Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEI Tahun 2005-2013) Andrea Rainy Senowarman, Imo Gandakusuma 1.
Departemen Ekstensi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia 2. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia Email :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini menganalisa pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur dalam periode 2005 hingga 2013. Manajemen piutang diukur berdasarkan rata – rata periode penagihan piutang yang dinyatakan dengan average collection period. Untuk memperjelas pengaruh manajemen piutang terhadap profitabilitas, maka ditambahkan variabel – variabel independen lain seperti current ratio, size, dan financial debt ratio. Ukuran profitabilitas dinyatakan dengan gross operating profit. Pengolahan data dilakukan dengan Eviews 7. Untuk menguji pengaruh, digunakan model fixed effect dengan pendekatan generalized least square (GLS). Dari hasil pengujian diketahui terdapat pengaruh signifikan antara variabel average collection period, current ratio, size, dan financial debt ratio terhadap gross operating profit.
Impact of Account Receivables Management on Profitability (Case Study of Manufacturing Firms, Listed in BEI 2005 – 2013) Abstract This research analyzes the impact of account receivables management on profitability in manufacturing firms from 2005 – 2013. Effectiveness of account receivable management is measured by average collection period, current ratio, financial debt ratio and firm size, while profitability is proxied by gross operating profit. Test data in this sudy conducted using Eviews 7. To see the impact of account receivables management on profitability, researchers use fixed effect model with generalized least square (GLS). The result shown that average collection period, current ratio, size, and financial debt ratio have significant impact on gross operating profit. Key Words : Account receivables management, average collection period, current ratio, financial debt ratio, firm size, profitability, generalized least square
Pendahuluan Di wilayah Asia, negara- negara berkembang cenderung bergantung pada hutang dagang dibandingkan dengan negara – negara yang memiliki sistem perdagangan lebih canggih. Hal ini dibuktikan dengan periode kredit yang lebih panjang (Paul, Devi, & Teh, 2012). Seperti contoh India memiliki periode kredit 90 hari, diikuti dengan Malaysia dengan periode kredit 30 hingga
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
90 hari, serta Singapura dan Hongkong yang cenderung memiliki periode kredit lebih pendek yaitu selama 30 hari. Sejalan dengan Cina, Taiwan dan Jepang, perusahaan - perusahaan di Indonesia lebih cenderung memberikan piutang dagang kepada partner dagang domestik dibandingkan partner dagang luar negeri dengan persentase terendah sebesar 38,3 % dari negara – negara yang telah di survei (Atradius, 2013). Dari survei ini diketahui sebagian besar responden memberikan hutang dagang dengan tujuan untuk membangun hubungan baik jangka panjang dengan pelanggan atau customer. Untuk responden Indonesia, meningkatnya pemberian kredit penjualan dilakukan sebagai akses pendanaan jangka pendek bagi pelanggan atau customer. Responden survei dari sektor manufaktur memiliki persentase terbesar yaitu sekitar 63% yang memberikan penjualan kredit untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Menurut Damodaran (1997), perusahaan – perusahaan memberikan penjualan kredit kepada para customer dengan harapan dapat meningkatkan penjualan dan profit. Pada saat terjadi penjualan kredit, perusahaan mencatatkan terjadinya penjualan secara kredit namun pembayaran kas dari customer belum diterima hingga jatuh tempo pembayaran. Hal ini kemudian menimbulkan piutang penjualan.Maness dan Zietlow (2005) menambahkan, kenyamanan yang diberikan oleh penjualan kredit dapat mendorong ketertarikan customer untuk membeli produk sehingga meningkatkan keseluruhan penjualan. Selain itu, penjualan kredit dapat membangun nama baik dan stabilitas customer sehingga mendorong pembelian kembali (repurchase) yang konsisten. Dari survei Payment Practices Barometer Indonesia : International survey of B2B Payment Behaviour yang dilakukan oleh Atradius pada tahun 2013, diketahui bahwa piutang tidak tertagih di Indonesia menunjukan pola yang tidak menentu, dimana tingkat piutang tak tertagih dari pelanggan domestik cenderung lebih tinggi dibandingkan pelanggan luar negeri. Dari 50% responden dengan syarat pembayaran 1 hingga 30 hari menunjukan rata – rata penagihan piutang (average collection period) atau days sales outsanding (DSO) 57 hari, 50% lebih tinggi dibandingkan rata – rata periode kredit di Indonesia.