BAB III SISTEM PENGELOLAAN DANA INVESTASI ASURANSI SYARI’AH DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SEMARANG
A. Gambaran Umum PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang Pada tanggal 27 Juli 1993 Tim Pembentukan Asuransi Modern (TEPATI) menargetkan dalam waktu satu tahun, Asuransi Takaful Indonesia sudah harus terbentuk di Indonesia. Anggota TEPATI terdiri: wakil dari yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia dan Asuransi Jiwa Tugu Muda Mandiri juga mengikutsertakan beberapa pejabat dari Departemen Keuangan. Setelah melakukan berbagai persiapan, termasuk sebuah seminar nasional di hotel Indonesia, akhirnya berdirilah PT. Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai holding company pada tanggal 24 Februari 1994. Kemudian STI mendirikan dua anak perusahaan yakni PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful Keluarga Umum. PT. Asuransi Takaful Keluarga diresmikan oleh Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad di Puri Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 25 Agustus 1994 dengan modal setor lima milyar rupiah. Izin operasinya keluar pada tanggal 4 Agustus 1994 melalui SK Menkeu No. Kep–385/KMK.017/1994. Dalam menjalankan usahanya secara syari’ah perusahaan asuransi dan reasuransi syari’ah hanya menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN–MUI/X/2001
26
27
tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada dan tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi secara syari’ah. Namun demikian, fatwa dari Dewan Syari’ah Nasional MUI ini tidak mempunyai kekuatan hukum dalam Hukum Nasional karena tidak masuk dalam jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Agar ketentuan dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI tersebut memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan Asuransi Syari’ah.1 Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi Islam yaitu: 1. Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 2. Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 3. Keputusan
Direktur
Jendral
Lembaga
Keuangan
Nomor
Kep.
4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Reasuransi dengan sistem syari’ah.2 Salah satu perusahaan dari asuransi konvensional, bahwa pada asuransi syari’ah terdapat yang namanya Dewan Pengawas Syari’ah (DPS), 1
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 254.
2
Ibid, hlm. 255.
28
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dewan Syari’ah Nasional (DSN–MUI). Peran utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syari’ah adalah mengawasi jalannya operasional sehari-hari lembaga keuangan syari’ah (seperti Bank, Asuransi, Obligasi, Pasar Modal, Leasing, dan sebagainya), agar transaksi dibandingkan dengan lembaga yang sama (konvensional). Karena itu, diperlukan garis panduan (guide lines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syari’ah Nasional.3 Fungsi Dewan Pengawas Syari’ah adalah: 1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syari’ah yang berada di bawah pengawasanya. 2. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syari’ah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan Dewan Syari’ah Nasional (DSN) 3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syari’ah yang diawasinya kepada Dewan Syari’ah Nasional sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran. 4. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasanpembahasan Dewan Syari’ah Nasional.4
3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta: Tazkia Institut, 1999, hlm. 284. 4
Muhammad Syahir Sula, Asuransi Syari’ah, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 300.
29
Struktur Organisasi Branch Manager Inkaso & Keuangan Bagian Teknik Kolektor Bagian Umum Eksekutif Financial Consultan Financial Consultan
Unit Manager
Financial Consultan
Unit Manager
Financial Consultan
Financial Consultan
UnitManager
Financial Consultan
Berikut ini adalah tugas masing-masing bagian dalam struktur organisasi PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang: 1. Branch Manager/Kepala Cabang a. Mengawasi langsung pada bagian dibawahnya, pengawasan dilakukan dengan tujuan untuk mencapai keberhasilan kinerja, kelancaran dan ketertiban perusahaan. b. Mengadakan hubungan kerja sama baik ke dalam maupun ke luar. 2. Bagian Administrasi dan Keuangan a. Menyusun data keuangan yang diperlukan oleh Kepala Cabang b. Membuat daftar gaji c. Mengadakan kalkulasi dan penyusunan neraca d. Melakukan pembayaran gaji kepada karyawan e. Memberikan bonus pada bagian marketing
30
3. Kolektor Melaksanakan penagihan kepada nasabah yang telah jatuh tempo 4. Bagian Umum Melaksanakan tugas-tugas pekerjaan di kantor secara umum 5. Marketing Bertanggung jawab dalam pemasaran produk takaful 6. Financial Consultant Bertugas memasarkan produk takaful baik dengan mendatangi calon nasabah langsung, melalui brosur maupun dengan cara lainnya. Misalnya melalui Takaful Authorized Agency, yaitu pemasaran dilakukan oleh pihak luar dengan sistem bagi hasil.5 Produk-produk yang dimiliki oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang, berbeda dengan asuransi lain. Sebab asuransi ini berdasarkan syari’ah Islam. Jadi asuransi tidak melakukan kegiatan produksi atau jasa yang melanggar sayri’ah Islam. Karena PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang ada pengawasanya yang bertugas meninjau apakah produk-produk yang akan disosialisasikan
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
konsep
syari’ah.
