAKAN
KARYA
SEBAGAI
SAYA SKRIPSI
SENDIRI ATAU
YANG KARYA
BELUM
PERNAH
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
Agustus 2009
Dian Astria H14050603
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dian Astria lahir di Jakarta, tanggal 7 Oktober 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan E.K. Supriady dan Sri Wastuty. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan baik, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 12 Pagi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 221 Jakarta. Lalu penulis meneruskan pendidikannya ke SMA Negeri 80 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis masuk ke IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Hipotesa tahun 2008 pada Divisi Research and Development (Re-D).
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah ”Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Namun, atas segala karunia-Nya serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hari, penulis inigin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Kedua orang tua penulis yaitu E.K. Supriady dan Sri Wastuty, serta kakak penulis (Nina Pratama) atas dorongan, doa, semangat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
2.
Bapak Jaenal Effendi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3.
Bapak Nunung Nuryantono, selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaar untuk penyempurnaan skripsi ini.
4.
Bapak M. Findi Alexandi, selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.
8
5.
Para dosen yang selama empat tahun ini telah mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mentransfer ilmunya kepada penulis.
6.
Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Veronika, Giga, Maria, Echa, Mbak Rina, Ayu, Ava, Firda, Widya, Allen dan teman-teman IE 42
yang telah memberikan bantuan serta dukungan yang
sangat berarti bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 8.
Semua pihak yang telah membantu penulis pada saat menjadi mahasiswa dan saat penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi hasil karya penulis dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Bogor,
Agustus 2009
Dian Astria H14050603
9
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL...............................................................................................
12
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
13
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
14
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................
15
1.1. Latar Belakang .................................................................................
15
1.2. Perumusan Masalah .........................................................................
19
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................
22
1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................
22
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .........................
24
2.1. Asuransi Syariah ...............................................................................
24
2.2. Regulasi dalam Perasuransian Syariah di Indonesia ........................
27
2.2.1. Pedoman Umum Asuransi Syariah ........................................
27
2.2.2. Landasan Kebijakan Investasi Syariah ..................................
30
2.3. Sistem Mekanisme Dana Pada Asuransi Jiwa Syariah ....................
31
2.4. Laba ..................................................................................................
34
2.4.1. Pengertian Laba ....................................................................
34
2.4.2. Tujuan Pelaporan Laba ........................................................
35
2.5. Perhitungan Profitabilitas Pada Asuransi Syariah ............................
36
2.5.1. Sumber Pendapatan Asuransi Jiwa Syariah .........................
36
2.5.2. Beban Pada Asuransi Jiwa Syariah ......................................
38
2.6. Keunggulan Asuransi Jiwa Syariah ................................................
40
2.7. Penelitian Terdahulu ........................................................................
42
2.8. Kerangka Pemikiran ........................................................................
45
2.9. Hipotesis Penelitian .........................................................................
47
10
III. METODE PENELITIAN ..............................................................................
49
3.1. Jenis dan Sumber Data .....................................................................
49
3.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ...............................................................................
50
3.3. Metode Analisis ........................................................................... ...
52
3.4. Pengujian Terhadap Model ..............................................................
53
3.4.1. Uji F Statistik .........................................................................
53
3.4.2. Uji t .........................................................................................
54
3.4.3. Uji Koefisien Determinasi ......................................................
54
3.5. Pengujian Ekonometrik ....................................................................
55
3.5.1. Uji Multikolinearitas ...............................................................
55
3.5.2. Uji Autokorelasi ......................................................................
56
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas ...........................................................
57
3.5.4. Uji Normalitas .........................................................................
57
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .....................................................
59
4.1. Profil PT. Asuransi Takaful Keluarga .............................................
59
4.2. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Asuransi Takaful Keluarga ..................
61
4.3. Kebijakan, Sasaran, dan Komitmen PT. Asuransi Takaful Keluarga ...........................................................................................
61
4.4. Produk Asuransi PT. Asuransi Takaful Keluarga ............................
62
4.5. Kinerja Keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga Tahun 2007 .....
65
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
68
5.1. Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga .....................
68
5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ...............................................................................
75
5.2.1. Uji Validasi Model ..................................................................
75
5.2.2. Uji Statistik ..............................................................................
79
5.2.3. Uji Ekonometrika .....................................................................
80
11
5.3. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ...............................................................................
81
5.3.1. Pengaruh Pendapatan Premi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ....................................................................
81
5.3.2. Pengaruh Hasil Investasi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ....................................................................
82
5.3.3. Pengaruh Beban Klaim Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ....................................................................
84
5.3.4. Pengaruh Beban Operasional Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga ....................................................................
85
5.3.5 Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga .....................................................................
86
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
87
6.1. Kesimpulan ......................................................................................
87
6.2. Saran ................................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
90
LAMPIRAN ........................................................................................................
93
12
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1 Kekayaan Industri Asuransi Tahun 2003-2007 ............................................
16
1.2 Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Syariah (2003-2007) ..............................
17
1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi dan Reasuransi Dengan Prinsip Syariah (2004-2007) .................................................................................................... 1.4 Pangsa Pasar Asuransi Jiwa Syariah ………………………………………..
18 18
1.5 Perkembangan Pendapatan Premi dan Aset P.T.Asuransi Takaful Keluarga.........................................................................................................
20
2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional .............................................
25
5.1 Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga ...................................
69
5.2 Matriks Korelasi .............................................................................................
76
5.3 Hasil Estimasi Regresi Variabel Laba PT. ATK ...........................................
78
5.4 Hasil Estimasi Regresi Analisis Komponen Utama Variabel Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga .............................................................................
78
5.5.Hasil Uji Glejser .............................................................................................
81
13
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1 Mekanisme Pengelolaan Dana Produk yang Mengandung Unsur Tabungan ........................................................................................................
32
2.3 Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Produk Non Saving................................
33
2.5 Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................................
47
14
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Penelitian ………………………………………………………………
94
2. Hasil Analisis Regresi ………………………………………………………
95
3. Hasil Regresi Analisis Komponen Utama .....................................................
96
3. Uji Kenormalan ……………………………………………………………..
99
4. Uji t .............................………………………………………………………
100
15
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank menjadi
semakin penting peranannya. Hal ini dikarenakan selain kegiatan usahanya yang memberikan proteksi kepada masyarakat, asuransi juga merupakan lembaga penghimpun dana yang bersumber dari penerimaan premi asuransi dari masyarakat. Kemudian dana ini dapat diinvestasikan pada sektor-sektor yang produktif dan aman, serta diharapkan industri asuransi ini dapat semakin meningkatkan pergerakan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Kegiatan pembangunan tidak luput dari berbagai risiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai, sehingga membutuhkan kehadiran usaha perasuransian yang tangguh yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai risiko. Perkembangan
industri
asuransi
di
Indonesia
tidak
terlepas
dari
perkembangan ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia, dimana dengan semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan manusia dalam usaha untuk meningkatkan kemakmurannya maka bertambah besar pula usaha manusia untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Selain itu ikut meningkat pula usaha untuk mengamankan baik atas diri atau keluarga mereka, serta harta miliknya dari peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan hidup mereka.
16
Selama lima tahun terakhir industri asuransi telah mencatat kinerja yang cukup baik. Hal ini antara lain diindikasikan oleh meningkatnya jumlah kekayaan yang berhasil diperoleh perusahaan-perusahaan asuransi dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, dimana asuransi jiwa menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi. Tabel 1.1 Kekayaan Industri Asuransi Tahun 2003-2007 (Dalam Miliar Rupiah) Tahun
Asuransi Kerugian
Reasuransi
Asuransi Jiwa
Asuransi Sosial dan Jamsostek
Asuransi PNS,TNI dan Polri
2003
16.369,4
816,5
32.932,7
27.908,6
16.076,8
2004
19.197,8
953,3
44.878,5
34.562,4
20.313,6
2005
21.254,2
1.147,3
53.940,3
40.246,8
22.826,0
2006
23.760,8
1.221,5
71.034,1
51.546,8
27.371,0
2007
28.418,4
1.369,7
102.172,4
63.598,1
33.304,9
Sumber : Bapepam LK, 2007. Perkembangan kinerja industri asuransi jiwa di Indonesia tidak terlepas dari kontribusi industri asuransi jiwa syariah. Sampai dengan akhir 2007, usaha asuransi jiwa syariah terus mencatat pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut antara lain ditunjukkan oleh perkembangan
jumlah tertanggung, pendapatan premi, klaim,
investasi, dan aset yang sebagian besar terus meningkat setiap tahunnya yang ditunjukkan dalam tabel berikut :
17
Tabel 1.2. Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Syariah (2003-2007) Pendapatan Jumlah Premi Tertanggung (Polis/Perorangan) (Miliar Rp) 2003 1.864.114 92,7 2004 2.275.898 148,7 2005 2.711.279 199,1 2006 3.165.462 282,1 2007 3.027.054 511,4 Sumber : Bapepam LK, 2007. Tahun
Klaim (Miliar Rp) 37,0 71,9 83,4 99,8 194,2
Investasi (Miliar Rp) 256,0 340,2 407,9 419,7 774,9
Aset (Miliar Rp) 275,6 401,7 491,4 614,4 1020,2
Industri asuransi jiwa syariah mengalami pertumbuhannya yang cukup menakjubkan. Jika industri asuransi konvensional tumbuh rata-rata antara 20 sampai 25 persen, maka asuransi syariah termasuk asuransi jiwa syariah bisa mencapai 40 persen, hal ini membuktikan asuransi syariah memiliki prospek yang bagus. Asuransi jiwa syariah kini menjadi alternatif lain bagi masyarakat yang menginginkan perlindungan atas diri dan keluarganya. Prinsip syariah yang dikembangkannya menjadi kelebihan tersendiri dibandingkan asuransi jiwa konvensional, yaitu dengan adanya profit sharing yang tidak terdapat pada asuransi jiwa konvensional. Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi jiwa syariah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), pada tahun 2007 terdapat 2 perusahaan asuransi jiwa syariah, yaitu P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan P.T. Asuransi Syariah Mubarakah serta 13 perusahaan asuransi jiwa yang memiliki unit asuransi syariah.
18
Tabel 1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi dan Reasuransi Dengan Prinsip Syariah (2004-2007) Perusahaan
Asurans i Jiwa Syariah
Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi Jiwa yang memiliki Unit Syariah
Reasuransi yang memiliki unit Syariah
Jumlah
3
Asuransi Kerugian yang memiliki Unit Syariah 11
2004
2
1
1
18
2005
2
1
8
13
2
26
2006
2
1
9
15
3
30
2007
2
1
13
19
3
38
Tahun
Sumber : Bapepam LK, 2007. Secara keseluruhan, memang pangsa pasar industri asuransi jiwa syariah pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun penguasaan pangsa pasar industri asuransi jiwa syariah di Indonesia masih sangat kecil terhadap industri asuransi jiwa secara keseluruhan. Hal ini antara lain tercermin dari persentase pendapatan premi industri asuransi jiwa syariah yang hanya sebesar 1,03 persen pada tahun 2006 dan meningkat tipis menjadi 1,12 persen pada tahun 2007. Tabel 1.4 Pangsa Pasar Asuransi Jiwa Syariah (Dalam Miliar Rupiah) Keterangan Seluruh Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Syariah Persentase As.Jiwa Syariah
Pendapatan Premi 2006 2007 27.498,00 45.580,57
Klaim 2006 2007 14.623,58 19.686,32
Aktiva 2006 71.034,09
2007 102.172,42
282,09
511,37
99,76
195,06
614,39
1.020,20
1,03 %
1,12 %
0,68 %
0,99 %
0,86 %
1,00 %
Sumber : Bapepam LK, 2007.
19
Trend perkembangan industri asuransi jiwa syariah yang terus meningkat setiap tahunnya perlu mendapatkan perhatian khusus dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dalam melaksanakan bisnis. Hal ini diperlukan agar industri asuransi jiwa syariah bisa terus meningkatkan kinerjanya dan mendapat kepercayaan serta loyalitas dari masyarakat. Oleh karena itu kajian mengenai analisis asuransi jiwa syariah di Indonesia dirasakan cukup penting. 1.2.
Rumusan Permasalahan Pertumbuhan permintaan masyarakat terhadap lembaga asuransi membuat
perusahaan asuransi berkembang dengan pesat, termasuk di Indonesia. Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam mempunyai kekhawatiran tersendiri dengan lembaga keuangan tersebut. Asuransi dikatakan rawan terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam, dimana terdapat unsur gharar (ketidakpastian), maisir (perjudian), dan riba (bunga). Oleh karena itu terdapat alternatif lembaga asuransi syariah bagi masyarakat muslim. Asuransi jiwa syariah tentu saja dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan menghilangkan tiga unsur di atas. Meskipun Indonesia merupakan negara dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Perkembangan produk-produk asuransi jiwa dengan prinsip syariah baru berkembang, salah satunya adalah produk asuransi jiwa syariah yang dipelopori oleh P.T. Syarikat Takaful Indonesia yang berdiri pada tahun 1994, dengan anak perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang berkonsentrasi pada asuransi jiwa. Setelah itu, asuransi jiwa berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan asuransi jiwa dengan pendirian divisi syariah.
