PENGARUH ARUS KAS TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN PADA PT HOLCIM INDONESIA TBK Ai Nurhayati Sekolah Tinggi Akuntansi Ekonomi Pasundan Bandung Jl. Turangga No. 37-41 Bandung Jawa Barat 40263 Email :
[email protected] Abstrak PT Holcim Indonesia, Tbk satu-satunya produsen yang menyediakan produk dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton dan agregat yang kini tengah berkembang, yang mana pada beberapa tahun terakhir-akhir memiliki masalah terhadap tingkat likuiditasnya. Seperti yang sudah diteliti , salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas PT Holcim Indonesia, Tbk menurun adalah tidak stabilnya arus kas yang terjadi diperusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas perusahaaan. Adapun variable yang digunakan dimana X= Arus Kas Y= Tingkat Likuiditas. Data yang digunakan adalah data Laporan Arus Kas dan Neraca tahunan, yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014. Untuk menjelaskan variable Y digunakan pengujian statistik analisa dengan menggunakan SPSS 2.3 Dari hasil penelitian menunjukan bahwa persamaan regresi adalah Y= 9.949E-7 artinya jika tidak ada perubahan nilai arus kas maka tingkat likuiditas 0,594 dan nilai b artinya bila terjadi perubahan arus kas Rp. 1.000 maka arus kas akan meningkatkan tingkat likuiditas sebesar 0,594. Hasil dengan tingkat signifikan 0,05 dari perhitungan uji t hitung lebih besar dari t table, yaitu 2.820 ≥ 1,943, maka H0 ada pada daerah penolakan dan H1 diterima, dengan begitu membuktikan adanya pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. Besarnya pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas ditunjukan dari hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 67%, sedangkan sisanya di faktor lain. Kata Kunci: Arus kas, Tingkat likuiditas
Abstract PT Holcim Indonesia Tbk is the only manufacturer that provides products and integrated services covering 10 types of cement, concrete and aggregates are now growing, which in recent years-end had a problem on the level of liquidity. As already observed, one of the factors that affect the level of liquidity of PT Holcim Indonesia, Tbk decline is not stable cash flows that occur in the company. This study aims to determine the effect of cash flow on the level of liquidity of the company. The variables used in which X = Y = Cash Flow 1
Liquidity levels. The data used is the Cash Flow Statement and the annual balance sheet that is from 2007 to 2014. To explain the variable Y used statistical tests were analyzed by using SPSS 2.3. From the research results show that the regression equation is Y = 9.949E-7 means that if there is no change in value of cash flow, the level of liquidity 0.594 and the value of b means that in the event of changes in cash flows of Rp. 1000 cash flow will increase the level of liquidity amounting to 0.594. Results with a significant level of 0.05 of a test calculation t is greater than t table, namely 2.820 ≥ 1.943, then there is the rejection region H0 and H1 accepted, thus proving the effect of cash flow on the level of liquidity in the PT. Holcim Indonesia, Tbk. The magnitude of the effect of cash flow on the level of liquidity is shown from the calculation of the coefficient of determination is equal to 67%, while the rest on other factors. Keywords: cash flow, liquidity levels I.
