PROSEDUR UNDERWRITING PRODUK ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)
Oleh: Miftahul Ulum NIM : 103046228384
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM U IN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PROSEDUR UNDERWRITING PRODUK ASURANSI KESEHATAN KUMPULAN PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)
Oleh: Miftahul Ulum NIM : 103046228384
Dosen pembimbing:
Ir. Agus Edi Sumanto, MM, AAIJ
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses underwriting dilakukan di PT. Asuransi Takaful Keluarga pada produk Asuransi Kesehatan Kumpulan. Dalam asuransi kesehatan kumpulan tidak dilakukan proses underwriting pada aspek medis secara individu pada calon peserta tapi lebih kepada sifat, ukuran dan stabilitas group tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor risikonya. Bila kondisi calon peserta tidak di bawah ketentuan polis maka diberlakukan premi standard, bila calon peserta di bawah ketentuan polis maka diberlakukan Pre Existing Condition, pemeriksaan medis lebih lanjut dan dikenakan tarif premi lebih tinggi atau permohonan tersebut ditolak. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menjelaskan hasil penelitian dengan cara menuturkan, menganalisa, mangklasifikasi dan mengadakan penilaian terhadap objek penelitian dengan tehnik pengumpulan data melalui survey, wawancara dan observasi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah prosedur dalam proses underwriting dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu analisis surat aplikasi permohonan asuransi yang telah diisi oleh peserta, menganalisis sifat dan kondisi kelompok tersebut, membandingkan dengan pengalaman klaim masa lalu hingga diambil keputusan underwriting. Kata kunci: Underwriting, faktor-faktor risiko dan keputusan underwriting.
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas segala limpahan rahmat dan kemurahan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar sarjana S1. Sholawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada sebaik-baik mahluk-Nya, junjungan semesta alam, Nabi basar Muhammad SAW. Selanjutnya, penulis sadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala ketulusan hati penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pihak-pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, rasa terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MH, MM selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif M.Ag, MH selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Muamalah. 3. Seluruh staf pengajar jurusan muamalah yang telah mendidik dan membina penulis dari awal masuk kuliah hingga lulus kuliah. 4. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Agus Edi Sumanto, AAIJ, MM
selaku dosen pembimbing yang telah banyak
ii
5. Ibu Ir. Ela Patriana, AAAIJ, MM yang dengan ikhlas mau menjadi tempat berkonsultasi untuk memberi koreksi pada penulisan skripsi ini. 6. Pimpinan PT. Asuransi Takaful Keluarga besarta staf-stafnya, Ibu Titi Narwati selaku aktuaris asuransi kesehatan kumpulan terima kasih atas kesediaannya melakukan wawancara dan memberikan informasi yang berkaitan dengan skripsi penulis. 7. Salam ta’dzim Penulis haturkan kepada kedua orang tua penulis yang dengan ikhlas, tulus sepenuh hati mendidik penulis tanpa rasa lelah dan pamrih dengan segala kasih sayangnya. Atas segala jasa-jasanya penulis tidak bisa memberi balasan apapun selain doa. Semoga semua amal kebaikan beliau diberi pahala yang setinggi-tingginya disisi-Nya dan diterima amal ibadahnya. 8. Saudara-saudara penulis, Neng Ifa dan Cak Inul dengan kebesaran hatinya berkorban apapun demi keberhasilan adik-adiknya, Cak Sholih terima kasih penulis sampaikan atas bantuannya baik moril maupun materil, Abang Mus yang tak bosan-bosannya menasehati, “memarahi” dan mengarahkan penulis. Semoga semangat belajar beliau ikut menular pada semua adik-adiknya tak lupa pula kepada Mbak Farah dan si mungil Zivina juga adik-adik penulis Umi Sulha dan Churmatul Walidah I love you all 9. Teman-teman seperjuangan, satu kelas, satu kost, dan satu almamater MBS, yang selalu memberi dorongan dan semangat. Om Cheng, Bang Oey, Muhammad Afif & istri juga Mahmudah & suami, Mujib, Hanim, Nasrullah,
iii
Bahruddin, Maftucha and Danil. Teman-teman prodi asuransi Ayu, Aam, Hidayatullah, Tetty, Desiana, Patih, Eva juga tak lupa pada Elya, Inayah, Zaima, Ichil, Viky and Kahfi. Akhirnya segala kekurangan dan keterbatasan, penulis serahkan kepada Dzat Yang Maha Kuasa, semoga kita selalu dalam arahan dan bimbingan-Nya agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Amin ya mujibassa’ilin
Penulis
Miftahul Ulum
iv
DAFTAR ISI Abstrak........................................................................................................................ i Kata Pengantar……………………………………………………………………… ii Daftar Isi………………………………………………………………… ………… v Daftar lampiran ………………………………………………………………...….. viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ….................................................................……...…. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..………………...…….. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………..………….………..… 5 D. Metode Penelitian………………………………...……………..…… 6 E. Pedoman Penulisan………………………………..……………..…… 7 F. Kerangka Teori………………………………………… …………… 8 G. Kerangka pemikiran………………………………………………..… 9 H. Review Studi Terdahulu……………………………………...……
11
I. Sistematika Penulisan………………………..…..……………….… 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Risiko 1. Pengertian Risiko…………..…………………………............… 14 2. Istilah-Istilah yang Berkaitan dengan Risiko…..……..............… 16 3. Risiko dan Ketidakpastian ……………………..……..............… 19 4. Manajemen Risiko………………………..…………………..…. 21 5. Macam-macam risiko…………………………………………… 23 6. Penyebab Timbulnya Risiko…….……………………............… 25 v i
7. Risiko yang dapat diasuransikan………………………………... 26 8. Cara Mengelola Risiko…………………………….….............… 28 9. Langkah-langkah Proses Pengelolaan Risiko……..…….........… 30 10. Cara Membagi Risiko Dalam Asuransi Syariah……….............. 31 11. Seleksi Risiko Terhadap Asuransi Kumpulan……….................. 32 12. Pandangan Syariah Tentang Asuransi dan Risiko………………. 36 B. Konsep Underwriting 1. Pengertian Underwriting……….………………….…..………... 41 2. Tugas Underwriter……………………..……...………..………. 42 3. Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi underwriting…………… 39 4. Tujuan Underwriting……………………………….....……….... 40 C. Asuransi Kesehatan Kumpulan 1. Pengertian Asuransi Kesehatan Kumpulan……………................ 38 2. Karakter Dan Konsep Dasar Asuransi Kesehatan Kumpulan ....... 40 3. Administrasi Asuransi Kesehatan Kumpulan……...............……. 43 4. Perbedaan Administrasi Asuransi Jiwa Kumpulan Dan Asuransi Kesehatan Kumpulan…………………………………........……. 45 BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Pendirian PT ATK………………...………………….......... 53 B. Visi, Misi Perusahaan…………………...…………………….......... 54 C. Nilai dan Falsafah Dasar Perusahaan…...…………………............... 54 D. Struktur Organisasi………..…...………….…………………........... 55 E. Tata Kelola Perusahaan………………...……….………………….. 55 vi
F. Produk-Produk Asuransi Takaful Keluarga………………………… 59 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Proses underwriting Asuransi kesehatan Kumpulan........................................................................... 63 B. Tahapan-tahapan Underwriting Asuransi kesehatan kumpulan......... 71 C. Keputusan Underwriting...................................................................
76
D. Evaluasi...................................………………………...………..…..
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...……………………………………...........…... 80 B. Saran…………………………..…………………...…...........……... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
Lampiran 1
Surat Keterangan Dosen Pembimbing
Lampiran 2
Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 3
Surat Keterangan Telah Melakuakna Penelitian Skripsi
Lampiran 4
Lembar Pertanyaan Wawancara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disamping mempunyai sisi positif arus globalisasi dan modernitas juga punya sisi negatif, yakni makin kompleksnya permasalahan yang akan dihadapi manusia dengan berbagai risiko yang menyertainya. Risiko-risiko tersebut akan selalu mengancam pada pelbagai bidang termasuk industri asuransi. Bagi industri asuransi, risiko adalah klaim. Untuk itu, agar perusahaan bisa terhindar dari kerugian besar yang diakibatkan oleh klaim, maka seleksi atas risikorisiko yang ada pada produk asuransi harus dilakukan dengan teliti dan cermat. Di sini para agen dan underwriter dilatih untuk bisa mengidentifikasi setiap potensi risiko yang ada pada calon tertanggung dengan melakukan proses underwriting secara akurat dan benar. Underwriting adalah faktor fundamental dalam industri asuransi, karena salah satu unsur pendapatan perusahaan asuransi bisa ditentukan lewat underwriting selain dari pendapatan premi dan investasi. Dengan underwriting perusahaan akan mampu mendeteksi potensi-potensi risiko yang mungkin terjadi termasuk seberapa besar risiko yang sanggup ditangung oleh perusahaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga ketika ada risiko yang memiliki dampak diluar besaran yang dapat ditanggung, bisa dilakukan suatu aktifitas untuk mengelolah risiko tersebut. Kenyataan bahwa makin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam dunia bisnis utamanya yang berkaitan dengan berbagai risiko yang siap menghadang, lebih-lebih industri asuransi yang identik dengan risiko, maka di sini perusahaan
harus jeli untuk melihat dan mendeteksi setiap risiko yang mengancam perusahaan. Berkaitan dengan seleksi risiko pada calon peserta asuransi, perusahaan harus mampu menjalankan fungsi dan peran underwriting secara maksimal. Di sisni peran underwriter sangat diandalkan untuk dapat mencega terjadinya hal-hal yang dapat merugikan perusahaan dari potensi adanya risiko pada calon peserta. Bagi perusahaan asuransi syariah proses underwriting bertujuan untuk memastikan bahwa calon peserta asuransi syariah memiliki tingkat risiko sesuai dengan yang diasumsikan perusahaan, dengan demikian perusahaan dapat menjaga kecukupan dana tabarru’ untuk membayar klaim-klaim yang akan terjadi, sehingga peserta dan pemegang polis mendapat keadilan yang sama dalam kontribisi tabarru’ sesuai dengan risiko yang dimilikinya 1 . Melihat kenyataan di atas hal utama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan bisnis asuransi adalah pengelolaan risiko yang baik dan prudent underwriting, disamping aspek lain yang tak kalah penting seperti pemilihan portofolio bisnis yang tepat, serta pelayanan terhadap pengajuan klaim yang responsif dan profesional, dengan tidak henti-hentinya melakukan continuous improvement untuk menyediakan produk dan service yang inovatif sehingga bernilai tambah baik bagi tertanggung maupun perusahaan. Agar tujuan asuransi bisa tercapai, maka Suatu program asuransi harus dirancang sedemikian rupa agar tidak ada potensi peril yang tidak dijamin. Bila peril yang dijamin program asuransi adalah yang tidak relevan dengan yang dihadapi
1
Ade Abdurrahaman, Seleksi Risiko dan polis Asuransi jiwa Syariah. Makalah dalam Praktikum Asuransi Jiwa, 25-27 Nov 2008, (Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hal. 3
perusahaan, maka biaya yang dikeluarkan untuk perusahaan asuransi tersebut akan sia-sia karena perlindungan asuransi tersebut tidak akan ada manfaatnya dan kondisi ini dapat merugikan bagi perusahaan. Dalam ilmu ekonomi, terdapat prinsip bagaimana menggunakan modal seminimal mungkin untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Namun dalam kenyataannya, tidak semua apa yang sudah direncanakan sesuai dengan yang diharapkan, karena adanya penyimpangan hasil dari tujuan awal yang dalam dunia asuransi disebut dengan risiko. Risiko adalah sesuatu yang dapat mengancam aktifitas perusahaan dan dapat menyebabkan gagalnya tujuan. Bagi perusahaan asuransi, risiko adalah ketika terjadi klaim dari peserta. Dengan adanya klaim maka perusahaan akan mengeluarkan sejumlah dana untuk pembayaran klaim tersebut sesuai dengan manfaat
yang
dijanjikan. Untuk itu, Proses underwriting harus dilakukan dengan cermat dan akurat agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Semua perusahaan didirikan tentu untuk tujuan jangka panjang dengan target yang telah ditetapkan. Sedangkan risiko dapat mengancam aktifitas organisasi tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Risiko juga berpotensi mengakibatkan kegagalan bagi perusahaan dalam memenuhi janji yang telah dibuatnya. Omer dan Torando dalam sebuah tulisannya mengemukakan bahwa risiko bisnis merupakan fungsi ketidakpastian dari proteksi tingkat pengembalian aset
perusahaan di masa yang akan datang 2 . Beberapa peneliti berpendapat bahwa seorang manager memutuskan tingkat laverage perusahaan didasarkan pada tingkat risiko usaha perusahaan pada masa lalu, sehingga peneliti berpendapat bahwa tingkat risiko bisnis yang harus dipertimbangkan adalah tingkat risiko bisnis di masa lalu. Mengingat risiko yang ada pada calon peserta adalah parameter yang menjadi tolok ukur diterima atau tidaknya suatu permohonan asuransi, maka di sini proses underwriting menjadi sesuatu yang amat penting. Berdasarkan proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko tersebut suatu permohonan asuransi bisa diterima atau ditolak. Oleh karena itu, perusahaan perlu menganalisis risiko-risiko apa saja yang ada pada calon tertanggung sesuai dengan prosedur yang berlaku. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis memfokuskan penelitian ini pada sisi proses underwriting dengan tema: “Prosedur Underwrting Produk Asuransi Kesehatan Kumpulan Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penulisan tugas akhir ini menjadi lebih fokus dan tidak bias, maka untuk mencapai sasaran pembahasan, penulis membatasi cakupan pembahasan pada hal-hal berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan akan difokuskan pada produk Asuransi Kesehatan Kumpulan.
2
Omer T.C dan Torando, D. W (1999) The effek of risk and tax differences on corporate and limited patrnership capital strukture. National Tax Juornal. Vol 52. h. 699-716
2. Pada penelitian ini penulis membahas pada proses identifikasi, klasifikasi dan kelayakan kelompok yang akan dijamin pada Produk Asuransi Kesehatan Kumpulan. Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur underwriting pada PT. Asuransi Takaful Keluarga pada produk asuransi kesehatan kumpulan. 2. Bagaimana PT. Asuransi Takaful Keluarga mengidentifikasi risiko-risiko yang ada pada asuransi kesehatan kumpulan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menjelaskan bagaimana praktik indentifikasi dan seleksi risiko pada produk Asuransi Kesehatan Kumpulan di PT Asuransi Takaful keluarga. 2. Untuk menjelaskan hal-hal apa saja yang perlu diteliti berkaitan dengan risiko pada produk Asuransi Kesehatan Kumpulan di PT Asuransi Takaful Keluarga. Sedangkan manfaat yang diharapkan apabila tujuan diatas tercapai adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam identifikasi dan seleksi risiko pada produk Asuransi Kesehatan Kumpulan sehingga produk tersebut tidak menimbulkan kerugian secara finansial di masa mendatang.
