ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN MEMBAYAR ZAKAT: STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR
OLEH AHMAD MUKHLIS H14070079
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Ahmad Mukhlis. H14070079. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Membayar Zakat: Studi Kasus Kabupaten Bogor. (dibimbing oleh Irfan Syauqi Beik)
Kemiskinan yang terjadi di Negara Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Krisis ekonomi yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri ikut memengaruhi lamanya bencana kemiskinan yang menimpa Indonesia. Untuk mengatasi permasalah ini, zakat sangatlah mungkin menjadi alternatif program pemerintah (Ibrahim, 2006). Zakat merupakan sarana yang dilegalkan oleh agama islam dalam pembentukan modal. Pembentukan modal tidak semata-mata dari pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam, akan tetapi juga berasal dari sumbangan wajib orang kaya. Zakat juga berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan sarana dan prasarana produksi (Miftah, 2008). Potensi zakat yang dimiliki oleh Indonesia melebihi Rp 217 triliun, namun pada kenyataannya penyerapan dana zakat baru mencapai Rp 1,5 triliun (pada tahun 2010). Terjadinya gap yang besar antara potensi zakat dan nilai zakat yang terkumpul mengindikasikan ada sebagian orang islam yang kurang termotivasi untuk membayar zakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat, dan untuk mengidentifikasi faktor yang dominan, agar lebih mudah dalam membuat kebijakan yang optimal. Hasil dari studi ini diharapkan dapat membantu meningkatkan penerimaan dana zakat, baik di pusat maupun di daerah. Pengumpulan data dilakukan melalui survey terhadap 100 orang responden di wilayah Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan alat analisis faktor. Fungsi utama dari teknik analisis faktor adalah sebagai berikut : (1) untuk mengurangi jumlah variabel dan (2) untuk mendeteksi struktur yang terdapat dalam hubungan antara variabel, maksudnya adalah untuk mengklasifikasikan variabel. Program yang digunakan untuk melakukan olah data ini adalah SPSS Statistics 17 for windows. Dari hasil penelitian ini, diketahui sejumlah faktor yang membuat seseorang mau untuk membayar zakat, faktor-faktor tersebut adalah faktor keagamaan seperti iman, pemahaman agama, dan balasan, lalu ada juga faktorfaktor lainnya seperti kepedulian sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Hal ini sekaligus memberikan arahan bahwa untuk meningkatkan penerimaan zakat, tidak hanya menekankan aspek keagamaan, tetapi ikut memerhatikan aspek sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Jika faktor-faktor tersebut diurutkan dengan menggunakan composite index, maka hasilnya adalah sebagai berikut: (1) faktor keimanan, (2) faktor sosial, (3) faktor balasan, (4) faktor kepuasan diri, (5) faktor pemahaman agama, (6) faktor organisasi zakat, dan (7) faktor pujian. Dari hal ini didapatkan bahwa composite index terkecil ada pada faktor pujian, hal ini menunjukkan bahwa faktor pujian tidak memengaruhi individu secara dominan untuk membayar zakat. Seseorang
yang membayar zakat menyadari bahwa tujuan mereka membayar zakat adalah untuk mencari ridho Allah bukan untuk mencari pujian dari manusia, atau agar disebut sebagai orang yang dermawan. Diantara hal yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat adalah adanya peran dari Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Keprofesionalan OPZ dapat membuat wajib zakat lebih patuh untuk membayar zakat di lembaga tersebut, oleh karena itu, dengan meningkatkan mutu pelayanan OPZ seperti dalam hal transparansi, sosialisasi, dan administrasi, hal ini akan berpengaruh besar terhadap preferensi responden dalam membayar zakat di lembaga tersebut. Dalam penelitian ini pun dideskripsikan alasan-alasan yang memengaruhi pemilihan tempat membayar zakat. Dari 100 responden tercatat yang membayar zakat di organisasi zakat ada sebanyak 48 responden, sedangkan yang membayar ke penerima zakat ada sebanyak 52 orang. Untuk responden yang membayar zakat di organisasi zakat, banyak diantara mereka mempunyai persepsi positif terhadap organisasi zakat, hal ini dilihat dari nilai persentase yang lebih dari 50 persen untuk alasan-alasan yang berkaitan dengan organisasi zakat, seperti organisasi zakat bersifat transparan, organisasi zakat bersifat profesional, dan memberi kemudahan. Responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat tanpa melalui organisasi memiliki penilaian yang kurang baik terhadap institusi zakat. Variabel transparansi dan profesionalitas organisasi zakat memiliki tingkat persentase yang rendah. Dari 52 responden, hanya 23 persen responden yang menyatakan organisasi zakat transparan, dan hanya 15 persen yang menyatakan organisasi zakat profesional. Alasan ini menjadikan mereka lebih condong untuk membayar zakat langsung ke penerima zakat. Selain itu, alasan mereka membayar zakat langsung ke penerima zakat adalah faktor kepuasan, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat merasa lebih puas. Variabel fatwa dari kiyai setempat tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan preferensi seseorang dalam memilih tempat membayar zakat. Hal ini dinilai dari rendahnya presentasi variabel ini pada sisi OPZ dan penerima zakat.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN MEMBAYAR ZAKAT : STUDI KASUS KABUPATEN BOGOR
Oleh AHMAD MUKHLIS H14070079
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Ahmad Mukhlis
Nomor Registrasi Pokok : H14070079 Departemen
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat : Studi Kasus Kabupaten Bogor
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Irfan Syaqi Beik, M.Sc, Ph.D NIP. 197904222006041002
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 196410221989031003 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, September 2011
Ahmad Mukhlis H14070079
Kata Pengantar Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan kepadaNya, dan berlindung kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa kami, dan dari setiap perbuatan jelek yang telah kami lakukan. Kemudian sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Atas rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kepatuhan Membayar Zakat: Studi Kasus Kabupaten Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak, baik secara moril, maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua penulis, atas nasehat dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis,
2.
Irfan Syauqi Beik, M.Sc, Ph.D sebagai dosen pembimbing, atas dukungan, bimbingan, saran, dan kritik membangun yang telah diberikan kepada penulis.
3.
Dr. Sri Mulatsih dan Deni Lubis, M.A sebagai dosen penguji, atas dukungan, bimbingan, saran, dan, kritik yang membangun yang bermanfaat bagi penulis.
4.
Seluruh staf pengajar dan karyawan Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
5.
Responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang telah penulis berikan.
6.
Syaiful Ramadhan yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya kepada penulis.
7.
Teman-teman satu bimbingan, Indah, Winda, dan Izzah atas nasehat dan motivasi yang telah diberikan.
8.
Teman-teman satu angkatan yang telah saling membantu selama kegiatan perkuliahan dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak kekurangan, hal
tersebut dikarenakan banyaknya keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran yang pembaca sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bogor, November
Ahmad Mukhlis H14070079
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................i DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ v I.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1 1.2. PERUMUSAN MASALAH................................................................. 3 1.3. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 4 1.4. MANFAAT PENELITIAN.................................................................. 4 1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN ..................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6 2.1. DEFINISI ZAKAT .............................................................................. 6 2.1.1. PENERIMA ZAKAT ............................................................... 8 2.1.2. SYARAT HARTA YANG WAJIB DIKELUARKAN ZAKAT ............................................................................................... 11 2.1.3. ZAKAT PERSONAL ............................................................. 14 2.1.4. ZAKAT INDUSTRI ............................................................... 15 2.2. POTENSI ZAKAT DI INDONESIA.................................................. 17 2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR ZAKAT...................................................................... 20 2.4. PENELITIAN TERDAHULU ........................................................... 21 2.5. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 24 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 26 3.1. METODE PENGUMPULAN DATA................................................. 26 3.2. METODE PENARIKAN SAMPEL ................................................... 26 3.3. VARIABEL PENELITIAN ............................................................... 26 3.4. METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA........................ 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 32
ii
4.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOGOR................................ 32 4.2. GAMBARAN ZAKAT DI KABUPATEN BOGOR .......................... 34 4.3. KARAKTERISTIK RESPONDEN.................................................... 37 4.3.1. JENIS KELAMIN .................................................................. 37 4.3.2. USIA ...................................................................................... 37 4.3.3. PEKERJAAN......................................................................... 38 4.3.4. TINGKAT PENDIDIKAN ..................................................... 39 4.3.5. PENDAPATAN ..................................................................... 39 4.4. KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TEMPAT MEMBAYAR ZAKAT...................................................................... 40 4.5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN MEMBAYAR ZAKAT...................................................................... 43 4.5.1. FAKTOR 1: KECAKAPAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT.................................................................................. 48 4.5.2. FAKTOR 2: KEIMANAN...................................................... 49 4.5.3. FAKTOR 3: TINGKAT KEPEDULIAN SOSIAL.................. 50 4.5.4. FAKTOR 4: TINGKAT PEMAHAMAN AGAMA................ 51 4.5.5. FAKTOR 5: KEPUASAAN DIRI .......................................... 52 4.5.6. FAKTOR 6: MENGHARAPKAN BALASAN....................... 53 4.5.7. FAKTOR 7: PUJIAN ............................................................. 53 4.6. ALASAN INDIVIDU MEMBAYAR ZAKAT DI ORGANISASI ZAKAT ATAU MUSTAHIQ ............................................................ 55 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 58 5.1. KESIMPULAN ................................................................................. 58 5.2. SARAN ............................................................................................. 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60 LAMPIRAN ...................................................................................................... 63
iii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Total zakat yang diterima oleh BAZNAS periode 2007-2010.......... 2
Tabel 2.
Persentase estimasi zakat terhadap PDB di beberapa negara muslim.17
Tabel 3.
Potensi zakat industri swasta nasional dan BUMN........................... 18
Tabel 4.
Potensi zakat rumah tangga nasional................................................ 19
Tabel 5.
Variabel penelitian........................................................................... 27
Tabel 6.
Tabel penerimaan dana zakat oleh BAZ Kabupaten Bogor............... 36
Tabel 7.
Karakteristik responden berdasarkan tempat membayar zakat .......... 41
Tabel 8.
KMO ............................................................................................... 44
Tabel 9.
Total variance explained .................................................................. 44
Tabel 10. Rotated component matrix ............................................................... 46 Tabel 11. Faktor kecakapan ............................................................................ 49 Tabel 12. Faktor keimanan .............................................................................. 50 Tabel 13. Faktor tingkat kepedulian sosial....................................................... 51 Tabel 14. Faktor tingkat pemahaman agama.................................................... 52 Tabel 15. Faktor kepuasan diri ........................................................................ 53 Tabel 16. Faktor mengharapkan balasan.......................................................... 53 Tabel 17. Faktor pujian ................................................................................... 54 Tabel 18. Urutan faktor-faktor......................................................................... 54 Tabel 19. Alasan seseorang membayar zakat di organisasi dan mustahiq......... 56 Tabel 20. Persepsi wajib zakat terhadap transparansi dan profesionalitas OPZ. 57
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Alur kerangka pemikiran konseptual ...................................................... 25 Gambar 2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor......................................... 32 Gambar 3. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor................................................. 34 Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .......................... 37 Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan usia ........................................ 38 Gambar 6. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan........................ 38 Gambar 7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. ................. 39 Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan.................. 40 Gambar 9. Sebaran responden berdasarkan tempat membayar zakat.................. 41
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Kuesioner penelitian...................................................................... 64 Lampiran 2. Output analisis faktor .................................................................... 68
1
I.
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Kemiskinan yang terjadi di Negara Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Krisis ekonomi yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri ikut memengaruhi lamanya bencana kemiskinan yang menimpa Indonesia. Pemerintah sebetulnya memiliki program-program yang telah digulirkan dalam rangka menanggulangi bencana ini, seperti PNPM Mandiri, pemberian subsidi (misal BBM dan Listrik), BLT, raskin, dan programprogram lainnya. Program-program tersebut memberikan dampak yang positif dalam upaya menanggulangi kemiskinan, namun masih dirasa kurang optimal, hal ini terutama karena terbatasnya APBN (Rudhiyoko, 2009). Zakat sangatlah mungkin menjadi alternatif program pemerintah sebagai sumber dana untuk mengatasi kemiskinan (Ibrahim, 2006). Zakat merupakan sarana yang dilegalkan oleh agama Islam dalam pembentukan modal. Pembentukan modal tidak semata-mata dari pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam, akan tetapi juga berasal dari sumbangan wajib orang kaya. Zakat juga berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penyediaan sarana dan prasarana produksi (Miftah, 2008). Pada periode 2007 – 2010, pertumbuhan rata-rata dana zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah sebesar 53,29 persen seperti yang dijelaskan pada Tabel 1. Dilihat dari sisi total zakat yang diterima, nilai tersebut pada dasarnya masih jauh lebih kecil jika dibandingkan potensi yang seharusnya terkumpul yaitu sebesar Rp 100 triliun (Hafidhuddin dalam Republika 2010).