20
P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama di Indonesia mengalami perkembangan bisnis yang mengesankan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari jumlah premi dan aset yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) tahun 2007, total aset perusahaan mencapai Rp. 439,6 miliar. Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan pada tahun 2006 yang hanya sebesar Rp. 306,346 miliar. Sementara itu pendapatan premi neto meningkat sebesar 86,27 persen dari Rp. 111,7 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. 208,0 miliar pada tahun 2007. Perkembangan pendapatan premi dan aset P.T. Asuransi Takaful Keluarga dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1.5. Tabel 1.5 Perkembangan Pendapatan Premi dan Aset P.T. Asuransi Takaful Keluarga (Dalam Miliar Rupiah) Tahun
Pendapatan Premi
Aset
2003
79,218
136,833
2004
98,022
230,204
2005
108,763
262,213
2006
111,706
306,346
2007
208,080
439,637
Sumber : Bapepam LK, 2007. Pendapatan premi P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007, menguasai hampir setengah penerimaan premi total dari industri asuransi jiwa syariah secara keseluruhan yaitu sebesar Rp. 208,080 miliar atau 45 persen dari Rp. 457,687
21
miliar dan sisanya yaitu sebesar Rp. 228,420 miliar merupakan pendapatan premi dari P.T. Asuransi Syariah Mubarakah yang juga merupakan perusahaan asuransi jiwa murni syariah beserta 13 perusahaan asuransi jiwa lainnya yang memiliki unit syariah. Namun besarnya pendapatan premi ini tidak diikuti dengan laba yang diterima oleh perusahaan asuransi jiwa syariah tersebut. Pada kenyataannya laba usaha perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007 hanya sebesar Rp. 8,045 miliar, dimana jumlah ini kalah dibandingkan dengan laba usaha perusahaan asuransi jiwa yang membuka unit syariah. Laba usaha tertinggi diraih oleh P.T. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 yaitu sebesar Rp.23,760 miliar, lalu disusul oleh P.T. Prudential Life Assurance yaitu sebesar Rp. 10,051 miliar. Laba usaha yang kecil ini disebabkan perbandingan antara beban usaha dengan pendapatan usahanya pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai perbandingan antara beban dan pendapatan usahanya yang sebesar 0,97. Nilai perbandingan ini lebih besar daripada nilai perbandingan pada perusahaan asuransi jiwa yang membuka unit syariah, seperti P.T. Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 dan P.T. Prudential Life Assurance, yang masing-masing nilai perbandingan antara beban usaha dan pendapatan usahanya adalah sebesar 0,84 dan 0,78. Hal ini mengindikasikan bahwa P.T. Asuransi Takaful Keluarga kurang efisien dalam menjalankan usahanya. Bila keadaan seperti ini terus terjadi, maka bisnis perusahaan ini bisa terganggu.
22
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga ? 3. Bagaimana faktor-faktor tersebut memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga ? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
oleh penelitian ini adalah: 1. Mengkaji perkembangan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, 2. Menganalisa faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, 3. Menganalisa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi P.T. Asuransi Takaful
Keluarga dan perusahaan asuransi jiwa syariah lainnya, sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meningkatkan laba usahanya. Dan bagi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran pentingnya asuransi, khususnya asuransi jiwa syariah dalam memberikan perlindungan terhadap pihak yang ditinggalkan (keluarga, ahli waris) bila seseorang meninggal dunia, baik secara tiba-tiba maupun sesuai dugaan berdasarkan prinsip-
23
prinsip syariah. Bagi penulis merupakan proses belajar untuk lebih kritis dalam menganalisis terhadap masalah yang terjadi pada sektor asuransi dan dapat memperluas wawasan penulis mengenai asuransi jiwa syariah.
24
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Asuransi Syariah
a.
Pengertian Asuransi Syariah Asuransi syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 21
Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta asuransi mendonasikan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelola\ operasional perusahaan serta investasi dari dana-dana yang diberikan kepada perusahaan. Asuransi syariah berazaskan Jaminan Bersama, Penyertaan dalam sebuah skema yang disetujui bersama, dan Membantu satu sama lain dengan menggunakan rekening yang telah ditentukan (rekening tabarru') untuk membayar kerugian yang akan timbul. Sedangkan prinsip asuransi syariah yaitu saling membantu dan bekerjasama, saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan, saling bertanggung jawab, serta menghindari unsur gharar (ketidakpastian), maisir (judi atau untung-untungan) dan riba (bunga).
25
Pada asuransi syariah, peserta asuransi melakukan risk sharing (berbagi risiko) dengan peserta yang lainnya. Sementara pada asuransi konvensional, para peserta melakukan risk transfer (transfer risiko) kepada perusahaan asuransi. Maka, jika peserta asuransi syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening tabarru’ (kebajikan) seluruh peserta. Berbeda dengan klaim asuransi konvensional yang berasal dari perusahaan asuransinya. b.
Perbedaan Sistem Antara Asuransi Syariah dan Konvensional
Tabel 2.1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional Prinsip
No. 1.
Konsep
2
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
3.
Akad
4.
Jaminan / Risiko
Asuransi Konvensional
Asuransi Syariah
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung. Tidak ada, sehingga dalam banyak prakteknya bertentangan dengan kaidah-kaidah syariah.
Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masingmasing mengeluarkan dana tabarru’.
Akad jual beli (akad mu’awadhah, akad idz’aan, akad gharar, dan akad mulzim). Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung.
Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktekpraktek muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Akad tabarru’ dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah, dan sebagainya). Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun).
26
5.
Pengelolaan Dana
Tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving (life)).
6.
Investasi
Bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundangundangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan.
7.
Kepemilikan dana
Dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikannya kemana saja.
8.
Unsur Premi
Unsur premi terdiri dari : tabel mortalita, bunga, dan biaya-biaya asuransi
9.
Sumber Pembiayaan Klaim
Sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada
Pada produk-produk saving (life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ dan dana tabungan, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance (life) dan general insurance semuanya bersifat tabarru’. Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang. Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan milik peserta (shohibul mal), perusahaan asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut. Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik. Sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru’ , dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu mendapat musibah, maka peserta
27
nuansa sprirtual. 10.
Keuntungan (Profit)
Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.
lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut. Profit yang diperoleh dari surplus underwriting*, komisi reasuransi** dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta.
Sumber : Sula, 2004. 2.2.
Regulasi dalam Perasuransian Syariah di Indonesia
2.2.1. Pedoman Umum Asuransi Syariah Majelis Ulama Indonesia, melalui Dewan Syariah Nasional, mengeluarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah sebagai berikut: Pertama : Ketentuan Umum 1. Asuransi syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah,
* Surplus yang diperoleh dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan, lalu dikurangi beban asuransi seperti reasuransi dan klaim (Sula,2004) * Komisi yang diberikan oleh reasuradur (perusahaan reasuransi) kepada perusahaan asuransi sehubungan dengan penempatan bisnis kepada perusahaan reasuransi (Kamus Istilah Asuransi Jiwa, 1996)
28
2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maisir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat, 3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, 4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial, 5. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi seuai dengan kesepakatan dalam akad, 6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajb diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Kedua : Akad dalam asuransi 1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan atau akad tabarru’, 2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah, 3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan: a. Hak & kewajiban peserta dan perusahaan; b. Cara dan waktu pembayaran premi; c. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
29
Ketiga : Kedudukan para pihak dalam akad tijarah & tabarru’ 1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis), 2. Dalam akad tabarrru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah. Keempat : Ketentuan dalam akad tijarah & tabarru 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’, bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya, 2. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah. Kelima : Jenis asuransi dan akadnya 1. Dipandang dari segi jenis, asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa, 2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah. Keenam : Premi 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru’, 2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya,
30
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta, 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat diinvestasikan. 2.2.2. Landasan Kebijakan Investasi Syariah Investasi bagi perusahaan yang menggunakan prinsip syariah harus pada bentuk-bentuk dan cara yang diperbolehkan oleh Islam serta adanya pengawasan dari Dewan Syariah Nasional. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang Jenis, Nilai, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dengan sistem syariah terdiri dari: 1. Deposito dan sertifikat deposito syariah, 2. Sertifikat wadi’ah Bank Indonesia, 3. Saham syariah yang tercatat di bursa efek, 4. Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek, 5. Surat berharga syariah yang diterbtkan atau dijamin oleh Pemerintah, 6. Unit penyertaan reksadana syariah, 7. Penyertaan langsung syariah, 8. Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi, 9. Pembiayan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan), 10. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil),
31
11. Pinjaman polis. 2.3.
Sistem Mekanisme Dana Pada Asuransi Jiwa Syariah
a.
Sistem pada Produk Saving (Ada unsur tabungan) Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada
perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta, akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda, yaitu: 1. Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: a. perjanjian berakhir, b. peserta mengundurkan diri, c. peserta meninggal dunia. 2. Rekening Tabarru’ , yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: a. peserta meninggal dunia, b. perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Sistem inilah yang disebut sebagai implementasi dari akad takafuli dan akad mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta itu diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim
32
dan premi reasuransi), akan dibagi menurut prinsip al-mudharabah. Persentase pembagian mudharabah dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta, misalnya dengan 70:30, 60:40, dan seterusnya. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut: Keuntungan Perusahaan PERUSAHAAN Biaya Operasional
INVESTASI
PESERTA
30%(Contoh) Hasil Investasi 70 % (Contoh)
Rekening Tabungan Premi Takaful
Rekening Tabungan
Rekening Tabungan
Bayar Pada Peserta
Rekening Khusus
Manfaat Takaful
Bayar Pada Peserta
Total Dana Rekening Khusus
Sumber: Sula, 2004. Gambar 2.1. Mekanisme Pengelolaan Dana Produk yang Mengandung Unsur Tabungan b.
Sistem pada Produk Non Saving Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening
tabarru’ perusahaan, yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai
33
iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan membantu dan dibayarkan bila : a. peserta meninggal dunia, b. perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana). Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip al-mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dan peserta. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 2.2. Keuntungan Perusahaan
Perusahaan
Biaya Operasional
Investasi
Hasil Investasi
Hubungan Al-Mudharabah Bagian Perusahaan
Premi Takaful
Total Dana
Total Dana
Beban Asuransi
Surplus Operasi
60% (contoh) 40 % (contoh)
Bagian Peserta
Sumber: Sula, 2004.
Gambar 2.2. Mekanisme Pengelolaan Dana Pada Produk Non Saving
34
2.4. Laba 2.4.1. Pengertian Laba Menurut Kuswadi (2005), secara sederhana laba atau rugi adalah pendapatan dikurangi seluruh beban atau biaya yang telah dikeluarkan, sebagaimana terlihat dalam persamaan laba rugi di bawah ini. LABA/RUGI = PENDAPATAN – BEBAN/BIAYA Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode. Arus masuk ini tidak berasal dari kontribusi penanaman ekuitas, tetapi dapat mengakibatkan kenaikan ekuitas. Arus masuk bruto adalah jumlah pendapatan yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Pendapatan yang dimaksud disini adalah pendapatan bersih dari hasil operasi perusahaan atau jasa, bunga, royalti, dan dividen sebagai hasil penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain. Pendapatan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi semua biaya langsung yang melekat pada pendapatan tersebut seperti komisi penjualan, retur, diskon, dan sebagainya. Biaya adalah semua pengeluaran untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Menurut Ahmed Belkaouli (1997), laba secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu
35
pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi : 1. Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan. 2. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan. 3. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. 2.4.2. Tujuan pelaporan laba (Zaki, 1992) Tujuan pelaporan laba dibagi atas: 1.
Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.
2.
Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal.
3.
Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.
36
2.5.
Perhitungan Profitabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Laba atau profitabilitas adalah selisih antara pendapatan yang lebih besar atas
pengeluaran. Suatu perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba dapat terus melakukan bisnis, tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang terus mengalami kerugian akhirnya akan menghilang dari dunia bisnis. Besarnya laba yang didapat oleh perusahaan ditentukan dari besarnya total pendapatan yang diterima perusahaan dan besarnya total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2.5.1. Sumber Pendapatan Asuransi Jiwa Syariah a.
Pendapatan Premi Menurut Sula (2004), premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru’ kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Dana tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah dan akan mendapatkan alokasi bagi hasil dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Sedangkan tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta, jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi. Unsur tabarru’, perhitungannya diambil dari tabel mortalitas (harapan hidup), yang besarnya tergantung usia dan masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai tabarru’-nya. Besarnya dana tabarru’ berada pada kisaran 0,75 persen sampai 12 persen dari premi tahun pertama.