2. Penelitian ini dapat menjadi tambahan bukti empiris pendukung terhadap penelitian sebelumnya dan dapat menjadi referensi penelitian lebih lanjut 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur bagi perusahaan asuransi dan dunia akademisi.
D. Metode penelitian 1. Bentuk Penelitian Pada penelitian ini Penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian
yang
menuturkan,
menganalisa
dan
mengklasifikasi;
Penyelidikan dengan tehnik survey, interview dan observasi 3 . Metode penelitian diskripsi juga bisa diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada atau keadaan gejala apa adanya pada saat penelitian dilakukan 4 . 2. Sumber Data a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari PT. Asuransi Takaful Keluarga, khususnya pada bagian underwriting melalui wawancara pribadi, data perusahaan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui data-data yang diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan proses identifikasi risiko produk Asuransi Kesehatan kumpulan.
3 4
Winarno Surahman, Dasar dan tehnik research,, (Bandung: CV. Tarsito, 1975), h. 131. Arikunto suharsimi, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 309
3. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap sebagai berikut a. Studi pustaka. Dalam studi pustaka penulis mempelajari dan mengumpulkan data tertulis untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan berupa literatur yang berhubungan dengan topik permasalahan penelitian baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel dan lain-lain. b. Penelitian lapangan. Pada tahap ini penelitian dilakukan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian berupa hasil wawncara dan literatur-literatur yang berkaitan dengan dengan objek penelitian. 4. Analisis Data Analisa data dilakukan dengan mempelajari data kelengkapan peserta, mengidentifikasi risiko, menetapkan masalah, menarik suatu kesimpulan sampai pada keputusan underwriting.
E. Pedoman Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
F. Kerangka Teori Sesuai dengan judul skripsi “prosedur underwrting produk asuransi kesehatan kumpulan pada PT. Asuransi Takaful Keluarga” kerangka teori yang penulis susun adalah sebagai berikut: Pada bab satu penulis mengurai masalah penelitian dengan pertanyaan, bagaimana prosedur underwriting dilakukan PT. Asuransi Takaful Keluarga. Yang mana dengan pertanyaan tersebut tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui apakah praktik underwriting yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada atau apakah ada perubahan dilapangan. Dalam kaitan ini tehnik penelusuran data dikaitkan dengan perspektif teoritis dan mengaitkan metode dengan teori. Pada bab dua Penulis akan menjelaskan teori-teori yang mendukung pada penelitian ini yang mana teori tersebut berkaitan dengan prosedur underwriting diantaranya adalah konsep risiko konsep underwriting dan konsep asuransi kesehatan kumpulan. Pada Bab tiga penulis akan menjelaskan gambaran umum objek penelitian yang meliputi sejarah pendirian perusahaan, visi dan misi, nilai dan falsafah dasar, struktur organisasi serta manfaat yang diberikan produk-produk asuransi kesehatan kumpulan. Pada bab empat akan diuraikan mengenai hasil yang didapat dalam penelitian skripsi ini yakni prosedur yang dilakukan PT asuransi Takaful Keluarga pada produk asuransi kesehatan kumpulan dari mulai peserta mengajukan permohonan
perlindungan asuransi, analisasis surat aplikasi, faktor-faktor risiko asuransi kesehatan kumpulan sampai pada keputusan underwriting. Bab lima berbicara tentang kesimpulan dari pertanyaan yang ada pada bab satu yang dikaitkan dengan hasil temuan dari bab empat serta memberikan saransaran yang relevan berkaitan dengan penelitian ini.
G. Kerangka Pemikiran Diterima atau tidaknya suatu permohonan perlindungan asuransi pada produk asuransi kesehatan kumpulan sangat tergantung pada hasil proses seleksi risiko yang dilakukan oleh pihak underwriter perusahaan asuransi. Asuransi kesehatan Kumpulan adalah asuransi yang memberikan perawatan rumah sakit, biaya pengobatan yang diakibatkan penyakit atau kecelakaan. Dalam seleksi risiko pada produk asuransi kesehatan kumpulan banyak hal yang harus diteliti seperti ukuran group, usia, jenis kelamin, bidang usaha, Pembagian biaya, dan stabilitas kondisi group. Komponen-komponen tersebut adalah sesuatu yang urgent untuk diperhatikan oleh perusahaan asuransi. Tahapan yang yang harus dilalui dalam seleksi risiko adalah menyeleksi data calon peserta, bila ditemukan kondisi calon peserta di bawah ketentuan maka diberlakukan Pre Existing Condition, mengidentifikasi risiko, menentukan besaran manfaat, menarik suatu kesimpulan dan mengambil keputusan underwriting.
Apabila serangkaian tahapan diatas telah dilalui maka perusahaan asuransi dapat memberikan polis pada calon peserta untuk kemudian memberikan pertanggungan asuransi sebagaimana yang diatur sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Skema Prosedur Underwriting
Aplikasi SP Peserta
Seleksi Tahap Lapangan
Seleksi Risiko (Home office Underwriting)
Tidak Memenuhi
Memenuhi Ketentuan
Ketentuan Polis
Polis
Keputusan Underwriting
H. Review Studi Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan identifikasi risiko adalah sebagai berikut: 1. “Prosedur Underwriting Bancassurance dan Asuransi Jiwa Syariah Pada PT Asuransi Takaful Keluarga” oleh Rijal Assidiq Mulyana, mahasiswa jurusan muamalah, asuransi syariah, tahun 2009. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa bahwa proses seleksi risiko pada produk Bancassurance dan Asuransi Jiwa Syariah dimulai ketika bank menyerahkan surat pengajuan asuransi yang memuat informasi mengenai nasabah (calon peserta Asuransi), selanjutnya underwritwr pusat atau cabang menverifikasi berkas dan nilai risiko. Pada Produk Fulnadi proses seleksi risiko dimulai dari field underwriting, verifikasi berkas dan data yang dilakukan di kantor pusat dan cabang, selanjutnya dilakukan penilaian dan penggolongan tingkat risiko untuk kemudian dilakukan keputusan underwriting. Khusus untuk Full PROTEK tidak dilakukan serangkaian kegiatan underwriting oleh underwriter. Perbedaan seleksi risiko pada masing-masing produk yang menjadi fokus penelitian lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik masing-masing produk. Perbedaan seleksi tersebut terdapat pada serangkaian kegiatan seleksi risiko, informasi awal yang didapat pada calon peserta, fokus seleksi risiko dan ketentuan risiko perusahaan yang menjadi acuan batasan penutupan calon peserta.
2. “Peranan Underwriting pada perusahaan asuransi jiwa” (Study Pada PT. BRIngin Life Syariah) oleh Adiek Chandra Thoriq, mahasiswa jurusan muamalah, asuransi syariah, tahun 2004. Skripsi ini menjelaskan tentang peranan underwriting sebagai faktor penunjang perkembangan perusahaan asuransi BRIngin Life Syariah, kemudian menjelaskan tentang aplikasi dan penerapan underwriting pada perusahaan asuransi syariah yang harus mengedepankan dan menekankan aspek-aspek keadilan bagi nasabah, juga menjelaskan operasional underwrting dalam proses penyeleksian risiko calon peserta asuransi. I. Sistematika Penulisan Agar supaya pembahasan ini lebih teratur dan terarah penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yang memuat ide-ide pokok dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang menguraikan masing-masing bab tersebut, dengan urutan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
KERANGKA TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori penelitian yang diantaranya adalah sebagai berikut: Konsep risiko dan konsep underwriting.
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN Pada Bab ini akan didiskripsikan mengenai profil PT. Asuransi Takaful Keluarga yang meliputi: sejarah pendirian perusahaan, visi dan misi perusahaan, nilai dan falsafah dasar perusahaan, struktur organisasi, mekanisme pengelolaan, produk asuransi kesehatan kumpulan. BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil dari penelitian, sehingga akan ketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh pada plan asuransi kesehatan kumpulan dari proses identifikasi dan penggolongan risiko. BAB V
PENUTUP Dalam bab terakhir ini akan ditarik suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat, dan memberikan saran-saran yang bermanfaat.
BAB II LANDASAN TEORI Konsep Risiko Pengertian Risiko Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam memahami asuransi adalah dengan memahami konsep risiko dengan baik. Dengan dasar pemikiran bahwa tanpa adanya suatu risiko maka tidak akan ada asuransi. Karena asuransi adalah risiko itu sendiri dalam arti bahwa asuransi menjamin pada suatu ketidakpastian. Dari sini dapat dipahami bahwa hubungan asuransi dan risiko adalah hubungan yang tak dapat dipisahkan. Risiko merupakan bagian dari asuransi karena wilayah kerja asuransi adalah menangani risiko yang timbul dari ketidakpastian begitu juga sebaliknya asuransi adalah bagian dari cara mengendalikan risiko karena asuransi adalah bagian dari pelaksanaan fungsi-fungsi dalam pengendalian risiko. Jadi memahami risiko adalah dasar yang esensial dalam mempelajari asuransi. Secara sederhana risiko bisa dipahami sebagai suatu kondisi ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian khususnya kerugian finansial. Dalam pengertian yang lain risiko adalah sesuatu yang cenderung mengarah pada hasil yang negatif. Ketidakpastian menimbulkan dua kemungkinan yaitu keuntungan dan kerugian. Bila ketidakpastian menimbulkan keuntungan disebut opportunity sedangkan kalau menimbulkan kerugian maka disebut risk. Secara definitif risiko mempunyai beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini:
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan risiko (risk) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan atau membahagiakan) dari suatu tindakan atau perbuatan 5 . Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Secara lebih luas risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan 6 . Secara umum risiko tidak lain merupakan ketidakpastian (uncertainty) yang berujung pada terjadinya berbagai tingkat profitability yang memburuk atau bahkan menimbulkan kerugian 7 . Abbas Salim mengartikan risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang bisa melahirkan kerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam asuransi 8 . Dalam pandangan Fachmi Basyaib Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi 9 . Lebih lanjut Fachmi Basyaib menjelaskan bahwa kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak dinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang 5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 959 6 Ferry N. Idroes dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) Cet pertama, hal 7 7 Masyhud Ali, Manajemen risiko (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 101 8 Salim, A. Abbas, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal..2 9 Fachmi Basyaib, manajemen Risiko, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007) Cet ke, 1, hal.1
diakibatkan oleh kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugia non-finansial 10 Dilihat dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko adalah suatu kondisi ketidakpastian yang cenderung mengarah pada hasil yang negatif (kerugian). Untuk itu, menjadi penting bagi setiap perusahaan untuk dapat mengelola risiko tersebut dengan baik agar tujuan maksimalisasi nilai perusahaan tidak terhalang oleh adanya risiko.
2. Istilah-istilah yang berkaitan dengan risiko Terminologi atau istilah adalah sesuaatu yang penting dalam setiap studi pada setiap bidang kajian. Terminologi adalah basis komunikasi dan pemahaman. Terminologi yang dipergunakan secara longgar dalam pengertian yang umum (tidak menunjukkan arti yang spesifik) bisa menimbulkan makna yang bias dan dapat mengarahkan pada kesalahan dalam pemahaman 11 . Dalam asuransi ada beberapa istilah penting yang berkaitan dengan risiko asuransi, seperti yang dijelaskan berikut ini: a.
Hazard Hazard adalah suatu tindakan atau kondisi yang dapat menambah
(meningkatkan) terjadinya peril yang menyebabkan kerugian. Hazard dibagi dalam beberapa bagian seperti dibawah ini:
10
Ibid h. 1 Bickelhaupt. David L, General Insurance, (Homewood, Illinois: Riichard D Irwin INC, 1983), hal. 7 11
1) Physical hazard Yaitu hazard yang berbentuk fisik dan mengandung unsur obyektif, misalnya kerusakan karena kebakaran, tabrakan dan lain sebagainya. 2) Moral hazard yaitu hazard yang timbul dari prilaku mental (mental attitudes) seseorang seperti tidak stabilnya mental seseorang yang dapat menimbulkan kerugian. Moral hazard juga bisa timbul dari ketidakjujuran (dishonest), seperti dengan sengaja menabrakkan mobil agar mendapatkan ganti rugi. 3) Morale hazard yaitu hazard yang timbul dari tindakan yang kurang hati-hati sehingga menimbukan kerugian. Umpamanya seseorang mengendarai mobil terlalu ngebut pada waktu hujan lebat. Tindakan ini kurang hati-hati karena dapat menimbulkan kecelakaan. 4) Legal hazard Kemungkinan bertambahnya bahaya karena aspek hukum. b. Peril Kata peril dalam asuransi biasa disebut sebagai penyebab kerugian, sehingga Peril didefinisikan sebagai penyebab kerugian. Misalnya angin topan, badai, banjir bandang dan lain sebagainya. c.
Loss Dalam sudut pandang ekonomi, loss (kerugian) adalah hasil dari risiko yang
tidak diinginkan. Oleh perusahaan kerugian biasanya selalu diprediksi dan diantisipasi sebelumnya karena kerugian bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu kerugian dihitung sebagai biaya risiko.
Skema Terminologi Risiko
Physical
HAZARDS
Moral
Contribute to PERILS
which couse
Change or probability Which create
Objective
Uncertainty or variation
which is
RISK In regard to LOSS
Subjective
3. Risiko dan Ketidakpastian Risiko sering kali diidentikkan dengan ketidakpastian, bahkan risiko dan ketidakpastian sering kali penggunaannya saling dipertukarkan dengan maksud dan tujuan yang sama atau interchangeable 12 , makanya risiko juga sering didefinisikan dengan “suatu kondisi ketidakpastian yang dapat menimbulkan suatu kerugian”. Risiko juga dapat diartikan sebagai bentuk penyimpangan aktual dari yang diharapkan. Disamping ada sisi kesamaan, risiko dan ketidakpastian juga mempunyai sisi perbedaan yang sering kali dicampuradukkan, perbedaan tersebut pengacu pada sisi pengelolaannya yang berbeda. Ketidakpastian mengacu pada pengertian risiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk) sedangkan istilah risiko sendiri mengacu pada risiko yang dapat diperkirakan (expected risk) Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi, Tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif13 . Menurut Brahmantyo Djohanputro pengertian risiko bila dikaitkan dengan adanya ketidakpastian, adalah tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Dan risiko dapat dihitung tingkat ketidakpastiannya apabila didapat atau diperoleh suatu informasi. Jadi yang membedakan risiko dan ketidakpastian adalah faktor
12
Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007), h. 4. Brahmantyo DjohanPutro, MBA, Ph.D. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, (Jakarta: PPM, 2006) Cet ke 2, h. 15. 13
informasi. Apabila diperoleh informasi untuk menghitung suatu kejadian, maka ketidakpastian tersebut berubah menjadi risiko14 . Lebih lanjut Brahmantyo menjelaskan pengertian paling mendasar tentang risiko yang dipahami sebagai ketidakpastian adalah sesuatu yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya”. Pengertian lain yang sering digunakan oleh kebanyakan orang, risiko adalah ketidakpastian yang bisa dikuantitaskan yang dapat menimbulkan kerugian atau kehilangan 15 . Perbedaan lebih jauh antara risiko dan ketidakpastian adalah seperti dijelaskan dibawah ini: Risiko 1. Ukuran kuantitas (quantity subject) ukuran empiris 2. Dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian dengan fluktuasinya 3. Ada data pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan kejadian 4. Unknown but quantified outcomes Ketidak pastian 1. Jenis subyek yang tidak kuantitatif 2. Tidak dapat mengukur kuantitatif dan probabilitas 3. Tidak ada data pendukung mengukur kemungkinan kejadian 4. Unknown and unquantified outcome.