2
Tabel 1. Tahun 2007 2008 2009 2010
Total zakat yang diterima oleh BAZNAS periode 2007-2010 Total Zakat (Miliar Rupiah) 450 920 1200 1500
Pertumbuhan Tahunan (%) 104,44 30,43 25,00
Sumber: BAZNAS 2010 (diolah)
Peningkatan jumlah penyerapan zakat setiap tahunnya merupakan salah satu hal yang menggembirakan. Namun demikian, terjadinya gap antara potensi zakat dan nilai zakat yang terkumpul mengindikasikan ada sebagian orang Islam yang kurang termotivasi untuk membayar zakat. Padahal zakat adalah salah satu rukun dari rukun-rukun Islam, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Islam didirikan di atas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan" (HR. Bukhari Muslim) Zakat dapat mengatasi masalah penumpukan harta di kalangan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga jurang pendapatan antar golongan di masyarakat dapat diminimalisir sebagaimana hasil riset yang pernah dilakukan oleh Ismail Salleh, Rogayah Nagah, dan Jehle. Mereka mengadakan kajian tentang pengaruh zakat terhadap distribusi pendapatan, hasilnya bahwa zakat memberikan efek postif dalam mengurangi ketidakseimbangan pendapatan (Ibrahim, 2008). Syauqi Beik dalam Shalihati (2010) menemukan bahwa program zakat untuk usaha produktif mustahik fakir miskin, mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 7,5 persen di Jakarta. Selain itu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan mustahik juga dapat dikurangi. Adapun dengan program rumah sakit gratis berbasis zakat mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 10 persen. Kemudian jika organisasi zakat yang ada pada suatu negara bekerja dengan optimal, maka hal ini bukan tidak mungkin akan mampu mengatasi
3
masalah kemiskinan. Hal ini sebagaimana yang pernah terjadi pada awal sejarah Islam, Ahmed (2004) menunjukkan bahwa lembaga amal zakat dapat menjadi sangat efektif dalam merawat penduduk miskin. Saat Umar bin al Khattab (13-22H) dan Umar bin Abdul Aziz (99-101H) menjabat sebagai khalifah, masalah kemiskinan berhasil diatasi, zakat yang dikumpulkan di beberapa daerah tidak dapat dicairkan dan didistribusikan, karena kurangnya golongan miskin. Jika setiap orang Islam telah menyadari tentang kewajiban berzakat dan mengetahui berbagai macam manfaat yang akan diperoleh dengan berzakat, maka potensi zakat seharusnya dapat tercapai. Kemudian, yang lebih penting lagi adalah bahwa dana zakat tidak hanya terkumpul secara optimal, namun diharapkan terjadi distribusi yang adil diantara penerima zakat. Sehingga manfaatnya menjadi lebih terasa. Dilatarbelakangi oleh hal-hal diatas, maka peneliti melakukan kajian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan dalam membayar zakat. Dalam penelitian ini tidak hanya mencari alasan yang berkaitan dengan aspek keagamaan seseorang yang membayar zakat (muzakki), akan tetapi untuk mengetahui alasan lain yang mendasari seseorang untuk membayar zakat. Selain itu dicari juga alasan yang melatarbelakangi wajib zakat dalam memilih tempat membayar zakat. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Dana zakat adalah salah satu dana segar yang dapat langsung digunakan untuk kesejateraan orang-orang yang berhak menerimanya. Zakat dapat menyelamatkan manusia dari kemiskinan, menjamin keadilan sosial ekonomi, dan dapat menjaga kehormatan masyarakat dalam melaksanakan ibadah kepada Allah (Patmawati, 2008). Dana zakat yang terkumpul selama ini ternyata masih jauh dibawah potensi yang ada. Sampai tahun 2010 dana zakat yang terserap baru sekitar 1 persen dari potensi zakat yang mencapai Rp 100 triliun. Jika potensi zakat yang 99 persen lainnya teroptimalkan, maka jumlah orang fakir dan miskin yang dapat dibantu akan semakin banyak.
4
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi tingkat kepatuhan membayar zakat?
2.
Faktor apa yang paling dominan dalam memengaruhi kepatuhan membayar zakat?
1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pendahuluan dan perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan: 1.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan membayar zakat.
2.
Mengidentifikasi faktor yang dominan yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat, agar dapat menghasilkan kebijakan yang optimal.
1.4. MANFAAT PENELITIAN Penelitian yang berkaitan dengan zakat di Indonesia saat ini mengalami peningkatan, hal ini seiring dengan semakin membaiknya kinerja dari BAZNAS sebagai pusat organisasi zakat di Indonesia. Tidak hanya dari penyerapan dana zakat, akan tetapi dari program-program yang BAZNAS keluarkan pun mengalami kemajuan. Kemudian, melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi Islam.
2.
Memberikan
informasi
yang
baik
tentang
faktor-faktor
yang
individu
dalam
memengaruhi kepatuhan membayar zakat. 3.
Memberikan
gambaran
tentang
alasan-alasan
menentukan tempat membayar zakat. 4.
Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan BAZ baik ditingkat pusat maupun tingkat daerah sebagai pengelola zakat. Untuk menjadi masukan dalam pembuatan program kerja dalam meningkatkan penerimaan dana zakat.
5
5.
Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para peminat dan peneliti, untuk digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan membayar zakat dan menganalisis alasan-alasan seseorang membayar zakat di OPZ dan langsung ke penerima zakat. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor dengan jumlah responden sebanyak 100 orang.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI ZAKAT Menurut Hafidhuddin (2002), “Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ashshalahu ‘keberesan’. Secara istilah, zakat adalah bagian dari harta yang telah Allah ta’ala wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu.” Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Dalam Al-Quran kata zakat disebut secara bersama-sama dengan sholat pada 82 tempat (ayat). Dan Allah telah menetapkan kewajibannya baik melalui Kitab-Nya, Sunnah Rasul-Nya, maupun Ijma’ dari umat Islam. Diantara dalil wajibnya zakat adalah firman Allah pada surat Attaubah ayat 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan1 dan mensucikan2 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah [9]: 103) Pada fase Mekah, ketika Rasul belum hijrah, tidak ada batasan besaran harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya, pun tidak ada ketentuan jumlah harta yang harus dizakatkan. Semuanya dikembalikan kepada kesadaran dan kerelaan orang Islam itu sendiri. Baru pada tahun kedua hijrah –menurut keterangan mayoritas/terkenal- ditetapkan besaran dan jumlah harta, serta jenis harta yang harus dikeluarkan zakatnya (Sabiq, 1990). Harta yang terkena kewajiban zakat dibagi ke dalam empat macam: 1.
Biji-bijian dan buah-buahan yang tumbuh diatas bumi.
1
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda 2
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
7
Allah telah mewajibkan zakat biji-bijian dan tanaman seperti yang tercantum dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Hewan ternak yang makan dengan bebas di atas bumi.” (Al-Baqarah [2]: 267) Menurut pendapat Imam Syafi’i, zakat pada tanaman berlaku pada tanaman yang menjadi makanan pokok, dapat disimpan, dan dapat ditanam, seperti gandum dan padi. Tidak semua tanaman wajib dikeluarkan zakatnya. Diantara tanaman yang tidak terkena wajib zakat adalah sayur-sayuran 2.
Emas dan perak Dasar wajibnya zakat emas dan perak adalah firman Allah ta’ala yang artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."” (At-Taubah [9]: 34-35) Seseorang yang memiliki emas wajib mengeluarkan zakatnya jika emasnya tersebut sudah mencapai dua puluh dinar (±85 gram emas) dan ia telah memiliki emas tersebut selama satu tahun. Besaran emas yang dikeluarkan untuk zakat adalah 2,5 persen dari jumlah emas yang ia miliki. Sedangkan untuk perak, wajib dikeluarkan zakatnya jika telah sampai jumlah 200 dirham (±595 gram perak). Besar zakat yang dikeluarkan adalah sama seperti zakat emas, yaitu sebesar 2,5 persen.
8
3.
Barang dagangan yang digunakan untuk melakukan jual beli. Untuk setiap jenis harta ini pun ada jumlah tertentu yang wajib dikeluarkan zakatnya (nishab) dan harta tersebut telah melewati waktu satu tahun kepemilikan. Disebut barang dagangan jika pada barang tersebut terdapat dua syarat: (1) barang tersebut dimiliki secara nyata (seperti dari jual beli, hadiah, atau rampasan perang), (2) harta yang dimiliki tersebut digunakan untuk berdagang. Cara mengeluarkan zakat perdagangan adalah sebagai berikut, hendaknya pedagang tersebut melakukan prediksi harga barang-barang dagangannya pada akhir tahun lalu mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 persen dari harga barang dagangan tersebut. Jika suatu waktu ditemukan bahwa nishab barang dagangan tersebut berkurang, sedangkan pada awal tahun dan akhir tahun cukup nishab maka terjadi perbedaan pendapatan diantara ulama. Menurut madzhab Hanafi, perhitungan tahun tidak terputus, sehingga ia tetap harus mengeluarkan zakat pada akhir tahun. Menurut pendapat golongan Hambali, perhitungan tahun menjadi terputus, dan akan dimulai lagi saat nishab barang tersebut terpenuhi kembali (Bin Baz, 2009) dan (Sabiq, 1990).
2.1.1.
PENERIMA ZAKAT Allah telah menerangkan golongan-golongan yang berhak menerima zakat, hal ini tercantum dalam Q.S At-Taubah ayat 60, yang artinya: ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah [9]: 60)
9
Katsir (2009) dan Sabiq (1990) merinci kelompok orangorang yang berhak menerima zakat sebagai berikut: 1.
Fakir Menurut
Ibnu Jarir,
orang
fakir
adalah
orang
yang
membutuhkan namun tidak mau meminta-minta terhadap orang lain. Menurut Abu Qotadah, orang fakir adalah orang yang membutuhkan dan memiliki penyakit menahun. Menurut Syaikh Utsaimin orang fakir adalah orang yang tidak mendapatkan
sesuatu
yang
mencukupi
separuh
dari
kebutuhanya, jika seseorang tidak memiliki sesuatu yang ia dapat nafkahkan untuk diri sendiri dan keluarganya selama setengah tahun, maka ia adalah fakir. Ia diberi dari zakat berupa sesuatu yang mencukupi dirinya dan keluarganya selama satu tahun. 2.
Miskin Menurut Abu Qotadah, orang miskin adalah orang yang membutuhkan sedangkan fisiknya sehat. Menurut Syaikh Utsaimin orang miskin adalah orang-orang yang memiliki harta yang dapat menutupi separuh atau lebih kebutuhannya, namun tidak dapat memenuhi kebutuhannya selama setahun penuh,
maka
mereka
diberi
sesuatu
yang
dapat
menyempurnakan kekurangan untuk nafkah setahun. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menjelaskan perihal orang miskin: “Orang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhannya dan juga tidak pandai untuk mendapatkannya, sehingga zakat diberikan kepadanya, sementara ia tidak meminta-minta sesuatu kepada manusia.” (HR. Bukhari Muslim)
10
3.
Pengurus zakat Para amil zakat adalah mereka yang bertugas untuk menarik dan mengumpulkan zakat. Atas jasanya ini, mereka berhak mendapatkan bagian darinya.
4.
Orang-orang yang dibujuk hatinya (Muallaf) Orang-orang muallaf yang diberi zakat terdiri dari beberapa macam. Pertama, orang yang diberi zakat agar mereka mau masuk Islam. Kedua, orang yang diberi zakat agar kualitas keimanan muallaf tersebut menjadi lebih baik dan untuk meneguhkan hatinya. Ketiga, orang yang diberi zakat agar rekan-rekannya masuk Islam. Keempat, orang yang diberi zakat agar ia mengumpulkan zakat dari orang sekitarnya, atau untuk mengamankan wilayah kaum muslimin dari bahaya musuh.
5.
Riqab Tentang riqab, ada kisah dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, suatu hari beliau ditanya oleh seseorang yang meminta agar ditunjukkan suatu amalan yang dapat mendekatkan dirinya kepada surga, lalu beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “bebaskanlah an-nasamah, dan merdekakan ar-raqabah” lalu orang itu bertanya, ‘wahai Rasulullah, bukankah keduaduanya sama (yakni sama-sama hamba sahaya)?’ Beliau bersabda: ‘Tidak, an-nasamah berarti hamba yang engkau bebaskan sepenuhnya. Sedangkan ar-raqabah berarti engkau hanya membantu sebagian saja dalam pemerdekaannya.’” Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa riqab adalah hamba sahaya yang ingin merdeka namun ia tidak memiliki jumlah uang yang cukup untuk memerdekakan dirinya. Sehingga ia dibantu merdeka dengan diberi zakat.
11
6.
Orang yang berhutang Menurut Ibnu Katsir, orang yang memiliki hutang yang berhak diberi zakat ada beberapa macam. Pertama, orang yang menanggung tanggungan denda atau hutang yang harus dibayar, sedangkan untuk membayar hutangnya ia harus menghabiskan hartanya atau harus berhutang kepada orang lain. Kedua, ada yang berhutang untuk berbuat maksiat, namun kemudian ia bertaubat.
7.
Di jalan Allah (fii sabilillah) Diantara mereka adalah orang yang ikut berperang (prajurit) namun mereka tidak digaji, orang-orang yang menyebarkan agama Islam, dan mengirim mereka ke negara-negara non Islam untuk menyebarkan agama Islam disana dengan organisasi-organisasi yang teratur. Kemudian untuk sekolahsekolah yang mengajarkan pendidikan agama, dan untuk guruguru sekolah tersebut (bila mereka tidak memiliki pekerjaan lain). Termasuk dalam sabilillah adalah: menuntut ilmu syar'i, pelajar ilmu syar'i dapat diberi uang zakat agar bisa menuntut ilmu dan membeli kitab yang diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta yang dapat mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan itu.
8.
Ibnus Sabiil Ibnus Sabiil adalah orang yang sedang melakukan perjalanan melintasi suatu negeri dan tidak memiliki bekal untuk meneruskan perjalanan.
2.1.2.
SYARAT HARTA YANG WAJIB DIKELUARKAN ZAKAT Ada beberapa syarat harta yang wajib dikeluarkan untuk berzakat: (1) Harta tersebut dimiliki secara sempurna, (2) Harta tersebut adalah harta yang berkembang, (3) Harta tersebut telah mencapai nishob, (4) Harta telah mencapai haul (harta tersebut bertahan selama setahun), (5) Harta tersebut merupakan kelebihan dari kebutuhan pokoknya.
12
Rinciannya adalah sebagai berikut: 1.
Harta dimiliki secara sempurna Harta yang dimiliki oleh seseorang sebenarnya adalah milik Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam sebuah ayat, “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al-Hadiid: 7) Berkata Al-Qurthubi ketika menjelaskan ayat ini, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta adalah milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan hartanya pada jalan Allah sebagaimana halnya seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya, maka ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.” Harta yang hakikatnya milik Allah ini telah dikuasakan untuk manusia. Jadi manusia yang diberi harta saat ini dianggap sebagai pemegang amanat harta yang hakikatnya milik Allah. Adapun yang dimaksud dengan syarat di sini adalah harta tersebut adalah milik di tangan individu dan tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau harta tersebut disalurkan atas pilihannya sendiri dan ia dapat memperoleh manfaat dari harta tersebut.
2.
Termasuk harta yang berkembang Yang dimaksudkan di sini adalah harta tersebut mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi si empunya atau harta itu sendiri berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu, para ulama membagi harta yang berkembang menjadi dua macam: (a) harta yang berkembang secara hakiki (kuantitas), seperti harta
13
perdagangan dan hewan ternak hasil perkembangbiakan, (b) harta yang berkembang secara takdiri (kualitas). Dalil dari syarat ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang muslim tidak dikenai kewajiban zakat pada budak dan kudanya.” (HR. Bukhari no. 1464) Dari sini, maka tidak ada zakat pada harta yang disimpan untuk kebutuhan pokok semisal makanan yang disimpan, kendaraan, dan rumah. 3.
Telah mencapai nishab Nishob adalah ukuran minimal suatu harta dikenai zakat. Untuk masing-masing harta yang dikenai zakat, ini akan ukuran nishob masing-masing yang nanti akan dijelaskan.
4.
Telah mencapai haul Artinya harta yang dikenai zakat telah mencapai masa satu tahun atau 12 bulan Hijriyah. Syarat ini berlaku bagi zakat pada mata uang dan hewan ternak. Sedangkan untuk zakat hasil pertanian tidak ada syarat haul, namun zakat dari pertanian dikeluarkan setiap kali panen.
5.
