ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT.UNITEX TBK BOGOR)
OLEH RIA AGUSTINA H24052360
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Ria Agustina. H24052360. Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT. Unitex Tbk, Bogor). Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Perkembangan tekstil di Indonesia mengalami penurunan, diawali dengan guncangan moneter pada tahun 1997 yang berlanjut dengan stagflasi atau resesi yang diikuti oleh tingkat inflasi yang tinggi. Kondisi perekonomian Indonesia yang cenderung turun tersebut dialami oleh PT. Unitex Tbk Bogor yang terkena imbas. Dalam tiga tahun terakhir piutang perusahaan cenderung meningkat sehingga dapat mempengaruhi cash flow perusahaan. Menurut metode cash conversion cycle, piutang yang tidak diikuti dengan kegiatan penagihan yang baik akan menghambat cash flow perusahaaan untuk membeli persediaan dan mempertahankan kegiatan operasional yang berakibat pada likuiditas. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang khususnya pada PT. Unitex, (2) menganalisis kinerja manajemen piutang PT. Unitex, (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Unitex dan (4) mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang PT. Unitex. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di PT. Unitex Tbk Bogor. Pengumpulan data untuk keperluan penelitian pada bulan Februari – April 2009, mencakup data tahun 2005-2007. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, laporan data klien perusahaan, dan data penunjang. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak manajemen PT. Unitex Tbk Bogor. Pengolahan data bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian digunakan untuk : (1) Analisis 5C, Analisis Rasio Keuangan, Analisis Horisontal dan Analisis Vertikal, Analisis Investasi Piutang yaitu untuk menganalisis kinerja piutang PT. Unitex Tbk Bogor, (2) Analisis Deskripsi Faktor-Faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, (3) Analisis Umur Piutang setiap klien untuk keefektifan pengelolaan manajemen piutang. Hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang pada PT. Unitex kurang baik. Hal ini tergambarkan pada hasil analisis rasio keuangan: rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid karena perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban lancar. Sedangkan untuk rasio penagihan piutang selama 50-75 hari sudah baik jika diasumsi waktu pembayaran pelanggan selama 30-90 hari yang telah ditetapkan oleh perusahaan, analisis horizontal dan vertikal yang mengalami penurunan. Jika dilihat dari kondisi setiap pelanggan yang ada di PT. Unitex, sebagian besar pelanggan melakukan pembayaran secara tepat waktu sesuai dengan jatuh tempo yang disepakati, keterlambatan pembayaran yang terjadi hanya pada beberapa pelanggan saja dan keterlambatan ini terkadang disebabkan adanya kerusakan yang terjadi pada produk sehingga pelanggan akan mengeluarkan surat klaim kepada PT. Unitex. Sedangkan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi, faktor yang paling berpengaruh adalah penjualan kredit, karena semakin tinggi penjualan kredit maka akan semakin banyak jumlah piutang. Dari hasil penelitian maka dirumuskan beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf officer, sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan segera mengirimkan surat klaim pada PT. Unitex dan perusahaan sebaiknya menerapkan analisis 5C.
ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT. UNITEX, TBK BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RIA AGUSTINA H24052360
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS EFEKTIVITAS MANAJEMEN PIUTANG (STUDI KASUS PT. UNITEX, TBK BOGOR) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh RIA AGUSTINA H24052360
Menyetujui, Mei 2009
Farida Ratna Dewi, SE. MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc. Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ria Agustina lahir di Bogor pada tanggal 29 Agustus 1987 dari pasangan Bapak Suparlan dan Ibu Supriyati Ningsih. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan jenjang sekolah dasar pada tahun 1992 di TK Negeri Mexindo Bogor, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Bangka IV Bogor. Pada Tahun 1999 Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 3 Bogor dan melanjutkan pendidikan menengah umum di SMU PGRI 1 Bogor dan masuk program IPA pada Tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama dan Pada tahun 2006 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengajar kumulasi akuntansi biaya yang diselenggarakan oleh Direktorat Finance Centre Of Management (Com@) tahun ajaran 2007/2008. Pada tahun 2007, penulis pernah mengikuti PKMI dalam bidang Humaniora dan lolos sebagai peserta yang didanai. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai staff Direktorat Produksi dan Operasi Centre Of Management (Com@) periode 20062008 serta aktif mengikuti kepanitiaan mahasiswa pada acara MPD, MPF, dan Seminar Kemahasiswaan. Kemudian penulis pernah ikut dalam kegiatan survei dalam
program penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan oleh
BAPPEDA kota Depok.
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah SWT sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT. Unitex Tbk, Bogor)”. Judul ini dipilih penulis karena rasa ketertarikan terhadap proses piutang sebuah perusahaan. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam skripsi ini, namun penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Serta segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis terutama kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 2. Ibu Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran maupun kritik ibu merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Sukoco, Mba Dara, Ibu Dedeh dan seluruh staff officer PT. Unitex yang telah memberikan informasi dalam skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Kedua orang tua penulis, yaitu ayah Suparlan (ALM) dan ibu Supriyati Ningsih, kakak (Suhartanto dan Sutriyono) dan adik (Sonny Supriyadi dan Ragil Prasetyo) tercinta penulis, serta keluarga besar Marimin dan keluarga
vi
6. besar Sanrusdi yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi, dukungan, doa dan motivasi selama ini. 7. Teman-teman satu tempat penelitian trio unitex yaitu Puti dan Mba Wulan yang sudah mau membantu ketika penelitian. 8. Temen-temen satu bimbingan yaitu Diah Rismayanti, Andri Yuhan Cahyana, dan Dedeh yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling memberikan semangat. 9. Sahabat ku Novi NS dan Fany yang selalu memberikan semangat dan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman ku Sandy, Tedi, Boy, Iswi, Tray, Maya, Phei, Heni, Irsam, Wibi, Iqbal, Momon, Galih, Eko, Uti, Oci, Ita yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis. 11. Teman ku Yani Suryani Stastistik 42 yang telah membantu penulis dalam pengolahan data penelitian. 12. Rekan-rekan manajemen 42 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.
Bogor,
Mei 2009
RIA AGUSTINA H24052360
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP............................................................................... iv KATA PENGANTAR..........................................................................
v
DAFTAR ISI.......................................................................................... vii
I.
DAFTAR TABEL ................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………
xi
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
II.
1 4 4 5 5
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7 2.1. Efektivitas ...................................................................................... 7 2.2. Piutang ........................................................................................... 8 2.3. Manajemen Piutang ........................................................................ 9 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ....................... 9 2.5. Kebijakan Pemberian Piutang ........................................................... 11 2.6. Penelitian Terdahulu .......................................................................14
III.
METODE PENELITIAN ...................................................................15 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................15 3.2. Lokasi Penelitian ............................................................................17 3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................17 3.4. Pengumpulan dan Analisis Data .....................................................17 3.4.1 Analisis Penilaian Kinerja Piutang ............................................18
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................23 4.1. Gambaran Umum PT. UNITEX. .....................................................23 4.1.1. Sejarah PT. UNITEX ...........................................................23 4.1.2. Visi Dan Misi PT. UNITEX ..................................................24 4.1.3. Struktur Organisasi PT. UNITEX ..........................................25 4.1.4. Sumber Daya Manusia ..........................................................26 4.1.5. Kegiatan PT. UNITEX ..........................................................28 4.2. Identifikasi Praktek Manajemen Piutang .........................................30 4.2.1. Proses Terjadinya Piutang PT. UNITEX ...............................30 4.2.2. Pengelolaan Manajemen Piutang PT. UNITEX .....................30
viii
4.2.3. Kebijakan Piutang PT. UNITEX ...........................................32 4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Piutang PT. UNITEX .............33 4.4. Kondisi Piutang Usaha Setiap Pelanggan PT. UNITEX ...................34 4.5. Analisis Kinerja Piutang PT. UNITEX ............................................45 4.5.1. Penilaian Kualitas Pelanggan Dengan Analisis 5C ................45 4.5.2. Analisis Rasio .......................................................................45 4.5.2.1. Rasio Likuiditas .........................................................45 4.5.2.2. Rasio Aktivitas ..........................................................46 4.5.2.3. Rasio Solvabilitas ......................................................49 4.5.3. Analisis Struktural (Vertikal) Dan Analisis Perkembangan (Horizontal) PT. UNITEX .............................50 4.5.4. Analisis Investasi Piutang .....................................................52 4.6. Keefektifan Pengelolaan Piutang .....................................................53 4.7. Implikasi Manajerial .......................................................................54 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................56 1. Kesimpulan ..................................................................................56 2. Saran ...........................................................................................57 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................59 LAMPIRAN ....................................................................................................60
ix
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Komposisi Karyawan......................................................................... 2. Piutang PT. Dayani Garment Indonesia............................................ 3. Piutang PT. Bengawan Solo Garment.............................................. 4. Piutang PT. Prima Jaya Pantes Garment......................................... 5. Piutang PT. Sinar Budi Intraco........................................................ 6. Piutang PT .Dewshirst Menswear.................................................... 7. Rasio Likuiditas tahun 2005-2007...................................................... 8. Rasio Perputaran Piutang tahun 2005-2007....................................... 9. Rasio Periode Penagihan Rata-rata Piutang tahun 2005-2007............ 10.Rasio Solvabiltas Tahun 2005-2007..................................................... 12.Analisis Perkembangan (Horizontal) Laporan Laba/ rugi Tahun 2005-2007 PT. Unitex ............................................................... 13.Analisis Perkembangan (Horizontal) Laporan Neraca Tahun 2005-2007 PT. Unitex................................................................. 14.Analisis Struktural (Vertikal) Laporan Laba/Rugi Tahun 2005-2007 PT. Unitex................................................................ 15.Analisis Struktural (Vertikal) Laporan Neraca Tahun 2005-2007 PT. Unitex................................................................ 16.Analisis Investasi Piutang.....................................................................
27 36 38 40 42 44 46 47 48 49 50 50 51 52 53
x
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Rantai Perputaran Modal Kerja............................................................ 2. Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................ 3. Logo PT. Unitex.................................................................................... 4. Struktur Organisasi................................................................................ 5. Rasio Likuiditas Tahun 2005-2007........................................................ 6. Rasio Perputaran Piutang Tahun 2005-2007.......................................... 7. Rasio Periode Penagihan Rata-rata Piutang Tahun 2005-2007.............. 8. Rasio Solvabilitas Tahun 2005-2007......................................................
9 16 25 26 46 47 48 49
xi
DAFTAR LAMPIRAN No 1. Struktur Organisasi PT. Unitex........................................................... 2. Laporan Neraca PT. Unitex Periode Tahun 2005-2007 .................... 3. Laporan Laba Rugi PT. Unitex Tahun 2005-2007 ........................... 4. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Neraca PT. Unitex .............................................................. 5. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Laba/ Rugi PT. Unitex ......................................................... 6. Analisis Trend (Horizontal) Laporan Laba/ Rugi PT. Unitex ........... 7. Analisis Trend (Horizontal) Laporan Neraca PT. Unitex ..................
Halaman 61 62 63 64 65 66 67
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil di Indonesia mengalami penurunan, diawali dengan guncangan moneter pada tahun 1997 yang berlanjut dengan stagflasi atau resesi yang diikuti oleh tingkat inflasi yang tinggi. Indikator tersebut menunjukkan bahwa selama krisis ekonomi melanda Indonesia terjadi suatu perubahan yang tajam seperti tingkat inflasi sebesar 11,05% pada saat tahun 1997 kemudian menjadi 77,63% pada tahun 1998 yang merupakan puncak krisis ekonomi di Indonesia, hal ini disebabkan pada tahun 1998 harga-harga kebutuhan pokok yang sangat mahal maka kemampuan daya beli masyarakat untuk produk tekstil menjadi menurun dan perusahaan tekstil pun mengalami penurunan pendapatan yang cukup drastis. Industri tekstil merupakan dasar dari perkembangan industri-industri di Indonesia. Pada tahun 1953 industri tekstil menampakkan perkembangan yang berarti dengan diproduksinya kemeja untuk pasaran dalam negeri. Adapun industri pertekstilan yang relatif baru di Indonesia adalah industri serat sintesis, pemintalan dan pakaian jadi. Sektor ini mulai berkembang pesat sejak awal 1970 dan pada tahun 1980 Indonesia sudah melakukan kegiatan ekspor tekstil dan pakaian jadi dalam jumlah yang banyak. Sejak turunnya harga migas, industri tekstil telah berperan sebagai ujung tombak penghasil devisa (Malul, 2008). Pada tahun 2006 Indonesia memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang pertekstilan, jumlah industri tekstil Indonesia mencapai 2.699 perusahaan dengan total investasi Rp 135,7 triliun. Jumlah ini hanya mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 2.656 perusahaan. Lokasi industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) tersebar dibeberapa tempat seperti di Jawa Barat (57 persen), Jawa Tengah (14 persen), Jakarta (17 persen), dan sisanya di Jawa Timur, Bali, Sumatera dan Yogyakarta. Pada 2006 total kapasitas produksi mencapai 6,1 juta ton dengan utilitas 69,8 persen. Kapasitas produksi tersebut terdiri dari industri pemintalan 2,4 juta ton, industri pertenunan, perajutan, pencelupan dan finishing 1,8 juta ton, industri garmen 754 ribu ton dan tekstil lainnya 101 ribu ton. Kapasitas produksi ini mengalami kenaikan sebesar
2
1,7 juta ton dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,86 juta ton (Miranti, 2007). Kondisi ini mengindikasikan industri tekstil sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian suatu negara dan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan negara. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki perusahaan tekstil terbanyak, hal ini dapat dilihat pada 2006 industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,7 persen terhadap total ekspor nasional, 20,2 persen terhadap surplus perdagangan nasional, dan 3,8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sementara daya serap industri ini terhadap tenaga kerja mencapai 1,84 juta tenaga kerja. Namun industri tekstil ini memiliki permasalahan yaitu usia mesin-mesin yang sudah sangat tua, menurut catatan Departemen Perindustrian dari seluruh mesin TPT yang ada (8,38 juta unit mesin pada 2006) sekitar 80 persen diantaranya telah berusia diatas 20 tahun. Ini menyebabkan produktivitas menurun hingga 50 persen sedangkan untuk industri pemintalan jumlah mesin yang berusia diatas 20 tahun mencapai 64 persen (5.025.287 mata pintal dari 7.803.241 mata pintal). Di industri pertenunan jumlahnya mencapai 82,1 persen (204.393 ribu alat tenun mesin dibanding 248.957 unit), perajutan 84%, finishing 93% dan pakaian jadi atau garmen 78%. Dengan kondisi mesin-mesin yang sudah sangat tua tersebut, produktivitas industri TPT Indonesia diperkirakan menurun hingga 50 persen. Selain itu permasalahan lainnya adalah maraknya tekstil impor illegal yang masuk ke pasar domestik terutama dari cina dan biaya energi yang mahal merupakan permasalahan lain yang cukup mengganggu daya saing produk tekstil Indonesia. Pada 2005 biaya listrik yang dikeluarkan industri TPT Indonesia mencapai US$ 0.08 (8 cent/kwh tertinggi dibanding negara lain yang hanya sebesar 7,6 cent/kwh di China, 7 cent/kwh di Vietnam, 6,6 cent/kwh di Pakistan, dan 3 cent/kwh di Bangladesh dan Mesir) dan kebutuhan listrik belum mampu dipenuhi secara optimal oleh PLN. Melihat permasalahan yang dihadapi industri tekstil di Indonesia yang seperti itu, dapat mengakibatkan cash flow perusahaan mengalami perubahan dan kinerja perusahaan menurun. Kinerja perusahaan yang menurun tersebut akan mengakibatkan pada daya saing yang lemah, dengan persaingan semakin
3
meningkat maka perusahaan harus membuat suatu strategi agar perusahaan tidak mengalami penurunan yang cukup parah hingga kebangkrutan. Salah satu cara untuk mengatasi situasi tersebut, perusahaan dapat melakukan sistem penjualan secara kredit dengan menetapkan jangka waktu pembayaran utang pelanggan kepada perusahaan. Jangka waktu itu bertujuan agar para kreditur dapat membayar kewajibannya dengan tepat waktu, biasanya perusahaan secara umum memberikan batas waktu pembayaran antara 30 hari hingga 90 hari. Dengan melakukan penjualan secara kredit dapat menarik pelanggan untuk membeli produk tekstil, karena dengan diberikan kelonggaran dalam pembayaran pelanggan dapat mengatur keuangannya dan perusahaan pun dapat menarik pelanggan lebih banyak lagi. Penjualan secara kredit ini pun harus diikuti dengan usaha penagihan utang para kreditur agar perusahaan dapat tetap dapat mempertahankan kegiatan operasional. Namun penjualan kredit ini pun mendatangkan risiko yang cukup tinggi apabila para kreditur tersebut tidak dapat membayar pada waktunya sehingga perusahaan perlu mengelola piutang yang terjadi. Menurut metode cash conversion cycle, piutang yang tidak diikuti dengan kegiatan penagihan yang baik akan menghambat cash flow perusahaaan untuk membeli persediaan dan mempertahankan kegiatan operasional yang berakibat pada likuiditas. Jika peningkatan piutang tidak diikuti dengan usaha penagihan maka akan memperbesar jumlah piutang ragu-ragu pada perusahaan dan semakin besarnya piutang ragu-ragu maka likuiditas yang dimiliki perusahaan cenderung semakin kecil PT. Unitex merupakan salah satu perusahaan patungan Indonesia Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (Fully integrated textile manufacture) yang mengolah bahan baku tekstil terpadu yang diolah menjadi bahan jadi kain. PT. Unitex menetapkan sistem penjualan kredit secara keseluruhan sehingga akan memunculkan sebuah piutang usaha, dimana piutang usaha pada PT. Unitex merupakan komponen penting kedua dalam aktiva lancar sehingga PT. Unitex membutuhkan sebuah menajemen piutang.