14 15
Ibid, h. 14 Ibid, h. 14-16
4. Manajemen Risiko James AF Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses merencanakan mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi (perusahaan) untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan 16 . Kata manajemen bila disandingkan dengan kata risiko maka akan mengalami perubahan makna dam mempunyai arti yang lebih spesifik, seperti yang kemukakan beberapa ahli berikut ini: Manajemen risiko dalam pengertian luas adalah seni pembuatan keputusan dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, keputusan tersebut melibatkan sejumlah risiko dan imbalan. Sebuah pilihan antara melakukan sesuatu yang aman atau mengambil risiko 17 . Hinsa Siahaan dalam bukunya manajemen risiko menyatakan manajemen risiko adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu supaya suatu organisasi mempertimbangkan risiko yang dihadapi setiap kegiatan organisasi dalam mencapai kegiatan organisasi 18 Sedangkan Herman Darmawi dalam bukunya Manajemen risiko memaknai manajemen risiko sebagai: “suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, menurut darmawi, perlu terlebih dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang dapat 16
James AF Stoner dkk., Manajemen Jilid 1, (Jakarta: Prenhallindo, 1996), h. 7. Fachmi Basyaib, Op, cit h. 9 18 Hinsa siahaan, Op. cit., h. 22 17
memberikan makna, cakupan yang luas dalam rangka memahani proses manajemen risiko itu sendiri 19 . Sementara Soeisno Djojosoedarjo mendefinisikan bahwa: Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi manajemen risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin atau mengkoordinir dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko 20 . Dengan definisi di atas, Soeisno Djojosoedarjo menyatakan bahwa manajemen risiko mancakup tugas-tugas sebagai berikut: 1) mengidentifikasi risikorisiko yang dihadapi, 2) mengukur atau menentukan besarnya risiko tersebut, 3) mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi, 4) menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikan risiko, 5) mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan risiko serta mengevaluasi program penanggulangan risiko yang telah dibuat. Melihat dari tugas-tugas manajemen risiko di atas maka seorang manajer harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Risiko apa saja yang dihadapi perusahaan? 2) Bagaimana dampak risiko risiko tersebut terhadap bisnis perusahaan? 3) Risiko-risiko mana yang dapat dihindari, yang dapat ditangani sendiri serta risiko mana yang harus dipindahkan kepada perusahaan asuransi? 4) Metode
19 20
Herman Darmawi, Manajemen risiko, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) Cet, ke 10, h. 17 Soeisno Djojosoedarjo Op ci.t, h. 4-5.
mana yang paling cocok dan paling efisien untuk menghadapinya serta bagaimana hasil pelaksanaan strategi penanggulangan risiko yang telah direncanakan.
5. Macam-macam Risiko Banyaknya model dan jenis risiko membuat risiko dapat dibedakan dalam beberapa klasifikasi yang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Berikut adalah risiko-risiko yang dibedakan dengan berbagai macam cara 21 , antara lain:
a. Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan kedalam: 1) Risiko yang tidak disengaja (risiko murni), adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja; misalnya risiko terjadi kebakaran, bencana alam , pencurian, penggelapan, pengacauan, dan sebagainya. 2) Risiko yang disengaja (risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja ditimbulkan
oleh
yang
bersangkutan,
agar
terjadinya
ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, misalnya risiko utang-piutang, perjudian, perdagangan berjangka (hedging), dan sebagainya. 3) Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang, sperti banjir, angin topan, gempa bumi dan lain sebagainya.
21
Ibid, hal. 3
4) Risiko Khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketehui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, dan sebagainya. 5) Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan dinamika masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan technologi, seperti risiko keusangan, risiko penerbangan luar angkasa. Kebalikannya risiko statis, seperti risiko hari tua, risiko kematian dan sebagainya. b. Dapat-tidaknya risiko tersebut dialihkan kepada pihak lain, maka risiko dapat dibedakan ke dalam: a. Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan mempertanggungkan suatu obyek yang akan terkena risiko kepada suatu perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi, sehingga semua kerugian menjadi tanggungan pihak perusahaan asuransi. b. Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat diasuransikan) umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif. c. Menurut sumber/penyebab timbulnya , risiko dapat dibedakan kedalam: 1) Risiko intern yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawan itu sendiri, kecelakaan kerja, kesalahan manajemen dan sebagainya. 2) Risiko Ekstern yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
6. Penyebab Timbulnya Risiko Bahaya atau risiko adalah kejadian atau peristiwa yang mungkin atau yang mungkin tidak terjadi (may and may not happen). Wujud kejadian atau peristiwa tersebut bisa bermacam-macam bentuknya. Kalau peril atau bahaya tersebut terjadi, akibatnya dapat menimbulkan kerugian, atau tidak menimbulkan kerugian atau keuntungan apa-apa (breakeven/statusquo). Secara garis besar sumber timbulnya risiko tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian 22 : a. Alam (nature), yaitu risiko yang disebabkan oleh alam, misalnya badai, banjir gempa bumi, kebakaran, dan lain sebagainya. b. Manusia (human), Yaitu risiko yang disebabkan oleh perilaku manusia, misalnya peperangan, pencurian, penggelapan, pembunuhan dan sebagainya. c. Ekonomi (ekonomic), Yaitu kejadian-kejadian yang timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi, misalnya perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan harga, perubahan technologi, penemuan baru dan sebagainya. Di antara ketiga sumber timbulnya risiko di atas yang bisa dipertanggungkan adalah alam dan manusia sedangkan yang terakhir (ekonomi) tidak bisa dipertanggungkan karena bersifat spekulatif dan sulit untuk diukur tingkat keparahannya (severity)
22
Salim, A. Abbas, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 4
Menurut Soeisno Djojosoedarjo hal lain yang juga dapat menimbulkan terjadinya risiko dan ketidakpastian adalah seperti yang dijabarkan dibawah ini: 23 1. tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir/menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin besar pula ketidakpastiannya. 2. Keterbatasan informasi yang tersedia yang diperlukan dalam penyusunan rencana. 3. Keterbatasan pengetahuan/teknik pengambilan keputusan dari perencana. Dalam asuransi, di samping dari beberapa alasan di atas, faktor terbatasnya informasi mengenai table mortalita dan morbiditas serta terbatasnya jumlah peserta asuransi juga berpengaruh terhadap tingkat akurasi dalam meramalkan frekwensi klaim yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
7. Risiko yang dapat diasuransikan Tidak semua risiko yang dihadapi oleh manusia dapat diasuransikan pada perusahaan asuransi. Ada syarat atau elemen yang harus ada dalam suatu risiko agar dapat diasuransikan atau dialihkan pada perusahaan asuransi melalui proses perjanjian asuransi. Adapun syarat atau karakteristik tersebut adalah 24 : a. Risiko tersebut harus bersifat homogen atau ada dalam jumlah yang cukup banyak (homogeneous similarly). Contoh: Bangunan yang terancam kebakaran, jumlahnya cukup banyak, sehingga kerugian yang ditanggung
23 24
Soeisno Djojosoedarjo Log cit, h.. 2-4 WWW. Media Asuransi. Com
dapat dikalkulasikan secara lebih akurat. Lukisan asli Monalisa, sulit diasuransikan karena jumlahnya hanya hanya 1 (satu), sehingga padanan untuk menjadi tolok ukur nilai/harganya tidak ada. b. Bentuk risikonya harus risiko murni (pure Risk), yaitu risiko yang kejadiannya tanpa disengaja dan apabila risiko tersebut benar-benar terjadi bisa dipastikan akan menimbulkan kerugian; seperti kebakaran bencana alam dan lain lain. c. Selain berbentuk risiko murni, juga harus merupakan risiko khusus atau particular. d. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkannya terjadi dari suatu peristiwa yang bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal yang bisa terjadi, bisa juga tidak terjadi. e. Risikonya bukan suatu hal yang menentang suatu kebijakan umum atau kebijakan pemerintah (not against public policy), misalnya: Risiko terkena denda tilang karena melanggar peraturan lalu lintas, maka risiko tersebut tidak dapat diasuransikan. f. Obyek risiko dan dampak yang mungkin timbul, harus dapat diukur dan dapat dinilai dengan uang (financial value). g. Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut pada perusahaan asuransi, harus mempunyai insurable interes atau kepentingan yang melekat pada obyek pertanggungan asuransi atau obyek yang sah dilindungi hukum. h. Atas pengalihan risiko tersebut harus dapat ditetapkan jumlah premi asuransi yang wajar (reasonable Premium).
Dengan mengetahui gambaran tentang risiko termasuk mengetahui peril dan hazardnya, akan lebih mudah untuk mengetahui dan mengidentifikasi, apakah risiko tersebut layak di-cover atau tidak. Kecermatan seorang underwriter dalam mengkalkulasikan obyek asuransi akan berpengaruh positif terhadap perusahaan.
8. Cara Mengelolah Risiko Risiko dan hidup merupakan dua kata yang menyatu dan tidak bisa hadir kecuali bergandengan. Risiko akan selalu hadir dalam setiap aktifitas dan tindakan manusia. Dalam bisnis pun risiko akan selalu mengintai dan mengancam eksistensi bisnib tersebut. Karenanya dalam menjalankan bisnisnya seseorang akan selalu dihadapkan pada kondisi ketidakpastian, dan dari ketidakpastian ini risiko itu timbul. Untuk itu, seseorang dituntut untuk dapat menjalankan dan melaksanakan fungsi manajemen risiko dengan baik agar bahaya yang ditimbulkan dapat dihindari. Menurut herman darmawi ada 4 (empat) cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi risiko tersebut 25 : a. Menghindari risiko Cara yang paling jelas dan mudah adalah menghindari risiko. Kita dapat menghindari kemungkinan risiko terluka atau kematian akibat dari kecelakaan pesawat terbang dengan tidak menaiki pesawat tersebut. Bila suatu risiko tidak bisa diatasi, maka individu atau organisasi perlu menghindarinya. Menghindari suatu risiko bisa berarti individu atau organisasi memutuskan 25
Herman darmawi, manajemen asuransi, (Jakarta: Bumi aksara, 2001), Cet ke 3. Sebagaimana dikutib AM Hasan Ali, MA. Dalam bukunya Asuransi Dalam Persepektif Hukum Islam: Sebuah Tinjauan Historis , Teoritis dan Aplikatif, (Jakarta, Kencana 2004) Cet. Ke 1, h. 86
untuk tidak meneruskan kegiatan atau bisnis yang menghadirkan risiko tersebut. Bila keputusan ini diambil, maka individu atau organisasi itu membutuhkan kegiatan atau bisnis alternatif untuk menggantikan kegiatan atau bisnis yang terdapat risiko tadi. b. Mengontrol risiko Kita dapat mengontrol risiko dengan cara pencegahan. Untuk mencegah kemungkinan gampang terkena penyakit, maka kita dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti merubah kebiasaan dengan pola gaya hidup sehat. c. Menerima risiko Menerima risiko berarti menerima semua tanggungajawab finansial pada risiko tersebut. Bila tingkat risiko tersebut berada pada tingkat yang dapat diterima. Untuk masalah ini, sumber daya yang tepat perlu dialokasikan untuk mengantisipasi dan mengkompensasi bila risiko tersebut terjadi. d. Mentransfer/membagi risiko Membagi risiko dengan yang lain diperlukan apabila risiko tersebut diluar kemampuan seseorang atau organisasi untuk menerima mengendalikanya, maka suatu individu atau organisasi dapat membagi risiko tersebut dengan yang lain yang memiliki sifat risiko yang mirip atau sama. Dalam Islam praktik ini disebut asuransi syariah atau proteksi yang mutual.
9. Langkah-langkah proses pengelolaan risiko Dalam mengelolah risiko langkah-langkah yang harus dilalui adalah 26 : a. Mengidentifikasi atau menentukan terlebih dahulu obyek atau tujuan yang ingin dicapai melalui pengeloalaan risiko misalnya penghasilan yang stabil, kedamaian hati dan sebagainya. b. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/peril atau mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi, langkah ini adalah yang paling sulit tetapi juga paling penting sebab keberhasilan pengelolaan risiko sangat tergantung pada hasil identifikasi ini. c. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang diukur adalah 1) besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode tertentu (frekwensinya) 2) besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan Perusahaan atau keluarga (kegawatannya) 3) kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul. d. Mencari cara atau kombinasi cara yang paling baik, paling tepat dan paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya-upaya tersebut antara lain meliputi 1) Menghindari kemungkinan terjadinya peril 2) Mengurangi kesempatan terjadinya peril 26
Soeisno Djojosoedarjo, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003) Edisi Revisi, hal. 15
e. Mengkoordinir dan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang telah diambil untuk mengendalikan risiko. Misalnya membuat perlindungan yang layak pada keselamatan kerja, menghubungi, memilih dan menyelesaikan pengalihan risiko pada perusahaan asuransi. f. Mengadministrasi, memonitor dan mengevaluasi semua langkah atau strategi yang telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini sangat penting terutama untuk dasar kebijakan pengelolaan risiko dimasa yang akan datang. Disamping itu juga adanya kenyataan bahwa apabila kondisi suatu objek berubah penanggulangannya juga berubah.
10. Cara Membagi Risiko Dalam Asuransi Syariah Tidak semua perusahaan asuransi mampu menjamin semua risiko yang ditanggung karena besarnya beban risiko yang ditanggung perusahaan. Pada situasi seperti ini hal yang lazim dilakukan adalah dengan membagi risiko pada pihak lain (reasuransi) untuk mengurangi atau memperkecil beban yang ditanggung. Pada tahap ini operator akan menentukan sejauh mana tingkat risiko yang akan ditahan di dalam skema (retensi) dan bagian mana yang tidak mampu ditahan (dicover) sendiri akan menjadi bagian yang akan direasuransikan. Menurut Muhaimin Iqbal ada dua cara yang bisa dilakukan oleh operator asuransi syariah. Dua cara tersebut aalah melalui reasuransi syariah dan melalui pembagian risiko lintas skema 27 .