Kelebihan dari kebutuhan pokok Harta yang merupakan kelebihan dari kebutuhan pokok, itulah sebagai barometer seseorang itu dianggap mampu atau berkecukupan. Sedangkan harta yang masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka seperti ini dikatakan tidak mampu. Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah apabila kebutuhan tersebut dikeluarkan, maka seseorang bisa jadi akan celaka, seperti nafkah, tempat tinggal, dan pakaian. (Tuasikal, 2010)
14
2.1.3.
ZAKAT PERSONAL Islam
mengatur
bahwa
tidak
setiap
orang
wajib
mengeluarkan zakat, ada beberapa persyaratan yang jika terpenuhi pada diri seseorang maka ia terkena kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Syamhudi (2003) menjelaskan syarat-syarat tersebut dalam poin-poin berikut: 1.
Islam Islam menjadi syarat pertama atas wajibnya mengeluarkan zakat, orang yang belum menerima Islam tidak memiliki kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
2.
Merdeka Seseorang yang menjadi budak/hamba sahaya tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat.
3.
Berakal dan baligh Dalam hal ini ada perbedaan pendapat antara para ulama tentang zakat dari anak kecil dan orang gila. Namun ada ulama yang menguatkan pendapat bahwa anak kecil dan orang gila tidak memiliki kewajiban untuk membayar zakat.
4.
Memiliki nishab Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan
oleh
agama
dalam
menentukan
kewajiban
mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya. Jika harta seseorang telah sampai ukuran tersebut, maka orang tersebut diwajibkan mengeluarkan zakat dengan dasar firman Allah yang artinya: “Dan
mereka
nafkahkan.
bertanya
Katakanlah:
kepadamu ‘Yang
apa
lebih
yang
dari
mereka
keperluan.’
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (Al Baqarah [2]: 219) Syarat-syarat nishab adalah sebagai berikut: 1.
Harta tersebut di luar kebutuhan yang harus dipenuhi seseorang, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal,
15
kendaraan, dan alat yang dipergunakan untuk mata pencaharian. 2.
Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun).” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Albani) Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buahbuahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat harta karun (rikaz) yang diambil ketika menemukannya.
2.1.4.
ZAKAT INDUSTRI Salah satu sektor yang utama dalam pembangunan sebuah negara
adalah
sektor industri.
Bahkan
pembangunan
dan
perkembangan ekonomi suatu negara sering dikaitkan dengan proses industrialisasi, hal ini dikarenakan keadaan industrial merupakan tujuan pembangunan ekonomi (Hafidhuddin, 2002). Potensi yang besar dari sektor ini dapat dimanfaatkan untuk diambil zakatnya. Banyak ulama (orang yang memiliki kedalaman ilmu agama) yang memberikan panduan dalam mengeluarkan zakat industri ini, salah satunya adalah Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin. Beliau adalah salah seorang ulama menjadi anggota Majelus Ulama Kerajaan Saudi Arabia. Dari fatwa Syaikh Utsaimin, bahwa harta perusahaan/industri terbagi menjadi dua macam: (1) Harta yang tidak diwajibkan untuk berzakat dan (2) Harta yang diwajibkan untuk berzakat. Harta yang tidak terkena kewajiban zakat adalah alat-alat, perangkat keras, mobil, bangunan, dan peralatan yang akan digunakan yang tidak dimaksudkan untuk dijual untuk mengambil keuntungan.
16
Sedangkan harta yang terkena kewajiban berzakat, memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Simpanan barang yang telah dibeli dan bertujuan untuk dijual, dihitung nilainya di akhir tahun, tanpa memandang harga beli.
2.
Uang tunai yang ada di perusahaan atau yang disimpan di tabungan.
3.
Piutang yang diharapkan bisa ditagih.
4.
Keuntungan dari hasil merakit atau membuat barang, bila sudah mencapai nisab dan sudah berlalu satu tahun.
5.
Keuntungan dari hasil perdagangan, jika sudah mencapai nisab. Jika pada perusahaan terdapat lima jenis harta tersebut atau
hanya sebagiannya, maka perusahaan tersebut wajib mengeluarkan zakatnya sesuai dengan jenis harta yang ada padanya. Cara mengeluarkan zakat pada perusahaan/industri, adalah sebagai berikut: 1.
Untuk jenis harta yang berupa simpanan barang, uang tunai, dan piutang, maka mengeluarkan zakatnya adalah pada akhir tahun. Zakat yang dikeluarkan adalah sebesar 2,5 persen dari harta tersebut.
2.
Zakat dari keuntungan dikeluarkan pada akhir tahun anggaran sebesar 2,5 persen. Jika keuntungan telah dikeluarkan sepanjang tahun, dan tidak tersisa hingga akhir tahun, maka tidak ada kewajiban padanya.
17
2.2. POTENSI ZAKAT DI INDONESIA Kahf (1987) melakukan studi untuk mengestimasi potensi zakat yang ada pada delapan negara Islam, yaitu Mesir, Indonesia, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Sudan, Syria, dan Turki. Kahf melihat estimasi potensi zakat melalui tiga cara, yaitu berdasarkan fikih tradisional, berdasarkan perhitungan dari Qardawi yaitu zakat pendapatan dihitung 2,5 persen, sedangkan keuntungan bersih pada fix aset dihitung 10 persen, dan berdasarkan modifikasi dari versi Qardawi, yaitu zakat dari fix aset dan pendapatan dihitung bersama-sama sebesar 2,5 persen. Estimasi zakat dari sisi perhitungan fikih tradisional menghasilkan nilai yang lebih kecil daripada estimasi perhitungan dua cara lainnya. Estimasi persentase zakat pada sudut pandang fikih tradisional berkisar antara 0,9 sampai 4,3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sedangkan dari sisi pandang Qardawi, estimasi zakat berkisar antara 1,7 sampai 6,6 persen. Menurut cara perhitungan yang ketiga estimasi zakat berkisar antara 2 sampai 7,5 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.
Persentase estimasi zakat terhadap PDB di beberapa negara muslim.
Negara Mesir Indonesia Pakistan Qatar Saudi Arabia Sudan Siria Turki
Z2
Z1 2 1 1,6 0,9 1,2 4,3 1,5 1,9
Z3 3,9 1,7 3,5 3,7 3,7 6,6 3,1 4,9
4,9 2 4,4 3,2 3,4 6,2 3,1 7,5
Keterangan: Z1: Perhitungan berdasarkan fikih tradisional Z2: Perhitungan berdasarkan Qardawi Z3: Perhitungan berdasarkan versi Qardawi yang telah di modifikasi. Sumber: Kahf, 1987
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa potensi zakat Indonesia berkisar 1 sampai 2 persen dari PDB. Untuk mengetahui potensi zakat di
18
Indonesia secara lebih rinci, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB bekerja sama dengan BAZNAS melakukan penelitian pada tahun 2011. Perhitungan potensi zakat ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) Zakat dari sektor industri dan BUMN, (2) Zakat dari rumah tangga, dan (3) Zakat dari tabungan. Dari sektor industri dan BUMN, total potensi zakat yang dapat diperoleh mencapai Rp 117,29 triliun. Hal ini setara dengan 1,84 persen PDB. Nilai ini diperoleh dari industri pengolahan sebesar Rp 22 triliun, industri penyediaan akomodasi sebesar Rp 88 triliun, dan industri makanan dan minuman sebesar Rp 3,7 triliun. Dari BUMN potensi zakat yang tercapai sebesar Rp 2,4 triliun. Namun, relaisasi zakat pada sektor BUMN baru tercapai Rp 4-5 milyar per tahun. Tabel 3.
Potensi zakat industri swasta nasional dan BUMN
Industri 1) Industri Pengolahan 2) Industri Konstruksi 3) Jasa Masyarakat 4) Pariwisata 5) Listrik 6) Air Bersih 7) Penyediaan Akomodasi 8) Pedagang Besar dan Eceran 9) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10) Real Estate 11) Pendidikan Total Potensi Zakat BUMN Total Potensi Zakat Industri dan BUMN
Potensi Zakat Rp 22,08 triliun Rp 399,35 miliar Rp 22,12 miliar Rp 66,46 miliar Rp 0 Rp 54,79 miliar Rp 88,02 triliun Rp 2,29 triliun Rp 86,02 miliar Rp 1,73 triliun Rp 135,71 miliar Rp 114,89 triliun Rp 2,4 triliun Rp 117,29 triliun
Sumber: BPS, 2006 (diolah)
Potensi zakat rumah tangga pada tahun 2009 dapat mencapai Rp 82,7 triliun (dengan nishab beras) atau setara dengan 1,30 persen dari PDB. Jika pada tahun 2011 PDB mencapai Rp 7 ribu triliun (asumsi makro) maka prediksi potensi zakat rumah tangga mencapai Rp 91 triliun. Wilayah yang
19
berpotensi zakat dibagi kedalam dua bagian, yaitu: (1) Wilayah dengan potensi zakat tertinggi dan (2) Wilayah dengan potensi zakat terendah. Propinsi yang masuk pada wilayah dengan potensi zakat tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sedangkan propinsi yang masuk pada wilayah dengan potensi zakat terendah adalah, Papua Barat, Papua, dan Bali. Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk muslim pada suatu daerah ikut memengaruhi tingkat potensi zakat di daerah tersebut. Pada wilayah yang berpotensi tinggi, diketahui bahwa mayoritas penduduknya adalah beragama Islam, sedangkan pada wilayah yang potensi zakatnya rendah diketahui mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. Tabel 4.
Potensi zakat rumah tangga nasional
Keterangan
Nama Wilayah
Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Papua Barat Wilayah dengan potensi Papua zakat terendah Bali Potensi Zakat Rumah Tangga Nasional 2009 Prediksi Potensi Zakat Rumah Tangga Nasional 2011 Wilayah dengan potensi zakat tertinggi
Potensi Zakat (Milyar) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
17.668 15.494 13.280 112 117 126 82.700 91.000
Sumber: BPS, 2009 (diolah)
Dari sisi tabungan, potensi zakat dilihat kedalam dua bagian: (1) Tabungan umum dan (2) Tabungan Syariah. Potensi zakat dari sektor tabungan umum memiliki nilai yang lebih besar dari potensi zakat dari sektor tabungan syariah. Pada tabungan umum, potensi zakat yang dapat diperoleh mencapai Rp 19,613 triliun. Pada tabungan syariah, potensi zakat yang dapat diperoleh mencapai Rp 895 miliar. Nilai yang berbeda ini salah satunya disebabkan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang masih menabung di bank umum daripada di bank syariah. Jika dijumlahkan, estimasi potensi zakat yang dapat dicapai dari sektor industri, rumah tangga, dan tabungan per tahunnya sekitar Rp 217 triliun, hal ini setara dengan 3,4 persen PDB pada tahun 2010. Nilai ini
20
sangat besar. Jika potensi ini dapat terealisasi, bukan hal yang mustahil masalah kemiskinan dapat teratasi, hal ini karena dana zakat sudah Allah tentukan penyalurannya sehingga hasilnya dapat lebih terasa. 2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBAYAR ZAKAT
MEMENGARUHI
KEPATUHAN
Faktor utama yang seharusnya memengaruhi seseorang dalam mengeluarkan zakat adalah faktor peribadahan. Seorang muslim seharusnya menyadari keadaan dirinya sebagai hamba Allah, ia harus menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Allah kepadanya, termasuk ibadah zakat. Allah telah berfirman dalam Al-Quran mengenai perintah berzakat secara berulang-ulang sebanyak 32 kali. Hal ini menunjukkan betapa penting dan wajibnya ibadah zakat ini (Muda, et al., 2006). Zakat dapat menciptakan keadilan sosial diantara masyarakat. Distribusi zakat yang baik akan menyelesaikan masalah sosial ekonomi yang sampai saat ini masih terjadi, menurunkan kesenjangan pendapatan, dan mengurangi tingkat kemiskinan (Ibrahim, 2008). Seseorang yang menyadari hal ini, akan semakin termotivasi untuk membayar zakat, mereka ini adalah orang-orang yang cenderung peduli terhadap keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka. Diantara orang-orang yang berzakat, ada yang menaruh harapan agar zakat yang mereka keluarkan akan membersihkan diri mereka. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 103, yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan3 dan mensucikan4 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Hal ini mengindikasikan bahwa faktor ini memotivasi seseorang untuk berzakat. Seseorang yang menjaga kewajiban berzakat, hal ini menandakan keimanan yang ada dalam dirinya. Hal ini karena upaya mereka dalam 3
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda 4
Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
21
memenuhi seruan perintah agama sangat ditentukan dari keyakinan mereka terhadap ajaran agamanya (Muda et al., 2006). Dalam beberapa studi disebutkan bahwa organisasi zakat memiliki pengaruh yang signifikan dalam memotivasi seseorang dalam membayar zakat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Wahid, dan Mohamad (2005) menyebutkan bahwa faktor utama yang memengaruhi individu dalam membayar zakat kepada lembaga formal adalah disebabkan kepuasan tentang distribusi yang dilakukan oleh organisasi zakat dan kecakapan kerja pengurus zakat itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Muda et al. (2006). Dalam penelitian mereka, disebutkan bahwa organisasi pengelola zakat memiliki peran yang penting dalam memotivasi seseorang untuk berzakat. Pada tahun-tahun sebelumnya didapatkan bahwa peningkatan penyerapan zakat yang signifikan terjadi karena upaya dari organisasi zakat. Teori exchange dicoba untuk diaplikasikan ke dalam penelitian ini. Dalam buku yang berjudul Social Exchange Theory: The Two Traditions yang diterbitkan tahun 1974, Ekeh menyebutkan bahwa teori exchange pertama kali dikembangkan oleh para ekonom, yang mengasumsikan bahwa semua transaksi melibatkan beberapa jenis pertukaran dan dipertukarkan untuk mendapatkan nilai ekonomi atau utilitas. Nilai ini dapat berupa materi atau manfaat yang diperoleh seseorang seperti perasaan senang atau puas sebagai hasil dari memberikan sesuatu (Muda et al., 2006). 2.4. PENELITIAN TERDAHULU Dalam paper yang dipresentasikan oleh Muda, et al. (2006) yang berjudul
“Factors
Influencing
Individual
Participation
in
Zakah
Contribution: Exploratory Investigation”, disebutkan bahwa seseorang yang membayar zakat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor agama, ada faktorfaktor lain yang menyebabkan seseorang mau mengeluarkan zakat, seperti faktor altruism, faktor organisasi zakat, dan faktor kepuasan diri. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 60 orang, namun hanya 53 kuesioner yang layak untuk digunakan dalam penelitian. Dalam kuesioner tersebut terdapat
22
34 pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan berbagai macam faktor yang memengaruhi seseorang untuk membayar zakat, faktor-faktor tersebut memiliki nilai varian sebesar 67,32 persen. Analisis lebih jauh mendapatkan hasil bahwa faktor altruism seseorang memiliki nilai komposit tertinggi yang mengindikasikan bahwa kebanyakan orang membayar zakat karena faktor ini, faktor selanjutnya yang memengaruhi seseorang untuk membayar zakat adalah faktor kepuasan diri, faktor organisasi, dan faktor utilitas. Kesimpulannya adalah bahwa untuk meningkatkan nilai zakat, tidak hanya dilakukan perbaikan kualitas agama seseorang, namun juga perlu diperbaiki kinerja organisasi pengelola zakat. Berkaitan
dengan
kinerja
lembaga
amil
zakat,
Ahmad dan
Wahid (2005) melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Persepsi Agihan Zakat dan Kesannya Terhadap Pembayar Zakat Melalui Institusi Formal”. Hasil dari kajian ini menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap distribusi dana zakat yang dilakukan oleh organisasi zakat memengaruhi tingkat kepatuhan wajib zakat secara positif. Artinya, jika suatu lembaga amil zakat melakukan distribusi dana zakat dengan baik, menyalurkan dana zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dan tidak melakukan penyelewengan terhadap dana zakat, maka hal ini akan membuat wajib zakat tetap bertahan untuk membayar zakat di tempat tersebut. Selain itu jika
suatu
organisasi
melakukan
kampanye/sosialisasi
zakat
dan
meningkatkan kualitas pelayanannya, maka hal ini akan berpengaruh secara nyata dalam memengaruhi seseorang untuk membayar zakat di lembaga tersebut. Shalihati (2010) mengadakan penelitian tentang persepsi dan sikap wajib zakat yang membayar zakat melalui BAZNAS. Dari enam atribut yang digunakan di multiatribut Fishbein yaitu product, place, people, promotion, process, dan physical evidence, terlihat rata-rata tingkat keyakinan ke enam atribut mengenai BAZNAS, penilaian keyakinan Muzzaki Lembaga lebih tinggi dibandingkan dengan Muzzaki NonLembaga. Namun tingkat harapan terhadap ke enam atribut baik Muzzaki
23
Lembaga maupun Muzzaki Non-Lembaga hampir memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Dari perhitungan Ao (sikap konsumen) secara keseluruhan diperoleh skor multi atribut Fishbein Muzzaki Lembaga sebesar 97.37, dan Muzzaki Non-Lembaga 90.41. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan Muzzaki Lembaga memang lebih menyukai Lembaga BAZNAS untuk menyalukan zakatnya dibandingkan Muzzaki NonLembaga. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Saad, et al (2009) tentang sikap pengusaha terhadap aturan yang mengharuskan pengusaha membayar zakat melalui organisasi pengelola zakat. Penelitian ini dilakukan pada wilayah Kedah, Malaysia. Respondennya adalah para pengusaha, dari 700 kuesioner yang disebarkan kepada para pengusaha hanya 290 kuesioner yang dikembailkan oleh responden, dan hanya 279 kuesioner yang dapat digunakan untuk penelitian. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa para pengusaha memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap aturan tersebut, sikap itu terbagi kedalam lima macam, yaitu: (1) Sikap mendorong, (2) Sikap positif, (3)
Sikap
penolakan total, (4) Sikap Bersyarat, dan (5) Sikap Penolakan bersyarat. Sikap mendorong merupakan bentuk penerimaan masyarakat secara umum mengenai pembayaran zakat kepada institusi zakat. Dalam komponen ini, pengusaha secara keseluruhan memiliki sikap percaya dan baik dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap positif menunjukkan pengusaha menerima secara positif terhadap peraturan tersebut. Pada umumnya pengusaha bersedia untuk membayar zakat kepada institusi zakat. Sikap penolakan total merupakan pandangan negatif pengusaha terhadap peraturan tersebut, pengusaha cenderung menolak peraturan tersebut. Sikap bersyarat adalah keadaan yang menunjukkan bahwa pengusaha menerima aturan tersebut tetapi mempunyai syarat-syarat tertentu sebelum aturannya dipatuhi. Dua syarat utama yang dimaksud adalah menunggu arahan dan penjelasan dari institusi zakat.