37
Premi pada asuransi syariah disebut juga net premium karena hanya terdiri dari mortalitas (harapan hidup), dan di dalamnya tidak terdapat unsur loading (komisi agen, biaya administrasi, dan lain-lain). Dan juga tidak mengandung unsur bunga sebagaimana pada asuransi konvensional. Namun karena pertimbangan pasar dan kondisi sosial masyarakat, dimana tidak mungkin di Indonesia yang saat ini asuransi syariah belum terlalu dikenal, tidak menggunakan tenaga agen. Oleh karena itu beberapa perusahaan masih mendapat izin dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mengenakan biaya loading dalam jumlah tertentu dari premi tahun pertama, dengan syarat pengenaan biaya loading ini diketahui oleh peserta asuransi. Pendapatan premi asuransi diperoleh melalui penjualan produk dan jasa asuransi ke peserta asuransi. Pendapatan premi adalah jumlah pendapatan premi resmi dari penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun. Pendapatan ini merupakan
faktor terbesar yang mempengaruhi laba perusahaan
asuransi. Oleh karena itu, penetapan premi mempunyai peranan yang penting dalam strategi perusahaan. Tarif premi yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi sebagian besar didasari oleh jumlah risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi tersebut untuk polis yang diterbitkan. Jika perusahaan asuransi secara konsisten salah menilai risiko yang akan ditanggung, maka premi yang ditetapkan tidak akan cukup untuk membayar klaim dan manfaat yang dijanjikan. b.
Hasil Investasi Hasil investasi diperoleh perusahaan asuransi melalui penanaman modal
dengan melakukan diversifikasi portfolio untuk mendapatkan perolehan bagi hasil
38
yang optimum. Setelah semua dana terkumpul baik dari dana tabarru’ dan atau dana tabungan, seluruh dana tersebut wajib diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan kaidah syariah. Hasil investasi memegang peranan yang penting bagi pendapatan perusahaan asuransi jiwa syariah. Pada asuransi syariah terdapat sistem bagi hasil, dimana dari hasil investasi itulah akan diadakan bagi hasil antara perusahaan dan peserta asuransi. Bagi hasil tersebut beserta dana tabungan akan diberikan kembali kepada peserta asuransi ketika terjadi klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat asuransi. Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi perusahaan asuransi untuk melakukan investasi pada instrumen investasi yang memberikan return on investment yang paling besar dengan tetap memperhatikan tingkat risiko dari instrumen investasi yang digunakan dan tentu saja harus sesuai dengan kaidah syariah. Selain itu penggunaan instrumen investasi pada asuransi syariah harus mengikuti Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.4499/LK/2000 tentang Jenis, Nilai, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syariah. 2.5.2. Beban atau Biaya Pada Asuransi Jiwa Syariah a.
Beban Klaim Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah, klaim adalah hak peserta asuransi yang wajb diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Pada asuransi syariah sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru’. Rekening tabarru’ adalah rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak awal sudah
39
diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk sewaktu-waktu digunakan untuk memberikan uang pertanggungan ketika terjadi klaim. Pengeluaran terbesar pada perusahaan asuransi jiwa berasal dari klaim asuransi, baik berupa klaim manfaat asuransi maupun klaim nilai tunai. Klaim manfaat asuransi terjadi ketika peserta asuransi tersebut meninggal dunia. Sedangkan klaim nilai manfaat terjadi ketika kontrak berakhir atau peserta asuransi karena alasan-alasan tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period. Administrasi klaim terdiri dari beberapa kegiatan yang pada dasarnya sama untuk sebagian besar pertanggungan. Umumnya, sesorang atau sistem yang menangani klaim akan menentukan apakah informasi yang diserahkan atas suatu klaim telah sesuai dengan pertanggungan yang tercantum dalam suatu polis, sehingga orang atau sistem tersebut dapat mengambil keputusan untuk menyetujui atau menolak pengajuan klaim. b.
Beban Operasional Beban operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menjaga agar usahanya dapat terus berjalan. Beban operasional pada asuransi terdiri dari: 1.
Beban akuisisi Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 74 /PMK.010/2007 tentang
Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi, biaya atau beban akuisisi adalah biayabiaya yang dibayarkan penanggung kepada pemegang polis atau pihak ketiga dalam rangka perolehan bisnis.
40
2.
Beban pemasaran Beban pemasaran merupakan pengeluaran yang harus dipersiapkan oleh
perusahaan asuransi dalam rangka membiayai proses penjualan dan distribusi produk dan jasa asuransi ke calon peserta asuransi. Beban pemasaran terutama terletak pada biaya yang dikeluarkan untuk melakukan promosi seperti iklan, personal selling, maupun hubungan masyarakat dalam rangka meningkatkan penjualan produk asuransi, dalam penelitian pada penjualan produk asuransi syariah. 3.
Beban administrasi dan umum Beban administrasi dan umum adalah beban-beban yang merupakan support
dari bisnis, seperti keuangan, pemasaran, teknologi, sumberdaya manusia, dan lainnya. Seiring dengan makin berkembangnya bisnis, maka beban ini juga semakin besar. 2.6.
Keunggulan Asuransi Jiwa Syariah
1.
Bebas dari Gharar (Ketidakpastian) Gharar terjadi ketika peserta asuransi dan perusahaan asuransi sama-sama
tidak mengetahui secara pasti berapa yang mereka terima dan berapa yang harus mereka berikan. Peserta asuransi tidak mengetahui berapa besar uang premi yang harus mereka bayarkan dan berapa uang pertanggungan yang akan mereka dapatkan. Sedangkan perusahaan asuransi tidak mengetahui secara pasti berapa uang premi yang akan mereka terima dan berapa uang pertanggungan yang harus mereka berikan. Hal ini terjadi karena semua tergantung terjadi atau tidaknya peristiwa yang
41
diasuransikan, dalam penelitian ini kematian, pada saat kontrak asuransi masih berjalan. Dalam asuransi syariah, masalah gharar diatasi dengan mengganti akad tabaduli (jual beli) dengan akad takafuli (tolong-menolong) atau akad tabarru’ dan akad mudharabah (bagi hasil). Mekanisme dana pada asuransi syariah, premi yang dibayarkan peserta dibagi dalam dua rekening yaitu rekening tabungan dan rekening tabarru’. Pada rekening tabarru’ inilah ditampung semua dana tabarru’ peserta. Selanjutnya dari dana inilah, klaim-klaim peserta dibayarkan apabila ada diantara peserta yang meninggal atau mengambil nilai tunai. 2.
Bebas dari Maisir (Judi) Maisir berarti ada salah satu pihak yang untung, namun dilain pihak justru
mengalami kerugian. Pada asuransi konvensional, ketika peserta asuransi karena sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga, maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali premi yang telah dibayarkan sama sekali. Hal ini dikarenakan premi tersebut telah habis digunakan untuk komisi agen. (Antonio dalam Sula, 2004) Dalam asuransi syariah, reversing period, bermula dari awal akad dimana setiap peserta mempunyai hak untuk mendapatkan nilai tunai (cash value) kapan saja, dan mendapatkan semua uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Yaitu, uang yang telah diniatkan untuk dana tabarru’ yang sudah dimasukkan ke dalam rekening khusus peserta dalam bentuk tabarru’.
42
3.
Bebas dari Riba (Bunga) Asuransi syariah tidak mengandung riba (unsur bunga), yaitu bunga teknik
atau bunga aktuaria, yang telah ditentukan di awal pembuatan produk asuransi. Sehingga tidak terjadi salah kalkulasi ketika terjadi penurunan bunga SBI, bunga deposito, atau bunga kredit yang berakibat ruginya perusahaan asuransi, karena selisih antara bunga teknik dan bunga di pasar sangat tipis sehingga tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya operasional. Pada asuransi syariah, hal ini tidak akan terjadi karena premi pada asuransi syariah tidak terdapat unsur bunga. Tetapi yang terjadi adalah perhitungan bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah di akhir masa kontrak berdasarkan realitas bisnis yang terjadi. 4.
Adanya Bagi Hasil (Profit Sharing) Pada asuransi konvensional, semua keuntungan dari kegiatan usahanya akan
menjadi milik perusahaan karena dianggap semua dana premi yang masuk adalah milik perusahaan. Sebaliknya, pada asuransi syariah, terdapat bagi hasil antara perusahaan dan peserta asuransi yang bersumber dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan. 2.7.
Penelitian Terdahulu
a. Michelia Eva Palupy (2006) : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pendapatan Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan regresi pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, variabel-variabel eksogen yang
43
digunakan berupa penerimaan premi, hasil investasi, klaim, lapses, dan dummy krisis, dimana semua variabel tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan industri asuransi jiwa di Indonesia. Penerimaan premi merupakan variabel yang paling berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan perusahaan asuransi jiwa, sedangkan variabel yang pengaruhnya paling kecil terhadap pendapatan perusahaan asuransi jiwa adalah klaim. Tingkat pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia dipengaruhi secara positif oleh penerimaan premi dan hasil investasi. Variabel klaim, lapses, dan dummy krisis berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Variabel-variabel tersebut secara statistik signifikan pada taraf nyata 5 %. b. M. Agung Ali Fikri (2009): Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi, dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa (Studi Kasus : P.T.. Asuransi Syariah Mubarakah) Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa premi, klaim, hasil investasi, dan underwriting. Berdasarkan analisis regresi berganda menggunakan Minitab versi 14 dapat diketahui bahwa alat terpenting yang paling efektif dalam peningkatan laba perusahaan asuransi jiwa syariah diperoleh dari hasil underwriting dan hasil investasi. Setiap kenaikan hasil underwriting sebesar Rp. 100 juta rupiah akan menaikkan laba sebesar Rp. 100 juta dan berpengaruh sebesar 92 persen. Setiap kenaikan hasil investasi sebesar Rp. 100 juta akan menaikkan laba sebesar Rp. 139 (dalam juta) dan berpengaruh sebesar 92 persen. Untuk saat ini variabel premi dan
44
klaim memberikan nilai negatif dalam persamaan regresi karena variabel tersebut tidaklah memberikan kontribusi positif terhadap laba. d. Yulianingsih (2004) : Pengaruh Penerimaan Premi Asuransi Jiwa Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada P.T. Asuransi Jiwasraya (Persero) Bandung Regional Office. Berdasarkan penelitian ini diketahui bagaimana pengaruh penerimaan premi terhadap tingkat profitabilitas pada P.T. Asuransi Jiwasraya. Untuk menganalisis pengaruh tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis korelasi Spearman dan koefisien determinasi. Hipotesis dalam penelitian tersebut, yaitu penerimaan premi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan premi pada periode 1997 sampai dengan 2003 mengalami penurunan dan kenaikan, begitu pula dengan tingkat profitabilitas. Sedangkan untuk pengaruh penerimaan premi terhadap tingkat profitabilitas menunjukkan bahwa tidak memiliki pengaruh yang signifikan dikarenakan adanya pengaruh faktor lain yang lebih besar, yaitu biaya-biaya, modal, jumlah aktiva, dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan variabel terikat dan beberapa variabel bebas yang juga digunakan pada penelitian terdahulu. Variabel terikat yang digunakan adalah laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah pendapatan premi, hasil investasi, dan pendapatan lain yang menggambarkan pendapatan P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Dan beban klaim, beban operasional, dan beban lain yang menggambarkan biaya yang dikeluarkan
45
oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Serta dummy krisis moneter untuk melihat dampak krisis moneter terhadap P.T. Asuransi Takaful Keluarga. 2.8.
