ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP STABILITAS ARUS KAS DAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN ( Studi Kasus di PT. ”X” )
Oleh DHAHIRI HAGYAR SIWI H 24076 030
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK Dhahiri Hagyar Siwi. H 24076030. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas Perusahaan. (Studi Kasus Di PT. ”X”). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah. PT. “X” merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengeboran minyak dan gas (drilling services) terutama pada jasa pengeboran berarah (directional drilling). Dalam persaingannya perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya sehingga diperlukan pengelolaan dana yang baik untuk kelancaran kegiatan operasinya dengan tingkat efisiensi yang optimal terutama dalam cash flow dan likuiditas perusahaan. Manajemen piutang yang baik disini sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan dana yang cukup dan menjaga likuiditas perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X”, serta menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” secara parsial maupun secara bersamaan. Data kuantitatif yang diperoleh dari pengambilan data pada perusahaan tersebut diolah dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang, analisis cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Penagihan piutang di PT.”X” dilakukan setelah perusahaan memberikan pelayanan jasanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang pada PT.”X” dapat dilihat dari dua faktor yaitu secara internal dan eksternal perusahaan. Faktor Internal antara lain faktor usaha penagihan, penjualan kredit, piutang ragu-ragu dan beban usaha. Faktor eksternal antara lain kebijakan pemberi kerja, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah/kurs. Dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan kas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan kas. Sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas terdapat pengaruh secara signifikan. Serta tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ARTO dengan likuiditas dan antara ACP dengan likuiditas sedangkan antara IP dengan likuiditas terdapat pengaruh secara signifikan. Secara bersamaan, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X”. Saran yang bisa diberikan penulis adalah dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap waktu perkembangan invoice serta mempererat hubungan baik dengan pihak pemberi kerja yang dapat melancarkan tagihan tersebut dengan cara mengadakan konsinyering (working committee meeting) antara perusahaan dan pemberi kerja, sehingga akan mempermudah pemecahan masalah dan memperjelas komunikasi antara perusahaan dan pemberi kerja.
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Arus Kas dan Likuiditas Perusahaan ( Studi Kasus Di PT. ”X” ) Nama
: Dhahiri Hagyar Siwi
NIM
: H 24076030
Menyetujui Pembimbing,
( Farida Ratna Dewi, SE, MM ) NIP : 197103072005012001
Mengetahui Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc ) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Blora pada tanggal 18 April 1983. Penulis meruapakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Suwar dan Dwi Sugiharti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri VIII Cepu pada tahun 1995, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cepu, lulus pada tahun 1998. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMU Negeri 1 Cepu. Pada tahun tersebut penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan selesai pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa studi, penulis aktif dalam organisasi kampus yaitu Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (DPM KM IPB) periode 20022003, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM Fapet IPB) periode 2003-2004, Ketua Tim Bina Desa IPB periode 2003-2004. Sejak tahun 2005, penulis bekerja sebagai karyawan swasta pada beberapa perusahaan, antara lain sebagai admin preschool di Arrahman Islamic School pada tahun 2005, staf finance di PT. Citra Perdana pada tahun 2006, Admin di PT. Ekamatra Etsa Equilibrium Bogor pada tahun 2007, Project Accounting and Finance Manager di CV. Agrolab Djawanusa Bogor pada tahun 2008 dan terakhir di PT. Qui Handika sebagai staf finance dari 2008 sampai sekarang.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul mengenai pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas pada PT.”X”. Menganalisis apakah terdapat pengaruh atau tidak manajemen piutang pada PT. “X” berpengaruh terhadap cashflow perusahaan tersebut dan likuiditasnya. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2.
Ibu Hardiana Widyastuti, SHut, MM dan Ibu Wita Juwita, STP, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengarahannya
3.
Direksi, staf dan karyawan PT. Qui Handika, Jakarta yang telah memberikan informasi serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Ekstensi Manajemen IPB.
5.
Bapak dan Ibu, Suami serta adik-adikku tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
6.
Rekan-rekan di kampus IPB yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah memberikan pahala atas kebaikannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Bogor,
April 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix I.
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
1 1 3 5 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2.1 Manajemen Piutang ........................................................................ 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ....................... 2.3 Kebijakan Terhadap Piutang yang Masih Belum Tertagih ............... 2.4 Kebijaksanaan Pemberian Piutang .................................................. 2.5 Stabilitas Kas .................................................................................. 2.6 Likuiditas ....................................................................................... 2.7 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitias Kas ................... 2.8 Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas .......................... 2.9 Penelitian Terdahulu .......................................................................
7 7 8 10 10 12 12 13 14 14
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang ........................................... a. Rasio perputaran piutang .......................................................... b. Periode penagihan rata-rata ...................................................... c. Analisis investasi piutang ......................................................... 3.4.2. Cash Conversion Cycle ............................................................ a. Days of Sales Outstanding ...................................................... b. Days of Sales in Inventory ...................................................... c. Days of Payable Outstanding ................................................. 3.4.3 Analisis Likuiditas ................................................................. a. Ratio Cepat (Quick Ratio) ....................................................... b. Ratio Lancar (Current Ratio) .................................................. c. Ratio Kas (Cash Ratio) ...........................................................
16 16 18 18 18 19 19 19 20 20 20 21 21 21 21 21 22
v
3.4.4 Analisis Regresi Berganda dan Korelasi ................................. a. Analisis Korelasi Pearson ........................................................ b. Analisis Regresi Berganda ...................................................... 3.4.5 Pengujian Hipotesis ............................................................... a. Uji Normalitas ....................................................................... b. Uji Multikolineritas ............................................................... c. Uji Autokorelasi ..................................................................... d. Uji Heteroskedastisitas ........................................................... e. Uji F ...................................................................................... f. Uji t ........................................................................................
22 22 23 24 24 24 25 25 26 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 4.1.1. Sejarah Perusahaan .................................................................. 4.1.2. Profil Perusahaan ..................................................................... 4.1.3. Visi dan Misi .......................................................................... 4.1.4. Produk dan Jasa ....................................................................... 4.2. Identifikasi Proses Manajemen Piutang di PT. ”X” ........................... 4.2.1 Verifikasi Dokumen Invoice Tagihan ....................................... 4.2.2 Pencairan Invoice Tagihan ....................................................... 4.2.3 Pengelolaan Piutang Perusahaan .............................................. 4.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi piutang PT.”X” ........................... 4.4.Penilaian Kinerja Piutang di PT. ”X” ................................................. 4.4.1. Rasio Perputaran Piutang ...................................................... 4.4.2. Periode Penagihan Rata-rata ................................................. 4.4.3. Analisis Investasi Piutang ..................................................... 4.5.Analisis Likuiditas ............................................................................. 4.5.1. Ratio Cepat (Quick Ratio) ..................................................... 4.5.2. Ratio Lancar (Current Ratio) ................................................ 4.5.3. Ratio Kas (Cash Ratio) ......................................................... 4.6. Analisis Stabilitas Kas (Cash Conversion Cycle) ............................... 4.6.1. Days of Sales Outstanding ................................................... 4.6.2. Days of Payable Outstanding ............................................... 4.7 Pengujian Hipotesis ........................................................................... 4.7.1 Uji Normalitas ....................................................................... 4.7.2 Uji Multikolineritas ................................................................ 4.7.3 Uji Autokorelasi ..................................................................... 4.7.4 Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 4.8 Analisis Korelasi dan Regresi Berganda ............................................ 4.8.1 Pengujian Regresi Berganda ................................................... 4.8.2 Pengujian Regresi Parsial ....................................................... 4.9 Implikasi Manajerial .........................................................................
27 27 27 28 28 28 30 30 32 33 34 37 37 38 39 39 40 41 41 42 42 44 44 44 46 47 48 49 54 55 56
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 57 1. Kesimpulan ................................................................................................. 58 2. Saran .......................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60 LAMPIRAN ...................................................................................................... 62
vi
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Piutang pada PT. Pertamina EP per 31 Juli 2009 .......................................... 2. Penilaian kinerja piutang tahun 2005-2009 PT.”X” ..................................... 3. Analisis likuiditas tahun 2005-2009 PT.”X” ................................................ 4. Analisis siklus konversi kas tahun 2005-2009 PT.”X” ................................. 5. Uji multikolineritas pada variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ............................................................................. 6. Uji multikolineritas pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ............................................................................. 7. Nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” .................... 8. Nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi likuiditas PT. “X” ...........
vii
4 38 40 43 46 47 50 51
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Produksi dan konsumsi minyak Indonesia tahun 1965-2007 ........................ 2. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................... 3. Perkembangan rasio likuiditas PT.”X” periode tahun 2005-2009 ................. 4. Perkembangan analisis siklus konversi kas PT.”X” tahun 2005-2009 ........... 5. Analisis normal P-Plot pada variabel yang mempengaruhi kas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ............................................................... 6. Analisis normal P-Plot pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT. “X” periode tahun 2007-2009 ............................................................... 7. Uji heteroskedastisitas pada variabel yang mempengaruhi kas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ................................................................ 8. Uji heteroskedastisitas pada variabel yang mempengaruhi likuiditas PT.”X” periode tahun 2007-2009 ................................................................
viii
1 17 41 43 45 45 48 49
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Harga minyak OPEC bulan Juli 2008 .......................................................... 2. Daftar perusahaan jasa pemboran ................................................................ 3. Proses penagihan invoice PT. Pertamina EP ................................................ 4. Proses pembuatan invoice tagihan ............................................................... 5. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2007 .............................. 6. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2007 ............................... 7. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2008 .............................. 8. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2008 ............................... 9. Laporan rugi laba PT.”X” per bulan selama tahun 2009 .............................. 10. Neraca keuangan PT.”X” per bulan selama tahun 2009 ............................... 11. Laporan rugi laba PT.”X” periode tahun 2005-2009 .................................... 12. Neraca keuangan PT.”X” periode tahun 2005-2009 .................................... 13. Hasil pengolahan regresi berganda dengan menggunakan SPSS .................
ix
63 64 68 70 72 73 74 75 76 77 78 79 80
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia mengalami gejolak kembali di akhir tahun 2007 setelah guncangan moneter pada tahun 1997. Hal ini mulai dari subprime mortgage(1) dan melemahnya nilai tukar Amerika, telah menimbulkan naiknya harga minyak dunia yang kemudian juga berimbas terhadap naiknya harga komoditas pangan. Pada situasi harga minyak yang kurang menentu ini diperparah dengan adanya permasalahan pasokan minyak di beberapa negara (Nigeria, Laut Utara dan Teluk Mexico) kenaikan harga minyak dunia telah mencapai rekor terbaru hingga sempat menembus US$ 140/barel di awal Juli tahun 2008 (Lampiran 1). Situasi global tersebut juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia sebagai salah satu pemasok sekaligus pengimport minyak bumi dalam jumlah cukup besar di dunia. Mulai tahun 1998 produksi minyak Indonesia turun secara terus menerus, sementara konsumsi terus meningkat. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan produksi versus konsumsi minyak bumi Indonesia dalam kurun waktu 1965-2007.
Gambar 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia Tahun 1965-2007 (1) Subprime mortgage : kredit perumahan yang diberikan oleh perusahaan mortgage broker Amerika Serikat dengan bunga yang rendah di awalnya (2-5 tahun), namun tahun berikutnya bisa naik sampai 1,5 kali lipat, dan akhirnya banyak yang macet. Setelah macet kredit ini dijual ke bank untuk membereskan kredit tersebut sehingga mempengaruhi perekonomian negara tersebut.
2
Kegiatan industri perminyakan dimulai dari kegiatan eksplorasi, diikuti pemboran dan komplesi, konstruksi fasilitas produksi, tahap produksi, dan penyaluran minyak ke titik jual. Dahulu kita melihat perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia sebagai perusahaan raksasa, baik Pertamina maupun perusahaan minyak asing. Kecederungan setelah tahun 2000, perusahaan kecil mulai banyak tumbuh, beberapa di antaranya semakin besar (Lampiran 2). Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah semakin menggebu. PT. “X” merupakan salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengeboran minyak dan gas (drilling services) terutama pada jasa pengeboran berarah (directional drilling), yang bersaing ketat melawan perusahaan asing seperti halnya PT. Elnusa dan PT. Schlumberger yang tentunya memiliki modal lebih besar dalam memperebutkan kepercayaan pelanggan. Sehingga perusahaan memerlukan perumusan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya tersebut. Salah satu strategi dalam pengelolaan dana yang baik untuk kelancaran kegiatan operasinya dengan tingkat efisiensi yang optimal adalah memperhatikan pengelolaan cashflow dan likuiditas perusahaan. Cashflow perusahaan akan mengalami perubahan serta mengakibatkan kinerja perusahaan berpotensi menurun jika kondisi ekonomi serta nilai tukar rupiah terhadap US$ tidak menentu, mengingat transaksi yang dilakukan perusahaan sebagian besar menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Kinerja perusahaan yang menurun tersebut akan mengakibatkan pada daya saing yang lemah terhadap perusahaan – perusahaan lain terutama perusahaan asing yang modalnya dan skala usahanya lebih besar. Likuiditas dalam hal ini berkaitan dengan kewajiban yang harus diselesaikan perusahaan. Perusahaan harus menyelesaikan kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. Kewajiban jangka pendeknya antara lain sewa alat dan biaya pengiriman alat. Sedang kewajiban jangka panjangnya merupakan hutang bank atas pembelian alat. Perusahaan akan mengusahakan
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
3
pembayaran hutangnya sebelum jatuh tempo dengan mempersiapkan sejumlah dana yang dibutuhkan sebelumnya tanpa mengganggu dana untuk operasional harian. Manajemen piutang yang baik disini sangat diperlukan guna menjaga ketersediaan
dana
yang
cukup
dan
menjaga
likuiditas
perusahaan,
meminimumkan jumlah piutang yang terlambat tertagih serta mengantisipasi piutang tak tertagih. Manajemen piutang dalam hal ini adalah meliputi proses pembuatan tagihan, proses penagihan kepada pemberi kerja, proses kontrol tagihan sampai dengan pencairan tagihan dan masuk dalam rekening perusahaan. 1.2.