4
1.2. Perumusan Masalah Kondisi yang dihadapi PT. Unitex membuktikan bahwa suatu perusahaan memerlukan sebuah strategi bisnis yang tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Persaingan yang dihadapi PT. Unitex adalah adanya persaingan antara para perusahaan tekstil yang ada di Indonesia namun persaingan yang terjadi masih bersifat wajar dan sehat. Dalam mengatasi persaingan tersebut, PT. Unitex melakukan transaksi penjualan produk tekstil secara kredit, dimana PT Unitex memberikan jangka waktu pelunasan piutang selama 30 hari hingga 90 hari. Penjualan kredit ini diikuti dengan usaha penagihan kepada para kreditur agar kondisi keuangan perusahaan tetap terjaga dan penagihan piutang yang dilakukan masih terdapat keterlambatan pelanggan untuk membayar. Piutang setiap para pelanggan akan selalu tercatat dalam laporan keuangan perusahaan untuk setiap bulannya. Strategi bisnis yang dapat dilakukan berupa pengelolaan piutang secara efektif agar bisnis dapat berjalan dengan lancar dan dapat meningkatkan tingkat profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain: 1. Bagaimana gambaran mengenai praktek manajemen piutang pada PT. Unitex? 2. Bagaimana kinerja manajemen piutang PT. Unitex? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Unitex? 4. Bagaimana keefektifan pengelolaan manajemen piutang PT. Unitex? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang khususnya pada PT. Unitex. 2. Menganalisis kinerja manajemen piutang PT. Unitex. 3. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Unitex.
5
4. Mengetahui keefektifan pengelolaan manajemen piutang PT. Unitex. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak yang memerlukannya diantaranya adalah: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam
penetapan
kebijaksanaan,
pertimbangan
dalam
penyusunan perencanaan, dan strategi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang. 2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik yang sama. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
diarahkan
pada
bagaimana
perusahaan
melakukan
pengelolaan piutang perusahaan yang dapat mempengaruhi keefektifan kinerja perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan atau manajemen piutang PT. Unitex, kinerja manajemen piutang PT. Unitex, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian piutang kepada para kreditur sesuai dengan kebijakan piutang perusahaan dan keefektifan pengelolaan piutang perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas Pengertian efektivitas menurut handoko dalam sari widhiyani merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang benar. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas maupun waktu orientasinya pada keluaran yang dihasilkan. Efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat atau derajat pencapaian hasil yang diharapkan, semakin besar hasil yang dicapai maka akan berarti semakin efektif. Efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input-proses-output. Adapun efektivitas kinerja organisasi dalam melakukan pekerjaan, pada hakekatnya para pekerja memerlukan rasa aman, yang mempunyai kaitan dengan 1). Jaminan masa depan, 2). Suasana organisasi yang memberikan kesempatan untuk berkembang, tanpa adanya ancaman-ancaman, 3). Hubungan antara atasan dan bawahan yang manusiawi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa efektivitas kinerja organisasi merupakan susunan dari beberapa orang secara rapi yang menggambarkan seluruh siklus input-proses-output untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Soekarno K dalam Sari Widhiyani efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, pikiran alat dan lain-lain yang telah dikeluarkan atau digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Sedangkan yang dimaksud kinerja adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Namun demikian, efektivitas kinerja organisasi lebih banyak dari jumlah efektivitas individu dan kelompok. Organisasi mampu mendapatkan hasil kinerja untuk lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah hasil kinerja setiap bagiannya. Jadi pengertian efektivitas kinerja organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap individu secara bersama-sama.
7
2.2. Piutang Menurut Niswonger (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian kredit. Menurut Munawir (1995) piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjulan barang dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan aktiva tetap secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif. Menurut Warren (2005) piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. Terdapat klasifikasi piutang sebagai berikut : 1. Piutang usaha merupakan transaksi paling umum yang menciptakan piutang, penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit piutang usaha. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. 2. Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari dan digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. 3. Piutang lain-lainnya biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca, jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih
8
dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Contoh piutang lainnya meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan. 2.3. Manajemen Piutang Pada umumnya perusahaan lebih menyukai transaksi tunai daripada kredit tetapi untuk menghadapi persaingan bisnis, tidak jarang perusahaan melakukan transaksi dalam bentuk kredit, sehingga muncul suatu piutang. Piutang timbul dari penjualan atau transaksi semacam ini biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya, sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger, et,al,1999). Menurut Brigham dan Houston (2001), manajemen piutang dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah harihari rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts, kemungkinan risiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah : a. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet b. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi
9
c. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terikat dalam rekeningrekening piutang yang kurang layak (mereka yang membayar lambat), sehingga rata-rata jangka waktu penagihan menjadi bertambah panjang. Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama dengan kebijaksanaan pengurangan harga oleh perusahaan. Antara kebijaksanaan kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat. Manajemen keuangan dari perusahaan itulah yang menetapkan kebijaksanaan kredit. Menurut Susilo (2004) kebijaksanaan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga variabel utama yaitu: 1. Credit Standard Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit. 2. Credit Terms Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh: perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari. 3. Collection Policies Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang yang tidak membayar hutang atau terlambat membayar hutangnya. 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Piutang Dalam rangka memperbesar volume penjualan, perusahaan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak langsung menambah kas, tetapi menimbulkan piutang dan baru kemudian pada waktu jatuh tempo baru terjadi aliran cash flow. Oleh karena itu piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus-menerus dalam perputaran modal kerja.
Piutang
Kas Inventory
Gambar 1 : Rantai Perputaran Modal Kerja ( Riyanto, 1991)
10
Dalam keadaan normal dan penjualan dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang jauh lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Menurut Bambang Riyanto menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah a. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka semakin besar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besar volume penjualan kredit dari setiap tahun berarti perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang maka semakin besar resiko. b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat ini dapat bersifat ketat atau lunak. Jika perusahaan menetapkan pembayaran ketat berarti perusahaan lebih mementingkan keselamatan kredit daripada profitabilitas. c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan pelanggan. Semakin besar plafond maka semakin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang. d. Kebijakan dalam Mengumpulkan Piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif. e. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan Ada pelanggan yang suka membayar dengan menggunakan cash discount dan ada juga pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Hal ini tergantung dari cara penilaian mereka mana yang lebih menguntungkan dari kedua alternatif tersebut.
11
2.5. Kebijakan Pemberian Piutang Kebijaksanaan pemberian piutang merupakan salah satu alat yang dapat ditempuh dalam usaha untuk mencairkan piutang yang telah jatuh tempo. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk mempercepat pembayaran piutang yang menunggak dan membatasi kerugian-kerugian atas piutang tersebut. Dengan demikian kebijaksanaan penagihan piutang memerlukan sejumlah biaya untuk menagih dan berpengaruh terhadap keuntungan maupun hilangnya hubungan baik terhadap pelanggan. Untuk mencegah hal tersebut dalam pemberian piutang perlu mendapatkan perhatian khusus dari pimpinan perusahaan agar dapat bertambah langganan. Menurut Brigham dan Houston (2001), kebijakan investasi dalam piutang yang diterapkan dalam perusahaan ada tiga tipe yaitu: 1. Kebijakan investasi dalam piutang longgar yaitu suatu kebijakan dimana penjualan kredit digalakkan dengan kebijakan penjualan kredit yang longgar sehingga mengakibatkan tingkat piutang usaha yang tinggi. 2. Kebijakan investasi dalam piutang yang ketat yaitu suatu kebijakan di mana perusahaan berusaha untuk meminimumkan piutang usaha. Dengan meningkatkan syarat kredit, memperpendek periode kredit dan kebijakan penagihan yang ketat. 3. Kebijakan investasi dalam piutang yang moderat yaitu suatu kebijakan piutang di antara kebijakan longgar dan ketat. Menurut Sartono dalam Susilo (2004) untuk menentukan kebijakan kredit yang optimal, manajer keuangan harus mempertimbangkan beberapa variabel yang berkaitan dengan piutang yang meliputi: 1. Standar Kredit Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para pelanggan yang akan diberi kredit dan berapa jumlah yang harus diberikan. Hal ini menyangkut kebiasaan langganan dalam membayar kembali, kemungkinan langganan tidak membayar kredit yang diberikan dan rata-rata jangka waktu pembayaran para langganan. Semakin lama jangka waktu pengumpulan piutang berarti semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga semakin besar.
12
2.
Persyaratan Kredit Persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kondisi tersebut meliputi lama waktu pemberian kredit dan potongan tunai serta persyaratan khusus lainnya. Persyaratan kredit ini dapat mempengaruhi tingkat penjualan, dengan demikian perusahaan perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian kredit atau tidak. Untuk itu perlu pesaing juga diperhatikan perilaku para pesaingnya. Apakah pesaing juga memperpanjang periode pembayaran kembali, jika hal tersebut dilakukan maka besar kemungkinan setiap perusahaan hanya akan mencapai tingkat penjualan yang sama.
3.
Kebijakan Kredit dan Pengumpulan Piutang Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang mencakup beberapa keputusan yaitu: Kualitas account accepted Periode kredit Potongan tunai Persyaratan khusus Tingkat pengeluaran untuk pengumpulan piutang Menurut Barlian dan Sundjaja (2003) terdapat lima dimensi utama untuk
menganalisis pemohon kredit yaitu: 1.
Karakter Meneliti dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar.
2.
Kemampuan Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam meraih penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya.
13
3. Kapital Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital atau modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan kapital. 4. Kolateral Mengukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai kolateral atas kredit. 5. Kondisi Memperhatikan
kondisi
perekonomian
pada
umumnya
serta
kecenderungan perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan. Kebijakan penagihan piutang adalah sekumpulan prosedur penagihan piutang dagang pada saat jatuh tempo. Pendekatan umum yang digunakan untuk mengevaluasi kredit dan kebijakan penagihan meliputi: Rasio rata-rata periode tagih Pengumuman piutang Adapun teknik-teknik penagihan yang biasa dilakukan adalah: Mengirim surat Menelpon Mendatangi Menggunakan agen atau orang lain Perusahaan dapat menggunakan orang atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). Tindakan secara hukum perdata Asuransi kredit dibentuk dengan maksud untuk melindungi manufaktur, pengecer, perusahaan jasa dan perusahaan lain terhadap kerugian kredit yang tidak diharapkan. Dalam penagihan piutang manajer keuangan harus menetapkan waktu penagihan rata-rata yang diterima atau tingkat hari penjualan yang beredar juga rasio total piutang tak tertagih terhadap total pendapatan operasi yang dilakukan.
14
2.6. Penelitian Terdahulu Susilo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Manajemen Piutang PT Sucofindo (Persero) Jakarta”, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan piutang, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang
dan pengelolaan piutang yang optimal.