27
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta: Gema insani Press 2005), cet, ke 1. h. 37
a. Pembagian Risiko Melalui Mekanisme Reasuransi Syariah Cara ini lazim dipakai oleh para operator untuk membagi risiko. Melalui mekanisme ini, fluktuasi risiko yang muncul dari satu operator dibagi bersama dengan operator lain agar tercipta sebuah kelompok yang lebih besar, atau pada beberapa kasus lebih luas areal geografisnya. Dengan mekanisme ini, risiko yang muncul distabilkan sehingga biaya keseluruhan dalam mengelolah risiko dapat lebih terprediksi. Menggunakan cara ini, kontribusi yang harus dibayarkan oleh setiap tertanggung juga dapat dikalkulasikan dengan tingkat akurasi yang tinggi. b. Pembagian Risiko Lintas Skema Melalui Mekanisme ini, risiko yang sama yang berasal dari skema berbeda dikelompokkan agar terbentuk peserta yang lebih besar berdasarkan risiko-risiko tertentu. Risiko yang timbul dari kelompok-kelompok peserta yang lebih besar selalu lebih dapat diprediksi. Estimasi keseluruhan biaya risiko disini lebih terprediksi secara akurat, yang kemudian didistribusikan lagi kepada setiap peserta dalam bentuk kontribusi di setiap skema.
11. Seleksi Risiko Terhadap Asuransi Kumpulan Menurut Eddy KA Bertutu Ketua Departemen Pendidikan, Pelatihan dan pengembangan AAJI mengatakan bahwa pada prinsipnya ada delapan faktor penting yang akan diteliti oleh perusahaan asuransi jiwa dalam rangka mengevaluasi polis penerbitan asuransi untuk suatu kelompok, yakni a) latar belakang keberadaan kelompok, b) jenis dan tipe kelompok, c) Stabilitas, d) Besaran jumlah peserta, e)
jenis usaha, f) level partisipasi peserta dalam program, g) Usia, dan h) jenis kelamin 28 . a. Latar belakang keberadaan kelompok. Umumnya, perusahaan asuransi jiwa kurang berkenan menerbitkan polis asuransi bagi kelompok, bila kelompok itu semata-mata dibentuk atau didirikan dengan tujuan untuk menutup kebutuhan asuransi bagi para anggota didalamnya. Hal ini terkait dengan tendensi yang terjadi bahwa anti seleksi bisa terjadi pada kelompok yang seperti ini, karena jika tujuan utama adanya group adalah hanya untuk memperoleh proteksi asuransi, seleksi yang buruk akan menjadi lebih sesuai, karena orang-orang beresiko tinggi dengan sendirinya akan tertarik menjadi anggota group, sementara orang-orang beresiko standart akan kurang tertarik untuk menjadi anggota group atau tetap berada dalam group. Anti seleksi adalah istilah yang umum digunakan dalam bidang asuransi perihal situasi yang terjadi sebagai akibat dari informasi yang asimetris. Dalam hal ini, calon tertanggung atau pemegang polis mengajukan permohonan asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa terkait dengan penyakit berat atau tingginya risiko kesehatan yang sudah diketahui oleh yang bersangkutan. b. Jenis dan tipe kelompok. Dalam hal ini, yang menjadi perhatian perusahaan asuransi jiwa terkait dengan evaluasi suatu kelompok. Misalnya adalah apakah suatu kelompok terbentuk karena adanya hubungan antara pekerja dan
28
Seleksi Risiko Terhadap Asuransi Jiwa Kumpulan, Seputar Indonesia 31 Maret h. 65
pemberi kerja? atau apakah kelompok tersebut merupakan koperasi, asosiasi, atau entitas lainnya. c. Stabilitas. Stabilitas terkait dimana kondisi group atau kelompok bisa mempertahankan arus masuknya anggota baru yang lebih muda dari waktu ke waktu sehingga kondisi ini lebih memungkinkan kelompok tersebut memiliki penyebaran anggota yang merata. Pengalaman menunjukkan bahwa usia tua memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Group underwriter juga mempertimbangkan indikasi tingginya intensitas perubahan anggota dalam periode yang pendek. Pada kondisi seperti ini, perusahaan asuransi jiwa akan terkena tambahan biaya administrasi coverage asuransi setiap anggota dalam kelompok tersebut. d. Besaran jumlah tertanggung. Saat ini ada banyak perusahaan asuransi jiwa yang memberikan batasan tidak terlalu ketat terhadap ukuran jumlah tertanggung dalam kelompok. Meskipun demikian jumlah yang besar dalam sebuah kelompok cenderung memiliki tiga karakter sebagai berikut: a) Semakin dekat dengan angka asumsi actuarial dalam hal tingkat morbiditas dan mortalitas, b) Cenderung memiliki fluktuasi klaim yang kecil, c) Pengelolaannya membutuhkan biaya administrasi yang lebih kecil (persentase terhadap jumlah premi) e. Jenis usaha. Dalam proses seleksi risiko, group underwriter sangat memerhatikan faktor ini. Mengapa demikian? Bagi perusahaan asuransi, tipe dan jenis usaha tertentu memiliki probabilitas risiko yang lebih tinggi ketimbang jenis usaha lainnya.
f. Level partisipasi peserta dalam program. Perusahaan asuransi umumnya mengelompokkan program asuransi Group plan menjadi dua bagian, yakni noncontributory plan dan contributori plan, pada noncontributory plan, perusahaan memberi kerja pada yang mensponsori program ini akan membayar sepenuhnya premi asuransi kepada perusahaan asuransi jiwa. Dalam hal ini karyawan sebagai anggota atau peserta dalam group tidak ikut dalam membayar premi. Sedangkan contributory plan, dalam hal ini peserta turut berkontribusi dalam membayar sebagian kecil premi. Untuk mengurangi efek anti seleksi, dalam noncontributory plan, umumnya perusahaan asuransi mensyaratkan seluruh tertanggung wajib mengikuti program asuransi. Sebaliknya untuk contributory plan, perusahaan asuransi membebaskan peserta untuk bergabung. g. Usia, dalam seleksi terhadap usia meskipun group underwriter tidak melakukan evaluasi risiko terhadap setiap tertanggung dalam kelompok satu demi satu (kecuali group dengan peserta yang sangat sedikit), perusahaan asuransi tetap mengevaluasi penyebaran usia dari anggota atau peserta di dalamnya, secara khusus perusahaan asuransi jiwa akan menarik perhatian pada besarnya jumlah peserta yang sudah berusia tua. Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok ini memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. h. Jenis Kelamin proporsi jenis kelamin peserta dalam kelompok juga menjadi faktor evaluasi bagi perusahaan asuransi. Umumnya kelompok wanita dalam group cenderung memiliki risiko yang lebih kecil. Itu sebabnya group dengan
proporsi wanita lebih besar secara statistik akan memiliki risiko yang lebih kecil untuk coverage asuransi.
12. Pandangan Syariah Tentang Asuransi Dan Risiko Dalam bahasa arab Asuransi disebut at-Ta’min, Kata at-Ta’min diambil dari kata amana yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut 29 . Secara terminologi, asuransi adalah akad pertanggungan antara kedua belah pihak dimana pihak tertanggung memberikan sejumlah dana kepada pihak penanggung sebagai kompensasi atas manfaat yang diteimanya. Dalam literatur fiqih klasik terdapat beberapa konsep yang mengarah pada konsep at-Ta’min atau asuransi yang menurut para pakar perundang-undangan Islam dapat dijadikan dasar dalam mengakomodir konsep asuransi yang berdasarkan syariat Islam, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Al-aqilah, saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku lai, pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai kompensasi saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka pengumpul dana (alKanzu) yang mana dana tersebut untuk membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan tidak disengaja 30 .
29 30
Syakir Sula, Asuransi Syariah (lifa and General), (jakarta: Gema Insani, 2004) hal. 28
Al-Mu’jam Wasith, Majama Al-Lughah Al-Arabiah, Al MaktabAl-Islami, Turki,1972. hal.617. Sebagai mana dikutib Muhamamad Syakir Sula. Dalam bukunya Asuransi Syariah (lifa and General), (jakarta: Gema Insani, 2004) hal. 82
b. Al-muwalat “perjanjia jaminan” Penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila yang dijamin mati, penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya 31 . Al-qosamah Konsep perjanjian ini juga berhubungan dengan jiwa manusia. Sistam ini melibatkan usaha pengumpulan dana dalam sebuah tabungan atau atau pengumpulan uang iuran dari peserta atau majelis. Manfaatnya akan dibayarkan kepada ahli waris yang dibunuh jika kasus pembunuhan itu tidak diketahui siapa pembnuhnya atau tidak ada keterangan saksi yang layak untuk benar-benar secara pasti mengetahui siapa pembunuhnya 32 . At-tanahud, Makanan yang dikumpulkan dari para peserta safar kemudian dicampur jadi satu. Makanan tersebut dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan porsi yang berbeda-beda. Al-umra (Donatioan for life) Al-Baji (494 H) bermazhab Maliki ketika mendiskusikan masalah jual beli gharar mengatakan, “Jika A menyerahkan rumahnya kepada pihak B dengan kompensasi B memberikan biaya hidup kepada A sampai ia
31
Az-Zarqo, Aqdud Ta’min, hal. 23. Mohd Fadzli Yusof, Takaful Sistem Insurans Islam, Utusan Publications& Distributors SDN BHD, Malaysia, 1996, hal. 8. Sebagai mana dikutib Muhamamad Syakir Sula. Dalam bukunya Asuransi Syariah (lifa and General), (jakarta: Gema Insani, 2004) hal. 83 32 Mohd Fadzli Yusof, ibid hal. 8-9.
meninggal”. Al-Baji berkomentar, “Saya tidak setuju dengan model transaksi seperti itu. Tapi jika terjadi, saya tidak membatalkannya 33 . Berikut ini beberapa dalil yang mempunyai muatan nilai dalam praktek asuransi syariah:
اﷲﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺻﻠﻰ رﺳﻮلاﷲ ﻗﺎل: ﻋﻨﻪﻗﺎل رﺿﻰاﷲ وﻗﺎص ﻋﺎﻣﺮﺑﻦ أﺑﻰ ﻋﻦ (رواﻩاﻟﺒﺨﺎرى اﻟﻨﺎس ﻋﺎﻟﺔﻳﺘﻜﻔﻔﻮن ﻣﻦأن ﺗﺘﺮآﻬﻢ ﺧﻴﺮ أﻏﻨﻴﺂء ان ﺗﺮآﺖ وﻟﺪك Artinya: Diriwayatkan dari Amir bin sa’ad bin Abi waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: “Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anak kamu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya, dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada menusia lainnya 34 ” Rasulullah SAW. sangat memperhatikan kehidupan yang terjadi dimasa yang akan datang dengan cara mempersiapkan sejak dini bekal yang diperlukan untuk kehidupan dan keturunan (ahli waris) di masa mendatang. Meninggalkan keluarga (ahli waris) yang berkecukupan secara materi, dalam pandangan Rasulullah SAW., sangatlah baik dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar yang harus meminta-minta pada orang lain. Hadits Nabi SAW. lainnya yang mempunyai muatan nilai menghindari risiko adalah seperti yang tertera berikut ini:
33
Yunus, RafiqAlMisri, Al-Khatar wat Ta’min, Darul Qolam Damaskus, cet I, 2002. Sebagai mana dikutib Muhamamad Syakir Sula. Dalam bukunya Asuransi Syariah (lifa and General), (jakart: Gema Insani, 2004) hal. 83 34
Muhamad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiro al-Bukhori, Shahih Bukhori, juz 6, (Riyadh: Nizar Mushtofa Alban), hadits ke 6733, hal. 1467
ﻗﺎل رﺟﻞ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ أﻗﻠﻬﺎ أو أﺗﻮآﻞ؟ ﻗﺎل:ﻋﻦ أﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل (أﻗﻠﻬﺎ وﺗﻮآﻞ ) رواﻩ اﻟﺘﺮﻣﺬى Artinya: Diriwayatkan dari anas bin Malik ra, bertanya seseorang kepada Rasulullah SAW. Tentang (untanya): “Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung saya bertawakkal pada (Allah SWT.)?” Bersabda Rasulullah SAW.: “Pertama ikatlah unta itu kemudian bertakwalah kepada Allah SWT. 35 ” (HR. atTurmudzi). Rasulullah SAW. Memberi tuntunan kepada manusia agar selalu bersikap waspada terhadap kerugian atau musibah yang akan terjadi, bukannya langsung menyerahkan segalanya (bertawakal) kepada Allah SWT. Hadits diatas mengandung nilai implisit agar kita selalu menghindar dari risiko yang membawa kerugian pada diri kita, baik itu berbentuk kerugian materi atau pun kerugian yang berkaitan langsung dengan diri manusia (jiwa). Firman Allah yang yang menganjurkan untuk melakukan strategi demi menghadapi kemungkinan buruk dimasa depan, bisa dilihat dalam kandungan surat Yusuf ayat 46- 49:
ﺳﺒْ ِﻊ َ ن ﻳَﺄْ ُآُﻠ ُﻬﻦﱠ ﺳَﺒْﻊٌ ﻋِﺠَﺎفٌ َو ٍ ﺳﻤَﺎ ِ ت ٍ ﺳﺒْ ِﻊ َﺑ َﻘﺮَا َ ﻖ َأﻓْ ِﺘﻨَﺎ ﻓِﻲ ُ ﺼﺪﱢﻳ ﻒ َأ ﱡﻳﻬَﺎ اﻟ ﱢ ُ ﺳ ُ ﻳُﻮ ل َ ﻗَﺎ. ن َ س َﻟ َﻌﱠﻠ ُﻬﻢْ َﻳﻌَْﻠﻤُﻮ ِ ﺟ ُﻊ ِإﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِ ْت ﻟَﻌَﻠﱢﻲ َأر ٍ ﺧ َﺮ ﻳَﺎ ِﺑﺴَﺎ َ ﺧﻀْ ٍﺮ َوُأ ُ ت ٍ ﺳﻨْ ُﺒﻠَﺎ ُ .ن َ ﺳﻨْ ُﺒِﻠ ِﻪ إِﻟﱠﺎ َﻗﻠِﻴﻠًﺎ ِﻣﻤﱠﺎ َﺗﺄْ ُآﻠُﻮ ُ ﺼﺪْ ُﺗﻢْ َﻓ َﺬرُو ُﻩ ﻓِﻲ َ ﺣ َ ﺳﺒْ َﻊ ﺳِﻨِﻴﻦَ َدَأﺑًﺎ َﻓ َﻤﺎ َ َﺗَﺰْرَﻋُﻮن
35
Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Sifat al-Qiyamah wa ar Rakaik al-Wara Bab 60 No 2517, hal. 668. Sebagaimana dikutip AM. Hasan Ali, MA. Dalam bukunya Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: Sebuah Tinjauan Historis, Teoritis dan Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2004) Cet ke 1, hal. 119
.ن َ ﺼﻨُﻮ ِ ْﻦ ﻣَﺎ َﻗ ﱠﺪﻣْ ُﺘﻢْ َﻟ ُﻬﻦﱠ إِﻟﱠﺎ َﻗﻠِﻴﻠًﺎ ِﻣﻤﱠﺎ ُﺗﺤ َ ْﻚ ﺳَﺒْﻊٌ ﺷِﺪَادٌ َﻳﺄْ ُآﻠ َ ُﺛﻢﱠ َﻳﺄْﺗِﻲ ِﻣﻦْ َﺑﻌْ ِﺪ َذِﻟ .ن َ ﺼﺮُو ِ ْس َوﻓِﻴ ِﻪ َﻳﻌ ُ ث اﻟﻨﱠﺎ ُ ﻚ ﻋَﺎمٌ ﻓِﻴ ِﻪ ُﻳﻐَﺎ َ ُﺛﻢﱠ َﻳﺄْﺗِﻲ ِﻣﻦْ َﺑﻌْ ِﺪ َذِﻟ Artinya: Yusuf, hai orang yang amat dipercaya terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hujau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu agar mereka mengetahuinya. Yusuf berkata: “supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagai mana biasa: maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit) kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur. Ayat diatas mengambarkan bahwa Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu mempersiapkan
diri
menghadapi
kemungkinan-kemungkinan
yang
dapat
membahayakan diri kita baik secara fisik maupun materi. Pesan yang kita tangkap dari ayat diatas adalah agar hidup dijalani dengan penuh rencana dan strategi menghadapi hal-hal buruk yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Dari ayat al-Qur’an dan Hadits diatas menyiratkan bahwa setiap manusia dituntut untuk dapat hidup dengan rapi, penuh rencana dan strategi. Perencanaan yang baik bukan saja dalam mencari nafkah dan menggapai ridho ilahi tetapi juga dalam mengantisipasi musibah dan kemalangan. Di antara cara yang lazim dilakukan manusia dalam antisipasi musibah antara lain adalah dengan menabung atau meminjam, hanya saja terkadang cara ini tidak dapat memenuhi harapan. Di sinilah manusia harus mengupayakan cara lain berupa saling membantu, saling menanggung dan saling menjamin dengan berasuransi. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi
َو َﺗﻌَﺎ َوﻧُﻮا َﻋﻠَﻰ اﻟْ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى وَﻟَﺎ ﺗَﻌَﺎوَﻧُﻮا َﻋﻠَﻰ اﻟِْﺈﺛْ ِﻢ وَاﻟْ ُﻌﺪْوَا ِن وَاﺗﱠﻘُﻮا اﻟﱠﻠ َﻪ ِإ ﱠن .ب ِ ﺷﺪِﻳ ُﺪ اﻟْ ِﻌﻘَﺎ َ اﻟﱠﻠ َﻪ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran Implementasi konsep tolong-menolong dalam kontek asuransi adalah adanya sejumlah dana dari tiap anggota yang disisikan dan diniatkan untuk diikhlas sebagai derma untuk memberi santunan kepada anggota yang mengalami musibah, dimana dalam asuransi syariah dana tersebut, disebut dengan dana tabarru’. Dengan paradigma diatas, berasuransi bukanlah suatu upaya yang melawan taqdir, tetapi justru melakukan ikhtiar dengan hidup penuh rencana dan kebersamaan sesuai dengan anjuran Allah SWT.
