Pengaruh Arus Kas Bersih Terhadap Likuiditas Dan Dampaknya Terhadap Ptofitabilitas (Studi Kasus pada PT. Asuransi Jasa Indonesia Cabang Tasikmalaya) Rena Kurniawati 083403182 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) arus kas bersih , likuiditas, dan profitabilitas (2) pengaruh arus kas bersih terhadap likuiditas (3) pengaruh arus kas bersih secara parsial terhadap profitabilitas (4) pengaruh likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas (5) pengaruh arus kas bersih dan likuiditas secara simultan terhadap profitabilitas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan study kasus pada PT. Asuransi Jasa Indonesia. Penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan perusahaan tahun 2001 – 2011 yang dipublikasikan, dengan teknik pengumpulan data yaitu library research. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan skala pengukuran rasio. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) kondisi arus kas bersih dari sudut pandang likuiditas dinilai cukup baik, sedangkan dari sudut pandang profitabilitas masih kurang baik. Likuiditas dinilai sudah cukup baik sedangkan profitabilitas masih kurang baik (2) arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (3) arus kas bersih secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (4) likuiditas terhadap profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (5) arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Kata kunci : Arua Kas Bersih, Likuiditas dan Profitabilitas PENDAHULUAN Dalam rangka pengambilan keputusan, pengelola perusahaan memerlukan informasi khususnya informasi mengenai apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi yang merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang dapat digunakan untuk membantu para pengguna dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Arus kas merupakan jiwa (lifeblood)
bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibannya. Semakin besar jumlah kas yang akan dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. PT. Asuransi Jasa Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam tatanan ekonomi dan bisnis orang tidak melihat PT. Asuransi Jasa Indonesia sebagai salah satu BUMN yang hanya memberikan jasa asuransi saja, Akan tetapi PT. Asuransi Jasa Indonesia juga sebagai pelaku ekonomi yang mutlak dituntut untuk dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa asuransi. Seperti budaya yang dimiliki oleh perusahaan ini yaitu komitmen kepedulian untuk memberikan 1
layanan terbaik dengan semangat pelayanan profesional dan berorientasi pada kepuasan pelanggan. Selain likuiditas untuk menilai berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya juga dapat dilihat dari profitabilitas perusahaan tersebut. Artinya apakah perusahaan mampu memperoleh laba dengan aktiva maupun modal yang dimilikinya, apabila perusahaan tersebut mampu maka perusahaan itu dapat dikatakan berhasil begitu juga sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu memperoleh laba dari kegiatan usahanya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan tidak berhasil. Karena pada umumnya tujuan dari setiap perusahaan mencapai laba bersih yang sebenar-benarnya atau dengan kata lain profit oriented. Kemampuan perusahaan memperoleh laba ini dapat terlihat dari laporan keungan perusahaan yang bersangkutan. Dalam perusahaan asuransi tingkat profitabilitas juga sangat penting untuk mengukur suatu kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur kemampuan laba, dimana profitabilitas ini merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban tentang efektivitas manajemen perusahaan dan akan memberikan gambaran tentang efektivitas pengelolaan manajemen.