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Tingginya persentase average collection period (ACP) melebihi syarat kredit mengindikasikan bahwa pentingnya fungsi penagihan piutang yang efisien seringkali diabaikan dan tidak dikelola dengan baik oleh perusahaan. Kemampuan untuk mentransformasi piutang menjadi kas seharusnya menjadi perhatian khusus bagi perusahaan karena keterlambatan dalam kolektabilitas piutang oleh pelanggan dapat berdampak negatif bagi kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, keterlambatan kolektabilitas piutang tidak hanya merefleksikan ketidakefisiensi penagihan piutang, namun juga berdampak pada meningkatnya biaya penagihan dan risiko piutang tidak tertagih (Zainudin, 2008). Piutang merupakan bagian penting dari pengelolaan modal kerja perusahaan dan memiliki dampak pada kinerja perusahaan. Perusahaan manufaktur cenderung memiliki tingkat persediaan serta piutang yang cukup tinggi berisiko mengalami masalah dalam profitabilitas yang diakibatkan oleh kerusakan atau obsolet persediaan dan piutang tidak tertagih. Oleh karena itu baik manajemen persediaan dan piutang berdampak pada siklus konversi kas (cash coversion cycle) yang penting bagi likuiditas dan profitabilitas perusahaan (Paul, Devi, & Teh, 2012). Menurut Madishetti dan Kibona, (2013) efisiensi manajemen piutang diasosiasikan dengan tenggang waktu kredit (credit term), rata – rata periode penagihan piutang, dan total keseluruhan piutang serta perputaran piutang.Jika manajemen gagal dalam menjaga efisiensi piutang, maka hal ini akan berdampak pada panjangnya rata – rata periode penagihan piutang. Dana yang tertahan dalam customer yang menjadi debitur tanpa adanya manfaat tambahan bagi perusahaan sebagai kreditur akan berdampak pada profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Perumusan Masalah Perusahaan memberikan penjualan secara kredit untuk meningkatkan penjualan serta profit. Namun, terdapat risiko dalam pemberian kredit kepada customer berupa kemungkinan customer gagal bayar sehingga menyebabkan kerugian bagi perusahaan (Damodaran, 1997). Secara umum perusahaan meninginginkan kolektabilitas piutang yang lebih cepat agar perusahaan dapat meningkatkan frekuensi re-investasi dan perputaran modal. Tingkat perputaran yang cepat tidak akan tercapai jika perusahaan membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan penagihan piutang. Keterlambatan kolektabilitas piutang tidak hanya merefleksikan inefisiensi dari credit
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
department namun juga meningkatkan biaya penagihan, dan meningkatkan risiko gagal bayar. Keterlambatan
kolektabilitas
piutang
pada
akhirnya
dapat
menyebabkan
perusahaan
membutuhkan pendanaan eksternal, sehingga meningkatkan tingkat hutang, mengurangi profit dan mengurangi kapasitas pinjaman (Zainudin, 2008). Berdasarkan paparan masalah diatas dapat disimpulkan manajemen piutang merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keseluruhan kinerja perusahaan. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diangkat pertanyaan penelitan sebagai berikut: 1. Apakah kolektabilitas piutang (average collection period) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan? 2. Apakah rasio lancar (current ratio) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan? 3. Apakah ukuran perusahaan (firm’s size) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan? 4. Apakah tingkat hutang (financial debt ratio) yang dimiliki perusahaan mempengaruhi profitabilitas perusahaan? Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah manajemen piutang yang diukur dengan rata – rata periode penagihan piutang (ACP) memiliki dampak pada profitabilitas perusahaan dengan menggunakan data panel perusahaan – perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 hingga 2013. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membuktikan adanya pengaruh antara rata – rata kolektabilitas piutang terhadap profitabilitas perusahaan. 2. Membuktikan adanya pengaruh antara rasio lancar (current ratio) terhadap profitabilitas perusahaan. 3. Membuktikan adanya pengaruh antara ukuran perusahaan (firm’s size) terhadap profitabilitas perusahaan. 4. Membuktikan adanya pengaruh antara tingkat hutang (financial debt ratio) yang dimiliki dengan profitabilitas perusahaan.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Tinjauan Teoretis Pengaruh Kolektabilitas Piutang Terhadap Profitabilitas Siklus operasional perusahaan adalah suatu periode yang dibutuhkan dari awal pembelian oleh pelanggan hingga perusahaan menerima atau menagih piutang dalam bentuk uang tunai. Untuk perusahaan manufaktur, siklus operasional dimulai dari pembelian bahan mentah (raw material), proses produksi, dan menjual dan melakukan penagihan atas piutang dalam bentuk uang tunai. Piutang adalah sejumlah tagihan yang timbul sebagai akibat dari siklus operasional ini yaitu dari penjualan produk sebuah perusahaan. Banyak perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitas dan arus kas dengan mengurangi investasi dalam aset lancar (current assets) melalui metode – metode seperti pengelolaan dan penagihan piutang yang efektif dan manajemen persediaan just–in-time. Pengelolaan aset lancar, termasuk piutang dan persediaan sangat penting karena aset lancar memiliki dampak pada likuiditas dan profitabilitas perusahaan (Subramanyam & Wild, 2009). Piutang merupakan bagian penting dari modal kerja, sehingga inefisiensi manajemen piutang yang berdampak pada panjangnya rata – rata periode penagihan piutang akan berdampak pada kinerja operasional perusahaan. Sebagaimana dijelaskan pada gambar diatas, keterlambatan dalam penagihan piutang akan memperpanjang collection interval sehingga menghambat siklus konversi kas (cash conversion cycle) perusahaan. Penelitian – penelitian empiris telah membuktikan adanya pengaruh antara keterlambatan kolektabilitas piutang dengan profitabilitas. Adanya keterlambatan dalam kolektabilitas piutang menyebabkan perusahaan untuk menambah modal kerja yang