Pengolahan data bersumber dari laporan keuangan perusahaan kemudian digunakan untuk: 1) Analisis rasio dan analisis horisontal yang meliputi rasio perputaran piutang, rasio hari rata-rata pengumpulan piutang dan merasiokan piutang dengan berbagai perkiraan yang berkaitan dengan piutang, 2) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dengan analisis regresi, 3) Analisis investasi piutang untuk menganalisis apakah dengan memberikan piutang dapat diperoleh manfaat yang lebih tinggi daripada biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan, 4) Analisis biaya yang ditimbulkan oleh piutang sehingga dapat diperoleh jumlah proporsi piutang yang optimal. Hasil penelitian kinerja piutang PT. Sucofindo (persero) selama lima tahun periode menunjukkan pengelolaan yang tidak efektif, oleh sebab itu PT. Sucofindo (persero) dalam mengelola piutang harus melakukan kebijaksanaan pengelolaan piutang dengan ketat dan selektif terhadap calon pelanggannya. Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal, analisis vertikal, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang PT Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pengelolaan piutang PT Unitex dengan menggunakan informasi melalui data tertulis dari perusahaan yaitu dengan data laporan keuangan perusahaan, serta daftar umur piutang perusahaan. Kondisi piutang perusahaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai pengelolaan piutang perusahaan apakah dalam keadaan membaik, bertahan, atau memburuk. Dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kondisi manajemen piutang perusahaan dilakukan dengan beberapa analisis dengan laporan keuangan sebagai sumber data, analisis yang dilakukan antara lain : 1. Analisis Kredit Standar adalah persyaratan minimum atas kemampuan keuangan dari perusahaan agar dapat membayar secara kredit. Analisis ini mencakup : Karakter (Character) Kemampuan (Capacity) Kapital (Capital) Kolateral (Collateral) Kondisi (Condition) 2.
Analisis Rasio Keuangan yang terdiri dari Likuiditas Ratio, Activity Ratio dan Solvabilitas Ratio.
3.
Analisis Horizontal dan Vertikal yang merupakan analisis yang digunakan untuk membandingkan antar tahun untuk melihat perubahan yang terjadinya dari tahun sebelumnya, dimana analisis ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan.
4.
Analisis Investasi piutang, yang digunakan untuk menganalisis apakah dengan memberikan piutang dapat diperoleh manfaat yang lebih tinggi daripada biaya investasi yang dikeluarkan perusahaan.
5.
Analisis deskriptif yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah piutang PT. Unitex.
16
Hasil dari kelima analisis tersebut menjadi dasar untuk mengetahui dan menganalisis alternatif - alternatif pengelolaan manajemen piutang yang efektif pada PT. Unitex. Manajemen piutang yang efektif dapat memiliki pengaruh yang penting dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan uang tunai PT. Unitex karena piutang merupakan komponen kedua setelah persediaan dalam aktiva lancar perusahaan. PT Unitex Tbk Manajemen
Faktor-faktor yang mempengaruhi piutang
Internal: Tingkat Penjualan Kredit
Eksternal : Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah
Neraca
Analisis Rasio Keuangan
Analisis Vertikal (struktur)dan Horizontal
Laba
Analisis Investasi Piutang
Analisis 5C: Character, Capital, Collateral, Condition,Capacity
Efektivitas Pengelolaan Piutang Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
17
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Unitex Tbk Bogor yang bertempat di Jalan Raya Ciawi no 1. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia dan sudah menjadi perusahaan Go Public. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari sampai April 2009. 3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Berikut ini sumber data tersebut yaitu
Data Primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada PT Unitex dan wawancara langsung dengan pihak manajemen terutama yang memiliki tugas dalam pengelolaan piutang pada para pelanggan. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa orang yang diwawancara ahli dalam bidangnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan usaha yang berkaitan dengan topik penelitian.
Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, laporan manajemen perusahaan tahunan, dokumen mengenai sejarah dan profil perusahaan dan sebagai data penunjang diperoleh melalui studi pustaka, media massa, artikel, internet, dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah baik secara manual maupun secara komputerisasi dengan menggunakan analisis rasio, analisis horizontal, analisis vertikal, analisis investasi piutang dan analisi deskripsi untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi besarnya piutang pelanggan. Data yang diolah dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca dan dimengerti. Pendekatan yang
18
dilakukan dalam pengolahan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi. 3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis kinerja piutang dapat dilaksanakan dengan menggunakan analisis risiko kredit, analisis rasio, analisis horizontal, analisis vertikal, dan analisis investasi piutang. Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja piutang perusahaan, apakah dalam keadaan naik, tetap, atau turun.
Berikut ini adalah analisis yang
digunakan: A. Analisis Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan kita. Sebelum memutuskan untuk menyetujui
permintaan
atau
penambahan
kredit
oleh
para
pelanggan, sehingga perlu mengadakan evaluasi risiko kredit dari para pelanggan. Untuk menilai risiko kredit, credit manager harus mempertimbangkan berbagai faktor yang menentukan besar kecilnya tersebut. Pada umumnya perusahaan dalam mengadakan penilaian risiko kredit dengan memperhatikan lima “C” yaitu: Character, Capacity, Collateral, dan Condition dan analisis risiko kredit secara deskriptif ( Riyanto, 1991 ). B. Analisis Rasio Analisis rasio ini digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan perusahaan agar pelanggan bersedia untuk membeli produk secara kredit dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. Dalam menganalisis itu digunakan rasio sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, rasio likuiditas terdiri dari :
19
Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Cepat =
Aktiva Lancar Persediaan …………. (1) Kewajiban Lancar
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Rasio Lancar =
Aktiva Lancar ................................ (2) Kewajiban Lancar
2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas terdiri atas: Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan semakin besar piutang artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan . Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Account Receivable Turn Over =
Penjualan ………… (3) Piutang
20
Periode Penagihan rata-rata (Average Collection Period) Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Average Collection Period =
Piutang … (4) Penjualan Kredit / 360
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui apakah hari rata-rata penagihan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti bahwa cara penagihan piutang kurang efisien. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antar total aktiva dengan total utang. Rasio-rasio yang digunakan adalah: Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan
tersebut
untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: DER =
Total Debt ……………………………………. (5) Total Equity
Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Rasio ini menunjukkan pentingnya dari sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditur. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Rasio Modal dengan Aktiva =
Modal Sendiri ………. …. (6) Total Aktiva
21
C. Analisis Horisontal (Trend) dan Analisis Vertikal Analisis Horisontal (Trend) Analisis trend adalah analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode akuntansi dengan menggunakan
tahun
dasar
(Munawir,1995).
Analisis
ini
merupakan pelengkap bagi analisis rasio, dimana hasil dari analisis ini akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan interpretasi hasil analisis rasio dalam melakukan analisis ini dibutuhkan tahun dasar. Secara sistematis analisis trend ini dirumuskan sebagai berikut: Rxt
Pxt x 100% …………………………………...... Pxo
(7)
Ket : Rxt = nilai % untuk tahun ke-t Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar Analisis Vertikal (Struktural) Analisis vertikal adalah analisis proporsi item-item laporan keuangan terhadap sesuatu nilai dalam laporan keuangan yang umumnya yaitu laporan laba rugi dan neraca keuangan. Rumus dari analisis ini sebagai berikut: Ryi
Pyi x 100% ………………………………………...... (8) Pyo
Ket : Ryi = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyi = pos x dalam laporan keuangan tahun ke-I Pyo = pos dasar sebagai pembanding D. Analisis Investasi Piutang Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal, yaitu dengan metode Net Present Value (NPV). Dalam metode NPV ini, menurut Sartonis dalam Susilo (2004) yaitu menyusun model
22
keputusan kebijakan kredit yang memadukan semua manajemen aktiva lancar dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata- rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini dirumuskan sebagai berikut: Investasi dalam Piutang =
Penjualan Kredit …….......... (9) Perputaran Piutang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum PT Unitex PT Unitex merupakan salah satu perusahaan patungan Indonesia Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (Fully integrated textile manufacture) yang mengolah bahan baku tekstil terpadu yang diolah menjadi bahan jadi kain. 4.1.1. Sejarah PT Unitex PT Unitex didirikan dalam rangka Undang-Undang penanaman modal asing No. 1/1967 berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag SH, No. 25 Tanggal 14 Mei 1971. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. JA.5/128/14 Tanggal 30 Juli 1971. PT Unitex mulai berproduksi secara komersil satu tahun setelah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Sulaimansyah SH, No. 50 Tanggal 15 April 1997 mengenai perubahan anggaran dasar dan penambahan modal dasar, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C26203.HT.01.Th 1997 Tanggal 14 Juli 1997. PT Unitex menjadi perusahaan Go Public tanggal 12 Mei 1982 dan merupakan perusahaan ke-11 yang memasuki Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 26 Maret 1997 Perseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya (BES) sebanyak 1.584.360 atau 43,20 % dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. PT Unitex berusaha sebagai perusahaan tekstil terpadu, memiliki kegiatan
yang
dimulai
dari
pemintalan
(Spinning),
pertenunan
(Weaving), Pencelupan (Dyeing Finishing), dan Pencelupan Benang (Yarn Dyeing). PT Unitex berusaha meningkatkan ekspor secara intensif, ekspor langsung berjumlah 65 persen dari jumlah produksi dengan tujuan Australia, Amerika Serikat, Eropa dan lain-lain. Ekspor tidak langsung melalui industri pakaian jadi (garmen) berjumlah sekitar 15 persen ke Amerika dan Eropa, maka jumlah ekspor langsung dan tidak langsung menjadi 80 persen. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan Pabriknya
24
berlokasi di Raya Tajur No 1 Bogor dan luas dari PT Unitex di Bogor adalah seluas 152.155 m². Pemegang saham mayoritas dikuasai oleh Unitika Limited Jepang dan Marubeni Corporation Jepang, masing-masing sebesar 44,15 persen dan 25,23 persen pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun yang sama saham dimiliki oleh public sebesar 12,61 persen. Pada tahun 2004 perusahaan telah dibantu pinjaman tanpa bunga dari Marubeni Corporation jepang sejumlah AS$ 12.465.700 dan sejumlah Yen 861.462.655 untuk melunasi hutang bank sehingga perusahaan tidak terbebani oleh bunga bank. 4.1.2. Visi dan Misi PT Unitex PT Unitex memiliki visi dan misi agar dapat melakukan kegiatannya dan mewujudkan cita-cita, keinginan, dambaan, harapan pada suatu organisasi. Visi dan Misi yang di miliki PT Unitex sebagai berikut : Visi : Menguasai pangsa pasar kain kemeja formal (menengah atas), khususnya untuk Yarn Dyed Fabric. Misi : 1. Mengutamakan Keselamatan Kerja (Safety) 2. Menciptakan produk yang bermutu tinggi dan konsisten (Quality) 3. Pengiriman (Delivery) yang tepat waktu 4. Biaya (Cost) yang rendah 5. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Human Resource) Selain itu PT Unitex memiliki tiga pondasi utama dalam melakukan kegiatannya yaitu : 1. Disiplin, waktu mulai bekerja dan berakhir bekerja dalam satu hari selalu
tepat waktu dan ditandai oleh bel berbunyi
sebanyak 2 kali, karyawan yang datang terlambat akan dikenakan sanksi. 2. 5 R yaitu Rajin, Ramah, Ringkas, Rawat,dan Resik. 3. 5 S yaitu Seiri, Seiton, Seisho, Seiketsu, dan Shitsuke.
25
Perusahaan ini memiliki keunikan dalam hal logo atau lambang perusahaan, PT Unitex memiliki logo berupa kucing bertopi dan berdasi, logo ini memiliki makna yang sangat berarti bagi PT Unitex yaitu.
Gambar 3. Logo PT Unitex Kucing artinya salah satu dari misi PT Unitex adalah menciptakan produk yang bermutu, sehingga untuk membuat hal tersebut kain yang digunakan halus dan lembut seperti bulu kucing. Bertopi dan Berdasi artinya hasil produksi kain yang dihasilkan akan menjadi konsumsi oleh kalangan menengah ke atas sehingga diharapkan harga jualnya menjadi tinggi. 4.1.3. Struktur Organisasi PT Unitex PT Unitex ini merupakan perusahaan berbadan hukum yang berbentuk perseroan terbatas. Kekuasaan tertinggi terletak pada rapat pemegang saham. Namun dalam struktur organisasi PT Unitex memiliki Dewan Komisaris untuk menentukan misi dan tujuan perusahaan. Dewan Komisaris diangkat oleh pemegang saham dan bertindak sebagai wakil pemegang
saham
untuk
menjalankan
roda
perusahaan.