PENDAHULUAN Industri semen merupakan salah satu industri strategis yang memegang faktor penting dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan semen merupakan kebutuhan pokok dalam pembangunan sarana dan prasarana dari mulai pembangunan jalan raya, jembatan, perumahan, hingga gedung-gedung bertingkat. Konsumsi semen di Indonesia terus mengalami pertumbuhan, bahkan diprediksiakan terus tumbuh pesat pada tahun-tahun mendatang seiring dengan pembangunan di Indonesia dengan proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran yangdicanangkan Pemerintah, rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan SumateraUtara pasca bencana tsunami, serta rekonstruksi Yogyakarta dan Jawa Tengah pasca bencana gempa bumi. Pada beberapa tahun ke depan Indonesia bahkan diperkirakanakan kekurangan pasokan semen sehingga akan dibutuhkan dukungan keuangan dari investor baru dan atau kreditor untuk membiayai pembangunan pabrik-pabrik baru. Industri semen bersifat padat modal sehingga hanya sedikit pengusaha yang terlibat di dalamnya. Saat ini Indonesia yang merupakan produsen semen nomor tiga di dunia setelah Thailand dan Turki tercatat beroperasi hanya 7 (tujuh) perusahaan semen, yakni : PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk, PT. Holcim Indonesia, Tbk, PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, PT. Semen Andalas, PT. Semen Baturaja, PT.Semen Kupang dan PT. Semen Bosowa. PT Holcim Indonesia Tbk. dipilih sebagai perusahaan yang akan diteliti karena PT Holcim Indonesia Tbk. mengalami kesulitan likuiditas akibat membengkaknya kewajiban. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 dimana tingkat likuditas PT Holcim Indonesia Tbk mengalami kenaikan dan 2
penurunan pada beberapa tahun berjalan, khususnya terlihat pada tahun 2010 sampai dengan 2014 tingkat likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk terus menerus mengalami penurunan. Tabel 1.1 Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk. (dalam jutaan rupiah) Aktiva Utang Tahun Rasio Lancar Lancar Lancar 2004 977,219 353,632 276.34% 2005 1,113,944 677,346 164.46% 2006 1,049,572 855,818 122.64% 2007 1,460,971 1,098,383 133.01% 2008 2,097,090 1,269,636 165.17% 2009 1,476,338 1,162,542 126.99% 2010 2,253,237 1,355,830 166.19% 2011 2,468,172 1,683,799 146.58% 2012 2,186,797 1,556,875 140.46% 2013 2,085,055 3,262,054 63.92% 2014 2,290,969 3,807,545 60.17%
Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini terjadi karena pada bulan Oktober 2014 PT Holcim Indonesia Tbk telah melakukan refinancing utang dalam dolar cukup besar. PT Holcim Indonesia Tbk menilai di tengah nilai tukar rupiah yang tidak stabil, lebih rasional jika utang dalam rupiah. Selain itu pada akhir tahun 2014 PT Holcim Indonesia Tbk telah mengantongi pinjaman senilai Rp 2 triliun. Pinajaman tersebut memiliki tenor yang berkisar antara 3-4 tahun. Sebanyak Rp 1,2 triliun dari pinjaman tersebut dialokasikan untuk refinancing utang bank. Sisanya, yakni Rp 800 miliar digunakan untuk penambahan capex perseroan tahun ini. Padahal, pada kuartal pertama tahun 2014, Holcim mengalami laba bersih senilai Rp 450 miliar. Tetapi sayangnya pada kuartal yang sama untuk tahun 2015, holcim mengalami kerugian sebesar Rp 138 miliar . Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada Selasa (15/9), pelemahan kinerja Holcim Indonesia berawal dari melemahnya penjualan selama semester I tahun 2015 menjadi senilai Rp 4,85 triliun dari 4,92 triliun di enam bulan pertama 2014. Hal itu ditambah lagi dengan adanya kenaikan beban pokok produksi semester I tahun 2015 menjadi Rp 3,79 triliun dari Rp 3,49 triliun pada paruh pertama tahun 2014. Dalam pos beban tersebut, tercatat jumlah biaya produksi menanjak menjadi Rp 3,89 triliun, dari Rp 3,66 triliun. Oleh karena itu, perusahaan dituntut agar mampu mengelola dana yang ada untuk dipergunakan membiayai segala jenis kegiatannya dan harus hati-hati dalam menangani masalah keuangan, khususnya dalam pengelolaan sumber dan penggunaan kas yang baik sangat diperlukan, karena dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan 3
dalam mendapatkan laba serta mengetahui kondisi likuiditas perusahaan dimasa yang akan datang. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan keputusan keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam rangka pengambilan keputusan, pengelola perusahaan memerlukan informasi khususnya mengenai apa yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dapat digunakan untuk membantu para pengguna dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan keuangan yang biasa dibuat oleh perusahaan dan digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan biasanya terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Berbagai alat analisis yang dapat digunakan untuk mengolah laporan keuangan. Alat analisis tersebut mungkin berbentuk analisis common size, analisis break even, analisis gross profit, analisis Du pont dan analisis laporan arus kas. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Arus kas merupakan jiwa bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibannya. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Apabila perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi mencerminkan adanya over investment dalam kas, dan berarti perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas karena kas tidak diputar, sebaliknya jumlah kas yang relative kecil akan memperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi. Hal ini terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk yang mana arus kas pada perusahaan tersebut mengalami kenaikan dan penurunan, terlihat pada tahun 2010 tingkat arus kas pada PT Holcim Indonesia Tbk mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 182% dengan jumlah kas dan setara kas akhir tahun 2010 sebesar Rp 1.070.427.000.000,- hal ini menunjukan bahwa tingkat likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk sangatlah tinggi.