TINJAUAN PUSTAKA Arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenueproducing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. (Standar Akuntansi Keuangan, 2009:2)
Menurut Agnes Sawir ( 2005:8 ) definisi likuiditas adalah: “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo.” Selain itu Kieso dkk, (2007:222), mengemukakan definisi rasio likuiditas sebagai berikut :
“Rasio likuditas (liquidity ratios) mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo”. Menurut Sofyan Syarief Harahap (2007:305) menyatakan bahwa: “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas menunjukkan keberhasilan suatu badan usaha dalam menghasilkan pengembalian (return) kepada pemiliknya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) cabang Tasikmalaya yang terletak di jalan Dr. Sukardjo no.57 Tasikmalaya, perusahaan ini bergerak di bidang usaha asuransi kerugian. Adapun objek penelitiannya meliputi arus kas, likuiditas dan profitabilitas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Profil PT Jasa Indonesia Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap dua perusahaan asuransi asing yaitu NV Assurantie Maatschappij de Nederlander (Kolonial Belanda) dan Bloom Vander (Inggris) dan mengubah nama keduanya menjadi PT. Asuransi Bendasraya yang bergerak dalam asuransi kerugian dalam rupiah dan PT. Umum Internasional Underwriters (PT. UIU) yang bergerak dalam asuransi kerugian valuta asing. Agar mampu berperan lebih baik di era kemerdekaan, pemerintah memutuskan untuk melakukan merger antara PT. Asuransi Bendasraya dan PT. Umum Internasional Underwriters menjadi PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang asuransi kerugian, seluruh saham PT. Asuransi Jasa Indonesia 2
(Persero) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Dalam memberikan layanan professional, Asuransi Jasindo mendapatkan dukungan reasuradur terkemuka di dunia seperti Swiss-Re dan Partner-Re. Asuransi Jasindo adalah satusatunya penjamin dalam negeri untuk peluncuran beberapa satelit komunikasi seperti Palapa. Portofolio Asuransi Jasindo dalam penyelesaian klaim-klaim besar meliputi klaim Apogee Kick Motor Satelit Palapa B2 sebesar US$ 75 juta, BDC Failure Satelit Palapa C2 sebesar US$ 31,2 juta, Battery Charging Failure Satelit Palapa C2 sebesar US$ 36,5 juta dan Loss of DB Satelit Garuda milik Aces International sebesar US$ 101,5 juta. Kemampuan dan pengalaman tersebut diakui pula oleh badan pemeringkat international Standard and Poor’s untuk kategori “Claim Paying Ability”.
Teknik Analisis Data Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik analisis arus kas. Yaitu menganalisa arus kas masuk dan arus kas keluar yang terjadi pada perusahaan dengan membandingkan nilai-nilai atau angka-angka selama 5 tahun. 2. Teknik analisis likuiditas perusahaan Yaitu dengan menghitung likuiditas perusahaan dengan rumus : Current Ratio Rasio Lancar =
Aktiva Lancar
X 100 %
Utang lancar
3. Teknik analisis profitabilitas perusahaan Return on Asset dengan rumus Return on Asset =
laba bersih sebelum pajak Total aktiva
Teknik yang digunakan dalam Pengujian Hipotesis Asosiatif ini adalah Analisis Korelasi dan Analisis Regresi melalui Analisis Jalur (Path Analysis). Oleh karena itu, sebelum mempelajari analisis jalur, maka terlebih dahulu harus dipahami konsep dasar analisis regresi dan korelasi (Sugiyono, 2009: 297). Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikan, uji kelayakan, kriteria dan penarikan kesimpulan. 1. Penetapan Hipotesis Operasional Pada penetapan hipotesis, hipotesis yang akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel penelitian. Hipotesis yang digunakan adalah: Hoଵ ߩ = 0 : arus kas bersih tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Haଵ ߩ ≠ 0 : arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hoଶ ߩ = 0 : arus kas bersih dan likuiditas secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Haଶ ߩ ≠ 0 : arus kas bersih dan likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas. Hଷ ߩ = 0 : likuiditas secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Haଷ ߩ ≠ 0 : likuiditas secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas. Ha4 ߩ = 0 : arus kas bersih dan likuiditas secara simultan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Ha4 ߩ ≠ 0 : arus kas bersih dan likuiditas secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas.
X 100%
3
2. Penetapan tingkat signifikansi Taraf signifikan (ߙ) ditetapkan sebesar 5%. Ini berarti kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%. Taraf signifikan ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam penelitian sosial karena dianggap cukup nyata untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. 3. Uji signifikansi Untuk menguji signifikan dilakukan dua pengujian, yaitu: a. Secara simultan menggunakan uji F b. Secara parsial menggunakan uji t 4. Kaidah keputusan
Kaidah keputusan yang digunakan adalah: a. Terima Ho jika ܨ௧௨ ≤ ܨ௧ dan tolak Ho jika ܨ௧௨ > ܨ௧ b. Terima
Ho
t ௧௨ ≤ t jika
–t
ଵ
ଶ ଵ
ଵ ଶ
jika
ଵ
–t ଶ ߙ ≤
ߙ dan tolak Ho
ߙ > t ௧௨
atau
t ௧௨ > t ଶ ߙ 5. Penarikan kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian di atas, penulis akan melakukan analisis secara kuantitatif. Dan hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan, apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.
kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak. PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Arus Kas Bersih PT. Asuransi Jasa Indonesia tahun 2001-2011 Tahun
Arus Kas Diperoleh (Digunakan untuk) aktivitas Operasi Investasi Pendanaan 2001 Rp 140.005.797.762 (Rp 93.655.732.189) (Rp 45.251.085.851) 2002 Rp 156.023.919.384 (Rp 96.876.124.353) (Rp 48.364.930.375) 2003 Rp 247.879.454.000 (Rp179.490.207.000) (Rp 76.781.132.000) 2004 Rp 122.578.379.450 (Rp102.529.810.360) (Rp 18.377.380.000) 2005 (Rp 85.897.537.000) Rp103.345.087.000 (Rp 17.019.487.000) 2006 Rp 202.123.334.000 (Rp167.023.872.000) (Rp 18.985.286.000) 2007 (Rp 4.981.431.000) Rp 13.770.736.000 (Rp 16.623.957.000) 2008 Rp159.341.614.000 Rp69.354570.000 (Rp15.973.388.000) 2009 Rp 2.226.264.672 (Rp1.990.794.000) (Rp5.156.735.000) 2010 Rp232.035.586.000 (Rp2.645.257.000) (Rp26.954.000.000) 2011 Rp156.964.334.000 Rp147.097.209.000 (Rp49.313.461.000) Sumber: Laporan keuangan PT. Asuransi Jasa Indonesia PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Aktiva Lancar dan Utang Lancar Tahun 2001-2011 Periode Aktiva Lancar (Tahun) (Rp) 31 Des. 2001 1.135.837.635.000 31 Des. 2002 956.647.101.200 31 Des. 2003 1.030.300.682.000 31 Des. 2004 1.281.943.917.000 31 Des. 2005 1.388.062.810.000 31 Des. 2006 1.474.588.980.000 31 Des. 2007 1.639.982.931.000 31 Des. 2008 1.019.008.470.000 31 Des. 2009 1.277.174.646.000 31 Des. 2010 1.635.208.366.000 31 Des. 2011 1.477.500.980.000 Sumber: Laporan keuangan PT. Asuransi Jasa Indonesia
(Penurunan) Kenaikan Rp1.098.979.721 Rp10.782.864.655 (Rp8.391.884.000) Rp1.671.189.080 Rp 428.063.000 Rp16.114.176.000 Rp7.834.652.000 (Rp21.272.798.000) Rp72.113.770.000 Rp20.243.632.000 Rp25.474.882.000
Utang lancar (Rp) 890.265.412.000 703.732.890.700 726.993.584.200 925.590.133.970 875.234.904.000 847.070.200.000 954.744.857.000 721.896.403.000 817.489.473.000 954.744.857.000 847.070.200.000
4
PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Likuiditas tahun 2001-2011 Tahun Current Ratio 2001 127,58% 2002 135,94% 2003 141,72% 2004 138,50% 2005 158,59% 2006 174,08% 2007 171,77% 2008 141,15% 2009 156,9% 2010 171,20% 2011 174,07% Sumber: Laporan keuangan PT.Asuransi jasa Indonesia (telah diolah)
PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Laba Bersih Sebelum Pajak dan Total Asset Tahun 2001-2011 Laba Bersih Sebelum Pajak (Rp)
Periode (Tahun) 31 Des. 2001 84.799.000.000 31 Des. 2002 75.029.000.000 31 Des. 2003 81.856.000.000 31 Des. 2004 101.803.000.000 31 Des. 2005 108.678.000.000 31 Des. 2006 117.048.000.000 31 Des. 2007 107.943.000.000 31 Des. 2008 104.663.000.000 31 Des. 2009 163.544.000.000 31 Des. 2010 117.048.000.000 31 Des. 2011 194.967.000.000 Sumber: Laporan keuangan PT. Asuransi Jasa Indonesia
Total Asset (Rp) 1.218.291.000.000 1.042.282.000.000 1.105.343.000.000 1.367.878.000.000 1.461.194.000.000 1.545.235.000.000 1.729.134.000.000 1.132.995.000.000 1.448.145.000.000 1.042.232.000.000 1.393.991.000.000
PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Profitabilitas tahun 2001-2011 Tahun Return On Asset 2001 8,23% 2002 6,64% 2003 7,62% 2004 8,23% 2005 7,68% 2006 7,79% 2007 6,59% 2008 9,23% 2009 10,9 % 2010 11,23 % 2011 13,96% Sumber: Laporan keuangan PT.Asuransi jasa Indonesia (telah diolah)
Tahun 2001 arus kas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami kenaikan atau adanya penambahan kas sebesar Rp1.098.979.721, hal ini disebabkan karena cukup besarnya penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi yang dapat menutupi pengeluaran kas yang digunakan untuk aktivitas investasi dan pendanaan. Tahun 2002 arus kas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami
kenaikan yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp10.782.864.655, hal ini disebabkan meningkatnya arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi yang cukup besar. Sedangkan pada tahun 2003, arus kas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami penurunan sebesar Rp8.391.884.000, meskipun pada tahun tersebut arus kas dari aktivitas operasi mengalami peningkatan yang cukup 5