Perumusan Masalah PT. “X” dimana sebagian besar pekerjaannya didapatkan dari kontrak
dengan PT. Pertamina Eksplorasi, tentunya akan mengikuti aturan dan prosedur yang ditentukan oleh PT. Pertamina Eksplorasi sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati. Mekanisme pembayaran tagihan tersebut antara lain meliputi proses pembuatan draf invoice, proses pembuatan invoce, proses verifikasi keuangan, proses pembuatan SA dan SP3 serta terakhir adalah proses pembayaran invoice oleh keuangan pusat (Lampiran 3). PT. “X” akan mencatat tagihan tersebut sebagai pendapatan perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan adalah pada saat invoice tagihan tersebut mendapat persetujuan dari pihak yang akan membayar, sedang sebelumnya tercatat sebagai piutang dari sejak tanggal selesai pekerjaan dan invoice masuk ke pemberi kerja. Proses pembuatan invoce sampai dengan persetujuan invoice yang akan dibayar disini bisa memakan waktu 2-4 bulan, sedangkan dalam kesepakatannya invoice akan dibayar dalam waktu satu bulan setelah pekerjaan tersebut selesai dilakukan. Hal ini menyebabkan invoice tagihan semakin lama semakin menumpuk dan jumlah piutang menjadi semakin besar padahal biaya operasional pekerjaan tersebut sudah banyak dikeluarkan, hal ini bisa terlihat pada Tabel 1.
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
4
Tabel 1. Piutang pada PT Pertamina EP per 31 Juli 2009
No
No Invoice
Tgl masuk invoice
Jumlah ($)
1 2
043/QH-INV/RCD-C3/V/09 044/QH-INV/MBU-1.4/V/09
2-May-09 8-Apr-09
136,800.35 251,986.79
3
045/QH-INV/B-904/V/09
5-May-09
254,379.89
4
046/QH-INV/RNT-SZ7/V/09
16-May-09
97,307.10
5 6 7 8 9
047/QH-INV/PTB-GC6 LIH/V/09 048/QH-INV/PTB-GC6/V/09 049/QH-INV/MBU-1.4RW/VII/09 050/QH-INV/ B-906/VII/09
19-May-09 18-May-09 5-May-09 13-Jun-09
115,068.34 149,090.07 216,986.50 168,485.28
051/QH-INV/ PTB-GC7/VII/09
10-Juli-09
127,778.07
10
052/QH-INV/ PTB-GC7 LIH/VII/09 053/QH-INV/ B-902/VII/09
10-Juli-09 13-Juni-09
17,836.00 179,414.38
054/QH-INV/ PTB-GC7 ST/VII/09
27-Juli-09
62,399.69
11 12
Total jumlah tagihan
1,777,532.45
Sumber : Data sekunder PT. ”X”
Proses tagihan yang relatif panjang dengan birokrasi yang cukup rumit menambah lamanya proses pencairan dana yang akan masuk perusahaan. Belum lagi masalah pada operasional di lapang seperti perbedaan persepsi antara engineer perusahaan dan pengawas lapangan oleh pemberi pekerjaan dalam hal waktu kerja, jumlah alat, lost in hole(2) dan lainnya. Kondisi yang dihadapi PT. “X” membuktikan bahwa suatu perusahaan memerlukan sebuah strategi yang tepat untuk menghadapi sistem birokrasi yang ada. Strategi bisnis yang dapat dilakukan berupa pengelolaan piutang secara efektif agar bisnis dapat berjalan dengan lancar. Sehingga walaupun perusahaan harus mengikuti birokrasi yang panjang namun perusahaan tetap bisa memperhitungkan kapan piutang akan tertagih. Setiap
perusahaan
dalam
menjalankan
kegiatan
usahanya
selalu
membutuhkan kas. Kas memiliki suatu siklus untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu perusahaan melakukan pengeluaran kas dan penerimaan kas. Siklus itu biasa disebut dengan Cash Cycle atau Cash Conversion Cycle (CCC). Cash
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
5
Conversion Cycle (CCC) dapat digunakan untuk mengetahui likuiditas riil yang berbeda dengan rasio likuiditas. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain : 1. Bagaimana gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X” ? 3. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial)? 4. Bagaimana pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan)? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. “X”. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. “X”. 3. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara partial). 4. Menganalisis pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas arus kas dan likuiditas perusahaan di PT. “X” (secara simultan). 1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
beberapa pihak yang berkepentingan antara lain : 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam
penetapan
kebijaksanaan,
pertimbangan
dalam
penyusunan perencanaan dan strategi dalam pengambilan keputusan yang kaitannya dengan kebijakan manajemen atau pengelolaan piutang
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
6
2. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang kaitannya dengan topik yang sama. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini diarahkan pada bagaimana perusahaan melakukan
pengelolaan piutang perusahaan khususnya pada pemberi kerja PT. Pertamina Eksplorasi yang dapat mempengaruhi stabilitas arus kas dan likuiditas keuangan perusahaan.
(2) lost in hole : peralatan dinyatakan hilang di dalam sumur karena adanya masalah serius, seperti ledakan dan lain-lain
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga piutang merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar perusahaan. Sedangkan pengertian piutang secara khusus adalah suatu perkiraan yang timbul akibat adanya tambahan kegiatan perusahaan dalam pemberian kredit. Munawir (2002) menyebutkan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan bagarng dagangan secara kredit, tetapi karena hal-hal lain misalnya piutang kepada pegawai, piutang karena penjualan saham secara angsuran atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. Piutang-piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam neraca secara informatif. Piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan (Niswonger et al, 1999). Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa manajemen piutang dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam manajemen piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari penjualan. Manajemen piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu penjualan kredit per hari dan jumlah hari rata-rata periode pengumpulan piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Piutang mengandung
8
resiko berupa kegagalan penagihan atau biasa disebut bad debts, kemungkinan resiko ini akan semakin kecil apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggan yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah : 1. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet 2. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi. 3. Bertambah besarnya modal dan biaya modal yang terkait dalam rekening-rekening piutang yang kurang layak (mereka yang membayar lambat, sehingga rata-rata jangka waktu penagihan menjadi bertambah panjang. Kebijaksanaan kredit suatu perusahaan merupakan suatu alat persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain. Perluasan pemberian kredit ini hampir sama dengan kebijaksanaan pengurangan harga perusahaan. Antara kebijaksanaan kredit suatu perusahaan dengan tingkat penjualannya terdapat hubungan yang erat. Manajemen keuangan dari perusahaan itu yang menetapkan kebijaksanaan kredit. Menurut Riyanto (2001) kebijakan manajemen kredit suatu perusahaan ada tiga variabel utama yaitu : 1. Credit Standart Menentukan siapa yang pantas untuk diberikan kredit 2. Credit Terms Menentukan kondisi dimana waktu kredit dapat diperpanjang, contoh : perpanjangan waktu sampai 60 hari credit terms 30 hari 3. Collection Policies Menentukan seberapa agresif perusahaan tersebut akan mengejar orang yang tidak membayar hutang atau tterlambat membayar hutangnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang Dalam rangka memperbesar volume penjualan, perusahaan menjual produknya secara kredit. Penjualan kredit tidak langsung menambah kas, tetapi menimbulkan piutang dan baru kemudian pada waktu jatuh tempo baru terjadi aliran cash flow. Oleh karena itu piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus menerus dalam perputaran modal kerja.
9
Dalam keadaan normal dan penjualan dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang jauh lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja. Menurut Riyanto (2001) menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah a.
Volume penjualan kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan maka semakin besar jumlah investasi dalam piutang. Semakin besar volume penjualan kredit dari setiap tahun berarti perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Semakin besar jumlah piutang maka semakin besar resiko.
b.
Syarat pembayaran penjualan kredit Syarat ini dapat bersifat ketat atau lunak. Jika perusahaan menetapkan pembayaran ketat berarti perusahaan lebih mementingkan keselamatan kredit daripada profitabilitas.
c.
Ketentuan tentang pembatasan kredit Perusahaan dalam hal ini dapat menetapkan batas maksimal bagi kredit yang diberikan pelanggan. Semakin besar batas maksimal yang diberikan maka semakin besar dana yang diinvestasikan dalam piutang.
d.
Kebijakan dalam mengumpulkan piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif.
e.
Kebiasaan membayar dari para pelanggan Ada pelanggan yang suka membayar dengan menggunakan cash discount dan ada juga pelanggan yang tidak menggunakan kesempatan ini. Hal ini tergantung dari cara penilaian mereka mana yang lebih menguntungkan dari kedua alternatif tersebut.
10
Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih Kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih adalah prosedur yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekening-rekening yang jatuh tempo (Sawir, 2001). Usaha penagihan piutang juga sebaiknya ditingkatkan karena akan mengurangi investasi dan pengeluaran piutang ragu-ragu serta akan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai sumber dana yaitu melalui factoring maupun pledging dari piutang. a. Factoring (Anjak Piutang) Pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri b. Pledging (Penggandaan Piutang) Pledging hampir sama dengan factoring, hanya dalam pledging perusahaan menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh dana bagi kelangsungan perusahaannya. Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara penjual barang atau jasa dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam suatu prosedur yang harus dijalani oleh kedua belah pihak. Setelah itu perusahaan yang menggadaikan piutang mendapatkan faktur dari lembaga keuangan. Setelah itu lembaga keuangan mempelajari faktur tersebut dan membuat penilaian. Faktur perusahaan yang memenuhi syarat standar kredit lembaga keuangan, tidak dapat menggadaikan piutangnya. Kebijaksanaan pemberian piutang Menurut Barlian dan Sundjaja (2003), kebijakan kredit adalah suatu penetapan dalam penyelesaian pemberian kredit, standar kredit dan syarat kredit. Seleksi dalam pemberian kredit adalah suatu keputusan seseorang/perusahaan akan memberikan kerdit kepada pelanggannya dan jumlah kredit yang diberikan.
11
Lima dimensi utama yaitu : 1. Character (Karakter) Karakter yaitu melihat dan memperhatikan sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan lain-lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan keinginan untuk membayar. 2. Capacity (Kemampuan) Kemampuan yaitu melihat kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya dalam memperoleh penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan membayar. 3. Capital (Kapital) Kapital adalah mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan kapital atau modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan utang dan kapital. 4. Collateral (Kolateral) Kolateral artinya mngukur besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit 5. Condition (Kondisi) Kondisi disini maksudnya adalah memperhatikan kondisi perekonomian pada umumnya serta kecenderungan (trend) perekonomian yang akan mempengaruhi terhadap jalannya perusahaan. Analisis kredit memberi perhatian utama terhadap karakter dan kemampuan karena merupakan dasar yang utama dalam memberikan kredit. Pertimbangan terhadap 3K yang lain penting dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan, yang juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari analisis kredit. Informasi untuk memperoleh kredit biasanya diberikan bersamaan dengan formulir yang terdiri dari data keuangan, informasi kredit dan referensi. Itu juga bisa dibilang sebagai permohonan. Jika perusahaan sudah pernah memberikan kredit kepada pemohon maka perusahaan mempunyai sejarah dari informasi pembayarannya. Sumber dari luar yang termasuk informasi lain diantaranya
12
laporan keuangan, lembaga pemeringkat kredit, lembaga informasi kredit, assosiasi bisnis serta bank. Perusahaan tidak hanya menentukan kemampuan kredit dari pelanggan tetapi juga harus memperhatikan jumlah maksimum kredit yang diberikan. Selain itu perusahaan harus membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan yang dapat diberikan kredit. Stabilitas Kas Menurut Munawir (2002), pengertian kas adalah tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet). Menurut Ross (1998) dalam Octavia (2004), siklus kas adalah periode waktu antara pengeluaran kas dan penerimaan kas atas kas yang telah dikeluarkan tersebut. Atau dapat juga dikatakan sebagai selisih antara siklus operasi dengan periode hutang. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Siklus Kas = Siklus Operasi – Periode Piutang …………..(1) Likuiditas Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih menurut Riyanto
(2001)
tentang
masalah
likuiditas
menyatakan
bahwa
masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang akan segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kemampuan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kemampuan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar.