Untuk
menjalankan tugas dan wewenangnya, dewan komisaris mengangkat presiden direktur sebagai wakil perusahaan dan bertanggungjawab sepenuhnya akan perkembangan perusahaan. Presiden direktur ini akan membawahi beberapa departemen yang ada di Unitex, pimpinan setiap departemen diberi nama direktur. Direktur diberikan tanggungjawab untuk mengatur kegiatan untuk setiap departemen, para direktur akan bekerjasama agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar
26
sesuai dengan tujuan perusahaan. Berikut ini gambar struktur organisasi PT. Unitex. Marketing Director
Central Coord Beureu Y. Taniuchi, Samino
President Director
Factory Director N. Ozawa
Marketing Dept S. Matsuie, S. Kawagoe Spinning K. Okubo, Syahrul Weaving Y. Taniuchi, S. Sapta Yarn Dyeing&Finishing Technical Production Ahmad Saputra Guarantae of Quality N. Ozawa, Tri Utility Sugi HP, Maman S
Administration Director
GA & Personal Sugi HP Accounting Heru Yulianto
Gambar 4. Struktur Organisasi 4.1.4. Sumber Daya Manusia PT Unitex sebagai perusahaan tekstil terbesar yang membutuhkan sumber daya manusia yang handal untuk dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan. Persaingan di dalam industri tekstil membuat PT Unitex juga berusaha menciptakan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas yaitu untuk mengirimkan secara regular karyawannya mengikuti pelatihan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri khususnya Jepang. Perusahaan berusaha untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk mendukung kinerja para karyawannya, bekerjasama dengan serikat pekerja dalam pemecahan permasalahan perburuhan, hak-
27
hak kesejahteraan karyawan yang telah diatur dalam perjanjian antara serikat pekerja dengan perusahaan berdasarkan ketentuan pemerintah serta disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. Berikut ini komposisi dari karyawan pada setiap departemen, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Komposisi Karyawan
Male Female
B P K 6 2
Spining
Wea ving
Dyeing
Yarn Dyeing
Tech nical
QC
Uti lity
GA
ACC
Marke ting
Total
166 25
363 110
95 6
35 0
35 4
20 23
54 2
57 15
5 2
8 8
844 197
Jika dilihat rata-rata karyawan pada PT Unitex adalah laki-laki dan sisanya perempuan. Jumlah karyawan hingga tahun 2008 mencapai 1041 orang yang terdiri dari 844 orang laki-laki dan 197 orang perempuan. Karyawan dalam bekerja menggunakan seragam yang sama, dimana untuk laki-laki seragam yang digunakan berwarna biru dan perempuan berwarna pink. Hal ini berlaku untuk semua karyawan, keseragaman pakaian ini mengindikasikan bahwa budaya perusahaan yang terdapat pada PT Unitex sangat erat. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan, pihak perusahaan selalu mengadakan pendidikan dan pelatihan secara intensif dan berkesinambungan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri khususnya di Jepang. Selain itu PT. Unitex memiliki sebanyak 241 orang pegawai kontrak dan 800 orang pegawai tetap, sistem kerja yang ada pada PT. Unitex dengan menggunakan sistem shif dan non shift, untuk non shift mereka bekerja dari hari senin hingga jumat dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 16.00 dan hari sabtu dari jam 08.00 sampai dengan 12.00 sedangkan untuk shift terbagi menjadi tiga jam kerja yaitu shift pagi dari jam 06.00 sampai dengan 14.00, shift siang jam 14.00 sampai dengan 22.00 dan shift malam jam 22.00 sampai dengan 06.00 bekerjanya hari senin hingga minggu. Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan tidak lupa terhadap kesejahteraan karyawannya. Fasilitas kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan antara lain pakaian seragam, makan dikantin
28
perusahaan,
kepesertaan
JAMSOSTEK
bagi
seluruh
karyawan,
penyediaan klinik dan mobil ambulance serta penggantian pengobatan bagi karyawan dan keluarganya, koperasi karyawan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan bidang usaha lainnya. 4.1.5. Kegiatan PT. Unitex Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan PT. Unitex adalah sebagai berikut: 1. Bagian
pemintalan
(Spinning) adalah
bagian
produksi
yang
melakukan proses pembuatan benang dari bahan baku kapas dan polyester. 2. Bagian
Pertenunan
(Weaving)
adalah bagian produksi yang
melakukan proses pertenunan benang hinga menjadi kain, akan tetapi kain yang dihasilkan oleh bagian pertenunan benang hingga menjadi kain mentah (greige cloth). 3. Bagian Pencelupan (Dyeing Finishing) adalah bagian yang melakukan proses pencelupan dan penyempurnaan dari kain mentah menjadi kain jadi (Finish goods). 4. Bagian Pencelupan Benang (Yarn Dyeing) adalah bagian yang melakukan proses pencelupan benang (putih) hingga menjadi benang warna. PT.
Unitex
tidak melupakan
tanggung jawabnya
terhadap
kelestarian lingkungan. Untuk itu pada tahun 1988, PT. Unitex membangun instalasi air limbah (IPAL) di atas tanah seluas 4000 m². Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan IPAL serta penyempurnaannya hingga tahun 1995 adalah sebesar 4 miliar. Dalam perkembangan selanjutnya IPAL terus mengalami perbaikan dan penambahan instalasi sejalan dengan peningkatan produksi. Kapasitas IPAL PT. Unitex saat ini mampu mengelola limbah cair sebesar 5000 m³ per hari (maksimum). IPAL PT. Unitex telah memberikan hasil yang memuaskan dalam mengelola limbah cair dari hasil produksinya. Dampak positif dari adanya keberhasilan pengolahan limbah ini, PT. Unitex banyak menerima kunjungan dari instansi pemerintah, lembaga
29
pendidikan, perusahaan swasta dan lembaga lainnya yang mempunyai maksud untuk mempelajari cara pengolahan limbah yang baik dan benar. Berdasarkan catatan, selama tahun 2003 IPAL PT. Unitex telah dikunjungi oleh sebanyak 750 orang. Selain itu ditunjukan dengan berhasilnya PT. Unitex mendapat penghargaan Program Kali Bersih (Prokasih) No. 1 di Indonesia pada tahun 1991 dimana pialanya diserahkan langsung oleh Bapak Presiden Soeharto di Istana Negara. Disamping itu PT Unitex juga telah mendapatkan penghargaan "Sahwali Award" untuk tingkat Asia Pasifik sebagai penghargaan terhadap pengusaha yang berwawasan lingkungan. Pada saat ini PT. Unitex telah mendapatkan Peringkat Hijau pada penilaian Proper Prokasih yang dilakukan oleh Bapedal. Dalam
rangka
meningkatkan
kepercayaan
pelanggan
dan
memperbaiki sistem produksi, perusahaan pada bulan Juni 2003 telah berhasil mendapatkan Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 sebagai tanda bahwa proses manajemen mutu yang ada telah sesuai dengan standar mutu Internasional. Partisipasi perusahaan terhadap masyarakat antara lain dengan memberikan sumbangan air bersih untuk perumahan dan mesjid-mesjid yang ada di sekitar PT. Unitex, mengadakan penyemprotan nyamuk setiap satu bulan sekali di sekitar perusahaan (khususnya yang tepat dibelakang Mess Direksi), mengadakan donor darah setiap tiga bulan sekali bekerja sama dengan PMI Bogor, sumbangan uang kepada anak yatim piatu dan kain kepada keluarga kurang mampu yang disalurkan melalui kepala desa dan RT serta sumbangan ini biasanya diberikan terutama Hari Raya Idul fitri. Disamping itu, pihak perusahaan setiap tahunnya selalu mengadakan kegiatan keagamaan (hari besar Islam), yang kegiatannya melibatkan masyarakat sekitar seperti khitanan misal dan memberikan jatah beli kain potong untuk kegiatan UKM bekerjasama dengan LPM Kelurahan Sindangrasa.
30
4.2. Identifikasi Praktek Manajemen Piutang 4.2.1. Proses Terjadinya Piutang PT. Unitex Terjadinya piutang merupakan akibat dari pembelian barang secara kredit,
memberikan
barang
terlebih
dahulu
baru
mendapatkan
pembayaran dari pelanggan setelah beberapa bulan sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Pada PT. Unitex terjadinya piutang bermula dari kesetiaan pelanggan untuk membeli produk PT Unitex, piutang yang terjadi di PT. Unitex biasanya berasal dari pelanggan yang sudah lama menjalin kerjasama dengan perusahaan. Sedangkan untuk pelanggan baru perusahaan bekerjasama dengan sebuah agen untuk memilih pelanggan baru yang akan melakukan pembelian barang secara kredit kemudian perusahaan membuat sebuah invoice. Sebelum pembayaran diterima perusahaan maka transaksi tersebut akan dicatat dalam jurnal umum (piutang dan pendapatan). Pembayaran piutang yang dilakukan oleh para pelanggan dengan mentransfer melalui bank dengan menggunakan cek, giro, LC (Letter Of Credit), biasanya pembayaran piutang ini disesuaikan dengan nilai kurs rupiah yang terjadi pada saat transaksi penjualan kredit berlangsung, pemberlakuan nilai kurs ini mengikuti nilai kurs Bank Indonesia dan perbedaan nilai kurs ini dicatat dalam laporan neraca sebagai selisih nilai kurs. Terkadang perbedaan nilai kurs ini dapat menguntungkan bagi perusahaan
dan
merugikan
perusahaan
sesuai
dengan
keadaan
perekonomian pada saat transaksi, perbedaan nilai kurs ini dimasukkan ke dalam laporan laba/rugi sebagai laba atau rugi selisih nilai kurs bersih. 4.2.2. Pengelolaan Manajemen Piutang PT. Unitex Piutang usaha pelanggan PT. Unitex diakui setelah produk jadi dan telah diterbitkan invoice. Jika produk belum jadi maka perusahaan belum memiliki piutang pelanggan dan tidak mencatatkan piutang usaha pelanggan ke dalam lapoaran keuangan PT. Unitex. Piutang akan dicatat dalam jurnal piutang apabila jumlah produk yang telah jadi dan biayabiaya yang dikeluarkan. Piutang usaha merupakan tagihan perusahaan kepada para pelanggan yang timbul melalui transaksi penjualan kredit.
31
Piutang dalam perusahaan membutuhkan perhatian penting terlebih pada perusahaan manufaktur seperti PT Unitex karena piutang usaha mempunyai kontribusi sebesar 30% dari aktiva lancar perusahaan setelah persediaan. dan setiap perubahan yang besarnya piutang akan berakibat pada
tingkat
perusahaan.
profitabilitas Peningkatan
perusahaan piutang
dan
berarti
perubahan
peningkatan
cashflow penjualan
perusahaan secara kredit, tidak hanya akan meningkatkan penjualan tetapi juga membutuhkan tambahan sumber keuangan untuk mendukung peningkatan investasi dalam piutang tersebut. Biaya investasi kredit dan usaha penagihan piutang serta piutang tak tertagih akan meningkat. Penagihan piutang di PT. Unitex dilakukan melalui telepon dan email, namun para pelanggan yang mempunyai utang kepada PT. Unitex memahami akan kewajiban untuk membayar utang tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Jika dengan cara seperti diatas pelanggan tetap tidak membayar, kemudian pihak perusahaan akan menagih secara langsung pada perusahaan tersebut melalui manajer marketing yang berasal dari Jepang untuk merundingkan penyebab keterlambatan tersebut. Pelanggan yang tidak membayar utangnya, biasanya pelanggan yang memiliki masalah terhadap produk yang dihasilkan dan masalah keuangan yang terjadi pada pelanggan tersebut. Apabila terjadi kesalahan pada produk, biasanya pelanggan akan mengeluarkan claim statement yang isinya masalah yang terjadi pada produk yang dihasilkan dan produk yang bermasalah akan dikembalikan kepada PT. Unitex, hal ini akan dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Penagihan piutang yang dilakukan apabila pelanggan tersebut telah memasuki jangka waktu pembayaran piutang yang sudah lewat, biasanya pembayaran piutang para pelanggan dengan jangka waktu 30 hari, 45 hari, 60 hari , dan 90 hari sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Apabila dengan cara tersebut perusahaan tidak mendapat hasil kemudian perkiraan piutang tersebut akan dimasukkan sebagai penyisihan piutang tak tertagih selama tahun berjalan. Penyisihan piutang tak tertagih dimasukkan apabila pelanggan
32
tidak membayar piutangnya selama 6 bulan, hal ini ditentukan berdasarkan penagihan piutang yang dilakukan oleh PT. Unitex dan penagihan tersebut tidak mendapatkan hasil sehingga perusahaan akan memasukkan piutang tersebut ke dalam penyisihan piutang tak tertagih. Selain itu perusahaan akan memasukkan piutang tak tertagih apabila pelanggan tersebut sudah mengalami kebangkrutan dan tidak akan membayar utangnya pada PT. Unitex. 4.2.3. Kebijakan Piutang PT. Unitex Dalam sebuah perusahaan manufaktur penjualan yang dilakukan secara kredit, oleh sebab itu perusahaan membuat sebuah kebijakan piutang yang ditetapkan agar para pelanggan tersebut dapat melakukan pembayarannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian. PT. Unitex memiliki beberapa kebijakan piutang yaitu kepercayaan kepada agen penjulan dan jalinan kerjasama dengan agen penjualan untuk menganalisis kemampuan sebuah pelanggan baru Unitex dari mulai kondisi perusahaan hingga kemampuan dari pelanggan tersebut untuk membayar utang. Dari hasil wawancara pelanggan baru yang melakukan piutang, pembayaran para pelanggan hingga saat ini berjalan lancar. Keterlambatan dalam pembayaran tidak terlalu lama dari waktu jatuh tempo dan hal ini pun disebabkan adanya suatu kerusakan pada barang yang dikirim PT. Unitex dan adanya masalah keuangan pelanggan sehingga pelanggan tersebut terlambat membayar dan mengembalikan barang pada pihak perusahaan jika terjadi kerusakan pada produk. Selain itu PT. Unitex menetapkan pembayaran untuk semua pelanggan selama 30 hari hingga 90 hari, ketentuan ini sesuai dengan kriteria yang sering ditetapkan oleh sebagian besar perusahaan manufaktur. Keterlambatan pembayaran diberikan waktu paling lama 2 bulan setelah jatuh tempo yang sudah ditetapkan dan penagihan yang dilakukan pada saat jatuh tempo. Selain itu apabila sudah melebihi dari 2 bulan pihak perusahaan akan menghentikan untuk sementara pengiriman sebagian barang kepada pelanggan yang menunggak hingga mereka melakukan pembayaran. Pemberhentian pengiriman ini bertujuan agar
33
piutang pelanggan kepada perusahaan tidak menumpuk dan hal ini pun dapat menyebabkan penurunan cashflow serta keterlambatan pihak unitex untuk membayar utang kepada pihak supplier. 4.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Piutang PT. Unitex Dalam menentukan besarnya piutang setiap pelanggan, perusahaan memiliki beberapa faktor untuk dapat menentukan hal tersebut baik dilihat dari segi internal maupun eksternal. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang sebagai berikut: a. Faktor Internal yaitu : Tingkat penjualan kredit dari setiap pelanggan, semakin besar penjualan kredit maka akan semakin besar tingkat piutang pelanggan. Dengan melakukan transaksi penjualan kredit yang cukup besar dalam satu tahun maka akan semakin besar piutang dari pelanggan, semakin besar pendapatan yang akan didapat PT. Unitex dan akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh PT. Unitex apabila terjadi keterlambatan. Namun dengan besarnya piutang, perusahaan harus melakukan penagihan piutang kepada pelanggan secara rutin. Hal ini dilakukan agar jumlah piutang dari pelanggan tidak terlalu menumpuk dan tidak terjadi keterlambatan dalam pembayaran sehingga tidak terjadi piutang yang tidak tertagih. b. Faktor Eksternal yaitu : 1. Tingkat Inflasi, digunakan untuk menentukan situasi ekonomi. Inflasi yang tinggi dapat mempengaruhi daya beli pelanggan untuk melakukan
transaksi
kepada
perusahaan
sehingga
akan
mempengaruhi jumlah piutang yang diberikan. Selain itu dengan inflasi tinggi akan mengakibatkan harga kain PT. Unitex tidak dapat menutupi biaya produksi yang tinggi, akibatnya jumlah penjualan akan turun dan jumlah piutang pun akan menurun. Perusahaan akan melakukan sebuah pertimbangan terhadap jumlah piutang yang akan diberikan pada pelanggan sesuai kemampuan daya beli pelanggan terhadap produk kain.