signifikan, tetapi hal tersebut diikuti pula oleh cukup besarnya arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi, sehingga arus masuk kas tidak dapat menutupi arus keluar kas yang menyebabkan pada tahun tersebut arus kas PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami penurunan. Pada Tahun 2004 arus kas PT. Asuransi Jasa Indonesia kembali mengalami peningkatan sebesar Rp1.671.189.080, meskipun arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi mengalami penurunan, tetapi hal ini diikuti pula oleh menurunnya arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi dan pendanaan, sehingga arus masuk kas lebih besar dari arus keluar kas. Begitu pula pada tahun 2005, arus kas kembali mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kas meningkat sebesar Rp428.063.000. Pada tahun ini, kas lebih banyak digunakan untuk aktivitas operasi dan pendanaan, dan kas lebih banyak diperoleh dari aktivitas investasi, karena pada tahun ini terjadi pelepasan saham yang cukup besar yaitu sebesar Rp175.183.169.000. Pada tahun 2006 arus kas mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp16.114.176.000, hal ini diakibatkan dari besarnya kas yang diperoleh dari aktivitas operasi, dan tidak terlalu besarnya kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan. Dan pada tahun 2007, arus kas mengalami peningkatan sebesar Rp7.834.652.000. Pada tahun ini kas lebih banyak diperoleh dari aktivitas investasi dan kas digunakan untuk aktivitas operasi dan pendanaan. Aktivitas investasi yang merupakan sumber kas yang cukup besar pada tahun ini diantaranya penerimaan hasil deposito, pencairan deposito, penjualan obligasi dan surat berharga. Pada tahun 2008, arus kas kembali mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp21.272.798.000, meskipun pada tahun
tersebut arus kas dari aktivitas operasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, tetapi hal tersebut diikuti pula oleh cukup besarnya arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi, sehingga arus masuk kas tidak dapat menutupi arus keluar kas yang menyebabkan pada tahun tersebut. Pada tahun 2009, arus kas mengalami peningkatan sebesar Rp72.113.770.000, arus kas dari aktivitas operasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, tetapi hal tersebut diikuti pula oleh cukup besarnya arus kas yang digunakan untuk aktivitas investasi, sehingga arus masuk kas tidak dapat menutupi arus keluar kas yang menyebabkan pada tahun tersebut. Dan pada tahun 2010, arus kas juga mengalami peningkatan sebesar Rp20.243.632.000.000, hal ini diakibatkan dari besarnya kas yang diperoleh dari aktivitas operasi, dan tidak terlalu besarnya kas yang digunakan untuk aktivitas investasi. Tahun 2011, arus kas mengalami peningkatan sebesar Rp25.454.882.000, hal ini diakibatkan dari besarnya aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan yang digunakan oleh perusahaan. Apabila dilihat secara keseluruhan dari periode tahun 2001 sampai tahun 2011, arus kas PT. Asuransi Jasa Indonesia dapat dikatakan cukup baik. Kenaikan kas paling besar terjadi pada tahun 2009, hal ini disebabkan karena adanya perolehan kas dari aktivitas operasi yaitu penerimaan premi yang cukup besar pada tahun yang bersangkutan. Penurunan kas dalam periode ini hanya terjadi pada tahun 2005, penurunan kas ini disebabkan oleh besarnya kas yang digunakan untuk aktivitas investasi yang tidak diikuti oleh perolehan kas yang cukup besar dari aktivitas pokok perusahaan lainnya. Tahun 2003 current ratio mengalami kenaikan menjadi 141,72%, atau naik sebesar 5,78% dari tahun sebelumnya, pada periode ini aktiva lancar 6