B. Konsep Underwriting 1. Pengertian Underwriting Underwriting disebut juga seleksi risiko adalah proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang ada pada seorang calon tertanggung. Berdasarkan tingkat risiko yang ada pada calon tertanggung suatu permohonan asuransi dapat ditolak atau diterima 36 . Terlaksana atau tidaknya suatu akad kontrak oleh perusahaan amat tergantung pada proses underwriting yang mengidentifikasi kelayakan calon tertanggung.
36
Huggins, kenneth, FLMI/M. Land, . Robert D FLMI. ACS, Operasi Perusahaan Asuransi jiwa dan Asuransi Kesehatan. (Jakarta, Yayasan Darma Bumi Putra, 1996). Edisi Kedua, h. 264
Memahami sebuah konsep underwriting dengan baik merupakan hal yang amat esensial untuk dapat melakukan identifikasi risiko secara baik, tepat dan akurat, mengingat tanggung jawab utama dari underwriter dalam seleksi risiko adalah memastikan bahwa tidak ada risiko yang bisa menimbulkan masalah besar yang memberatkan bagi perusahaan di kemudian hari, sehingga proses seleksi risiko yang dilakukan
oleh
underwriter
berkorelasi
dengan
tujuan
perusahaan
yakni
maksimalisasi laba. Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa adalah proses penaksiran dan klasifikasi mortalitas atau morbiditas calon tertanggung untuk menetapkan apakah akan menerima atau menolak calon peserta. Mortalitas adalah jumlah kejadian meninggal relatif diantara sekelompok orang tertantu, sedangkan morbiditas adalah jumlah kejadian relatif sakit atau penyakit diantara sekelompok orang tertentu 37 . Dalam asuransi syariah prinsip underwriting sama dengan asuransi konvensinal. Namun dalam asuransi syariah, untuk menyeleksi risiko secara implisit tergabung dua elemen penting yaitu, seleksi dan pengklasifikasian. Namun penekanan utama underwriting syariah adalah harus bersifat wasathon yaitu penekanan pada rasa keadilan bagi nasabah dan perusahaan 38 . Dari definisi diatas ada dua elemen pokok dalam underwriting pertama Seleksi yaitu proses dimana perusahaan mengevaluasi proposal individu mengenai ganti rugi untuk menentukan tingkat risiko yang disajikan pemohon. Kedua
37
Abdullah Amrin, asuransi syariah keberadaan dan kelebihan ditengan asuransi konvensional, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hal. 103 38 Ibid, hal. 107
Klasifikasi yaitu proses penetapan peserta pada kelompok individu yang secara tepat memiliki kesamaan probabilitas kerugian yang diperkirakan.
2. Tugas Underwriting Tugas underwriting antara lain adalah melakukan proses penyelesaian dan pengelompokan risiko yang akan ditanggung. Tugas itu merupakan elemen yang esensial dalam operasi perusahaan asuransi. Sebab, maksud underwriting adalah mendatangkan laba melalui distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatang laba. Tanpa underwriting yang efisien perusahaan asuransi tidak akan mampu bersaing. Dalam prakteknya untuk menarik nasabah harus ada proporsi yang sama antara risiko yang baik dengan risiko yang kurang menguntungkan dalam kelompok yang diasuransikan 39 . Peranan lain underwriter dalam perusahaan asuransi adalah sebagai berikut 40 : a. mempertimbangkan risiko yang diajukan b. memutuskan menerima atau menolak risiko yang diajukan c. menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti rugi d. Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta e. Mempertahankan, meningkatkan dan mengamankan marjin profit
3. Jenis-Jenis Risiko Yang Mempengaruhi Underwriting
39 40
Sula Op Cit, hal.183 Abdullah, Amrin OpCit, hal. 104
Sebelum menetapkan suatu kondisi underwriting terhadap calon tertanggung, underrwriter harus mempertimbangkan dari segi pengaruh risiko dan jenis polis yang diinginkan oleh calon tertanggung. Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi penetapan underwriting adalah sebagi berikut 41 : a. Increasing risk (risiko menarik) Ada beberapa penyakit tertentu, misalnya besarnya risiko akan bertambah berat sesuai dengan kenaikan umur calon tertanggung b. Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis. Makin lama polis berjalan, risiko semakin menurun c. Constant extra risk (risiko ekstra yang menetap), pada jenis ini, risiko tambahan berada pada tingkat yang tetap selama masa pertanggungan.
4. Tujuan Underwriting Kewenangan underwriter adalah menyetujui dan menerbitkan polis. Polis yang diterbitkan yang harus memenuhi 3 (tiga) kriteria yaitu: adil bagi nasabah (equitable to the client) dapat dijual oleh agen (deliverable by the agent) menguntungkan perusahaan (profitable to the company). a. Equitable to the client Salah satu prinsip dasar adalah bahwa tertanggung harus membayar sejumlah premiyang proporsional dengan tingkat risiko tertanggung yang diasumsikan perusahaan. Bila permohonan asuransi diterima, perusahaan asuransi harus
41
Ibid, hal. 105
menentukan tingkat risiko dan harus mengenakan suatu jumlah premi yang wajar untuk risiko ini. b. Deliverable by the agent Konsumen membuat keputusan terakhir mengenai apakah polis asuransi tertentu dapat diterima. Jika konsumen memutuskan untuk tidak menerima polis sewaktu agen berusaha menyerahkannya, polis tersebut disebut tidak dapat diserahkan (undeliverable) atau tidak diambil (not taken) Agar polis diterima oleh pembeli, maka harus memenuhi tiga persyaratan dasar, yaitu: 1) Polis tersebut harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan konsumen 2) Biaya polis untuk pertanggungan yang disediakan oleh polis harus sesuai dengan kemampuan konsumen 3) Tingkat premi yang dikenakan untuk pertanggungan harus kompetitif dipasar c. Profitable to the company Akhirnya seorang underwriter harus mengambil keputusan yang akan menguntungkan perusahaan selama perusahaan asuransi memerlukan underwriter yang sehat untuk menjamin hasil yang memuaskan dalam segi keuangan. Maka tujuan utama underwriting Adalah untuk melindungi perusahaan seleksi risiko yang merugikan. Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa tujuan underwriter adalah menjamin ganti rugi yang dikeluarkan atas dasar term and condition dan pada
rate kontribusi asuransi syariah dengan maksud merefleksi secara akurat tingkat risiko yang diberikan kepada perusahaan.
C. Asuransi Kesehatan Kumpulan 1. Pengertian Asuransi kesehatan meliputi bidang yang sangat luas, yang mana dengan asuransi tersebut seseorang akan memperoleh penggantian untuk perawatan rumah sakit, biaya pengobatan, dan penggantian atas kehilangan penghasilan yang diakibatkan oleh penyakit atau kecelakaan 42 . Asuransi
kesehatan
biasa
pula
disebut
dengan
asuransi
disability
(ketidakmampuan bekerja) atau asuransi kecelakaan dan kesehatan. Sedangkan ketidakmampuan didefinisikan sebagai ketidakmampuan tertanggung melaksanakan suatu pekerjaan atau jabatan yang memberikan penghasilan, gaji atau laba 43 . Adapun pengertian asuransi kumpulan ialah jenis asuransi yang memberikan perlindungan untuk sekelompok orang 44 Asuransi kumpulan menyediakan asuransi untuk sejumlah orang dibawah sebuah kontrak asuransi yang disebut kontrak induk (master contrak), yaitu perjanjian antara perusahaan asuransi jiwa dan dan pemegang polis45 .
42
A. Hasyim Ali, Bidang Usaha Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 115 Ibid, hal. 110 44 Ingrisano, John L. CLU & Corrine M Ingrisano : The Insurance dictionary, Chicago, Illinois, 1990, hal. 130 45 Morton, Gene A. & Dani L. Long, Principles of Life and Health Insuranse.FLMI Insurance Education Programe, Life Managenet Institute LOMA, (USA, Icn Annapolis, Marylad 1984) Edisi kedua. Hal. 253 43
Asuransi kumpulan juga bisa dipandang sebagai cara ekonomis dalam menyediakan perlindungan perlindungan terhadap kerugian finansial yang disebabkan oleh kematian, cacat, biaya pengobatan, atau pensiun dari sekumpulan individu yang mempunyai hubungan tertentu dengan pemegang polis selain asuransi 46 . Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi kumpulan ialah jenis asuransi yang melibatkan perusahaan asuransi jiwa sebagai penanggung (insurer), sebuah kumpulan sebagai pemegang polis (policy holder) dan sekumpulan individu sebagai tertanggung (insured), dibawah sebuah kontrak induk antara penanggung dan pemegang polis, adapun kumpulan tersebut (hubungan antara pemegang polis dan tertanggung) keberadaannya harus mempunyai alasan tertentu selain alasan asuransi. 2. Karakter dan konsep dasar asuransi kumpulan Asuransi kumpulan berbeda dengan asuransi perorangan dalam banyak hal, diantaranya adalah sebagai berikut: a. sebuah kontrak induk Hanya satu polis yang disebut kontrak induk yang diberikan kepada pemegang polis kumpulan untuk memberikan manfaat kepada sekumpulan individu yang mempunyai hubungan tertentu dengan pemegang polis. Kontrak ini menyediakan berbagai macam perlindungan untuk sekumpulan individu tersebut, tetapi mereka bukan merupakan pihak dalam kontrak tersebut.
46
Health Insuransce Association of America : A Course in Group Life and Health Insurance, part A Washington, D. C, hal 4
Mereka tidak menerima polis melainkan masing-masing menerima sertifikat sebagai bukti kepesertaan dalam polis induk tersebut. b. seleksi risiko tidak diterapkan untuk masing-masing individu dalam kumpulan tersebut. Proses seleksi risiko dalam asuransi kumpulan berbeda dengan asuransi kesehatan perorangan. Dalam asuransi perorangan, pemohon peserta asuransi dituntut untuk menjawab formulir kesehatan, menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dinyatakan layak untuk memperoleh perlindungan asuransi, atau memperoleh premi asuransi yang substandar (Diatas standar), atau mendapat pengurangan benefit sesuai dengan evaluasi bagian underwriter. Pada asuransi kumpulan, seleksi risiko untuk masing-masing induvidu jarang dilakukan karena hal itu lebih diperuntukkan untuk kumpulan itu sendiri. Dengan kata lain, bukan kesehatan peserta asuransi kumpulan itu yang diseleksi, melainkan kesehatan kumpulan itu sendiri yang dijadikan pertimbangan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk dapat dinyatakan layak oleh perusahaan asuransi. c. premi untuk asuransi kumpulan relatif lebih rendah dari premi asuransi perorangan. hal ini disebabkan adanya pengurang tarif dari komponen biaya. Misalnya kalau kita membandingkan satu polis asuransi kumpuklan dengan 1000 peserta, dengan 1000 polis asuransi perorangan, tentu biaya operasional asuransi kumpulan lebih murah. Contoh dalam hal administrasi untuk asuransi kumpulan perusahaan asuransi cukup berhubungan dengan satu pihak, yaitu pemegang polis untuk 1000
peserta. Sedangkan untuk asuransi perorangan, seluruh peserta harus diadministrasi satu persatu, yang menyebabkan biaya bertambah besar.