4
Tabel 1.2 Kenaikan/Penurunan Arus Kas pada PT Holcim Indonesia Tbk. Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 311,390 288,839 266,808 287,284 681,794 893,807 380,248 1,070,427 1,127,482 555,785 375,565 214,570
Kenaikan/Penurunan Neto Kas dan Setara Kas (22,551) (22,031) 20,476 394,510 212,013 (513,559) 690,179 57,551 (577,177) (195,811) (163,073)
Persentase Kenaikan/Penurunan Arus Kas -7.24% -7.63% 7.67% 137.32% 31.10% -57.46% 181.51% 5.38% -51.19% -35.23% -43.42%
Sumber : Laporan keuangan PT Holcim Indonesia Tbk. Kas merupakan unsur aktiva yang paling lancar atau dengan kata lain kas merupakan modal kerja paling likuid, sehingga dengan kesediaan kas yang cukup maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Setiap perusahaan memerlukan kas untuk menjalankan kegiatan operasi, melunasi kewajiban, dan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Dengan menganalisis laporan keuangan maka para pemakai laporan keuangan dapat mengetahui arus kas masuk dan keluar untuk waktu yang akan datang. II.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Moh. Nazir, 2005 :54). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatankegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Pemilihan pendekatan studi khusus didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan untuk melihat kecenderungan data dalam mengeneralisasi pengambilan kesimpulan. 5
Dengan metode ini penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati secara seksama tentang aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data yang menunjang penyusunan laporan penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Data-data yang diperoleh tersebut diproses, dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Perusahaan Holcim dikenal sebagai pelopor dan inovator di sektor industri semen yang tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan pasar perumahan, bangunan umum dan infrastruktur. Holcim satu-satunya produsen yang menyediakan produk dan layanan terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton dan agregat. Kini tengah dikembangkan usaha waralaba yang unik, yakni Solusi Rumah, yang menawarkan solusi perbaikan dan pembangunan rumah dengan biaya terjangkau dengan dukungan lebih dari 49.000 ahli bangunan binaan Holcim, waralaba yang hingga 2013 telah mencapai 437 gerai, dan staf penjualan via telepon yang jumlahnya terus bertambah. Produk Holcim dijual di lebih dari 8.000 toko bangunan di seluruh Indonesia. Holcim Beton adalah perusahaan yang pertama memasarkan SpeedCrete®, produk beton cepat kering untuk membantu menghemat waktu perbaikan jalan dan proyek pembangunan, sementara layanan pemesanan via telepon MiniMix memudahkan konsumen mendapatkan produk beton jadi pada hari yang sama. Holcim pula perusahaan pertama yang mengembangkan fasilitas batching plant keliling. Seminar yang Holcim selenggarakan untuk kalangan industri seputar prosedur pengecoran beton skala besar untuk pendirian pondasi gedung tinggi merupakan yang pertama di sini. Holcim mempelopori pembangunan Akademi Holcim yang merupakan pusat pendidikan profesi yang menawarkan program pengembangan ketrampilan teknik dan manajemen kepada para siswa dari negara-negara Asia Tenggara. Perusahaan mengoperasikan tiga pabrik semen masing-masing di Narogong, Jawa Barat, di Cilacap, Jawa Tengah, Tuban 1 di Jawa Timur dan fasilitas penggilingan semen di Ciwandan, Banten dengan total kapasitas gabungan per tahun 11 juta ton semen. Holcim mengoperasikan banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap yang mencakup pula gudang dan silo.