Kerangka Pemikiran Industri asuransi jiwa syariah merupakan salah satu industri yang
perkembangannya menjanjikan di masa depan. Asuransi jiwa syariah berperan untuk mengelola dana masyarakat yang telah terhimpun secara efisien dan efektif berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Perusahaan asuransi jiwa syariah harus berusaha untuk menciptakan citra yang baik dengan cara menunjukkan kinerja dan kapasitas usaha yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian para nasabah maupun calon nasabah yang ingin memiliki asuransi jiwa. Citra yang baik sangat diperlukan bagi pengembangan usaha perusahaan asuransi, karena perusahaan asuransi adalah lembaga jasa keuangan yang bertumpu pada kepercayaan masyarakat, baik yang sudah maupun yang akan menggunakan jasanya, tanpa adanya kepercayaan masyarakat maka bidang usaha asuransi ini akan sulit untuk berkembang. Keuntungan perusahaan asuransi jiwa syariah diperoleh dari pembagian keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati. Laba perusahaan asuransi jiwa syariah dipengaruhi oleh pendapatan premi dan hasil investasi. Pendapatan premi bersumber dari pembayaran yang wajib dilakukan oleh setiap peserta asuransi jiwa syariah yang dilakukan secara teratur kepada
46
perusahaan asuransi jiwa syariah yang bersangkutan sesuai kesepakatan dalam akad. Total dana premi yang diterima selanjutnya wajib diinvestasikan sesuai dengan kaidah Islam. Investasi yang dilakukan harus secara efisien dan efektif agar hasil investasi yang diperoleh dapat maksimal sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan asuransi jiwa syariah. Oleh karena itu, pendapatan premi dan hasil investasi merupakan faktor utama bagi laba perusahaan asuransi jiwa syariah. Perusahaan asuransi jiwa syariah memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu klaim dari nasabahnya. Klaim ini tidak dapat dipastikan kapan terjadinya, oleh karena itu perusahaan asuransi jiwa syariah harus selalu siap ketika terjadi klaim, baik klaim yang ditimbulkan akibat peserta meninggal dunia, peserta mengundurkan diri (lapses), dan masa kontrak atau perjanjian telah berakhir. Besarnya klaim ini akan memengaruhi laba yang diterima oleh perusahaan asuransi jiwa syariah, dimana semakin besar klaim akan menyebabkan laba yang dapat diperoleh perusahaan asuransi jiwa menjadi berkurang. Setiap perusahaan pasti mengeluarkan beban operasional agar usahanya dapat terus berjalan. Namun tidak semua biaya operasional yang dikeluarkan memberikan hasil yang optimal, apabila penambahan biaya operasional tidak efisien dapat mengakibatkan laba yang diterima perusahaan malah menjadi menurun. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa pengaruh dari faktor-faktor pendapatan premi, hasil investasi, pendapatan lain, beban klaim, beban operasional, dan beban lain terhadap tingkat laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga di Indonesia, karena faktor-faktor tersebut dapat
47
memengaruhi perkembangan usaha perusahaan. Bagan kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 2.3.
PT. Asuransi Takaful Keluarga
Laba Perusahaan
Variabel Terikat Laba
Analisis Kuantitatif Ordinary Least Square (OLS)
• • • • •
Variabel Bebas P.Premi H.Investasi B.Klaim B.Operasional Dummy
Pengaruh Faktor-faktor Terhadap Laba PT. Asuransi Takaful Keluarga Keterangan : Variabel Terikat Variabel Bebas Hubungan Satu Arah Gambar 2.3. Bagan Kerangka Pemikiran 2.9.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga,
48
2. Beban klaim, beban operasional, serta dummy krisis moneter 1997 berpengaruh negatif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga.
49
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Dewan Asuransi Indonesia (DAI) berdasarkan Laporan Tahunan Perasuransian Indonesia yang dikeluarkan olah Departemen Keuangan. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. Pada penelitian ini perusahaan asuransi jiwa syariah yang diteliti hanyalah P.T. Asuransi Takaful Keluarga dengan pertimbangan bahwa P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia sekaligus perusahaan asuransi jiwa syariah yang terbesar saat ini, sehingga dapat dijadikan acuan bagi penelitian perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Pengambilan data sampel dibatasi hanya 14 tahun disebabkan karena P.T. Asuransi Takaful Keluarga baru berdiri pada tahun 1994 dan Laporan Tahunan Perasuransian Indonesia pada tahun 2008 belum diterbitkan oleh Departemen Keuangan. Data kuantitatif berupa angka-angka yang merupakan indikator-indikator yang memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga yaitu berupa data laba, pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional. Data kualitatif berupa informasi dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan asuransi jiwa syariah dan P.T. Asuransi Takaful Keluarga di Indonesia. Data tersebut diperoleh dari
50
beberapa literatur yang diambil dari Laporan Tahunan Departemen Keuangan, Laporan Tahunan P.T. Asuransi Takaful Keluarga, perpustakaan IPB, jurnal-jurnal, media massa dan internet. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan kondisi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Regresi yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan metode estimasi kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) dan pengolahan data menggunakan program Minitab dan Microsoft Excel. 3.2.
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Analisis ini mengacu pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi
pendapatan perusahaan asuransi jiwa yang telah dilakukan oleh Palupy (2006), tapi tanpa menyertakan lapses sebagai variabel bebasnya. Variabel terikat di penelitian ini adalah laba usaha yang diterima oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang diperoleh dari laporan laba rugi usaha. Sedangkan variabel-variabel bebasnya adalah pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional dan dummy krisis moneter 1997. Pendapatan premi dan hasil investasi merupakan faktor utama bagi laba usaha perusahaan asuransi jiwa syariah, dimana semakin besar pendapatan premi dan hasil investasi, maka laba yang diterima perusahaan akan semakin besar. Sedangkan beban klaim adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi jiwa syariah yang dapat mengurangi laba perusahaan asuransi jiwa syariah, dan beban operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam
51
menjalankan usahanya, dimana beban operasional dapat mengurangi laba yang dapat diterima oleh perusahaan. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini, dapat ditulis sebagai berikut : LABAt = β0 + β1 PPt+ β2 HIt + β3BKLAIMt + β4 BOPERASIt+ β5 ut Dimana: LABAt
= Nilai Laba Perusahaan pada tahun t (Rp.);
PPt
= Nilai Pendapatan Premi Perusahaan pada tahun t (Rp.);
HIt
= Nilai Hasil Investasi Perusahaan pada tahun t (Rp.);
BKLAIMt
= Nilai Beban Klaim Perusahaan pada tahun t (Rp.);
BOPERASIt
= Nilai Beban Operasional Perusahaan pada tahun t (Rp.);
DUMMY
= Dummy Krisis, dimana D = 0 untuk t sebelum krisis, tahun 1994 sampai 1996) D = 1 untuk t setelah krisis, tahun 1997 sampai 2007)
t
= Tahun 1994 sampai 2007
ut
= Unsur gangguan (error)
β0
= Nilai konstanta
β1,β2,β3, β4,β5
= Nilai koefisien masing-masing variabel bebas
Estimasi tanda dari koefisien bebas diduga adalah β1, β2 > 0, yang artinya masing-masing variabel bebas (PPt dan HIt,) memiliki hubungan positif terhadap LABAt. Sedangkan untuk β3, β4,dan β5 < 0, yang artinya masing-masing variabel
52
bebas (BKLAIMt,BOPERASIt,dan DUMMY) memiliki hubungan yang negatif terhadap LABAt.. 3.3.
Metode Analisis Data yang diperoleh berupa data sekunder dan pengolahan model dalam
penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS (Ordinary Least Square), yang merupakan salah satu pengolahan data dari ekonometrika yang paling sering digunakan karena kemudahannya dalam pengolahan data. Metode OLS biasa dikemukakan oleh Carl Friedrich Gauss. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik yang membuatnya menjadi satu metode analisis regresi yang paling kuat dan populer. Asumsi-asumsi yang dibuat oleh Gauss adalah sebagai berikut (Gujarati,1978): 1. Nilai rata-rata hitung dari deviasi yang berhubungan dengan setiap variabel independen harus sama dengan nol, 2. Tidak adanya autokorelasi pada setiap variabel dalam model, 3. Tidak adanya heteroskedastisitas yang dapat diartikan dengan nilai varians yang sama, 4. Tidak adanya korelasi antara koefisien error dengan variabel independen Menurut Teorema Gauss-Markov dengan melihat asumsi model regresi linear klasik, penaksir kuadrat terkecil, dalam kelas penaksir linear tak bias, mempunyai varians minimum; yaitu, penaksir tersebut bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Metode OLS digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas yang memengaruhi variabel dependen.
53
3.4.
Pengujian Terhadap Model
3.4.1. Uji F-stastistik Uji F-stastistik bertujuan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama pada model sudah layak untuk menduga variabel terikat. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat , hal ini disebut sebagai hipotesis nol. Hipotesis : H0
: β1 = β2 = .... = βn = 0
(tidak ada pengaruh nyata dari variabel-variabel bebas dalam persamaan) H1
: minimal salah satu βi 0
(paling sedikit ada 1 variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat) Untuk : i = 1,2,3,...,k Kriteria Uji : Probability F-statistic < taraf nyata ( ), maka tolak H0 Probability F-statistic > taraf nyata ( ), maka terima H0 Jika tolak H0, berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan model layak digunakan. Sebaliknya jika terima H0, berarti tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata.
54
3.4.2. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh pada variabel terikatnya atau untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas. Hipotesis: H0
: βi = 0
H1
: βi
untuk i= 1,2,3
0
Dimana hasil dari t hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = t
/2 (n-k))
Kriteria Uji : t-hitung > t
/2 (n-k),
maka tolak H0
t hitung < t
/2 (n-k),
maka terima H0
Jika t-hitung > t-tabel maka tolak H0 berarti variabel bebas signifikan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf . Jika t-hitung < t-tabel maka tolak H0 berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada taraf . 3.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Menurut Gujarati (1993), R2 memiliki dua sifat, yaitu: 1. Merupakan besaran non negatif, dan
55
2. Batasnya adalah 0
R2
1. Jika R2 bernilai 1 berarti variabel bebas memiliki
kecocokan sempurna dengan variabel terikat, sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti antara variabel bebas dan variabel terikat tidak terdapat hubungan. Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R2 untuk menilai baik buruknya suatu model adalah nilai R2 akan selalu mendapatkan nilai yang terus meningkat seiring dengan penambahan variabel bebas ke dalam model. Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan Adjusted R-squared untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya. Nilai Adjusted R-squared tidak akan pernah lebih besar dari nilai R2, bahkan dapat turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Bahkan untuk model yang memiliki kecocokan yang rendah Adjusted R-squared dapat memiliki nilai yang negatif. 3.5.
Pengujian Ekonometrik Pengujian ekonometrik digunakan untuk melihat ada atau tidaknya
pelanggaran terhadap asumsi klasik pada penggunaan metode OLS. Pengujian ekonometrik meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Apabila terjadi pelanggaran maka hasil estimasi menjadi tidak valid. 3.5.1. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah hubungan linier yang kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi berganda. Menurut Gujarati (1978), tanda-tanda adanya multikolinieritas adalah sebagai beikut : 1. Tanda koefisien tidak sesuai dengan yang diharapkan,
56
2. Nilai R2 tinggi, tetapi dalam uji individu banyak yang tidak nyata atau bahkan tidak nyata semua, 3. Korelasi sederhana antar variabel tinggi (rij > 0,4), 4. R2 < rij menunjukkan bahwa terjadi multikoliniearitas. Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinieritas dalam model salah satunya adalah dengan uji Manquardt, yaitu dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel independen. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh, maka dinyatakan tidak terdapat multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh, maka dalam model tersebut terjadi multikolinieritas antar variabel independennya. 3.5.2. Uji Autokorelasi Autokorelasi terdeteksi ketika terjadi hubungan serius antara galat estimasi satu observasi dengan galat estimasi observasi lainnya. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada data time series. Dampak dari adanya autokorelasi adalah tidak efisiennya pendugaan atau peramalan meskipun estimatornya tidak bias dan masih konsisten. Dampak lainnya adalah standar error menjadi bias dan tidak konsisten sehingga uji pada hipotesis menjadi tidak valid. Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 1978). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson. Jika nilai Durbin Watson mendekati 2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
57
3.5.3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila penyebaran varians tiap unsur galat tidak konstan atau berbeda-beda. Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas atau memiliki ragam error yang sama. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan pertama kali pada uji ini adalah mendapatkan residual (ut) dari regresi OLS, lalu regresikan nilai absolut dari ut, |ut|, terhadap variabel bebas yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat. Uji ini menggunakan nilai probabilitas dari |ut|, jika hasil regresi siginifikan berarti terdapat masalah heteroskedastisitas. Hipotesis : H0
: =0
H1
:
0
Kriteria uji : Probability |ut|
< , maka tolak H0
Probability |ut|
> , maka terima H0
Jika H0 ditolak maka terjadi heteroskedastisitas dalam model, Sebaliknya jika H0 diterima maka tidak ada heteroskedastisitas dalam model. 3.5.4. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan karena jumlah data yang digunakan kurang dari 30. Uji ini digunakan untuk melihat apakah error telah mendekati distribusi normal. Pada Software Minitab uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Probability Plot. Jika nilai probabilitas (P-value) lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka
58
model persamaan OLS yang digunakan tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi secara normal.
59
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.