24
Komponen terakhir, yaitu sikap penolakan berprasangka merupakan pandangan pengusaha yang mempunyai prasangka terhadap institusi zakat. Dua bentuk prasangka itu ialah perasaan was-was dan ragu dengan cara institusi zakat melaksanakan urusan zakat. 2.5. KERANGKA PEMIKIRAN Potensi zakat Indonesia mencapai 100 triliun rupiah per tahunnya (Hafidhuddin dalam Republika 2010), akan tetapi potensi yang besar tersebut belum sepenuhnya dapat terserap dengan baik. Nilai zakat yang selama ini dikumpulkan oleh BAZNAS masih jauh dibawah potensi sesungguhnya, pada tahun 2010 dana zakat yang terkumpul baru mencapai Rp 1,5 Triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sebagian masyarakat yang kurang memiliki kesadaran untuk membayar zakat, jika hal ini terus dibiarkan, maka potensi zakat yang ada tidak akan pernah bisa terserap dengan baik. Dana zakat yang segar, dapat digunakan untuk membiayai fakir dan miskin, mengurangi jurang pendapatan yang ada, dan berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi5. Proyek-proyek yang dibiayai menggunakan dana zakat dapat digunakan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dana sosial, dan lain-lain yang akan meningkatkan produktivitas golongan miskin dengan memenuhi keperluan hidup mereka.6 Keberadaan suatu organisasi pengelola zakat (OPZ) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam upaya pengumpulan dan penyaluran zakat. Institusi ini harus berupaya untuk menjadi daya tarik bagi para wajib zakat agar mereka secara sadar dan konsisten dalam membayar zakat. Jika kualitas pelayanan organisasi zakat prima maka akan memberikan kepuasan bagi para wajib zakat, dan hal ini didapatkan jika organisasi tersebut bekerja secara profesional dan menerapkan kaidah-kaidah yang sudah ditetapkan oleh syariat (Jaelani, 2008). Oleh karena itu melalui penelitian ini, penulis tertarik untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat dari individu. 5 6
Imtiazi I.A., Mannan M.A., Niaz M.A. and Deria A.H. dalam Patmawati Ibrahim 2008 Ataul-Haq dan Pramanik dalam Patmawai Ibrahim 2008
25
Alat analisis yang digunakan untuk mencari faktor-faktor tersebut adalah alat analisis faktor. Kemudian dalam penelitian ini juga dicari faktor yang paling dominan dalam memengaruhi kepatuhan membayar zakat. Setelah faktor-faktor tersebut diketahui, pihak organisasi zakat dan pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan yang lebih efektif sehingga peningkatan penyerapan dana zakat dari masyarakat diharapkan dapat terwujud.
Ada kesenjangan antara dana zakat yang diterima dan potensi zakat yang ada.
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat pada sektor rumah tangga
Identifikasi faktor-faktor dominan yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat
Strategi peningkatan kepatuhan membayar zakat
Rekomendasi ke BAZ Gambar 1. Alur kerangka pemikiran konseptual
26
III. METODE PENELITIAN
3.1. METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui pemberian kuesioner dan wawancara dengan sebagian masyarakat di Kabupaten Bogor. Poin-poin pertanyaan sudah tercantum dalam lembaran kuesioner. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari berbagai sumber, seperti BAZ Kabupaten Bogor, buku, internet, dan dari hasil studi lainnya. 3.2. METODE PENARIKAN SAMPEL Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar, atau bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010). Dalam penelitian kali ini, populasinya adalah warga Kabupaten Bogor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa responden adalah orang yang diperkirakan sebagai wajib zakat. Menurut Santoso (2010), jumlah sampel yang dianjurkan pada analisis faktor adalah antara 50-100. Penulis mengambil sampel sebanyak 100 orang, hal ini didasari pada keterbatasan waktu, sumberdaya, dan biaya yang dihadapi oleh penulis. 3.3. VARIABEL PENELITIAN Untuk mendapatkan data primer, responden diminta untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Bagian utama yang harus diisi oleh responden dalam kuesioner adalah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat. Faktor-faktor ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muda, et al (2006), yaitu altruisme, tingkat keimanan, utilitas, kepuasaan diri, dan faktor organisasi. Variabel-variabel yang terdapat dalam setiap faktor memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Pada faktor keimanan maka hal
27
ini berkaitan dengan perintah dari Allah tentang wajibnya berzakat, yakin adanya balasan berupa surga bagi yang melaksanakannya, dan hukuman di neraka bagi yang enggan membayar zakat (padahal ia mampu). Faktor penghargaan berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh wajib zakat. Keuntungan ini dapat berupa sambutan yang baik dari masyarakat, atau harapan untuk mendapatkan rezeki yang lebih baik setelah berzakat. Faktor alturisme berkaitan dengan seberapa besar pengaruh tingkat keyakinan agama atau nilai moral memengaruhi individu dalam membayar zakat. Variabel yang masuk dalam faktor ini diantaranya adalah variabel seseorang membayar zakat karena ingin bersyukur kepada dan juga variabel ingin hartanya menjadi bersih dengan berzakat. Pada faktor kepuasan diri, terkandung variabel-variabel sebagai berikut: (1) Gemar meningkatkan kondisi ekonomi fakir miskin, dan (2) Ingin berupaya menjadi teladan bagi orang lain. Faktor organisasi menilai kemampuan organisasi dalam menyerap zakat dari masyarakat. Variabel-variabel yang termasuk ke dalam faktor ini diantaranya
adalah
tingkat
kecakapan
organisasi
zakat
dalam
mengumpulkan dana zakat dan menyalurkannya kembali dan organisasi zakat yang transparan dalam administrasi. Faktor-faktor beserta variabel yang terkandung di dalamnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.
Variabel penelitian
No Faktor 1 Keimanan
Variabel Sholat fardhu lima kali dalam satu hari Sholat fardhu berjamaah di mesjid Kewajiban berzakat Kemampuan menghitung zakat Rutin membaca buku agama Rutin ikut pengajian Percaya dengan semua balasan
28
Tabel 5.
Variabel penelitian (lanjutan)
No Faktor 2 Penghargaan
3 Altruisme
4 Kepuasan diri
5 Organisasi
Variabel Agar disebut dermawan Agar mendapat kemudahan rezeki Sambutan dari lingkungan yang baik. Perasaan iba terhadap fakir miskin Zakat sebagai upaya bersyukur Membersihkan harta Kegemaran membantu fakir miskin Perasaan bersalah jika tidak membayar zakat Kegemaran meningkatkan kondisi ekonomi fakir miskin Menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta pribadi Berperan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Tingkat kecakapan organisasi zakat Organisasi zakat yang transparan Kenyamanan membayar zakat di organisasi zakat Sosialisasi melalui media massa, elektronik atau langsung Pemotongan gaji melalui institusi tempat seseorang bekerja.
3.4. METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Proses analisis faktor mencoba untuk menemukan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga nantinya dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Jika pada suatu penelitian digunakan 20 variabel yang independen satu sama lain, maka dengan menggunakan alat analisis faktor, variabel-variabel tersebut dapat diringkas menjadi 5 variabel baru. Kelima variabel tersebut dinamakan faktor, yang dalam faktor tersebut terdapat variabel-variabel yang saling berhubungan satu sama lain dan mencerminkan variabel-variabel aslinya. (Santoso, 2010) Fungsi utama dari teknik analisis faktor adalah sebagai berikut: (1) untuk mengurangi jumlah variabel dan (2) untuk mendeteksi struktur yang terdapat dalam hubungan antara variabel, maksudnya adalah untuk
29
mengklasifikasikan variabel. Oleh karena itu, analisis faktor juga diterapkan sebagai pereduksi data atau sebagai metode dalam mendekteksi struktur dalam variabel-variabel (istilah analisis faktor pertama kali diperkenalkan oleh Thurstone, 1931). Melalui analisis faktor dapat diketahui faktor yang unggul atau yang dominan dari beberapa variabel yang akan dipilih. Analisis faktor juga dapat membedakan variabel prioritas yang diurut berdasarkan hasil analisis tersebut. (Enas, 2011) Model analisis faktor adalah sebagai berikut: X1 = c11 F1 + c12 F2 + c13 F3 + ... + c1m Fm + ε X2 = c21 F1 + c22 F2 + c23 F3 + ... + c2m Fm + ε2 X3 = c31 F1 + c32 F2 + c33 F3 + ... + c3m Fm + ε3 ... Xp = cp1 F1 + cp2 F2 + cp3 F3 + ... + cpm Fm + ε p atau X1 c11 X 2 c 21 X 3 c 31 ... ... X c p p1
(p x 1)
c12 c 22
c13 c 23
... ...
c32 ... c p2
c 33 ... c p3
... ... ...
(p x m)
c1m F1 1 c 2 m F2 2 c3 m F3 3 ... ... ... c pm Fm p
(m x1)
Keterangannya adalah sebagai berikut: X1, X2,..., Xp adalah variabel asal. F1, F2,..., Fm adalah faktor bersama (common factor). cij adalah bobot (loading) dari variabel asal ke-i pada faktor ke-j. ε1, ε2,..., εp adalah error. Hubungan antara varians variabel asal dengan varians faktor dan varians error adalah sebagai berikut: var(Xi)
=
varians yang dijelaskan oleh faktor untuk variabel
asal ke-i + var(error) = communality + specific variance
30
2 = hi i
=
2 (c i21 c i22 c i23 ... c im ) i
Besarnya bobot cij dapat diduga dengan menggunakan metode komponen utama atau dengan kemungkinan maksimum (maximum likelihood). Metode komponen utama terbagi menjadi dua metode yaitu non-iteratif dan iteratif. Nilai dugaan cij yang diperoleh dengan metode non-iteratif adalah:
cij
a ji j s xi
atau cij a ji j untuk variabel asal yang dibakukan
dan c uj adalah bobot (loading) dari variabel asal ke-i pada faktor ke-j. a ji adalah koefisien variabel asal ke-i untuk komponen utama ke-j. j adalah eigen value untuk komponen utama ke-j. s x adalah simpangan baku i
(standard of deviation) variabel asal ke-j. Ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis faktor, yaitu sebagai berikut: 1. Korelasi atau keterkaitan antar variabel harus kuat. Hal ini dapat diketahui dari nilai determinannya yang mendekati nol. Nilai determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya mempunyai matriks identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. 2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO adalah salah satu indeks perbandingan jarak antara koefisien dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan. Nilai KMO harus ≥ 0,5 agar analisis faktor dapat dilakukan. Selain dengan KMO juga digunakan Measure of Sampling Adequacy (MSA). Syarat analisis faktor dapat dilakukan adalah memiliki nilai
31
MSA ≥ 0,5. Jika ada variabel yang memiliki nilai MSA < 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Pada penelitian kali ini, data yang dianalisis terdiri dari beberapa variabel yang diduga dapat memengaruhi seseorang untuk membayar zakat. Penelitian ini menggunakan skala likert agar data kualitatif dapat dikuantitatifkan, skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari variabel instrumen yang menggunakan skala likert terdiri dari lima tingkat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Kelima penilaian tersebut diberi skor sebagai berikut: 1.