3. Administrasi Asuransi Kesehatan Kumpulan Dalam berbagai aspek banyak persamaan dan perbedaan antara asuransi jiwa kumpulan dan asuransi kesehatan kumpulan. Berikut ini akan kita jelaskan persamaan dan perbedaannya dari sisi administrasi. Persamaan administrasi antara asuransi jiwa kumpulan dan asuransi kesehatan kumpulan adalah sebagai berikut 47 : Dalam berbagai aspek banyak kesamaan antara asuransi kesehatan kumpulan dan asuransi jiwa kumpulan. Biasanya, tipe kesamaan asuransi kelompok tersebut adalah terpenuhinya syarat untuk memperoleh sejumlah santunan dibawah polis kedua asuransi tersebut. Dan paling banyak polis asuransi kesehatan kumpulan diberikan pada para kelompok pekerja, begitu juga polis asuransi jiwa kumpulan. Polis asuransi kesehatan kelompok adalah sebuah kontrak antara perusahaan asuransi dan pemegang polis induk (pekerja atau representasi dari pejabat kelompok pembeli polis tersebut). Para anggota kelompok tertanggung tertanggung bukanlah anggota dalam kontrak ini. Oleh karena itu para anggota dalam kelompok tersebut tidak diberikan polis secara individu. Sebagai gantinya anggota asuransi kelompok tertanggung diberikan sertifiket. 47
Morton, Gene A. & Dani L. Long, Op Cit, hal. 253
Ketika penanggung mengevaluasi sebuah asuransi kelompok untuk sejumlah santunan asuransi kesehatan kumpulan, penanggung mengajukan prinsip-prinsip underwriting yang sangat mirip prinsip-prinsip underwriting asuransi jiwa. Biasanya satu kelompok secara keseluruhan lebih dari sekedar anggota, secara individu harus memenuhi persyaratan underwriting penanggung. Apalagi underwriting asuransi kesehatan kelompok akan mengklasifikasi asuransi kelompok pada polis standart, substandart atau malah ditolakan, berdasarkan pada tarif perkiraan morbiditas asuransi kelompok. Lebih dari perkiraan tarif mortalitas asuransi jiwa kumpulan. Tarif morbiditas ini mengambarkan kegiatan normal pada kelompok seperti usia dan distribusi jenis kelamin kelompok. Jika ukuran kelompok tersebut kecil, penanggung mungkin membutuhkan pada individu anggota kelompok untuk mengajukan faktafakta dan kelayakan untuk bisa dijamin. 4. Perbedaan administrasi Asuransi Jiwa Kumpulan Dan Asuransi Kesehatan Kumpulan 48 Beberapa perbedaan administrasi asuransi jiwa kumpulan dan asuransi kesehatan kumpulan difokuskan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama jaminan Pertanggungan asuransi. Perlindungan total plan medicale expense biasanya disediakan pada keluarga anggota asuransi kumpulan serta yang dipertanggungkan. Perlindungan pertanggungan ini biasanya mempunyai beberapa opsi, dan anggota asuransi kumpulan biasanya diminta membayar sejumlah premi yang dibutuhkan untuk tambahan santunan jika opsi ini yang dipilih. Jaminan pertanggungan asuransi tidak biasa ditawarkan pada plan asuransi jiwa kumpulan. 48
Ibid, h. 254
Ketika pertanggungan ini ditawarkan pada asuransi jiwa seringkali didibatasi pada sejumlah jaminan asuransi yang lebih kecil dari jumlah yang disediakan pada anggota kumpulan. Kedua Pengalaman tarif. Tarif premi asuransi kesehatan kumpulan dipengaruhi oleh pengalaman tarif yang lebih besar dari tarif premi asuransi jiwa kumpulan. Sekali terjadi klaim sudah harus dibayar. Individu yang diasuransikan masa risikonya tidak lebih lama dari kumpulan pada penanggung. Sebaliknya pada individu yang sama mungkin mengajukan beberapa pemisahan klaim asuransi kesehatan diakhir periode jaminan asuransi. Oleh karenanya underwiter asuransi kesehatan kumpulan menggunakan tarif pengalaman ketika menentukan tarif premi pembaharuan untuk jaminan asuransi kelompok. Sebuah kelompok yang pengalaman klaim asuransinya menggambarkan lebih tinggi dari rata-rata biaya klaim akan dirubah tarif premi pembaharuannya lebih tinggi dari kelompok yang pengalaman klaimnya sesuai rata-rata atau lebih rendah dari rata. Underwriter asuransi kesehatan kumpulan bisa juga menetapkan tingkat kredibilitas yang lebih besar pada pengalaman klaim masa lalu asuransi kumpulan tanpa underwriter asuransi jiwa kumpulan. Asuransi kesehatan kumpulan bercirikan pada banyaknya frekuensi klaim perorang dari pada jaminan asuransi jiwa, oleh karenanya kelompok yang sama umumnya punya volume klaim yang lebih besar dimasa lalu dari pada klaim asuransi jiwa kumpulan. Kuantitas pengalaman masa lalu yang lebih besar ini mengembangkan teory probabilitas bahwa pengalaman masa lalu secara akurat memprediksi pengalaman
masa depan asuransi kelompok. Bahkan jika ukuran kelompok tersebut relatif lebih kecil Ketiga Konversi. Kedua sertifikat asuransi jiwa kumpulan dan dan sertifikat asuransi kesehatan kumpulan ini diberikan di negara Amerika Serikat di dalamnya sudah termasuk persyaratan konversi. Di Canada sertifikat asuransi jiwa kumpulan didalamnya harus ada persyaratan konversi, tapi persyaratan ini tidak dibutuhkan dalam plan asuransi kesehatan kumpulan. Persyaratan konversi sertitifikat negeri asuransi kesehatan kelompok yang menjamin anggota kelompok yang meninggalkan kelompok punya hak membeli polis asuransi kesehatan individu dari group penjamin tanpa
menunjukkan
bukti
perasuransian.
Anggota
kelompok
yang
sudah
menggunakan hak konversi dari dari polis asuransi kesehatan kelompok pada polis asuransi kesehatan individu akan menemukan bahwa konversi polis asuransi individu berbeda dalam beberapa hal dari polis asuransi kelompok. Umumnya tarif premi akan lebih tinggi dan manfaat akan lebih terbatas pada polis individu dari pada polis kelompok.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN B.
Sejarah Pendirian PT ATK
Takaful Indonesia merupakan pelopor sekaligus salah satu perusahaan terdepan di Indonesia saat ini yang menyediakan jasa asuransi dan perencanaan keuangan sesuai dengan prinsip syariah untuk memenuhi kebutuhan umat dan masyarakat di Indonesia. Sebagai pelopor asuransi Syariah di Indonesia, Takaful Indonesia melayani kebutuhan masyarakat akan jasa asuransi dan perencanaan keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah melalui operasional anak perusahaannya, yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK). PT ATK yang bergerak di bidang asuransi jiwa Syariah didirikan pada 25 Agustus 1994, dan diresmikan oleh Bapak Mar’ie Muhammad, Menteri Keuangan Republik Indonesia saat itu. Sementara, PT Asuransi Takaful Umum (ATU) yang bergerak dibidang asuransi umum Syariah didirikan pada 1 Juni 1995 dengan peresmian oleh Menteri Riset dan Teknologi/Ketua BBPT saat itu, Prof. Dr. B.J. Habibie. Sejak tahun 2004, Perusahaan telah beroperasi di kantor pusatnya yang baru, Graha Takaful Indonesia, yang berlokasi di Mampang Prapatan Raya, Jakarta. Pada saat yang sama, melalui serangkaian prakarsa strategis termasuk penyatuan fungsi pemasaran dan fungsi pendukung korporasi ATK dan ATU di perusahaan induk, serta revitalisasi dan konsolidasi jaringan kantor cabang dan pemasaran. Perusahaan
berhasil meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasionalnya yang berdampak pada peningkatan kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas layanan yang diberikan dan menjaga konsistensinya, Perusahaan telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu di PT. ATU yang dikeluarkan oleh SGS JAS-ANZ, Selandia Baru, pada tahun 2004, sementara PT. ATK telah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 dari Det Norske Veritas (DNV), Belanda, pada tahun yang sama. Komitmen Takaful Indonesia untuk menjadi penyedia jasa asuransi Syariah terkemuka di Indonesia dibuktikan dengan serangkaian penghargaan yang telah diterima sepanjang tahun 2006. Di antaranya adalah tiga buah penghargaan dari Karim Business Consulting sebagai The Best Risk Management Islamic Life Insurance (ATK), Best Risk Management Islamic General Insurance (ATU), Top of Mind Asuransi Syariah (STI), serta dua buah penghargaan dari majalah Investor untuk ATK sebagai Best Performance Syariah Insurance dan untuk ATU sebagai Pioneer Asuransi Umum Syariah. Selain itu, Takaful Indonesia menjadi perusahaan asuransi syariah pertama di Indonesia yang menempatkan perwakilannya di Million Dollar Round Table (MDRT), sebuah klub bertaraf internasional untuk para agen asuransi berprestasi dari seluruh dunia, sekaligus sebagai pengakuan atas tingkat profesionalisme perusahaan. Setelah lebih dari satu dasawarsa berkiprah menghadirkan jasa asuransi dan perencanaan keuangan syariah berkualitas yang melayani kebutuhan umat dan nasabah di Indonesia, Takaful Indonesia kini siap melangkah pada tahap
pertumbuhan berikutnya, memanfaatkan keunggulan dari citra perusahaan yang kuat, jaringan pemasaran yang luas, serta sinergi yang kokoh dalam group Takaful Indonesia C. Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Asuransi Takaful Keluarga adalah menjadi group asuransi terkemuka yang menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang komprehensif dengan jangkauan signifikan di seluruh Indonesia menjelang tahun 2011. Sedangkan misi PT. Asransi Takaful Keluarga adalah bertekat memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko bagi umat dengan menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang dikelola secara professional, adil, tulus dan amanah.
D. Nilai dan Falsafah Dasar Perusahaan Segala musibah dan bencana yang menimpa manusia adalah ketentuan Allah. Namun manusia wajib berikhtiyar untuk memperkecil risiko dan juga dampak keuangan yang mungkin timbul. Upaya tersebut sering kali tidak memadai, sehingga timbul kebutuhan akan mekanisme membagi risiko seperti yang ditawarkan oleh konsep takaful. Sebagai perusahaan asuransi syariah, Perusahaan Takaful beroperasi dengan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana telah digariskan di dalam Al-Quran “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa” (Q.S, Al-Maidah: 2), dengan landasan ini Takaful menjadikan semua peserta sebagai satu keluarga besar yang akan saling melindungi dan secara bersama menanggung risiko
keuangan dari musibah yang mungkin terjadi di antara mereka. Prinsip-prinsip syariah yang tertuang dalam akad transaksi asuransi, antara lain Tabarru’, Mudharabah, musyarakah, Wakalah bil Ujrah, dan lain-lain. Dan akad-akad yang digunakan tidak mengandung unsur riba (bunga uang), maisir (judi), Gharar (untung-untungan), dan dhulmun (dhalim), yang secara tegas dilarang dalam ketentuan syariat Islam.
E. Struktur Organisasi 1. Pemegang Saham PT. Syarikat Takaful Indonesia
: 99,94%
Koperasi Karyawan Takaful:
: 0,06%
2. Dewan Komisaris Komisari Utama
: Dato’ Mohamed Hassan Md. Kamil
Komisaris Independen
: H.M.Uwen Suwendi FSAI, FLMI, MBA
Komisaris
: Muhammad Harris, SE
3. Dewan Direksi Direktur Utama
: Ir. Agus Edi Sumanto, MM, AAIJ
Direktur Keuangan & Operasional
F. Tata Kelola Perusahaan
: Nor Effuandy Pfordten
PT Syarikat Takaful Indonesia beserta kedua anak perusahaannya menyadari pentingnya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Coporate Governance (GCG) sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik. Penerapan GCG dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mengikuti aturan-aturan yang ada serta menjalankan bisnis secara sehat dan beretika berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab dan berkeadilan, yang dilandasi oleh prinsip dan semangat syariah. Dalam menjalankan aktivitas usahanya, perusahaan dikelola oleh dewan pengelola yang terdiri dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Perusahaan juga memiliki Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi penerapan prinsip-prinsip syariah dalam aktifitas operasional Perusahaan. Agar tercapai sistem tata kelola perusahaan yang baik, maka dibutuhkan adanya pembagian tugas (job description) yang jalas pada dewan pengelolah sesuai dengan nama bidang kerja/jabatan masing-masing, dengan berbagai tingkat kewenangannya. Seperti yang dijelaskan berikut ini: 1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris bertugas memberikan pengarahan kepada Dewan Direksi dan menjalankan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan yang dijalankan oleh Dewan Direksi. Dewan Komisaris mewakili kepentingan para pemegang saham dan bertanggung jawab pada Rapat Umum Pemegang Saham. Untuk memperkuat struktur GCG dan memenuhi ketentuan Departemen Keuangan, sejak tahun 2005 Perusahaan telah memiliki formasi Komisaris Independen yang mewakili kepentingan publik dan pemegang saham minoritas.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris Perusahaan secara rutin mengadakan rapat-rapat untuk membahas pelaksanaan kebijakan manajemen maupun perkembangan kinerja perusahaan, sekurangkurangnya sekali dalam sebulan. Selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2006, Dewan Komisaris Takaful Indonesia tercatat mengadakan 11 kali rapat, termasuk rapat-rapat gabungan Dewan Komisaris dan Dewan Direks 2. Dewan Direksi Dewan Direksi bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan dan arahan yang telah ditetapkan oleh Dewan Komisaris dan menjalankan pengelolaan Perusahaan sehari-hari. Dewan Direksi juga bertanggung jawab untuk menerapkan dan mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku, serta prinsip-prinsip syariah yang ada. Keanggotaan Dewan Direksi Perusahaan saat ini terdiri dari 5 (lima) orang, yaitu Direktur Utama STI, Direktur Utama ATK, Direktur Utama ATU, serta didampingi oleh Direktur Operasional ATU dan Direktur Pemasaran ATK. Dewan Direksi secara rutin menyelenggarakan rapat mingguan dan bulanan untuk membahas masalah-masalah
operasional
serta
mengevaluasi
kinerja
Perusahaan
dan
perkembangan pasar terkini. Pada tahun 2006, seluruh Komisaris dan Direksi ATK telah menjalani dan lulus Uji Kepatutan & Kelayakan dari Departemen Keuangan RI. Hal tersebut merupakan salah satu perkembangan penting menyangkut kualitas penerapan GCG di lingkungan Perusahaan.
3. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertanggung jawab atas fungsi pengawasan terhadap penerapan prinsip-prinsip Syariah dan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam kegiatan operasional Perusahaan. Dewan Pengawas Syariah beranggotakan 6 (enam) orang dan telah mengadakan rapat sebanyak 6 (enam) kali sepanjang tahun 2006.
4. Komite Audit Dalam menjalankan fungsi pengawasannya, Dewan Komisaris dibantu oleh Komite Audit, yang bertugas memberikan masukan dan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, menyangkut kepatuhan Perusahaan dalam hal informasi keuangan, pengendalian dan system pelaporan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan peraturan yang berlaku. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, Komite Audit mengadakan rapat bulanan serta melakukan koordinasi dan komunikasi yang intensif antara Komite Audit dengan Dewan Direksi dan Audit Internal. Komite Audit dibentuk pada tingkat anak perusahaan dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris STI. Ketua Komite Audit pada ATK dan ATU masingmasing adalah Komisaris Independen pada perusahaan dimaksud. Sementara itu, anggota Komite Audit pada ATK dan ATU adalah juga Komisaris dari masingmasing perusahaan tersebut.