Profil P.T. Asuransi Takaful Keluarga Dengan beroperasinya bank-bank syariah sesuai Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan-ketentuan pelaksanannya, telah muncul kebutuhan terhadap kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah. Untuk itulah pada Juli 1993, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Bhd melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri, telah sepakat untuk memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI). TEPATI telah merealisasikan berdirinya P.T. Syarikat Takaful Indonesia sebagai Holding Company dan dua anak perusahaannya P.T.. Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) dan P.T.. Asuransi Takaful Umum (Asuransi Kerugian). Dibentuknya dua perusahaan asuransi tersebut adalah untuk mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, dimana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah. P.T. Asuransi Takaful Keluarga yang bergerak di bidang asuransi jiwa syariah didirikan pada 4 Agustus 1994 dan mulai beroperasi pada 25 Agustus 1994, yang ditandai dengan peresmian oleh Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad. P.T. Asuransi Takaful Keluarga telah memberikan jasa perlindungan asuransi yang menerapkan
60
prinsip-prinsip murni syariah pertama di Indonesia. Kepemilikan mayoritas saham Asuransi Takaful Keluarga saat ini dipegang oleh Syarikat Takaful Indonesia (99.94 persen), sedangkan sisanya dipegang oleh Koperasi Karyawan Takaful (0,04 persen), dimana Syarikat Takaful Indonesia saat ini dikuasai oleh Syarikat Takaful Malaysia Berhad (56,00 persen) dan Islamic Development Bank (26,39 persen), sedangkan selebihnya oleh Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Bank Muamalat Indonesia serta Karya Abdi Bangsa dan lain-lain. Fokus utama dari P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah memberikan layanan dan bantuan menyangkut asuransi jiwa dan keluarga, dengan harapan bisa tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera dengan perlindungan asuransi yang sesuai Muamalah Syariah Islam. Konsep dan filosofi yang dianut oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah segala musibah dan bencana yang menimpa manusia adalah ketentuan Allah. Namun manusia wajib berikhtiar untuk memperkecil resiko dan juga dampak keuangan yang mungkin timbul. Upaya tersebut seringkali tidak memadai, sehingga tercipta kebutuhan akan mekanisme mengalihkan resiko seperti melalui konsep Takaful atau asuransi. Sebagai perusahaan asuransi syariah, P.T. Asuransi Takaful Keluarga bekerja dengan konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana telah digariskan di dalam Al Qur’an, “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa” (Qs. Al Maidah: 2). Dengan landasan ini, P.T. Asuransi Takaful Keluarga menjadikan semua peserta sebagai satu keluarga besar yang akan saling melindungi
61
dan secara bersama menanggung resiko keuangan dari musibah yang mungkin terjadi di
Al-Mudharabah,
Al-Wakalah,
dan
Tabarru’.
Akad-akad
Takaful
tidak
mengandung unsur Al-Riba (bunga uang), Al-Maisir (Judi), dan Al Gharar (untunguntungan) yang dilarang dalam akad-akad keuangan Islami. 4.2.
Visi, Misi dan Tujuan P.T. Asuransi Takaful Keluarga Visi dari P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah menjadi grup asuransi
terkemuka yang menawarkan jasa Takaful dan keuangan syariah yang komprehensif dengan jangkauan signifikan di seluruh Indonesia menjelang tahun 2011. Operasional perusahaan dilaksanakan atas dasar prinsip-prinsip syariah yang bertujuan memberikan fasilitas dan layanan terbaik bagi umat dan masyarakat Indonesia. Misi yang ingin dicapainya adalah memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko bagi umat dengan menawarkan jasa Takaful dan keuangan syariah yang dikelola secara profesional, adil, tulus dan amanah. Tujuan keberadaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah memberikan pelayanan terbaik, amanah, dan profesional kepada umat Islam dan bangsa Indonesia. 4.3.
Kebijakan, Sasaran dan Komitmen Mutu P.T. Asuransi Takaful Keluarga Kebijakan mutu P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah kepuasan peserta
secara menyeluruh. Sasaran mutu P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah menjalankan bisnis bebas dari kesalahan, keterlambatan, dan pengaduan berulang. Komitmen mutu perusahaan adalah mengerti kebutuhan peserta dan melakukan pekerjaan dengan benar sejak awal, menyesuaikan jadwal kerja untuk memenuhi
62
kebutuhan peserta, menerapkan budaya kerja tim yang kompak dan melakukan perbaikan yang berkesinambungan. 4.4.
Produk Asuransi P.T. Asuransi Takaful Keluarga Produk asuransi syariah Takaful Keluarga terdiri dari dua jenis, yaitu :
1)
Produk asuransi Takaful Keluarga Individual, yaitu : a) Takafulink Sarana berinvestasi sekaligus berasuransi sesuai syariah yang disediakan PT Asuransi Takaful Keluarga. Program ini menawarkan hasil investasi yang optimal dengan pilihan sesuai preferensi nasabah. Pilihan investasi yang ditawarkan adalah : 1. Takaful Dana Istiqomah Menawarkan cara berinvestasi dengan hasil yang stabil dan risiko yang aman. Pada pilihan ini seluruh dana nasabah akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan tetap. 2. Takaful Dana Mizan Menawarkan cara berinvestasi dengan hasil yang optimal dan risiko yang moderat. Pada pilihan ini sebagian dana nasabah akan ditempatkan pada instrumen investasi berpendapatan tetap dan sebagian lainnya pada saham. b) Takaful Dana Investasi Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang Rupiah atau US Dollar.
63
Dana ini sebagai investasi yang diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal dunia lebih awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya. c) Takaful Kecelakaan Diri Program Takaful yang memberikan santunan kepada peserta atau ahli warisnya bila peserta meninggal dunia, cacat, atau mengeluarkan biaya perawatan akibat kecelakaan. d) Fulnadi (Takaful Dana Siswa) Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana pendidikan dalam mata uang Rupiah atau US Dollar untuk putra-putrinya sampai sarjana. e) Takafulink Alia Program Takaful yang memberikan hasil investasi optimal dengan jenis investasi campuran melalui sistem pengelolaan syariah, dengan manfaat tambahan seperti program asuransi kecelakaan diri dan atau asuransi kesehatan. f) Takaful Dana Haji Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang Rupiah atau US Dollar untuk biaya menjalankan ibadah haji.
64
2)
Produk asuransi Takaful Keluarga Kumpulan atau Grup, yaitu : a) Takaful Al-Khairat Individu Program Takaful Al-Khairat adalah suatu bentuk perlindungan kumpulan yang diperuntukkan kepada ahli warisnya apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian. b) Takaful Kecelakaan Diri Program Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan adalah suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan untuk perusahaan, organisasi atau perkumpulan yang bermaksud menyediakan santunan kepada karyawan atau anggota apabila mengalami musibah karena kecelakaan dalam masa perjanjian. c) Takaful Kecelakaan Siswa Program Takaful Kecelakaan Siswa adalah suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan kepada Sekolah atau Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan Non Formal yang bermaksud menyediakan santunan kepada siswa atau mahasiswa atau pesertanya apabila mengalami musibah karena kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total maupun sebagian atau meninggal. d) Takaful Wisata & Perjalanan Program Takaful Wisata & Perjalanan adalah program yang diperuntukkan bagi Biro Perjalanan dan Wisata atau Travel yang berkeinginan memberikan perlindungan kepada pesertanya apabila mengalami musibah karena kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total, sebagian atau meninggal selama wisata maupun perjalanan dalam dan luar negeri.
65
e) Takaful Pembiayaan Program Takaful Pembiayaan adalah suatu bentuk perlindungan asuransi yang memberikan manfaat Takaful yaitu berupa jaminan pelunasan hutang apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian 4.5.
Kinerja Keuangan P.T. Asuransi Takaful Keluarga Tahun 2007 P.T. Asuransi Takaful Keluarga sukses membukukan total pendapatan premi
bruto sebesar sebesar 71 persen atau senilai Rp 249,93 miliar pada tahun 2007. Penerimaan premi bruto Takaful Keluarga ini melonjak 58,3 persen dari Rp 157,91 miliar pada tahun 2006. Angka tersebut merupakan kontribusi dari tiga pilar bisnis Takaful Keluarga, yaitu bisnis individu (ritel), bisnis korporasi, dan bisnis renewal. Pada tahun 2007, bisnis individu membukukan Rp 81,8 miliar, bisnis korporasi sebesar Rp 97,1 miliar dan bisnis renewal sebesar Rp 71 miliar. Dari pilar bisnis ritel sebesar Rp 81,8 miliar, sumbangan utamanya berasal dari produk unitlink yang menghasilkan kontribusi Rp 63,25 miliar. Perlu diketahui, Takafulink Alia termasuk tiga besar produk unit link di Indonesia yang menghasilkan return tertinggi 41,66 persen (Bisnis Indonesia, 2007). Untuk pilar bisnis korporasi (Rp 97,1 miliar), penyumbang utamanya dari employee benefit, yaitu asuransi kesehatan dan kecelakaan sebesar Rp 43,26 miliar, bancatakaful Rp 39,95 miliar, dan hasil aliansi dengan perusahaan lain Rp 13,9 miliar. Total pembayaran klaim pada 2007 mencapai Rp 118,51 miliar. Beban klaim yang dikeluarkan merefleksikan kenaikan sebesar 54,42 persen dibandingkan jumlah beban klaim pada tahun sebelumnya. Pendapatan investasi perusahaan pada tahun
66
2007 mencapai Rp 41,49 miliar atau meningkat signifikan sebesar 68 persen dari pendapatan investasi pada tahun 2006 sebesar Rp 24,69 miliar. Pertumbuhan investasi yang menggembirakan itu didorong oleh semakin meningkatnya kepiawaian perusahaan dalam mengelola portofolio investasi yang ditanamkan di sejumlah instrumen investasi yang berbasis syariah seperti pasar uang, obligasi dan reksa dana. Rata-rata tingkat imbal hasil investasi cukup menggembirakan mencapai 11 persen, atau lebih tinggi dibanding tahun 2006 yaitu 8 persen. Total dana investasi yang ditanamkan meningkat 34,76 persen dari Rp 266,20 miliar miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 358,74 miliar pada tahun 2007. Dalam berinvestasi, perusahaan selalu
mencari sejumlah alternatif investasi yang
memberikan imbal hasil yang memuaskan namun tetap prudent dan berpegang teguh pada prinsip-prinisip syariah. Selain itu, transparansi kepada nasabah juga sangat dijunjung tinggi. P.T. Asuransi Takaful Keluarga mencatat kenaikan laba bersih sebesar 31,7 persen dari Rp 6,11 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 8,05 miliar pada tahun 2007. Rasio laba bersih per ekuitas meningkat dari 8,42 persen pada tahun 2006 menjadi 9,76 persen pada tahun 2007. Dan rasio laba bersih per aset meningkat tipis dari 1.82 persen pada tahun 2006 menjadi 1,83 persen pada tahun 2007. Jumlah aktiva Takaful Keluarga mengalami pertumbuhan yang mengesankan sebesar 30,81 persen dari Rp. 336,09 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. 439,64 miliar pada akhir tahun 2007. Peningkatan tersebut terutama mencerminkan kenaikan
67
pada komponen terbesar aktiva perusahaan yaitu portofolio investasi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Tingkat solvabilitas perusahaan senantiasa dijaga dengan memadai untuk memelihara kewajiban keuangannya, termasuk kemampuan dalam membayar klaim asuransi. Pemerintah menetapkan, perusahaan asuransi di Indonesia wajib memenuhi ketentuan Batas Tingkat Solvabilitas (BTS) minimum sebesar 120 persen. Hingga 31 Desember 2007, BTS untuk Takaful Keluarga adalah 267 persen. Pencapaian tersebut jauh di atas ketentuan minimum yang diwajibkan pemerintah.
68
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Asuransi jiwa syariah merupakan salah satu industri yang masih terus
menjanjikan perkembangannya dimasa yang akan datang karena pasar untuk asuransi syariah masih terbuka lebar. P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama sekaligus yang terbesar di Indonesia setelah melalui tahun-tahun krisis ekonomi yang berat masih menunjukkan kinerja yang cukup baik Hal ini didukung dari pertumbuhan volume usaha yang semakin meningkat ditinjau dari jumlah premi yang diterima oleh perusahaan ini. Namun peningkatan pendapatan premi yang terus meningkat ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan laba. Laba yang berhasil diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga terus mengalami perubahan setiap tahunnya, dimana laba tertinggi diraih pada tahun 2007 sebesar Rp. 8,045 miliar, sedangkan kerugian terbesar terjadi pada tahun 2004 yang mencapai Rp.18,36 miliar. Rincian perkembangan perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga dapat dilihat pada tabel 5.1.
69
Tabel 5.1 Perkembangan Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga (Dalam Juta Rupiah) Tahun Laba 1994 -151 1995 -409 1996 -923 1997 135 1998 312 1999 221 2000 751 Sumber : Bapepam LK, 2007.