Pengawasanya adalah Prof. KH. DR. H. M. Syfi’i Antonio, M. SSc., Prof. Dr. Quraish Shihab, MA., dan KH. Didin Hafifuddin.6 B. Prinsip-Prinsip PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang
5 Wawancara dengan Bapak Abdurrahman selaku Bagian Administrasi Keuangan tanggal 26 Juli 2006, di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang. 6
Basic Training Modul, 2004, Asuransi Takaful, hlm. 3.
31
Keberadaan produk asuransi syari’ah selain karena tuntutan pasar juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip-prinsip syari’ah, terutama kemaslahatan umat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukkan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syari’ah juga berorientasi pada syi’ar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syari’ah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di dalam kehidupan masyarakat. Produk asuransi syari’ah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi juga non muslim. Prinsip tolong menolong (Takaful) dalam asuransi syari’ah bermakna universal, tolong menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia. Dimana satu diantara lain sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan resiko yang sama dalam hidup ini. Prinsip tolong menolong inilah yang menjadi kelebihan sistem asuransi syari’ah dibanding sistem asuransi konvensional. Dan hal ini yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dari penyelenggaraan asuransi syari’ah.7 Asuransi Takaful Keluarga Semarang tegak diatas tiga prinsip, yaitu: 1. Saling bertanggungjawab Rasa bertanggungjawab warga masyarakat dengan
yang lainnya
merupakan faktor yang mempererat rasa kesatuan dan persaudaraan serta mengukuhkan masyarakat bersangkutan. 2. Saling bekerjasama atau bantu membantu 7
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Adipura, 2003, hlm. 112.
32
Tolong menolong sesama manusia dalam kebajikan dan taqwa merupkan suatu kewajiban. Anugerah harta yang berasal dari Allah hendaklah digunakan untuk meringankan beban penderitaan atau memenuhi kebutuhan keluarga, anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhua’fa. 3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain Keselamatan dan keamanan merupakan tuntutan alami dalam hidup manusia. Orang miskin satu memberikan keselamatan hidup kepada sesama muslim dari gangguan perkataan dan perbuatannya. Tiga landasan prinsip takaful tersebut tidak mungkin terealisasi dalam kehidupan nyata jika tidak dilandasi iman dan taqwa kepada Allah. Niat yang ikhlas untuk membantu sesama manusia yang mengalami penderitaan karena musibah atau meringankan mereka dengan berbagai resiko dengan mengalami musibah, merupakan landasan awal dalam Asuransi Takaful.8 Dan dapat dipertegas takaful dipandang dari segi muamalah bermakna saling memikul resiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lain saling menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan. Caranya masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana ibadah. Jadi filsaft takaful didasarkan pada prinsip-prinsip tauhid, saling menyayangi, saling membantu serta saling melindungi dan bertanggung jawab sesama muslim dan manusia.9
8
Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press,
9
Suhrawardi, K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika hlm. 82.
2000.