6
Tim Geocycle Holcim menyediakan solusi total pembuangan limbah industri, perkotaan dan pertanian bagi konsumen yang tidak ingin terbebani masalah pengumpulan, penyimpanan dan pembuangan limbah berbahaya maupun limbah tidak berbahaya. Reputasi Holcim kian meningkat, dan seiring dengan itu semakin banyak perusahaan besar di sektor industri maupun pemerintah yang memanfaatkan jasa Holcim. Konsultan Holcim bekerja dengan prinsip kurangi, pakai kembali dan daur ulang dalam membantu perusahaan menekan produksi limbah mereka. Geocycle mempelopori pembangunan instalasi pemusnahan gas perusak ozon, CFC, dengan cara yang aman fasilitas yang pertama di kawasan Asia Tenggara. Holcim memperoleh kredit karbon dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih UNFCCC dengan memanfaatkan biomassa dalam proses produksi semen karena langkah ini dapat mengurangi emisi CO2 yang muncul dalam proses pembusukan jika limbah pertanian tersebut dibiarkan begitu saja. Pada tahun 2013 pabrik semen Holcim di Cilacap menjadi salah satu dari sedikit badan usaha di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup penghargaan tertinggi di bidang manajemen limbah dan lingkungan hidup di Indonesia, yang dicapai untuk keempat kalinya. Pabrik Holcim di Narogong berhasil memperoleh peringkat PROPER Hijau untuk ketiga kalinya berturut-turut. Pada tahun yang sama, Holcim memperoleh penghargaan Industri Hijau untuk yang keempat kalinya. Holcim juga merupakan perusahaan satu-satunya yang menerima penghargaan Ozon sebagai pengakuan atas kegiatan yang berkelanjutan dalam memusnahkan bahan perusak ozon dengan aman. Kegiatan CSR Holcim mendapat penghargaan CSR Awards dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta pemerintah daerah. Perkembangan Arus Kas PT Holcim Indonesia Tbk Arus Kas yang telah dihasilkan oleh setiap perusahaan akan berpengaruh terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan tersebut. Adapun perkembangan Arus Kas pada PT. Holcim Indonesia, Tbk periode 20072014 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Perkembangan Arus Kas PT. Holcim Indonesia, Tbk (dalam jutaan rupiah) Kas dan Kenaikan/Penurunan Persentase Setara Tahun Neto Kas dan Setara Kenaikan/Penurunan Kas Akhir Kas Arus Kas Tahun 2007 681,794 394,510 137.32% 2008 893,807 212,013 31.10% 7
2009 2010 2011 2012 2013 2014
380,248 1,070,427 1,127,482 555,785 375,565 214,570
(513,559) 690,179 57,551 (577,177) (195,811) (163,073)
-57.46% 181.51% 5.38% -51.19% -35.23% -43.42%
Sumber data: Laporan Keuangan PT. Holcim Indonesia Tbk. Pada tabel 4.1 perkembangan arus kas PT Holcim Indonesia Tbk. Periode 2007-2014 terlihat bahwa arus kas yang terjadi pada perusahaan fluktuatif, dimana dari tahun ke tahun arus kas PT Holcim Indonesia Tbk. mengalami kenaikan dan penurunan. Terlihat dari tabel diatas adanya kenaikan arus kas yang signifikan pada tahun 2010 yang mana terdapat kenaikan arus kas sebesar Rp 690.179.000.000,- dengan persentase 181,51%. Selain itu juga PT Holcim Indonesia Tbk mengalami penurunan arus kas yang cukup drastis dimana pada tahun 2009 arus kas mengalami penurunan sebesar Rp 513.559.000.000,- dengan persentase penurunan sebesar -57,46%. Adanya kenaikan arus kas dapat terjadi karena beberapa faktor salah satunya adanya hasil penjualan investasi jangka panjang, atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi penambahan arus kas. Sedangkan penurunan arus kas pada PT Holcim Indonesia Tbk dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah adanya penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal dalam bentuk kas. Perkembangan Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk Tingkat likuiditas suatu perusahaan merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia, berikut tingkat likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk pada 8 tahun terakhir. Tabel 3.2 Perkembangan Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk. (dalam jutaan rupiah) Aktiva Utang Tahun Rasio Lancar Lancar Lancar 2007 1,460,971 1,098,383 133.01% 2008 2,097,090 1,269,636 165.17% 2009 1,476,338 1,162,542 126.99% 2010 2,253,237 1,355,830 166.19% 2011 2,468,172 1,683,799 146.58% 2012 2,186,797 1,556,875 140.46% 2013 2,085,055 3,262,054 63.92% 2014 2,290,969 3,807,545 60.17%
Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk. 8
Pada tabel diatas perkembangan tingkat likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk periode 2007-2014 mengalami adanya kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahunnya, hal ini dapat disebabkan karena adanya pemakaian dana untuk pembelian harta tetap hal ini merupakan salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid, Jika semakin banyak dana perusahaan yang digunakan untuk harta tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit oleh sebab itu rasio likuiditas menurun. Sedangakan untuk menaikkan atau mempertahankan tingkat likuiditas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan volume kegiatan perusahaan hal ini dilakukan untuk menambah kebutuhan dana untuk membiayai harta lancar. Perkembangan Arus Kas dan tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk. Tabel 3.3 Perkembangan Arus Kas dan Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk Kas dan Setara Kas Akhir Tahun 681.794 893.807 380.248 1.070.427 1.127.482 555.785 375.565 214.570
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Rasio Lancar 133% 165% 127% 166% 147% 140% 64% 60%
Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk. B.