Jawaban sangat setuju diberi skor 5
2.
Jawaban setuju diberi skor 4
3.
Jawaban cukup setuju diberi skor 3
4.
Jawaban tidak setuju diberi skor 2
5.
Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis faktor dengan software SPSS versi 17 adalah sebagai berikut: 1.
Uji kelayakan data dengan melihat nilai indeks Kaiser Meyer-Olkin (KMO), agar dapat dilihat kelayakan data tersebut untuk penelitian.
2.
Melihat jumlah faktor yang terbentuk pada tabel total variance explained.
3.
Melihat faktor-faktor apa saja yang masuk ke dalam suatu faktor pada tabel rotated component matrix berdasarkan factor loading terbesar.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN BOGOR Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Pada sebelah Utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kota Depok, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, di sebelah Barat Daya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, di sebelah Timur Laut berbatasan dengan Bekasi, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, dan di sebelah Tenggara berbatasan dengan Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Bogor mencapai 298.838.304 Ha, dengan total 40 kecamatan. Jauh lebih besar dari Kota Bogor yang luasnya sebesar 2.156 Ha dan terdiri dari 6 kecamatan. Perekonomian Kabupaten Bogor selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, namun ada kecenderungan nilai pertumbuhannya semakin menurun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sempat mencapai 6,04 persen (pada tahun 2007) namun kemudian terus menurun hingga mencapai angka 4,05 persen pada tahun 2009.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor 5,85%
5,91%
6,04%
5,58% 4,05%
2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor (diolah)
33
Aktivitas masyarakat Kabupaten Bogor tidak terlepas dari pengaruh aktivitas kota Jabodetabek. Jaringan jalan yang terdapat di Kabupaten Bogor tercatat sebagai berikut: (1) Jaringan jalan negara sepanjang 122.836 km. (2) Jaringan jalan provinsi sepanjang 126.809 km. dan (3) Jaringan jalan kabupaten sepanjang 1.748.915 km. Adanya prasarana jalan, ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Pendapatan perkapita Kabupaten Bogor pada tahun 2009 mencapai Rp 606 ribu per bulan. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, maka pendapatan per kapita pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 8 persen. Perekonomian Kabupaten Bogor tertumpu pada sektor industri, pertanian dan pariwisata. Di sektor industri, tercatat 57 perusahaan yang berasal dari modal asing dengan nilai Rp 2,288 miliar, dan 20 perusahaan yang berasal dari modal dalam negeri dengan total investasi Rp 503.249 miliar. Wilayah Bogor bagian timur diprioritaskan sebagai sentra pertanian sawah, seperti Kecamatan Cariu, Sukamakmur, Tanjungsari dan sebagian Bogor Barat di Kecamatan Tenjo, Leuwiliang, dan Parung Panjang. Dalam bidang pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bogor membuat program Visit Bogor dengan menargetkan terjadi peningkatan kunjungan dari wisatawan sebesar 20 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2009 tercatat sebanyak 4.477.296 jiwa. Setiap tahunnya, terjadi penambahan penduduk dengan rata-rata pertumbuhan 5,11 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar 17 persen. Kenaikan ini mungkin dikarenakan semakin bertambahnya kegiatan perekonomian, munculnya perumahan-perumahan baru, serta biaya hidup yang terjangkau, sehingga menarik orang-orang di luar Kabupaten Bogor untuk memilih tinggal di Kabupaten Bogor (Diskominfo, 2011).
34
4.340.520
4.199.741
3.408.810
2004
2005
4.477.296
4.237.962
4.100.934
2006
2007
2008
2009
Gambar 3. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor (dalam jiwa) Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor (diolah)
4.2. GAMBARAN ZAKAT DI KABUPATEN BOGOR Kabupaten Bogor memiliki badan yang bertugas untuk menghimpun dana zakat, infak, dan shodaqoh, kemudian menyalurkan dana tersebut kepada yang berhak guna mengurangi masalah-masalah kemikinan dan ketidakberdayaan. Badan tersebut bernama Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Bogor. Pembentukan BAZ Kabupaten Bogor difasilitasi oleh pemerintah dan didukung oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat Kabupaten Bogor, dengan berdasar undang-undang Nomor 38 Tahun 1999. Sedangkan untuk penarikan zakat profesi dari pegawai lingkungan pemda Kabupaten Bogor telah dibuat instruksi Bupati Bogor nomor 451.5/1/Inst/ Huk/2008 tanggal 22 Mei 2008. Visi BAZ Kabupaten Bogor adalah terwujudnya BAZ Kabupaten Bogor yang amanah, kuat, dan menjadi salah satu institusi terdepan dalam melakukan pemberdayaan kaum fakir dan miskin dan ikut mewujudkan masyarakat Kabupaten Bogor yang maju, mandiri dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa. Untuk mewujudkan visi tersebut, BAZ Kabupaten Bogor memiliki misi-misi sebagai berikut: (1) Mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana zakat, infak, dan shodaqoh (ZIS), (2) Melakukan optimalisasi pengumpulan dana ZIS, (3) Pendistribusian dana ZIS tepat sasaran, (4) Penguatan SDM dikalangan umat yang mampu memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, (5) Pemulihan dan
35
pemberdayaan ekonomi ummat melalui bantuan modal kerja, pelatihan dalam upaya merubah mustahik menjadi muzaki. Program kerja yang dimiliki BAZ Kabupaten Bogor terdiri dari beberapa macam, yaitu: (1) Terima kasih guru ngaji, (2) Bina insan mandiri (Pemberdayaan Ekonomi), (3) DIK-OTA (Dana Pendidikan dan Orang Tua Asuh), (4) BIMAS (bina masyarakat sehat), (5) BAKSO-WAH (Bantuan sosial dan dakwah), (6) RAGAM (bantuan sarana keagamaan). Program terima kasih guru ngaji yaitu program BAZIS dalam rangka memberikan santunan kepada guru ngaji yang ada pada kecamatankecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Program bina insan mandiri (pemberdayaan ekonomi) memberdayakan kepada pengusaha-pengusaha kecil dan melayani beberapa pedagang kecil dengan cara memberi bantuan modal. Program dana pendidikan, yaitu melayani anak-anak yang tidak mampu dalam biaya pendidikan, dan ini baru diberikan kepada anak usia wajib belajar sembilan tahun. Program bina masyarakat sehat yakni melayani kesehatan masyarakat, seperti melakukan kerjasama dengan pihak puskesmas. Program bantuan kegiatan sosial dan dakwah melayani orang fakir, miskin, mualaf, dan ibnu sabil. Mereka dapat datang langsung ke BAZ untuk mendapatkan bantuan. Pihak BAZ juga melayani berbagai kegiatan dakwah berdasarkan proposal yang diusulkan. Bantuan sarana keagamaan, berupa melayani bantuan untuk gedung MUI di wilayah Kabupaten Bogor, majelis taklim, pondok pesantren, madrasah diniyah dan madrasah ibtidaiyah (sekolah Islam), dan programprogram lain yang akan dikembangkan seperti bantuan ke panti asuhan, beasiswa, dan bantuan guru honor serta karyawan non PNS di berbagai instansi yang pendapatannya masih rendah. Selama tahun 2006-2010 dana zakat yang diterima oleh BAZ Kabupaten Bogor selalu mengalami kenaikan dengan nilai yang cukup besar. Terjadi peningkatan sebesar 1066 persen pada penerimaan zakat tahun 2010 jika dibandingkan dengan penerimaan zakat pada tahun 2006.
36
Hal ini berarti telah terjadi penerimaan zakat yang besarnya lebih dari sepuluh kali lipat dari penerimaan zakat pada tahun 2006. Peningkatan yang paling besar terjadi pada penerimaan zakat mal dan profesi, rata-rata kenaikannya adalah sebesar 119 persen. Hal ini mungkin dikarenakan adanya instruksi Bupati Bogor nomor 451.5/1/Inst/ Huk/2008 tanggal 22 Mei 2008 tentang zakat profesi bagi pegawai dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor. Peningkatan ini sudah sepatutnya diapresiasi, agar pada tahun-tahun berikutnya terjadi penyerapan zakat yang lebih baik lagi. Tabel 6. Di bawah ini menampilkan data penerimaan zakat dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Tabel 6. No 1 2 3 4 5
Tabel penerimaan dana zakat oleh BAZ Kabupaten Bogor
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Penerimaan BAZ Zakat Mal Infaq Rp 75.300.750 Rp 102.419.575 Rp 169.968.600 Rp 268.192.775 Rp 449.584.884 Rp 225.469.700 Rp1.153.607.928 Rp 236.210.542 Rp1.489.174.877 Rp 583.929.583
Total Penerimaan Rp 177.720.325 Rp 438.161.375 Rp 675.054.584 Rp 1.389.818.470 Rp 2.073.104.460
Sumber: BAZDA Kabupaten Bogor
Meskipun nilai penerimaan zakat mengalami peningkatan yang signifikan, pihak BAZ masih mengalami beberapa kendala dalam menghimpun dana zakat, diantaranya sebagai berikut: (1) masyarakat di wilayah Kabupaten Bogor masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah dalam menunaikan kewajiban berzakat. (2) Kepercayaan dari pihak masyarakat untuk membayar zakat di BAZ Kabupaten Bogor belum maksimal. (3) Masyarakat terbiasa untuk menyalurkan zakat ke tokoh agama setempat atau ke lembaga keagamaan di daerahnya. (4) Zakat mal belum tersosialisasi secara optimal oleh BAZ. (5) Belum ditemukan cara efektif yang dapat menggugah pegawai pemda agar mau menyalurkan zakatnya ke BAZ Kabupaten Bogor (laporan tahunan zakat BAZ Kabupaten Bogor).
37
4.3. KARAKTERISTIK RESPONDEN Demografi informasi yang diperoleh dari responden adalah jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan tertinggi, dan penghasilan bulanan. Informasi ini dianggap perlu dalam studi ini untuk menentukan bagaimana klasifikasi demografis mempengaruhi motivasi seseorang untuk membayar zakat. 4.3.1.
JENIS KELAMIN Dari
hasil
penyebaran
kuesioner,
didapatkan
bahwa
kebanyakan yang menjadi responden adalah a laki-laki laki yakni sebesar 69 persen, persen sedangkan responden perempuan sebesar 331 persen. Sedikitnya perempuan yang menjadi responden karena pada umumnya yang bekerja adalah laki-laki. laki laki. Penyebaran karakteristik responden en berdasarkan jenis kelamin kelamin dapat dilihat pada G Gambar 4. Perempuan 31%
Laki-laki laki 69%
Gambar 4. 4.3.2.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
USIA Berdasarkan erdasarkan kategori usia, usia persentase tertinggi ada pada responden yang berusia ber 40-49 tahun yaitu sebesar 31 persen, kemudian pada usia 30-39 tahun yaitu sebesar 30 persen. persen Jika ditotalkan, persentase responden yang berusia 30-49 30 49 tahun adalah sebesar 61 persen.. Pada rentang usia ini, seseorang sudah dapat dikatakan memiliki pekerjaan dalam waktu yang lama, dan memiliki penghasilan yang cukup cukup untuk digunakan membayar zakat. Persentase responden yang paling kecil ada pada responden yang berusia lebih dari 60 tahun, yaitu sebesar 4 persen.. Pada usia
38
ini adalah masa-masanya masa masanya seseorang untuk pensiun, sehingga jarang dari mereka yang dapat menunaikan zakat. Gambar 5. merangkum pernyataan diatas. 4%
9%
usia 20-29 usia 30-39
26% 30%
usia 40-49 usia 50-59 usia di atas 60
31%
Gambar 5. 4.3.3.
Karakteristik responden berdasarkan usia
PEKERJAAN Pekerjaan
responden
sangat
menentukan
keputusan
responden dalam membayar zakat. Jika pekerjaan yang dimiliki responden termasuk pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang tinggi, maka kemungkinan ia membayar zakat akan semakin besar. Pada ada umumnya, umumnya responden memiliki pekerjaan sebagai PNS yaitu sebesar 49 persen,, lalu diikuti dengan pekerjaan wiraswasta sebesar 17 persen, lalu sebagai karyawan swasta asta sebesar 12 persen. Selain itu ada juga responden yang bekerja sebagai pedagang dan ada yang bekerja pada BUMN. Sebaran karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 6. 0% 11% 10%
1%
Pedagang Karyawan BUMN
17%
12%
Petani
PNS Karyawan Swasta 49%
Wiraswasta Lainnya
Gambar 6.
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan.
39
4.3.4.
TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh responden diduga memengaruhi sikap responden terhadap kepatuhan membayar zakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, seharusnya semakin membuat mereka tersadar akan pentingnya berzakat. Pada studi kali ini, tingkat pendidikan responden didominasi oleh responden yang berpendidikan S1 dan SMA. Total persentase untuk kedua tingkat pendidikan tersebut adalah sebesar 777 persen, kemudian responde responden yang pendidikan terakhirnya D3 ada sebesar 5 persen.. Sedangkan yang terendah adalah responden yang berpendidikan SD dan SMP, masing-masing masing masing bernilai 2 persen. Diantara responden ada yang tingkat pendidikan terakhirnya S2 dan S3, namun jumlahnya tidak banyak hanya 9 persen untuk S2 dan 4 persen untuk S3. Pada Gambar 7. berikut menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan. 4%
2%
2% SD
9%
SMP 34%
SMA D3 S1
44%
S2 5%
Gambar 7. 4.3.5.
S3
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.
PENDAPATAN Tingkat pendapatan responden sangat menentukan sikap responden dalam berzakat. Responden yang berpenghasilan berpenghasilan besar lebih berpeluang untuk berzakat, karena penghasilan mereka yang besar, mencukupi untuk kebutuhan hidup mereka seharisehari-hari, selain itu mereka memiliki kelebihan dana yang dapat mereka simpan untuk kemudian dikeluarkan zakatnya pada waktunya. waktu
40
Rata ata-rata rata penghasilan responden berkisar di nilai Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Hal ini sesuai dengan profesi responden yang pada umumnya bekerja sebagai PNS. Kemudian, masih ada responden yang berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta, juta diantara mereka ada yang masih belum berkeluarga sehingga pengeluaran mereka tidak terlalu besar, hal ini memungkinkan bagi mereka untuk bisa berzakat. R Responden yang berpenghasilan dibawah Rp 2,5 juta memiliki tingkat persentase
yang
hampir
sama
dengan
responden
yang
berpenghasilan hasilan di atas Rp 5 juta yaitu sebesar sebes 23 persen.. Dari hasil h studi lapangan, ditemukan juga responden yang berpenghasilan sampai puluhan juta rupiah rupiah per bulannya. Gambar 8. menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatannya.