33
Adapun takaful dapat didefinisikan sebagai pertanggungan yang berbentuk tolong menolong atau disebut juga dengan perbuatan kafal, yaitu perbuatan saling menolong dalam menghadapi suatu resiko yang tidak diperkirakan sebelumnya.10 Dalam operasionalnya, lembaga ini mensyaratkan adanya pihak yang mengikatkan diri untuk bekerjasama saling menanggung (peserta), pihak yang diberi amanah untuk mengatur kerjasama tersebut (perusahaan), serta ketentuan-ketentuan hukum berdasarkan syari’ah. Secara umum asuransi takful Keluarga Semarang mempunyai makna kehidupan Islam yaitu tolong menolong, investasi atau mata pencaharian dan derma atau infaq.11 Asumsi bahwa asuransi termasuk masalah muamalah yang baru dikenal. Sebab pada saat Rasulullah SAW. masalah ini tidak ada contohnya karena itulah hukum asuransi dicari melalui ijtihad. Ada empat kelompok ulama dalam memandang asuransi, yaitu: 1. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya; 2. Membolehkan semua bentuk asuransi; 3. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial; 4. Meragukan (termasuk sesuatu yang syubhat).12 Prinsip-prinsip asuransi adalah unsur-unsur penting dalam perjanjian yang mengatur hubungan, hak, dan kewajiban para pihak agar perjanjian 10
Ibid.
11
Wawancara dengan bapak Abdurrahman selaku Bagian Administrasi dan Keuangan, tanggal 26 Juli 2006, di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang. 12
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Gunung Agung, 1997, hlm. 128.
34
pertanggungan dapat berjalan dan berlaku. Dalam hal ini Asuransi Takful Keluarga memiliki peran dalam kehidupan umat manusia, diantaranya: 1.
Proteksi bagi keluarga a.
Pendapatan keluarga
b.
Dana penyesuaian
c.
Dana pemutihan
2.
Menabung a.
Dana hari tua
b.
Dana pendidikan
3.
Alat bisnis a.
Proteksi kredit
b.
Proteksi hipotik
c.
Key person
d.
Kelangsungan usaha
e.
Kesejahteraan karyawan Berikut adalah contoh sederhana dari manfaat/peran asuransi yang
diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman dari peranan asuransi: Kebutuhan dan Kesejahteraan Keluarga
Pendapatan
Pencari nafkah
35
Bila pencari nafkah ditakdirkan meninggal atau cacat, maka kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya akan kurang terjamin. Kebutuhan dan Kesejahteraan Keluarga
Hasil Investasi
Manfaat asuransi
Rp
Dengan menjadi peserta asuransi diharapkan pada saat terjadinya resiko, hasil investasi dari manfaat asuransi dapat menggantikan pendapatan atau sebagai dana penyesuaian bagi keluarga, sehingga kebutuhan dan kesejahteraan keluarganya insya Allah akan terjamin. C. Pengelolaan Dana Investasi Asuransi Takaful Keluarga Semarang Sistem ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang rapih antara sejumlah besar peserta, semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian peserta mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa itu dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh setiap individu. Asuransi bentuk ini yang biasa digunakan oleh asuransi lainnya dengan premi tepat. Ada tiga landasan dalam pendirian Asuransi Takaful yang sangat besar pengaruhnya dalam pengelolaan dana Asuransi, yaitu: 1.