13
Menurut Riyanto (2001) juga, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat ditagih. Sedangkan untuk mengukur likuiditas tersebut digunakan rasio likuiditas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan likuiditas adalah perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan jumlah hutang lancar dan pengeluaran-pengeluaran rutin untuk penyelenggaraan perusahaan dilain pihak. Atau dapat pula dikatakan bahwa likuiditas adalah kecepatan dan kemudahan suatu aktiva untuk diubah menjadi kas. Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Stabilitas Kas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas sangat penting kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga merupakan bagian dari investasi. Operasional kas harus benar-benar mencukupi dalam aktivitas perusahaan tersebut, karena dengan adanya kas yang cukup maka dapat menunjang kegiatan operasional dan sebaliknya apabila kas yang tersedia tidak mencukupi akan mengakibatkan terganggunya kegiatan operasional perusahaan itu sendiri. Operasional kas yang dimaksud adalah bagaimana caranya perusahaan dalam menjalankan aktivitas keuangan sesuai dengan produksi yang telah ditetapkan. Pada Riyanto (2001) juga disebutkan, arus kas masuk dan arus kas keluar harus diupayakan seimbang, artinya tidak terjadi saldo kas yang berlebihan ataupun keuntungan. Saldo kas yang berlebihan dari kebutuhan akan mengorbankan kegiatan operasional perusahaan karena tertanam jumlah uang kas yang tidak produktif. Tetapi sebaliknya saldo kas yang defisit akan menyebabkan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik dan akibat selanjutnya kegiatan perusahaan dapat terganggu karena kurangnya pembiayaan. Sehingga diperlukan adanya penyusunan anggaran penerimaan dan pengeluaran kas yang baik, sehingga menghasilkan jumlah saldo yang optimal agar dapat menunjang aktivitas perusahaan. Jumlah kas yang optimal berarti dapat membiayai operasi perusahaan sehari-hari dan kewajiban finansial perusahaan tetap pada saat ditagih.
14
Pengaruh Manajemen Piutang terhadap Likuiditas Perusahaan Menurut Riyanto (2001), makin cepat suatu piutang berputar, maka maka makin liquidlah piutang itu. Itu berarti bahwa periode piutang menjadi semakin pendek. Sehingga semakin pendek periode piutang, maka semakin likuidlah piutang itu. Demikian juga halnya dengan persediaan, hutang, dan kas. Pada Riyanto (2001) juga menyebutkan bahwa siklus operasi perusahaan mempengaruhi kelikuiditasan operasi perusahaan tersebut. Dan bahwa semakin panjang siklus operasi perusahaan, maka operasi perusahaan juga semakin illikuid (tidak likuid), karena kecepatan berubahnya aktiva menjadi kas menjadi semakin lambat akibat semakin panjangnya siklus operasi perusahaan. Dengan semakin pendeknya suatu siklus operasi perusahaan, maka aktiva perusahaan dapat dengan cepat diubah menjadi kas dan dapat dengan cepat pula digunakan untuk siklus operasi perusahaan yang berikutnya. Penelitian Terdahulu Susilo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Manajemen Piutang PT. Sucofindo (Persero) Jakarta” bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis cara pengelolaan piutang, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang serta menganalisis dan mengetahui investasi dalam piutang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio, analisis horizontal, analisis investasi piutang, analisis biaya dan analisis regresi dengan SPSS versi 10. Hasil penelitian ini adalah pengelolaan piutang perusahaan tersebut tidak efektif dan faktor yang berpengaruh signifikan adalah usaha penagihan. Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktek manajemen piutang pada PT. Biro Klasifikasi Indonesia, mengidentifikasi dan menganalisis keefektifan manajemen piutang terhadap profitabilitas. Pengolahan data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi adalah analisis horizontal, analisis vertikal, analisis rasio dan analisis profitabilitas. Dari hasil penelitian menyatakan pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia kurang baik, hasil
15
yang diperoleh dari setiap analisis yang ada hasilnya dibawah standar umum yang ditetapkan dan adapun beberapa saran yaitu membentuk kelompok khusus dari staf-staf untuk mengikuti pelatihan agar dapat memantau piutang dan melakukan penagihan dan pemberian insentif karyawan yang berhasil menagih piutang. Agustina (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (studi kasus PT. Unitex Tbk Bogor)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai praktek manajemen piutang, menganalisis kinerja manajemen piutang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang serta mengetahui keefektivan pengelolaan manajemen piutang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa jika dilihat dari rasio keuangan, analisis vertical, analisis horizontal dan analisis investasi piutang hasil yang diperoleh dibawah standart yang telah ditentukan dengan beberapa saran yang diberikan yaitu membentuk kelompok khusus untuk dapat memantau piutang dan melakukan penagihan agresif serta percepatan penerbitan surat klaim terhadap produk yang rusak agar pembayaran piutang dari pelanggan bisa disegerakan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian Kondisi piutang perusahaan digunakan sebagai dasar untuk menentukan
atau menilai pengelolaan piutang perusahaan. Dalam penelitian ini dari proses pengelolaan piutang yang ada akan dievaluasi pelaksanaan proses penagihan dengan menggunakan analisis pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja piutang dalam hal ini dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan serta data dari bagian penagihan, dimana pengukuran kinerja piutang dianalisis dengan melakukan pengukuran output. Pengukuran dari aspek output adalah mengukur dan mengevaluasi dampak dari kebijakan proses penagihan yang dijalankan terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pengukuran output menggunakan rasio-rasio yang dipakai dalam penelitian ini antara lain adalah rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang. Stabilitas kas disini diukur dengan menggunakan analisis cash conversion cycle dan likuiditas diukur dengan analisis ratio likuiditas yang meliputi rasio cepat dan ratio lancar. Pengukuran kinerja piutang dalam penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan (Gambar 2). Dimulai dengan uji korelasi yaitu untuk memperoleh gambaran dari hubungan pengelolaan piutang pada PT. ”X” dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut, baru setelah itu dilakukan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh dari kinerja piutang tersebut terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Hasil dari analisis itu menjadi dasar untuk mendeskripsikan alternatifalternatif pengelolaan piutang yang efektif pada PT.”X” kaitannya dengan stabilitas kas dan likuiditas perusahaan tersebut.
17 PT. “X”
Pola Penjualan secara Kredit Manajemen Piutang
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Eksternal
Neraca
Internal
Catatan atas Laporan Keuangan
Analisis Penilaian Kinerja Piutang : - Account Receivable Turn-Over Ratio - Average Collection Period - Analisis investasi piutang
∼ ∼
Analisis Cash Conversion Cycle : - Days of Sales Outstanding - Days of Payable Outstanding
Laba Rugi
Analisis Rasio Likuiditas : - Rasio Cepat - Rasio Lancar - Rasio Kas
Analisis Korelasi Analisis Regresi Berganda Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji F dan Uji t
Saran Pengelolaan Piutang Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
18
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di PT.”X” yang bertempat di Jakarta
Selatan yang dipilih secara sengaja. Pengambilan data dilaksanakan selama lima bulan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2009.
3.3.
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri atas data sekunder dan
data primer. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, laporan manajemen tahunan, company profile perusahaan dan beberapa data penunjang diperoleh dari artikel, internet serta buku - buku yang berhubungan dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara (tanya jawab berkaitan dengan objek penelitian) dengan pihak manajemen perusahaan terutama yang memiliki tugas dalam pengelolaan piutang. Pemilihan narasumber dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa yang diwawancarai ahli dalam bidangnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai hal – hal yang terkait dengan topik penelitian.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data kuantitatif yang diperoleh diolah secara manual dan secara
komputerisasi dengan menggunakan analisis penilaian kinerja piutang, analisis
cash conversion cycle dan rasio likuiditas serta analisis regresi berganda dan korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16.00 untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari penerapan manajemen piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Pendekatan yang dilakukan dalam pengolahan hasil dan analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pendekatan akuntansi. Data yang diolah disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah dibaca, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian secara deskriptif.
19
3.4.1. Analisis Penilaian Kinerja Piutang Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan kinerja
piutang
perusahaan.
Pengukuran
yang
dipakai
adalah
dengan
menggunakan analisis rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over
Ratio), periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) dan analisis investasi piutang. A. Rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Menurut Sawir (2001), rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, dimana rataan jangka waktu penagihan adalah rataan jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Semakin tinggi rasio maka modal kerja yang ditawarkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika rasio ini semakin rendah berarti over investment yang dapat mengakibatkan semakin besar piutang artinya perusahaan tidak efektif dalam melakukan penagihan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Account Receivable Turn Over =
Penjualan .............................. (2) Piu tan g
B. Periode penagihan rata-rata (Average Collection Period) Rasio ini menunjukkan jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Sawir, 2001):
Average Collection Period =
Piu tan g ............... (3) Penjualan Kredit Harian
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui apakah hari rata-rata penagihan piutang realisasi sesuai dengan standar atau tidak. Apabila hari rata-rata penagihan piutang selalu lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan tersebut berarti cara penagihan piutang kurang efisien.
20
C. Analisis investasi piutang Metode yang biasa dilakukan untuk analisis investasi piutang pada umumnya sama dengan analisis investasi pada barang modal, yaitu dengan metode Net Present Value (NPV). Dalam metode NPV ini, menurut Sartoris dalam Susilo (2004) yaitu menyusun model keputusan kebijakan kredit yang memadukan semua manajemen aktiva lancar dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam analisis investasi piutang ditentukan juga dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang yang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi, analisis ini dirumuskan sebagai berikut :
Investasi dalam Piutang =
Penjualan Kredit ......................... (4) Perputaran Piu tan g
3.4.2. Analisis Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle) Menurut Keown (2005), metode ini menggunakan pendekatan bahwa tujuan perusahaan meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimkan modal kerja dapat
dilakukan
dengan
mempercepat
penagihan
kas
dari
penjualan,
meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Siklus kas ini bisa dihitung sebagai berikut : Cash Conversion Cycle = DSO + DSI – DPO .................................. (5) A. Days of Sales Outstanding (DSO) DSO juga bisa dianggap sebagai rata-rata umur piutang perusahaan atau ratarata periode penagihan. Days of Sales Outstanding (DSO) bisa dihitung sebagai berikut : Days of Sales Outs tan ding ( DSO) =
Piu tan g Dagang .................... (6) Penjualan Harian
21
B. Days of Sales in Inventory (DSI) DSI juga bisa dianggap rata-rata umur persediaan, yaitu rata-rata jumlah hari perusahaan menyimpan 1 dollar/rupiah persediaan. DSI bisa dihitung sebagai berikut : Days of Sales Inventory ( DSI ) =
Persediaan .... (7) H arg a Pokok Penjualan Harian
C. Days of Payable Outstanding (DPO) Rasio ini menunjukkan umur rata-rata (dalam jumlah hari) dari utang dagang perusahaan. Days of Payable Outstanding (DPO) bisa dihitung sebagai berikut: Days of Payable Outs tan ding ( DPO ) =
U tan g Dagang .. (8) H arg a Pokok Penjualan Harian
3.4.3. Analisis Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka
pendeknya
yang
jatuh
tempo.
Rasio
ini
dapat
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, rasio likuiditas terdiri dari : A. Ratio Cepat (Quick Ratio) Menurut Munawir (2002), rasio cepat merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang kurang likuid. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Cepat =
Aktiva Lancar − Persediaan ............................. (9) Kewajiban Lancar
B. Ratio Lancar (Current Ratio) Menurut Simamora (1999), rasio ini menunjukkan hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar menurut nilai-nilai rupiahnya. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Lancar =
Aktiva Lancar ...................................... (10) Kewajiban Lancar
22
C. Ratio kas (Cash Ratio) Menurut Simamora (1999), rasio ini merupakan indikator rasio paling likuid dalam mengukur kemempuan sesungguhnya perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio Kas =
Kas & Bank ........................................... (11) Kewajiban Lancar
3.4.4. Analisis Regresi Berganda dan Korelasi Analisis regresi berganda dan korelasi digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan dari kinerja piutang terhadap stabilitas kas dan likuiditas perusahaan. Analisis yang dilakukan antara lain : A. Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi pearson digunakan untuk menjelaskan derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Menurut Ridwan (2004) korelasi pearson mempunyai ketentuan nilai r adalah -1≤ r ≤ +1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diusulkan dan akan diuji secara korelasi adalah : Ho1 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ha1 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ho2 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha2 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho3 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha3 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Investasi Piutang Ho4 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha4 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho5 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha5 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Investasi Piutang Ho6 = Variabel Penagihan Rata-Rata tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha6 = Variabel Penagihan Rata-Rata berkorelasi dengan Investasi Piutang
23
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis nol (Ho) yang diusulkan adalah sebagai berikut :
∼ Ho diterima jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) > level significant (α).