24%
23%
< Rp 2,5 juta Rp 2,5 juta - Rp 5juta > Rp 5 juta
53%
Gambar 8.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan.
4.4. KARAKTERISTIK RESPONDEN MEMBAYAR ZAKAT
BERDASARKAN
TEMPAT
Setiap orang yang ingin berzakat memiliki kebebasan dalam memilih tempat mereka untuk membayar zakat. Namun dengan ketentu ketentuan, zakat tersebut harus sampai kepada salah satu delapan golongan yang berhak menerima zakat. Pada penelitian ini, tempat membayar zakat dibagi kedalam dua kelompok. Pertama, responden yang membayar zakat ke OPZ. Kedua, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zak zakat.
41
OPZ 48% mustahiq 52%
Gambar 9. Sebaran responden berdasarkan tempat membayar embayar zakat Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Dari 100 responden, didapatkan bahwa sebagian besar responden memilih membayar zakat langsung ke penerima zakat,, sebanyak 52 persen responden memilih untuk menyalurkan zakatnya langsung ke penerima zakat. Dan 48 persen responden yang memilih untuk menyalurkan zakatnya melalui OPZ. Karakteristik responden dalam memilih tempat membayar zakat dilihat melalui variabel jenis kelamin, pekerjaan, rjaan, pendidikan, dan pendapatan responden. responden Tabel 7. menyajikan karaktersitik tersebut.. Tabel 7.
Karakteristik arakteristik responden berdasarkan tempat membayar zakat Variabel
Jenis Kelamin
Pria Wanita Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
Tempat Zakat (n) OPZ mustahiq 31 17 0 0 13 2 24 7 2
38 14 2 2 21 3 20 2 2
Tempat Zakat OPZ mustahiq 45% 55% 0% 0% 38% 40% 55% 78% 50%
55% 45% 100% 100% 62% 60% 45% 22% 50%
42
Tabel 7.
Karakteristik responden berdasarkan tempat membayar zakat (lanjutan) Variabel
Pekerjaan
Petani Pedagang Karyawan BUMN PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Lainnya kurang dari Pendapatan 2,5 Juta 2,5 juta - 5 juta lebih dari 5 juta
Tempat Zakat (n) Tempat Zakat OPZ mustahiq OPZ mustahiq 0 0 0% 0% 1 9 10% 90% 0 32
1 17
0% 65%
100% 35%
6 4 5
6 13 6
50% 24% 45%
50% 76% 55%
13
10
57%
43%
31
22
58%
42%
4
20
17%
83%
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Pada variabel jenis kelamin, didapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih membayar zakat langsung ke penerima zakat. Sedangkan responden wanita lebih banyak yang memilih membayar zakat ke OPZ. Pada variabel pendidikan, dapat diketahui bahwa responden yang membayar zakat melalui OPZ adalah responden yang berpendidikian minimal SMA. Nilai persentase tertinggi ditunjukkan oleh responden yang berpendidikan S2, sebanyak 78 persen responden yang berpendidikan S2 membayarkan zakatnya melalui OPZ. Pada variabel pekerjaan, responden yang bekerja sebagai PNS lebih banyak yang memilih OPZ sebagai tempat membayar zakat, hal ini dilihat dari nilai persentase yang mencapai 65 persen. Banyaknya PNS yang memilih OPZ dapat disebabkan oleh alasan berikut: (1) Adanya sistem pemotongan gaji langsung untuk membayar zakat, atau (2) Adanya himbauan untuk membayar zakat melalui OPZ, seperti instruksi Bupati Bogor Nomor 451.5/1/Inst/ Huk/2008 tanggal 22 Mei 2008 tentang zakat profesi bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor.
43
Sedangkan responden yang bekerja sebagai pedagang, banyak yang memilih membayar zakat langsung ke penerima zakat. Banyak faktor yang membuat para pedagang lebih memilih membayar zakat langsung ke penerima zakat, diantaranya adalah jarak OPZ yang jauh dari tempat mereka berdagang dan tempat mereka tinggal, kemudian kesibukan pedagang dalam menjalankan usahanya, dan karena akses yang lebih mudah. Dari variabel pendapatan, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 5 juta cenderung membayar zakat ke OPZ, sedangkan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 5 juta cenderung membayar zakat langsung ke penerima zakat. Dilihat dari hasil tabel tersebut, peran OPZ dalam menyerap zakat masih kurang optimal. Secara umum persentase responden yang membayar zakat melalui OPZ nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan persentase responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat. Hasil dari studi lapang mendapatkan berbagai macam faktor yang menyebabkan rendahnya persentase masyarakat yang membayar zakat di OPZ, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Jarak BAZ yang jauh menjadi faktor utama yang menyebabkan responden enggan untuk membayar zakat di BAZ, bahkan diantara mereka ada yang tidak mengetahui lokasi BAZ. (2) Di sekitar tempat tinggal mereka jarang ada OPZ. (3) Tidak ada sosialisasi kepada masyarakat di daerah tertentu perihal zakat. 4.5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBAYAR ZAKAT
MEMENGARUHI
KEPATUHAN
Untuk menentukan faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat, alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Analisis faktor dapat digunakan untuk mereduksi sejumlah variabel, sehingga membentuk sejumlah faktor yang lebih sedikit dari variabelnya. Sebelum melakukan analisis faktor, dilakukan uji variabel terlebih dahulu dengan KMO and Bartlett’s test, pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan antara variabel.
44
Tabel 8.
KMO
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square Df Sig.
0,777 1,243E3 300 0,000
Berdasarkan tabel 8., nilai KMO memiliki indeks yang tinggi yaitu 0,777 (berkisar antara 0,5 sampai 1,0). Hal ini menunjukkan bahwa analisis faktor layak dilakukan. Setelah itu dilakukan uji korelasi, hal ini dapat dilihat dari nilai Bartlett’s Test of Sphericity. Dari tabel, nilai tersebut memiliki nilai sig 0.000 (< 0.05) sehingga kita dapat percaya 100 persen bahwa antarvariabel terdapat korelasi. Korelasi dibutuhkan dalam analisis faktor karena pada dasarnya kegunaan analisis faktor adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang saling berkorelasi. Langkah selanjutnya adalah reduksi variabel, hasil reduksi ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Total variance explained Initial Eigenvalues
Component Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
6.039 4.443 1.972 1.569 1.279 1.190 1.005 .927 .770 .735 .615 .537 .506 .465 .464 .411 .354 .325 .275 .254 .234 .212 .174 .145 .098
% of Cumulative % Variance 24.155 24.155 17.773 41.928 7.890 49.818 6.277 56.095 5.117 61.212 4.760 65.971 4.019 69.990 3.707 73.698 3.080 76.778 2.939 79.717 2.461 82.179 2.149 84.328 2.024 86.352 1.860 88.213 1.856 90.069 1.643 91.712 1.415 93.128 1.299 94.427 1.100 95.527 1.017 96.544 .937 97.481 .850 98.330 .698 99.028 .582 99.610 .390 100.000
Extraction Sums of Squared Loadings % of Tot al Cumulative % Variance 6.039 24.155 24.155 4.443 17.773 41.928 1.972 7.890 49.818 1.569 6.277 56.095 1.279 5.117 61.212 1.190 4.760 65.971 1.005 4.019 69.990
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Rotation Sums of Squared Loadings % of Total Cumulative % Variance 4.581 18.322 18.322 3.035 12.142 30.464 2.709 10.837 41.301 2.485 9.941 51.243 1.972 7.888 59.131 1.486 5.943 65.074 1.229 4.917 69.990
45
Tabel 9. memperlihatkan 25 variabel yang dimasukkan ke dalam analisis faktor. Kolom initial eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung ke-25 variabel yang dianalisis. Component yang memiliki nilai eigen yang kurang dari 1 (yaitu component 8-25) tidak digunakan dalam menghitung faktor yang terbentuk, sehingga faktor yang digunakan hanya sampai pada component 7. Metode ekstraksi yang digunakan adalah principal component analysis, yaitu cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali. Rincian dari hasil Tabel 9. adalah sebagai berikut, component 1 memiliki nilai eigen terbesar, yaitu 6,039 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 24,155 persen. Component 2 memiliki nilai eigen sebesar 4,443 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 17,773 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 41,928 persen.
Component 3
memiliki nilai eigen sebesar 1,972 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 7,89 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 49,818 persen. Component 4 memiliki nilai eigen sebesar 1,569 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 6,277 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 56,095 persen. Component 5 memiliki nilai eigen sebesar 1,279 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 5,117 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 61,212 persen. Component 6 memiliki nilai eigen sebesar 1,19 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 4,76 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 65,971 persen. Component 7 memiliki nilai eigen sebesar 1,005 yang dapat dijelaskan oleh keragaman sebesar 4,019 persen sehingga keragaman kumulatif sebesar 69,99 persen. Setelah mereduksi ke-25 variabel tersebut, kemudian dilakukan pengelompokan variabel ke dalam tujuh fakor hasil reduksi. Alat yang digunakan untuk melakukan pengelompokan adalah rotated component matrix. Rotated component matrix memaksimalkan nilai loading dari setiap variabel yang memiliki korelasi dengan faktor tertentu dan meminimalkan nilai loading setiap variabel yang tidak memiliki korelasi/berkorelasi lemah
46
dengan faktor tertentu. Sehingga masing-masing faktor mengandung variabel yang berkorelasi kuat dengan faktor tersebut dan setiap faktor memiliki perbedaan yang signifikan dengan faktor yang lain. Pada rotated component matrix berikut digunakan pilihan blank sebesar 0,5. Hal ini membuat software SPSS tidak akan menampilkan korelasi yang berada pada level 0,5 atau yang ada di bawahnya, hal ini akan mempermudah output untuk dibaca. Tabel 10. Rotated component matrix
Variabel Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari
Component (Faktor) 1
2
4
5
6
7
0,71
Shalat fardhu berjamaah 3 kali sehari di masjid Menurut Anda zakat itu wajib
3
0,67 0,77
Anda mampu menghitung zakatnya sendiri Anda rutin membaca buku-buku agama Anda rutin hadir di majelis ilmu Anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan Anda. Anda mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda berzakat Anda senang disebut dermawan setelah berzakat Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin
0,81 0,79 0,65 0,51
0,56 0,89 0,81 0,65
47
Tabel 10. Rotated component matrix (lanjutan) Variabel Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak Anda senang membantu fakir/ miskin Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin Badan amil zakat bekerja secara profesional Badan amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di badan amil zakat Layanan di badan amil zakat memuaskan Badan amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik Badan amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat Bagaimana dengan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat Anda bekerja
Component (Faktor) 1
2
3
4
5
0,67
0,71 .750 .853 .579 0,89 0,77 0,85 0,89
0,76
0,83
Keterangan: Component 1 = Kecakapan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) Component 2 = Keimanan Component 3 = Tingkat kepedulian sosial Component 4 = Tingkat pemahaman agama
6
7
48
Component 5 = Kepuasan diri Component 6 = Mengharapkan balasan Component 7 = Pujian Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Tabel 10. menerangkan korelasi yang terjadi antara variabel-variabel dengan faktor-faktor yang terbentuk, dapat dilihat bahwa nilai component pada tabel tidak ada yang kurang dari 0,5. Hal ini memudahkan untuk mengelompokkan antara variabel dan faktornya. Penjelasan Tabel 10. dapat dilihat pada uraian berikut. 4.5.1.
FAKTOR 1: KECAKAPAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT Faktor pertama yang terbentuk dari hasil reduksi variabel adalah faktor kecakapan organisasi pengelola zakat. Faktor ini menerangkan keragaman data sebesar 24,155 persen. Tabel 11. memperlihatkan berbagai macam variabel yang termasuk ke dalam faktor kecakapan lembaga amil zakat. Responden yang memberikan nilai yang tinggi pada faktor ini adalah mereka yang percaya bahwa organisasi zakat memiliki pengaruh yang kuat dalam membuat seseorang untuk berzakat. Dari hasil Tabel 11., variabel yang nilai rata-ratanya paling tinggi adalah variabel OPZ bekerja secara profesional yaitu sebesar 3,87. Hal ini mengindikasikan keprofesionalan OPZ dapat membuat wajib zakat patuh untuk membayar zakat di lembaga tersebut, oleh karena itu, OPZ dapat lebih meningkatkan mutu pelayanannya seperti dalam hal transparansi, sosialisasi, dan administrasi, karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap preferensi responden dalam membayar zakat di lembaga tersebut.
49
Tabel 11. Faktor kecakapan organisasi pengelola zakat Variabel Layanan di OPZ memuaskan OPZ bekerja secara profesional Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di OPZ OPZ melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat OPZ transparan dalam hal laporan keuangan OPZ melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik Total rata-rata Nilai komposit
Loading 0,89 0,89
Nilai Rata-rata 3,70 3,87
0,85
3,73
0,83
3,45
0,77
3,43
0,76
3,27 21,44 3,57
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
4.5.2.
FAKTOR 2: KEIMANAN Faktor berikutnya yang memengaruhi seseorang membayar zakat adalah faktor keimanan. Seorang yang beriman tentunya memiliki keyakinan bahwa ia harus mengeluarkan zakat, ia sudah menyadari kedudukan zakat dalam agamanya. Seseorang yang memiliki tingkat keimanan yang baik akan lebih mudah untuk diajak mengeluarkan zakat daripada mereka yang memiliki tingkat keimanan yang rendah. Sebagaimana kisah yang terjadi pada zaman Abu Bakar yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Beliau bersikap tegas terhadap orang-orang yang lemah imannya, yang bersikap sombong, tidak mau mengeluarkan zakat meskipun mereka memiliki kemampuan untuk berzakat. Sehingga pada akhirnya mereka pun diperangi sehingga mereka kembali kepada ajaran agama Islam (membayar zakat). Pada faktor ini, terdiri dari beberapa variabel yang saling berkaitan, variabel-variabel tersebut adalah variabel menurut anda zakat itu wajib, variabel anda sholat fardhu 5 kali sehari, variabel dengan berzakat atau infak berarti anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah, variabel anda menyadari bahwa ada hak
50
orang lain dalam harta anda, dan variabel anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan anda. Faktor ini menerangkan keragaman data sebesar 17,773 persen. Nilai rata-rata tertinggi pada faktor ini terdapat pada variabel anda selalu sholat fardhu 5 kali dalam satu hari, hal ini menandakan ada hubungan yang erat antara ibadah sholat dengan ibadah zakat. Hal ini menandakan responden yang memiliki nilai tinggi pada variabel ini, berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan Tuhannya, dan mereka pun berusaha memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Tabel 12. Faktor keimanan Variabel Menurut Anda zakat itu wajib Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah Anda menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta Anda Anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan Anda Total rata-rata Nilai komposit
Loading 0,77
Nilai rata-rata 4,85
0,71
4,88
0,67
4,74
0,66
4,72
0,65
4,69 23,88 4,78
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
4.5.3.