bersumber dari hutang dan
penerbitan saham. Penambahan modal kerja yang bersumber dari hutang dan penerbitan saham akan menambah hutang yang dimiliki perusahaan, sehingga meningkatkan pembayaran bunga serta dapat mengurangi profit yang dimiliki (Paul, Devi, & Teh, 2012). Seiring dengan bertambahnya hutang yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin berkurang kapasitas pinjaman yang dapat digunakan oleh perusahaan. Selain itu penerbitan saham yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan equity yang dimiliki, sehingga memberi efek dilusi dan menurunkan nilai saham kepemilikan investor jika imbal hasil yang diberikan tidak meningkat
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
(Zainudin, 2008). Jika tambahan modal kerja tidak dapat diperoleh dari sumber ketiga berupa hutang dan saham, maka keterlambatan pembayaran oleh pelanggan seringkali diseimbangkan dengan menunda pembayaran kepada supplier, sehingga menimbulkan efek domino bagi supplier perusahaan (Paul, Devi, & Teh, 2012). Di Indonesia, penyebab terbesar keterlambatan pembayaran berasal dari ketidakcukupan dana yang tersedia untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Berdasarkan survei Atradius Payment Practices Barometer tahun 2013, sebesar 69,5% responden di Indonesia menyatakan penyebab keterlambatan pembayaran merupakan akibat dari ketidakcukupan dana untuk memenuhi kewajiban pembayaran (insufficient of funds). Faktor penyebab keterlambatan lain adalah kurangnya efisiensi sistem perbankan di Indonesia. Berdasarkan ukuran perusahaan, rata – rata perusahaan menengah (medium-sized enterprise) mengalami keterlambatan pembayaran yang diakibatkan oleh ketidaktersediaan dana untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Sedangkan sebagian besar perusahaan – perusahaan besar mengalami keterlambatan kolektabilitas yang disebabkan oleh inefisiensi sistem perbankan di Indonesia (Atradius,2013). Likuiditas Perusahaan Menurut Maness dan Zietlow (2005), pada dasarnya likuiditas memiliki tiga aspek dasar yaitu waktu, jumlah dan biaya. Aspek pertama yang harus diperhatikan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi aset menjadi kas untuk membayar kewajiban jangka pendek. Semakin cepat suatu aset dikonversi menjadi kas, maka semakin likuid suatu aset. Aspek kedua yang diperhatikan adalah apakah suatu perusahaan memiliki kecukupan likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Terakhir adalah aspek biaya. Suatu aset dianggap likuid jika dapat dikonversi menjadi kas dengan biaya yang seminimal mungkin. Salah satu pengukuran likuiditas perusahaan adalah berdasarkan rasio lancar (current ratio), yaitu perbandingan antara aset jangka pendek terhadap kewajiban jangka pendek. Current ratio mengukur apakah suatu perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dalam suatu periode (Subramanyam & Wild, 2009). Subramanyam dan Wild (2009) menambahkan, alasan penggunaan current ratio sebagai pengukuran likuiditas adalah karena kemampuan current ratio untuk mengukur:
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
1. Current liability coverage : yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar yang dimiliki. Semakin besar proporsi aset lancar terhadap kewajiban lancar yang dimiliki, maka semakin besar keyakinan bahwa perusahaan akan memenuhi kewajiban lancar. 2. Buffer againts losses: current ratio mampu mengukur cadangan terhadap kerugian, dimana semakin besar cadangan ini semakin kecil risiko kerugian. Current ratio menunjukan margin of safety yang tersedia untuk menutupi penurunan dalam nilai noncash current asset saat perusahaan melikuidasi aset tersebut. 3. Reserve of liquid funds: current ratio merupakan pengukuran relevan terhadap margin of safety dalam menghadapi ketidakpastian dan guncangan dalam arus kas perusahaan. Berdasarkan rule of thumb
yang dikemukakan oleh Subramanyam dan Wild (2009),