dan utang lancar sama-sama mengalami peningkatan, tetapi peningkatan aktiva lancar lebih besar nilainya daripada peningkatan utang lancar. Sedangkan pada tahun 2004 current ratio mengalami penurunan menjadi 138,50%, atau turun sebesar 3,22% dari tahun sebelumnya. Pada periode ini aktiva lancar mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, hal ini diikuti oleh utang lancar perusahaan, tetapi peningkatan aktiva lancar ini lebih kecil nilainya daripada peningkatan utang lancar. Dan pada tahun 2005 current ratio kembali mengalami peningkatan menjadi 158,59%, atau naik sebesar 20,09% dari tahun sebelumnya. Current ratio yang naik cukup signifikan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva lancar yang diikuti oleh menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Begitu pula yang terjadi pada tahun 2006, current ratio mengalami peningkatan menjadi 174,08%, atau naik sebesar 15,49% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva lancar dan menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Tahun 2007 current ratio mengalami penurunan menjadi 171,77%, atau turun sebesar 2,31%, pada periode ini aktiva lancar perusahaan mengalami peningkatan yang disertai pula oleh meningkatnya utang lancar perusahaan, tetapi peningkatan aktiva lancar ini lebih kecil nilainya daripada peningkatan utang lancar perusahaan. Pada tahun 2008 current rasio pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami penurunan sebesar 141.15% atau turun sebesar 30,62% pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva lancar dan menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Pada tahun 2009 current rasio pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami peningkatan sebesar 156,9% atau sebesar 15.75%. Current ratio yang naik cukup signifikan ini disebabkan oleh
meningkatnya jumlah aktiva lancar yang diikuti oleh menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Pada tahun 2010 current rasio pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami peningkatan sebesar 171,20% atau sebesar 14,3%. Current ratio yang naik cukup signifikan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva lancar yang diikuti oleh menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Dan pada tahun 2011 current rasio pada PT. Asuransi Jasa Indonesia mengalami peningkatan sebesar 174,07% atau sebesar 2.87%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah aktiva lancar dan menurunnya jumlah utang lancar perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, current ratio PT. Asuransi Jasa Indonesia cenderung naik setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2004 current ratio mengalami penurunan yang tidak signifikan. Current ratio paling tinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 174,08%, hal ini disebabkan karena pada tahun 2010 jumlah aktiva lancar perusahaan meningkat dan jumlah utang lancar perusahaan menurun. Sedangkan current ratio paling rendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 127,58%, hal tersebut disebabkan jumlah utang lancar yang nilainya cukup besar, hampir mendekati jumlah nilai aktiva lancar. Current Ratio 200% kadangkadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung kepada beberapa faktor, suatu standar atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current Ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rule of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. (Munawir,2004:72) Agar dapat menafsirkan rasio lancar secara lebih baik, kita perlu juga menganalisis sedikitnya tiga faktor: (1) jenis usaha, (2) komponen aktiva lancar, 7