FAKTOR 3: TINGKAT KEPEDULIAN SOSIAL Variabel yang masuk ke dalam faktor ini berkaitan dengan tingkat kepedulian sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Seseorang mau mengeluarkan zakat tidak hanya didasari faktor keimanan. Adanya rasa peduli terhadap keadaan masyarakat di sekitar mereka ikut memotivasi mereka untuk mengeluarkan zakat. Kemudian ada juga diantara mereka yang termotivasi untuk mengeluarkan uang dalam bentuk lain seperti infak atau sodaqoh. Pada faktor ini, variabel yang terkumpul adalah variabel seseorang memiliki perasaan bersalah jika tidak membayar zakat,
51
variabel senang membantu fakir dan miskin, dan variabel senang meningkatkan kondisi ekonomi fakir dan miskin. Faktor ini menerangkan keragaman data sebesar 7,89 persen. Pada faktor ini, variabel yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah variabel anda senang membantu fakir dan miskin dengan nilai rata-rata 4,57. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pada umumnya responden mengeluarkan zakatnya pada golongan fakir dan miskin. Kedua golongan ini adalah yang paling mudah ditemukan, bahkan keberadaan mereka terkadang tidak jauh dari tempat tinggal kita. Tabel berikut memperlihatkan faktor tingkat kepedulian sosial dan variabel yang terdapat didalamnya. Tabel 13. Faktor tingkat kepedulian sosial Variabel Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak Anda senang membantu fakir dan miskin Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin Total rata-rata Nilai komposit
Loading
Nilai rata-rata
0,85
4,48
0,75
4,57
0,58
4,39 13,44 4,48
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
4.5.4.
FAKTOR 4: TINGKAT PEMAHAMAN AGAMA Faktor tingkat pemahaman agama mampu menerangkan keragaman data sebesar 6,277 persen. Semakin baik pemahaman agama seseorang seharusnya membuat ia semakin termotivasi untuk menunaikan zakat. Karena ia sudah mengerti bahwa membayar zakat adalah sebuah kewajiban, ia mengetahui balasanbalasan kebaikan yang akan dia dapatkan jika membayar zakat, dan mengetahui hukuman-hukuman bagi mereka yang tidak mau membayar zakat padahal mereka mampu.
52
Responden yang termasuk ke dalam faktor ini adalah responden yang rutin membaca buku agama, rutin hadir di majelis ilmu, dan sholat fardhu berjamaah di mesjid minimal 3 kali sehari. Salah satu variabel yang terdapat pada faktor ini adalah variabel anda rutin membaca buku-buku agama. Seseorang yang rutin membaca buku-buku agama maka hal ini akan menambah pengetahuan
mereka
tentang
agamanya,
yang
kemudian
menciptakan kesadaran pada dirinya untuk melakukan berbagai macam kebaikan termasuk membayar zakat. Tabel 14. Faktor tingkat pemahaman agama Variabel Anda rutin membaca bukubuku agama Anda rutin hadir di majelis ilmu Shalat fardhu berjamaah min. 3 kali sehari di masjid Total rata-rata Nilai komposit
Loading
Nilai rata-rata
0,81
3,88
0,79
3,83
0,67
4,03 11,74 3,91
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
4.5.5.
FAKTOR 5: KEPUASAAN DIRI Variabel-variabel yang masuk ke dalam faktor ini dinamakan sebagai faktor kepuasan diri. Faktor ini menerangkan keragaman data sebesar 5,117 persen. Orang-orang yang masuk ke dalam faktor ini adalah orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat memberi contoh yang baik bagi orang lain dengan membayar zakat, mereka termotivasi untuk membayar zakat agar perbuatannya ditiru orang lain, sehingga mereka berharap mendapat ganjaran dari orang-orang yang mengikuti kebaikan yang telah mereka contohkan. Kemudian responden yang termasuk dalam faktor ini adalah responden yang merasa iba jika melihat orang-orang fakir dan miskin. Dengan membayar zakat/infaq/shodaqoh kepada orang
53
fakir dan miskin, maka hal ini menimbulkan harapan agar harta mereka menjadi lebih bersih. Tabel 15. Faktor kepuasan diri Variabel Anda percaya dengan berzakat, Anda menjadi contoh yang baik bagi orang lain Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin Total rata-rata Nilai komposit 4.5.6.
Loading
Nilai rata-rata
0,80
4,06
0,71
4,32
0,65
4,37 12,75 4,25
FAKTOR 6: MENGHARAPKAN BALASAN Faktor selanjutnya adalah faktor mengharapkan balasan, faktor ini menerangkan karakteristik responden yang mau membayar zakat karena mengharapkan sesuatu setelah mereka membayar zakat, seperti lingkungan yang menyambut baik saat mereka berzakat dan harapan mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat. Faktor ini menerangkan keragaman data sebesar 4,76 persen. Varians kumulatif sampai faktor ini mencapai 65,971 persen. Tabel 16. Faktor mengharapkan balasan Variabel Loading Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda 0,89 berzakat Anda mendapatkan kemudahan 0,56 rezeki setelah membayar zakat Total rata-rata Nilai komposit
Nilai rata-rata 4,23 4,65 8,88 4,44
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
4.5.7.
FAKTOR 7: PUJIAN Pada faktor ini yang mendorong seseorang untuk membayar zakat adalah karena mereka mengharapkan agar disebut dermawan
54
setelah mereka membayar zakat. Jika dilihat dari nilai rata-rata variabelnya, variabel ini adalah faktor yang pengaruhnya paling kecil. Tabel 17. Faktor pujian Variabel Loading Anda senang disebut dermawan setelah berzakat 0,81 Total rata-rata Nilai komposit
Nilai rata-rata 1,79 1,79 1,79
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Setelah mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi seseorang membayar zakat melalui rotated component matrix, langkah selanjutnya adalah mengurutkan ketujuh variabel tersebut berdasarkan faktor yang paling kuat dalam memengaruhi tingkat kepatuhan membayar zakat. Cara mengurutkannya adalah dengan menggunakan nilai komposit. Nilai komposit ini didapatkan dengan membagi nilai total rata-rata dengan jumlah variabel yang terdapat pada masing-masing faktor. Hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 18. Urutan faktor-faktor Urutan 1 2 3 4 5 6 7
Faktor-faktor Faktor Keimanan Faktor Sosial Faktor Balasan Faktor Kepuasan diri Faktor Pemahaman Agama Faktor OPZ Faktor Pujian
Total Rata-rata 23,88 13,44 8,88 12,75
Nilai Komposit 4,78 4,48 4,44 4,25
11,74
3,91
21,44 1,79
3,57 1,79
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Faktor keimanan menempati urutan pertama dalam memengaruhi seseorang untuk membayar zakat, nilai komposit faktor ini adalah yang paling besar diantara keenam faktor lainnya, yaitu sebesar 4,78. Hal ini menunjukkan bahwa alasan terkuat seseorang mau membayar zakat adalah
55
karena didorong oleh keimanannya, ia menyadari pentingnya berzakat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya, ia juga menyadari bahwa perbuatan baiknya (seperti membayar zakat) pasti akan diberi balasan oleh Allah ta’ala. Faktor-faktor lainnya yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat adalah faktor sosial, faktor balasan, faktor kepuasan diri, faktor pemahaman agama, dan faktor organisasi. Faktor pujian tidak termasuk kedalam faktor yang memengaruhi kepatuhan membayar zakat, karena faktor ini memiliki nilai komposit yang rendah. Seseorang yang membayar zakat menyadari bahwa tujuan mereka membayar zakat adalah untuk mencari ridho Allah bukan untuk mencari pujian dari manusia, atau agar disebut sebagai orang yang dermawan. Dari hasil penelitian ini, diketahui sejumlah faktor yang membuat seseorang mau untuk membayar zakat, faktor-faktor tersebut adalah faktor keagamaan seperti iman, pemahaman agama, dan balasan, lalu ada juga faktor-faktor lainnya seperti kepedulian sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Hal meningkatkan
ini
sekaligus
penerimaan
memberikan
zakat,
tidak
arahan
hanya
bahwa
untuk
menekankan
aspek
keagamaan, tetapi ikut memerhatikan aspek sosial, kepuasan diri, dan organisasi. Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muda, et al. (2006). 4.6. ALASAN INDIVIDU MEMBAYAR ZAKAT DI ORGANISASI ZAKAT ATAU MUSTAHIQ Dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden, terdapat pertanyaan tentang alasan-alasan yang melatarbelakangi seseorang dalam memilih tempat membayar zakat. Variabel-variabel alasan itu adalah sebagai berikut: transparansi, profesionalitas, akses, ketersediaan informasi, kenyamanan, kemudahan, lingkungan, kepuasan, dan fatwa kyai setempat. Tabel berikut menggambarkan alasan seseorang dalam memilih tempat membayar zakat dan pandangan mereka terhadap organisasi zakat:
56
Tabel 19. Alasan seseorang membayar zakat di organisasi dan mustahiq No Variabel 1 2 3 4 5 6 7
Akses Ketersediaan Informasi Kenyamanan Kemudahan Lingkungan Kepuasan Fatwa Kyai Setempat
Tempat Zakat (%) OPZ 50% 48% 50% 77% 56% 46% 21%
Mustahiq 37% 48% 52% 71% 54% 67% 23%
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Dari 100 responden yang diberikan kuesioner, tercatat yang membayar zakat di organisasi zakat ada sebanyak 48 responden, sedangkan yang membayar langsung ke penerima zakat ada sebanyak 52 orang. Variabel yang memiliki persentase tertinggi pada kolom OPZ adalah variabel kemudahan. Sebanyak 77 persen responden memilih variabel ini sebagai alasan mereka membayar zakat di OPZ. Alasan seorang wajib zakat membayar zakat langsung ke penerima zakat diantaranya adalah faktor kepuasan, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat merasa lebih puas jika dibandingkan dengan responden yang membayar zakat di organisasi zakat, hal ini dilihat dari nilai persentase kepuasan yang lebih besar pada kolom mustahiq (67 persen) daripada kolom organisasi zakat (46 persen). Persentase alasan yang terendah untuk kedua kolom (OPZ dan mustahiq) ditunjukkan oleh variabel fatwa kyai setempat. Nilai variabel ini pada kolom organisasi adalah sebesar 21 persen, sedangkan pada kolom mustahiq adalah sebesar 23 persen. Hal ini menunjukkan variabel ini tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan preferensi seseorang dalam memilih tempat membayar zakat.
57
Tabel 20. Persepsi wajib zakat profesionalitas OPZ No Variabel 1 2
Transparansi OPZ Profesionalitas OPZ
terhadap
transparansi
dan
Tempat Wajib Zakat Membayar Zakat OPZ 63% 56%
Langsung ke Penerima Zakat 23% 15%
Sumber: Data primer, 2011 (diolah)
Tabel
diatas menggambarkan
persepsi
wajib zakat
terhadap
transparansi dan profesionalitas OPZ. Wajib zakat yang menjadi responden terbagi menjadi dua, yaitu wajib zakat yang membayar zakat ke OPZ dan wajib zakat yang membayar zakat langsung ke penerima zakat. Dari tabel 20. dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan persepsi yang besar dari kedua wajib zakat tersebut terhadap OPZ. Pada kolom wajib zakat yang membayar zakat di OPZ, banyak yang menilai bahwa OPZ sudah bekerja secara transparan dan profesional, hal ini diketahui dari nilai persentase yang tinggi yaitu lebih dari 50 persen. Sedangkan pada kolom wajib zakat yang membayar zakat langsung ke penerima zakat, hanya sedikit yang menilai OPZ telah bekerja secara transparan dan profesional. Hal ini ditandai dengan kecilnya nilai persentase transparansi dan profesionalitas OPZ pada kolom tersebut. Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja OPZ ikut memengaruhi wajib zakat dalam memilih tempat membayar zakat. Semakin baik kinerja OPZ maka akan semakin banyak wajib zakat yang membayar zakat melalui OPZ.
58
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang dominan memengaruhi kepatuhan membayar zakat adalah semua faktor tersebut kecuali faktor pujian. 2. Diantara sebab wajib zakat memilih membayar zakat di OPZ adalah karena OPZ bersifat transparan, profesional, memberi kemudahan dalam berzakat, dan pelayanannya memuaskan. Hal ini dilihat dari penilaian yang tinggi dari orang-orang yang membayar zakat di OPZ terhadap alasan-alasan tersebut 3. Individu yang membayar langsung ke penerima zakat memiliki penilaian yang kurang baik terhadap organisasi zakat, hanya 23 persen yang menilai organisasi zakat bersifat transparan, dan hanya 15 persen yang menilai organisasi zakat profesional. Selain itu, mereka mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan membayar zakat di OPZ. 4. Diantara hal-hal yang memengaruhi responden dalam memilih tempat membayar zakat adalah adanya kemudahan dari OPZ, baiknya kinerja OPZ yang dicerminkan oleh transparansi dan profesionalitas, dan sosialisasi dari OPZ.
5.2. SARAN Dalam upaya meningkatkan penyerapan dana zakat, ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah, organisasi zakat, masyarakat, dan ustadz-ustadz atau guru agama, kegiatan yang dapat dilakukan berupa: 1. Meningkatkan keimanan bagi masyarakat, karena faktor ini sangat memengaruhi seseorang dalam membayar zakat. 2. Untuk meningkatkan keimanan, dapat dilakukan kajian-kajian keislaman, dan
menyelenggarakannya
dengan
rutin.
Sehingga
masyarakat perihal agama Islam dapat meningkat.
pemahaman
59
3. Bagi organisasi zakat, khususnya BAZ Kabupaten Bogor agar melakukan kerjasama dengan DKM-DKM yang potensial menyerap zakat, karena banyak wajib zakat yang membayar zakat melalui mesjid di sekitar tempat mereka. 4. Membuat OPZ-OPZ di daerah yang potensial dalam penyerapan zakat. 5. BAZ bersama
pemerintah melakukan sosialisasi tentang zakat.