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Laba -556 -3494 -2324 -18369 1565 6812 8045.6
Pada tiga tahun pertama berdirinya P.T. Asuransi Takaful Keluarga yaitu dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1996, perusahaan masih mengalami kerugian. Hal ini disebabkan asuransi syariah pada tahun-tahun tersebut masih belum terlalu dikenal oleh karena itu sehingga pendapatan premi yang berhasil diperoleh perusahaan masih rendah. Pada tahun 1996 terjadi peningkatan pendapatan premi sebesar Rp. 6,7 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 3,2 miliar pada tahun 1995 menjadi Rp. 9,9 miliar. Namun kerugian yang diderita perusahaan malah semakin besar, hal ini disebabkan terjadi peningkatan beban klaim yang pesat pada tahun 1996 sebesar Rp. 6,4 miliar. Pada tahun 1997, ketika terjadi krisis moneter, laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga malah meningkat pesat menjadi Rp. 1,35 miliar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan pendapatan premi P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebesar 89 persen. Peningkatan pendapatan premi ini disebabkan oleh terjadinya pengalihan premi dari asuransi jiwa konvensional ke asuransi jiwa syariah karena kepercayaan masyarakat terhadap asuransi jiwa konvensional yang menurun akibat terjadinya
70
negative spread pada industri asuransi konvesional dampak dari turunnya suku bunga. Sehingga
perusahaan
asuransi
konvensional
tidak
dapat
menutupi
biaya
operasionalnya, yang pada akhirnya membuat perusahaan asuransi konvensional mengalami kerugian. Peningkatan laba ini terus berlanjut pada tahun 1998, namun pada tahun 1999 kembali terjadi penurunan laba. Hal ini disebabkan oleh menurunnya hasil investasi yang diterima oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Kondisi ini sebetulnya relatif baik, mengingat pada tahun-tahun itu ekonomi Indonesia tengah dilanda krisis. Bahkan, tak sedikit perusahaan asuransi konvensional yang kesulitan likuiditas dan akhirnya gulung tikar. Pada tahun 2000, laba yang berhasil diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga mengalami peningkatan yang pesat. Hal ini dikarenakan hasil investasi yang diterima pada tahun itu mengalami peningkatan sebesar Rp. 3,5 miliar. Pada tahun 2000, tercatat peluncuran tiga reksa dana yang berbasiskan syariah. Hal ini memberikan peluang kepada P.T. Asuransi Takaful Keluarga untuk meletakkan dana investasi pada instrumen investasi selain deposito mudharabah. Reksa dana syariah memberikan hasil investasi yang lebih besar daripada deposito mudharabah. Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, P.T. Asuransi Takaful Keluarga terus mencatat kerugian. Pada tahun 2001, kerugian pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga diakibatkan dari terjadinya peningkatan beban klaim yang cukup pesat yaitu sebesar Rp. 10,11 miliar. Pada tahun 2002, terjadi peningkatan kerugian pada perusahaan ini. Hal ini disebabkan antara lain karena terjadinya penurunan hasil investasi dan peningkatan beban operasional perusahaan. Penurunan hasil investasi
71
disebabkan turunnya hasil investasi dari dana perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk mata uang asing akibat dari naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Sedangkan peningkatan beban operasional disebabkan dari meningkatnya beban administrasi dan umum sebesar Rp. 8,06 miliar. Pada tahun 2003 perusahaan tetap mengalami kerugian namun kerugian tersebut mengalami penurun dibandingkan tahun 2002. Penurunan kerugian ini disebabkan oleh membaiknya hasil investasi yang diperoleh perusahaan, hasil investasi perusahaan mengalami peningkatan sebesar Rp. 3,9 miliar namun beban klaim yang harus ditanggung perusahaan turut mengalami peningkatan sebesar Rp. 12,5 miliar. Selain itu pada tahun ini terjadi peningkatan beban operasional sebesar Rp. 3,89 miliar, peningkatan ini terjadi karena banyaknya ekspansi yang dilakukan manajemen Takaful Indonesia dan peningkatkan kualitas sumberdaya (SDM), sistem dan teknologi informasi (TI) yang membutuhkan biaya yang besar. Hal inilah yang menyebabkan pada tahun 2003, tetap terjadi kerugian. Kerugian terbesar yang dialami P.T. Asuransi Takaful Keluarga terjadi pada tahun 2004, yaitu mencapai Rp. 18,369 miliar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban klaim secara pesat sebesar Rp. 32,5 miliar. Kenaikan beban klaim ini disebabkan oleh terjadinya bencana bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dimana pada daerah NAD ini terdapat cukup banyak peserta asuransi Takaful Keluarga. Selain peningkatan beban klaim, besarnya kerugian yang dihadapi P.T. Asuransi Takaful Keluarga juga disebabkan oleh meningkatnya beban operasional sebesar Rp. 6,5 miliar, dimana peningkatan beban
72
operasional ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban pemasaran dan beban administrasi dan umum. Di tahun 2005, P.T. Asuransi Takaful Keluarga akhirnya kembali mencatat laba, yaitu sebesar Rp. 1,56 miliar. Perolehan laba yang terjadi ini disebabkan oleh karena terjadinya kenaikan pendapatan premi dan hasil investasi. Pendapatan premi yang berhasil diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga mencatat peningkatan sebesar 10,95 persen dari Rp. 98,02 miliar menjadi Rp. 108,76 miliar pada tahun 2005. Peningkatan premi ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara P.T. Asuransi Takaful Keluarga dengan perbankan syariah melalui program Bancatakaful. Perusahaan telah menjalin kemitraan dengan Bank Muamalat, yang bertujuan meningkatkan layanan bagi pelanggan kedua lembaga keuangan tersebut, terutama dalam hal pemasaran produk-produk Bancatakaful. Selain itu, sejak tahun 2005, P.T. Asuransi Takaful Keluarga meluncurkan Takafulink. Pada saat itu, Takafulink merupakan satu-satunya produk unit-link syariah di Indonesia dan menjadi salah satu produk unggulan yang mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pendapatan premi perusahaan. Di tahun 2006, P.T. Asuransi Takaful Keluarga mencatat peningkatan laba yang cukup pesat yaitu sebesar Rp. 5,24 miliar. Peningkatan laba ini terutama disebabkan oleh terjadinya peningkatan hasil investasi. Kenaikan pendapatan investasi terutama mencerminkan semakin baiknya kemampuan perusahaan untuk mengelola portofolio investasi yang beragam, termasuk penempatan dana di berbagai instrumen pasar modal yang pada tahun 2006 mencatat pertumbuhan yang sangat
73
baik. Hal ini tercermin dari meningkatnya hasil investasi sebesar 90,97 persen dari Rp. 13,2 miliar menjadi Rp. 25,06 miliar pada tahun 2006. Total dana investasi yang dikelola tumbuh dari Rp 203,09 miliar di tahun 2005 menjadi Rp 235,24 miliar di tahun 2006, atau meningkat 15,83 persen. Porsi deposito mudharabah masih mendominasi komposisi portofolio investasi perusahaan yaitu hampir sebesar 50 persen dari total nilai portofolio. Angka tersebut merupakan penurunan dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 59 persen, sejalan dengan kebijakan perusahaan untuk terus mengalihkan penempatan dana pada instrumen-instrumen lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, dengan tetap memperhatikan azas kehati-hatian berinvestasi. Selain pada deposito mudharabah, penempatan dana investasi perusahaan pada tahun 2006 dilakukan melalui investasi tanah dan bangunan (12 persen), reksadana dan sukuk (34 persen) dan selebihnya dalam bentuk-bentuk investasi lain termasuk pembiayaan murabahah dan mudharabah. Pada sisi beban operasional terjadi peningkatan sebesar 57,55 persen, yaitu dari Rp. 36,17 miliar menjadi Rp. 56,99 miliar pada tahun 2006. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya beban administrasi dan umum, terutama mencerminkan biaya-biaya untuk relokasi kantor cabang. Beban pemasaran juga mencatat kenaikan pesat sejalan dengan upaya untuk memperluas pemasaran produkproduk asuransi perusahaan. Di tahun 2007, terjadi puncak perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga yaitu sebesar Rp. 8,045 miliar. Tingginya laba yang diraih merupakan sumbangan
74
dari pesatnya peningkatan pendapatan premi dan hasil investasi perusahaan. Pendapatan premi netto yang diraih perusahaan meningkat sebesar 86 persen, yaitu dari Rp. 111,706 miliar menjadi Rp. 208,081 miliar pada tahun 2007. Angka tersebut merupakan kontribusi dari tiga pilar bisnis Takaful Keluarga, yaitu bisnis individu (ritel), bisnis korporasi, dan bisnis renewal. Pada tahun 2007, premi bruto yang didapat dari bisnis individu mencapai Rp 81,8 miliar, bisnis korporasi sebesar Rp 97,1 miliar dan bisnis renewal sebesar Rp 71 miliar. Dari pilar bisnis ritel sebesar Rp 81,8 miliar, sumbangan utamanya berasal dari produk unitlink yang menghasilkan kontribusi Rp 63,25 miliar. Takafulink Alia termasuk tiga besar produk unitlink di Indonesia yang menghasilkan return tertinggi 41,66 persen. Untuk pilar bisnis korporasi (Rp 97,1 miliar), penyumbang utamanya dari employee benefit, yaitu asuransi kesehatan dan kecelakaan sebesar Rp 43,26 miliar, bancatakaful Rp 39,95 miliar, dan hasil aliansi dengan perusahaan lain Rp 13,9 miliar. Hasil investasi yang diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2007 meningkat sangat pesat sebesar 65,53 persen, yaitu dari Rp. 25,06 miliar menjadi Rp. 41,48 miliar pada tahun 2007. Pertumbuhan investasi yang menggembirakan itu didorong oleh semakin meningkatnya kepiawaian perusahaan dalam mengelola portofolio investasi yang ditanamkan di sejumlah instrumen investasi yang berbasis syariah seperti pasar uang, obligasi dan reksa dana. Total dana investasi yang ditanamkan meningkat 52,49 persen dari Rp 235,24 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 358,41 miliar pada tahun 2007. Dalam berinvestasi, perusahaan
75
selalu mencari sejumlah alternatif investasi yang memberikan imbal hasil yang memuaskan namun tetap prudent dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Selain itu, transparansi kepada nasabah juga sangat dijunjung tinggi. Dilihat dari komposisi portofolio investasi perusahaan, porsi deposito mudharabah adalah sebesar 30,6 persen dari total dana yang diinvestasikan. Namun persentase tersebut, lebih rendah dari porsi investasi deposito mudharabah pada tahun 2006 yang sebesar 40,30 persen. Dari tahun ke tahun, porsi deposito mudharabah terus mengalami penurunan, hal ini dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan yang ingin diraih. Deposito mudharabah tidak lagi mendominasi penggunaan investasi, porsi investasi terbesar adalah reksa dana sebesar 42,12 persen, obligasi syariah (sukuk) 10,38 persen, penyertaan langsung 8,6 persen, tanah dan bangunan 6,39 persen. Selebihnya ditanamkan di sejumlah investasi lainnya termasuk pembiayaan murabahah dan saham. 5.2.
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga
5.2.1. Uji Validasi Model Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga di Indonesia digunakan variabel-variabel bebas berupa pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional dan dummy krisis moneter 1997. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data tahunan dimulai dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. Pengestimasian model dalam penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan metode kuadrat terkecil biasa
76
(Ordinary Least Square). Perangkat software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Minitab 14 dan Microsoft Excel. Masalah yang biasa ditemui ketika menggunakan data time series adalah masalah multikolinearitas. Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Jika terdapat peubah bebas yang saling berkorelasi dengan peubah bebas lainnya, dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS masih mungkin dapat diperoleh, tapi interpretasinya menjadi sulit. Multikolinearitas berimplikasi bahwa sangat sedikit data dalam sample yang nilai peubah bebasnya sama, kapan saja perubahan terjadi dalam suatu peubah bebas yang berkolinearitas, maka pengamatan peubah bebas lainnya yang berpasangan kemungkinan akan berubah juga sesuai arah kolinearitasnya. Multikolinearitas juga dapat menyebabkan tanda koefisien regresinya berbeda dengan tanda koefisien korelasi sederhananya. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolienaritas adalah dengan melihat matriks korelasi. Hasil dari matriks korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.2 Matriks Korelasi LABA LABA
PPREMI
HI
BKLAIM
BOPERASI
DUMMY
1
0.207
0.480
0.171
0.258
-0.009
PPREMI
0.207
1
0.899
0.987
0.964
0.537
HI
0.480
0.899
1
0.909
0.907
0.403
BKLAIM
0.171
0.987
0.909
1
0.927
0.496
BOPERASI
0.258
0.964
0.907
0.927
1
0.493
-0.009
0.537
0.403
0.496
0.493
1
DUMMY
77
Dapat dilihat dari matriks korelasinya bahwa korelasi antar peubah bebas sangat tinggi terutama kolinearitas antara pendapatan premi dan hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional. Hal ini disebabkan karena pendapatan premi yang tinggi umumnya diikuti dengan hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional yang tinggi juga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data mengandung
multikolinearitas. Namun menurut Winarno (2007), multikolinearitas dapat diabaikan, karena estimator dari model yang akan digunakan masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel independen. Namun adanya multikolinearitas dapat menyebabkan standar error yang besar. Berdasarkan hasil estimasi model secara keseluruhan, pendugaan dan pengujian model ekonomi dengan kriteria statistik yang ada menunjukkan hasil yang cukup bagus dimana parameter-parameter dalam setiap persamaan memberikan tanda yang sesuai dengan teori yang ada. Nilai dari variabel laba diperoleh melalui beberapa langkah, yaitu meregresikan variabel-variabel bebas kemudian uji bebas pelanggaran asumsi OLS, yaitu autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Hasil dari estimasi Regresi Berganda Variabel Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga dapat dilihat pada tabel 5.3.