Uji Analisa Data dengan SPSS Untuk mengetahui besarnya pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk pada Tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, maka akan dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS versi 2.3, hal ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan atas hasil perhitungan. Berikut ini merupakan uji analisa data dengan menggunakan SPSS versi 2.3. Analisis Korelasi ( Correlation Product Moment-Pearson ) Untuk mengetahui besarnya hubungan antara Arus Kas dengan Tingkat Likuiditas, maka digunakan Analisis Korelasi Product Moment (Pearson) dengan rumus : r
n x
n xy x y 2
x n y 2 y 2
2
9
Dimana : r = X = Y = n =
Koefisien Korelasi Arus Kas Tingkat Likuiditas Jumlah data
Berikut hasil penghitungan uji korelasi Pearson dengan menggunakan SPSS versi 2.3 pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 3.4 Hasil Uji Korelasi (Pearson) Correlations Arus Tingkat Kas Likuiditas Arus Kas Pearson 1 .817* Correlation Sig. (2-tailed) .013 N 8 8 Tingkat Pearson .817* 1 Likuiditas Correlation Sig. (2-tailed) .013 N 8 8 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). Tabel 3.5 Hasil Uji Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat (Sugiyono, 2013:250) Berdasarkan hasil uji korelasi penghitungan dengan analisis korelasi Pearson pada tabel 4.4 menerangkan bahwa, koefisien korelasi Variabel X (Arus Kas) dan Variabel Y (Tingkat Likuiditas) mempunyai nilai sebesar 0,817. Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dikemukakan Sugiyono termasuk ke dalam korelasi yang sangat kuat. Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi ini merupakan proses untuk mengestimasi hubungan fungsional antar variabel dan juga berfungsi untuk melihat signifikansi hubungan variabel-variabel tersebut. Untuk menguji ada tidaknya dampak Arus Kas (X) terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan (Y) maka dilakukan analisis statistik dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.
10
Hubungan antara dua variabel ini digambarkan dengan sebuah model matematik yang disebut model regresi yang dirumuskan sebagai berikut : Y = a + bX Dimana: Y = X = a = b =
Variabel terikat yaitu Tingkat Likuiditas perusahaan variabel bebas yaitu Arus Kas konstanta kecenderungan regresi X
Bila b (+) maka terjadi kenaikan, dan bila b (-) maka terjadi penurunan X = Arus Kas.
( y )( x 2 ) ( x)( xy ) = n( x 2 ) ( x ) 2
a
persamaan sebagai berikut: b
=
n XY X Y 2 n X 2 X
Berikut hasil uji regresi linier sederhana antara Arus Kas terhadap Tingkat likuiditas dengan menggunakan SPSS versi 2.3, dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini : Tabel 3.6 Hasil Uji Linear Sederhana Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant ) Arus Kas
B
Std. Error
.594
.211
9.949E -7
.000
Standardized Coefficients Beta
t
.817
Sig.