Sosialisasi zakat dapat dilakukan melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Dari hasil studi lapangan ditemukan banyak masyarakat yang kurang memahami tentang kewajiban zakat. 6. Membuat layanan jemput zakat dan sistem pembayaran online, hal ini untuk mempermudah wajib zakat dalam melakukan pembayaran zakat, terutama bagi mereka yang sibuk bekerja. 7. BAZ memperbaiki sistem informasi di media elektronik (seperti internet), karena informasi yang terdapat di dalamnya tidak aktual. Kemudian di situsnya dapat ditampilkan laporan dana zakat, sehingga menjadi lebih transparan. 8. Amil zakat pada masa kini memerlukan pengurus yang mempunyai ilmuilmu seperti manajemen, keusahawanan, teknologi dan sebagainya. Karena hal ini dapat meningkatkan profesionalisme pengurus zakat, meningkatkan
keyakinan
pembayar
meningkatkan lagi dana zakat.
zakat,
dan
akhirnya
akan
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. H. Wahid, dan R. A. Kader. 2009. Pengagihan Zakat Oleh Institusi Zakat di Malaysia: Mengapa Masyarakat Islam Tidak Berpuas Hati?. Jurnal Syariah, 17: 89-112. Ahmad, S. H. Wahid, dan A. Mohamad. 2005. Penswastaan Zakat dan Kesannya Terhadap Pembayaran Secara Formal di Malaysia. Kumpulan Kajian Ekonomi & Kewangan Islam Pusat Pengajian Ekonomi, UKM. Ahmed, H. 2004. Zakah, Macroeconomic Policies, and Poverty Alleviation: Lessons from Simulations on Bangladesh. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, 81-105. Aziz, A. B. A. 2009. Kitab Zakat. Ummu Abdillah [penerjemah]. [e-book] Maktabah Raudhah al-Muhibbin. http://www.raudhatulmuhibbin.org/2009/08/z-k-t.html. [31 Mar 2010]. Aziz, A. B. A., dan M. B. Sholeh. 2008. Dua Makalah Seputar Zakat. Abu Ziyad [editor]. [e-book] Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. http://www.islamhouse.com/p/186067. [11 Jul 2011]. Badan Amil Zakat Kabupaten Bogor. 2006. “Laporan Tahunan Penerimaan dan Pemanfaatan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Tahun 2006”. _______________________________. 2007. “Laporan Tahunan Penerimaan dan Pemanfaatan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Tahun 2007”. _______________________________. 2008. “Laporan Tahunan Penerimaan dan Pemanfaatan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Tahun 2008”. _______________________________. 2009. “Laporan Tahunan Penerimaan dan Pemanfaatan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Tahun 2009”. _______________________________. 2010. “Laporan Tahunan Penerimaan dan Pemanfaatan Dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah Tahun 2010”. Diskominfo, 2011. Profil Kabupaten Bogor. Diskominfo. Kabupaten Bogor. Enas, A. Rusyana, dan Riduwan. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Alfabeta, Bandung. Firdaus, M., dan I. S. Beik. 26 Mei 2011. “Potensi Zakat Rumah Tangga Nasional”. Republika: 23.
61
Hafidhuddin, D. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Gema Insani, Jakarta. Katsir, I. 2009. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Sirojuddin Abbas [penerjemah]. Pustaka Ibnu Katsir, Bogor. Ibrahim, P. 2008. Pembangunan Ekonomi Melalui Agihan Zakat: Tinjauan Empirikal. Jurnal Syariah, 16: 223-244. Jaelani, A. 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Social Marketing Lembaga Amil Zakat (LAZ) Terhadap Keputusan Berzakat Muzakki (Studi Kasus Rumah Zakat Indonesia) [tesis]. Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia. Juanda, B., dan A. Hardjanto. 26 Mei 2011. “Potensi Zakat Perusahaan”. Republika: 24. Kahf, M. 1987. “The Principle of Socio-Economic Justice in The Contemporary Fiqh of Zakah”. Miftah, A. A. 2008. “Pembaharuan Zakat untuk Pengentasan Kemiskinan di Indonesia”. Innovatio, 7: 423-439. Muda, M., A. Marzuki, dan A. Shaharudin. 2006. Factors Influencing Individual Participation In Zakat Contribution: Exploratory Investigation. Kertas kerja pada Seminar for Islamic Banking and Finance 2006, Agustus 2006, Kuala Lumpur. Rudhiyoko, B. 2009. Analisis Beberapa Faktor yang Memengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq, Shodaqoh pada Lembaga ZIS Al-Ihsan dan Solo Peduli di Surakarta [skripsi]. Surakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah. Saad, R. A., K. M. Idris, dan Z. Bidin. 2009. Peraturan Pembayaran Zakat Kepada Institusi Zakat: Sikap Peniaga dan Kesannya Terhadap Gelagat Pembayaran Zakat Perniagaan. Jurnal Syariah, 17: 607-630. Sabiq, S. 1990. Fikih Sunnah. Mahyudin Syaf [penerjemah]. PT. Al-Ma’arif, Bandung. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat. Elex Media Komputindo, Jakarta. Shalihati, F. 2010. Analisis Persepsi Dan Sikap Muzzaki Terhadap Badan Amil Zakat Nasional Di Kota Jakarta [tesis]. Bogor: Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
62
Sholeh, M. B. 2009. Fatwa Tentang Zakat Perusahaan. Muhammad Iqbal Ghazali [penerjemah]. [e-book] Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. http://www.islamhouse.com/p/207673. [6 Jul 2011]. Syamhudi, K. 2010. Syarat Wajib dan Cara Mengeluarkan Zakat Mal. http://almanhaj.or.id/content/2805/slash/0. [13 Jun 2011]. Tuasikal, M. A. 2010. Syarat-Syarat Zakat. http://www.rumaysho.com/hukumislam/zakat/3133-syarat-syarat-zakat.html. [13 Jun 2011]. Wiryanitri, A. 2005. Peranan Badan Amil Zakat Sebagai Pengelola Zakat Dalam Upaya Mengubah Status Mustahik Menjadi Muzakki Menurut UndangUndang Nomor 38 Tahun 1999 (Studi Pada Badan Amil Zakat Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah) [tesis]. Semarang: Program Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. No Tanggal
Kuesioner penelitian
: ……………………… ( diisi peneliti ) : ……………………… ( diisi peneliti )
Keterangan: STS: Sangat Tidak Setuju CS : Cukup Setuju SS : Sangat Setuju
TS S
: Tidak Setuju : Setuju
I. 1. 2.
Identitas Responden Nama : .................................................................... Alamat : .................................................................... Kelurahan: ............................. Kecamatan: ............................... 3. No telp : ................................................................... 4. Usia : ......................... tahun 5. Status : ( ) menikah ( ) belum menikah ( ) janda / duda 6. Jumlah Tanggungan: ................... orang 7. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) perempuan 8. Pendidikan : ( ) SD ( ) SMA ( ) S2 ( ) SMP ( ) S1 ( ) S3 9. Pekerjaan : ( ) Petani ( ) karyawan BUMN ( ) Karyawan Swasta ( ) Pedagang ( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) lainnya, ......................... 10. Pendapatan : ................................................................. Jenis Pendapatan per bulan ( Rp) Gaji Hasil jualan/dagang Komisi Upah Sumber Pendapatan Per bulan ( Rp) Tanah yang disewakan Rumah yang disewakan Peralatan yang Total 11. Apakah Anda menyisihkan sebagian dari pendapatan Anda untuk ditabung? ( ) Ya ( ) Tidak
65
Lanjutan lampiran 1. Jika Ya, berapa rata-rata jumlah yang Anda tabung?(sebutkan) ............................. 12. Aset yang dimiliki: ( ) Rumah ( ) Mobil ( ) Motor ( ) lainnya, ......... 13. Pengeluaran Jenis Pengeluaran per bulan ( Rp) Konsumsi: - Makanan - Non makanan (pulsa, rokok, bensin, listrik, air) Pendidikan Kesehatan Lainnya, (..................................................) Total 14. Dimana Anda menabung ? ( ) bank konvensional ( ) bank syariah ( ) keduanya ( ) lainnya,........ 15. Apakah Anda membayar zakat ? ( ) Ya ( ) Tidak 16. Apakah Anda rutin berinfak ? ( ) Ya ( ) Tidak 17. Periode Anda berinfak ? ( ) per hari ( ) per minggu ( ) per bulan ( ) lainnya,........ II. Pembayaran Zakat 18.Periode Anda membayar zakat? ( ) per bulan ( ) per tahun ( ) lainnya, ...................... Alasan mengeluarkan zakat, silahkan isi tabel di bawah ini: STS TS CS S SS Iman Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam 19 satu hari Shalat fardhu berjamaah 3 kali sehari di 20 masjid 21 Menurut Anda zakat itu wajib Anda mampu menghitung zakatnya 22 sendiri 23 Anda rutin membaca buku-buku agama 24 Anda rutin hadir di majelis ilmu Anda percaya dengan semua balasan atas 25 perbuatan Anda.
66
Lanjutan lampiran 1.
26 27 28
29
30 31 32 33
34 35 36
Penghargaan Anda mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda berzakat Anda senang disebut dermawan setelah berzakat Altruism Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak Anda senang membantu fakir/ miskin Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak Kepuasan Diri Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin Anda menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta Anda Anda percaya dengan berzakat, Anda menjadi contoh yang baik bagi orang lain
STS
TS
CS
S
SS
STS
TS
CS
S
SS
STS
TS
CS
S
SS
Organisasi 37. Apakah di sekitar tempat tinggal Ada terdapat lembaga pengumpul zakat ? ( ) Ya ( ) Tidak 38. Bagaimana Anda membayar zakat ? (boleh memilih lebih dari satu) ( ) Lembaga Amil Formal (1) ( ) Lembaga Amil Informal (2) ( ) Langsung kepada Mustahiq (3) Alasan cara membayar zakat , beri tanda ceklis (√) Alasan 1 2 3 Transparansi Profesionalitas Akses Keteresediaan Informasi
67
Lanjutan lampiran 1. Alasan (lanjutan) Kenyamanan Kemudahan Lingkungan Kepuasan Fatwa kyai setempat Lainnya (....................)
1
2
3
STS TS 39 40 41
42 43 44 45
CS
S
Lembaga amil zakat bekerja secara profesional Lembaga amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di lembaga amil zakat Layanan di lembaga amil zakat memuaskan Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat Bagaimana dengan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat Anda bekerja
46. Fasilitas yang perlu disediakan oleh Lembaga Amil Formal: ( ) Layanan Jemput Zakat ( ) Faslitas Pembayaran On-line ( ) Lainnya, ............................ ~ Terima kasih atas kesediaan bapak / ibu / saudara (i) ~
SS
68
Lampiran 2.
Output analisis faktor
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Approx. Chi-Square Sphericity df Sig.
.777 1243.111 300 6.734E-115
Communalities Initial Extraction Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari Shalat fardhu berjamaah 3 kali sehari di masjid Menurut Anda zakat itu wajib Anda mampu menghitung zakatnya sendiri Anda rutin membaca buku-buku agama Anda rutin hadir di majelis ilmu Anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan Anda. Anda mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda berzakat Anda senang disebut dermawan setelah berzakat Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak Anda senang membantu fakir/ miskin Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin
1.000
.723
1.000
.616
1.000
.691
1.000
.579
1.000 1.000
.754 .718
1.000
.675
1.000
.691
1.000
.831
1.000
.751
1.000
.660
1.000
.681
1.000
.695
1.000
.746
1.000
.810
1.000
.715
69
Lanjutan lampiran 2. Communalities (lanjutan) Initial Extraction Anda menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta Anda Anda percaya dengan berzakat, Anda menjadi contoh yang baik bagi orang lain Lembaga amil zakat bekerja secara profesional Lembaga amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di lembaga amil zakat Layanan di lembaga amil zakat memuaskan Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat Bagaimana dengan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat Anda bekerja
1.000
.652
1.000
.687
1.000
.843
1.000
.659
1.000
.753
1.000
.816
1.000
.605
1.000
.710
1.000
.437
70
Lanjutan lampiran 2.
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Total 6.039 4.443 1.972 1.569 1.279 1.190 1.005 .927 .770 .735 .615 .537 .506 .465 .464 .411 .354 .325 .275 .254 .234 .212 .174 .145 .098
Total Variance Explained Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 24.155 24.155 6.039 24.155 24.155 17.773 41.928 4.443 17.773 41.928 7.890 49.818 1.972 7.890 49.818 6.277 56.095 1.569 6.277 56.095 5.117 61.212 1.279 5.117 61.212 4.760 65.971 1.190 4.760 65.971 4.019 69.990 1.005 4.019 69.990 3.707 73.698 3.080 76.778 2.939 79.717 2.461 82.179 2.149 84.328 2.024 86.352 1.860 88.213 1.856 90.069 1.643 91.712 1.415 93.128 1.299 94.427 1.100 95.527 1.017 96.544 .937 97.481 .850 98.330 .698 99.028 .582 99.610 .390 100.000
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 4.581 18.322 18.322 3.035 12.142 30.464 2.709 10.837 41.301 2.485 9.941 51.243 1.972 7.888 59.131 1.486 5.943 65.074 1.229 4.917 69.990
71
Lanjutan lampiran 2.
Rotated Component Matrixa Component 1 Anda selalu shalat fardhu 5 kali dalam satu hari Shalat fardhu berjamaah 3 kali sehari di masjid Menurut Anda zakat itu wajib Anda mampu menghitung zakatnya sendiri Anda rutin membaca buku-buku agama Anda rutin hadir di majelis ilmu Anda percaya dengan semua balasan atas perbuatan Anda. Anda mendapatkan kemudahan rezeki setelah membayar zakat Lingkungan sekitar Anda menyambut baik saat anda berzakat Anda senang disebut dermawan setelah berzakat Anda merasa iba ketika melihat fakir/miskin Dengan berzakat atau infak berarti Anda telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah Anda merasa harta Anda bersih setelah berzakat dan berinfak Anda senang membantu fakir/ miskin Anda merasa bersalah saat tidak membayar zakat atau infak Anda senang dapat meningkatkan kondisi ekonomi fakir/miskin Anda menyadari bahwa ada hak orang lain dalam harta Anda Anda percaya dengan berzakat, Anda menjadi contoh yang baik bagi orang lain Lembaga amil zakat bekerja secara profesional Lembaga amil zakat transparan dalam hal laporan keuangan Anda merasa nyaman dengan membayar zakat di lembaga amil zakat Layanan di lembaga amil zakat memuaskan Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi melalui media massa, media elektronik Lembaga amil zakat melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat Bagaimana dengan pemotongan gaji secara langsung untuk zakat dari institusi tempat Anda bekerja
2 .713
3
4
5
6
7
.669 .769 .810 .792 .653 .507
.559 .888 .806 .652
.672 .706 .750 .853 .579 .660 .803 .893 .765 .850 .895 .762 .825