78
Tabel 5.3 Hasil Estimasi Regresi Variabel Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Variabel C PPREMI HI BKLAIM BOPERASI DUMMY R-Squared Adjusted R-Squared S.E. of Regression Sum squared resid
Koefisien -91,92220 0,782513 1,527758 -0,843082 -0,907653 -3807,436 = 95,8 % = 93,2 % = 446162217 = 19509465
Probabilitas 0,778 0,000 0,000 0,000 0,000 0,023 F-statistik Prob (F-statistik) Durbin-Watson
VIF 173,7 10,1 97,0 37,2 1,6 = 36,59 = 0,000 = 2,28
Dilihat dari nilai VIF yang lebih besar dari 10 pada variabel pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, dan beban operasional, maka dapat benar-benar disimpulkan bahwa terdapat masalah multikolinearitas. Multikolinearitas tersebut dihilangkan dengan melakukan Regresi Analisis Komponen Utama. Hasil estimasi regresi komponen utama ditunjukkan pada tabel 5.4. Tabel 5.4. Hasil Estimasi Regresi Analisis Komponen Utama Variabel Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Variabel C PPREMI HI BKLAIM BOPERASI DUMMY R-Squared Adjusted R-Squared S.E. of Regression Sum squared resid
Koefisien -360.304 0.786667 1.555939 -0.81639 -0.99134 -3549.47 = 94,8 % = 92,5 % = 441423145 = 24248537
t-hitung -25723323888 -17028025750 23291975367 12565115769 -646317461,7
F-statistik Prob (F-statistik) Durbin-Watson
VIF 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 = 40,96 = 0,000 = 1,98
79
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga secara signifikan adalah pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasinal dan dummy krisis moneter 1997. Berdasarkan hasil estimasi di atas maka dapat disusun persamaan regresi laba pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebagai berikut : LABA = - 360,304 + 0,786667 PPREMI + 1,555939 HI - 0,81639 BKLAIM - 0,99134 BOPERASI - 3549,47 Dummy Langkah selanjutnya setelah mendapatkan parameter-parameter estimasi adalah melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi tersebut. 5.2.2. Uji Statistik a.
Uji F-statistik Uji F-statistik menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-
sama dapat menjelaskan atau memengaruhi secara signifikan variabel terikat pada taraf nyata ( ) lima persen. Hal ini dapat dilihat dari angka probabilitas F-statistik sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata lima persen ( =5%). Sehingga dapat disimpulkan minimal terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. b.
Uji t-statistik Uji t-statistik dilakukan dengan melihat nilai multlak t-hit ,|t-hit|,dari masing-
masing variabel bebas, dimana nilai |t-hit| untuk setiap variabel bebas harus lebih besar dari nilai t tabel. Pada persamaan regresi analisis laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu pendapatan premi, hasil
80
investasi, beban klaim, beban operasional, dan dummy krisis secara statistik signifikan memengaruhi perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, dimana nilai |t-hit| lebih besar daripada nilai t-tabel (2,228). c.
Uji Koefisien Determinasi Pada persamaan regresi analisis laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga
diperoleh nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R-Squared) sebesar 92,5 persen. Ini berarti 92,5 persen keragaman variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat dalam model (pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional, dan dummy krisis). Sedangkan sisanya sebesar 7,5 persen dijelaskan oleh variabel bebas diluar model. 5.2.3. Uji Ekonometrika a.
Uji Normalitas Hasil dari uji normalitas berupa probability plot menunjukkan bahwa titik-
titik sisaan mendekati garis lurus seperti hasil yang didapatkan dari eksplorasi kenormalan sisaan lewat plot normal. Nilai P-Value sebesar 0,150, dengan demikian hipotesis H0 diterima atau galat telah menyebar secara normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 4. b.
Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,98, dimana
jika nilai Durbin-Watson mendekati 2 maka tidak terdapat autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga terbebas dari masalah autokorelasi.
81
c.
Uji Multikolinearitas Dari hasil uji regresi setelah dilakukan regresi komponen utama diperoleh
nilai VIF kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga tidak lagi terdapat multikolinearitas. d.
Uji Heteroskedatisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser dimana
jika nilai probabilitas |ut| lebih besar dari taraf nyata lima persen ( =5%) maka terima H0 yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji Glejser dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Uji Glejser Peubah PPREMI HI BKLAIM BOPERASI DUMMY 5.3.
Nilai p 0,963 0,236 0,995 0,758 0,132
Keterangan Homoskedastisitas Homoskedastisitas Homoskedastisitas Homoskedastisitas Homoskedastisitas
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga)
5.3.1. Pengaruh Pendapatan Premi Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Pendapatan premi dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang positif yang cukup besar dan signifikan terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada taraf nyata lima persen ( = 5 %). Nilai koefisien regresi pendapatan premi adalah sebesar 0,786667. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan premi
82
sebesar Rp. 1 miliar, maka laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan meningkat sebesar Rp. 0,786 miliar (ceteris paribus). Pendapatan premi berasal dari pembayaran premi yang dilakukan oleh peserta asuransi. Premi merupakan dana yang wajib dibayarkan peserta asuransi kepada perusahaan asuransi dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan akad yang berlaku. Dana premi yang masuk kedalam perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu dana tabungan (untuk produk saving) dan dana tabarru’, dimana dana ini tetap merupakan milik peserta kecuali dana tabarru’ yang memang sejak awal telah diikhlaskan oleh peserta yang digunakan untuk membayar klaim ketika peserta lain mengalami musibah.
Perusahaan disini hanya berperan untuk mengelola dana agar dapat
memberikan memberikan uang pertanggungan kepada peserta dan bagi hasil investasi (profit sharing), dimana besarnya pendapatan premi memengaruhi bagi hasil investasi. Semakin besar premi yang diterima oleh perusahaan, maka semakin banyak dana yang dapat diinvestasikan. Sehingga dapat diperoleh hasil investasi yang semakin besar, dimana semakin besar hasil investasi maka semakin besar pula laba yang dapat diraih oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa penerimaan premi memiliki hubungan yang positif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. 5.3.2. Pengaruh Hasil Investasi Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Berdasarkan hasil estimasi regresi dapat disimpulkan bahwa hasil investasi memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap laba P.T. Asuransi Takaful
83
Keluarga pada taraf nyata lima persen ( = 5 %). Hal ini sesuai hipotesis bahwa hasil investasi memiliki hubungan yang positif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Nilai koefisien regresi hasil investasi adalah sebesar 1,555939 yang berarti jika terjadi peningkatan hasil investasi sebesar Rp. 1 miliar , maka laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan meningkat sebesar Rp. 1,555 miliar (ceteris paribus). Nilai koefisien regresi hasil investasi lebih besar daripada nilai koefisien regresi pendapatan premi, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh hasil investasi terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga lebih besar daripada pengaruh pendapatan premi. Nilai koefisien regresi hasil investasi lebih besar dari nilai koefisien regresi pendapatan premi karena yang menjadi sumber utama laba bagi perusahaan adalah bagi hasil dari hasil investasi, dimana laba perusahaan adalah bagi hasil investasi dikurangi biaya operasional. Saat ini investasi yang dilakukan oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga dan juga perusahaan asuransi jiwa syariah lainnya paling banyak dilakukan pada instrumen investasi deposito mudharabah lalu disusul pada instrumen reksa dana. Namun sebenarnya hasil investasi dari instrumen reksa dana jauh lebih besar dari hasil investasi pada investasi deposito mudharabah. Hal ini menunjukkan diversifikasi portfolio investasi yang dilakukan oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga masih belum optimal, padahal hasil dari investasi inilah yang paling menentukan besarnya laba yang dapat diraih oleh perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan investasi yang tepat agar dapat memberikan hasil investasi yang optimal sehingga berpengaruh pada perolehan laba yang lebih besar bagi perusahaan.
84
5.3.3. Pengaruh Beban Klaim Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Variabel beban klaim berpengaruh negatif serta signifikan berpengaruh terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada taraf nyata lima persen ( = 5 %). Nilai koefisien regresi variabel beban klaim adalah sebesar -0,81639. Ini menujukkan jika beban klaim naik Rp. 1 miliar maka laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan menurun sebesar Rp. 0,816 miliar (ceteris paribus). Beban klaim merupakan beban yang paling besar jumlahnya pada beban asuransi dan cenderung terus meningkat besarnya setiap tahun. Uang pertanggungan yang digunakan sebagai pembayaran klaim pada asuransi jiwa syariah bersumber pada dana tabarru’ peserta, dimana semakin banyak uang pertanggungan yang dikeluarkan maka dana tabarru’ yang dapat diinvestasikan semakin sedikit. Hal ini mengakibatkan hasil investasi yang diperoleh perusahaan menurun, yang berujung pada bagi hasil investasi yang menjadi bagian perusahaan ikut menurun, sehingga pada akhirnya laba yang dapat diperoleh perusahaan turut berkurang. Namun nilai koefisien regresi variabel beban klaim memiliki pengaruh negatif paling kecil dibandingkan pengaruh negatif dari variabel-variabel lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam konsep takaful, setiap pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua, masuk ke rekening pemegang polis (peserta) dan satu lagi dimasukkan ke rekening khusus peserta yang telah diniatkan (tabarru’) atau derma untuk membantu saudaranya yang lain jika ada yang mendapat musibah. Dengan demikian perusahaan asuransi sudah mempersiapkan dana khusus untuk pembayaran klaim tersebut. Ketika terjadi kematian yang lebih awal dari perkiraan, dimana uang premi baru dibayarkan
85
sebagian maka kekurangan uang pertanggungan akan diambil dari dana tabarru’ tersebut sehingga perusahaan tersebut tidak akan mengalami kerugian. Hubungan yang negatif antara beban klaim dan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga sesuai dengan hipotesis. 5.3.4. Pengaruh Beban Operasional Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Beban operasional berpengaruh negatif dan signifikan berpengaruh terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada taraf nyata lima persen ( = 5 %). Nilai koefisien regresi beban operasional adalah sebesar -0,99134, berarti jika terjadi peningkatan biaya operasional sebesar Rp. 1 milyar maka laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan menurun sebesar Rp. 0,991 miliar (ceteris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis, dimana beban operasional berpengaruh negatif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Beban operasional menentukan hasil akhir dari laba yang dapat diperoleh dari perusahaan, yaitu setelah bagi hasil investasi diperoleh perusahaan lalu dikurangi oleh beban operasional. Nilai selisih dari hasil investasi dan beban operasional itulah yang menjadi laba perusahaan. Dampak negatif beban operasional terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga lebih besar daripada dampak negatif beban klaim. Hal ini mengindikasikan biaya yang dikeluarkan oleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga dalam menjalankan usahanya adalah kurang efisien, dimana penambahan beban operasional kurang memberikan kontribusi yang optimal terhadap hasil penjualan dimana dalam penelitian ini berupa pendapatan premi.
86
Setiap tahun beban operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan semakin meningkat, dimana penambahan ini terutama digunakan untuk membiayai beban administrasi dan umum dan beban pegawai. Sehingga pada akhirnya penambahan beban operasional yang dimaksudkan untuk mendongkrak pendapatan hanya meningkatkan beban bagi perusahaan yang akibatnya laba yang diterima oleh perusahaan menjadi menurun. 5.3.5. Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga Variabel dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menunjukkan dua kondisi yang berbeda yaitu sebelum krisis ekonomi tahun 1997 dan setelah krisis ekonomi tahun 1997. Variabel dummy krisis moneter berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga pada taraf nyata lima persen ( = 5 %). Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien regresi variabel dummy krisis moneter sebesar -3549,47, sehingga rata-rata perbedaan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebelum dan sesudah krisis adalah sebesar Rp. 3,54 miliar. Pengujian terhadap koefisien variabel dummy ini menunjukkan bahwa laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebelum dan sesudah krisis adalah berbeda nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi krisis ekonomi 1997, laba perusahaan mengalami penurunan dibandingkan sebelum krisis. Hal ini sesuai hipotesis bahwa dummy krisis moneter berpengaruh negatif terhadap laba perusahaan P.T. Asuransi Takaful Keluarga.
87
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Dari hasil analisis yang dilakukan pada P.T. Asuransi Takaful Keluarga,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga terus mengalami fluktuasi, dimana kerugian terbesar terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar Rp. 18, 36 miliar dan laba tertinggi diraih pada tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 8,045 miliar. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga adalah pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, beban operasional, dan dummy krisis moneter 1997. 3. Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif terhadap perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Kelurga. Semakin tinggi pendapatan premi dan hasil investasi, maka laba yang diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan semakin tinggi pula. Sedangkan, beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, dimana semakin tinggi beban klaim dan beban operasional maka laba yang diperoleh P.T. Asuransi Takaful Keluarga akan menurun. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi variabel dummy sebesar -3549,47, sehingga rata-rata perbedaan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga sebelum dan sesudah krisis adalah sebesar
88
Rp. 3,54 miliar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi krisis ekonomi 1997, laba perusahaan mengalami penurunan dibandingkan sebelum krisis. 6.2.