2.820
.030
3.472
.013
a. Dependent Variable: Tingkat Likuiditas Dari hasil perhitungan pada table 4.6 dapat diketahui bahwa hasil a = 9.949E-7 dan hasil b =0,594, sehingga dapat diketahui hubungan variable a dan variabel b adalah : 11
Y=a + bX Y= 9.949E-7 + 0,594X Persamaan tersebut menunjukan bahwa variable X dan variable Y adalah positif, yang berarti setiap kenaikan X akan diikuti dengan kenaikan nilai Y. Apabila Arus Kas naik Rp.1.000,- maka Tingkat Likuiditas PT Holcim Indonesia Tbk akan mengalami kenaikan sebesar 0,594. Koefisien Determinasi Analisis determinasi juga digunakan untuk menunjukan seberapa besar pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas yang diperoleh dan seberapa besar yang dipengaruhi oleh faktor lain. Maka dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan asumsi faktor faktor lain diluar variable dianggap konstan/tetap. Rumus untuk menentukan koefisien determinasi adalah: Kd = r 2 x 100% Dimana: Kd = Koefisien Determinasi r2 = Kofisien Korelasi Berikut hasil uji determinasi antara Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas dengan menggunakan SPSS versi 2.3 dapat dilihat dari table 4.7 berikut ini : Tabel 3.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Mod el
R
1
.817a
Std. Error R Adjusted R of the Square Square Estimate .668
.612
.25800
a. Predictors: (Constant), Arus Kas Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,668 itu berarti bahwa Tingkat Likuiditas dipengaruhi oleh Arus Kas sebesar 67%, sedangkan sisanya 33% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Uji t untuk Uji Signifikasi Pengujian hipotesis dilakukan sebagai alat untuk mengukur apakah Arus Kas dalam model regresi berpengaruh terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan. Hipotesis untuk uji t adalah sebagai berikut: H0 : Arus Kas tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan 12
H1
: Arus Kas berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Likuiditas perusahaan Untuk menentukan apakah H0 diterima atau ditolak, digunakan uji signifikan yaitu : a. Jika Sig. > 0,05 maka H0 diterima b. Jika Sig. < 0,05 maka H0 ditolak , H1 diterima Berikut hasil uji t antara Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas yang diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 2.3 dapat dilihat dari tabel 4.8 Tabel 3.8 Hasil Uji Signifikansi Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Consta nt)
.594
.211
Arus Kas
9.949E-7
.000
Standardized Coefficients Beta
.817
t
Sig.
2.820
.030
3.472
.013
a. Dependent Variable: Tingkat Likuiditas Berdasarkan hasil perhitungan uji signifikasi pada table 4.8 diatas, diperoleh nilai dengan nilai t hitung =2,820 dengan derajat kesamaan sebagai berikut : (df) = n-2 = 8 - 2 = 6 dan derajat tingkat taraf signifikan α = 0,05 maka t table adalah (α:df) = t(0,05:9) = 1,943. Oleh karena itu nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t table yaitu 2.820 ≥ 1,943, maka H0 ada pada daerah penolakan dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh antara Arus Kas dengan Tingkat Likuiditas perusahaan PT. Holcim Indonesia, Tbk. C.
Arus Kas Menurut Para Ahli Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007;2.3)
Laporan Arus Kas pada PT Holcim Indonesia Tbk telah di buat dan dilaporkan sesuai dengan PSAK yang berlaku yaitu telah diklasifikasikan berdasarkan tiga aktivitas yaitu; aktivitas, operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas yang terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk selama kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu pada tahun 2007-2014 terjadi secara fluktuatif atau adanya kenaikan dan penurunan Arus Kas dari tahun ke tahunnya. Kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2010, sedangkan penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2009.