perbandingan 2:1 dalam current ratio merupakan nilai yang ideal bagi perusahaan. Hal ini mengindikasikan terdapat Rp. 2 aset lancar untuk setiap Rp. 1 kewajiban lancar. Jika kewajiban jangka pendek melebihi aset jangka pendek perusahaan yang menghasilkan nilai current ratio dibawah 1, maka perusahaan tersebut dapat menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimiliki. Pengaruh positif current ratio terhadap profitabilitas didukung oleh penelitian Enqvist, Graham, dan Nikkinen (2014) yang mengemukakan terdapat hubungan positif antara likuiditas yang diukur dengan current ratio dengan profitabilitas. Menurut Enqvist, Graham, dan Nikkinen (2014), perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dengan menaikan margin likuiditas perusahaan. Madishetti dan Kibona (2013) memaparkan sisi negatif dari kelebihan likuiditas. Perusahaan rasio lancar dengan tinggi dapat menunjukan bahwa perusahaan aman secara likuiditas, namun bisa juga menunjukan penggunaan kas dan aset jangka pendek yang kurang efisien. Jika nilai current ratio terlalu tinggi, maka dapat disimpulkan perusahaan kurang efisien dalam menggunakan aset lancar serta pembiayaan jangka pendek yang tersedia (Madishetti & Kibona, 2013). Hal ini akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus mengelola aset lancar dan kewajiban lancar yang dimiliki sehingga dapat memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa harus mengorbankan efisiensi dari aset lancar.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Ukuran Perusahaan Menurut Shalit dan Sankar (1977), ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, total karyawan, ekuitas pemegang saham, dan nilai pasar perusahaan pada akhir tahun. Tingkat Hutang Perusahaan Penelitian – penelitian sebelumnya telah memaparkan adanya hubungan antara tingkat hutang perusahaan (leverage) terhadap kinerja perusahaan yang dikur dari profitabilitas. Seperti hal nya dua sisi mata uang, hutang memiliki sisi positif dan sisi negatif bagi profitabilitas perusahaan. Pada sisi positif, hutang dianggap dapat mendorong perusahaan agar dapat lebih efisien dalam kegiatan operasional. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Selain itu, pendanaan jangka pendek dapat mengurangi investasi dalam modal kerja dan memberikan cadangan sehingga dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan penjualan. Hal ini pada akhirnya akan mendorong peningkatan keuntungan perusahaan (Damodaran, 1997). Maness dan Zietlow (2005) menambahkan seiring pertumbuhan penjualan, perusahaan membutuhkan dana tambahan untuk pembelian aset yang mendukung tingkat penjualan yang semakin inggi. Pengaruh positif hutang terhadap profitabilitas didukung oleh penelitian Madishetti dan Kibona (2013) yang membuktikan adanya pengaruh positif antara tingkat hutang terhadap profitabilitas di perusahaan – perusahaan kecil dan menengah di Tanzania. Pada sisi negatif, hutang dapat mengekspos perusahaan terhadap risiko gagal bayar dan risiko likuidasi serta dapat mengurangi fleksibilitas keuangan perusahaan. Damodaran (1997) menambahkan, semakin besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin besar kemungkinan terjadi nya kebangkrutan (probability of bankruptcy). Kemungkinan terjadi kebangkrutan adalah kondisi dimana arus kas masuk perusahaan tidak lagi mampu menutupi kewajiban – kewajiban hutang yang dimiliki perusahaan. Terkait dengan kegiatan operasional perusahaan, menurut Gonzales (2013) perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih tinggi (highly leveraged) cenderung akan kehilangan pangsa pasar dan mengalami penurunan dalam keuntungan operasional dibandingkan dengan kompetitornya. Hubungan negatif antara tingkat hutang perusahaan dengan profitabilitas didukung oleh penelitian pada perusahaan – perusahaan
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
di berbagai siklus industri di Findlandia oleh Enqvist, Graham, dan Nikkinen (2014) serta Paul, Devi, dan Teh, (2012) di Malaysia. Untuk mengukur tingkat hutang perusahaan, mengacu pada penelitian oleh Madishetti dan Kibona (2013), serta Gonzales (2013) maka digunakan debt ratio yaitu rasio hutang jangka pendek dan jangka panjang terhadap total aset perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan sebagai highly leveraged jika perusahaan tersebut memiliki debt ratio yang tinggi dibandingkan dengan rata – rata industri. Metode Penelitian Data laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi diperoleh dari database Thompson dan Reuters Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Periode data yang digunakan tahun 2005 hingga tahun 2013, dengan alasan data masih dianggap baru dan rentang periode data cukup panjang untuk dijadikan penelitian. Dengan total 85 perusahaan manufaktur, dan periode 9 tahun maka penelitian ini memiliki 765 observasi. Penelitian ini menggunakan model generalized least square (GLS) dengan data panel. Model penelitian diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut. GOP = α + β1ACPit + β2CRit + β3FDR3it + β4FS4it + εit Dimana: ACP : average collection period, rata – rata periode penagihan selama 365 hari dalam setahun CR : current ratio, yaitu rasio aset lancar dibagi dengan kewajiban lancar FDR: rasio pinjaman jangka pendek dan jangka panjang terhadap total aset FS : firm’s size, ukuran besar suatu perusahaan, dilihat dari logaritma natural total penjualan. Hasil Penelitian Berikut ini adalah hasil pengolahan statistik deskriptif dari variabel – variabel independen dan dependen penelitian. Pengukuran statistik deskriptif mencakup nilai rata – rata (mean), nilai tengah (median), nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), dan standar deviasi.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Gross Operating Profit Mean Maximum Minimum Median Std. Deviasi