∼ Ho ditolak jika r-hitung > r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2tailed) < level significant (α). B. Analisis Regresi Berganda Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001) adalah yang menggunakan lebih dari satu variabel yang mempengaruhi (independent variabel) untuk menaksir variabel dependent agar taksiran menjadi lebih akurat. Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk variabel yang independent (X) dan variabel yang dependent (Y). Pada penelitian ini analisis regresi berganda menghubungkan antara variabel kinerja piutang : Account Receivable Turn-Over Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Cash Conversion Cycle (Y1), serta Account Receivable TurnOver Ratio (X1), Average Collection Period (X2) dan investasi piutang (X3) dengan Likuiditas (Y2). Hubungan ini ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi, dimana variabel terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variabel bebas (X1, X2, X3,..., Xn) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = f (X) Y = f (X1, X2, X3,..., Xn) Dimana : Stabilitas Kas
Y1 = f (X1, X2, X3) Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
Likuiditas
Y2 = f (X1, X2, X3) Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
24
Keterangan : Y1 = Cash Conversion Cycle (CCC) Y2 = Likuiditas a = Nilai intercept (konstanta) b = Koefisien regresi X1 = Account Receivable Turn-Over Ratio X2 = Average Collection Period X3 = Investasi piutang Linieritas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda, karena memiliki variabel independent lebih dari satu. Suatu model regresi berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas seperti normalitas data, bebas dari asumsi klasik statistik multikolineritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas (Aminah dan Sutarman (2008). C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan : 1.
Uji Normalitas
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji normalitas data ini sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, antara lain adalah dengan nilai skewness, histogram dan Normal P-Plot. Nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva serta letak tersebarnya titik-titik pada Normal P-Plot adalah menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. 2.
Uji Multikolinearitas
Menurut Aminah dan Sutarman (2008), uji ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel lain dalam satu model. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam
25
proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilakukan dengan antara lain melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. 3.
Uji Autokorelasi (Uji Durbin Watson)
Menurut Arief (2006), autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi pada data time series. Akibat terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat signifikasi dan koefisien regresi yang ditaksir. Menurut Aminah dan Sutarman (2008), deteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan penentuan letak yang dibantu dengan tabel dl (batas bawah) dan du (batas atas), dan nilai k (jumlah variabel independent). Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. 4. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual
nilai
tersebut
sehingga
dapat
dikatakan
model
tersebut
homoskedastisitas. Cara memprediksinya adalah dengan melihat pola Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas.
26
5. Uji F Berkaitan dengan uji yang akan dilakukan dalam uji regresi yang akan dilakukan secara simultan dengan F-test maka Ho yang diusulkan dalam uji regresi linier berganda adalah Ho diduga
variabel Perputaran Piutang,
Penagihan Rata-Rata dan Investasi Piutang secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas dan sebaliknya untuk Ha (alternatif) Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Boedijoewono, 2001). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan kriteria uji yang digunakan : - Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen. - Bila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen. 6. Uji t Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah : - Bila t-hitung > t-tabel, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. - Bila t-hitung < t-tabel, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. “X” adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran sumur minyak, gas dan panas bumi yang beroperasi di daratan dan lautan. Perusahaan yang didirikan pada awal 1989 sebagai penyuplai bahan lumpur dan layanan engineering, setelah restrukturisasi di Juli 2005 berkembang menjadi perusahaan terkemuka nasional menyediakan berbagai layanan di bidang pengeboran di negara ini. Peraturan kualitas pada perusahaan ini adalah berdasarkan penawaran produk dan jasa pelanggan yang memenuhi maksud dan tujuan serta kewajiban secara kontrak terhadap pelanggan. 4.1.2 Profil Perusahaan Sejak didirikan, PT. “X” terus berupaya untuk membentuk tim manajemen yang handal dan professional serta mengembangkan sistem manajemen yang terdokumentasi dan telah diimplementasikan keseluruh organisasi perusahan. Tujuan utama PT. “X” adalah meminimilisasi biaya dan resiko untuk memberikan pelayanan demi kepuasan pelanggan serta memberikan penambahan nilai jual bagi pelanggan melalui teknologi yang terintegrasi serta inovasi yang berkesinambungan. PT. “X” didukung oleh vendor maupun perusahaan-perusahaan peralatan pemboran sumur minyak dari luar negeri yang mempunyai reputasi internasional. Sehingga pemilik proyek seperti Pertamina merasa puas dan memberikan penilaian yang baik atas prestasi PT. “X”. PT. “X” percaya pada investasi dan mempertahankan kualitas atas peralatan dengan inovasi dan teknologi terbaru untuk menyediakan peralatan pelanggan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan biaya total yang lebih rendah. PT. “X” selalu menjaga komitmen dalam bidang kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan disemua aspek operasi. Komitmen itu mendorong dilakukannya perbaikan terusmenerus melalui kesadaran dan pengurangan risiko.
28
PT. “X”
percaya bahwa setiap karyawan dapat menjadi pemimpin
keselamatan di tempat kerja hanya dengan mengambil kepemilikan keselamatan mereka sendiri dan membuat kesehatan dan keselamatan orang di sekitar mereka perhatian utama. Komitmen untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dipimpin PT. “X” untuk membangun sistem untuk memastikan PT. “X” memenuhi atau melampaui standar lingkungan dalam semua kegiatan. 4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. ”X” akan menjadi perusahaan dengan jaringan bertaraf nasional, yang memiliki fasilitas dan kualitas pelayanan yang memuaskan, dengan keuntungan yang optimal. Sedang misi – misi PT.”X” yaitu : 1. Menyediakan
peralatan
pelanggan
yang
tepat
untuk
meningkatkan
produktivitas 2. Menyediakan jasa- jasa engineering yang berkualitas 3. Meningkatkan hasil yang terbaik bagi stake holder 4.1.4. Produk dan Jasa PT.”X” Pada awal didirikan PT. “X” bergerak dalam bidang oil services, khususnya Mud Engineering dan Pengadaan Material untuk Mud Services. Setelah diambil alih pada tahun 2005, bidang usaha PT. “X” dibagi menjadi : a. Oil Services, yaitu Jasa Kontraktor yang meliputi : 1) Mud Engineering Penyedia jasa yang harus memutuskan yang terbaik untuk komposisi fluida pengeboran sumur, berdasarkan faktor-faktor seperti tekanan, kimia, dan jenis batu yang diharapkan yang harus dihadapi. 2) Mud Logging Penyedia jasa pengeboran serta pengambilan sampel dari lubang sumur untuk analisis. Hal ini biasanya dalam bentuk potongan yang lengkap, atau beberapa potongan tanah, yang dikenal sebagai lumpur log. Hal ini terutama bermanfaat dalam industri minyak dan panas bumi industri
29
pengeboran sebagai analisis liar lumpur dapat membantu mendeteksi keberadaan minyak atau daerah panas bumi. 3) Directional Drilling (pemboran berarah) Penyedia jasa pengeboran sumur non-vertikal. Kombinasi alur kerja dan teknologi memberikan data kualitas jalur pengeboran yang tepat. Jasa ini memungkinkan para ahli untuk membuat waktu-keputusan penting untuk efisien dan akurat penempatan yang baik 4) Logging Penyedia jasa pembukaan lahan dimana umumnya terjadi proses di mana pohon-pohon tertentu ditebang untuk pengeboran sumur. 5) Cementing Penyedia jasa penyemenan. Semen mendukung dan melindungi casing dan membantu mencapai zona isolasi. Hal ini diperlukan untuk proses pemboran lebih terjaga, aman, ramah lingkungan dan menguntungkan. b. Supply Trading, yaitu pengadaan material, personal dan suku cadang untuk pemboran seperti : 1) Mud Chemical guna tes lumpur 2) Directional Drilling Equipments & Spare Parts (Peralatan dan Suku Cadang Pengeboran Berarah) 3) Labor Supply (Drilling & Mud Engineers) / Tenaga ahli pengeboran Pemilihan bidang-bidang usaha diatas adalah berdasarkan pemikiran dan pertimbangan bahwa pada saat ini masalah tingginya harga minyak bumi dan krisis energi telah menyebabkan pemerintah Indonesia tidak mempunyai banyak pilihan kecuali dengan terus menerus mencari sumber minyak bumi baru (eksplorasi), maupun mengoptimalkan sumur minyak-sumur minyak yang ada (development wells, work over services). Baik eksplorasi maupun eksploitasi sumur minyak akan menimbulkan permintaan pekerjaan bagi penyedia kontraktor oil services. Dengan dukungan vendor, peralatan dan engineer-engineer yang telah berpengalaman, hal ini
30
menjadi kunci sukses bagi PT. “X” untuk mendapatkan proyek-proyek pengerjaan sumur minyak dan menyelesaikannya dengan baik. 4.2.
Identifikasi Proses Manajemen Piutang di PT. “X” Terjadinya piutang merupakan akibat pemberian jasa secara kredit, dimana
perusahaan memberikan pelayanan jasanya terlebih dahulu baru mendapat balas jasa atau pembayaran. Kebijakan kredit dan kebijakan pemberian jasa perusahaan tergantung dari negoisasi kontrak yang dilakukan antara pemberi pekerjaan dengan PT.”X” pada saat negoisasi. Bermula dari proses tender yang diikuti perusahaan sampai dengan menjadi pemenang tender yang ditandai dengan adanya surat penunjukan pemenang, serta surat perintah mulai pekerjaan (SPMP) untuk pelaksanaan pengeboran sumur pertama. Setelah pekerjaan yang dilakukan di lapangan selesai, Koordinator Lapangan akan menyerahkan beberapa dokumen yang akan digunakan menjadi dasar pembuatan invoice tagihan untuk dilakukan proses verifikasi di kantor pusat (lampiran 4). 4.2.1 Verifikasi Dokumen Invoice Tagihan Dokumen-dokumen yang dihasilkan dari pemboran sumur (Daily Drilling Report, Bottom Hole Assembly, Berita Acara dan sebagainya) merupakan bukti penting bagi PT.”X” sebagai vendor untuk dapat melakukan penagihan kepada pemberi kerja. Dokumen tersebut selanjutnya akan diproses oleh Bagian Keuangan PT.”X” untuk kemudian ditagihkan kepada pemberi kerja. Perhitungan dan penyusunan invoice kepada pemberi kerja dilakukan dengan mengecek dokumen-dokumen tersebut di atas harus sesuai dan konsisten satu dengan yang lainnya (misalnya antara Berita Acara Mulai Pekerjaan dengan Daily Report dan Equipment Activity Report harus sama dan konsisten). Untuk itu, diperlukan verifikasi teknis, sehingga pada saat dilakukan perhitungan dan penyusunan invoice oleh Bagian Keuangan, maka sudah tidak ada lagi inkonsistensi antar dokumen tersebut. Untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam memverifikasi dokumen, maka Koordinator Lapangan di sumur tersebut yang ditunjuk saat itu harus melakukan verifikasi bersama pada saat menyerahkan kepada Bagian Keuangan. Setelah seluruh dokumen dinyatakan lengkap dan sesuai, maka dibuatkan surat
31
serah terima dokumen yang ditandatangani oleh engineer dan bagian keuangan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi dokumen adalah sebagai berikut : a. Koordinator Lapangan harus telah ditetapkan oleh Koordinator Engineer pada saat PT.”X” akan mengirim engineer ke sumur yang dituju sesuai surat instruksi mobilisasi (surat pemanggilan) tertulis dari pemberi kerja oleh Company Man. b. Daily Drilling Report harus mencantumkan seluruh parameter, baik parameter mud motor, mud properties dan sebagainya. Data sebagaimana tercantum dalam laporan tersebut merupakan bukti tertulis tentang kemajuan (progress) pekerjaan pemboran, sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti bila dikemudian hari terjadi perbedaan pendapat (dispute) antara PT.”X” dengan Pemberi Kerja. c. Laporan harian pemboran (Daily Drilling Report) harus mencantumkan kegiatan secara rinci dan akurat, dan dapat memperlihatkan adanya jam operasional, jam standby, dan jam dimana kondisi alat PT.”X” rusak (down time). Laporan yang benar dan akurat akan sangat mendukung manajemen dan mempercepat proses penagihan kepada Pemberi Kerja. d. Antara Laporan Harian Pemboran (Daily Drilling Report), Personal & Equipment Activity Report, Job Service Ticket, dan Berita Acara harus konsisten dan sama antara satu dengan lainnya. e. Summary Drilling Report dibuat oleh Directional Drilling Engineer dan ditandatangani oleh Company Man. f. Setiap kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan operasional sumur dan penting bagi PT.”X”, agar dibuatkan Berita Acara yang menjelaskan mengenai kejadian/peristiwa tersebut. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh Engineer dan Company Man. g. Berita Acara Alat Tiba di lokasi dan Alat Keluar dari Lokasi (Berita Acara Serah Terima Peralatan) harus ditandatangi oleh Engineer dan Company Man. Berita Acara ini harus menjelaskan mengenai peralatan yang akan di