34
2. Nilai tukar rupiah atau kurs, digunakan untuk menetapkan perbedaan besarnya pembayaran piutang kepada PT. Unitex. Perbedaan besarnya kurs pada saat jatuh tempo pembayaran pelanggan, dalam laporan keuangan PT. Unitex terdapat selisih nilai kurs. Perbedaan ini dapat menguntungkan bagi PT. Unitex maupun dapat merugikan PT. Unitex, dengan melihat keadaan seperti itu PT. Unitex melakukan prediksi keadaan nilai kurs rupiah dengan menanyakan perubahan nilai kurs pada bank-bank yang udah menjalin kerjasama dengan PT. Unitex. Dengan hal tersebut PT. Unitex dapat menentukan jumlah piutang untuk masa yang akan datang. Faktor-faktor ini yang dijadikan sebagai patokan perusahaan untuk menentukan besarnya piutang kepada para pelanggan dan mempertimbangkan hal- hal tersebut agar perusahaan tidak salah dalam menentukan besarnya piutang. Dari hasil wawancara faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah piutang adalah penjualan kredit, karena semakin sering pelanggan melakukan transaksi penjualan kredit maka akan semakin banyak jumlah piutang pelanggan untuk setiap tahun dan keseluruhan penjualan PT. Unitex dilakukan secara kredit maka akan mempengaruhi jumlah piutang PT. Unitex. 4.4. Kondisi Piutang Usaha Setiap Pelanggan PT. Unitex Dalam sebuah perusahaan manufaktur pasti memiliki pelanggan tetap dalam transaksi pembelian produk yang dihasilkan. Pelanggan ini tidak melakukan pembayaran secara tunai, karena sebagian perusahaan menerapkan sistem pembayaran secara kredit dengan menetapkan waktu pembayaran sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Pada PT. Unitex melakukan hal yang sama dengan perusahaan manufaktur, perusahaan ini memiliki pelanggan tetap yang berasal dari domestik dan ekspor, pelanggan domestik berjumlah 78 pelanggan dan 43 pelanggan ekspor. Pelanggan yang terdapat pada perusahaan ini sebagian besar perusahaan yang berasal dari perusahaan garmen baik pelanggan domestik maupun pelanggan luar negeri atau disebut dengan pelanggan ekspor. Pelanggan ini sudah lama melakukan kerjasama dengan PT. Unitex dan setiap pelanggan baru harus dapat mematuhi peraturan pembayaran piutang kepada PT. Unitex sesuai dengan perjanjian.
35
Untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi perusahaan maka akan dianalisis beberapa pelanggan yang sering melakukan transaksi dengan perusahaan. Pemilihan sampel ini berdasarkan pelanggan yang sering muncul dalam laporan keuangan untuk setiap tahunnya dan pelanggan ini sering memberikan pesanan kain pada PT. Unitex untuk setiap tahunnya. Berikut contoh dari pelanggan yang akan dianalisis ketepatan dalam melakukan pembayaran sesuai dengan jatuh tempo yang telah ditetapkan, analisis ini berdasarkan umur piutang : 1. PT. Dayani Garment Indonesia Perusahaan ini merupakan salah satu pelanggan domestik PT. Unitex, untuk setiap tahunnya perusahaan melakukan transaksi secara rutin dengan PT. Unitex. Dalam 1 kali transaksi penjualan terdapat beberapa invoice yang diterbitkan PT. Unitex sedangkan untuk pembayaran piutang perusahaan ini ditetapkan jangka waktu pembayaran selama 60 hari. Berikut ini kondisi pembayaran piutang PT. Dayani Garment Indonesia untuk setiap tahunnya selama tiga tahun mulai dari tahun 2005 hingga 2007. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari tahun 2005-2007 (Tabel 2), pembayaran piutang yang dilakukan PT. Dayani Garment tepat waktu sesuai dengan waktu pembayaran yang telah ditetapkan selama 60 hari. Perusahaan membayar piutangnya kepada PT. Unitex sebelum jatuh tempo yang telah ditetapkan dan selama tiga tahun PT. Dayani Garment melakukan pembayaran piutang selama tiga tahun sebelum jatuh tempo yang ditetapkan, hal ini membuktikan bahwa PT. Dayani memiliki kesadaran untuk membayar utangnya kepada PT. Unitex. Keadaan pembayaran yang dilakukan PT. Dayani maka hubungan kerjasama dengan PT. Unitex semakin erat terutama hubungan penjualan tekstil sehingga PT. Unitex dapat meningkatkan pendapatannya dan menerima kas lebih cepat dari yang ditetapkan.
36
Tabel 2. Piutang PT. Dayani Garment Indonesia tahun 2005-2007
Waktu Transaksi Tanggal
Bulan
Tahun
PT. Dayani Garment Indonesia Setelah Jatuh Tempo Belum Jatuh Saldo 1-30 31-60 61-90 Tempo Hari Hari Hari
12
Januari
2005
81,586,379.70
81,586,379.70
28
Februari
2005
316,757,856.00
316,757,856.00
31
Maret
2005
137,023,807.80
137,023,807.80
30
April
2005
139,506,156.06
139,506,156.06
30
Mei
2005
301,174,394.10
301,174,394.10
30
Juni
2005
151,363,366.00
151,363,366.00
30
Juli
2005
151,417,622.40
151,417,622.40
29
Agustus
2005
122,680,428.00
122,680,428.00
30
September
2005
326,889,382.00
326,889,382.00
28
Oktober
2005
7,843,966.00
7,843,966.00
30
November
2005
175,648,285.32
175,648,285.32
30
Desember
2005
251,060,391.60
251,060,391.60
30
Januari
2006
128,025,873.00
128,025,873.00
22
Februari
2006
40,742,016.00
40,742,016.00
31
Maret
2006
61,043,858.88
61,043,858.88
29
April
2006
53,761,311.36
53,761,311.36
31
Mei
2006
125,257,165.20
125,257,165.20
30
Juni
2006
121,509,520.02
121,509,520.02
31
Juli
2006
57,712,327.20
57,712,327.20
31
Agustus
2006
317,672,530.56
317,672,530.56
30
September
2006
41,678,146.32
41,678,146.32
31
Oktober
2006
327,143,577.60
327,143,577.60
30
November
2006
256,097,414.89
256,097,414.89
29
Desember
2006
132,730,029.64
132,730,029.64
31
Januari
2007
305,929,124.20
305,929,124.20
26
Februari
2007
423,171,906.98
423,171,906.98
30
Maret
2007
578,437,976.69
578,437,976.69
30
April
2007
112,335,182.42
112,335,182.42
31
Mei
2007
636,301,764.00
636,301,764.00
30
Juni
2007
101,520,387.00
101,520,387.00
30
Juli
2007
127,531,182.24
127,531,182.24
31
Agustus
2007
674,609,778.80
674,609,778.80
29
September
2007
781,034,036.57
781,034,036.57
31
Oktober
2007
280,132,918.20
280,132,918.20
22
November
2007
286,154,689.71
286,154,689.71
27
Desember
2007
3,152,245.12
3,152,245.12
Sumber : Laporan Piutang Pelanggan PT. Unitex
37
2. PT. Bengawan Solo Garment Indonesia Perusahaan ini merupakan salah satu pelanggan domestik PT. Unitex, perusahaan ini untuk setiap tahun melakukan transaksi secara rutin dengan PT. Unitex. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan PT. Unitex sedangkan pembayaran piutang perusahaan ini ditetapkan jangka waktu pembayaran selama 60 hari. Berikut ini kondisi pembayaran piutang PT. Bengawan Solo Garment Indonesia untuk setiap tahun selama tiga tahun mulai dari tahun 2005 hingga 2007. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari tahun 2005-2007 (Tabel 3), pembayaran piutang yang dilakukan PT. Bengawan Solo Garment tepat waktu sesuai dengan waktu pembayaran yang telah ditetapkan selama 60 hari. Namun PT. Bengawan Solo Garment Indonesia terjadi keterlambatan pembayaran pada tanggal 31 Januari 2005, 30 Januari 2006 dan Maret 2006, keterlambatan pembayaran ini selama satu bulan dari jatuh tempo yang ditetapkan yaitu pembayaran dilakukan pada tanggal 31 April 2005, 30 April dan Juni 2006. Keterlambatan yang terjadi tidak melebihi dari 2 bulan setelah jatuh tempo sehingga PT. Unitex tidak melakukan pemberhentian pengiriman barang untuk sementara. Sedangkan untuk bulan yang lainnya pembayaran piutang dilakukan sebelum jatuh tempo yang ditetapkan, sehingga PT. Unitex tidak perlu melakukan penagihan.
penagihan yang dapat
mengeluarkan
biaya tambahan
38
Tabel 3. Piutang PT. Bengawan Solo Garment Indonesia tahun 2005-2007 PT. Bengawan Solo Garment Indonesia Waktu Transaksi Tanggal
Bulan
Tahun
Saldo
Belum Jatuh Tempo
Setelah Jatuh Tempo 31-60 61-90 1-30 Hari Hari Hari
31
Januari
2005
489,429,443.70
465,932,995.98
28
Februari
2005
477,337,722.80
477,337,722.80
23
Maret
2005
10,252,679.04
10,252,679.04
27
Juni
2005
236,277,160.00
236,277,160.00
14
Juli
2005
141,007,492.80
141,007,492.80
31
Agustus
2005
37,472,249.75
37,472,249.75
20
Oktober
2005
6,739,509.24
6,739,509.24
30
November
2005
149,314,530.30
149,314,530.30
30
Desember
2005
67,672,085.80
67,672,085.80
30
Januari
2006
72,288,561.00
70,705,799.00
1,582,762.00
31
Maret
2006
818,667,735.98
439,052,104.32
379,615,631.66
12
April
2006
136,466,513.92
136,466,513.92
30
Juni
2006
81,654,192.90
81,654,192.90
31
Juli
2006
8,148,282.45
8,148,282.45
20
September
2006
47,623,069.06
47,623,069.06
30
November
2006
119,985,955.46
119,985,955.46
28
Desember
2006
193,996,648.70
193,996,648.70
31
Januari
2007
159,191,093.39
159,191,093.39
5
Februari
2007
86,659,755.33
86,659,755.33
30
April
2007
400,346,509.40
400,346,509.40
31
Mei
2007
178,187,331.60
178,187,331.60
26
Juli
2007
97,036,214.88
97,036,214.88
28
Agustus
2007
249,262,635.70
249,262,635.70
31
Desember
2007
333,914,736.96
333,914,736.96
Sumber : Laporan Piutang Pelanggan PT. Unitex
23,496,447.72
39
3. PT. Prima Jaya Pantes Garment Perusahaan ini adalah salah satu pelanggan domestik PT. Unitex, dalam satu tahun perusahaan ini melakukan transaksi secara rutin dengan PT. Unitex. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan PT. Unitex sedangkan pembayaran piutang perusahaan ini dalam setiap transaksi ditetapkan jangka waktu pembayaran selama 30 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari tahun 2005-2007 (Tabel 4 ), pembayaran piutang yang dilakukan PT. Prima Jaya Pantes Garment sebagian tepat waktu sesuai dengan waktu pembayaran yang telah ditetapkan selama 30 hari dan sebagian terjadi keterlambatan pembayaran hingga 1 bulan dari jatuh tempo yang ditetapkan. Selama tiga tahun PT. Prima Jaya Pantes Garment melakukan transaksi penjualan dengan PT. Unitex secara rutin sehingga PT. Unitex dapat meningkatkan pendapatannya. Keterlambatan yang terjadi tidak melebihi dari 2 bulan setelah jatuh tempo sehingga PT. Unitex tidak melakukan pemberhentian pengiriman barang untuk sementara. Sedangkan untuk bulan yang lainnya pembayaran piutang dilakukan sebelum jatuh tempo yang ditetapkan, sehingga PT. Unitex tidak perlu melakukan penagihan yang dapat mengeluarkan biaya tambahan penagihan.
40
Tabel 4. Piutang PT. Prima Jaya Pantes Garment tahun 2005-2007 PT. Prima Jaya Pantes Garment Waktu Transaksi Saldo
Belum Jatuh Tempo
Setelah Jatuh Tempo 31-60 61-90 1-30 Hari Hari Hari
Tanggal
Bulan
Tahun
31
Januari
2005
230,542,360.05
28
Februari
2005
60,264,900.00
60,264,900.00
31
Maret
2005
67,928,133.72
41,278,164.72
29
April
2005
15,152,874.90
31
Mei
2005
154,380,734.77
154,380,734.77
30
Juni
2005
486,764,549.00
335,401,183.00
29
Juli
2005
221,833,568.00
221,833,568.00
30
Agustus
2005
51,232,161.50
51,232,161.50
30
September
2005
39,186,204.05
39,186,204.05
26
Oktober
2005
92,526,813.50
92,526,813.50
28
November
2005
143,763,007.80
143,763,007.80
22
Desember
2005
51,698,702.90
51,698,702.90
31
Januari
2006
89,021,893.50
89,021,893.50
28
Februari
2006
119,015,392.00
119,015,392.00
31
Maret
2006
274,840,442.20
274,840,442.20
28
April
2006
34,285,702.68
34,285,702.68
31
Mei
2006
52,660,330.00
28,501,958.00
30
Juni
2006
49,478,704.80
49,478,704.80
31
Juli
2006
128,879,282.95
114,245,111.75
31
Agustus
2006
34,164,666.48
34,164,666.48
29
September
2006
25,324,010.98
25,324,010.98
31
Oktober
2006
93,103,790.40
93,103,790.40
30
November
2006
5,373,614.40
5,373,614.40
27
Desember
2006
144,357,593.90
144,357,593.90
31
Januari
2007
78,811,209.60
78,811,209.60
28
Februari
2007
71,796,442.50
71,796,442.50
30
Maret
2007
202,893,149.77
202,893,149.77
30
April
2007
78,249,255.90
78,249,255.90
31
Mei
2007
244,421,143.20
244,421,143.20
30
Juni
2007
69,195,761.50
69,195,761.50
31
Juli
2007
128,637,143.71
128,637,143.71
31
Agustus
2007
189,421,389.25
189,421,389.25
28
September
2007
218,210,102.17
218,210,102.17
31
Oktober
2007
92,820,977.32
92,820,977.32
30
November
2007
21,906,553.68
21,906,553.68
230,542,360.05 26,649,969.00 15,152,874.90
Sumber : Laporan Piutang Pelanggan PT. Unitex
151,363,366.00
24,158,372.00 14,634,171.20
41
4. PT. Sinar Budi Intraco Perusahaan ini merupakan salah satu pelanggan domestik PT. Unitex, perusahaan ini untuk setiap tahun melakukan transaksi secara rutin dengan PT. Unitex. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan PT. Unitex sedangkan untuk pembayaran perusahaan ini ditetapkan jangka waktu pembayaran selama 30 hari. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari tahun 2005-2007 (Tabel 5 ), pembayaran piutang yang dilakukan PT. Sinar Budi Intraco sebagian tepat waktu sesuai dengan waktu pembayaran yang telah ditetapkan selama 30 hari dan sebagian terjadi keterlambatan pembayaran hingga 1 bulan dari jatuh tempo yang ditetapkan. Keterlambatan yang terjadi tidak melebihi dari 2 bulan setelah jatuh tempo sehingga PT. Unitex tidak melakukan pemberhentian pengiriman barang untuk sementara. Sedangkan untuk bulan yang lainnya pembayaran piutang dilakukan sebelum jatuh tempo yang ditetapkan, sehingga PT. Unitex tidak perlu melakukan penagihan yang dapat mengeluarkan biaya tambahan penagihan. Selain itu PT. Sinar Budi Intraco ini tidak melakukan transaksi secara rutin karena perusahaan ini untuk satu tahunnya terdapat beberapa bulan tidak melakukan transaksi.