dan (3) tingkat atau laju perputaran komponen-komponen aktiva lancar. Jenis usaha suatu perusahaan mempengaruhi penilaian kita atas rasio lancar. Perusahaan-perusahaan yang tidak memberikan kredit (sebagian besar penjualan tunai) dan tidak memiliki persediaan, misalnya perusahaan jasa transportasi, mungkin sekali beroperasi dengan rasio lancar kurang dari 1, Sebaliknya, perusahaan yang menjual pakaian atau furnitur berharga tinggi kemungkinan memerlukan rasio lancar lebih tinggi. Tegasnya, jenis usaha menentukan daur normal suatu usaha, yakni berapa lama kas yang diinvestasikan ke dalam aktiva lancar kembali menjadi kas. Jadi jenis usaha berkaitan dengan jumlah dan tempo masuknya kas, sehingga ukuran untuk menilai tingkat likuiditas harus sesuai dengan keadaan tersebut. Tahun 2001 return on asset sebesar 8,23%, sedangkan pada tahun 2002 return on asset mengalami penurunan menjadi 6,64%, atau turun sebesar 1,59% dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan total asset yang diikuti oleh kenaikan laba bersih sebelum pajak pada perusahaan. Tahun 2003 return on asset mengalami kenaikan menjadi 7,62%, atau naik sebesar 0,98% dari tahun sebelumnya, pada periode ini total asset dan laba bersih sebelum pajak sama-sama mengalami peningkatan, tetapi peningkatan total asset lebih kecil nilainya daripada peningkatan laba bersih sebelum pajak. Sedangkan pada tahun 2004 return on asset mengalami kenaikan menjadi 8,23%, atau naik sebesar 0,61% dari tahun sebelumnya. Pada periode ini total asset mengalami peningkatan dan laba bersih sebelum pajak mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2005 return on asset kembali mengalami penurunan menjadi 7,68%, atau turun sebesar 0,55% dari tahun sebelumnya, ini disebabkan oleh meningkatnya total asset yang diikuti oleh
meningkatnya laba bersih sebelum pajak perusahaan. Pada tahun 2006, return on asset mengalami kenaikan menjadi 7,79%, atau naik sebesar 0,11% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total asset dan meningkatnya laba bersih sebelum pajak perusahaan. Pada tahun 2007, return on asset mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 6,59% atau turun sebesar 1.2% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya laba bersih sebelum pajak dan menurunnya total asset perusahaan. Pada tahun 2008, return on asset mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 9,23% atau naik sebesar 2,64% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya laba bersih sebelum pajak dan menurunnya total asset perusahaan. Pada tahun 2009, return on asset mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 10,9% atau naik sebesar 1,67% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya laba bersih sebelum pajak dan menurunnya total asset perusahaan. Pada tahun 2010, return on asset mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 11,23% atau naik sebesar 0,23% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunya total asset dan menurunnya laba bersih sebelum pajak perusahaan. Dan begitu pula pada tahun 2011, return on asset mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 13,96% atau naik sebesar 2,73% dari tahun sebelummnya. Hal ini sebabkan oleh kenaikan total asset dan kenaikan laba bersih sebelum pajak perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, return on asset PT. Asuransi Jasa Indonesia pada tahun 2002 mengalami penurunan dan pada tahun 2011 return on asset mengalami kenaikan yang signifikan. Return on asset paling tinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 13,98%, hal ini 8
disebabkan karena pada tahun 2011 total asset perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan dan laba bersih sebelum pajak perusahaan kenaikan. Sedangkan return on asset paling rendah
terjadi pada tahun 2007, yaitu sebesar 6,59%, hal tersebut disebabkan oleh total asset dan laba bersih sebelum pajak yang mengalami penurunan yang cukup signifikan yang nilainya cukup besar.
Correlations Correlations arus kas bersih arus kas bersih
Pearson Correlation
likuiditas .838**
.585
.001
.059
11
11
11
.838**
1
.405
1
Sig. (2-tailed) N likuiditas
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N profitabilitas
profitabilitas
.216
11
11
11
Pearson Correlation
.585
.405
1
Sig. (2-tailed)
.059
.216
11
11
N
11
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Regression
Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
arus kas bersiha
1
Method
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: likuiditas
Model Summary Std. Error of the Model
R
R Square .838a
1 a.