32
mobilisasi atau demobilisasi dengan data yang lengkap (jenis, nomor seri, jumlah dsb). Setiap Berita Acara tersebut harus dilampiri dengan tanda terima dari Pengangkut (Forwarder) dengan tanda tangan, nama jelas dan tanggal pada saat pengangkutan (sedapat mungkin nomor polisi kendaraan pengangkut dan nama pengemudi dicantumkan). h. Berita Acara Mulai Pekerjaan dan Selesai Pekerjaan harus mencantumkan jenis trayek, tanggal mulai dan selesai, dan ditandatangani oleh Engineer dan Company Man. i. Berita Acara Serah Terima Peralatan (Mulai Pekerjaan) dapat berbeda waktu dengan Berita Acara Mulai Pekerjaan. Namun Berita Acara Serah Terima Peralatan (Selesai Pekerjaan) harus sama waktunya (tanggal dan jam) dengan Berita Acara Selesai Pekerjaan. j. Laporan Akhir Sumur merupakan kumpulan dari seluruh Berita Acara dan Laporan-Laporan tersebut diatas yang dilaporkan kepada manajemen PT. “X”. Engineer harus menyiapkan 2 jenis copy, yaitu hard copy (asli dan fotocopy) serta soft copy dalam bentuk compact disc (CD) atau flash disk (USB). k. Permintaan Company Man untuk tambahan pekerjaan, tambahan peralatan dan Engineer harus dibuatkan Berita Acara sesuai dengan peruntukkannya. Sulitnya prosedur kelengkapan dokumen pendukung invoice tagihan inilah yang secara tidak langsung memakan waktu yang tidak singkat untuk menyelesaikannya. Pada kenyataannya dalam tahap ini saja PT.”X” melewatinya dalam waktu 1-3 bulan. Padahal dalam kontrak kerjasama tertera jangka waktu pembayaran adalah 30 hari. 4.2.2 Pencairan Invoice Tagihan Setelah invoice tagihan tersebut telah lolos dari verifikasi tim operasi Pemberi Kerja, maka selanjutnya dokumen tersebut akan diverifikasi kembali pada Bagian Keuangan Pemberi Kerja. Hal-hal yang diperiksa antara lain selain kelengkapan dokumen tagihan seperti halnya pada tim operasi sebelumnya, juga mengenai kelengkapan dokumen pajak, seperti SSP dan faktur pajak. Begitu
33
dokumen telah dinyatakan lengkap maka tidak lama invoice tagihan tersebut biasanya segera dicairkan. Pembayaran piutang yang dilakukan oleh para pemberi pekerjaan adalah dengan mentransfer melalui bank secara RTGS dalam mata uang Dollar Amerika Serikat. Divisi Keuangan (Account Recivable) menyerahkan cek/Bilyet Giro atau bukti transfer kepada bagian adminsitrasi keuangan untuk dibuatkan bukti penerimaan uang. Setelah dibuatkan bukti penerimaan kas/bank dilaporkan kepada direksi untuk dimintakan disposisi atas penerimaan tersebut. 4.2.3 Pengelolaan Piutang Perusahaan Di PT.”X” piutang usaha diakui setelah jasa selesai diberikan dan telah diterbitkan invoice. Apabila suatu pekerjaan belum selesai dilakukan pada akhir suatu periode, piutang tersebut dicatat sebesar jumlah pekerjaan yang sudah dilakukan. Jadi piutang usaha dalam PT. “X” merupakan tagihan perusahaan kepada para pemberi pekerjaan yang timbul melalui transaksi penjualan jasa secara kredit. Piutang dalam perusahaan membutuhkan perhatian penting terlebih pada perusahaan jasa seperti pada PT.”X” karena sebagian besar aktivanya adalah berupa piutang. Setiap perubahan dalam jumlah dan besar piutang akan berakibat pada profitabilitas perusahaan. Peningkatan penjualan jasa yang belum terbayar berarti peningkatan piutang, hal ini membutuhkan tambahan sumber keuangan untuk mendukung peningkatan investasi dalam piutang tersebut karena cashflow dari suatu penjualan tidak dapat diinvestasikan sampai piutang tersebut tertagih. Penagihan piutang di PT.”X” akan dilakukan setelah perusahaan memberikan pelayanan jasanya. PT.”X” akan mengeluarkan invoice yang akan diakui sebagai pendapatan. Piutang yang telah dikeluarkan invoicenya ini dapat ditagih kepada pemberi kerja. Pada umumnya dalam perjanjian jangka waktu pelunasan setelah dikeluarkannya invoice adalah 30 hari. Namun jika terdapat hambatan bisa sampai 2-4 bulan, tergantung permasalahan yang dihadapi. Contohnya jika terdapat ketidakkonsistenan dokumen pendukung dalam verifikasi dapat memakan waktu satu bulan lebih untuk revisi invoice dan konsulidasi dengan pihak yang terkait dalam hal ini engineer dan pihak pemberi kerja yang
34
bersangkutan di lapangan (company man) serta dengan pejabat pemberi kerja yang memberi otorisasi pembayaran. Apabila piutang tersebut lebih dari satu tahun belum juga tertagih maka perkiraan piutang tersebut akan dihapus dari account piutang usaha dan dianggap sebagai piutang ragu-ragu. PT.”X” mempunyai kebijakan terhadap piutang yang masih belum tertagih mengikuti prosedur yang ditempuh untuk memperoleh pembayaran dan rekeningrekening yang jatuh tempo (Sawir, 2001). Perusahaan dapat menggunakan piutang sebagai sumber dana melalui Pledging (Penggandaian Piutang) yaitu dengan menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh dana bagi kelangsungan perusahaannya. Sumber dana dari piutang merupakan kesepakatan legal antara PT.”X” dengan lembaga keuangan. Kesepakatan itu dinyatakan dalam suatu prosedur yang harus dijalani oleh kedua belah pihak. Kesepakatan tersebut selain berisi prosedur juga mengenai bunga yang harus dibayar yakni 15.5% per hari, platform pinjaman sebesar Rp. 5.000.000.000,00 dan jangka waktu pelunasan maksimal 90 hari. Dengan demikian PT.”X” memperoleh dana sementara untuk menutupi biaya operasionalnya sebelum piutang tersebut dibayar oleh pemberi kerja dan cashflow sementara akan aman. Sedangkan mengenai kebijakan dari dalam perusahaan, belum terdapat kebijakan khusus dari PT.”X” kaitannya dalam hal pemberian piutang. PT.”X” lebih mengandalkan kesepakatan yang akan dipenuhi antara kedua belah pihak yaktu PT.”X” dan pemberi kerja dalam hal pembayaran. Selain komitmen dari pemberi kerja untuk melunasi dalam tempo 30 hari, PT.”X” banyak mengandalkan karyawannya untuk monitoring dan usaha penagihan. Sehingga jumlah piutang tak tertagih akan banyak berkurang. 4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Piutang PT.”X” Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang pada PT.”X” dapat dilihat dari dua faktor yaitu secara internal dan eksternal perusahaan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang :
35
a. Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan tersebut. Pada PT.”X” faktor internal yang dapat ditemukan antara lain adalah faktor usaha penagihan, penjualan kredit, piutang ragu-ragu dan beban usaha. -
Usaha Penagihan Makin lama umur suatu piutang, maka kemungkinan piutang tersebut tidak tertagih makin besar. Agar piutang yang tidak tertagih jumlahnya semakin meningkat maka harus dikeluarkan biaya-biaya untuk menagih piutang tersebut. Usaha penagihan tersebut dilakukan dengan melakukan monitoring dan memperbanyak intensitas penagihan terhadap piutang tersebut.
-
Penjualan Kredit Tingkat penjualan kredit yang semakin besar maka akan berpengaruh pada peningkatan jumlah piutang. Dengan melakukan transaksi penjualan kredit yang cukup besar dalam satu tahun maka akan semakin besar piutang dari pelanggan, semakin besar pendapatan yang akan didapat PT.”X” dan akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh PT.”X apabila terjadi keterlambatan. Namun dengan besarnya piutang, perusahaan harus melakukan penagihan piutang kepada pelanggan secara rutin. Hal ini dilakukan agar jumlah piutang dari pelanggan tidak terlalu menumpuk dan tidak terjadi keterlambatan dalam pembayaran sehingga tidak terjadi piutang yang tidak tertagih.
-
Piutang Ragu-ragu Piutang ragu-ragu adalah piutang yang telah berumur lebih dari satu tahun. Semakin besar jumlah piutang maka semakin besar pula kemungkinan piutang tak tertagih.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun faktor ini mempengaruhi kondisi perusahaan. Yang termasuk faktor eksternal antara lain adalah kebijakan pemberi kerja, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah/kurs.
36
-
Kebijakan Pemberi Kerja Pemberi kerja memberlakukan kebijakan khusus dalam hal penagihan invoice pada perusahaannya. Dan kebijakan ini mau tidak mau diikuti oleh PT.”X” sebagai vendornya. Semakin rumit dan panjang birokrasi yang diberlakukan dalam kebijakan tersebut maka akan semakin besar resiko akan piutang tersebut lama tertagih. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam mengumpulkan piutang secara aktif maupun pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini secara aktif mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai kegiatan pengumpulan piutang tersebut dibandingkan perusahaan yang menjalankan secara pasif. Namun hasil yang didapat juga akan semakin baik jika dijalankan secara aktif, karena lebih dapat meminimumkan piutang tak tertagih.
-
Tingkat Inflasi Tingkat inflasi pada umumnya digunakan untuk menentukan situasi ekonomi. Bagi PT.”X”, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, PT.”X” akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya dengan cara memperbanyak pekerjaan yang dilakukan. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan PT.”X, maka PT.”X” enggan untuk meneruskan produksinya. PT.”X” bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha PT.”X” ini mungkin akan bangkrut.
-
Nilai Tukar Rupiah/Kurs Pada umumnya pembayaran dari pemberi kerja kepada PT.”X” dilakukan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat. Nilai tukar kurs/rupiah digunakan untuk menetapkan perbedaan besarnya pembayaran piutang kepada PT.”X”. Perbedaan ini tentunya dapat menguntungkan maupun dapat merugikan bagi PT.”X”, dengan melihat keadaan seperti itu PT.”X” melakukan prediksi keadaan nilai kurs rupiah dengan menanyakan perubahan nilai kurs ada bank-bank yang sudah menjalin kerjasama
37
dengan PT.”X. Dengan hal tersebut PT.”X” dapat menentukan jumlah piutang untuk masa yang akan datang. 4.4. Penilaian Kinerja Piutang di PT. “X” Analisis penilaian kinerja piutang ini digunakan untuk menilai tingkat kinerja dari pengelolaan piutang PT. “X”. Dari hasil ini akan diperoleh gambaran mengenai kondisi pengelolaan piutang dan pengembangannya selama perionde analisis yaitu tahun 2005-2009. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah rasio perputaran piutang, rasio periode rata-rata pengumpulan piutang dan analisis investasi piutang. 4.4.1. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio) Rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. PT.”X” tidak mengeluarkan kebijakan khusus dalam pembayaran kredit bagi pemberi kerjanya. PT.”X” lebih mengikuti kebijakan yang telah dibuat sebelum pekerjaan dimulai yang tertuang dalam kontrak kerjasama. Dan pada umumnya dalam kontrak tersebut menyatakan jangka waktu pelunasan maksimal 30 hari setelah dikeluarkannya invoice. Pada tahun 2005, dimana perusahaan baru memulai usahanya kembali diperoleh perhitungan rasio rata-rata perputaran piutang yang sangat besar yaitu sebesar 170,71 kali. Hal ini dikarenakan perusahaan baru berusaha memperoleh pekerjaan, dan bisa dikatakan nilai penjualannya relatif kecil, dengan jumlah piutang yang sangat kecil pula. Dalam keadaan belum stabil ini maka diambil rata-rata dari tahun 2006-2009, rasio rata-rata perputaran piutang mulai membaik dengan nilai sebesar 3,68 kali. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 3-4 kali. Dari rata-rata tersebut, tahun 2006 dan tahun 2007 memiliki rasio perputaran piutang diatas rata-rata yaitu 3,79 dan 4,12 kali. Pada tahun 2008 rasio perputaran piutangnya menurun menjadi 2,07 kali. Penurunan ini disebabkan terjadinya kenaikan piutang yang tidak diimbangi dengan kenaikan penjualan yang sepadan. Pada tahun 2008 piutang mengalami kenaikan sebesar 225,39% sedangkan penjualan hanya mengalami kenaikan 63,44%. Sampai dengan Desember 2009, terjadi kenaikan penjualan sebesar
38
7,38% dan piutang mengalami penurunan sehingga rasio perputaran piutang kembali mengalami kenaikan menjadi 4,73 kali. Tabel 2. Penilaian Kinerja Piutang Tahun 2005-2009 PT.”X” Komponen
2005
2006
2007
2008
2009
Rasio Perputaran Piutang
170.71
3.79
4.12
2.07
4.73
2.14
96.25
88.61
176.40
77.16
18,000,000
3,849,527,818
6,748,474,916
21,958,977,098
10,313,644,843
Rasio Periode Penagihan Investasi Piutang
Sumber : Laporan keuangan diolah
4.4.2. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period) Rasio ini adalah salah satu alat analisis guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Rasio ini memberikan perkiraan dalam hitungan hari mengenai kapan saat pembayaran atas penjualan kredit dilakukan pemberi kerja. Rata-rata periode pengumpulan piutang perusahaan selama kurang lebih 5 tahun adalah 88.11 hari. Hal ini berarti perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas penjualan yang belum dibayar kepada pemberi kerja dalam waktu kurang lebih 88 hari. Periode pengumpulan piutang ini sudah jauh melampaui standar yang umumnya terdapat dalam kontrak kerjasama yang ditetapkan perusahaan yaitu 30 hari. Dapat dikatakan bahwa rata-rata periode pengumpulan piutang pada PT. “X” melebihi standar waktu yang ditetapkan, sehingga perusahaan masih perlu memperhatikan proses penagihan yang efektif untuk memcepat penagihan piutang tersebut.