Gharar (ketidakpastian) Ada beberapa pertanyaan yang menghalalkan Asuransi Takaful menurut al-Ustadz al-Fadhil Asy’ari, syeikh Alirah al-Khatif:
36
Hanya melihat suatu segi saja, yaitu adanya hubungan antara penanggung dengan seorang tertanggung tertentu, tanpa melihat segi lain, yaitu segi hubungan antara penanggung dengan sekelompok tertanggung, yang pada saat itu penanggung hanya berperan sebagai wasit atau perantara yang mengumpulkan premi-premi mereka dan mengatur ta’awunnya untuk menghadapi dan menutupi kerugian yang menimpa sebagian mereka.13 Sedangkan al-Ustadz Musthafa az-Zarqa juga berkata: Semua azas asuransi bersandarkan dan beredar kepada satu poros yaitu mewujudkan tadhamun dintara sekelompok manusia yang diancam oleh peristiwa-peristiwa tertentu yang sama. Disampingn itu tujuan pokok asuransi jiwa hanya kesepakatan semata untuk memberikan bantuan (subsidi) yang tlah dibatasi yang dapat menghibur keluarga yang ditimpa musibah kematian tertanggung.14 Dan tujuan akad asuransi diselenggarakan oleh perusahaanperusahaan asuransi adalah memindahkan kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian peristiwa dari tanggung jawab orang yang ditimpa kepada tanggung jawab para tertanggung yang lain, dengan cara mengganti kerugian yang menimpa salah seorang diantara mereka melalui premi-premi yang mereka bayar. Inilah jenis ta’awun.
13
Ibid.
14
Ibid.
37
2.
Maisir (untung-untungan) Salah satu dari ciri judi adalah keuntungan sepihak dengan mengalahkan pihak lainnya. Dan jika memperoleh kekalahan maka kekalahannya tersebut sebagai pengganti dari kemungkinan menang. Beranjak dari pengertian di atas asuransi/takaful sendiri tidak membuka keuntungan sepihak. Parameter keuntungan bagi tertanggung yakni berdasarkan pada angsuran tetapi sesuai dengan jumlah selam waktu yang telah disepakati ditambah dengan bagi hasil. Akad asuransi berdasarkan atas nama memperbaiki akibat-akibat bencana peristiwa jiwa atau harta seseorang dalam lapangan aktifitas tertanggung dari kerugian-kerugian yang menimpanya sebelum kejadian peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam aspek tadhamun, takaful dan ta’awun syari’ah Islam telah menetapkan sistem yang bijaksana dan hukum-hukum yang adil. Dalam perspektif Islam negara (pemerintah) wajib menjamin orang yang sudah tidak mampu bekerja dengan memberikan pangan, sandang. Sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian mujtahid (syarat dengan kemaslahatan).
3.
Riba (bunga) Nilai ta’awun (derma) tidak dimaksudkan memperoleh suatu keuntungan dan tidak menunggu pengganti yang bernilai uang. Tabarru’ yang katanya ada dalam asuransi yang berdasarkan suatu hipotesis bahwa ada pemufakatan atau akad din antara semua manusia. Pendekatan ini menciptakan suatu hubungan diantara peserta, yang berdasarkan kepada
38
niat memberi, berkorban dan tabarru’ dengan premi-premi yang peserta. Tujuannya adalah menutupi atau mengganti kerugian-kerugian akibat kejadian peristiwa yang menimpa salah seorang diantara peserta. Orang yang berhak memperoleh pengganti tidak mengambilnya dari uang yang ditabarru’kan sebagai pengganti premi-premi atau iuran yang dibayarnya. Tetapi dia mengambilnya karena termasuk orang yang telah memiliki sifat atau syarat pemilikan uang yang ditabarru’kan tersebut. Dengan satu kaidah “Orang yang berderma kepada suatu kelompok yang memiliki satu ciri/sifat, maka ia berhak memperoleh bagian dalam uang derma tersebut jika ia masih menjadi anggota kelompok tersebut”. Menurut Dawam Raharjo, komitmen nilai-nilai Asuransi Takaful Keluarga adalah sebagai berikut: • Taqwa merupakan landasan utama dalam mengelola lembaga keuangan syari’ah. • Amanah terhadap kepercayaan pemegang saham dan investor • Kepuasan dan manfaat selalu dirasakan oleh para nasabah dan relasi • Budi pekerti yang luhur melandasi etos kerja para pemimpin dan karyawan • Forum pembinaan sumber daya manusia yang ditujukan untuk mencapai profesionalisme yang berdasarkan nilai-nilai Islam. • Ukhuwah merupakan landasan komunikasi internal dan eksternal