5. Audit Internal
Sementara Audit Internal membantu Direksi dalam melakukan pengendalian internal untuk memastikan bahwa semua kegiatan operasional dilaksanakan sesuai dengan peraturan Perusahaan. Audit Internal juga melaporkan temuan hasil audit dan rencana tindak lanjut atas temuan tersebut kepada Komite Audit dan Manajemen. Sepanjang tahun 2006, Audit Internal telah melakukan audit operasional baik di kantor pusat dan seluruh kantor cabang Perusahaan. Temuan-temuan audit tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh departemen atau unit terkait melalui serangkaian program penyempurnaan. 6. Komite Eksekutif Dalam menjalankan tugasnya mengelola Perusahaan, Dewan Direksi dibantu oleh beberapa komite eksekutif, yaitu Komite Investasi Grup, Komite Manajemen Grup dan Komite Pemasaran Grup. Komite Investasi Grup bertugas menentukan kebijakan penempatan investasi dana Perusahaan sesuai dengan persetujuan Dewan Komisaris. Komite Manajemen Grup bertanggung jawab atas pemantauan dan evaluasi kinerja Perusahaan, sementara Komite Pemasaran Grup bertanggung jawab atas kebijakan dan aktivitas pemasaran Perusahaan. 7. Sekretaris Perusahaan Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab atas penyebarluasan informasi material terkait dengan kinerja Perusahaan, termasuk laporan keuangan serta laporan tahunan. Perusahaan senantiasa berupaya meningkatkan kualitas keterbukaan informasi 49 .
49
Data diperoleh dari PT Asuransi Takaful Keluarga
F. Produk Asuransi Kesehatan Kumpulan Asuransi kesehatan kumpulan adalah program asuransi kesehatan kumpulan yang memberi pelayanan kesehatan bagi peserta yang mengalami sakit karena risiko penyakit atau kecelakaan.
Keistimewaan FulMedicare 1. pelayanan rawat inap di rumah sakit rekanan (provider) 2. Pelayanan pembayaran klaim yang cepat 3. Tidak ada batasan biaya perawatan rumah sakit 4. penyakit yang sudah ada dijamin 5. Bagi hasil diakhir kepesertaan 6. Memeberikan pelindungan selama 24 jam perhari
Manfaat/ Jaminan 1.
Program Rawat Inap dan Pembedahan a.
Kamar dan menginap di rumah sakit
b.
Unit Perawatan Intensif (ICU)
c.
Biaya Aneka Perawatan Rumah Sakit
d.
Biaya Pembedahan
e.
Biaya Kamar Bedah
f.
Biaya Anestesi
g.
Kunjungan dokter di rumah sakit (hanya untuk perawatan non bedah)
h.
Konsultasi dokter spesialis di rumah sakit
i.
Pengobatan sebelum dan sesudah perawatan di rumah sakit
j.
Biaya ambulans
k.
Perawatan Gigi Darurat akibat kecelakaan
l.
Perawatan Darurat
m. Santunan Kematian n. 2.
3.
Operasi tanpa rawat inap
Program Rawat Inap dan Pembedahan a.
Konsultasi dengan Dokter Umum
b.
Konsultasi dengan Dokter Spesialis
c.
Obat-obatan
d.
Penunjang Diagnostik
e.
Konsultasi dengan Dokter Umum dan Obat
f.
Fisioterapi
Program Rawat Gigi a.
Konsultasi/ Jasa Tindakan Dokter Gigi
b.
Obat-obatan
c.
Penunjang Diagnostik
d.
Tindakan medis: Cabut, Tambal, perawatan saluran akar, perawatan gusi, perawatan karang gigi, pembedahan, penggantian gigi palsu.
4.
Program Persalinan a.
Persalinan Normal
b.
Persalinan dengan Operasi
c.
Keguguran
5.
Kacamata a.
Lensa
b.
Frame/ Bingkai
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Proses Underwriting Asuransi Kesehatan Kumpulan. 1. Pre Existing Condition Pre Existing Condition adalah masa tunggu suatu penyakit yang ada pada calon tertanggung sebelum masa pertanggungan. Penyakit yang ada pada peserta tersebut diidentifikasi untuk kemudian diambil suatu keputusan underwriting setelah diketahui perkembangan dari penyakit tersebut. Pre Existing Condition mencakup pada hal-hal seperti berikut ini: 1. Penyakkit-penyakit yang telah ada sebelumnya (Pre Existing Condition), yaitu penyakit atau cedera yang timbul sebelum Tanggal Efektif dan berlaku pada peserta: a. Menerima perawatan untuk kondisi tersebut dalam masa 3 (tiga) tahun sebelum tanggal efektif. b. Menunjukkan gejala-gejala dari kondisi tersebut dalam masa 3 (tiga) tahun sebelum tanggal efektif. c. Menyadari atau sewajarnya menyadari gejala-gejala kondisi tersebut dalam masa 3 (tiga) tahun sebelum tanggal efektif. 2. Penyakit-penyakit khusus dalam Pre Existing Condition sebagai berikut: a. Batu dalam saluran kencing atau saluran empedu atau radang kandung empedu b. Segala jenis tumor yang tidak termasuk jenis karsinoma
c. Segala jenis hernia, kecuali akibat trauma atau bagi peserta berusia diatas 12 tahun d. Haemorrhoid (wasir) e. Tonsil (amandel) yang memerlukan pembedahan f. Penyakit rongga hidung yang memerlukan pembedahan g. Katarak h. Hipertensi, stroke, penyakit jantung dan pembuluh darah i. Kerusakan lambung dan usus dua belas jari j. Endometriosis k. Hypertrophy prostat l. Asthma m. Gout atau Encok n. Diabetes (kencing manis) o. Tuberculosis
2. Ketentuan Underwriting Asuransi Kesehatan Kumpulan Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam underwriting pada produk asuransi kesehatan kumpulan adalah sebagai berikut: 1. Premi perorang diberlakukan premi standard bila jumlah minimum karyawan 25 orang. Bila kurang dari 25 orang maka akan dihitung khusus. 2. Untuk peserta di atas 55 tahun dikenakan premi ekstra sesuai dengan usia saat mulai pertanggungan. 3. Kriteria “anak” yang berhak diasuransikan:
a. Berumur 15 hari s/d 23 tahun b. Belum menikah c. Belum bekerja 4. Pembedahan Tanpa Rawat Inap (One Day Care) dijamin berdasarkan jenis pembedahannya selama diagnosa dilakukan. Pengecualian: Dalam kasus pembedahan tidak ada batasan minimum waktu perawatan di Rumah Sakit. 5. Ketentuan PRE EXISTING CONDITION a. Jika hanya mengikuti rawat inap, Pre Existing Condition tidak berlaku jika premi Rp. 25.000.000.- atau lebih. b. Jika mengikuti rawat inap dan rawat jalanPre Existing tidak berlaku jika premi Rp. 40.000.000.- atau lebih. 6. Ketentuan lain mengikuti syarat-syarat umum polis Fulmedicare.
3. Ekses Klaim Apabila terjadi kelebihan atas biaya perawatan rumah sakit maka beban biaya tersebut akan dibebankan pada pemegang polis dan tidak ditanggung oleh perusahaan. Kelebihan biaya perawatan tersebut dalam asuransi disebut dengan ekses klaim. Ekses klaim (kelebihan biaya atas santunan yang menjadi haknya) bisa terjadi sehubungan dengan adanya fasilitas perawatan yang tidak dipertanggungkan Misalnya:
a. harga kamar perawatan yang digunakan melebihi / diatas harga kamar yang menjadi haknya. b. Biaya yang digunakan melebihi batas maslahat c. Penggunaan biaya untuk hal-hal yang dikecualikan. Penyelesaian atas tagihan ekses klaim dilunasi oleh peserta melalui pemegang polis, dimana pemegang polis akan memperoleh tagihan ekses klaim atas peserta dengan batas waktu pelunasan 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya bukti penagihan. Keterlambatan atas pembayaran ekses klaim dapat menyebabkan pelaksanaan pelayanan selanjutnya untuk sementara ditangguhkan atau dapat dilaksanakana dengan menggunakan sistem Reimbursement sampai dengan dilunasinya ekses klaim tersebut. Tujuan utama perawatan adalah memperoleh kesembuhan dengan biaya yang wajar. Untuk itu disarankan Peserta harus dapat bijak dalam memilih rumah sakit dan jenis perewatan. Pemakaian kamar perawatan dengan harga yang jauh diatas harga kamar yang menjadi haknya akan menyebabkan kemungkinan biaya ekses klaim yang lebih besar.
4. Manfaat Asuaransi Manfaat adalah hak yang diperoleh oleh tertanggung ketika terjadi klaim. Adapun deskripsi manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kamar dan menginap (maks 90 hari) 2. Unit Perawatan Intensif (maks 15 hari) 3. Aneka Perawatan
4. Biaya Dokter Beda a. Kompleks b. Besar c. Sedang d. Kecil 5. Biaya Anestesi a. Kompleks b. Besar c. Sedang d. Kecil 6. Kunjungan dokter di Rumah Sakit (maks 90 hari) 7. Biaya Dokter Ahli 8. Biaya Sebelum (7 hari ) dan sesudah (30 hari) 9. Ambulans 10. Perawatan gigi darurat akibat kecelakaan 11. Perawata darurat. 12. Santunan Kematian
5. Pengecualian Manfaat Asuransi Dalam asuransi kesehatan kumpulan tidak semua penyakit yang timbul dijamin oleh perusahaan, ada hal-hal yang tidak termasuk dalam perlindungan asuransi yang mana pihak perusahaan tidak memberikan manfaat takaful atas semua
biaya yang disebabkan olehnya. Hal tersebut termasuk dalam pengecualian oleh perusahaan. Pengecualian tersebut mencakup hal-hal berikut ini: 1. Pelayanan kesehatan manfaat diluar manfaat program yang diberikan dan pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti tata cara yang telah ditentukan dalam polis asuransi. 2. Perang atau segala tindakan peperengan baik dinyatakan atau tidak; partisipasi aktif dalam demonstrasi, huru hara, kerusuhan, pengacauan dan kekacauan, perbuatan teror, pemberontakan atau keributan sipil, kegaduhan sipil atau keadaan yang daat disamakan dengan itu; kegiatan melawan hukum; dinas aktif dalam militer; bencana alam; radiasi dan kontaminasi yang bersifat massal. 3. Cedera atau penyakit yang sebabkan oleh perbuatan sendiri atau / dengan bantuan pihak lain yang berkepentingan dengan polis ini, penyahgunaan narkotika, alkohol atau zat adiktif lainnya. 4. Olah raga berbahaya yang bersifat memperbesar risiko, termasuk tapi tidak terbatas pada panjat tebing, arung jeram, hang-gliding, balap mobil/motor, menyelam parasut tinju, akrobatik, gantole, terbang layang, dan sejenisnya. 5. Segala kondisi yang berhubungan dengan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual / golongan penyakit kelamin dan segala akibatnya. 6. Pengobatan dengan tindakan medis yang masih dikatagorikan eksperiman termasuk tapi tidak terbatas pada Therapy Ozon, Hyperbaric, Therapy, tindakan Laser Eximer, pengobatan akupuntur, perawatan kesehatan di spa, Health Hydros, dan tempat perawatan tradisional (alternatif)
7. Pengobatan atau tindakan medis untuk kelainan Congenital (bawaan dari lahir) yang termasuk tapi tidak terbatas pada hernia (khusus untuk peserta dibawah 12 tahun), VSD, ASD, debil, embicil, mongoloid, cretinism, thallasemia, haemophilia, operasi bibir sumbing, telapak kaki leper, pertumbuhan otot atau tulang secara tidak normal, cerebral, palsy, dan cacat bawaan lain 8. Pemeriksaan fisik secara berkala (medical chek-up) atau pengujian yang tidak berhubungan dengan pengobatan atau diagnosis dari penyakit atau cidera yang dijamin. 9. Setiap pengobatan yang tidak berdasarkan indikasi medis atau7 tidak diperlukan secara medis. Perawatan atau tindakan medis yang lebih bersifat kosmetik atau kenyamanan. 10. Pengobatan atau tindakan medis yang dilakukan oleh keluarga dekat Peserta atau oleh seseorang tinggal serumah atau bekerja sama dengan Peserta. 11. Segala sesuatu yang berhubungan dengan perawatan dan pengatan gigi kecuali akibat kecelakaan. 12. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kehamilan, segala penyakit yang berhubungan dengan kehamilan, tindakan untuk mendapatkan dengan kesuburan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan menstruasi (menstruasi disorder) serta upaya pecegahan kehamilan. 13. Pembelian obat-obatan tanpa resep dokter, semua bentuk multivitamin (kecuali untuk rawat inap), serta obat atau bahan yang tidak ada hubungannya
dengan penyakit yang diderita termasuk bahan pembersih gigi, obat jerawat, obat-obatan untuk mempercantik diri dan obat-obatan tradisional. 14. Pembelian alat bantu kesehatan termasuk tetapi tidak terbatas pada alat hearing aid, kursi roda, tongkat penyangga, dan alat pacu jantung. 15. Pembelian protesa (alat artifisial) seperti protesa tangan, protesa mata, protesa kaki dan protesa lainnya. 16. Pemeriksaan refraksi mata dan pembelian bingkai, lensa kaca mata dan lensa kontak. 17. Home Nursing (perwatan dirumah) atau untuk perawatan pribadi. 18. Pengobatan kanker, segala jenis opersi jantung termasuk tapi tidak terbatas pada kateterisasi, balonisasi, pemasangan stent jantung, segala jenis transplantasi, gagal ginjal dan tindakanhaemodialisa (cuci darah0 19. Jasa-jasa non medis yang diberikan oleh rumah sakit dan tidak ada hubungannya dengan pengobatan, seperti biaya telepon, fax, salon, video, televisi, sauna laundry, mini bar, alat-alat kesehatan seperti termometer, iceup, warm watwr zak, dan sebagainya. 20. Semua penyakit atau cedera dari seorang bayi yang baru yang terjangkit selama kelahiran atau dalam 14 Hari kalender sesuadahnya. 21. Pengobatan terhadap penyakit kejiwaan psikologis atau gangguan mental (mental disorder) termasuk semua gejala sisa atau sequele dari penyakit tersebut dan setiap manifestasi yang berhubungan dengan gangguan psikologi atau psikosomatik.
22. Pengobatan dalam Pre Existing Condition dan penyakit-penyakit khusus dalam tahun pertama kepesertaan. 23. HIV, AIDS (Aquired Immune Defienciency Syndrome) dan ARC (AIDS Related Complex) dan segala akibatnya. 24. Segala jenis pencegahan penyakit termasuk tetapi tidak terbatas pada imunisasi/vaksinasi, pemberian zat untuk meningkatkankekebalan tubuh (Imboost) dan pemberian supplement/nutrient.
B.