39
4.4.3. Analisis Investasi Piutang Analisis investasi piutang ditentukan dengan jumlah investasi yang tepat pada setiap periode yang diharapkan mendekati kenyataan dengan rata-rata investasi piutang terjadi. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi. Hasil analisis investasi piutang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam piutang yang ditetapkan dengan investasi yang terjadi terdapat selisih yang cukup besar. Investasi piutang yang diperoleh hasilnya sama dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan untuk setiap tahunnya. Pada tahun 2005 nilai investasi piutang sebesar Rp. 18.000.000,00 dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 nilai investasi piutang yang ada mengalami kenaikan yang sangat besar sebesar Rp. 3.849.547.818,00. Selanjutnya pada tahun 2007 naik 75,31 persen dengan nilai investasi piutang sebesar Rp. 6.748.474.916,73 dan tahun 2008 kembali naik pesat dengan jumlah nilai investasi sebesar Rp. 21.958.977.098,00. Di tahun 2009 investasi piutang mengalami penurunan sebesar 46,97 persen dari tahun sebelumnya dengan nilai investasi sebesar Rp. 10.313.644.843,96. Hasil perhitungan rata-rata investasi piutang selama lima tahun diperoleh sebesar Rp. 8.577.724.935,34 yang dalam hal ini jumlahnya sama besar dengan jumlah piutang yang ditetapkan perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa piutang yang terdapat pada perusahaan ini untuk setiap tahunnya hanya sedikit terdapat penunggakan pembayaran piutang hingga tahun berikutnya. Secara garis besar berdasarkan analisis penilaian kinerja piutang di PT.”X” pengelolaan piutang dapat disimpulkan bahwa pengelolaan piutang PT.”X” masih jauh berada di bawah standart yang telah ditetapkan perusahaan. Dari rasio perputaran piutang yang mempunyai nilai rata-rata 4,73 kali dengan standart 3 kali, rasio penagihan rata-rata yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 88,11 hari dengan standart 30 hari maupun pada investasi piutang yang rata-rata semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini memerlukan alternatif pengelolaan piutang yang lebih efektif lagi sehingga dapat meningkatkan nilai rata-ratanya mendekati standart.
40
4.5. Analisis Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya yang sudah ataupun yang akan jatuh tempo. Selain itu analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana posisi keuangan dalam jangka pendek. Nilai rasio likuiditas dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva lancar dan kewajiban lancar perusahaan. Pengukuran tingkat likuiditas PT.”X” menggunakan rasio cepat, rasio lancar dan rasio kas. Perkembangan nilai rasio likuiditas PT.”X” dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Analisis Likuiditas periode Tahun 2005-2009 PT.”X”
Komponen
2005
2006
2007
2008
2009
RataRata
Rasio Cepat
14.84
69.56
86.00
117.56
137.57
85.11
Rasio Lancar
19.74
70.76
103.10
125.10
150.45
93.83
Rasio Kas
13.49
8.84
8.20
11.33
14.85
11.34
Rasio Likuiditas
16.02
49.72
65.77
84.66
100.96
63.43
Sumber : Laporan keuangan diolah
Rasio Likuiditas rata-rata selama lima tahun adalah sebesar 63.43 persen, meliputi rasio cepat 85.11 persen, rasio lancar 93.83 persen dan rasio kas sebesar 11.34 persen. Hal ini berarti kemampuan PT.”X” untuk setiap Rp.100,00 utang jangka pendeknya dapat dijamin dengan aktiva lancarnya sebesar Rp. 63,43. 4.5.1. Ratio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya
dengan
menggunakan
aktiva
lancarnya
tanpa
memperhitungkan persediaan. Persediaan dalam hal ini dianggap merupakan aktiva lancar yang likuid atau cepat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dari hasil analisis diperoleh rata-rata rasio cepat PT.”X” adalah 85.11 persen yang berarti
41
setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp.85,11 aktiva lancar tanpa persediaan. Nilai rasio ini dianggap sedikit kurang baik karena masih berada di bawah standart yang ditentukan perusahaan yaitu lebih dari 100%. Perkembangan nilai rasio ini terlihat pada Gambar 3 yang setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan, terutama sejak tahun 2008 dengan nilai rasio menunjukkan di atas 100 persen. Perkembangan Rasio Likuiditas PT."X" periode tahun 2005-2009 160.00% 140.00% 120.00% 100.00% 80.00%
Rasio Cepat Rasio Lancar
60.00%
Rasio Kas
40.00% 20.00% 0.00% 2005
2006
2007
2008
2009
RataRata
Gambar 3. Perkembangan Rasio Likuiditas PT.”X” periode tahun 2005-2009 4.5.2. Ratio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Dari hasil analisis, rata-rata rasio lancar PT.”X” adalah 93.83 persen yang artinya bahwa setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp. 93,83 aktiva lancarnya. Bila dilihat dari nilainya tersebut, kemampuan perusahaan masih dibawah standart yakni 200 persen. Namun seperti halnya pada rasio cepat pada Gambar 3 dari tahun ke tahun rasio lancar perusahaan ini mengalami kenaikan terus menerus. 4.5.3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio Kas ini merupakan indikator paling likuid dalam mengukur kemampuan sesungguhnya dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Nilai rata-rata rasio kas PT.”X” adalah 11.34 persen. Ini menunjukkan setiap Rp. 100,- utang lancar perusahaan dijamin dengan
42
Rp.11,34 uang kas dan bank. Situasi ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perusahaan masih kurang baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan komponen aktiva yang paling likuid ini, karena nilai rasio yang ada masih berada di bawah standart minimal perusahaan yaitu 40 persen. Jika dilihat dalam Gambar 3. Perkembangan indikator rasio kas dalam lima periode terakhir cenderung menurun di awal tahun 2006 dan 2007 dan kemudian mulai mengalami kenaikan di tahun 2008 serta 2009, ini berarti terdapat kenaikan pada nilai kas dan bank yang tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah utang lancar yang sepadan. Nilai kas di tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 196.78 persen dari tahun sebelumnya, dengan nilai kenaikan utang lancar hanya sebesar 115 persen. Sedangkan pada tahun 2009 rasio kas ini mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya sebesar 31.13 persen dengan nilai rasio sebesar 14.85 persen. Sehingga dapat dikatakan dari selama lima tahun tersebut rasio kas mengalami kenaikan. 4.6. Analisis Stabilitas Kas (Cash Conversion Cycle) Didasari oleh ketidaksamaan kemampuan manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan maka muncul kebutuhan untuk mengukur efektivitasnya. Metode yang cukup populer untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan dalam mengelola modal kerjanya adalah memakai pendekatan bahwa suatu perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimalkan modal kerja bisa dicapai dengan mempercepat penagihan (collection) kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Kita bisa mencakup semua hal tersebut dengan memakai alat ukur yang disebut dengan siklus konversi kas (cash conversion cycle) (Keown, 2005) Siklus konversi kas (cash conversion cycle) adalah penjumlahan dari hari penjualan yang masih beredar dan hari persediaan dikurangi hari utang dagang yang outstanding.
43
Tabel 4. Analisis Siklus Konversi Kas Tahun 2005-2009 PT.”X” Kompoen Hari Usia Piutang (DSO) Hari Usia Utang (DPO) Cash
2005 2.14
2006
2007
2008
96.25
88.61 176.40
2009
Rata-Rata
77.16
88.11
173.54 120.06 149.95 223.35 124.25
158.23
-171.40
-23.82
-61.35
-46.95
-47.09
-70.12
Sumber : Laporan keuangan diolah
4.6.1. Rata-rata Umur Piutang Perusahaan (Days of Sales Outstanding) Rata-rata umur piutang perusahaan atau rata-rata periode penagihan dengan kata lain ACP (Average Collection Period). Seperti halnya sudah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis ini guna melihat keefektifan perusahaan dalam melakukan penagihan dari penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Analisis ini memberikan perkiraan dalam hitungan hari mengenai kapan saat pembayaran atas penjualan kredit dilakukan pemberi kerja.
Gambar 4. Perkembangan Analisis Siklus Konversi Kas PT”X” periode tahun 2005-2009
44
Secara perkembangannya rata-rata periode penagihan dari tahun ke tahun sangat fluktuatif. Rata-rata periode penagihan piutang perusahaan selama kurang lebih 5 tahun adalah 88,11 hari. Hal ini berarti perusahaan dapat kembali mengumpulkan pembayaran atas penjualan yang belum dibayar kepada pemberi kerja dalam waktu kurang lebih 88 hari. Periode pengumpulan piutang ini sudah jauh melampaui standar yang umumnya terdapat dalam kontrak kerjasama yang ditetapkan perusahaan yaitu 30 hari.. 4.6.2. Rata-rata Umur Utang Dagang Perusahaan (Days
of Payable
Outstanding) Nilai rata-rata umur utang dagang perusahaan ini akan menunjukkan jumlah hari yang diperlukan dalam pembayaran suatu utang dagang. Berdasarkan perhitungan pada Gambar 4 di atas, rata-rata umur utang dagang perusahaan mengalami naik turun sehingga diperoleh rataan umur utang dagang PT.”X” dalam periode lima tahun tersebut adalah sebesar 158,23 hari. Hal ini berarti perusahaan mampu melakukan pembayaran atas utang dagang dalam waktu kurang lebih 158 hari. Nilai ini secara tidak langsung dapat memperlihatkan seberapa lama utang dagang dapat terbayar dengan aktiva lancarnya. Semakin besar umur utang dagang maka akan semakin besar mengurangi pembelanjaan dengan kas/bank. Sehingga piutang dagang menjadi cadangan likuid berikutnya yang harus dipersiapkan. 4.7.
Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dari manajemen piutang terhadap
stabilitas kas dan likuiditas digunakan analisis regresi linear berganda. Perhitungan data dilakukan dengan computer program SPSS windows versi 16.00. Model regresi berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi- asumsi di bawah ini : 4.7.1 Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model
45
regresi tentang kenormalan residual model. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan statistik. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan normal p-plot. Dan dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Hal ini dapat dijelaskan dengan Gambar 5.
Gambar 5. Analisis Normal P-Plot pada Variabel yang mempengaruhi Kas Hasil dari output SPSS Normal P-Plot dari Cash Conversion Cycle (CCC), Account Receivable Turn Over Ratio (ARTR), Avarage Collection Period (ACP) dan Investasi Piutang (IP) memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data CCC, ARTR, ACP dan IP menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel CCC dapat dikatakan normal.
Gambar 6.Analisis Normal P-Plot pada Variabel yang mempengaruhi Likuiditas
46
Demikian juga pada hasil dari output SPSS Normal P-Plot dari Likuiditas, Account Receivable Turn Over Ratio (ARTR), Average Collection Period (ACP) dan Investasi Piutang (IP) memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data Likuiditas, ARTR, ACP dan IP menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data pada variabel Likuiditas dapat dikatakan normal. 4.7.2 Uji Multikolineritas Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan guna melihat apakah ada korelasi antar variabel independent yang digunakan dalam model regresi. Tabel 5. Uji Multikolineritas pada Variabel yang mempengaruhi Kas pada PT.”X” periode tahun 2007-2009 Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std. Model
B
1 (Constant) ARTO ACP IP
Error
Tolera Beta
t
-166.884 58.049 -80.661 74.421
Sig.
nce
VIF
-2.875
.007
-.174
-1.084
.287
.991 1.009
.015
.055
.045
.278
.783
.988 1.012
9.635E-9
.000
.398
2.468
.019
.981 1.019
a. Dependent Variable: CCC
Deteksi multikolinearitas
pada suatu model dapat dilakukan dengan
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. Output yang diperoleh menunjukkan nilai VIF untuk semua variabel
47
yang mempengaruhi kas adalah dibawah 10 dan nilai toleransi lebih dari 0,1. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat masalah multikoleniaritas dalam model. Demikian juga pada variabel yang mempengaruhi likuiditas. Tabel 6. Uji Multikolineritas pada Variabel yang mempengaruhi Likuiditas pada PT.”X” periode tahun 2007-2009 Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std.Erro Model
B
r .671
.080
.041
.102
ACP
-5.120E-5
IP
1.853E-11
1 (Constant) ARTO
Beta
t
Sig. Tolerance VIF
8.395 .000 .060
.400 .692
.991 1.009
.000
-.103 -.682 .500
.988 1.012
.000
.522 3.449 .002
.981 1.019
a. Dependent Variable: LKT
4.7.3 Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (timeseries). Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan perangkat lunak SPSS melalui uji Durbin Watson (DW). Untuk mendapatkan hasil yang baik maka nilai DW sebaiknya mendekati angka 2 untuk membuktikan tidak adanya autokorelasi pada regresi berganda. Batas bawah (dl) yang diperoleh adalah 1,29 dan batas atas (du) sebesar 1,65. Sedangkan hasil yang diperoleh pada variabel yang mempengaruhi kas, nilai DW yang dihasilkan adalah 1,783. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari autokorelasi. Demikian juga variabel yang mempengaruhi likuiditas,
48
nilai DW yang dihasilkan adalah 1,860 dan membuktikan bahwa model terbebas dari autokorelasi. 4.7.4 Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang memiliki heteroskedastisitas akan menyebabkan penafsiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homoskedastisitas. Cara memprediksinya adalah dengan melihat pola Scatterplot model tersebut.