0.235755 1.850300 -0.113800 0.178200 0.218174
Average Collection Period
Current Ratio
60.90534 344.0584 1.399100 52.90670 41.90491
1.853176 13.08090 0.086800 1.492000 1.363432
Financial Debt Ratio 0.294420 2.488200 0.000000 0.244300 0.302863
Firms Size
19.92515 25.99050 10.01510 20.54530 3.277624
Variabel gross operating profit dari perusahaan – perusahaan manufaktur yang di observasi dalam periode 2005 sampai dengan 2013 memiliki nilai rata – rata sebesar 0.235755 yang berarti rata – rata perusahaan manufaktur observasi mampu menghasilkan 23,57% keuntungan kotor dari total aset yang dimiliki. Dari hasil pengolahan statistik deskriptif, diketahui rata – rata perusahaan manufaktur observasi membutuhkan waktu sebesar 60.90534 hari dalam melakukan penagihan piutang. Rata – rata perusahaan manufaktur dalam observasi memiliki current ratio sebesar 1.853176. Hal ini mengindikasikan rata – rata perusahaan manufaktur telah memiliki kecukupan likuiditas aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimiliki perusahaan. Variabel financial debt ratio yang dimiliki perusahaan manufaktur bernilai rata – rata sebesar 0.294420. Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Pearson Correlation Probability Gross Operating Profit Average Collection Period Current Ratio Financial Debt Ratio Firms Size
Gross Operating Profit 1.0000 ------------
Average Collection Period
-0.249803 0.0000
1.000000 -----
0.124548 0.0006 -0.333998 0.0000 0.166843 0.0000
0.157715 0.0000 0.332436 0.0000 -0.100874 0.0052
Current Ratio
1.000000 ----0.000227 0.9950 0.062575 0.0837
Financial Debt Ratio
1.000000 -----0.190820 0.0000
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Firms Size
1.000000 -----
Dari tabel diatas, dapat diketahui variabel average collection period memiliki hubungan negatif terhadap variabel gross operating profit. Koefisien korelasi sebesar -0.249803 menunjukan tingkat hubungan yang rendah antara variabel average collection period dengan variabel gross operating profit. Sejalan dengan variabel average collection period, variabel financial debt ratio juga memiliki hubungan negatif dengan gross operating profit. Koefisien korelasi sebesar 0.333998 menunjukan tingkat hubungan yang rendah antara variabel financial debt ratio. Seluruh variabel yang memiliki korelasi negatif signifikan dengan α sebesar 5%. Variabel yang memiliki hubungan positif dengan gross operating profit adalah variabel current ratio dan variabel firms size. Koefisien kedua variabel ini sebesar 0.124548 dan 0.166843 menunjukan tingkat hubungan yang sangat rendah dengan variabel gross operating profit. Seluruh variabel yang memiliki korelasi positif signifikan dengan α sebesar 5%. Dari tabel diatas, diketahui juga terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel current ratio dan variabel financial debt ratio dengan variabel average collection period. Dari hasil pengujian ini, maka dapat disimpulkan pertambahan current ratio dan financial debt ratio akan menghasilkan pertambahan pada average collection period. Piutang merupakan salah satu akun pembentuk aset lancar dalam perhitungan current ratio, sehingga penambahan pada piutang akan menghasilkan penambahan pada current ratio (Subramanyam & Wild, 2009). Sedangkan hubungan positif antara financial debt ratio dengan average collection period disebabkan karena kecenderungan perusahaan dalam memanfaatkan hutang saat periode penagihan piutang bertambah (Lazaridis & Tryfonidis, 2004). Variabel firm size memiliki korelasi negatif terhadap average collection period, dimana hal ini menandakan semakin besar ukuran suatu perusahaan maka rata – rata periode penagihan piutang akan cenderung lebih singkat. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Deloof dan Jegers (1996) di Belgia, yang mengemukakan perusahaan kecil lebih cenderung memiliki rata – rata periode penagihan piutang yang lebih panjang. Variabel financial debt ratio dan variabel firm size memiliki korelasi positif terhadap variabel current ratio, namun probabilitas keduanya melebihi tingkat α sebesar 5% sehingga arah hubungan variabel ini tidak signifikan. Dari tabel diatas, dapat dilihat variabel financial debt ratio memiliki korelasi negatif dengan variabel firm size. Korelasi negatif ini menandakan
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
semakin besar suatu perusahaan, maka semakin kecil tingkat hutang yang dimiliki. Menurut Titman dan Wessels (1988), perusahaan kecil cenderung lebih banyak memiliki hutang dibandingkan perusahaan besar. Hal ini karena perusahaan kecil lebih memilih untuk melakukan pinjaman jangka pendek melalui bank dibandingkan menerbitkan pinjaman jangka panjang dengan alasan pilihan inilah yang memberikan fixed cost paling rendah. Tabel 3. Hasil Pengujian Regresi Variable
C Average Collection Period Current Ratio Financial Debt Ratio Size
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(Fstatistic)
Coefficient
Std. Error
t-statistic
Prob.