Saran
1.
Kemampuan untuk meningkatkan pendapatan premi berkaitan dengan dana atau modal yang dimiliki perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus meningkatkan modalnya sehingga perusahaan dapat melakukan promosi dengan lebih gencar tentang keunggulan asuransi jiwa syariah sehingga pasar produk asuransi P.T. Asuransi Takaful Keluarga tidak hanya dinikmati oleh kalangan muslim tetapi juga pihak non muslim. Penambahan modal juga ditujukan untuk memperkuat struktur dan infrastruktur perusahaan, termasuk pengembangan di bidang Teknologi Informasi (TI), Marketing, dan Sumberdaya Manusia (SDM). Penambahan modal dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kerjasama internasional untuk memperkuat daya saing serta mengembangkan pasar perusahaan. Kemampuan agen asuransi dalam menjaring nasabah sangat memengaruhi pendapatan premi, oleh karena itu perusahaan harus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dalam perusahaan dengan cara sertifikasi hingga tingkat agen. Dengan meningkatnya pemahaman dan penjualan yang sesuai dengan prinsip syariah, hal tersebut pun akan mendorong penjualan produk asuransi P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Pengaruh hasil investasi terhadap laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga lebih besar dibandingkan pengaruh pendapatan premi, oleh karena itu perusahaan harus
89
dapat meningkatkan hasil investasinya. Agar bisa mendapatkan hasil investasi yang optimal, maka perusahaan harus melakukan diversifikasi portfolio dengan cara menempatkan dana investasi pada instrumen-instrumen investasi yang memberikan hasil yang terbaik, dengan tetap memperhatikan tingkat risiko pada setiap instrumen investasi yang dipilih serta tetap memenuhi kaidah-kaidah syariah. Beban operasional memiliki pengaruh negatif yang besar terhadap perolehan laba perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan efisiensi mereka dalam melakukan operasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memangkas beban atau biaya operasional yang kurang memberikan kontribusi terhadap penjualan produk asuransi dan berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dapat benar-benar meningkatkan produktivitas. 2.
Karena keterbatasan data, maka untuk penelitian selanjutnya perlu diperinci beban-beban yang termasuk beban operasional, agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang keefisienan pengeluaran untuk beban operasional. Selain itu perlu ditambahkan variabel lain yang dapat memengaruhi perolehan laba pada perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia, yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti surplus underwriting dan lapses (pembatalan kontrak asuransi).
90
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 1992. Intermediate Accounting. BPFE, Yogyakarta. Belkaoui, Ahmed. 1997. Teori Akuntansi. Erlangga, Jakarta. Departemen Keuangan. 1994. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1994, Jakarta. . 1995. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1995, Jakarta. . 1996. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1996, Jakarta. . 1997. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1997, Jakarta. . 1998. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1998, Jakarta. . 1999. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 1999, Jakarta. . 2000. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2000, Jakarta. . 2001. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2001, Jakarta. . 2002. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2002, Jakarta. . 2003. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2003, Jakarta. . 2004. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2004, Jakarta.
91
. 2005. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2005, Jakarta. . 2006. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2006, Jakarta. . 2007. Laporan Perasuransian Indonesia Tahun 2007, Jakarta. Dewan Asuransi Indonesia. 1996. Kamus Istilah Asuransi Jiwa, Jakarta. Fikri, M. Agung Ali. 2009. Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi, dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah (Studi Kasus: P.T. Asuransi Syariah Mubarakah) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta. Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntasi Biaya. P.T. Elex Media Komputindo, Jakarta. Palupy, E. Michelia. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Pendapatan Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sula, M. Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General). Gema Insani, Jakarta. Takaful. 2005. Annual Report Takaful http://www.takaful.com/index.php.profile/list [20 April 2009].
2005.
. 2006. Annual Report Takaful http://www.takaful.com/index.php.profile/list [20 April 2009].
2006.
. 2007. Annual Report Takaful http://www.takaful.com/index.php.profile/list [20 April 2009].
2007.
. 2006. Sekilas Takaful http://www.takaful.com/index.php.profile/list [20 April 2009].
Indonesia.
Ulpah, Maria. 2006. Regresi Komponen Utama. [Makalah]. Program Studi Statistika Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
92
Winarno, W. Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan E Views. UPP STIM YKPN. Yogyakarta Yuningsih, Novia. 2004. Pengaruh Penerimaan Premi Asuransi Jiwa Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada P.T. Asuransi Jiwasraya (Persero) Bandung Regional Office [skripsi]. Fakultas Ekonomi. UNIKOM, Bandung.
93
94
Lampiran 1 Data Penelitian
Tahun
Laba
Pendapatan
Hasil
Beban
Beban
Perusahaan
Premi
Investasi
Klaim
Operasional
Dummy
(Juta Rp.)
(Juta Rp.)
(Juta Rp.)
(Juta Rp.)
(Juta Rp.)
Krisis
1994
-151
120
171
126
217
0
1995
-409
3238
648
2386
1473
0
1996
-923
10078
1174
8877
3328
0
1997
135
19238
6363
19271
6245
1
1998
312
25982
9084
27131
7656
1
1999
221
29103
1707
17689
4614
1
2000
751
43163
5286
30153
12046
1
2001
-556
52729
5894
40272
14353
1
2002
-3494
63997
2363
41416
22458
1
2003
-2324
79218
6273
53974
26348
1
2004
-18369
98022
8600
86510
32870
1
2005
1565
108763
13209
81791
36177
1
2006
6812
111706
25062
74136
56999
1
2007
8045,6
208081
41486,7
181235
67710,8
1
Sumber : Laporan Perasuransian Indonesia, Departemen Keuangan (1994-2007)
95
Lampiran 2 Hasil Analisis Regresi Regression Analysis: LABA versus PPREMI; HI; BKLAIM; BOPERASI; DUMMY The regression equation is : LABA = - 264 + 0,783 PPREMI + 1,53 HI - 0,844 BKLAIM - 0,909 BOPERASI - 3645 DUMMY Predictor
Coef
SE Coef
T
P
VIF
Constant
-263,7
903,0
-0,29
0,778
PPREMI
0,783
0,100
7,83
0,000
173,7
HI
1,527
0,121
12,61 0,000
10,1
BKLAIM
-0,843
0,089
-9,43 0,000
97,0
BOPERASI
-0,908
0,125
-7,26 0,000
37,2
DUMMY
-3645
1293
-2,82 0,023
1,6
S = 1561,63 R-Sq = 95,8% R-Sq(adj) = 93,2% Analysis of Variance Source
DF
Regression
5
Residual Error
8 19509465
Total
SS
MS
F
P
446162217 89232443 36,59 0,000
13 465671682
Source
DF
Seq SS
PPREMI
1
19871556
HI
1
209025254
BKLAIM
1
85776229
BOPERASI
1
112105392
DUMMY
1
19383786
Durbin-Watson statistic = 2,28979
2438683
96
Lampiran 3 Hasil Regresi Analisis Komponen Utama 1. Hasil Pembakuan peubah-peubah X menjadi Z Z1 -1.06506 -1.01041 -0.89259 -0.73677 -0.62544 -0.55522 -0.31049 -0.14279 0.05474 0.32158 0.65122 0.83952 0.89111 2.58061
Z2 -0.78609 -0.74407 -0.69773 -0.24061 -0.00091 -0.65078 -0.33549 -0.28193 -0.59299 -0.24854 -0.04355 0.36248 1.40665 2.85356
Z3 -0.99283 -0.94546 -0.80942 -0.59158 -0.42685 -0.62474 -0.36351 -0.15144 -0.12746 0.13573 0.81763 0.71873 0.5583 2.8029
Z4 -0.97937 -0.91987 -0.832 -0.69383 -0.62699 -0.77109 -0.41905 -0.30977 0.07416 0.25842 0.56736 0.72401 1.71031 2.21772
2. Akar ciri dan vektor ciri dari matriks R Principal Component Analysis: Z1; Z2; Z3; Z4; Z5 Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable Z1 Z2 Z3 Z4 Z5
4,097 0,710 0,114 0,074 0,003 0,820 0,142 0,023 0,015 0,001 0,820 0,962 0,984 0,999 1,000
PC1 -0,488 -0,461 -0,482 -0,478 -0,298
PC2 0,078 0,257 0,129 0,130 -0,945
PC3 -0,410 0,832 -0,323 -0,140 0,129
PC4 0,081 0,129 0,581 -0,799 0,011
PC5 -0,763 -0,112 0,556 0,309 0,025
Z5 -1.8452 -1.8452 -1.8452 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324 0.50324
97
Lanjutan Lampiran 3 3. Persamaan komponen utama dari vektor ciri LABA = - 599 - 767 W1 + 1722 W2 + 11605 W3 - 64382 W5 LABA = - 599 - 767 (-0,488 Z1 -0,461 Z2 -0,482 Z3 -0,478 Z4 -0,298 Z5) + 1722 (0,078 Z1 + 0,257 Z2 + 0,129 Z3 + 0,130 Z4 -0,945 Z5 )+ 11605 (-0,410 Z1 + 0,832 Z2 -0,323 Z3 -0,140 Z4 + 0,129 Z5) - 64382 (-0,763 Z1 -0,112 Z2 + 0,556 Z3 + 0,309 Z4 + 0,025 Z5) LABA = - 599 + 44874,0436 Z1 + 17662,3364 Z2 -38952,9492 Z3 -20928,226 Z4 1511,418 Z5 4. Meregresikan peubah respon Y terhadap skor komponen utama W W1 2.37793 2.28062 2.09425 0.93723 0.66105 1.09091 0.5319 0.27102 0.12302 -0.38091 -1.11237 -1.41884 -2.32045 -5.13537
W2 1.20307 1.23203 1.2822 -0.76225 -0.66185 -0.86796 -0.68803 -0.61948 -0.63093 -0.46339 -0.25646 -0.12961 0.25099 1.11168
W3 0.002092 -0.00897 -0.07493 0.454785 0.545984 0.060822 0.089155 -0.01878 -0.41987 -0.35349 -0.58149 -0.31093 0.450094 0.165522
W4 -0.00288 -0.01304 0.011347 0.125463 0.207819 0.12959 0.060676 0.117122 -0.20001 -0.12812 0.074544 -0.04037 -0.78265 0.440511
W5 -0.00168 -0.0033 0.004507 0.057841 0.058478 -0.07725 -0.04487 -0.02701 -0.01085 -0.04942 0.151095 -0.04435 0.015822 -0.02902
Koefisien Regresi dan ANOVA untuk W1,W2,W3, W5 Regression Analysis: LABA versus W1; W2; W3; W5 The regression equation is LABA = - 599 - 767 W1 + 1722 W2 + 11605 W3 - 64382 W5 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -598,9 438,7 -1,37 0,205 W1 -767,0 224,9 -3,41 0,008 1,0 W2 1722,2 540,2 3,19 0,011 1,0 W3 11605 1345 8,63 0,000 1,0 W5 -64382 7829 -8,22 0,000 1,0 S = 1641,43 R-Sq = 94,8% R-Sq(adj) = 92,5%
98
Lanjutan Lampiran 3 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 4 441423145 110355786 40,96 0,000 Residual Error 9 24248537 2694282 Total 13 465671682
Source W1 W2 W3 W5
DF 1 1 1 1
Seq SS 31337987 27383682 200493617 182207859
Unusual Observations Obs W1 LABA Fit SE Fit Residual St Resid 11 -1,11 -18369 -16663 1512 -1706 -2,67R R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1,98222 5. Transfomasi Balik. Transformasi Z menjadi X LABA = - 599 + 44874,0436
X3− X3 S3
-20928,226
X1− X1 S1
+ 17662,3364
X4− X4 -1511,418 S4 Peubah PPREMI HI BKLAIM BOPERASI DUMMY
X2− X2 S2
-38952,9492
X5− X5 S5
rata-rata 60874,36 9094,336 47497,64 20892,49 0,785714
Stdev 57043,22 11351,56 47713,93 21111,06 0,425815
LABA = -360,304 + 0,786667 PPREMI + 1,555939 HI -0,81639 BKLAIM 0,99134 BOPERASI -3549,47 Dummy
99
Lampiran 4 Uji Kenormalan
100
Lampiran 5 Uji t Peubah Z1 Z2 Z3 Z4 Z5
standar deviasi -1,74449E-06 -1,03725E-06 -1,67238E-06 -1,66558E-06 2,33851E-06
Koefisien 44874,04 17662,34 -38952,9 -20928,2 -1511,42
t-hitung -25723323888 -17028025750 23291975367 12565115769 -646317461,7
keterangan significant significant significant significant significant