Gambar 7. Uji Heteroskedastisitas pada Variabel yang mempengaruhi Kas PT.”X” periode tahun 2007-2009 Pada Gambar 6 berikut dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawah sumbu Y atau titik nol. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi berganda tidak memiliki heteroskedastisitas.
49
Gambar 8. Uji Heteroskedastisitas pada Variabel yang mempengaruhi Likuiditas PT.”X” periode tahun 2007-2009 4.8.
Analisis Korelasi dan Regresi Berganda Analisis korelasi adalah analisis untuk mengukur tingkat keeratan
hubungan linear antara dua variabel. Untuk menginterprestasikan koefisien korelasi dilihat dari besar kecilnya nilai koefisien. Hipotesa ujinya adalah : Ho: p-value = 0 berarti tidak ada korelasi antara dua peubah yang diteliti. Ha: p-value ≠ 0
berarti ada korelasi antara dua peubah yang diteliti.
Dimana : Ho1 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ha1 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Perputaran Piutang Ho2 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha2 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho3 = Variabel Kas/Likuiditas tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha3 = Variabel Kas/Likuiditas berkorelasi dengan Investasi Piutang Ho4 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ha4 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Penagihan Rata-Rata Ho5 = Variabel Perputaran Piutang tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha5 = Variabel Perputaran Piutang berkorelasi dengan Investasi Piutang
50
Ho6 = Variabel Penagihan Rata-Rata tidak berkorelasi dengan Investasi Piutang Ha6 = Variabel Penagihan Rata-Rata berkorelasi dengan Investasi Piutang Menurut Aminah dan Sutarman (2008), pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis nol (Ho) yang diusulkan adalah Ho diterima jika r-hitung < r-tabel, atau nilai p-value pada kolom sig.(2-tailed) > level significant (α) dan sebaliknya. Pada tahap ini dihasilkan nilai korelasi antar variabel independen serta nilai korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai korelasi antar variabel independen dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya multikolinearitas. Dari hasil perhitungan diketahui besarnya korelasi berganda pada model kas (R) adalah 0,426. Berarti dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara kas (CCC) terhadap variabel manajemen piutang yakni ARTO, ACP dan IP pada PT.”X”. Dan besarnya korelasi berganda pada model likuiditas (R) adalah 0,530. Berarti hubungan likuiditas (LKT) terhadap variabel manajemen piutang yakni ARTO, ACP dan IP pada PT.”X” adalah kuat positif pula. Tabel 7. Nilai Korelasi antar Variabel yang mempengaruhi Kas PT.”X” CCC Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
ARTO
ACP
IP
CCC
1.000
-.136
.080
.387
ARTO
-.136
1.000
.040
.091
ACP
.080
.040
1.000
.105
IP
.387
.091
.105
1.000
.
.214
.322
.010
ARTO
.214
.
.408
.299
ACP
.322
.408
.
.270
IP
.010
.299
.270
.
CCC
Sumber : Laporan Keuangan PT.”X” tahun 2007-2009 (data diolah)
51
Berdasarkan Tabel 7, nilai korelasi yang didapat dari masing-masing variabel berhubungan dengan variabel lain mempunyai nilai positif lebih dari nol. Namun untuk p-value pada kolom sig. yang mempunyai nilai < 0,05 (level signifikasi) hanya terlihat pada variabel kas (CCC) yang berhubungan dengan Investasi Piutang (IP). Sedang variabel lain dikatakan tidak berhubungan satu sama lain, karena p-value > 0,05. Sedangkan untuk nilai korelasi antar variabel yang mempengaruhi likuiditas dapat dilihat dari Tabel 8 berikut. Tabel 8. Nilai Korelasi antar Variabel yang mempengaruhi Likuiditas LKT Pearson Correlation
ACP
IP
1.000
.104
-.046
.517
.104
1.000
.040
.091
-.046
.040
1.000
.105
.517
.091
.105
1.000
.
.274
.396
.001
ARTO
.274
.
.408
.299
ACP
.396
.408
.
.270
IP
.001
.299
.270
.
LKT ARTO ACP IP
Sig. (1-tailed)
ARTO
LKT
Sumber : Laporan Keuangan PT.”X” tahun 2007-2009 (data diolah)
Keterangan : ARTR
= Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn-Over Ratio)
ACP
= Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Average Collection Period)
IP
= Investasi Piutang
CCC
= Cash Conversion Cycle (Siklus Konversi Kas)
LKT
= Likuiditas
52
Seperti halnya pada kas, untuk p-value pada kolom sig. pada model likuiditas tabel 9 yang mempunyai nilai < 0,05 (level signifikasi) hanya terlihat pada variabel likuiditas (LKT) yang berhubungan dengan Investasi Piutang (IP). Sedang variabel lain dikatakan tidak berhubungan satu sama lain, karena p-value > 0,05. Analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang terhadap stabilitas kas ini menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda diperoleh sebagai berikut : Stabilitas Kas
Y1 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 Y1 = --166,884 – 80,661X1 + 0,15X2 + 9,635-9X3
Likuiditas
Y2 = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 Y2 = 0,671+ 0,041X1 – 5,120E-5X2 + 1,853E-11X3
Interpretasi dari hasil persamaan model kas di atas sebagai berikut : -
Nilai konstanta (a) sebesar -166,884 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO), Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dan Invesatasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap maka rata-rata total kas (CCC) pada PT.”X” adalah sebesar -166,884.
-
Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang/ARTO (b1) sebesar 80,661. Jika terjadi perubahan variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total kas pada PT.”X” sebesar -80,661 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dan Invesatasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
-
Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata/ACP (b2) sebesar 0,15. Jika terjadi perubahan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total kas pada PT.”X” sebesar 0,15 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dan Investasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
53
-
Nilai koefisien variabel Investasi Piutang (b3) sebesar 9,635E-9. Jika terjadi perubahan variabel Investasi Piutang (X3) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total kas pada PT.”X” sebesar 9,635E-9 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
Demikian pula pada persamaan model likuiditas dapat dijelaskan sebagai berikut: -
Nilai konstanta (a) sebesar 0,671 dengan asumsi variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO), Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dan Invesatasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap maka rata-rata total likuiditas (LKT) pada PT.”X” adalah sebesar 0,671.
-
Nilai koefisien variabel Rasio Perputaran Piutang/ARTO (b1) sebesar 0,041. Jika terjadi perubahan variabel Rasio Perputaran Piutang (X1) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total likuiditas pada PT.”X” sebesar 0,041 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dan Invesatasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
-
Nilai koefisien variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata/ACP (b2) sebesar -5,120E-5. Jika terjadi perubahan variabel Rasio Periode Penagihan Rata-rata (X2) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total likuiditas pada PT.”X” sebesar -5,120E-5 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dan Investasi Piutang (IP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
-
Nilai koefisien variabel Investasi Piutang (b3) sebesar 1,853E-11. Jika terjadi perubahan variabel Investasi Piutang (X3) sebesar satu satuan, menyebabkan perubahan rata-rata total likuiditas pada PT.”X” sebesar 1,853E-11 satuan, dimana asumsi dasarnya variabel Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dan Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) pada PT.”X” adalah tetap atau konstan.
54
4.8.1. Pengujian Regresi Berganda (pengaruh secara simultan) Untuk mengetahui pengaruh dari manajemen piutang terhadap variabel kas dan likuiditas secara simultan dapat digunakan dengan uji F berdasarkan hipotesis berikut. Ho1
= Perputaran Piutang, Penagihan Rata-Rata dan Investasi Piutang secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas. Ha1
= Perputaran Piutang, Penagihan Rata-Rata dan Investasi Piutang secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas. Ho: β1 = 0, i = 1,2,3,4,5 Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, artinya semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H1: З β1 ≠ 0, i = 1,2,3,4,5 Hipotesis alternative (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, artinya paling sedikit terdapat satu variabel independent merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan taraf nyata (α=5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir diperoleh Ftabel sebesar F 0,05 (2,33) = 3,25 Sedangkan hasil perhitungan menggunakan SPSS menunjukkan bahwa nilai F hitung pada model kas adalah sebesar 2,367 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,089 sedang pada model likuiditas adalah 4,160 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,013. Pada model kas diperoleh F hitung < F tabel maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan Ho diterima, berarti semua parameter dalam model kas sama dengan nol, artinya semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Demikian halnya dengan pada model likuiditas F hitung > F tabel, berarti variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap variabel dependen pada taraf nyata 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan manajemen
55
piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT.”X” akan tetapi manajemen piutang terdapat pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X”. 4.8.2. Pengujian Regresi Parsial (pengaruh secara parsial) Untuk mengetahui pengaruh dari manajemen piutang terhadap variabel kas dan likuiditas secara parsial dapat digunakan dengan uji t. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. Ho1
= Variabel Perputaran Piutang tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas.
Ha1
=
Variabel
Perputaran
Piutang
berpengaruh
terhadap
variabel
Kas/Likuiditas. Ho2
= Variabel Penagihan Rata-Rata tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas.
Ha2
=
Variabel
Penagihan
Rata-Rata
berpengaruh
terhadap
variabel
Kas/Likuiditas. Ho3
= Variabel Investasi Piutang tidak berpengaruh terhadap variabel Kas/Likuiditas.
Ha3
=
Variabel
Investasi
Piutang
berpengaruh
terhadap
variabel
Kas/Likuiditas. Dengan taraf nyata (α=5%), df : n-2 = 36-2 = 34. Dengan demikian t-tabel sebesar 2,03. Pada model kas berdasarkan uji t ini menunjukkan bahwa : - Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan kas pada PT.”X” karena nilai t hitung (-1,084) < t tabel (2.03). - Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Periode Penagihan Ratarata (ACP) dengan kas pada PT.”X” karena nilai t hitung (0,278) < t tabel (2.03). - Terdapat pengaruh yang signifikan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas pada PT.”X” karena nilai t hitung (2,468) > t tabel (2.03). Sedangkan pada model likuiditas berdasarkan uji t tersebut menunjukkan bahwa :
56
- Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan likuiditas pada PT.”X” karena nilai t hitung (0.400) < t tabel (2.03). - Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Periode Penagihan Ratarata (ACP) dengan likuiditas pada PT.”X” karena nilai t hitung (-0.682) < t tabel (2.03). - Dan terdapat pengaruh yang signifikan antara Investasi Piutang (IP) dengan likuiditas pada PT.”X” karena nilai t hitung (3.449) > t tabel (2.03). 4.9.
Implikasi Manajerial Oleh karena PT.”X” mempunyai kebijakan menggunakan piutang sebagai
sumber
dana
melalui
Pledging
(Penggandaian
Piutang)
yaitu
dengan
menggandaikan piutangnya kepada lembaga keuangan untuk memperoleh dana bagi kelangsungan perusahaannya, sehingga perusahaan dapat memperoleh dana sementara untuk menutupi biaya operasionalnya sebelum piutang tersebut dibayar oleh pemberi kerja dan cashflow sementara akan aman. Dengan kata lain manajemen piutang yang dijalankan perusahaan tidak begitu mempengaruhi cashflow perusahaan. Akan tetapi dengan kebijakan tersebut mempunyai resiko perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk membayar bunga dari pinjaman tersebut. Piutang yang semakin lama tertagih akan menjadi permasalahan baru ketika piutang dari invoice yang digadaikan akan tertagih lebih lama dari jatuh tempo pinjaman dari invoice yang digadaikan. Sehingga masa tertagihnya piutang yang semakin singkat disini menjadi faktor yang sangat penting. Sesungguhnya perusahaan dapat mengatasi permasalahan cashflow disini dengan memperbaiki masa tertagihnya piutang sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan yakni 30 hari, sehingga perusahaan tidak perlu menggadaikan invoice tersebut guna mendapatkan pinjaman dana sementara. Perbaikan masa tertagihnya piutang secara internal dapat dilakukan dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap waktu perkembangan invoice. Selain itu diperlukan pengelolaan perancangan keuangan yang lebih baik lagi dengan adanya perencanaan anggaran untuk cashflow yang
57
lebih detail dan akurat. Secara eksternal dapat dengan lebih mempererat hubungan lagi dengan pihak pemberi kerja yang dapat melancarkan tagihan tersebut. Atau dengan perusahaan dapat melakukan kerja sama dengan pemberi kerja lain selain PT. Pertamina Eksplorasi sehingga dapat memperoleh alternatif pengelolaan piutang yang lain dengan hasil yang lebih efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Penagihan piutang di PT.”X” akan dilakukan setelah perusahaan memberikan pelayanan jasanya. PT.”X” akan mengeluarkan invoice yang akan diakui sebagai pendapatan. Pada umumnya dalam perjanjian jangka waktu pelunasan setelah dikeluarkannya invoice adalah 30 hari. Namun jika terdapat hambatan bisa sampai 2-4 bulan, tergantung permasalahan yang dihadapi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang pada PT.”X” dapat dilihat dari dua faktor yaitu secara internal dan eksternal perusahaan. Faktor Internal antara lain faktor usaha penagihan, penjualan kredit, piutang ragu-ragu dan beban usaha. Faktor eksternal antara lain kebijakan pemberi kerja, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah/kurs. 3. Secara partial pada model kas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan kas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan kas. Sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan kas terdapat pengaruh secara signifikan. Serta pada model likuiditas dapat disimpulkan pula tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Perputaran Piutang (ARTO) dengan likuiditas dan antara Rasio Periode Penagihan Rata-rata (ACP) dengan likuiditas sedangkan antara Investasi Piutang (IP) dengan likuiditas terdapat pengaruh secara signifikan. 4. Secara bersamaan (simultan) manajemen piutang tidak berpengaruh terhadap kas pada PT.”X” akan tetapi pengaruh terhadap likuiditas pada PT.”X”.
manajemen piutang terdapat
59
B.