42
Tabel 5. Piutang PT. Sinar Budi Intraco tahun 2005-2007 PT. Sinar Budi Intraco Waktu Transaksi Saldo
Belum Jatuh Tempo
Setelah Jatuh Tempo 31-60 61-90 1-30 Hari Hari Hari
Tanggal
Bulan
Tahun
31
Januari
2005
637,477,388.97
637,477,388.97
28
Februari
2005
205,195,473.12
205,195,473.12
31
Maret
2005
228,700,359.30
228,700,359.30
30
April
2005
73,201,110.14
73,201,110.14
31
Mei
2005
290,015,825.96
290,015,825.96
30
Juni
2005
361,852,986.50
30
Juli
2005
32,850,247.10
32,850,247.10
22
September
2005
211,035,135.84
211,035,135.84
31
Oktober
2005
36,027,552.00
36,027,552.00
30
November
2005
117,895,048.16
117,895,048.16
29
Desember
2005
60,364,589.28
60,364,589.28
30
Januari
2006
234,891,008.50
234,891,008.50
28
Februari
2006
193,048,139.60
193,048,139.60
29
Maret
2006
113,962,115.23
113,962,115.23
29
April
2006
153,057,116.74
153,057,116.74
31
Mei
2006
89,374,326.40
89,374,326.40
30
Juni
2006
28,744,628.64
28,744,628.64
31
Juli
2006
89,662,020.36
89,662,020.36
31
Agustus
2006
140,280,418.32
140,280,418.32
30
September
2006
382,755,780.60
382,755,780.60
31
Oktober
2006
675,901,356.96
29
November
2006
191,028,519.18
191,028,519.18
15
Januari
2007
108,925,308.47
108,925,308.47
23
Februari
2007
215,967,008.08
215,967,008.08
20
Maret
2007
269,801,770.82
269,801,770.82
10
April
2007
276,751,789.89
276,751,789.89
25
Mei
2007
124,285,313.00
124,285,313.00
361,852,986.50
675,901,356.96
Sumber : Laporan Piutang Pelanggan PT. Unitex
43
5. PT. Dewshirst Menswear Perusahaan ini merupakan salah satu pelanggan domestik PT. Unitex, perusahaan ini untuk setiap tahuna melakukan transaksi secara rutin dengan PT. Unitex. Dalam 1 kali transaksi terdapat beberapa invoice yang diterbitkan PT. Unitex sedangkan untuk pembayaran perusahaan ini ditetapkan jangka waktu pembayaran selama 30 hari dan pelanggan ini merupakan salah satu pelanggan yang sering bermasalah dalam pembayaran. Perusahaan ini pada tahun 2005 tidak melakukan transaksi dengan PT. Unitex sehingga perusahaan ini tidak memiliki utang pada PT. Unitex, hal ini disebabkan perusahaan ini tidak memiliki orderan pekerjaan untuk PT. Unitex. Namun demikian hubungan kerjasama antara kedua perusahaan ini masih terjalin. Dari analisis umur piutang per tanggal 31 atau per akhir bulan selama tiga tahun mulai dari tahun 2005-2007 (Tabel 6), pembayaran piutang yang dilakukan PT. Dewhirst Menswear tidak tepat waktu dalam melakukan pembayaran. Perusahaan membayar piutangnya kepada PT. Unitex melebihi jatuh tempo yang telah ditetapkan dan Pada agustus
2006
PT.
Dewhirst
Menswear
melakukan
keterlambatan
pembayaran hingga 3 bulan sehingga perusahaan ini membayar utangnya pada Januari 2007 , hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan PT. Unitex. Untuk mengatasi hal tersebut PT. Unitex melakukan penagihan secara rutin kepada PT. Dewshirst Menswear agar piutang perusahaan ini tidak menjadi piutang tak tertagih bagi PT. Unitex.
44
Tabel 6. Piutang PT. Dewshirst Menswear tahun 2005-2007 PT. Dewshirst Menswear Waktu Transaksi Saldo
Belum Jatuh Tempo
Tanggal
Bulan
Tahun
17
Januari
2006
117,618,070.64
117,618,070.64
28
Februari
2006
10,103,512.96
10,103,512.96
28
Maret
2006
45,382,642.42
45,382,642.42
29
April
2006
27,172,836.72
27,172,836.72
30
Mei
2006
48,664,939.20
48,664,939.20
30
Juni
2006
141,080,058.00
135,043,390.02
31
Juli
2006
159,441,520.26
159,441,520.26
31
Agustus Septembe
2006
330,619,054.75
318,095,009.76
29
2006
210,860,387.01
210,860,387.01
31
Oktober
2006
95,504,156.16
95,504,156.16
30
November
2006
76,932,794.49
76,932,794.49
29
Desember
2006
325,317,282.12
325,317,282.12
31
Januari
2007
128,507,207.87
128,507,207.87
28
Februari
2007
16,229,761.63
16,229,761.63
28
Maret
2007
513,967,877.47
513,967,877.47
30
April
2007
677,311,075.04
31
Mei
2007
547,382,349.00
30
Juni
2007
90,667,080.00
90,667,080.00
31
Juli
2007
435,708,589.90
393,424,490.02
31
Agustus Septembe
2007
125,120,745.56
125,120,745.56
29
r
r
Setelah Jatuh Tempo 31-60 61-90 Hari 1-30 Hari Hari
6,036,667.98 12,524,044.99
677,311,075.04 547,382,349.00
2007
139,495,302.92
139,495,302.92
31
Oktober
2007
731,696,352.76
731,696,352.76
31
November
2007
539,572,931.49
539,572,931.49
42,284,099.88
Sumber : Laporan Piutang Pelanggan PT. Unitex Jika dilihat dari kondisi setiap pelanggan yang ada di Unitex, dapat disimpulkan sebagian besar pelanggan yang ada melakukan pembayaran secara tepat waktu sesuai dengan jatuh tempo yang disepakati, keterlambatan pembayaran yang terjadi hanya pada beberapa pelanggan saja dan keterlambatan ini terkadang disebabkan adanya kerusakan yang terjadi pada produk dan pelanggan tersebut akan mengeluarkan surat klaim kepada PT. Unitex sehingga barang tersebut akan dicek ulang oleh bagain pengecekan PT. unitex dan memberitahukan bahwa barang tersebut harap segera dicek dan diperbaiki. Selain itu keterlambatan pembayaran dapat disebabkan terdapatnya masalah keuangan pelanggan, akibat hal tersebut akan mempengaruhi penurunan cashflow dan keterlambatan pembayaran PT. Unitex kepada pihak supplier.
45
4.5. Analisis Kinerja Piutang PT. Unitex Analisis ini digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT. Unitex. Dari hasil analisa ini akan diperoleh gambaran mengenai kondisi pengelolaan piutang dan perkembangannya selama periode analisa, yaitu tahun 2005-2007. Dalam menginterpretasikan angka rasio, dipergunakan hasil yang diperoleh dari analisa rasio keuangan dari semua aspek, analisa horizontal (perkembangan), analisa vertikal (struktural), dan analisis investasi piutang. Untuk mengukur kinerja piutang digunakan rasio perputaran piutang dan penagihan ratarata periode piutang. 4.5.1. Penilaian Kualitas Pelanggan dengan Analisis 5C PT. Unitex tidak melakukan pengamatan dan penilaian secara khusus dengan menggunakan analisis 5C. Perusahaan dalam prakteknya tidak terlalu meneliti pelanggan dapat membayar atau tidak, perusahaan ini bekerjasama dengan sebuah agen untuk memilih pelanggan yang akan bekerjasama dengan PT. Unitex. Pemilihan pelanggan yang dilakukan agen penjualan pun tidak menggunakan analisis 5C, sistem pemilihan pelanggan ini berdasarkan jalinan kerjasama yang sudah terjalin cukup lama dengan pelanggan tersebut dan sistem kepercayaan bahwa pelanggan akan membayar tepat pada waktunya. Selain itu persaingan yang terjadi pada industri ini tidak terlalu menetapkan standar kredit yang longgar, PT. Unitex melakukan pemberhentian pengiriman barang sementara jika perusahaan tersebut belum melunasi kredit yang diberikan perusahaan hingga batasan pembayaran piutang selama 1 tahun. 4.5.2. Analisis Rasio Analisis rasio ini digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja piutang perusahaan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. 4.5.2.1 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio ini
46
dapat menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek dan likuiditas perusahaan dengan menggunakan aktiva lancar, hutang lancar, dan persediaan untuk dijadikan uang cash. Tabel 7 : Rasio Likuiditas Tahun 2005-2007 (dalam persentase) Tahun Rasio Likuiitas 1. Rasio Lancar 2. Rasio Cepat
2005 11.46% 24.98%
11.54% 23.03%
2007 9.31% 29.58%
Gambar 5 : Rasio Likuiditas Tahun 2005-2007 Hasil analisis likuiditas yang terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat, perusahaan tidak cukup likuid karena untuk setiap tahunnya perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang dimiliki perusahaan dan angka rasio untuk likuiditas ini berada di bawah 200 persen. Angka rasio cepat mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajibannya, namun dari hasil perhitungan dari tahun 2005-2007 perusahaan tidak mampu menutupi kewajiban karena kas yang tersedia pada perusahaan jumlah sangat terbatas. Hal ini mencerminkan selama tahun 2005-2007 penggunaan kas perusahaan cukup besar untuk keperluan perusahaan sehingga perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban sepenuhnya. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan penundaan dalam pembayaran kepada supplier dengan cara kekeluargaan dan top manajemen PT. Unitex akan berbicara langsung pada supplier. 4.5.2.2 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Semua rasio
47
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. 1. Rasio Perputaran Piutang (Account Receiveable TurnOver Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan menagih piutangnya dari penjualan dalam satu periode. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan piutang semakin tinggi artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Tabel 8: Rasio Perputaran Piutang tahun 2005-2007. (dalam kali) RASIO AKTIVITAS Rasio Perputaran Piutang
2005
Tahun 2006
2007
6.67
4.82
9.10
Gambar 6 : Rasio Perputaran Piutang Tahun 2005-2007 Rasio perputaran piutang dari tahun 2005-2007 tidak stabil, pada tahun 2005 hingga 2006 rasio perputaran piutang cenderung mengalami penurunan sebesar 1,85 kali sedangkan dari tahun 2006 hingga 2007 perputaran piutang mengalami peningkatan sebesar 5 kali. Sedangkan rasio perputaran piutang yang ditetapkan perusahaan sebanyak 3 kali untuk setiap transaksi dari beberapa invoice,
dimana
penagihan
piutang
sebanyak
ini
sudah
menunjukkan bahwa pelanggan tersebut tidak memberikan sebuah respon ketika perusahaan melakukan penagihan untuk yang pertama kali. Dengan melihat hasil tersebut ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 hingga 2007 penagihan piutang kepada
48
pelanggan sudah baik karena untuk setiap tahun jumlah piutang dari para pelanggan semakin rendah. Hal ini membuktikan bahwa para pelanggan dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2. Rasio Periode Penagihan Rata-rata Piutang (Average Collection Period) Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Tabel 9. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata Piutang Tahun (dalam hari)
2005-2007 Rasio Aktivitas 1. Rasio Penagihan Rata-rata
2005
Tahun 2006
2007
53.95
74.76
39.57
Gambar 7. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata Piutang Tahun 2005 2007 Rata-rata penagihan piutang pada PT. unitex selama 30 hari hingga 90 hari dalam satu tahun untuk semua pelanggan. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata penagihan piutang dari tahun 2005 hingga 2007 adalah 50 hari hingga 75 hari, hal ini jika dilihat dari batas bawah penentuan pembayaran yang ditetapkan perusahaan selama 30 hari membuktikan bahwa pembayaran utang pelanggan pada PT. Unitex lebih lambat dan jika dilihat dari batas atas penentuan pembayaran yang ditetapkan perusahaan selama 90 hari membuktikan pembayaran utang dari pelanggan lebih cepat dari yang ditetapkan perusahaan. Dengan keadaan seperti apabila perusahaan hanya menetapkan pembayaran piutang selama 30 hari akan banyak terjadi keterlambatan dalam pembayaran, namun perusahaan menetapkan jangka waktu pembayaran piutang selama
49
30-90 hari sehingga dapat memperkecil keterlambatan pembayaran piutang dan perusahaan pun akan cepat memperoleh kas. 4.5.2.3 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Berikut ini penilaian rasio solvabilitas PT. Unitex adalah : Tabel 10 . Rasio Solvabilitas Tahun 2005-2007. (dalam persentase) RASIO SOLVABILITAS 1. DER 2. Rasio modal dengan aktiva
2005 -206.62%
Tahun 2006 -194.12%
2007 -248.06%
-93.79%
-106.24%
-67.54%
Gambar 8. Rasio Solvabilitas Tahun 2005-2007 Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya dengan menggunakan modal sendiri. Dari hasil yang diperoleh, bahwa perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya dengan tepat waktu karena kewajiban dari perusahaan tersebut telah melebihi aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan. Akibat hal tersebut perusahaan untuk setiap tahunnya mengalami kerugian yang cukup tinggi. Untuk tetap bertahan perusahaan mendapatkan suntikan dana dari pemegang saham utama yaitu Unitika.. 4.5.3. Analisis Struktural ( Vertikal ) dan Analisis Perkembangan (Horizontal) PT. Unitex Tabel 11. Analisis Perkembangan (Horizontal) Laporan Laba/Rugi
50
Tahun2005-2007 PT. Unitex Tahun Komponen
2005
2006
2007
109,33
107,78
Rata-rata
Penjualan bersih
100
105,70
Beban Pokok Penjualan
100
122,43
109,96
110,80
Laba Kotor
100
-609,68
-11,75
-173,81
Beban Usaha
100
123,05
86,93
103,33
Rugi Usaha Pendapatan dan Beban Lain Bersih Rugi bersih sebelum pajak
100
304,47
111,36
171,94
100
-332,40
124,66
-35,91
100
4,42
74,01
Beban Pajak
100
87,31
Rugi Bersih setelah pajak
100
21,68
117,62 554,91 494,86
-122,53 -124,40
Penjualan PT. Unitex mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun dasar 2005 (Tabel 11). Penjualan perusahaan meningkat dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 9 persen dan meningkat pada tahun 2007 sebesar 8 persen. Hal ini menunjukkan pertumbuhan penjualan cukup baik bila dibandingkan dengan laju inflasi yang berada diantara 6 persen-7 persen, Peningkatan penjualan diikuti dengan peningkatan beban usaha dari tahun 2005 hingga 2007. Beban usaha perusahaan dari tahun 2005 ke 2006 meningkat sebesar 23 persen. sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 14 persen. Tabel 12 . Analisis Perkembangan (Horizontal) Laporan Neraca Tahun 2005-2007 PT. Unitex. (dalam persentase) Tahun 2005
2006
2007
Rata-rata
Kas dan Setara Kas
Komponen
100
13,28
50,34
54,54
Piutang Usaha Penyisihan Piutang Raguragu
100
151,52
79,06
110,19
100
571,25
333,55
334,93
Aktiva lancar Total Aktiva
100 100
87,55 89,85
84,39 84,69
90,65 91,52
Analisis horizontal perusahaan Unitex menunjukkan keadaan yang meningkat. Dalam tiga tahun terakhir kas dan setara kas mengalami
51
peningkatan dari tahun 2006 hingga 2007. Peningkatan ini disebabkan salah satu piutang usaha yang semakin menurun dari tahun 2005 hingga 2007. Piutang usaha yang terus menurun ini mencerminkan bahwa pengelolaan piutang pada PT. Unitex sudah bagus dalam tiga tahun terakhir. Penurunan ini mengindikasikan bahwa akan semakin kecil piutang yang tak tertagih, biasanya pada PT. Unitex piutang yang tak tertagih disebabkan perusahaan tersebut benar-benar sudah bangkrut dan piutang tersebut sudah tidak mungkin untuk ditagih atau menjadi pendapatan bagi perusahaan. Jika dilihat dari total aktiva tiga tahun terakhir mengalami penurunan dengan tahun dasar 2005 (Tabel 12). Jika dibandingkan dengan penjualan bersih, penjualan bersih lebih cepat mengalami peningkatan daripada total aktiva. Hal ini mencerminkan perusahaan dapat menjual lebih daripada berinvestasi pada perusahaan. Tabel 13. Analisis Struktural (Vertikal) Laporan Laba/Rugi Tahun 2005-2007 PT. Unitex Komponen 2005 Penjualan Bersih 100 Beban Pokok 98.21 Penjualan Beban Usaha 9.02 Rugi Usaha -7.23 Rugi/ Laba Bersih -11.52 Peningkatan laporan laba rugi