-0.790475 -7.98E-05
0.107660 2.88E-05
-7.342301 -2.772654
0.0000 0.0057
0.006304
0.001367
4.609601
0.0000
-0.079105
0.008480
-9.328680
0.0000
0.052331
0.005337 9.804815 0.0000 Weighted Statistic Mean dependent 0.967904 0.384086 var 0.963725
S.D. dependent var
0.366904
0.065492 231.6545
Sum squared resid 2.899493 Durbin-Watson stat 1.273376
0.000000
Dari tabel diatas diketahui nilai probabilitas statistik F kurang dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel average collection period, current ratio, financial debt ratio, dan firms size terhadap variabel gross operating profit. Berdasaran tabel diatas juga diketahui probabilitas t - value variabel independen average collection period, current ratio, financial debt ratio, dan firm size kurang dari α (5%) sehingga disimpulkan variabel – variabel independen penelitian ini memiliki pengaruh parsial yang signifikan.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Pembahasan Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis H1.1 H1.2 H1.3 H1.4
Variabel
Prediksi Arah Variabel Negatif
Average Collection Period Current Negatif/Positif Ratio Financial Negatif/Positif Debt Ratio Firm Size Positif
Hasil Pengujian
Kesimpulan
Negatif
Signifikan / Tidak Signifikan Signifikan
Positif
Signifikan
Didukung
Negatif
Signifikan
Didukung
Positif
Signifikan
Didukung
Didukung
Penjelasan dari hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh kolektabilitas piutang terhadap profitabilitas Rata – rata periode penagihan piutang yang di ukur dari average collection period memiliki pengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dari gross operating profit. Berdasarkan hasil pengujian dalam tabel 4.11 diketahui average collection period memiliki koefisien negatif signifikan yang menggambarkan arah pengaruh average collection period terhadap variabel dependen. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap perpanjangan dalam rata – rata periode penagihan piutang akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian yang mengemukakan adanya hubungan negatif antara rata – rata periode penagihan piutang terhadap profitabilitas mendukung kebenaran hipotesis pertama yang diajukan.Hal ini juga mendukung kebenaran dari penelitian – penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Madishetti dan Kibona (2013); Paul, Devi, dan Teh (2012); Zainudin (2008); dan Enqvist, Graham, dan Nikkinen, (2014). Sebagai bagian yang signifikan dari modal kerja, rata – rata periode penagihan piutang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dari profitabilitas. Semakin panjang rata – rata periode penagihan piutang akan meningkatkan risiko kredit macet dan kemungkinan piutang tersebut tidak tertagih (Paul, Devi, & Teh, 2012). Perusahaan yang memiliki periode penagihan lebih singkat memiliki kecenderungan utuk menghasilkan profit yang lebih baik. Dalam kerangka modal kerja, periode penagihan piutang
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
yang lebih singkat mempermudah perusahaan untuk menginvestasikan kembali modal kerja sehingga meningkatkan profit (Zainudin, 2008). Pada tingkat yang sesuai, adanya piutang dapat mendorong peningkatan penjualan serta sebagai sarana marketing tools dimana customer dapat mencoba kualitas suatu barang sebelum melakukan pembayaran. Namun, ketika opportunity cost yang diperlukan untuk memberikan kelonggaran pembayaran (piutang) kepada customer melebihi keuntungan yang diperoleh, maka hal ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian yang menunjukan hubungan negatif antara average collection period dengan profitabilitas perusahaan menandakan perusahaan – perusahaan manufaktur dapat meningkatkan profitabilitas dengan cara menurunkan atau mempersingkat average collection period. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan tingkat kredit yang diberikan atau mempersingkat term of payment. 2. Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas Likuiditas dalam penelitian ini diukur dari current ratio yaitu rasio perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar yang dimiliki. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, likuiditas yang diukur dengan current ratio dapat memiliki pengaruh negatif dan positif terhadap profitabilitas perusahaan. Kondisi likuiditas yang berlebihan, tercermin pada current ratio yang tinggi dapat mengindikasikan suatu perusahaan aman secara likuiditas, namun juga dapat mengindikasikan penggunaan kas dan aset jangka pendek yang kurang efisien. Nilai current ratio terlalu tinggi dapat menggambarkan inefisiensi dalam penggunakan aset lancar serta pembiayaan jangka pendek yang tersedia (Madishetti & Kibona, 2013). Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, koefisien regresi current ratio bernilai positif terhadap profitabilitas yang diukur dari gross operating profit. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan positif antara current ratio dengan gross operating profit, dimana setiap penambahan satu satuan current ratio akan berdampak pada kenaikan gross operating profit. Berbeda dengan penelitian oleh Madishetti dan Kibona (2013), hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan terdapat hubungan positif antara current ratio dengan profitabilitas perusahaan - perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil ini mendukung penelitian terdahulu oleh Enqvist, Graham, dan