39 • Lingkungan dan negara insya Allah mendapatkan amanah.15 Operasionalisasi takaful keluarga Semarang yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung jawab, saling membantu dan melindungi oleh para peserta sendiri. Keuntungan perusahaan takaful diperoleh dari bagian keuntungan
dana para peserta yang dikembangkan
dengan
prinsip
“mudharabah” bagi laba rugi. Bagi hasil (profit and lost sharing) sudah dimulai sejak diresmikannya Bank Mu’amalat Indonesia, yang sudah termasuk sebagai Undang-Undang Perbankan, sebagai pengganti bunga.16 Keuntungan yang diperoleh para peserta berkedudukan sebagai pemilik modal, sedangkan perusahaan takaful sebagai pengembangan dana bagi peseta sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Takaful
Keluarga
adalah
bentuk
takaful
yang
memberikan
perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful. Dalam musibah kematian yang akan menerima santunan sesuai perjanjian adalah keluarga/ahli waris atau yang ditunjuk. Dalam musibah kecelakaan mengakibatkan kematian yang akan menerima adalah keluarga peserta yang mengalami musibah.17 Beberapa hal yang menjadi perhatian pihak Asuransi Takaful Keluarga Semarang adalah sebagai berikut:
15 Dawam Rahajo, Ulumul Qur’an, Perspektif Takaful di Indonesia, no. 2 edisi viii/1996, Jakarta, hlm. 37. 16
Ibid, hlm. 3.
17
Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Op. Cit.
40
1. Angsuran (premi) akan disalurkan ke dalam “Kumpulan Uang Peserta” untuk selanjutnya diinvestasikan dalam pembiayaan-pembiayaan proyek yang dibenarkan syari’ah. 2. Keuntungan yang diperoleh akan dibagikan sesuai dengan perjanjian mudharabah yang telah disepakati sebelumnya. Misalnya 60 % untuk peserta dan 40 % untuk perusahaan takaful. 3. Bagian keuntungan 60 % akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan rekening khusus peserta secara proporsional. Santunan takaful keluarga diberikan kepada peserta takaful, apabila: -
Peserta meninggal dunia sebelum jatuh tempo (masih dalam masa pertanggungan), jika peserta takaful meninggal dunia maka ahli waris akan menerima pembayaran santunan takaful sebesar jumlah nominal premi yang telah disetorkan oleh peserta, yang masuk dalam rekening peserta ditambah dengan bagian keuntungan hasil investasi. Disamping itu ahli waris akan menerima sisa angsuran takaful yang seharusnya dilunasi oleh peserta. Jumlah sisa ini terhitung mulai tanggal meninggalnya hingga berakhir masa pertangungannya.
-
Peserta masih hidup hingga jatuh tempo (masa pertanggungan berakhir). Apabila peserta masih hidup hingga masa pertangungan berakhir, maka yang bersangkutan sebagai berikut: a. Menerima kembali seluruh angsuran yang pernah disetorkan, yang terkumpul
dalam
rekening
keuntungan hasil investasi.
peserta,
ditambah
dengan
bagian
41
b. Menerima kelebihan dari rekening khusus peserta. Kelebihan ini akan diperoleh, jika dikurangi oleh biaya operasional perusahaan dan biaya pembayaran santunan takaful keluarga, masih terdapat kelebihan.18 c. Peserta mengundurkan diri sebelum jatuh tempo (sebelum masa/klaim berakhir). Apabila peserta takaful mengundurkan diri karena suatu sebab yang tidak dapat terelakkan, sedang masa pertanggungan belum berakhir, maka yang bersangkutan akan menerima kembali semua uang premi yang pernah disetorkan, yang terkumpul dalam rekening peserta, ditambah dengan bagian keuntungan hasil investasi. Sebagai contoh: Pak Irfan membayar premi Rp 1.000.000,- kemudian pak Irfan dipanggil Allah, sehingga dana yang sudah diberikan di takaful (menabung), ahli waris akan mendapatkan Rp 7.000.000,- (dana tersebut berasal dari derma seluruh peserta takaful di seluruh Indonesia).19 Jadi dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Asuransi Takaful Keluarga adalah asuransi yang dalam pengelolaan dananya bertumpu pada konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan serta perlindungan dan menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain. Gambaran
umum
mengenai
pengertian
Asuransi
Takaful,
prinsip/landasan filosofi, komitmen dan lain sebagainya tersebut di Asuransi
18 19
Basic Modul 2004, Asuransi Takaful.