Adjusted R Square
.702
.669
Estimate 10.01450
Predictors: (Constant), arus kas bersih
9
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
2124.274
1
2124.274
902.611
9
100.290
3026.885
10
Residual Total
df
F
Sig. .001a
21.181
a. Predictors: (Constant), arus kas bersih b. Dependent Variable: likuiditas
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) arus kas bersih
Coefficients
Std. Error 119.409
8.054
1.278E-9
.000
Beta
t
.838
Sig.
14.826
.000
4.602
.001
a. Dependent Variable: likuiditas
10
Regression
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
likuiditas, arus kas . Enter
bersiha a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: profitabilitas
Model Summary Std. Error of the Model
R
R Square .605a
1
Adjusted R Square
.366
Estimate
.207
2.00782
a. Predictors: (Constant), likuiditas, arus kas bersih
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
18.587
2
9.294
Residual
32.251
8
4.031
Total
50.838
10
F
Sig. .162a
2.305
a. Predictors: (Constant), likuiditas, arus kas bersih b. Dependent Variable: profitabilitas
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) arus kas bersih likuiditas
Coefficients
Std. Error
Beta
10.198
8.142
1.625E-10
.000
-.037
.067
t
Sig. 1.253
.246
.822
1.594
.150
-.284
-.550
.597
a. Dependent Variable: profitabilitas
Pengaruh arus kas bersih (X1) dan likuiditas (X2) terhadap profitabilitas (Y), dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing-masing variabel, dengan
menggunakan path analysis. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan. 11
Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara signifikan antara arus kas bersih dan likuiditas terhadap profittabilitas, dimana hasil dan pengolahan data melalui SPSS versi 16.0. Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada lampiran SPSS, dimana (ߩݔݕ1 ݔ2 ) yaitu sebesar 0,605 artinya arus kas bersih dan likuiditas secara bersamasama berpengaruh terhadap profittabilitas sebesar 0,605 pengaruh tersebut menunjukkan arah positif, sehingga dengan demikian arus kas bersih dan likuiditas saling mempengaruhi satu sama lain terhadap profitabilitas.
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai Fhitung 2,305 dengan kriteria penolakan Ho jika Fhitung > Ftabel dengan mengambil taraf signifikan ߙ sebesar 5 %, maka dari tabel distribusi F- Snedecor diperoleh Fߙ; k;(n-k-1) = 11-2-1 dengan dk = 8 adalah sebesar 4,46 atau cukup melihat sig F yaitu 0,162 yang artinya dengan ߙ lebih besar dari 5% menunjukkan tidak signifikan. Dikarenakan 2,305 lebih kecil dari 4,46 dan sig F sebesar 0,162 maka Ho diterima atau dengan kata lain arus kas bersih (X1) dan likuiditas (X2) secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (Y) sebesar koefisien determinasi 0,366 atau 36,6%.
Maka dapat disimpulkan bahwa arus kas bersih dan likuiditas mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas. Dimna hal ini menunjukan bahwa dengan adanya arus kas bersih yang cukup kemudian dikelola secara efektif dan efisien dapat meningkatka profit (laba) bagi perusahaan. Dengan laba yang diperoleh dari aktivitas usahanya memungkinkan perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjang yang akan jatuh tempo. Dari hasil analisis berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel X1 (arus kas bersih) terhadap variabel Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,822 dan koefisien jalur variabel X2 (likuiditas) terhadap variabel Y (profitabilitas) adalah sebesar -0,284. Sedangkan koefisien korelasi variabel X1 Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai arus kas terhadap likuiditas dan dampaknya terhadap profitabilitas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia dengan menggunakan path
(arus kas bersih) terhadap variabel X2 (likuiditas) adalah sebesar 0,838. Dengan demikian pengaruh langsung variabel X1 (arus kas bersih) terhadap variabel Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,676 sedangkan pengaruh tidak langsung variabel X1 (arus kas bersih) terhadap variabel Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,1956. Pengaruh langsung variabel X2 (likuiditas) terhadap variabel Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,0806. Maka total pengaruh X1 (arus kas bersih) dan X2 (likuiditas) terhadap Y (profitabilitas) merupakan pengaruh secara simultan antara variabel X1 (arus kas bersih) dan X2 (likuiditas) terhadap Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,561 atau sebesar 56,1%. Sedangkan faktor residu atau faktor lain yang mempengaruhi Y (profitabilitas) adalah sebesar 0,439 atau sebesar 43,9%. analysis dan proses perhitungan menggunakan software SPSS selama kurun waktu 11 (sebelas) tahun yaitu dari tahun 2001 sampai dengan 2011, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: kata lain mengalami surplus setiap tahunnya dan bernilai negatif atau mengalami defisit akibat dari terlalu besarnya penggunaan kas untuk aktivitas investasi yang tidak diikuti oleh perolehan kas yang