Tahun 2006 100 109.98
2007 Rata-rata 100 100 100.20
102.80
10.15 7.27 8.81 -20.13 -7.47 -11.61 -2.28 52.90 13.03 melalui analisis vertikal disebabkan
perusahaan melakukan peningkatan penjualan kain yang semakin tajam. Yang perlu diperhatikan pada beban usaha yang cenderung tidak stabil, dimana pada tahun 2005 mengalami peningkatan sedangkan pada tahun 2006 hingga 2007 perusahaan mengalami penurunan beban usaha. Ketidakstabilan keadaan beban usaha ini mencerminkan perusahaan belum berhasil dalam pengendalian biaya. Hal ini dapat dilihat beban pokok penjualan menunjukkan nilai yang lebih besar dari penjualan bersih, sehingga berdampak pada semakin tingginya kerugian yang dialami perusahaan. Tabel 14. Analisis Struktural (Vertikal) Laporan Laba/Rugi
52
Tahun 2005-2007 PT. Unitex Komponen Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Persediaan Pajak dibayar di muka Aktiva Lancar lainnya Aktiva pajak tangguhan- bersih Aktiva Lancar Aktiva Tetap Beban ditangguhkan-hak atas tanah-bersih JUMLAH AKTIVA KEWAJIBAN LANCAR KEWAJIBAN TIDAK LANCAR JUMLAH KEWAJIBAN DEFISIENSI MODAL, BERSIH JUMLAH PASSIVA
2005 7.02
Tahun 2006 1.04
9.76 16.94 0.30 0.02 25.02 22.45 3.94 4.46 0.18 0.11 7.79 7.25 46.21 45.02 43.87 0.27 1.87 2.23 100.00 100.00 184.97 195.52 8.82 10.73 193.79 206.24 -93.79 -106.24 100.00 100.00
2007 Rata-rata 4.17 4.08 9.39 0.00 31.55 0.90 0.03 2.44 46.04 0.27 2.51 100.00 155.63 11.91 167.54 -67.54 100.00
12.03 0.11 26.34 3.10 0.11 5.83 45.76 14.80 2.21 100.00 178.70 10.49 189.19 -89.19 100.00
Dari analisis vertikal terhadap neraca dapat terlihat dari tahun 2005 hingga 2007 adalah pada kewajiban lancar. walaupun pada tahun 2007 kewajiban lancar mengalami penurunan. Sedangkan pada aktiva lancar memiliki kontribusi kedua terbesar setelah kewajiban lancar. kontribusi yang diberikan aktiva lancar sangat berbeda jauh dengan kewajiban lancar selisih kontribusi antara kewajiban dengan aktiva hampir 3 kali lipat (tabel 14). Komponen piutang usaha memiliki kontribusi kedua terbesar pada aktiva lancar setelah persediaan pada tahun 2005 hingga 2007. ini berarti perusahaan mengalokasikan dananya sebesar 9.96 persen. 16.96 persen dan 9.39 persen untuk membiayai piutang usaha yang berasal dari pihak ketiga maupun pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 4.5.4. Analisis Investasi Piutang Dalam analisis investasi piutang ditentukan dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata- rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi. Hasil analisis investasi piutang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi terdapat selisih yang cukup besar. Investasi piutang
53
yang diperoleh hasilnya sama dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2005-2007 investasi dalam piutang jika memperhitungkan antara penjualan kredit perusahaan dengan penetapan perputaran piutang PT. Unitex. maka investasi dalam piutang selama tiga tahun dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini. Tabel 15. Analisis Investasi Piutang Investasi Piutang
Tahun 2005
2006
17,886,261,266.00
2007
27,100,397,415.00 14,140,564,292.00
Dari hasil yang diperoleh investasi piutang sama dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan. hal ini membuktikan bahwa piutang yang terdapat pada perusahaan ini sudah terbayar dan pengelolaan piutang pada perusahaan ini sudah cukup baik karena untuk setiap tahunnya tidak terdapat penunggakan pembayaran piutang hingga tahun berikutnya. 4.6. Keefektifan Pengelolaan Piutang PT. Unitex Pada analisis kinerja piutang PT. unitex. terutama pada analisis rasio perputaran piutang dan penagihan rata-rata. dari hasil perhitungan membuktikan pengelolaan piutang PT. Unitex sudah baik karena pelanggan dalam melakukan pembayaran piutangnya lebih cepat dari yang ditentukan. Namun keefektifan pengelolaan tersebut belum sepenuhnya efektif. karena perusahaan harus menanggung risiko yang cukup besar apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran. Hal ini disebabkan perusahaan tidak menetapkan analisis 5C terhadap pelanggan dan perusahaan masih menggunakan sistem kepercayaan kepada agen penjualan untuk melakukan analisis tersebut. Dengan demikian pengelolaan piutang PT. Unitex belum efektif karena tidak diterapkannya sistem 5C. walaupun sebenarnya keadaan pembayaran piutang untuk setiap pelanggan sudah tepat pembayaran. Risiko
keterlambatan
pembayaran
pada
pelanggan
akan
dapat
mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan secra tidak langsung namun keefektifan piutang ini sangat mempengaruhi keadaan cashflow perusahaan.
54
Selain itu dengan tidak diterapkannya 5C perusahaan tidak dapat melihat sejauh mana kemampuan pelanggan untuk membayar utangnya. Keefektifan Pengelolaan piutang sangat berpengaruh pada cashflow perusahaan, jika melihat keadaaan piutang PT. Unitex dari tahun 2005-2007 mengalami penurunan artinya penjualan untuk PT. Unitex ini akan mengalami penurunan juga. Penurunan penjualan ini menyebabkan perusahaan dari tahun 2005-2007 mengalami kerugian yang sangat besar. hal ini disebabkan beban pokok penjualan pada tahun 2005 dan 2006 lebih besar daripada penjualan bersih. Beban pokok penjualan yang besar ini disebabkan harga yang ditetapkan perusahaan tidak dapat menutupi biaya produksi dan kenaikan bahan baku sehingga perusahaan harus menanggung beban tersebut. Harga kain untuk setiap pelanggan berbeda-beda sesuai dengan negosiasi yang dilakukan oleh bagian marketing. asalkan harga yang disepakati tidak boleh kurang dari harga yang telah ditetapkan. Beban pokok penjualan yang besar tersebut menyebabkan tingkat profitabilitasnya semakin kecil bahkan perusahaan mengalami kerugian untuk setiap tahunnya. Pengelolaan piutang pada PT. Unitex tidak begitu besar mempengaruhi tingkat profitabilitas karena PT. Unitex tidak terlalu besar mengeluarkan biaya penagihan namun profitabilitas PT. Unitex ini dipengaruhi oleh peningkatan beban pokok penjualan yang melebihi harga jual kain. Sedangkan untuk pengelolaan piutang PT. Unitex lebih mempengaruhi cashflow perusahaan. karena piutang memberikan kontribusi pendapatan terbesar kedua setelah persediaan dari aktiva lancar perusahaan. 4.7. Implikasi Manajerial Perusahaan unitex merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang tekstil. Keadaan perusahaan ini beberapa tahun ini mengalami kerugian. salah satunya pada tahun 2005 dan 2006. Salah satu penyebab kerugian adalah beban pokok penjualan lebih besar daripada penjualan bersih, hal ini disebabkan harga produk tidak bisa menutupi kenaikan bahan baku dan biaya produksi yang meningkat. Harga produk tersebut tidak dapat dinaikkan, karena harga yang berlaku pada PT. Unitex berdasarkan perjanjian yang telah disepakati untuk beberapa tahun. Selain itu harga produk untuk setiap pelanggan pun berbeda-beda. sesuai dengan negosiasi yang dilakukan bagian marketing. Perbedaan harga ini
55
pun semakin tidak mampu menutupi biaya produksi yang semakin meningkat. Selain itu penjualan yang kecil ini disebabkan oleh penurunan kemampuan daya beli pelanggan untuk membeli produk kain. karena penurunan permintaan terhadap produk kain menurun dari pada produk baju. Melihat keadaan PT. Unitex yang seperti itu, pimpinan perusahaan seharusnya membuat sebuah kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Pimpinan perusahaan dapat membuat sebuah kebijakan penetapan harga untuk satu tahun dengan melihat keadaan kondisi makroekonomi. Perusahaan harus dapat memprediksi beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi kenaikan harga pokok produksi untuk beberapa tahun yang akan datang sehingga harga yang telah ditetapkan dapat menutupi biaya produksi yang akan mengalami peningkatan untuk tahun yang akan datang. Perusahaan harus melihat keadaan ekonomi negara dengan melihat tingkat inflasi yang akan terjadi untuk tahun yang akan datang dan nilai kurs yang berlaku. Selain itu, perusahaan dapat melakukan strategi pemasaran dengan membuat sebuah produk kain yang dapat dinikmati oleh semua kalangan dan menambah pelanggan dengan ditetapkannya analisis 5C agar pengelolaan piutang untuk setiap pelanggan dapat terkontrol dengan baik dan perusahaan pun dapat mengetahui kemampuan pelanggan dalam membayar piutang kepada perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Hasil analisis kinerja piutang PT Unitex Tbk selama tiga tahun terakhir mencerminkan pengelolaan piutang yang belum efektif. Dari hasil analisis rasio keuangan, rasio likuiditas yang dihasilkan tidak likuid karena perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban lancar. Namun jika ditinjau dari rasio penagihan piutang kepada pelanggan sudah baik karena untuk setiap tahun jumlah piutang dari para pelanggan semakin rendah, hal ini membuktikan bahwa para pelanggan dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan dari hasil perhitungan ratarata penagihan piutang dari tahun 2005 hingga 2007 adalah 50 hari hingga 75 hari, hal ini jika dilihat dari batas bawah penentuan pembayaran yang ditetapkan perusahaan selama 30 hari membuktikan bahwa pembayaran utang pelanggan pada PT. Unitex lebih lambat dan jika dilihat dari batas atas penentuan pembayaran yang ditetapkan perusahaan selama 90 hari membuktikan pembayaran utang dari pelanggan lebih cepat dari yang ditetapkan perusahaan. Dengan keadaan seperti apabila perusahaan hanya menetapkan pembayaran piutang selama 30 hari akan banyak terjadi keterlambatan dalam pembayaran, namun perusahaan menetapkan jangka waktu pembayaran piutang selama 30-90 hari sehingga dapat memperkecil keterlambatan pembayaran piutang dan perusahaan akan cepat memperoleh kas. Dalam pemberian piutangnya perusahaan tidak menggunakan analisis 5C (Charakter, Capacity, Capital, Collateral dan Condition) tetapi bekerjasama dengan sebuah agen untuk memilih pelanggan baru. b. Jika dilihat dari kondisi setiap pelanggan yang ada di PT. Unitex, dapat disimpulkan sebagian besar pelanggan yang ada melakukan pembayaran secara tepat waktu sesuai dengan jatuh tempo yang disepakati, keterlambatan pembayaran yang terjadi hanya pada beberapa pelanggan saja dan keterlambatan ini terkadang disebabkan adanya kerusakan yang terjadi pada produk dan pelanggan tersebut akan mengeluarkan surat klaim kepada
57
PT. Unitex sehingga barang tersebut akan dicek ulang oleh bagain pengecekan PT. unitex dan memberitahukan bahwa barang tersebut harap segera dicek dan diperbaiki. c. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang dilihat dari dua sisi yaitu eksternal dan internal, untuk faktor internal adalah dari tingkat penjualan kredit sedangkan faktor eksternal adalah kurs dan inflasi. Faktor yang paling berpengaruh adalah penjualan kredit, karena semakin besar penjualan kredit maka akan semakin besar pula jumlah piutang dari para pelanggan untuk setiap tahunnya dan semakin besar pula resiko yang akan ditanggung oleh PT. Unitex. d. Jika dilihat dari rasio keuangan, analisis vertical, analisis horizontal, dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh dibawah standar yang telah ditentukan. Melihat keadaan yang seperti maka pengelolaan piutang secara keseluruhan pada PT. Unitex tidak begitu besar mempengaruhi tingkat profitabilitas karena PT. Unitex tidak terlalu besar mengeluarkan biaya penagihan. Sedangkan untuk pengelolaan piutang PT. Unitex lebih mempengaruhi cashflow perusahaan, karena piutang memberikan kontribusi pendapatan terbesar kedua setelah persediaan dari aktiva lancar perusahaan. 2. Saran a. PT. Unitex dalam mengelola piutang sudah cukup baik, namun sebaiknya apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran para pelanggan, perusahaan sebaiknya membentuk kelompok khusus yang terdiri dari staf-staf officer dan marketing untuk dapat memantau piutang pelanggan dan melakukan penagihan yang agresif agar tidak terjadi keterlambatan yang lama. b. Sebaiknya perusahaan meminta kepada pelanggan PT. Unitex untuk segera mengirimkan atau menerbitkan surat klaim terhadap produk yang rusak kepada PT. Unitex agar pembayaran piutang tidak terlambat akibat hal tersebut dan PT. Unitex dapat segera mengecek barang yang rusak tersebut. c. Dalam memberikan kredit kepada pelanggan baru sebaiknya melakukan PT. Unitex menggunakan analisis 5C, agar dapat meningkatkan pengelolaan piutang lebih efektif dan dapat mengecilkan risiko keterlambatan
58
pembayaran yang dilakukan pelanggan dan pimpinan perusahaan dapat membuat sebuah kebijakan penetapan harga untuk tahun yang akan datang dan kesepakatan harga sebaiknya tidak terlalu lama karena kondisi perekonomian yang selalu berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Barlian, I. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Yayasan Astra Honda Motor, Jakarta. Fess, W. 2005. Pengantar Akuntansi. PT Salemba Empat. Jakarta. Houston, B. 2001. Manajemen Keuangan. PT Erlangga. Jakarta. Laurita, L. 2006. Kajian Manajemen Piutang Koperasi Pegawai Arta Sarana Sejahtera Departemen Keuangan Republik Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Maya, S. 2005. Efektifitas Manajemen Piutang dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT Biro Klasifikasi Indonesia(Persero). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Malul, I. 2008. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. www.eprints.ums.ac.id/786/ .pdf. [ 22 Mei 2009]. Miranti, E. 2007. Mencermati Kinerja Tekstil Indonesian : Antara Potensi dan Peluang.www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/Artikel %20Ekonomi%20dan%20Bisnis/tekstil.pdf. [ 22 Mei 2009]. Munawir, S. 1995. Analisa Laporan keuangan. Liberty. Yogyakarta. Niswonger, C. 1999. Prinsip – Prinsip Akuntansi. Erlangga. Jakarta. PT. Unitex. 2005. Laporan Keuangan PT Unitex Tbk, Bogor. . 2006. Laporan Keuangan PT Unitex Tbk, Bogor. . 2007. Laporan Keuangan PT Unitex Tbk, Bogor. Riyanto, B. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE, Yoyakarta. Sundjaja, R.S. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Edisi Kelima. Litereta Lintas Media, Yogyakarta. Susilo, D. 2004. Kajian Piutang PT Sucofindo (Persero), Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. http;// www. Depprindag. go.id [17 Februari 2009].