13
Tingkat Likuiditas Menurut Para Ahli Menurut Syamsuddin (2002;41) dalam bukunya berpendapat bahwa: perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan Dalam mengukur Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk penulis menggunakan metode rasio lancar ( Current Ratio), metode ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan perhitungan Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk selama 8 (delapan) tahun terakhir, terlihat bahwa tingkat likuiditas perusahaan pada 2 (dua) tahun terakhir menunjukan rasio lancar (Current Ratio) yang rendah yaitu berada pada kisaran 60% perusahaan dapat membayar hutang jangka pendeknya, hal ini biasanya menunjukan adanya masalah dalam likuidasi. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumya tingkat likuiditas berada pada kisaran ≥ 100%, hal ini menunjukan bahwa rasio lancar (Current Ratio) tinggi, rasio lancar yang terlalu tinggi juga kurang bagus untuk suatu perusahaan, karena menunjukan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan. Pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan pada PT Holcim Indonesia, Tbk Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis data dengan menggunakan SPSS yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan pada PT Holcim Indonesia, Tbk antara lain sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode analisis regresi linier sederhana, yang diperoleh adalah Y= 9.949E-7 + 0,594X Persamaan tersebut menunjukan bahwa variable X dan variable Y adalah positif, yang berarti setiap kenaikan X akan diikuti dengan kenaikan nilai Y. Kenaikan nilai Y itu sebesar 0,594 pada PT. Holcim Indonesia, Tbk. b. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi variable X (Arus Kas) dan variable Y (Tingkat Likuiditas) mempunyai nilai 0,668 dimana nilai tersebut berada dalam hasil uji interpretasi koefisien korelasi antara 0,60-0,799 yang berari hasil korelasi kedua variable tersebut adalah kuat, artinya Arus Kas berpengaruh kuat terhadap Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk. c. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode koefisien determinasi diperoleh nilai sebebsar 0,668. Nilai itu bahwa Tingkat Likuiditas 14
d.
dipengaruhi oleh Arus Kas sebesar 67%, sedangkan sisanya 33% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji analisis t dengan tingkat taraf signifikan α = 0,05 diperoleh t hitung sebesar 2.820 dan t tabel sebesar 1,943 (t hitung ≥ t tabel) artinya H0 ada pada daerah penolakan dan H1 diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas dengan Tingkat Likuiditas pada PT. Holcim Indonesia, Tbk.
terhadap Tingka mempengaruhi Tingkat Likuiditas. Hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh (Sawir, 2009:10) bahwa semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahansan mengenai pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk selama kurun waktu 8 tahun, yaitu dari tahun 2007-2014 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Arus Kas pada PT Holcim Indonesia Tbk selama kurun waktu 8 tahun yaitu pada tahun 2007-2014 terdapat adanya kenaikan dan penurunan Arus Kas. Adapun kenaikan Arus Kas tertinggi terjadi pada tahun 2010, sedangkan untuk penurunan Arus Kas yang signifikan terlihat pada tahun 2009. 2. Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk selama tahun 20072014 mengalami kenaikan dan penurunan, penurunan yang signifikan terjadi pada 2 (dua) tahun terakhir yaitu tahun 2013 dan 2014, sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya tingkat likuiditas berada pada kisaran ≥ 100%. 3. Pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk, dapat dilihat dari persentasi nilai koefisien determinasi (Kd) yaitu sebesar 67% sedangkan sisanya sebesar 33% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari tabel, yaitu 2.820 ≥ 1,943 artinya, H0 ada pada daerah penolakan dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah Arus Kas berpengaruh terhadap Tingkat Likuiditas pada PT Holcim Indonesia Tbk, pada periode Laporan Keuangan tahun 2007-2014.
15
V.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir, 2001, Analisis Kinerja Laporan Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan kedua, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (Edisi II). Jakarta: Salemba Empat. Donald E. Kieso, Jerry J. Weygant, and Terry D. Warfield, 2005. Intermediate Accounting, 11th Edition, Edisi Revisi, Jakarta: Erlangga Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan, Panduan Bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung: Alfabeta. Fees, Reeve dan Waren.2008. Pengantar Akuntansi Edisi. Kedua Puluh Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Hanafi M. Muhammad dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi kedua, Cetakan pertama, Yogyakarta: UUP AMP YKPN IAI, 2007.Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta :Salemba IAI, 2009.Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta :Salemba Lili M. Sadeli, (2006), Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Satu, Cetakan Ketiga, PT Bumi Aksara, Jakarta. Martono dan D. Agus Harjito, 2010, Manajemen Keuangan, Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta 2010 Moh.Nazir. 2005. MetodePenelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Sofyan Syafri Harahap. 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi 9. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sofyan. S. Harahap. 2002. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono, 2004, MetodePenelitianBisnis, bandung :Penerbit CV Alfabeta. Warren, Reeve and Fess. 2005. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. Edisi 21. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. WEBSITE http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/279 2/Bab%202.pdf?sequence=7 http://www.idx.co.id/ http://www.holcim.co.id/
16