1. PT. Asuransi Jasa Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan 2011 memiliki arus kas yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari arus kas yang bernilai positif atau dengan
12
cukup besar dari aktivitas pokok perusahaan lainnya. Likuiditas PT. 2. meningkat. Kenaikan dan penurunan tingkat likuiditas terjadi akibat adanya perubahan jumlah aktiva lancar dan utang lancar perusahaan. Profitabilitas PT. Asuransi Jasa Indonesia cenderung meningkat kecuali tahun 2002 dan 2007 mengalami penurunan. Dan kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2011 karena disebabkan oleh kenaikan total asset dan kenaikan laba bersih sebelum pajak perusahaan. 3. Besarnya pengaruh arus kas terhadap tingkat likuiditas pada PT. Asuransi Jasa Indonesia adalah sebesar 36,6%. Dan setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan tingkat keyakinan 95%, diperoleh bahwa arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat likuiditas. Dimana setiap kenaikan dan penurunan arus kas akan diikuti oleh perubahan tingkat likuiditas perusahaan. 4. Besarnya pengaruh arus kas bersih terhadap likuiditas secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas. DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dewi Pujiastuti. 2004. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas. Skripsi. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Diana Natalia. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan.
Asuransi Jasa Indonesia cenderung Arus kas bersih secara simultan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, arus kas bersih terhadap likuiditas secara simultan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukan bahwa dengan pengelolaan arus kas bersih secara efektif dan efisien dan juga dengan likuiditas yang baik perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya, atau dengan kata lain perusahaan akan memperoleh laba yang cukup besar apabila disertai dengan pemberian modal yang efektif dan efisien serta adanya likuiditas yang baik pula. Arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas ini berarti penjagaan likuiditas perusahaan lebih ditunjukan untuk mendapatkan laba. Sedangkan likuiditas ini secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Artinya profitabilitas perusahaan lebih dipengaruhi dengan pengelolaan modal yang terdapat dalam arus kas bersih secara efisien.
Jurnal Universitas Sumatera Utara diakses 10 Juni 2012. Donald E. Kieso, Jerry J. Weygantt, and Terry D. Warfield. 2005. Intermediate Accounting. 11th Edition. Edisi Revisi. Jakarta: Erlangga. Hanafi M. Muhammad dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UUP AMP YKPN. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
13
Irawati Susan. 2006. Manajemen Keuangan. edisi pertama. Bandung: Penerbit Pustaka. Jumingan. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Khilda Efliyanti. 2011. Pengaruh Perubahan Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas. Jurnal Universitas Dipenegoro diakses 23 Maret 2012. Michell Suharli. 2004. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Universitas Katolik Indonesia. Jakarta. Diakses 8 Mei 2005 Mochammad Nazir. 2000. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UUP AMP YKPN. Roni Fauzie. 2008. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas. Skripsi. Universitas Siliwangi Tasikmalaya S. Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Ketiga
Belas. Yogyakarta: Liberty. Slamet. B. Noor. 2006. Kamus Akuntansi. Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Grafika Sejahtera Offset. Sugiyarso G. Minarno. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Media Presindo. Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kelima. Bandung: Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Syafri, Sofyan Harahap. 2007. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syam, Kusufi M dan Halim, Abdul. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Penerbit Selemba Empat. Wiwin Tri Widyanto. 2011. Analisis pengaruh rasio profitabilitas dan likuiditas terhadap devidend payout ratio pada perusahaan industri barang konsumsi. Jurnal Universitas Sumatera Utara diakses 7 Juni 2012.
http://www.Usu.ac.id~puslit/journal/indek s.Php http://www.Uki.ac.id~puslit/journal/indeks .Php
14