61
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Unitex
Marketing Director
Central Coord Beureu Y. Taniuchi, Samino
President Director
Factory Director N. Ozawa
Marketing Dept S. Matsuie, S. Kawagoe Spinning K. Okubo, Syahrul Weaving Y. Taniuchi, S. Sapta Yarn Dyeing&Finishing Technical Production Ahmad Saputra Guarantae of Quality N. Ozawa, Tri Utility Sugi HP, Maman S
Administration Director
GA & Personal Sugi HP Accounting Heru Yulianto
62
Lampiran 2. Laporan Neraca PT Unitex Periode 2005-2007 (dalam rupiah) TAHUN KETERANGAN
2005
2006
2007
12,481,556,964
1,657,765,515
6,283,532,536
17,352,248,773 534,012,493 44,493,511,925 7,004,817,217 317,716,484 82,183,863,856
27,071,076,282 29,321,133 35,875,547,442 7,133,609,604 181,896,619 71,949,216,595
14,140,564,292 0 47,530,298,940 1,352,436,197 47,192,091 69,354,024,056
13,854,876,504 78,024,973,519 3,334,305,867 95,677,631,736 177,861,495,592
11,594,262,222 433,524,905 3,560,342,376 87,864,967,154 159,814,083,749
3,669,026,452 403,573,955 3,785,118,332 81,281,056,213 150,635,080,269
PASSIVA KEWAJIBAN DAN DEFISIENSI MODAL KEWAJIBAN LANCAR Hutang Usaha Pihak Ketiga 3,817,588,391 Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa 4,619,073,060 Pinjaman dari pemegang saham 315,418,175,683 Hutang Pajak 83,726,140 Hutang Sewa guna usaha jatuh tempo dalam satu tahun 7,994,312 Kewajiban Lancar Lainnya 5,042,343,472 JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR 328,988,901,058
5,753,685,198 11,606,384,607 288,784,703,249 40,675,169 0 6,280,541,484 312,465,989,707
6,619,070,800 3,401,912,129 211,317,100,164 8,427,758,753 0 4,660,212,621 234,426,064,467
AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Persediaan Pajak dibayar di muka Aktiva Lancar lainnya JUMLAH AKTIVA LANCAR AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva pajak tangguhan- bersih Aktiva Tetap Beban ditangguhkan-hak atas tanah-bersih JUMLAH AKTIVA TIDAK LANCAR JUMLAH AKTIVA
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Penyisihan imbalan kerja karyawan JUMLAH KEWAJIBAN
15,683,705,641 344,672,606,699
17,140,119,731 329,606,109,438
17,945,669,407 252,371,723,874
DEFISIENSI MODAL Modal Saham Agio Saham Selisih penilaian kembali aktiva tetap Akumulasi Kerugian DEFISIENSI MODAL, BERSIH JUMLAH PASSIVA
8,068,500,000 9,150,412,500 55,829,947,596 -239,859,971,203 -166,811,111,107 177,861,495,592
8,068,500,000 9,150,412,500 55,829,947,596 -242,840,885,785 -169,792,025,689 159,814,083,749
8,068,500,000 9,150,412,500 55,829,947,596 -174,785,503,701 -101,736,643,605 150,635,080,269
Sumber : Laporan Keuangan PT. Unitex
63
Lampiran 3. Laporan Laba Rugi PT Unitex Tahun 2005-2007 (dalam rupiah) Laporan Laba/ Rugi Tahun 2005-2007 KETERANGAN Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba/Rugi Kotor Beban Usaha Penjualan dan Pemasaran Umum dan Administrasi Jumlah Beban Usaha Rugi Usaha Penghasilan/ Beban lain-lain Laba/rugi selisih kurs-bersih Pendapatan Bunga Keuntungan atas Penjualan aktiva tetap Lain-lain bersih Jumlah penghasilan/beban lainlain bersih Rugi Sebelum Beban Pajak Penghasilan Beban Pajak Penghasilan Laba/Rugi Bersih Pos Luar Biasa Bersih Laba/Rugi Bersih
TAHUN 2005 2006 2007 119,355,888,951 130,492,534,514 128,638,187,971 117,219,699,949 143,516,421,354 128,889,287,732 2,136,189,002 -13,023,886,840 -251,099,761 4,934,491,021 5,829,656,395 10,764,147,416 -8,627,958,414
7,504,487,511 5,741,222,667 13,245,710,178 -26,269,597,018
4,641,125,021 4,715,619,978 9,356,744,999 -9,607,844,760
-7,434,380,700 255,510,820
25,220,496,435 82,799,719
-9,772,995,532 19,072,651
0 -507,543,328
317,938,812 -71,938,248
0 172,295,732
-7,686,413,208
25,549,296,718
-9,581,627,149
-16,314,371,622 -2,589,035,840 -13,752,335,782 0 -13,752,335,782
-720,300,300 -2,260,614,282 -2,980,914,582 0 -2,980,914,582
-19,189,471,909 14,366,880,530 -4,882,591,379 72,877,973,463 68,055,382,084
Sumber : Laporan Keuangan PT. Unitex
64
Lampiran 4. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Neraca PT.Unitex (dalam persentase) Komponen AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Persediaan Pajak dibayar di muka Aktiva Lancar lainnya JUMLAH AKTIVA LANCAR
2005
Tahun 2006
2007
Rata-rata
7.02
1.04
4.17
4.08
9.76 0.30 25.02 3.94 0.18 46.21
16.94 0.02 22.45 4.46 0.11 45.02
9.39 0.00 31.55 0.90 0.03 46.04
12.03 0.11 26.34 3.10 0.11 45.76
AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva pajak tangguhan- bersih Aktiva Tetap Beban ditangguhkan-hak atas tanah-bersih JUMLAH AKTIVA TIDAK LANCAR JUMLAH AKTIVA
7.79 43.87 1.87 53.79 100.00
7.25 0.27 2.23 54.98 100.00
2.44 0.27 2.51 53.96 100.00
5.83 14.80 2.21 54.24 100.00
PASSIVA KEWAJIBAN DAN DEFISIENSI MODAL KEWAJIBAN LANCAR Hutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Pinjaman dari pemegang saham Hutang Pajak Hutang Sewa guna usaha jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban Lancar Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR
2.15 2.60 177.34 0.05 0.00 2.83 184.97
3.60 7.26 180.70 0.03 0.00 3.93 195.52
4.39 2.26 140.28 5.59 0.00 3.09 155.63
3.38 4.04 166.11 1.89 0.00 3.29 178.70
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Penyisihan imbalan kerja karyawan JUMLAH KEWAJIBAN
8.82 193.79
10.73 206.24
11.91 167.54
10.49 189.19
DEFISIENSI MODAL Modal Saham Agio Saham Selisih penilaian kembali aktiva tetap Akumulasi Kerugian DEFISIENSI MODAL, BERSIH JUMLAH PASSIVA
4.54 5.14 31.39 -134.86 -93.79 100.00
5.05 5.73 34.93 -151.95 -106.24 100.00
5.36 6.07 37.06 -116.03 -67.54 100.00
4.98 5.65 34.46 -134.28 -89.19 100.00
Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2005-2007 (Diolah)
65
Lampiran 5. Analisis Persentase Perkomponen (Vertikal) Laporan Laba/Rugi PT. Unitex (dalam persentase) Komponen Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Rugi Kotor Beban Usaha Rugi Usaha Penghasilan/beban Lain Rugi Sebelum Pajak Beban Pajak Rugi/ Laba Bersih
2005 100.00 98.21 1.79 9.02 -7.23 -6.44 -13.67 -2.17 -11.52
Tahun 2006 100.00 109.98 -9.98 10.15 -20.13 19.58 -0.55 -1.73 -2.28
Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2005-2007 (Diolah)
2007 100.00 100.20 -0.20 7.27 -7.47 -7.45 -14.92 11.17 52.90
Ratarata 100.00 102.80 -2.80 8.81 -11.61 1.90 -9.71 2.42 13.03
66
Lampiran 6. Analisis Trend (Horizontal) Laporan Laba/Rugi PT. Unitex (dalam persentase) Komponen Penjualan bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor Beban Usaha Rugi Usaha Pendapatan dan Beban Lain Bersih Rugi bersih sebelum pajak Beban Pajak Rugi Bersih setelah pajak
2005 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Tahun 2006 109.33 122.43 -609.68 123.05 304.47 -332.40 4.42 87.31 21.68
Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2005-2007 (Diolah)
2007 107.78 109.96 -11.75 86.93 111.36 124.66 117.62 -554.91 -494.86
Rata-rata 105.70 110.80 -173.81 103.33 171.94 -35.91 74.01 -122.53 -124.40
67
Lampiran 7. Analisis Trend (Horizontal) Laporan Neraca PT. Unitex (dalam persentase) 2005
Tahun 2006
2007
7.02
1.04
4.17
4.08
9.76 0.30 25.02 3.94 0.18 46.21
16.94 0.02 22.45 4.46 0.11 45.02
9.39 0.00 31.55 0.90 0.03 46.04
12.03 0.11 26.34 3.10 0.11 45.76
AKTIVA TIDAK LANCAR Aktiva pajak tangguhan- bersih Aktiva Tetap Beban ditangguhkan-hak atas tanah-bersih JUMLAH AKTIVA TIDAK LANCAR JUMLAH AKTIVA
7.79 43.87 1.87 53.79 100.00
7.25 0.27 2.23 54.98 100.00
2.44 0.27 2.51 53.96 100.00
5.83 14.80 2.21 54.24 100.00
PASSIVA KEWAJIBAN DAN DEFISIENSI MODAL KEWAJIBAN LANCAR Hutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Pinjaman dari pemegang saham Hutang Pajak Hutang Sewa guna usaha jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban Lancar Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR
2.15 2.60 177.34 0.05 0.00 2.83 184.97
3.60 7.26 180.70 0.03 0.00 3.93 195.52
4.39 2.26 140.28 5.59 0.00 3.09 155.63
3.38 4.04 166.11 1.89 0.00 3.29 178.70
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Penyisihan imbalan kerja karyawan JUMLAH KEWAJIBAN
8.82 193.79
10.73 206.24
11.91 167.54
10.49 189.19
DEFISIENSI MODAL Modal Saham Agio Saham Selisih penilaian kembali aktiva tetap Akumulasi Kerugian DEFISIENSI MODAL, BERSIH JUMLAH PASSIVA
4.54 5.14 31.39 -134.86 -93.79 100.00
5.05 5.73 34.93 -151.95 -106.24 100.00
5.36 6.07 37.06 -116.03 -67.54 100.00
4.98 5.65 34.46 -134.28 -89.19 100.00
Komponen AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan Setara Kas Piutang Usaha Pihak Ketiga Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa Persediaan Pajak dibayar di muka Aktiva Lancar lainnya JUMLAH AKTIVA LANCAR
Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2005-2007 (Diolah)
Rata-rata