Wawancara dengan Bapak Imam Selaku Financial consultant, tanggal 27 Juli 2006, di PT. Asuransi Takaful Keluarga Semarang.
42
Keluarga Semarang pada dasarnya sama dengan Asuransi Takaful secara keseluruhan. Sehingga referensi yang penulis pakai masih bersifat universal. Mekanisme pengelolaan dana Asuransi Takaful Keluarga Semarang pada dasarnya juga sama dengan Asuransi Takaful secara keseluruhan, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Adapun mekanisme pengelolaan dana investasi Asuransi Takaful Keluarga Semarang dapat dilihat dalam skema sebagai berikut: 1. Mekanisme Pengelolaan Dana Kontribusi (Premi) dengan Tabungan
Perusahaan
Biaya Operasional
Hubungan mudharabah Investasi
Peserta
Tabungan
Premi Takaful
Hasil Investasi
Tabungan
Tabungan
Tabungan
Tabungan
Total Dana Premi Risiko/ Rekening Khusus
Keterangan: • Rekening tabungan yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, dibayarkan bila perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri atau meninggal dunia.
43 • Rekening khusus, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peseta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia atau perjanjian telah berakhir, jika ada surplus dana.20 Seluruh dana yang terkumpul dari peserta asuransi diinvestasikan sesuai dengan prinsip syari’ah. Hasil investasi dibagikan menurut sistem bagi hasil (mudharabah) yaitu 60 % peserta dan 40 % perusahaan. 2. Mekanisme pengelolaan dana kontribusi (premi) tanpa unsur tabungan.21 Perusahaan
Biaya Operasional
Hubungan mudharabah
Investasi
Hasil Investasi
Bagian Perusahaa
Peserta Premi Takaful
Total Dana
Total Dana
Beban Asuransi
Surplus Operasion
40 % 60 %
Bagian Peserta Keterangan: • Setiap premi yang dibayar peserta setelah dikurangi biaya pengelolaan dimasukkan ke dalam rekening khusus (kumpulan dana)
20
Brosur Takaful Indonesia (Asuransi Syari’ah).
21
Basic Training Modul, 2004, Asuransi Takaful Keluarga, Jakarta, hlm. 37.
44 • Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip syari’ah • Hasil investasi dimasukkan ke dalam dana peserta, kemudian dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi perusahaan) • Surplus kumpulan dana peserta dengan sistem bagi hasil (alMudharabah) 60 % peserta dan 40 % perusahaan. Asuransi Takaful Keluarga Semarang mempunyai keunggulan adalah adanya Dewan Pengawas Syari’ah, aqad kepesertaan tolong menolong, adanya mudahrabah (bagi hasil) untuk tabungan peserta, perusahaan merupakan pemegang dari dana peserta (sehingga jika klaim tidak terjadi kesulitan pengambilan dana oleh peserta), tidak adanya uang hangus (loss premi), kapan saja perjanjian dibatalkan tabungan hak peserta harus mengikhlaskan derma dari premi (dana kebajikan untuk tolong menolong jika terjadi musibah) dan biaya administrasi hanya pertama. Operasionalisasi Asuransi Takaful Keluarga Semarang ini adalah pad prinsipnya peserta menabung (saving) untuk perlindungannya bila terjadi kecelakaan, bila meninggal dunia, bila sakit, dan bila terjadi kecelakaan lalu mengalami cacat ringan. Dalam mengikuti atau masuk takaful keluarga Semarang kontrak dua tahun. Maka dari itu Asuransi Takaful memahami sistem bagi hasil yaitu 60 % untuk peserta dan 40 % untuk perusahaan.