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Nikkinen (2014) serta Lamberg dan Valming (2009), dimana perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dengan meningkatkan margin likuiditas yang dimiliki. Komponen current assets terdiri atas aset – aset yang dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu yang singkat, umumnya dalam waktu kurang dari setahun. Oleh karena itu pengelolaan current asset yang optimal sebagai bagian dari likuiditas perusahaan akan berdampak pada profitabilitas perusahaan (Raheman & Nasr, 2007). Perusahaan dengan kecukupan likuiditas akan lebih leluasa dalam memberikan fasilitas penjualan secara kredit yang dapat mendorong terjadinya peningkatan penjualan dan keuntungan operasional (Damodaran, 1997). Selain itu current asset dianggap sebagai cadangan terhadap kerugian, dimana semakin besar cadangan current asset maka akan semakin kecil risiko kerugian yang dihadapi perusahaan. Current ratio yang tinggi menunjukan margin of safety yang tersedia untuk menutupi penurunan dalam nilai noncash current asset saat perusahaan melikuidasi aset tersebut (Subramanyam & Wild, 2009). 3. Pengaruh tingkat hutang terhadap profitabilitas Tingkat hutang perusahaan dalam penelitian ini diukur dari financial debt ratio, dimana rasio ini membandingkan proporsi total hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terhadap aset perusahaan. Layaknya dua mata uang, hutang dapat memberi pengaruh positif dan pengaruh negatif bagi profitabilitas perusahaan. Sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dengan hutang. Hutang menciptakan komitmen berupa pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Hal ini akan mendorong perusahaan untuk lebih efisien dalam mengelola proyek dan kegiatan operasional perusahaan, sehingga mampu memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman (Damodaran, 1997). Hal ini secara tidak langsung akan berdampak positif terhadap profitabilitas perusahaan. Pengaruh positif tingkat hutang ini didukung oleh penelitian oleh Madishetti dan Kibona (2013) di Tanzania. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan negatif antara tingkat hutang dengan profitabilitas. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.11, koefisien regresi financial debt ratio memiliki nilai negatif. Hal ini menunjukan hubungan negatif antara financial debt ratio dengan profitabilitas yang diukur dari gross operating profit, dimana setiap penambahan financial debt
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
ratio maka akan menghasilkan penurunan gross operating profit. Hubungan negatif antara tingkat hutang dengan profitabilitas sesuai dengan penelitian – penelitian sebelumnya oleh Raheman dan Nasr (2007), serta Paul, Devi, dan Teh (2012). Terkait dengan kolektabilitas piutang, jika customer perusahaan melakukan penundaan pembayaran maka akan menghasilkan rata – rata periode penagihan piutang meningkat. Hal ini tidak hanya berdampak pada arus kas perusahaan, namun juga meningkatkan biaya pendanaan meliputi biaya penagihan piutang yang telah jatuh tempo serta meningkatnya kebutuhan akan pendanaan jangka pendek. Meningkatnya pendanaan jangka pendek akan berimplikasi pada biaya pinjaman (cost of borrowing) yang lebih tinggi, sehingga akan mengurangi profitabilitas perusahaan (Paul, Devi, & Teh, 2012). Selain itu, menurut Gonzales (2013), perusahaan dengan tingkat hutang yang lebih tinggi (highly leveraged) cenderung akan kehilangan pangsa pasar dan mengalami penurunan dalam keuntungan operasional dibandingkan dengan kompetitornya. Penurunan dalam keuntungan operasional akan berpengaruh pada penurunan tingkat profitabilitas perusahaan. 4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap profitabilitas Perusahaan – perusahaan yang berukuran besar lebih cenderung memiliki profitabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan berukuran kecil. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan yang diproxy kan dengan Ln Sales menunjukan pengaruh positif signifikan terhadap gross operating profit. Sesuai dengan Raheeman dan Nasr (2007), dan Mathuva (2010), ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap gross operating profit disebabkan oleh kecenderungan perusahaan – perusahaan dengan dominasi pasar yang besar memiliki profitabilitas yang lebih tinggi. Selain itu, perusahaan – perusahaan besar cenderung lebih berhasil dalam melakukan penagihan piutang dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin singkat periode penagihan maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Ejelly, 2004).
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh negatif siginifikan antara average collection period terhadap gross operating profit. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Madishetti dan Kibona (2013); Paul, Devi, dan Teh (2012); Zainudin (2008); dan Enqvist, Graham, dan Nikkinen, (2014). 2. Terdapat pengaruh positif siginifikan antara current ratio terhadap gross operating profit. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Enqvist, Graham, dan Nikkinen (2014) serta Lamberg dan Valming (2009). 3. Terdapat pengaruh negatif signifikan antara variabel financial debt ratio terhadap variabel gross operating profit. Terdapat pengaruh positif signifikan antara variabel firm size dengan variabel gross operating profit. Hasil penelitian ini sejalan dengan Raheeman dan Nasr (2007), dan Mathuva (2010) Saran Saran bagi manajer keuangan 1
Menerapkan analisis kredit 5 C’s untuk memperoleh gambaran karakteristik customer secara keseluruhan. Hal ini sebagai langkah preventif agar tidak terjadi keterlambatan dalam kolektabilitas piutang dan untuk meminimalisir terjadinya risiko gagal bayar oleh customer.
2
Mempersingkat periode kredit tanpa merusak nama baik perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta jasa penagihan piutang serta memanfaatkan fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh bank untuk mempermudah proses penagihan piutang.
3
Memberlakukan bunga atau denda sebagai kompensasi keterlambatan pembayaran tagihan pada customer, serta memberlakukan sistem cash discount untuk mendorong para customer agar lebih disiplin dalam membayar piutang.
Saran bagi investor Efisiensi pengelolaan piutang suatu perusahaan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit. Hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesejahteraan para pemegang saham (shareholder). Oleh karena itu
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
hendaknya investor lebih cermat dalam memilih perusahaan yang efisien dalam melakukan pengelolaan piutang.