Saran Setelah melihat hasil penelitian ini, maka saran yang diberikan oleh
sebagai berikut : 1. Perusahaan dapat mengatasi permasalahan cashflow disini dengan memperbaiki masa tertagihnya piutang sesuai dengan standart yang telah ditentukan perusahaan yakni 30 hari, perbaikan masa tertagihnya piutang dapat dilakukan dengan menambah keagresifan karyawan penagihnya dengan monitoring setiap hari mengenai perkembangan invoice, membuat daftar monitoring tersebut sebagai bahan evaluasi dan informasi efektif dalam perencanaan strategi pencairan invoice. 2. Perusahaan memerlukan perencanaan anggaran yang lebih detail dan akurat lagi guna perencanaan cashflow untuk mendapatkan perancangan keuangan perusahaan yang lebih efektif lagi. 3. Mempererat hubungan dengan pihak pemberi kerja yang dapat melancarkan tagihan tersebut dengan cara mengadakan konsinyering (working
committee meeting) antara perusahaan dan pemberi kerja,
sehingga akan mempermudah pemecahan masalah dan memperjelas komunikasi antara perusahaan dan pemberi kerja. 4. Perusahaan dapat mencoba melakukan kerja sama dengan pemberi kerja lain selain PT. Pertamina Eksplorasi sehingga memungkinkan memperoleh alternatif pengelolaan piutang yang lain dengan hasil yang lebih efektif.
61
DAFTAR PUSTAKA Agustina, R. 2009. Analisis Efektivitas Manajemen Piutang (Studi Kasus PT. Unitex TBK Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Aminah, M dan Sutarman, D. 2008. Modul Pelatihan SPSS. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Barlian, I dan Sundjaja, R. S. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Yayasan Astra Honda Motor. Jakarta. Boedijoewono, N. 2001. Pengantar Statistik: Ekonomi Dan Perusahaan Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Brigham, E. F dan J. F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Buku II. Erlangga. Jakarta. Keown, A. J. 2005. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip Dasar dan Aplikasi Terjemahan. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Maya, S. 2005. Efektivitas Manajemen Piutang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jakarta Niswonger, et al. 1999. Prinsip-Prinsip Akuntansi (Terjemahan). PT. Gelora Aksara Pramata. Erlangga. Jakarta. Octavia, S. 2004. Analisa Siklus Operasi terhadap Likuiditas Operasi pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Tesis pada Petra Christian University. Jakarta. Prawira, S. 2008. Perkiraan Realisasi Sektor Esdm Terhadap Penerimaan Negara 2008 Sebesar Rp 346,347 T. Siaran Pers Nomor : 75/Humas Desdm/2008 Tanggal : 30 Desember 2008 Departemen Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Jakarta. Juliansyah, S. 2009. Analisis Persediaan dan Piutang Usaha Dalam Manajemen Modal Kerja dan Dampaknya Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus PT. XYZ Indonesia). Tesis pada Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor.
61
Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Sawir, A. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Simamora, H. 1999. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Susilo, D. 2004. Kajian Piutang PT. Sucofindo (Persero), Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. http://dtwh2.esdm.go.id (20 Juli 2009) http://www.bp.com (20 Juli 2009)
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CCC /METHOD=ENTER ARTO ACP IP /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3). Regression Output Created Comments Input
Notes 27-Feb-2010 19:37:46 Data
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing Cases Used
D:\Data Istriku\ink\^^skripsi_final^^\^^SKRIP SI Que^^\4 seminar\data final_trakhir_banget.sav DataSet1 <none> <none> <none> 38 User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CCC /METHOD=ENTER ARTO ACP IP /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Resources
Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots
00:00:03.562 00:00:03.486 1972 bytes 896 bytes
[DataSet1] D:\Data Istriku\ink\^^skripsi_final^^\^^SKRIPSI Que^^\4 seminar\data final_trakhir_banget.sav Descriptive Statistics Mean CCC ARTO ACP IP
-90.3858 .3461 37.2006 1.0779E1 0
Std. Deviation
N
214.26918 .46258 632.23945
36 36 36
8.86114E9
36
Correlations CCC Pearson Correlation CCC
IP
-.136
.080
.387
-.136
1.000
.040
.091
ACP
.080
.040
1.000
.105
IP
.387
.091
.105
1.000
.
.214
.322
.010
ARTO
.214
.
.408
.299
ACP
.322
.408
.
.270
IP
.010
.299
.270
.
CCC
36
36
36
36
ARTO
36
36
36
36
ACP
36
36
36
36
IP
36
36
36
36
CCC
N
ACP
1.000
ARTO
Sig. (1-tailed)
ARTO
Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
1
IP, ARTO, ACPa a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: CCC
Method . Enter
Model Summaryb Change Statistics Model
R
R Square a
Adjusted R Square
1 .426 .182 .105 a. Predictors: (Constant), IP, ARTO, ACP b. Dependent Variable: CCC
Std. Error of the Estimate 202.72415
R Square Change .182
F Change 2.367
df1
df2 3
Sig. F Change Durbin-Watson 32
.089
1.783
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
df
Mean Square
291788.253
3
97262.751
1315106.650
32
41097.083
Total 1606894.903 a. Predictors: (Constant), IP, ARTO, ACP b. Dependent Variable: CCC
1
B (Constant)
Beta
58.049
-80.661
74.421
.015
IP 9.635E-9 a. Dependent Variable: CCC
ACP
1
IP Correlations
Covariances
Tolerance
VIF
-48.642
-.174
-1.084
.287
-232.251
70.930
.991
1.009
.055
.045
.278
.783
-.096
.126
.988
1.012
.000
.398
2.468
.019
.000
.000
.981
1.019
ARTO
ACP -.102
ARTO
-.087
1.000
-.031
ACP
-.102
-.031
1.000
1.524E-17 -2.536E-8
-2.175E11
a. Dependent Variable: CCC
Upper Bound
-285.126
-.087
ACP
Lower Bound
.007
1.000
ARTO
Sig.
-2.875
IP
IP
.089a
95% Confidence Interval for B Collinearity Statistics t
Coefficient Correlationsa Model
2.367
Standardized Coefficients
Std. Error
-166.884
ARTO
Sig.
35
Unstandardized Coefficients Model
F
-2.536E-8
5.538E3
-.126
-2.175E11
-.126
.003
Collinearity Diagnosticsa Dimen Model sion 1
Variance Proportions Eigenvalue Condition Index (Constant)
ARTO
ACP
IP
1
2.286
1.000
.05
.08
.00
.06
2
.987
1.522
.00
.00
.98
.00
3
.516
2.105
.04
.84
.00
.19
4 .211 a. Dependent Variable: CCC
3.291
.90
.08
.01
.76
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
-2.4686E2 -1.714
98.2799 2.066
-90.3858 .000
91.30612 1.000
36 36
34.127
199.532
60.131
31.270
36
-3.7369E3 159.0184 -1.9230E2 3.40022E2 .00000 4.24616E2 Std. Residual -2.095 1.677 .000 Stud. Residual -2.186 3.255 .078 Deleted Residual 1.01919E 3.73290E3 4.62542E2 2 Stud. Deleted Residual -2.333 3.917 .089 Mahal. Distance .020 32.934 2.917 Cook's Distance .000 82.117 2.301 Centered Leverage Value .001 .941 .083 a. Dependent Variable: CCC
615.35663
36
193.84137
36
.956 1.128
36 36
656.40036
36
1.208 5.740 13.683 .164
36 36 36 36
Charts
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LKT /METHOD=ENTER ARTO ACP IP /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3). Regression Output Created Comments Input
Notes 27-Feb-2010 19:39:50 Data
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Missing Value Handling Definition of Missing Cases Used
D:\Data Istriku\ink\^^skripsi_final^^\^^SKRIP SI Que^^\4 seminar\data final_trakhir_banget.sav DataSet1 <none> <none> <none> 38 User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT LKT /METHOD=ENTER ARTO ACP IP /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Resources
Processor Time Elapsed Time Memory Required Additional Memory Required for Residual Plots
00:00:08.016 00:00:04.296 1972 bytes 896 bytes
[DataSet1] D:\Data Istriku\ink\^^skripsi_final^^\^^SKRIPSI Que^^\4 seminar\data final_trakhir_banget.sav Descriptive Statistics Mean LKT ARTO ACP IP
.8825 .3461 37.2006 1.0779E1 0
Std. Deviation
N
.31448 .46258 632.23945
36 36 36
8.86114E9
36
Correlations LKT Pearson Correlation LKT
IP
.104
-.046
.517
.104
1.000
.040
.091
-.046
.040
1.000
.105
.517
.091
.105
1.000
.
.274
.396
.001
ARTO
.274
.
.408
.299
ACP
.396
.408
.
.270
IP
.001
.299
.270
.
LKT
36
36
36
36
ARTO
36
36
36
36
ACP
36
36
36
36
IP
36
36
36
36
ACP IP LKT
N
ACP
1.000
ARTO
Sig. (1-tailed)
ARTO
Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
1
IP, ARTO, ACPa a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LKT
Method . Enter
Model Summaryb Change Statistics Model
R
R Square a
Adjusted R Square
1 .530 .281 .213 a. Predictors: (Constant), IP, ARTO, ACP b. Dependent Variable: LKT
Std. Error of the Estimate .27896
R Square Change .281
F Change 4.160
df1
df2 3
Sig. F Change Durbin-Watson 32
.013
1.860
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
df
Mean Square
.971
3
.324
2.490
32
.078
Total 3.461 a. Predictors: (Constant), IP, ARTO, ACP b. Dependent Variable: LKT
1
B
Beta
.671
.080
ARTO
.041
.102
-5.120E-5
IP 1.853E-11 a. Dependent Variable: LKT
1
IP Correlations
Covariances
Lower Bound
Upper Bound
Tolerance
VIF
.000
.508
.833
.060
.400
.692
-.168
.250
.991
1.009
.000
-.103
-.682
.500
.000
.000
.988
1.012
.000
.522
3.449
.002
.000
.000
.981
1.019
ARTO
ACP
1.000
-.087
-.102
ARTO
-.087
1.000
-.031
ACP
-.102
-.031
1.000
2.885E-23
-4.802E14
-4.119E17
ARTO
-4.802E14
ACP
-4.119E-2.388E-7 5.630E-9 17
a. Dependent Variable: LKT
Sig.
8.395
IP
IP
.013a
95% Confidence Interval for B Collinearity Statistics t
Coefficient Correlationsa Model
4.160
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant) ACP
Sig.
35
Unstandardized Coefficients Model
F
.010 -2.388E-7
Collinearity Diagnosticsa Dimen Model sion 1
Variance Proportions Eigenvalue Condition Index (Constant)
ARTO
ACP
IP
1
2.286
1.000
.05
.08
.00
.06
2
.987
1.522
.00
.00
.98
.00
3
.516
2.105
.04
.84
.00
.19
4 .211 a. Dependent Variable: LKT
3.291
.90
.08
.01
.76
Casewise Diagnosticsa Case Numbe r Std. Residual
Predicted Value
LKT
10 3.066 a. Dependent Variable: LKT
1.72
Residual
.8647
.85529
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value .6706 Std. Predicted Value -1.272 Standard Error of .047 Predicted Value Adjusted Predicted Value .5965 Residual -.35148 Std. Residual -1.260 Stud. Residual -1.538 Deleted Residual -1.06329 Stud. Deleted Residual -1.573 Mahal. Distance .020 Cook's Distance .000 Centered Leverage Value .001 a. Dependent Variable: LKT
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
1.2335 2.107
.8825 .000
.16658 1.000
36 36
.275
.083
.043
36
2.0733 .85529 3.066 3.374 1.03587 4.138 32.934 3.519 .941
.9153 .00000 .000 -.021 -.03277 .014 2.917 .142 .083
.27112 .26674 .956 1.034 .35727 1.160 5.740 .592 .164
36 36 36 36 36 36 36 36 36
Charts