Tahapan-tahapan Underwriting Asuransi Kesehatan Kumpulan Underwriting adalah proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang
terdapat pada calon tertanggung. Underwriting penting dilakukan untuk memastikan apakah seorang calon tertanggung layak untuk ditutup asuransinya atau tidak, sehingga dengan proses underwriting ini perusahaan akan terhindar dari moral hazard. Dalam asuransi kesehatan kumpulan Underwriting tidak dilakukan secara medis pada tiap individu dalam kelompok, proses underwriting dilakukan secara sederhana, proses underwriting hanya dilakukan Secara administratif. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa calon tertanggung adalah para karyawan yang notabene adalah orang-orang yang sehat. kecuali kelompok tersebut kecil. Dalam kelompok kecil setiap anggota harus menyiapkan evidence of insurability dan diproses
secara
perorangan.
Sedangkan
untuk
mengidentifikasi risiko group sebagai suatu keseluruhan.
group
besar,
underwriter
Dalam dalam proses seleksi risiko Underwriter berkepentingan untuk mengetahui bahwa group yang diajukan untuk dijamin mempunyai suatu penyebaran risiko yang baik, artinya terdapat kesehatan yang baik dari sejumlah besar individu untuk mengimbangi pengalaman klaim anggota-anggota group yang tidak sehat. Untuk memastikan bahwa calon tertanggung dinyatakan layak untuk dijamin dalam plan asuransi kesehatan kumpulan, maka calon tertanggung tersebut harus melalui serangkaian tahap kegiatan seleksi risiko. Adapun tahapan-tahapan seleksi risiko tersebut adalah: a. Field underwriting Field underwriting merupakan proses awal dari aktifitas underwriting yang dilakukan oleh petugas lapangan. Dengan melakukan observasi dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan calon tertanggung atau pemegang polis. Pengamatan ini dilakukan oleh seorang agen sebagai seleksi awal dan terbatas pada aspek non medis. Dari hasil pengamatan tersebut diharapkan perusahaan akan mampu memprediksi kelas risiko yang akan diterima dan terhindar dari moral hazard b. Verifikasi berkas dan data aplikasi Setelah dikirim ke kantor pusat, aplikasi permohonan surat permohonan asuransi akan diperiksa, diferifikasi dan diseleksi sebelum ditaksir oleh underwriter oleh kantor pusat c. Mengumpulkan infomasi tambahan Informasi tambahan diperlukan untuk memastikan tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip underwriting dan terhindar dari moral hazard.
Informasi tersebut diperoleh dari surat permohonan asuransi berupa laporan keterangan agen dan dari laporan penyelidikan. d. Menilai risiko Peniilaian risiko dilakukan terhadap seluruh aspek yang dapat menimbulkan terjadinya musibah. Dalam melakukan proses seleksi risiko pada prodak asuransi kesehatan kumpulan underwriter harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis risiko yang ditanggung dalam prodak tersebut. Risiko-risiko tersebut adalah: 1. Risiko sakit karena suatu penyakit 2. Risiko cedera/cacat karena kecelakaan 3. Kematian Risiko tersebut diatas menjadi tolok ukur penilaian atas seorang calon tertanggung berdasarkan kondisi dan faktor-faktor risiko yang memepengaruhi tingkat risiko. Adapaun faktor-faktor risiko asuransi kesehatan kumpulan adalah: 1. Letak geografis. Daerah yang menjadi tempat berdomosili akan diamati apakah daerah tersebut punya potensi bahaya yang besar atau tidak, seperti daerah yang rawan terhadap gempa atau wilayah yang sedang terpengaruh oleh endemi penyakit tertentu seperti demam berdarah, flu burung atau penyakit menular lainnya. Faktor ini menjadi bahan pertimbangan oleh underwriter. 2. Ukuran group. Untuk ukuran group dalam asuransi kelompok harus memenuhi jumlah tertentu untuk mencukupi suatu proporsi besar dari anggota-anggota group. Ini untuk mengurangi kemungkinan terjadi seleksi yang buruk. Jika ukuran group relatif kecil maka biasanya diberlakukan persyaratan khusus dalam
underwriting. Persyaratan khusus ini diperlukan karena group kecil seperti ini tidak dapat menjamin adanya suatu distribusi risiko yang baik 3. Usia. Usia calon tertanggung akan menjadi salah satu fokus seleksi risiko apakah kelompok tersebut mempunyai tingkat penyebaran usia yang baik atau tidak. jika dalam group ditemukan ada seseorang yang usianya terlalu tua untuk perlindungan asuransi maka perusahaan akan diselidiki lebih lanjut mengenai kepesertaan orang tersebut dalam group, juga kondisi badan secara medis, jika kondisinya tidak memungkinkan maka dinyatakan decline. 4. Jenis kelamin. Salah satu faktor yang berpengaruh pada penyebaran risiko dalam asuransi kumpulan adalah jenis kelamin. Dengan diketahui jumlah penyebaran jenis kelamin peserta dalam kelompok akan lebih mudah diprediksi potensi risiko yang mungkin terjadi. Umumnya group dengan anggota wanita lebih banyak, potensi risikonya lebih kecil dari pada laki-laki. 5. Bidang usaha dan jenis pekerjaan. Underwriter sangat memperhatikan tipe ini karena jenis pekerjaan tertentu mempunyai risiko lebih tinggi dari pada pekerjaan lainnya sehingga potensi terjadinya klaim lebih besar. Bidang usaha dan jenis pekerjaan dalam asuransi kesehatan kumpulan diklasifikasi sebagaimana yang dijelaskan berikut ini: b. Golongan 1 : Bidang usaha jasa keuangan seperti staf admin, staf keuangan, account officer dan lain lain. c. Golongan 2 : Bidang usaha agen penjualan grosir, super market, ritail, manufaktur seperti salesmen, buruh pabrik dan lain lain.
d. Golongan 3 : Bidang Usaha Teknisi dengan risiko tinggi seperti teknisi listrik e. Golongan 4 : Bidang usaha Pertambangan, pergudangan, Properti seperti operator crane. 6. Pembagian biaya. Dalam asuransi kumpulan premi yang dibayar ada yang berupa contributory plan yaitu pembayaran premi yang melibatkan peserta untuk memperoleh manfaat yang lebih tinggi atau karena peserta mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi. Yang kedua adalah non contributory plan yaitu pembayaran premi yang tidak melibatkan peserta. Bagi perusahaan, premi non contributory plan lebih disukai karena tingkat risiko yang relatif lebih homogen dengan asumsi bahwa individu-individu dalam kelompok tersebut adalah orangorang yang sehat sehingga bisa dikatakan tidak ada tingkat risiko tertentu yang lebih tinggi. Kemudian dilanjutkan proses penggolongan jenis-jenis dan tingkat risiko. Penggolongan risiko dilakukan untuk memproses klasifikasi calon peserta yang memiliki tingkat risiko yang sama di golongkan dalam kelas yang sama. Setelah tahapan seleksi risiko di atas dilalui, tahapan berikutnya adalah membuat keputusan underwriting Tahapan tahapan selaksi risiko dilakukan sebagai implikasi dari hukum seleksi risiko yaitu : 1. memproses permintaan asuransi dengan prinsip kehati-hatian 2. membuat dokumentasi yang akurat dan lengkap mengenai setiap langkah yang diambil dalalam melakukan underwrieting suatu kasus
3. Prinsip utmost good faith (penutupan asuransi harus didasarkan pada I’tikad baik peserta dan perusahaan asuransi sebagai syarat sahnya asuransi). Artinya bahwa informasi dari peserta dinyatakan secara benar dan tidak ada kecurangan 4. insurable interest(adanya kepentingan calon peserta untuk menjadi peserta asuransi)
C. Keputusan Underwriting Setelah underwriter melakukan proses underwriting sesuai dengan pedoman dan prosedur yang berlaku, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan keputusan underwriting. Dalam menetapkan keputusan underwriting PT asuransi takaful keluarga membagi menjadi empat jenis keputusan yaitu: 1. Asuransi diterima standard Adalah calon peserta yang hasil underwritingnya normal. Pada kondisi ini perusahaan akan segera menerbitkan polis yang diminta tanpa adanya syarat tambahan dan dikenakan premi standard. 2. Asuransi diterima substandard Adalah calon peserta yang diterima dengan premi tambahan (ekstra premi) atau dengan persyaratan lain. Hal ini karena hasil underwriting calon peserta tidak normal sehingga dibebani premi tambahan, tapi masih dalam batas insurable (batas toleransi untuk diterima sebuah SP) 3. Asuransi ditunda (postpone)
Adalah calon peserta yang hasil underwritingnya mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius atau telah mengalami gangguan kesehatan sehingga ditunggu dahulu oleh pihak perusahaan untuk kemudian diambil keputusan underwriting setelah diketahui perkembangan dari penyakit tersebut. 4. Asuransi ditolak (decline) Adalah permintaan asuransi calon peserta yang tidak bisa dipenuhi karena keadaan total risiko sudah di atas batas toleransi dan karena banyak faktor yang menjadi alasan untuk tidak menerima calon peserta tersebut.
D. Evaluasi Evaluasi dilakukan PT Asuransi Takaful Keluarga pada setiap produk asuransi dimaksudkan untuk bisa mengetahui frekwensi, severity, dan variability klaim. Hasil dari evaluasi ini pengalaman klaim di masa lalu bisa dijadikan dasar perbandingan pada tahun yang akan datang untuk menentukan tarif premi, mendesain produk dan besarnya manfaat yang dijanjikan pada peserta. Evaluasi ini meliputi beberapa hal, antara lain: 1. Evaluasi akan dilakukan 1 (satu) bulan sebelum polis berahir. 2. Evaluasi akan fokuskan pada Piutang premi, klaim, jumlah klaim, frekwensi klaim dan jenis diagnosa. 3. Dalam evaluasi akan dibandingkan dana klaim dan dana tabarruk. 4. Premi renewal (perpanjangan polis) ditatapkan berdasarkan pengalaman yang terjadi pada tahun-tahun polis sebelumnya. Pengalaman klaim dihitung dari rasio klaim dengan premi netto.
Dalam evaluasi juga dilakukan analisis dengan membandingkan jumlah klaim dan diagnosanya secara detail. Dari pengalaman klaim akan bisa dilihat apakah klaim terjadi hanya pada 1 (satu) atau beberapa orang saja. Bila klaim terjadi beberapa kali pada orang yang sama, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apa penyebabnya
sehingga
perusahaan
asuransi
mendapatkan
informasi
yang
komprehensif 50 .
50
Data disarikan dari hasil wawancara Ibu Titi Narwati, asisten aktuaris PT. Asuransi Takaful Keluarga
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Proses underwriting asuransi kesehatan kumpulan dilakukan secara simple. Seleksi risiko tidak dilakukan pada tiap individu sehingga seleksi risiko tidak serumit dan sekompleks seperti pada produk lainnya. Pada asuransi kesehatan kumpulan juga tidak dilakukan seleksi risiko secara medis tapi hanya secara administratif, sehingga bila informasi yang diperoleh perusahaan dinilai wajar maka polis asuransi segara bisa dikeluarkan. Proses Underwriting PT. Asuransi Takaful Keluarga dilaksanakan secara cermat dan prinsip kehati-hatian dengan melihat pengalaman masa lalu seperti meninjau daftar klaim dimasa lalu, manganalisis faktor-faktor risiko seperti kondisi group, distribusi usia, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. dengan cara ini perusahaan akan merasa yakin bahwa potensi-potensi kerugian dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga perusahaan bias terhindar dari moral hazard. Faktor-faktor risiko asuransi kesehatan kumpulan diawasi dan dievaluasi secara ketat mulai dari sejak akad asuransi disepakati sampai akad tersebut berakhir, dan jika terjadi klaim maka, klaim tersebut juga menjadi bahan evaluasi apakah apakah klaim tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. B. Saran Dari hasil penelitian yang penulis lakukan tentang prosedur underwriting asuransi kesehatan kumpulan di PT. Asuransi Takaful Keluarga maka saran-saran yang bisa penulis berikan adalah seperti dibawah ini:
1. Dalam melakukan proses underwriting hendaknya menjunjung tinggi unsur obyektifitas yaitu menjalankan proses seleksi risiko secara baik dan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku dan pedoman yang dianut serta sedapat mungkin bisa menghindari unsur subyektifitas. 2. Mengamati potensi timbulnya risiko sejak awal adalah langkah bijak baik demi melindungi perusahaan kerugian yang lebih besar. 3. Akan lebih baik bila ada usaha untuk mengembangkan metode baru dalam proses underwriting atau membuat trobosan baru sehingga metode tersebut lebih efektif dan efisien sesuai dengan dinamika perubahan zaman.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahaman, Ade, Seleksi Risiko dan polis Asuransi jiwa Syariah. Makalah dalam Praktikum Asuransi Jiwa, 25-27 Nov 2008, (Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hal. 3 Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1999) Revisi terbaru Ali, Masyhud, Manajemen risiko (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Ali, Hasyim, Bidang Usaha Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah (keberadaan dan kelebihan di tengah asuransi konvensional), (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006). AM. Hasan Ali, MA, Asuransi dalam persepektif hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2004 Cet. ke, 1 Basyaib, Fachmi, Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Grasindo, 2007 Cet ke, 1. Bickelhaupt. David L, General Insurance, (Homewood, Illinois: Riichard D Irwin INC, 1983) Edisi ke, 11 Darmawi, Herman, Manajemen risiko, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006 Cet, ke 10. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003 DjohanPutro, Brahmantyo, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Jakarta: PPM, 2006 Cet ke 2 Djojosoedarjo, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 2003 Edisi Revisi. Huggins, kenneth, FLMI. Land, Robert D. FLMI. ACS, Operasi Perusahaan Asuransi jiwa dan Asuransi Kesehatan. Jakarta: Yayasan Darma Bumi Putra, 1996. Edisi Kedua. Iqbal, Muhaimin, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press
Idroes, Ferry N. dan Sugiarto, Manajemen Risiko Perbankan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) Cet pertama Ingrisano, John L, . CLU & Corrine m Ingrisano : The Insurance dictionary, Chicago, Illinois, 1990. Morton, Gene A. & Dani L. Long, Principles of Life and Health Insuranse. FLMI Insurance Education Programe, Life Managenet Institute LOMA, (USA, Icn Annapolis, Marylad 1984) Edisi kedua. Omer T.C dan Torando, D. W (1999) The effek of risk and tax differences on corporate and limited patrnership capital strukture. National Tax Juornal. Vol 52. 2005), cet, ke 1. Salim, A. Abbas, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Seputar Indonesia, Seleksi Risiko Terhadap Asuransi Jiwa Kumpulan, 31 Maret 2009 Siahaan, Hinsa, Manajemen Risiko: konsep dan aplikasi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007). Stoner, James AF dkk., Manajemen, Jakarta: Prenhallindo, 1996, Jilid 1 Suhawan, Asuransi, Bandung: Arimco, 1999 Jilid, 1 Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (life and General) konsep dan system operasinal, (Jakarta Gema Insani 2004) Cet ke 1 WWW. Media Asuransi. Com