Saran bagi akademisi 1. Mempebanyak jumlah observasi penelitian dengan memperpanjang periode penelitian dan memperbanyak sampel penelitian. 2. Memperluas industri penelitian, tidak hanya dalam industri manufaktur namun juga mencakup industri pertambangan, perkebunan, pertanian, dan lain – lain. 3. Memperbanyak variabel penelitian, mencakup komponen – komponen modal kerja lainnya.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Daftar Refrensi Ajija, S. R., Sari, D. W., Setianto, R. H., & Primanti, M. R. (2011). Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Salemba Empat. Brooks, C. (2008). Introductory Econometrics For Finance. New York: Cambrige University Press. Choi, W. G., & Kim, Y. (2005). Trade Credit and The Effect of Macro Financial Shocks : Evidence From U.S Panel Data. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 897-925. Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2008). Business Research Methods. New York: Mc Graw Hill. Damodaran, A. (1997). Corporate Finance Theory and Practice. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Deloof, M., & Jegers, M. (1996). Trade Credit, Product Quality, and Intragroup Trade: Some European Evidence . Financial Management, 33-43. Donald E. Kieso PH.D., C., Jerry J. Weygandt PH.D., C., & PH.D, T. D. (2011). Intermediate Accounting. New Jersey: Wiley. Ejelly, A. M. (2004). Liquidity - Profitability Trade Off : An Empirical Investigation In an Emerging Market. International Journal of Commerce & Management, 48. Enqvist, J., Graham, M., & Nikkinen, J. (2014). The impact of Working Capital Management on Firm Profitability in Different Bussiness Cycles : Evidence from Findland. Research in International Business and Finance, 36-49. Gonzales, V. M. (2013). Leverage and Corporate Performance. International Review of Economics and Finance, 169-184. Gracia-Teruel, & Martinez-Solano. (2007). Effects of Working Capital on SME Profitability. International Journal of Managerial Finance 3, 164-177. Gujarati, D. N., & Proter, D. C. (2008). Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill/Irwin. Hartadi, M. (2012). Pengaruh Financial Constraints Dan Krisis Keuangan Global Terhadap Cash Holding Perusahaan : Studi Kasus Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011. Tesis Universitas Indonesia. HOLZ, C. A. (2002). The impact of the liability–asset ratio on profitability in China's Industrial State-Owned Enterprises. China Economic Review, 1-26. Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W., & JR, D. F. (2005). Manajemen Keuangan. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Lamberg, S., & Valming, S. (2009). Impact of Liquidity Management on Profitability. Umea School of Business. Lazaridis, D. I., & Tryfonidis, M. D. (2004). The relationship between working capital management and profitability of listed companies in the Athens Stock Exchange. University of Macedonia, 1-12. Lind, D. A., Marchal, W. G., & Wathen, S. A. (2010). Statistical Techniques in Business and Economics. New York: McGraw-Hill Irwin. Madishetti, D. S., & Kibona, M. D. (2013). Impact of Accounts Receivables Management on The Profitabilty of SMEs in Tanzania. Asian Journal in Research in Banking and Finance, 114. Malhotra, N. K. (2007). Marketing Research An Applied Orientation. New Jersey: Pearson. Maness, T. S., & Zietlow, J. T. (2005). Accounts Receivable Management. Dalam T. S. Maness, & J. T. Zietlow, Short-Term Financial Management (hal. 128-183). Ohio: Thomson South-Western. Mansfield, E. (1964). Profitability and Size of Firm. American Economic Association, 832-833. Mathuva, D. M. (2010). The Influence of Working Capital Management on Corporate Profitability: A Survey of Kenyan Listed Firms . Research Journal of Business Management, 1-11. Molina, C. A., & Preve, L. A. (2009). Trade Receivables Policy of Distressed Firms and Its Effect on Cost of Financial Distress. Financial Management, 663-686. Nachrowi D Nachrowi .MSc., M. A., & Hardius Usman, S. (2006). Pendekatan Populer dan praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pasaribu, H. D. (2012). Analisis Korelasi Dan Pengaruh Profitabilitas Serta Ukuran Perusahaan Terhadap Cash Conversion Cycle Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka Yang Terbuka Di Bursa Efek Indonesia 2007-2011. Paul, S. Y., Devi, S. S., & Teh, C. G. (2012). Impact of late payment on Firms' profitability: Empirical Evidence from Malaysia. Pasific-Basin Finance Journal, 777-792. Raheman, A., & Nasr, M. (2007). Working Capital Management and Profitability - Case of Pakistani Firms. International Review of Business Research Papers, 279-300.
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014
Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D. (2010). Fundamentals of Corporate Finance. New York: McGraw-Hill/Irwin . S.Schindler, D. R. (2008). Business Research Methods. New York: Mc Graw Hill. Schwartz, R. A. (1974). An Economic Model of Trade Credit. The Journal of Financial and Quantitative Analysis, 643-657. Shalit, S. S., & Sankar, U. (1977). The Measurement of Firm Size. The MIT Press, 290-298. Subramanyam, K., & Wild, J. J. (2009). Analyzing Investing Activities. Dalam K. Subramanyam, & J. J. Wild, Financial Statement Analysis (hal. 221-251). New York: McGraw-Hill . Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung. Titman, S., & Wessels, R. (1988). The Determinants of Capital Structure Choice. Journal of Finance, 1-19. Zainudin, N. (2008). Tracking the Credit Collection Period of Malaysian Small and MediumSized Enterprises. Internation Business Research, 78-86. www.atradius.co.id www.idx.com
Analisis Pengaruh..., Andrea Rainy Senowarman, FE UI, 2014